Isi Makalah
Transcript of Isi Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Pracaya dalam Iryanti (2005), pertanian organik adalah sistem
pertanian (dalam hal bercocok tanam) yang tidak menggunakan bahan kimia
tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa pupuk,
pestisida, hormon pertumbuhan dan lain-lain. Istilah pertanian organik
menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan
bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat
meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang
sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang
berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber
daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian
organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam” (Sutanto, 2002).
Menurut Sutanto (2002a), seringkali terdapat pemahaman yang keliru tentang
“pertanian alami” dan “pertanian organik”. Kedua istilah tersebut dalam praktek
sering dianggap sama. Namun Fukuoka (1985) dalam Sutanto (2002)
mengemukakan empat langkah menuju pertanian alami dan menjelaskan prinsip
pertanian alami, yakni :
1. Tanpa olah tanah. Tanah tanpa diolah atau dibalik. Pada prinsipnya tanah
mengolah sendiri, baik menyangkut masuknya perakaran tanaman maupun
kegiatan mikrobia tanah, mikro fauna dan cacing tanah.
2. Tidak digunakan sama sekali pupuk kimia maupun kompos. Tanah
dibiarkan begitu saja dan tanah dengan sendirinya akan memelihara
kesuburannya. Hal ini mengacu pada proses daur ulang tanaman dan
hewan yang terjadi di bawah tegakan hutan.
3. Tidak dilakukan pemberantasan gulma, baik melalui pengolahan tanah
maupun penggunaan herbisida. Pemakaian mulsa jerami, tanaman penutup
tanah maupun penggenangan sewaktu-waktu akan membatasi dan
menekan pertumbuhan gulma.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 1
4. Sama sekali tidak tergantung pada bahan kimia. Sinar matahari, hujan dan
tanah merupakan kekuatan alam yang secara langsung akan mengatur
keseimbangan kehidupan alami.
Sutanto (2002) mengatakan bahwa menurut hasil penelitian yangdilakukan
oleh beberapa ahli, diketahui bahwa penggunaan zat kimia atau bahan sintetik
pada penanaman tanaman akan meninggalkan residu pada tanaman tersebut.
Dampak negatif lain dari penggunaan bahan sintetik tersebut adalah timbulnya
kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan. Penelitian para ahli diberbagai
negara menyebutkan bahwa efek negatif dari penggunaan pestisida akan
menyebabkan alergi, keracunan saraf, kerusakan sistem endokrin, karsinogen dan
menekan sistem kekebalan tubuh. Bagi lingkungan, tanah dan air, penggunaan
bahan kimia secara terus menerus akan menurunkan daya dukung lahan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui Cara
Budidaya Tanaman Sayuran (Organ Target Daun) Secara Organik Pada
Seledri dan Lettuce”.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Tanaman Organik Seledri (Apium graveolens L.)
Seledri (Apium graveolens L.) sudah sejak lama dikenal masyarakat
Indonesia. Tanaman Seledri dikenal sebagai sayuran bumbu (penyedap rasa),
ada juga yang mengatakan sebagai obat, penyembuh demam dan darah tinggi,
ada pula yang mengatakan sebagai penyubur rambut. Dalam klasifikasinya,
Seledri tergolong dalam family Umberliflorae. Di masyarakat Indonesia
tanaman seledri yang banyak dikenal ada dua varietas yaitu : Seledri potong
(Varietas Sylvester) dan Seledri daun (Varietas Secalium). Sebenarnya masih
ada satu jenis lagi Seledri tetapi jarang ditemui di masyarakat yaitu Seledri
berumbi (Varietas Repaceum). Diantara ketiga varietas di atas Seledri daun
yang paling banyak dibudidayakan petani adalah jenis Seledri daun (Cut
Common). Varietas ini mempunyai ciri diantaranya tanamannya pendek ,
daunnya banyak, juga anakannya cukup banyak. Beberapa benih seledri yang
banyak ditemui di toko pertanian antara lain Amigo (East West), produk
Royal Sluis dan sebagainya.
Tanaman seledri mempunyai aroma yang khas yang berasal dari
sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri yang dikandungnya.
Kandungan utama seledri adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai
pembawa aroma utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid
A (1-2%)dan B (0,1 – 0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen
lainnya adalah apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 3
Kandungan asam lemak utama dalah asam petroselin (40-60%). Daun dan
tangkai daun seledri mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol.
Seledri merupakan tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-
obatan herbal. Sebagai sayuran; daun, tangkai daun, dan umbi seledri bisa
digunakan sebagai campuran sup. Daun seledri juga dipakai sebagai lalap,
atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-
macam sup lainnya, atau juga bubur ayam.
Seledri juga disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Daun
seledri dikatakan memiliki kandungan Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-
otot arteri atau membuat rileks pembuluh darah. Kandungan itulah yang
mengatur aliran darah yang memungkinkan pembuluh darah membesar dan
mengurangi tekanan darah. Fungsi lainnya dari seledri adalah sebagai peluruh
(diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa).
Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula
sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual).
Seledri adalah sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Semakin
gelap warna hijau daunnya, semakin tinggi pula kandungan vitamin A-nya.
Seledri juga mengandung vitamin C, B1, B2, kalsium, magnesium, fosfor,
potasium, dan coumarins yang dipercaya bisa untuk mencegah kanker. Suatu
komponen kimia dalam minyak esensial yang berasal dari biji seledri
menunjukkan sifat anti kanker, dan banyak studi menunjukkan hasil bahwa
seledri berperan positif dalam memperlambat perkembangan tumor pankreas,
payudara, dan liver
2.1.1 Syarat Tumbuh
Tanaman Seledri dapat ditanam dari dataran rendah hingga dataran
tinggi, tetapi untuk mencapai hasil optimal penanamannya dilakukan pada
ketinggian antara 1.000 - 1.200 m.dpl. bisa memperoleh hasil yang terbaik.
2.1.2 Budidaya Tanaman Seledri
a) Teknik Persemaian
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 4
Tanaman Seledri sebelum tanam perlu disemai terlebih dahulu.
Adapun caranya sebagai berikut :
1. Disiapkan bedengan dengan lebar antara 80 - 100 cm. panjang sesuai
kebutuhan dan tanah tersebut diolah dicampur pupuk kandang fermentasi.
2. Setelah tanah bedengan dirapikan benih Seledri ditabur rata tidak boleh
menumpuk (bergerombol) supaya pertumbuhannya seragam.
3. Kemudian ditutup pakai campuran tanah + pupuk kandang + serbuk
gergaji atau sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah itu disiram dan
ditutup pakai karung biar tanahnya lembab dan merangsang
perkecambahan.
4. Setelah + 10 hari tanaman akan tumbuh, penutup dibuang (diambil) dan
untuk mengurangi terik panas matahari dibuatkan naungan. Seperti
persemaian yang lainnya perlu dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore
hari. Setelah berumur + 45 hari sampai 50 hari bibit tersebut siap ditanam.
5. Lakukan penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air
secara periodik 3 – 5 hr sekali.
b) Penanaman
Pengolahan lahan dilakukan bersamaan dengan waktu semai. Cara
pengolahan lahan seperti biasa :
1. Membuat bedengan-bedengan berukuran 80 cm - 100 m. panjang sesuai
kebutuhan. Jarak antar bedeng + 40 cm dan kebutuhan pupuk kandang +
20 ton per hektar dicampur rata di atas bedengan.
2. Untuk memudahkan pemeliharaan kebiasaan petani membuat parit-parit
keliling untuk pengairan. Karena tanaman Seledri biasanya membutuhkan
air banyak apalagi pada musim kemarau. Jarak tanam 25 x 25 cm2 atau 30
x 30 cm2 dengan dua atau tiga tanaman per lubang.
c) Pemupukan
Untuk pemupukan dalam satu musim tanam antara dua sampai tiga kali.
1. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 - 15 hari setelah
tanam dengan dosis Urea = 50 kg/ha. dan KCl = 40 kg/ha.
2. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur + 30 hari setelah
tanam dengan dosis Urea = 50 kg/ha.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 5
3. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur + 45 hari setelah
tanam dengan dosis urea = 40 kg/ha. Pemupukan ini jarang dilakukan
kecuali kalau tanaman dirasa kurang subur.
4. Penyemprotan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air,WT
Bakterisida dosis 10 ml/lt air & WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air scr
periodik seminggu sekali.
Catatan : Dikarenakan Budidaya yang dilakukan berbasis organik maka
pemupukan dengan bahan diatas sangat tidak dianjurkan. Para Petani
hanya boleh memupuk dengan bahan dasar organik.
d) Pemeliharaan
Untuk memperoleh hasil yang optimal pengairan perlu dilakukan
secara kontinyu terutama saat tanam di musim kemarau. Pada saat musim
kemarau, penyiraman dilakukan setiap 10 hari sekali. Disamping pengairan,
penyiangan juga perlu dilaksanakan setiap 15 hari sekali.
e) Panen
Tanaman Seledri daun dipanen + berumur 45 - 60 hari. Cara panen
dengan mencabut tanaman sampai akarnya, kemudian dicuci hingga bersih
selanjutnya ditali dan siap dibawa ke pasar.
2.1.3 Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman seledri diantaranya :
1.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 6
2.2 Budidaya Tanaman Organik Lettuce (Lactuca sativa L.)
2.2.1 Persyaratan Tumbuh
Selada/lettuce (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang
berumur semusim dan termasuk ke dalam famili Compositae. Menurut
jenisnya, ada yang dapat membentuk krop dan ada pula yang tidak. Jenis
yang tidak membentuk krop, daun-daunnya berbentuk "rosette". Warna
daun selada hijau terang sampai putih kekuningan. Selada jarang dibuat
sayur, tapi biasanya hanya dibuat salad atau lalaban.
Selada tumbuh baik di dataran tinggi (pegunungan). Di dataran
rendah, kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Pada tanah subur yang
banyak mengandung humus, pasir atau lumpur, pertumbuhannya optimal.
Suhu yang optimal untuk pertumbuhannya antara 15-20 0C, dan pH tanah
antara 5-6,5. Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan.
Walaupun demikian, dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan
pengairan atau penyiraman yang cukup.
2.2.2 Budidaya Tanaman Lettuce
a. Teknik Persemaian
Biji lettuce dapat langsung ditanam di lapangan, tetapi
pertumbuhannya akan lebih baik melalui persemaian. Sebelum disemai, benih
direndam terlebih dahulu dalam air hangat (500C). Benih kemudian disebar
merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah +
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 7
pupuk kandang/kompos (1:1), lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3
hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap screen/kasa/plastik transparan.
Persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah
berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan yang terbuat dari
daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah + pupuk kandang
steril). Penyiraman dapat dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan
setelah berumur 3-4 minggu atau sudah memiliki empat sampai lima helai
daun.
b. PengolahanTanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul sedalam 20-30 cm
supaya gembur, kemudian diberi pupuk kandang kuda atau sapi + 10 ton/ha,
diaduk dan diratakan. Tanah dibuat bedengan selebar 100-120 cm dan tinggi
30 cm dengan arah membujur dari barat ke timur untuk mendapatkan cahaya
penuh. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jarak antar
bedengan untuk parit sekitar 30 cm.
c. Penanaman
Penanaman benih secara langsung dilakukan dengan cara menabur
benih dalam garitan yang telah ditentukan. Alur/garitan dibuat dengan cangkul
yang dimiringkan. Jarak antara garitan + 25 cm. Tapi, apabila benih
disemaikan terlebih dahulu, maka dibuat lubang tanam dengan jarak 20 x 20
cm, 25 x 25 cm atau 20 x 30 cm tergantung varietas tanamannya. Dalam satu
bedengan dapat memuat sampai 4 baris tanaman.
d. Pemupukan
Pada umur 2 minggu setelah tanam, pemupukan susulan perlu
dilakukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan pengaplikasian POC (Pupuk
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 8
Organik Cair). Pupuk tersebut dapat diberikan dua kali dengan selang 2
minggu.
e. Pemeliharaan
Penjarangan dilakukan jika penanaman dilakukan secara langsung.
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai selada tumbuh normal, kemudian
diulang sesuai kebutuhan. Apabila ada tanaman yang mati, segera disulam dan
penyulaman dihentikan setelah tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam.
Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan waktu pemupukan
pertama dan kedua.
f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman selada diantaranya adalah kutu
daun (Myzus persicae) dan penyakit busuk akar karena Rhizoctonia sp..
Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Apabila
diperlukan pestisida, dapat digunakan pestisida nabati yang aman sesuai
kebutuhan dengan memperhatikan ketepatan pemilihan jenis, dosis, volume
semprot, waktu, interval aplikasi dan cara aplikasi.
g. Panen dan Pascapanen
Tanaman selada dapat dipanen setelah berumur + 2 bulan. Panen dapat
dilakukan dengan cara mencabut batang tanaman dengan akar-akarnya atau
memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan + 15
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 9
ton /ha. Selada cepat layu, sehingga untuk menjaga kualitasnya, harus
ditempatkan di wadah berisi air (biasa dilakukan di pasar hadisional).
2.2.3 Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman lettuce diantaranya :
1. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Cara Pengendaliannya :
a. Penggunaan benih sehat dan bersertifikat.
b. Sanitasi pertanaman : Membuang pertanaman lain yang ada di
areal pertanaman sebagai upaya mencegah tanaman sebagai
inang dari hama.
c. Tanam serempak : Penetapan masa tanam dan penanaman
secara serempak pada satu hamparan dengan selisih waktu
tanam maksimal 10 hari untuk menghindari waktu tanam yang
tumpang-tindih. Waktu tanam yang tidak serempak dalam area
yang luas akan mendorong pertumbuhan populasi
hama(Marwoto dan Suharsono, 2008).
d. Insektisida nabati menggunakan ekstak daun nimba dengan
konsentrasi 20 % (20 cc/100 mL) pada 1 MST dan 4 MST
menurut Rusdy (2009) mampu menghambat pupa dari S. litura
berkembangbiak, dan mengurangi presentasi kerusakan
tanaman. ekstrak nimba (Azadirachta indica) yang
mengandung senyawa bioaktif berupa triterpenoids:
azadirachtin, salannin dan meliantriol yang terdapat pada
daun, buah dan biji. Nimba merupakan salah satu tumbuhan
yang berpotensi tinggi untuk perlindungan tanaman.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 10
e. Agen hayati : NPV efektif mengendalikan hama ulat grayak
Kombinasi NPV dengan azadirachtin Bacillus thuringiensis
(Bt) merupakan agens hayati berbahan aktif bakteri yang
efektif mengendalikan ulat grayak (Bejo dalam Marwoto,
2008). Pemanfaatan Bt sebagai agens hayati untuk
mengendalikan ulat grayak aman terhadap serangga bukan
sasaran seperti parasitoid dan predator.
2. Kutu daun (Myzus persicae)
Cara Pengendaliannya :
a. Mekanis : Dengan membuang daun atau koloni kutu pada daun.
b. Sanitasi : Membuang semut atau menggunakan kapur pada
areal pertanaman akan memutus asosiasi kutu daun dengan
semut serta membersihkan gulma.
c. Predator : Kevin dan Neil (2004), kemampuan Harmonia
axyridis mampu mengkonsumsi 15-65 aphid perhari, dan tiap
larva dapat mengkonsumsi 90-370 aphid selama dalam
perkembangannya. H. axyridis memberikan harapan sebagai
agen kontrol biologi serangga hama baik pada tanaman hias
maupun pertanian.
d. Tanaman barrier : Penanaman jagung di ujung areal
pertanaman akan membantu mengurangi presentasi kerusakan
tanaman.
3. Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 11
Cara Pengendaliannya :
a. Kultur teknis : Mengolah tanah dengan minimun tillage agar larva
dari ulat tanah bisa terbalik dan di mangsa oleh predator diatas
secara alami (untung, 1996)
b. Pengendalian hayati : Kalshoven (1981) melaporkan bahwa A.
ipsilon memiliki musuh alami berupa parasitoid braconid
Apanteles ruficrus Hal., tachinids Tritaxys braueri, dan Cuphocera
varia F. Jamur patogen Botrytis dan Metarrhizium dilaporkan
menimbulkan mortalitas yang tinggi terhadap A. ipsilon di Jawa
dan Sumatera Selatan.
c. Pengendalian Mekanik : Membongkar pertanaman dengan
mencongkel tanah dan membuang tanaman yang terserang ulat
tanah
d. Nabati : pengendalian mekanik yang dapat dikembangkan dan
disebarluaskan khususnya kepada petani di Malino adalah dengan
penggunaan umpan beracun yaitu dengan cara mencampurkan 10
kg dedak halus, 0,5 – 1 kg molases atau gula merah, kemudian
diberikan ekstrak nimba sebanyak 20% lalu diberi air sebanyak 10
liter. Campuran tersebut disebarkan di sekeliling tanaman segera
setelah tampak gejala kerusakan. Saat yang tepat untuk memasang
umpan tersebut adalah pada sore hari atau menjelang malam.
Penyakit yang sering menyerang tanaman lettuce diantaranya :
1.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 13
DAFTAR PUSTAKA
BPTP Yogyakarta. 2013. Budidaya Selada. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian RI.
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 14
http://yogya.litbang.deptan.go.id/ind/index.php? Option
=com_content&view=article&id=487:budidaya-selada&catid=14:alsin.
Edi, Syafri, dkk. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran, Buklet. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.
http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/images/PDF/booklet sayuran10.pdf .
Iryanti, R. 2005. Analisis Usahatani Komoditas Tomat Organik dan
Anorganik (Studi Kasus : Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of Crops in Indonesia, Revised and
Translate by Van der Laan, PT Ichtiar BaruVan Hoove, Jakarta.
Ker Kevin.W and Carter Neil. 2004. Questions and Answers about
Harmonia axyridis (Pallas) -The Multicoloured Asian Lady Beetle
http://www.brocku.ca/ccovi/news/Q&A.html revision of 2002 publication.
Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan komponen teknologi
pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura Fabrisius) pada tanaman
kedelai. Jurnal litbang pertanian 27(4): 131-136.
Rusdy, Alfian. 2009. Efektivitas ekstrak nimba dalam pengendalian ulat
grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman selada. Jurnal floratek 4: 41-
45.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Warung tani Mandiri.
http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2012/08/budidaya-
seledri.html.
http://www.manfaatnya.com/manfaat-daun-seledri-untuk-kesehatan/
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ORGANIK I | 15