ISI Makalah Bioskop
Click here to load reader
-
Upload
dwirakhmatunlaili55 -
Category
Documents
-
view
60 -
download
2
description
Transcript of ISI Makalah Bioskop
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi merupakan suatu cara untuk mencegah terjadinya suatu penyakit menular dengan
jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai factor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan (Arifin dalam Djamil, 2014).
Menurut Djamil (2014) sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi
kegiatan yang berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat kaitannya dengan
timbulnya atau menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan
tersebut dapat dicegah.
Sanitasi tempat-tempat umum menjadi suatu perhatian khusus bahkan bisa menjadi
problem. Hal ini dikarenakan tempat umum merupakan suatu tempat di mana terdapat banyak
orang bertemu dan melakukan kegiatan. Dengan demikian maka besar kemungkinan untuk
terjadinya penyebaran atau penularan penyakit dari berbagai penyakit yang dibawa oleh berbagai
macam orang tersebut. Salah satu contoh tempat umum seperti bioskop juga perlu diperhatikan.
Bioskop merupakan gedung pertunjukkan untuk film (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Terdapat banyak orang yang melakukan kegiatan bersama, yaitu menonton film di bioskop.
Dengan demikian sanitasi biokop harus diperhatikan dalam rangka mencegah terjadinya
penularan penyakit seperti yang telah disebutkan sebelumnya terkait dengan pengertian dari
sanitasi. Menurut Undang-undang Nomer 11 tahun 1996 Bioskop juga merupakan Usaha-usaha
Umum yang termasuk dalam kategoti tempat umum yang harus mengikuti aturan sanitasi Usaha-
usaha bagi umum. Kegiatan sanitasi bioskop ini bertujuan untuk meningkatkan estetika dan
kenyamanan bagi para pengunjung saat berada di kawasan bioskop. Terdapat berbagai aspek di
dalam sanitasi biokop, antara lain konstruksi bangunan, fasilitas sanitasi seperti kamar mandi dan
WC, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya. Di berbagai
wilayah di Indonesia, bioskop sudah semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Begitu pula dengan bioskop yang terdapat di Malang, yaitu Bioskop 21 Di Malang Town Squre.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penilaina sanitasi pada gedung Bioskop 21 di Malang Town squre?
2. Bagaimana penilaian sanitasi pada gedung Bioskop Ciniplex di Sun City Sidoarjo?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana hasil penilaian pada gedung Bioskop 21 di Malang Town squre
2. Menjelaskan bagaimana hasil penilaian pada gedung Bioskop Ciniplex di Sun City
Sidoarjo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dan Gambaran Ideal
2.1.1 Sanitasi
Sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
(Azrul, Azwar)
Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention of diseases by eliminating or
controlling the environmental factor which from links in the chain of tansmission. Menurut
Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-faktor lingkungan yang mempunyai
pengaruh terhadap lingkungan
Sehingga dapat disimpulkan sanitasi adalah segala upaya pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
2.2.2 Bioskop
Bioskop adalah suatu tempat yang mempunyai bangunan atau gedung dengan konstruksi
tertentu di dalamnya, yang mana masyarakat umum berkumpul dengan dapat melihat film ada
layar putih. Dalam hal ini maka yang dimaksud dengan bioskop mempunyai unsur-unsur:
1. Gedung yang permanen
2. Ada fasilitas
3. Ada jam pertunjukkan tertentu(Rusdi, Putu:2010)
Macam-macam bioskop:
1. Film theater adalah tempat pertunjukan film biasa, di Indonesia ini disebut Bioskop.
2. Drive in Theater adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton dapat memasukan
mobilnya sekaligus ke ruang tempat pertunjukan dan menonton dari atas mobil yang
dibawanya.
3. Cyclo Rama adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton seolah-olah berada
ditengah-tengah kejadian cerita dalam film yang dipertunjukan.
Pertunjukan bioskop dengan dipungut biaya atau tidak yang bersifat sementara misalnya
pertunjukan film-film propaganda di kampung atau untuk umum di sekolah di dalam pasar
malam dll, dianggap bukan gedung bioskop resmi dan dibebaskan dari peraturan-peraturan dan
syarat-syarat untuk bioskop permanen.
2.2.3 Sanitasi Bioskop
Persyaratan, tuntutan dan standar bangunan bioskop (Cinema), terbagi sebagai berikut
(Rusdi, 2010):
A. Bagian Luar Bioskop
1. Letak
Letak atau lokasi gedung biskop perlu diperhatikan karena letak berpengaruh
terhadap kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai
berikut:
a. Di tempat yang luas dengan alasan agar memberikan tampat untuk parkir mobil dan
lain-lain kendaraan, serta memberikan keleluasan dan kepuasan para pengunjung untuk
mamandang keindahan sekitarnya. Agar kendaraan dapat diparkir dengan rapih/teratur
perlu adanya rambu untuk tempat parkir
b. Di tempat yang strategis yaitu ditengah-tengah dekat perumahan penduduk agar
mudah dicapai dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta ditengah-tengah tempat
rekreasi lain
c. Di tempat yang jauh dari faktor penganggu, seperti tempat pembuangan sampah,
industri yang gaduh dan terlalu ramai
d. Di tempat yang tinggi dan kering, tidak dekat rawa atau daerah banjir.
2. Halaman
a. Halaman sangat penting untuk gedung bioskop, digunakan untuk parkir kendaraan
dan hendaknya cukup luas
b. Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah yang berserakan, genangan air,
oli, dll
c. Pagi dan malam hari halaman bioskop perlu penerangan minimal 3 cm pada permukaan
tanah
d. Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas
e. Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton maupun untuk kendaraan-
kendaraan yang keluar masuk halaman
f. Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk parkir dapat dibuat pertamanan dengan
tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga untuk menambah keindahan sekitarnya
B. Bagian Dalam Bioskop
1. Ruang Tunggu
Ruang tunggu di gedung bioskop perlu sekali karena:
a. Memberikan tempat bagi para pengunjung yang telah untuk beristirahat
b. Memberikan tempat bagi para penonton untuk menunggu gilirannya menonton film.
Oleh sebab itu, ruang tunggu perlu dijaga kebersihannya, disediakan tempat
sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi potpot bunga sehingga ruang
tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan.
2. Exterior Traffic
Exterior traffic sangat penting, karena akan melancarkan lalu lintas penonton
untuk menuju ke bagian-bagian lain di lingkungan exteriour gedung tersebut. Tanpa
adanya exteriour traffic lalu lintas penonton akan terganggu. Beberapa hal yang harus
mendapatkan perhatian dari exteriour traffic adalah:
a. Hendaknya jalan-jalan tersebut dibuat cukup lebar
b. Hendaknya jalan-jalan yang menghubungkan dari bagian ke bagian lain cukup jelas dan
teratur
c. Agar keluar masuknya pengunjung teratur maka pintu yang menuju ke ruang
pertunjukkan dan pintu yang keluar dari tempat pertunjukkan hendaknya terpisah
d. Perlu diperhatikan pencahayaan yang cukup agar tidak panas perlu dipasang ventilasi
buatan
e. Untuk menjaga kebersihan perlu disediakan tempat-tempat atau rokok maupun
puntung rokok
Hal yang penting dalam exterior traffic adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya jalan/gang dibuat cukup lebar sesuai dengan tempat duduk yang tersedia di
ruang tunggu.
b. Pembidangan dari pelataran-pelataran seperti:
1) Daerah snack bar
2) Daerah WC/urinoir
3) Daerah tempat orang-orang masuk ke tempat pertunjukan dibagi lagi dalam pembidangan
kelas-kelas.
4) Daerah penjualan karcis
c. Penertiban keluar masuknya para pengunjung dari dan ke dalam tempat pertunjukan.
Pengaturan ini dapat dilakukan dengan diadakan nya pintu masuk sendiri pintu keluar
sendiri sehingga pada waktu pertunukan bioskop selesai, tidak menganggu bagi orang-
orang yang akan menonton pertunjukan kedua.
d. Adanya tempat abu dan putung rokok sepanjang jalan dari daerah tersebut.
e. Penerangan dan ventilasi yang cukup dapat dipasang ventilasi buatan beruap kipas angin
atau exhauster atau sesuai dengan kemampuan pengatur udara (air conditioning).
3. WC dan Urinoir
Persyaratan dari WC adalah:
a. Jumlah WC (jamban) adalah minimal 1 buah untuk setiap 200 kursi
b. Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah
c. Harus tersedia air yang cukup banyak untuk menggelontor maupun untuk membersihkan
d. Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara
e. Penerangan minimal 50 lx pada permukaan lantai
Persyaratan dari urinoir:
a. Jumlah minimal 1 buah untuk 100 kursi
b. Tersedia air pembersih yang cukup
c. Penerangan minimal 5 fc pada lantai
d. Keadaan selalu bersih dan terpelihara
e. Urinoir yang baik adalah type single urinoir, cara membersihkannya secara berkala 5
menit atau 10 menit sekali dapat dipakai “intermittent automatic flushing device”.
Di tempat tersebut sebaiknya terdapat washtafel (tempat cuci tangan) dilengkapi
dengan sabun dan tissue.
4. Pemadam Kebakaran
a. Di dalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran yang masih
berfungsi dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh umum
b. Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara
penggunaannya
c. Jumlah pemadam kebakaran disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop
C. Ruang Pemutaran Film
1. Dinding
Dinding gedung bagian dalam dibuat menurut konstruksi yang tepat sehingga
mencegah gema suara, mencegah penyerapan suara (absorbsi), serta membantu resonansi
(menguatkan suara). Dinding gedung menerapkan sistem akustik. Sistem Akustik adalah
pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk
dinikmati.
2. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin, dan mudah
dibersihkan. Kemiringan (slope) dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan penonton
yang berada dibelakang tidak terganggu oleh penonoton didepannya. Kemiringan/penurunan
perbedaan tinggi antara barisan kursi yang satu dengan barisan yang lain di depan atau di
belakangnya kurang leibh 10 centimeter. Seperti yang dikemukakan oleh departemen
penerangan bersama lembaga ilmu pengetahuan indonesia atas hasil penyelidikanya yaitu:
“Jarak antara sandaran kursi yang berurutan menurut normal ukuran orang Indonesia
adalah kurang lebih 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,20 terhadap garis
horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 centimeter.”
3. Tempat Duduk atau Kursi
Tempat duduk juga merupakan faktor yang penting dalam gedung bioskop karena
apabila tempat duduk tidak nyaman untuk diduduki maka penonton akan merasa terganggu
menyaksikan pertunjukan. Tempat duduk dibuat untuk perorangan dan dilengkapi dengan
sandaran belakang, sandaran tangan, dan sandaran kaki untuk mencegah kelelahan selama
pertunjukan.
Pengaturan harus sedemikian rupa sehingga tidak berimpitan minimal ada jarak 40 cm
antara kursi dengan kursi di depannya untuk jalan penonton menuju kursi yang dituju. Barisan
kursi terdepan minimal 6 meter dari layar dengan sudut pandangan kurang dari 30o. Tiinggi
kursi dari lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran setinggi 38 sampai 40 cm, sedangkan
sandaran tangan disesuaikan dengan kemungkinan tangan dapat bersandar dengan baik,
ukuran kursi disesuaikan dengan keadaan orang Indonesia pada umumnya yaitu minimal 40-
45 cm, terbuat dari bahan yang kuat dan tempat duduk yang empuk, tetapi memudahkan untuk
membersihkan baik kotoran ataupun serangga.
Gambar urutan tempat duduk
Sumber: Neufart Data Arsitek 2
4. Layar Film
Layar merupakan alat yang penting dalam suatu bioskop dan perlu diperhatikan sebab
sejak film diputar sampai selesai pandangan penonton selalu tertuju ke layar tersebut. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. Sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap ditepi
b. Ukuran harus disesuaikan dengan kekuatan proyeksi dari proyektor film
c. Permukaan yang licin dan bersih
d. Jarak antar layar dengan proyektor dan luasnya ruangan harus sesuai sehingga gambar
proyeksi pada layar benar-benar baik dari segi kesehatan dan segi estetika.
Departemen penerangan dan lembaga ilmu pengetahuan Indonesia mengemukakan
bahwa jarak ideal antara proyektor film terhadap layar adalah kurang lebih 40 m
5. Proyektor Film dan Ruangan
Penggunaan proyektor sebaiknya mempunyai dua buah dengan ukuran yang sesuai
dengan ukuran film yang banyak beredar sehingga penggantian antar roll film tidak
mengharuskan pertunjukan terputus. Syarat-syarat proyektor yaitu harus baik, terang dan tidak
bergetar sehingga tidak merusak mata. Ruang harus disesuaikan dengan peralatan dengan
jumlah petugas yang melayani proyektor tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Begitu pula
suhu, kelembaban, penerangan yang sesuai dengan syarat–syarat ruangan normal.
6. Sound System
Sound System adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan suara
sehingga bisa terdengar jelas oleh seluruh penonton. Macam sound system ada dua yaitu,
Sound system mono yang hanya dipakai sebuah amplifier dan sebuah load speakers. Yang
kedua adalah stereo yang dipakai dua atau lebih amplifier dalam satu unit ataupun unit
terpisah dan loudspeakers untuk setiap amplifier. Tipe stereo sebaiknya dipakai dalam gedung
bioskop karena suara yang keluar mendekati suara yang sebenarnya.
Pengaturan suara sound system di dalam gedung bioskop perlu diperhatikan dengan
penempatan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara satu dengan yang
lainnya, untuk memungkinkan suara yang diterima oleh telinga penonton dapat merata. Suara
dap diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80-85 decibel.
7. Ventilasi
Tujuan dari ventilasi adalah memasukkan udara yang segar dan mengeluarkan udara
yang kotor. Ruang pertunjukan mutlak harus mempunyai ventilasi yang baik dan cukup. Bila
suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik, maka akan menimbulkan beberapa
keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan kehidupan.
Kadar oksigen akan berkurang, karena pemakaian yang tidak seimbang sehingga
mengakibatkan peningkatan gas asam arang CO2. Hal ini dapat mengakibatkan sesak napas
dan puusing, ruangan akan berbau tidak enak dan kelembaban udara dalam ruangan akan naik
karena penguapan dari kulit atau pernafasan sehingga mengganggu fungsi paru-paru.
Syarat suhu dan kelembababan yang ideal menurut Drs. Soebagio Rekso Soebroto
adalah suhu ruang atau kamar normal 270 C, kelembababan yang baik adalah 40%. Sedangkan
menurut Ir. Budy Gunawan agar udara dalam ruangan selalu segar, maka ruangan tersebut
harus mempunyai sistem ventilasi yang baik sehingga menghasikkan suhu antara 20oC - 25oC
dengan kelembaban diantara 40%-50%. Sistem ventilasi pada umumnya terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Ventilasi alami
Ventilasi alami ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan lubang-lubang
angin atau dengan menggunakan bahan bangunan yang berpoti-pori.
b. Ventilasi buatan
Prinsip dari ventilasi buatan ini adalah mengalirkan udara dengan menggunakan alat-
alat seperti kipas angin (fan), alat penghisap udara (exhauster) dan alat pendingin (air
conditioning). Untuk bangunan yang diperuntukan bagi umum seperti bioskop, ventilasi
buatan ini sangat baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penggunanaan ventilasi ini adalah:
a. Bila digunakan kipas angin, maka pergerakan udara hanya berupa putaran udara sehingga
masih diperlukan ventilasi alamiah.
b. Apabila menggunakan alat penghisap udara (exhauster) pada prinsip kerjanya adalah
menghisap udara dalam ruangan yang sudah kotor untuk dikeluarkan. Alat ini masih
membutuhkan ventilasi alam sebagai jalan udara masuk dari luar yang masih segar.
Pada penggunaan air conditioning terjadi pengolahan udara dengan penyaringan
pendinginan dan pengaturan kelembaban dalam ruangan yang yang tertutup dan suhu dapat
diatur, yang harus diperhatikan dalam penggunakan ventilasi lain, dan orang yang berada
dalam ruangan dilarang merokok.
8. Pencahayaan
Penerangan diperlukan sebelum pertunjukan dimulai dan setelah selesai pertunjukan
utuk memudahkan para pengunjung mencari atau keluar dari kursinya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan penerangan ini yaitu tidak menyilaukan, tidak terlalu redup
bagi penonton dan petugas, panas yang ditimbulkan sedapat mungkin relatif kecil, cahaya
teratur dan tidak bergetar serta tidak menyebabkan kebakaran.
9. Sistem Lalu Lintas
Sistem lalu lintas dalam arena pertunjukan bioskop perlu diatur sedemikian rupa
sehingga kelancaran arus penonton waktu keluar tidak terhambat karenanya. Sebaiknya lalu
lintas ini dibagi atas 4 bagian, yaitu:
a. Lalu lintas utama lebar minimal 2 meter.
b. Lintas blok lebar minimal 80 cm.
c. Lintas antar kursi lebar minimal 40 cm.
d. Lintas keliling ruangan lebar minimal 50 cm.
Gambar lintas antar kursi
Sumber: Neufart Data Arsitek 2
10. Pintu Darurat
Pintu bahaya yang dimaksud di sini adalah sebagai pengaman apabila tiba-tiba terjadi
sesuatu kecelakaan seperti kebakaran, gempa bumi dan lain-lain sehingga penonton dapat
dengan mudah keluar dari dalam gedung. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pintu bahaya
adalah sebagai berikut:
a. Jarak pintu bahaya yang satu dengan yang lain minimum 5 meter.
b. Dipasang simetris disebelah kanan dan kiri ruangan pertunjukan.
c. Lebar pintu minimal 2 kali lebar pntu biasa (160 cm)
d. Daun pintu harus membuka keluar
e. Selama pertunjukan berlangsung pintu bahaya tidak boleh dikunci
f. Diatas pintu bahaya dipasang tanda merah dengan tulisan “pintu bahaya” yang jelas.
11. Keadaan Bebas dengan Tikus dan Serangga
Keadaan ini perlu diterapkan baik pada interior maupun pada exterior, karena
serangga dan tikus ini dapat menyebabkan gangguan mental dan menimbulakan penyakit pada
pengunjung. Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara:
a. Kebersihan umum harus tetap dijaga dengan baik dalam gedung maupun luar gedung
pertunjukan
b. Jangan sampai terdapat tempat-tempat mati dalam pengaturan barang atau alat-alat untuk
memudahkan dalam pembersihan.
c. Pemasangan kawat kasa pada lubang-lubang angin
d. Pencahayaan yang sempurna agar sinar dapat menerangi secara merata ke seluruh ruangan.
Pencegahan terhadap tikus dapat dilakukan dengan cara:
a. Menjaga kebersihan ruangan
b. Menghindari adanya sudut-sudut mati atau ruangan gelap.
c. Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan oleh tikus untuk bersarang.
d. Memasang teralis pada lubang ventilasi bagian bawah.
2.2.4 Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/MENKES/SK/III/2003
Tentang Pedoman Penyehatan Sarana Dan Bagunan Umum
2.2.5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1996 Tentang Sanitasi Usaha-Usaha Bagi Umum
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengumpulan Data
1. BIOSKOP 1 bioskop 21 Malang Town Squre
A. Bagian luar bioskop
B. Bagian dalam/lobby
2. BIOSKOP 2 bioskop platinum Sun City SIDOARJO
3.2 Hasil
3.2.1 Profil Bioskop 21 Malang Town Squere
TEORI PENILAIAN KETERANGANsesuai Tidak
Sesuai1. Bagian Luar Bioskop
A. Lokasi : Sesuai dengan perencanaan Tata Kota
B. Halaman
a. Terdapat tempat parkir kendaraan yang cukup
luas.
√
√
b. Bersih, tidak terdapat sampah yang berserakan,
genangan air, olie dll.
c. Penerangan cukup
C. Tempat sampah
a. Tersedia tempat-tempat sampah dan tempat
pengumpulan sampah sementara yang kedap air,
tertutup dan mudah diangkat.
D. Saluran pembuangan air hujan
a. Terdapat saluran air hujan yang berhubungan
dengan saluran air hujan umum.
√
√
√
√Tidak terdapat tempat sampah dan tempat pengumpulan pada halaman
2. BAGIAN DALAM BIOSKOP/LOBBY
A. Ruang Tunggu
a. Bersih
b. Tersedia tempat sampah yang cukup
c. Pengaturan kursi
d. Terdapat pot bunga
B. Exterior Traffic
a. Bersih
b. Akses jalan lebar
c. Pencahayaan 5 Lux
d. Tersedia tempat pembuangan putung
rokok/tempat sampah
e. Ada pembidangan setiap ruangan
f. Terdapat ventilasi buatan
C. WC dan Urinoir
a. Jumlah WC (jamban) minimal 1 buah untuk
200 kursi
b. Pemisahan jamaban laki-laki dan perempuan
c. Tersedianya air penggelontor atau untuk
membersihkan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Minimnya tempat sampah
Tidak terdapat pot bunga
Model tempat sampah tidak ada pembuangan putung rokok
Kamar mandi kering
d. Bersih dan terpelihara
e. Penerangan minimal 50 lux pada permukaan
lantai
f. Jumlah urinoir minimal 1 buah untuk 100 kursi
g. Terdapat sabun
h. Terdapat pengering tangan
D. Pemadam Kebakaran
a. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau
b. Ada penjelasan tentang penggunaan alat
pemadam
c. Jumlah disesuaikan lebar gedung
E. Dinding
a. Bersih
b. Berwarna terang
c. Kedap suara
d. Kedap air
F. Lantai
a. Bersih
b. Kuat
c. Kedap air
d. Permukaan rata
e. Tidak licin
G. Atap
a. Tidak bocor
b. Kuat
c. Tidak ada genangan air
H. Langit-langit
a. Jarak dengan lantai 2,5 m
b. Kuat
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ Dinding berwarna gelap
c. Berwarna terang
I. Pintu
a. Kuat
b. Mudah dibersihkan
c. Mencegah masuknya serangga dan tikus
J. Kotak P3K
K. Snack Bar
a. Letak container makanan tertata rapi
b. Bersih
c. Terhindar dari hewan pengerat
d. Peralatan bersih
e. Kemasan bersih dan aman
L. Pintu Darurat
a. Jarak pintu bahaya satu dengan yang lain
minimal 5 m
b. Dipasang simetris disebelah kanan dan kiri
ruang pertunjukan
c. Lebar pintu 2 kali dari pintu biasa (160 cm)
d. Daun pintu harus membuka lebar
e. Selama pertunkukan pintu bahaya tidak boleh
dikunci
f. Di atas pintu dipasang tulisan “PINTU
BAHAYA”
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Semua aspek tidak terpenuhi tidak terdapat pintu bahaya
3. Ruang Pemutaran FilmA. Kursi
a. Lebar minimal 40 cm antar kursi dengan kursi
di depannya
b. Jarak kursi terdepan dengan layar minimal 6
meter
c. Jarak kursi dari lantai 48 cm
d. Sandaran tangan sesuai dengan kemungkinan
tangan dapat bersandar dengan baik
e. Lebar kursi minimal 40-45 cm
f. Terbuat dari bahan kuat, empuk, dan mudah
dibersihkan
B. Traffic sytema. Lebar lalu lintas utama minimal 2 meter
b. Lebar lalu lintas keliling ruangan pertunjukan
minimal 50 meter
c. Lalu lintas antar baris kursi untuk jalan
penonton ke tempat duduknya minimal 40 cm
d. Lintas block lebar minimal 80 cm
C. Ventilasia. Terdapat ventilasi buatan (AC, Exhauster)
b. Ventilasi buatan dibersihkan minimal 2 bulan
sekali
c. Kondisi ruangan terasa nyaman/tidak panas,
dengan suhu antara 20-25⁰C.
D. Pencahayaana. Sistem pencahayaan tidak menimbulkan
kesilauan maksimal 150 lux
b. Tersedia penerangan untuk pembersihan
c. Kuat penerangan pada setiap tangga 3 fc.
E. Proyektora. Tidak bergetar
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
48 cm
Tidak ada pengamatan
b. Gambar terlihat jelas
c. Jarak proyektor dengan layar kurang lebih 40 m
F. Layara. Berwarna putih dengan pinggiran berwarna
gelap
b. Permukaan licin dan bersih
G. Sistem Suara (Sound System)a. Baik dan jelas
b. Tidak terlalu keras yaitu antara 80-85 dB
c. Menggunakan sistem acoustic (gema suara
tidak memantul, mencegah absorbsi suara,
membantu resonansi suara)
H. Lantaia. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, keras,
tidak licin (berkarpet) dan mudah dibersihkan
b. Kemiringan sesuai, pemandangan penonton
yang ada dibelakang tidak terganggu oleh
penonton yang di muka
c. Jarak antara sandaran kursi (samping kanan-
kiri) kurang lebih 90 cm, perbedaan tinggi
kepala kursi yang berurutan (depan-belakang)
10 cm.
I. Dindinga. Mencegah gema suara
b. Mencegah penyerapan suara (absorbsi)
c. Menguatkan suara (resonansi)
J. Keadaan yang Bebas dari Tikus dan Seranggaa. Bebas dari tikus
b. Bebas dari serangga
c. Tidak terdapat tempat untuk kemungkinan
serangga dan tikus bersarang
K. Pemadam Kebakarana. Tersedia alat pemadam kebakaran yang
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
berfungsi baik
b. Alat pemadam dapat terlihat dengan jelas dan
mudah dijangkau
c. Kotak/almari APAR tidak dikunci, atau
dilengkapi alat/ cara untuk mengakses
d. Pada setiap alat pemadam terdapat penjelasan
penggunaan APAR
e. Terdapat sistem pemadam kebakaran
L. Pintu Keluara. Jarak pintu satu dengan pintu lainnya minimal 5
meter
b. Letak pintu keluar sebelah kanan dan kiri
(simetris)
c. Dapat membuka keluar
d. Selama pertunjukan pintu keluar tidak boleh
terkunci
e. Terdapat dengan jelas tulisan “EXIT”
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3.2.2 Bioskop Ciniplex Sun City Sidoarjo
TEORI PENILAIAN KETERANGANsesuai Tidak
Sesuai
1. Bagian Luar Bioskop
A. Lokasi : Sesuai dengan perencanaan Tata Kota
B. Halaman
a. Terdapat tempat parkir kendaraan yang cukup
luas.
b. Bersih, tidak terdapat sampah yang berserakan,
genangan air, olie dll.
c. Penerangan cukup
C. Tempat sampah
a. Tersedia tempat-tempat sampah dan tempat
b.Pengumpulan sampah sementara yang kedap air,
tertutup dan mudah diangkat.
D. Saluran pembuangan air hujan
a. Terdapat saluran air hujan yang berhubungan
dengan saluran air hujan umum.
√
√
√
√
√
√
Tempat parkir kurang penerangan
Pada halaman tidak ada tempat sampah,namun ada tempat pengumpulan sampah
4. BAGIAN DALAM BIOSKOP/LOBBY
A. Ruang Tunggu
a. Bersih
b. Tersedia tempat sampah yang cukup
c. Pengaturan kursi
d. Terdapat pot bunga
B. Exterior Traffic
a. Bersih
b. Akses jalan lebar
c. Pencahayaan 5 Lux
d. Tersedia tempat pembuangan putung
rokok/tempat sampah
e. Ada pembidangan setiap ruangan
f. Terdapat ventilasi buatan
C. WC dan Urinoir
a. Jumlah WC (jamban) minimal 1 buah untuk
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
200 kursi
b. Pemisahan jamaban laki-laki dan perempuan
c. Tersedianya air penggelontor atau untuk
membersihkan
d. Bersih dan terpelihara
e. Penerangan minimal 50 lux pada permukaan
lantai
f. Jumlah urinoir minimal 1 buah untuk 100 kursi
g. Terdapat sabun
h. Terdapat pengering tangan
D. Pemadam Kebakaran
a. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau
b. Ada penjelasan tentang penggunaan alat
pemadam
c. Jumlah disesuaikan lebar gedung
E. Dinding
a. Bersih
b. Berwarna terang
c. Kedap suara
d. Kedap air
F. Lantai
a. Bersih
b. Kuat
c. Kedap air
d. Permukaan rata
e. Tidak licin
G. Atap
a. Tidak bocor
b. Kuat
c. Tidak ada genangan air
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tetapi system menggunakan WC kering, sediaan air kurang
H. Langit-langit
a. Jarak dengan lantai 2,5 m
b. Kuat
c. Berwarna terang
I. Pintu
a. Kuat
b. Mudah dibersihkan
c. Mencegah masuknya serangga dan tikus
J. Kotak P3K
K. Snack Bar
a. Letak container makanan tertata rapi
b. Bersih
c. Terhindar dari hewan pengerat
d. Peralatan bersih
e. Kemasan bersih dan aman
L. Pintu Darurat
a. Jarak pintu bahaya satu dengan yang lain
minimal 5 m
b. Dipasang simetris disebelah kanan dan kiri
ruang pertunjukan
c. Lebar pintu 2 kali dari pintu biasa (160 cm)
d. Daun pintu harus membuka lebar
e. Selama pertunkukan pintu bahaya tidak boleh
dikunci
f. Di atas pintu dipasang tulisan “PINTU
BAHAYA”
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Namun pada kamar mandi tidak sesuai
Tidak terdapat pintu darurat
4. Ruang Pemutaran FilmA. Kursi
a. Lebar minimal 40 cm antar kursi dengan kursi √
di depannya
b. Jarak kursi terdepan dengan layar minimal 6
meter
c. Jarak kursi dari lantai 48 cm
d. Sandaran tangan sesuai dengan kemungkinan
tangan dapat bersandar dengan baik
e. Lebar kursi minimal 40-45 cm
f. Terbuat dari bahan kuat, empuk, dan mudah
dibersihkan
B. Traffic sytema. Lebar lalu lintas utama minimal 2 meter
b. Lebar lalu lintas keliling ruangan pertunjukan
minimal 50 meter
c. Lalu lintas antar baris kursi untuk jalan
penonton ke tempat duduknya minimal 40 cm
d. Lintas block lebar minimal 80 cm
C. Ventilasia. Terdapat ventilasi buatan (AC, Exhauster)
b. Ventilasi buatan dibersihkan minimal 2 bulan
sekali
c. Kondisi ruangan terasa nyaman/tidak panas,
dengan suhu antara 20-25⁰C.
D. Pencahayaana. Sistem pencahayaan tidak menimbulkan
kesilauan maksimal 150 lux
b. Tersedia penerangan untuk pembersihan
c. Kuat penerangan pada setiap tangga 3 fc.
E. Proyektora.Tidak bergetar
b. Gambar terlihat jelas
c.Jarak proyektor dengan layar kurang lebih 40 m
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ Posisi sandaran terlalu tegak.45 cm
F. Layara. Berwarna putih dengan pinggiran berwarna
gelap
b. Permukaan licin dan bersih
G. Sistem Suara (Sound System)a. Baik dan jelas
b. Tidak terlalu keras yaitu antara 80-85 dB
c.Menggunakan sistem acoustic (gema suara
tidak memantul, mencegah absorbsi suara,
membantu resonansi suara)
H. Lantaia. Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, keras,
tidak licin (berkarpet) dan mudah dibersihkan
b. Kemiringan sesuai, pemandangan penonton
yang ada dibelakang tidak terganggu oleh
penonton yang di muka
c. Jarak antara sandaran kursi (samping kanan-
kiri) kurang lebih 90 cm, perbedaan tinggi
kepala kursi yang berurutan (depan-belakang)
10 cm.
I. Dindinga. Mencegah gema suara
b. Mencegah penyerapan suara (absorbsi)
c. Menguatkan suara (resonansi)
J. Keadaan yang Bebas dari Tikus dan Seranggaa. Bebas dari tikus
b. Bebas dari serangga
c. Tidak terdapat tempat untuk kemungkinan
serangga dan tikus bersarang
K. Pemadam Kebakarana. Tersedia alat pemadam kebakaran yang
berfungsi baik
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
b. Alat pemadam dapat terlihat dengan jelas dan
mudah dijangkau
c. Kotak/almari APAR tidak dikunci, atau
dilengkapi alat/ cara untuk mengakses
d. Pada setiap alat pemadam terdapat penjelasan
penggunaan APAR
e. Terdapat sistem pemadam kebakaran
L. Pintu Keluara. Jarak pintu satu dengan pintu lainnya minimal 5
meter
b. Letak pintu keluar sebelah kanan dan kiri
(simetris)
c. Dapat membuka keluar
d. Selama pertunjukan pintu keluar tidak boleh
terkunci
e. Terdapat dengan jelas tulisan “EXIT”
√
√
√
√
√
√
√
√
√
5. Fasilitas Pendukung
A. Tempat Sampah
a. Tertutup
b. Kedap air
c. Mudah dibuka
d. Mudah ditutup
e. Mudah dibersihkan
B. Saluran pembuangan limbah
C. Loker karyaan
D. Musolla
E. Gudang
F. Petugas pelayanan
a. Kebersihan penjual snack
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√√ Tidak memakai
topi
b. Kerapihan
c. Keramahan
√
3.3 Analisis
3.3.1 Bioskop 1 : Malang Town Squre
Kelebihan :
1. System toilet
2. Kenyamanan tempat duduk ruang teater
3. Petugas yang memakai topi menghindarkan jatuhnya rambut pada makanan
Kekurangan:
1. Tempat sampah yang kurang mencukupi
2. Tidak ada pintu darurat
3. Warna dinding lobby yang kurang terang
4. Tempat sampah yang tidak ada pembuangan putung rokok
3.3.2 Bioskop 2 : Sun City Sidoarjo
Kelebihan:
1. Pentaan lantai yang bagus
2. Pembagian ruangan-ruangan yang jelas
3. Keramahan petugas
Kekurangan:
1. Pada rancang bangun toilet tinggi dinding kurang
2. Tidak ada pengering tangan
3. Kebersihan kurang
4. Pencahayaan dalam setiap ruangan tidak ada pembedaan
Penyimpulan
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR RUJUKAN
Bunga, Rampai. 1991. Form Sanitasi TTU. (Online) (http://helpingpeopleideas.com/publichealth ) Diakses pada 5 Oktober 2015
Mukono, H. J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press
Rusdi, Putu. 2010. Standar Ruangan Bioskop. Bali: Universitas Udayana.
Suyono, Budiman. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
LAMPIRAN
Di Kasih Undang-undang ya….