Isi Makalah
-
Upload
darson-tendean -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
description
Transcript of Isi Makalah
Standar Kompetensi :
1. Memahami sifat-sifat dasar atom.
2. Mengenal dan mengetahui model atom Thomson.
3. Memahami model inti atom Rutherford.
4. Memahami konsep spectrum garis.
5. Memahami model atom Bohr.
6. Memahami percoban Franck-Hertz.
7. Memahami asas persesuaian.
8. Memahammi beberapa kelemahan model atom Bohr.
Tujuan Pembelajaran :
1. Agar mahasiswa dapat memahami beberapa sifat dasar atom.
2. Agar mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui model atom Thomson.
3. Agar mahasiswa dapat memahami model inti atom Rutherford.
4. Agar mahasiswa dapat memahami konsep spectrum garis.
5. Agar mahasiswa dapat Memahami model atom Bohr.
6. Agar mahasiswa dapat Memahami percoban Franck-Hertz.
7. Agar mahasiswa dapat Memahami asas persesuaian.
8. Agar mahasiswa dapat Memahammi beberapa kelemahan model atom Bohr.
6.1 Sifat-Sifat Dasar Atom
Atom berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos”dimana "a" berarti "tidak"
dan "tomos" berarti "terbagi", jadi atom merupakan sesuatu yang tidak dapat
terbagi-bagi.Beberapa ahli mengungkapkan beberapa pendapat tentang atom
dimana menurut Demokritos, atom adalah partikel terkecil penyusun seluruh materi
di alam semesta, menurut John Dalton atom adalah partikel terkecil dari suatu
unsur yang masih mempunyai sifat seperti unsurnya.Menurut J.J. Thomson, atom
adalah bola yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif tersebar
secara merata sedangkan menurut Ernest Rutherford: Atom adalah partikel yang
terdiri dari inti atom, yaitu proton dan neutron yang berada pada bagian pusat dan
dikelilingi elektron-elektron.
Di dalam atom terdapat sub-atom, yaitu partikel penyusun atom yang
ukurannya lebih kecil.Sulit bagi kita untuk membayangkan seberapa kecil atom ini,
satu titik yang ada di akhir kalimat ini saja memiliki panjang sekitar 20 juta
atom.Setiap atom memiliki inti, yang terdiri dari proton dan neutron, serta elektron
yang bergerak cepat di sekitar inti. Elektron-elektron ini terdapat pada tingkatan
energi yang berbeda-beda, yang disebut kulit, tiap kulit memiliki jumlah batas
untuk elektron, apabila elektron di kulit pertama sudah memenuhi batas, maka
elektron akan memenuhi kulit kedua dan seterusnya. Secara lebih jelasnya atom
dapat dilihat pada gambar berikut :
Berdasarkan penjelasan di atas, elektron, neutron dan proton merupakan
bagian terkecil dari atom, namun para ilmuan modern berpendapat bahwa proton
dan neutron tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi yang disebut kuark.
Atom memiliki beberapa sifat dasar diantaranya :
1. Atom sangatlah kecil, jari-jarinya sekitar 0,1 nm (0,1 × 10-9 m).
Jari-jari atom adalah jarak dari pusat inti ke elektron paling luar.Jari-jari atom
ditentukan dengan mengukur panjang ikatan (jarak antar inti) dalam
senyawa.Jari-jari atom dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6.2 Jari-jari Atom
Gambar 6.1 Atom
Dengan demikian, mencoba “melihat” sebuah atom dengan menggunakan
cahaya tampak (λ≅ 500 nm), lewat efek difraksi misalnya adalah usaha yang
sia-sia karena jari “tangan” cahaya-tampak terlalu besar untuk menyelidiki
struktur arloji atom yang sangat halus. (Dapat di taksir secara kasar ukuran
maksimum sebuah atom dengan cara meninjau bentuk kubus sebuah unsur zat,
misalnya unsur besi. Besi memiliki rapat massa sekitar 8 g/cm3 dan berat atom
sekitar 50. Satu mol besi (50 g) mengandung jumlah atom sebanyak bilangan
Avogadro, sekitar 6 × 1023 buah atom menempati volume sekitar 6 cm3,
sehingga 1 atom menempati volume ruang sekitar 10-23 cm3. Jika dianggap
atom-atom zat padat tersusun sangat rapat seperti bola-bola keras yang
bersentuhan, maka diameter sebuah atom adalah kurang lebih
3√10−23 cm3≅ 2×10−8 cm=0,2 nm).
2. Semua atom stabil-mereka tidak membelah diri secara spontan menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil; sema gaya dalam yang mengikat atom haruslah
berimbang. Ini berarti, semua gaya tarik dalam atom tentulah saling berlawanan
karena bila tidak demikian semua atom dalam alam semesta ini akan
berantakan.
3. Semua atom mengandung elektron bermuatan negatif, namun netral. Jika
sebuah atom atau sekumpulan atom diganggu dengan gaya yang cukup kuat,
elektronnya akan terpancarkan.
4. Atom memancarkan dan menyerap radiasi elektromagnet. Spektrum radiasi
beberapa cahaya tampak (λ ~ 500nm), sinar X (λ ~ 1nm), sinar ultraviolet (λ ~
10nm), sinar inframera (λ ~ 0,1μm), dan seterusnya. Dalam pengukuran
pancaran radiasi elektromagnet yang khas, arus elektrik dilewatkan melalui
sebuah tabung berisi cuplikan wujud zat suatu unsur tertentu, yang kemudian
memancarkan radiasi elektromagnet apabila sebuah atom yang tereksitasi
berpindah kembali keadaaan dasarnya. Berbagai panjang gelombang yang
dipancarkan sebuah atom dapat diukur dengan ketelitian tinggi, misalnya
dengan menggunakan kisi difraksi dalam hal cahaya tampak. Panjang
gelombang radiasi yang diserap dapat diukur dengan melewatkan seberkas
cahaya putih melalui suatu cuplikan gas, dan kemudian mengamati warna-
warna apakah dari cahaya putih yang hilang kaerena diserap oleh gas. Semua
atom selalu memencarkan dan menyerap radiasi dengan panjang gelombang
yang sama-panjang gelombang yang hadir dalam percobaan penyerapan
radiasi.
6.2 Model Atom Thomson
Model struktur atom pertama adalah yang dikemukakan oleh J. J.
Thomson, yang telah terkenal karena keberhasilannya mencirikan elektron dan
mengukur nisbah muatan terhadap massa (e/m) elektron. Model atom Thomson ini
berhasil menerangkan banyak sifat atom yang diketahui seperti: ukuran, massa,
jumlah elektron, dan kenetralan muatan elektrik. Dalam model ini, sebuah atom
dipandang mengandung Z elektron yang dibenamkan dalam suatu bola bermuatan
positif seragam. Muatan positif total bola adalah Ze, massanya pada dasarnya
adalah massa atom (massa elektron terlalu ringan sehingga tidak banyak
mempengaruhi massa atom), dan bahwa jari-jari R bola ini adalah jari-jari atom
pula. (Model ini seringkali dikenal dengan nama model kue karena elektron-
elektron tersebar di seluruh atom seperti halnya kismis yang tersebar dalam kue
puding prem atau roti kismis).
Gambar 6.3 Model Atom Thomson
Pada gambar di atas, bagian berwarna oranye bermuatan positif, sedangkan
berwarna hijau adalah elektron yang bermuatan negatif.
Sampai akhir abad ke-19, konsep mengenai bentuk atom masih berupa bola
pejal layaknya bola biliar. Sedangkan pada tahun 1987 Joseph John Thomson
secara total merubah konsep atom dengan adanya penemuan elektron yang dikenal
dengan teori atom Thomson.
Gaya pada sebuah elektron yang berjarak r dari pusat sebuah bola
bermuatan positif berjari-jari R dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus
dasar elektrostatik. Fraksi volume sebauh bola berjari-jari r dari volume
keseluruhan bola barjari-jari R sama dengan fraksi muatan dalam bola itu dari
muatan total Ze. Jadi,
qdalam=Ze
43
π r3
43
π R3=Ze r3
R3 …………………(6.1)
Menurut hukum Gauss, medan elektrik pada jarak r dapat dicari dari muatan total
yang terkandung di dalam bola berjari-jari r:
∫E .dS= 1ε0
qdalam ……………… ..(6.2)
Karena sifat simetri bola dari persoalannya, medan elektrik E tetap nilainya di
seluruh permukaan bola, sehingga integralnya dapat langsung dihitung dengan hasil
E.4πr2. Jadi,
E= 14 π ε0
+qdalam
r2 …… …………..(6.3)
Dengan menggunakan Persamaan (6.1) bagi muatan total yang terkandung di dalam
bola, di peroleh
E= 14 π ε0
+Ze
R3 r ………………..(6.4)
Karena sebuah elektron dengan muatan e menderita gaya sebesar F = eE, maka
F= 14 π ε0
+Ze
R3 r=kr ………… ..(6.5)
Dengan k = Ze2/4πε0R3.
Gaya ini cenderung menarik elektron menuju pusat atom, sehingga hasilnya
dapat memberantakkan atom. Oleh karena itu, harus ada gaya lain, yang melawan
tarikan elektrik ini agar semua elektron dipertahankan tetap seimbang pada jari-jari
r. Gaya tambahan ini dipasok oleh gaya tolak-menolak antara elektron sehingga
semua elektron tetap dalam kesetimbangan mantap.
Keadaan ini sama seperti yang dialami sebuah benda bermassa m yang
tergantung pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k, dalam medan gravitasi
Bumi. Gaya pegas yang dialami benda, yang besarnya F = kx, berlawanan arah
dengantarikan gravitasi Bumi, yang besarnya F = mg. Bendanya setimbang
dibawah tarikan kedua gaya yang berlawanan arah itu. Jika bendanya di pindahkan
sedikit jauh dari kedudukan setimbangnya, kemudian dilepaskan, ia akan bergetar
(osilasi) dengan frekuensi v = (1/2π)√k /m.
Oleh karena itu, di perkirakan bahwa elektron-elektron dalam atom
Thomson akan bergetar sekitar kedudukan setimbangnya dengan frekuensi v =
(1/2π)√k /m dengan k adalah tetapan yang didefinisikan oleh Persamaan (6.4).
Karena muatan elektrik yang bergetar memancarkan gelombang elektromagnet
dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi getarnya, dapatlah di perkirakan
bahwa berdasarkan model Thomson, semua frekuensi radiasi yang dipancarkan
atom akan memperlihatkan frekuensi ciri khas ini.
Diperkirakan bahwa sebuah elektron dalam model atom Thomson
memancarkan radiasi pada frekuensi getarnya, dengan akibat amplitudo getarnya
menurun, atau menyerap suatu radiasi pada frekuensi yang sama pula, dengan
akibat amplitudo getarnya meningkat.
Kegagalan mencolok model Thomson muncul dari hamburan partikel
(proyektif) bermuatan atom. Meninjau gerak sebuah partikel bermuatan positif
yang menerobos sebuah atom. Karena adanya gaya elektrik dari atom terhadap
partikel tersebut, maka lintasannya mengalami pembelokannya cukup berarti dari
arah gerak semulanya. Gaya-gaya tersebut adalah (1) gaya tolak yang ditimbulkan
muatan positif atom, dan (2) gaya tarik oleh elektron-elektron yang bermuatan
negatif. Dianggap bahwa massa partikel yang dibelokkan tersebut lebih besar
daripada massa elektron, tetapi lebih kecil daripada massa atom. Pada peristiwa
interaksi antara partikel dengan sebuah elektron, gaya tarik menarik antara
keduanya tentulah sama besar (menurut hukum ketiga Newton), sehingga yang
terutama merasakan akibatnya adalah elektron yang massanya jauh lebih kecil;
sedangkan efeknya pada proyektil dapatlah diabaikan.
Gambar 6.2 memperlihatkan pembelokan lintasan sebuah partikel, yang
bergerk dengan laju v (dianggap v <<sehingga dengan menggunakan mekanika
takrelavistik, K = ½mv2) sepanjang sebuah garis lurus berjarak b dari pusat atom
seandainya tidak dibelokkan. [Jarak b disebut parameter impak (impact
parameter)]. Tolakan gaya elektrik menyebabkan arah gerak partikel sedikit
membelok, sehingga setelah melewati atom, partikel bergerak sepanjang suatu
lintasan yang agak membelok, sebesar sudut θ, dari arah gerak semulanya.
Saat dihitung sudut θ ini dengan meninjau impuls yang diterima partikel,
yang memberikannya sebagian momentum dalam arah y
∆ p y=∫ Fy dt ………………….. (6.6 )
Pada sebarang titik sepanjang lintasan proyektil, berlaku
F y=F cos∅ ………………… .. (6.7 )
Dengan menganggap proyektilnya bermuatan q = ze, maka gaya F yang
dialaminya adalah Qe, dengan E diberikan oleh Persamaan (6.3),
F= 14 π ε0
+ zZe2
R3 r=zkr ………………………… .. (6.8 )
di mana k adalah tetapan yang sama seperti yang didefinisikan oleh Persamaan
(6.4). karen cos φ≅b/r, diperoleh
∆ p y≅∫ zkr . br
.dt=zkb∫ dt ………………… .. (6.9 )
¿ zkbT …………………………………………………… (6.10 )
T adalah waktu total yang dibutuhkan proyektil untuk melewati atom yang sama
dengan jarak tempuh total dalam atom dibagi dengan laju rata-rata. Karena
pembelokannya kecil, lintasannya dapat dihampiri dengan sebuah garis lurus,
seperti diperlihatkan pada Gambar 6.3, dan karena laju rata-ratanya hampir sama
dengan v, maka
T ≅ 2√R2−b2
v…………………………… (6.11)
dan
∆ p y≅2 zkb
v √ R2−b2 …………………………(6.12)
Dengan menganggap px tidak berubah, diperoleh
tanθ=p y
px≅
∆ py
p…… ……………….(6.13)
dan jika θ kecil, maka tan θ≅θ sehingga
θ≅∆ py
p=2 zkb
mv2 √ R2−b2………… ………………………(6.14)
Bila melakukan percobaan hamburan, tidak dapat menembakkan satu proyektil k
pada sebuah atom dan juga tidak dapat mengendalikan atau menentukan parameter
impak b. Yang dilakukan adalah menembakkan seberkas partikel pada selembar
tipis bahan tertentu. Berkasnya mungkin dibelokkan seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 6.4, dan dapat menentukan sudut hambur Θav atau sudut hambur
Θmaks-nya. (Θ menyatakan sudut hambur yang diukur; sedangkan θ adalah sudut
hambur oleh satu atom).
Dengan menurunkan Persamaan (6.11) terhadap b, dapat memperoleh,
yakni sudut hambur θmaks bagi satu tumbukan:
θmaks=zk R2
mv2 ……………………………. (6.15 )
Untuk mendapatkan sudut hambur rata-rata, atomnya ditinjau dari sudut pandang
partikel, dan membayangan penampang berbentuk piringan bundar yang dilihat
terbagi atas cincin-cincin sepusat. Setiap kali proyektil memasuki daerah sebuah
incin berjari-jari b dengan lebar db, ia dihamburkan ke dalam rentang sudut dθ
sekitar θ. Fraksi partikel (dari berkas) datang pada atom yang memasuki cincin
tersebut (dan dengan demikian yang terhambur pada sudut θ) adalah tidak lain
daripada fraksi luas sasaran yng ditempati cincin tersebut atau 2πb db/Πr2. Sudut
hambur rata-rata bagi satu tumbukan diperoleh dengan merata-ratakan terhadap
semua nilai b yang mungkin:
θavg=∫0
R 2 πb dbπ R2 θ ……………………………. (6.16 )
dengan melakukan integrasinya, dan mempergunakan θ dari Persamaan (6.13),
akhirnya diperoleh
θavg=π4
zk R2
m v2 ………………………… ..(6.17)
Sudut ini terlalu kecil, sihingga patut dipertanyakan apakah pembelokan
sekecil itu dapat diamati dalam laboratorium. Yang tidak ditinjau disini adalah
kenyataan bahwa ketika menempuh suatu jarak tertentu dalam bahan, proyektil
mengalami banyak sekali tumbukan dengan atom-atom bahan, dan setiap tumbukan
akan membelokkan proyektil sebesar suatu sudut belok tertentu yang rata-ratanya
adalah θav. Beberapa dari antara tumbukan ini memberikan hasil sudut belok total
yang lebih besar, sedangkan yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang
lebih besar, sedangkan yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang lebih
kecil. Nilai sudut hambur total yang diamati Θ tunduk pada hukum-hukum statistik;
khususnya, bila terdapat N tumbuan, maka Θav = √ Nθav, dan bahwa probabilitas
hamburan pada sebarang sudut yang lebih besar daripada suatu sudut Θ adalah e-
(Θ/Θav)2.
Pada kasus proyektil menembus selembar emas setebal 1 μm (10-6 m), ia
akan menumbuk sekitar 104 buah atom (karena masing-masing atom memiliki
diameter sekitar 0,1 nm). Karena itu, sudut hambur laboratoris rata-rata besarnya
Θav sekitar √104θav, atau sekitar 1˚. Angka ini tidak menyimpang jauh dari yang
diamati dalam berbagai percobaan.
Tetapi jika menguji probabilitas hamburan ini untuk sudut yang ebih besar
(Θ > 90˚) didapati bahwa ramalannya meleset jauh dari percobaan. Untuk Θav≅1˚,
probabilitas yang diperkirakan bagi sudut yang lebih besar daripada 90˚ adalah e-90
= e-8100 = 10-3500 percobaan semacam ini dilakukan oleh Hans Geiger dan Ernest
Marsden dalam laboratorium Profesor Ernest Rutherford pada 1910. Hasil yang
mereka peroleh memperlihatkan bahwa probabilitas sebuah partikel alfa
dihamburkan pada sudut-sudut yang lebih besar daripada 90˚ adalah sekitar 10-4.
Penyimpangan yang cukup mencolok antara hasil yang diperkirakan (yakni 10-3500)
dan nilai yang diamati (10-4) dilukiskan oleh Prof. Rutherford dalam kata-kata
berikut:
“Ini adalah peristiwa sangat tidak masuk akal yang pernah terjadi dalam hidup
saya. Ini sama tidak masuk akalnya dengan ibarat anda menembakkan sebuah
peluru 15 inci pada selembar kertas tissue dan peluru itu kemudian balik
menembaki anda”.
Analisi terhadap berbagai hasil percobaan hamburan seperti ini mendorong
Rutherford untuk mengusulkan bahwa massa dan muatan positif atom tidaklah
tersebar secara merata dalam seluruh volume atom, tetapi terbatas hanya dalam
suatu daerah sangat kecil, dengan diameter sekitar 10-14 m, pada pusat atom.
6.3 Inti Atom Rutherford
Ernest Rotherford melakukan pengujian terhadap teori atom Thomson,
dengan cara menembaki lempengan emas yang sangat tipis (dengan ketebalan 0.01
mm) dengan partikel alfa. Jika model atom Thomson itu benar, maka gerakan
partikel alfa tidak akan dibelokkan sewaktu menumbuk lempeng emas.
Namun, Rutherford mendapatkan hasil bahwa ternyata partikel alfa yang
ditembakkan tidak semuanya mampu menembus lempeng emas secara lurus.
Beberapa diantaranya ada yang di belokkan ke arah positif dan negatif dan
sebagian ada yang dipantulakan kembali.
Gambar 6.4. Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa. Sumber radio aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah logam pelindungyang diberi sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa yang keluar menumbuki lembaran logam F dan terhamburkan ke dalam selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar sebintik cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat digerakkan secara bebas.
Dari percobaan tersebut, dia berkesimpulan bahwa sebagian partikel alfa
dipantulkan kembali karena bertumbukan dengan bagian yang sangat keras dari
atom, yang disebut inti atom. Pada tahun 1911 dia mengemukakan teori atom yang
baru.Dalam teorinya, dia menyatakan bahwa atom terdiri proton, elektron dan
neotron, juga bahwa inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron pada jarak yang
relatif jauh dimana elektron-elektron berputar mengelilingi inti atom dengan garis
orbitnya layaknya sistem tata surya. Selanjutnya, percobaan ini dialnjutkan oleh
James Chadwick (1932), yang memastikan bahwa partikel lain pada inti atom
tersebut adalah neutron.
Sementara itu, kelemahan dari teori ini adalah, Rutherford tidak dapat
menjelaskan mengapa electron tidak jatuh ke dalam inti atom. Karena, secara fisik
gerakan electron mengelilingi inti disertai pemancaran energi yang lama-kelamaan
akan berkurang dan mendekati inti, kemudian habis dan jatuh ke dalam inti.Dengan
demikian Rutherford mengusulkan bahwa muatan dan massa atom terpusatkan
pada pusatnya, dalam suatu daerah yang disebut inti (nucleus).
Gambar 6.5 Hamburan oleh Sebuah Inti Atom
Kajian mengenai hamburan partikel bermuatan oleh inti atom yang lazimnya
disebut hamburan Rutherford terbagi dalam tiga bagian yaitu:
1. perhitungan fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar
daripada θ,
Gambar 6.6. Hamburan Partikel Alfa
Dari gambar terlihat bahwa setiap partikel dengan parameter impak yang lebih
kecil daripada suatu nilai tertentu b akan dihamburkan pada sudut yang lebih
besar daripada θ (dari b) yang bersangkutan. Andaikan lembar tipisnya setebal
satu atom- suatu lapisan tunggal atom-atom tersusun sangat rapat,. masing-
masing atom tampak sebagai sebuah piringan bundar, dengan luas π R2. Jika
lembar tersebut mengandung tersebut mengandung N buah atom maka luas
totalnya adalah Nπ R2. Untuk hamburan dengan sudut yang lebih besar daripada
θ, parameter impaknya berada antara nol dan b yang berarti bahwa jarak
hampiran proyektil ke inti atom berada dalam daerah piringan bundar seluas
π b2. Jika semua proyektil dianggap tersebar merata pada luas lembar tadi ,
fraksi proyektil yang berada dalam luas tersebut adalah π b2
π R2 .
Ketebalan lembar hambur yang sebenarnya, dapat mencapai sekitar
susunan seribu atau sepuluh ribu buah atom. Anadaikan t adalah ketebalan
lembar hambur dan A adalah luasnya, dan andaika pula bahwa ρadalah
kerapatan dan M adalah massa molekul bahan pembuat lembar itu. Jadi volume
lembar tersebut adalah At, dan massanya ρAt, sehingga jumlah molnya ρAtM .
Jadi, jumlah atom atau inti persatuan volume adalah
n=N AρAtM
∙ 1At
=N A ρM
NA adalah bilangan Avogadro (yakni jumlah atom pergram
molekum). Bagi sebuah proyektil datang, jumlah inti atom persatuan luas
yang tampak baginya adalah nt=N AρtM ; secara rata-rata, setiap inti
memberi saham luas sebesar (N AρtM )
−1
pada medan tampak proyektil, untuk
sudut hambur yang lebih besar daripada θ, proyektil harus berada dalam
daerah lingkaran seluas π b2 yang berpusat pada sebuah atom. Dengan
demikian, fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar
daripada θ adalah tidak lain daripada jumlah partikel yang menghampiri
sebuah atom dalam suatu daerah cakupan π b2
f ¿b= f ¿ θ=ntπ b2… ………………….(6.18)
Parameter impak b diberikan oleh persamaan:
b= zZ2K
e2
4 π ε0cot θ/2 …………………….(6.19)
Dengan anggapan bahwa semua partikel datang tersebar merata
pada luas lembar hambur.
Contoh:
Selembar emas (ρ=19,3 g /cm3 ,M=197 g /mol) dengan ketebalan 2,0 x 10-6
m, digunakan untuk menghamburkan partikel-partikel alfa berenergi kinetic
8,0 MeV.
a. Berapa fraksi partikel alfa yang dihamburkan ke dalam sudut yang lebih
besar daripada 900?
b. Berapa fraksi partikel alfa yang dihambur dalam sudut antara 900 dan
450?
Pemecahan:
a. Untuk kasus ini, jumlah inti persatuan volume dapat dihitung sebagai
berikut:
(6,02× 1023 atom/mol ) (19,3 g/c m3 )197 g/mol
¿5,9×1022 atom/cm
¿5,9 ×1028 atom/m
Untuk hamburan pada sudut 900, parameter impak b dapat dihitung dari
persamaan (6.17):
b=(2 ) (79 )
2 (8,0 × 106 eV )(1,44 eV .nm ) cot 450
b=1,4 ×10−14 m
Sehingga πb2=6,4 × 10−28m2
inti,dan dengan demikian kita peroleh
f ¿900=(5,9 ×1028 inti /m3)(2,0 × 10−6 m)(6,4 × 10−28 m2/inti )
¿7,5 ×10−5
b. Dengan mengulangi perhitungan di atas untuk θ = 450, kita peroleh
b=(2 ) (79 )
2 (8,0 × 106 eV )(1,44 eV .nm ) cot 22,50
b=3,4 ×10−14 m
Dan f ¿450=4,4 ×10−4. jika fraksi total partikel yang dihamburkan pada
sudut yang lebih besar daripada 450 adalah 4,4 ×10−4, dan dari angka
itu, 7,5 ×10−5 dihamburkan kedalam sudut-sudut yang lebih besar
daripada 900, maka fraksi partikel yang dihamburkan antara 450 dan 900
haruslah 4,4 ×10−4−7,5 ×10−5=3,6 ×10−4 .
2. Rumus hamburan Rutherford dan bukti percobaanya.
Gambar 6.7. Skema Hamburan Rutherford
Agar kita dapat menghitung probabilitas hamburan sebuah partikel ke
dalam suatu selang sudut kecil pada θ (antara θ dan θ + dθ), kita syaratkan
parameter impaknya terletak dalam suatu selang kecil db di b.
Dengan demikian fraksi, df, adalah
df =nt (2 πb .db ) …………………….(6.20)
Menurut persamaan (6.19). dengan mendiferensiasikan persamaan (6.17),
kita peroleh pernyataan db dalam dθ sebagai berikut:
db= zZ2 K
e2
4 π ε0(−csc2 1
2θ)( 1
2dθ)……… …………….(6.21)
Jadi,
|df|=πnt( zZ2 K )
2( e2
4 π ε 0 )2
csc2 12
θ . cot 12
θ .dθ ……………… ……. (6.22)
Tanda minus pada persamaan 20 hanyalah memberitahukan bahawa θ
bertambah jika b berkurang. Jika kita tempatkan sebuah detector bagi
partikel yang terhambur pada sudut θ sejauh jarak r dari inti atom. Maka
probabilitas bagi sebuah partikel untuk dihamburkan ke dalam detector
tersebut bergantung pada df, namun demikian df hanyalah memberika
peluang bagi semua proyektil yang dihamburkan pada sudut θ ke dalam dθ,
dan dapat dilihat bahwa semua proyektil itu akan terdistribusi secara merata
sekitar sebuah cincin berjari-jari r sin θ denagan ketebalan r dθ. Luas
cincinnya adalah dA = (2πr sin θ)r dθ. Untuk menghitung laju arah hambur
proyektil ke dalam detekktor, harus diketahui probabilitas persatuan luas
bagi hamburan ke dalam daerah cincin tadi. Ini diberikan oleh |df|/dA,
yang disebut dengan N(θ). Selanjutnya dengan melakukan suatu manipulasi
perhitungan maka diperoleh:
N (θ )= nt4 r2 ( zZ
2 K )2( e2
4 πε0 )2 1
sin4 θ2
…………………….(6.23)
Inilah rumus hanburan Rutherford.
Rumus Rutherford ini kemudian diuji kebenarannya dalam laboratorium
Rutherford oleh Geiger dan marsden, melalui serangkaian percobaan yang
memerlukan ketelitian dan keterampilan tinggi. Untuk percobaan ini,
mereka menggunakan partikel-partikel alfa (z = 2) dengan mengamati
hamburannya dari berbagai jenis lembar tipis logam. Mengingat pada saat
itu belum tersedia pencatat electron dan alat pemrosesnya, maka Geiger dan
Marsden mengamati dan mencatat partikel-partikel alfanya dengan
menghitung kerdipan cahaya (scintillations) yang dihasilkan apabila
partikel-partikel alfa tersebut menumbuk sebuah layar sulfida seng.
a. N(θ) ∝ t. untuk percobaan ini Geiger dan marsden menggunakan
sumber 8 MeV partikel alfa dari peluruhan radioaktif yang kemudian
dihamburkan pada bebagai lembar hambur berketebalan t yang berbeda,
dengan sudut hambur θ dipertahankan tetap pada 250. Hasil-hasil yang
diperoleh diperlihatkan pada gambar 6.12, yang menampakkan secara
jelas ketergantungan N(θ) pada t secara linear. Juga terbukti bahwa pada
sudut hamburan sedang inipun, hamburan tunggal lebih berperan
daripada hamburan jamak (multiple). Menurut teori statistic acak dari
hamburan jamak, probabilitas hamburan pada sudut berbanding lurus
dengan akar pangkat dua dari hamburan tunggal, sehingga dapat
diperkirakan bahwa N(θ)∝t 1 /2. Gambar 6.12. memprlihatkan secara
jelas bahwa perkiraan ini tidaklah benar).
b. N(θ) ∝Z2 pada percobaan ini, Geiger dan marsden menggunakan
berbagai jenis bahan pengambur, dengan ketebalan yang hampir (namun
tidaklah tepat) sama. Oleh karena itu, ketergantungan linear ini menjadi
jauh lebih sulit diuji dibandingkan terhadap kasus (a), mengingat
pengujiannya melibatkan ketebalan berbeda untuk bahan yang berbeda.
Namun demikian, hasil-hasil yang diperoleh sesuai dengan
kebergantungan linear dari N(θ) pada Z2 .
c. N(θ) ∝1 /K2. Untuk menguji ramalan rumus hamburan Rutherford ini,
Geiger dan marsden mempertahankan ketebalan lembar hamburan tetap
dan mengubah laju partikel-partikel alfanya. Hal ini dicapai dengan
memperlambat partikel-partikel alfa yang dipancarkan dari sumber
radioaktif dengan dengan mempergunakan lembar tipis mika. Dari
berbagai pengkuran sescara terpisah, dapatlah diketahui pengaruh beda
ketebalan mika pada kecepatan partikel alfa.
d.N (θ )∝ 1
sin4 θ2
. ketergantungan N pada θ mungkin adalah ciri yang paling
utama dan istimewa dari rumus hamburan Rutherford. Rumus ini juga
menghasilkan perubahan terbesar dalam N yang dapat dicapai dalam
percobaan. Dalam percobaan sebelumnya perubahan N hanya mencapai
sekitar orde 10; sedangkan dalam percobaan ini perubahan N malahan
mencapai 5 hingga sekitar 10 kali mulai dari sudut yang terkecil hingga
yang terbesar. Geiger dan marsden menggunakan selembar emas dengan
mengubah θ dari 50 hingga 1500. Kecocokannya dengan rumus
Rutherford sekali lagi sangat baik.
3. Jarak hampiri terdekat partikel hambur ke inti penghambur
Jarak ini kita dapati dengan persamaan :
d= 14 πε 0
zZ e2
K…………………….(6.24 )
Walaupun jarak inti sangat kecil (lebih kecil daripada jari-jari sebuah
atom, misalnya), ternyata masih lebih besar daripada jari-jari inti atom emas
(sekitar 7 × 10-15 m).jadi partikelnya selalu berada di luar daerah sebaran
muatan inti, sehingga hukum hamburan Rutherford, yang diturunkan dengan
anggapan bahwa partikelnya tetap berada di luar inti, akan tetap berlaku pada
peristiwa hamburannya. Jika kita memperbesar energy kinetic partikel, atau
menurunkan gaya tolak elektriknya dengan menggunakan inti sasaran bernomor
atom Z rendah, maka persyaratan ini tidak dapat lagi dipenuhi. Dalam beberapa
kasus tertentu, jarak hampiri terdekat partikel dapat lebih kecil daripada jari-jari
inti. Apabila ini terjadi, maka gaya yang bekerja pada partikel tak lagi
seluruhnya dari muatan elektrik inti, sehingga hukum hamburan Rutherford tak
lagi berlaku. Dan kasus ini memberi kita suatu cara terbaik untuk mengukur
jari-jari inti.
Contoh :
Carilah jarak hampir terdekat dari sebuah partikel alfa berenergi 8,0 MeV yang
ditembakkan pada selembar emas.
Pemecahan:
d= 14πε 0
zZ e2
K
d= (2 ) (79 ) (1,44 eV nm ) 18×106 eV
d=28× 10−6 nm
d=2,8× 10−4 m
6.4 Spektrum Garis
Spektrum adalah suatu kondisi yang tidak terbatas pada serangkaian situasi
tertentu terhadap nilai-nilai tetapi dapat bervariasi dan tak terbatas dalam sebuah
peristiwa yang secara terus-menerus.Definisi spectrum garis yaitu spectrum yang
tersusun oleh garis-garis putus yang berhubungan dengan panjang gelombang
tunggal dari suatu pancaran atau serapan radiasi.Setiap garis berhubungan dengan
perubahan orbit electron.Spectrum garis ini dihasilkan oleh atom-atom ion
sederhana dalam gas, misalnya atom helium dan raksa.
Spektrum kontinu adalah radiasi yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi
yang terdiri dari berbagai warna yang bersinambungan, yaitu ungu, biru, hijau,
kuning, jingga, merah.Semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil
energinya, maka artinya sinar ungu mempunyai foton dengan energi terbesar,
sedangkan sinar merah mempunyai foton dengan energi terkecil.Spektrum garis
adalah radiasi yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang hanya terdiri dari
beberapa warna garis yang terputus putus; yaitu ungu, biru, merah.
Radiasi electromagnet dari berbagai atom dapat dikelompokkan kedalam
spectrum kontinu dan spectrum diskret atau garis. Pada spectrum kontinu, panjang
gelombang radiasi yang dipancarkan merentang dari suatu nilai minimum, mungkin
0, hingga suatu nilai maksimum, mungkin menghampiri ∞. Radiasi dari objek
panas berpijar merupakan salah satu contoh yang tergolong dalam kelompok
ini.Cahaya putih merupakan campuran dari semua warna cahaya tampak.Dengan
demikian, sebuah objek panas berpijar memancarkan semua frekuensi spectrum
cahaya tampak. Jika sebaliknya, kita timbulkan loncatan bunga api listrik dalam
sebuah tabung yang berisi sejumlah kecil gas atau uap suatu unsur tertentu , seperti
air-raksa, natrium, atau gas neon,maka hanya sehimpunan panjang gelombang
diskret cahaya tertentu saja yang dipancarkan.
Gambar 6.8 Peralatan untuk Mengamati Spectrum Serap
Contoh spectrum”garis”semacam itu diperlihatkan pada gambar
diatas.Kedua garis tegas 436 nm (biru) dan 546 (hijau) dalam spectrum air raksa
inilah yang memberi warna biru hijau bagi lampu gas air raksa yang digunakan
untuk menerangi jalan raya.Garis kuning tegas pada 590 nm dalam spectrum
natrium (yang sebenarnya adalah suatu doublet-yakni dua garis spectrum yang
sangat rapat) menyebabkan lampu jalan gas natrium berwarna kuning lembut.Dan
terpancarnya warna merah dari lampu “iklan neon” disebabkan oleh garis spectrum
merah tajam dari gas neon.
Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus listrik dialirkan
ke dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang dipancarkan oleh
setiap gas berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas tersebut.Cahaya
dipancarkan dalam bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang kontinu.
Percobaan lain yang mungkin adalah dengan melewatkan seberkas cahaya
putih melalui suatu cuplikan gas. Apabila percobaan ini dilakukan, akan kita
temukan bahwa beberapa panjang gelombang cahaya tersebut diserap oleh gas
yang dilewati, dan dihasilkan lagi suatu spectrum garis. Semua panjang gelombang
ini berkaitan dengan sebagian besar (tetapi tidak semuanya) panjang selombang
yang tampak dalam spectrum pancar (emisi).
Pada umunya, penafsiran spectrum garis ini menjadi rumit sekali pada
atom-atom kompleks, karena itu kita hanya akan membahas secara khusus
spectrum garis dari atom tersederhana, yakni atom hydrogen. Spectrum atom ini,
karena kesederhanaan atomnya yang hanya memiliki satu electron, memperlihatkan
keteraturan dalam spectrum pancar dan serapnya.
Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang
gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling
sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis.
Dalam bahasan mengenai radiasi benda hitam, kita berkenalan dengan
contoh “metode ilmiah terbaik”.Menurut metode ini, untuk menerangkan suatu data
percobaan yang belum ada teorinya, kita mencoba menemukan dulu suatu fungsi
untuk mencocokkan datanya. Seorang guru sekolah menengah berkebangsaan
swiss, Johannes Balmer, mencatat bahwa sekelompok panjang gelombang
spectrum garis pancar hydrogen dalam daerah tampak dapat dicocokkan secara
tepat dengan rumus
λ = 364.5 n2
n2−4…………………….(6.25)
Satuan λ adalah nm dan n hanya bernilai bulat mulai dari 3. Sebagai contoh,
untuk n=3, λ=656,1 nm. Rumus ini sekarangdikenal sebagai rumus balmer dan
deretan garis spectrum yang cocok dengannya disebut deret balmer. Panjang
gelombang 364,5 nm, yang berhubungan dengan n → ∞, disebut batas deret.
Dengan segera didapati bahwa semua kelompok garis spectrum dalam spectrum
hydrogen dapat dicocokkan dengan rumus serupa sebagai berikut :
λ=λlimitn2
n2−n02 ……………………. (6.26 )
Dengan λ limit adalah panjang gelombang deret batas yang sesuai, dengan n
mengambil nilai bulat mulai dari n0 + 1. (untuk deret Balmer, n0 =2). Deret lainnya
sekarang dikenal sebagai deret Lyman (n0=1), Paschen (n0=3), Bracket (n0=4), dan
pfund(n0=5). Ciri menarik lainnya dari panjang gelombang spectrum hydrogen
terangkum dalam asas gabung Ritz(Ritz combination principle). Jika kita ubah
panjang gelombang spectrum pancar hydrogen kedalam frekuensi, kita jumpai sifat
menarik berikut : jumlah sepasang frekuensi tertentu memberikan frekuensi lai
yang juga menarik ini dalam spectrum hydrogen. Dengan demikian, setiap model
atom hydrogen yang berhasil haruslah dapat menerangkan keteraturan aritmetik
yang menarik ini dalam berbagai spectrum pancarnya.
Gambar 6.8 Deret Spectrum Pancar dan Serap Atom Hidrogen
Gambar deret spectrum pancar dan serap atom hydrogen. Semakin
mendekati batas deretnya, semakin rapat garis-garis spectrum yang bersangkutan.
Semua spectrum ini tampak dalam spectrum pancar, hanyalah deret Lyman yang
muncul dalam spectrum serap.
Dengan R adalah konstanta Rydberg yang bernilai:
Contoh:
Batas deret dari deret Paschen (n0 = 3) adalah 820,1 nm. Tentukan ketiga panjang
gelombang terpanjang dari deret Paschen ini,
Pemecahan:
λ=λlimitn2
n2−n02
λ=820,1 n2
n2−32 n=4 ,5 , 6 , …………
n=4 : λ=820,1 42
42−32 =1875 nm
n=5 : λ=820,1 52
52−32 =1281 nm
n=6 : λ=820,1 62
62−32 =1094 nm
Ketiga transisi ini berada dalam rentang inframerah spectrum electromagnet.
6.5. Model Atom Bohr
A. Sejarah Penemuan Model Atom Bohr
Gambar 6.9 NielsBohr
Atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung
campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral.
Pada tahun 1913 pakar fisika Denmark Niels Bohr menyatakan bahwa
kegagalan model atom Rutherford dapat disempurnakan dengan menerapkan
Teori Kuantum dari Planck. Model atom Bohr dinyatakan dalam bentuk empat
postulat berkaitan dengan pergerakan elektron yaitu sebagai berikut :
1) Dalam mengelilingi inti atom, elektron berada pada kulit (lintasan) tertentu.
Kulit ini merupakan gerakan stasioner (menetap) dari elektron dalam
mengelilingi inti atom dengan jarak tertentu.
2) Selama elektron berada pada lintasan stasioner tertentu, energi elektron
tetap sehingga tidak ada energi yang diemisikan atau diserap.
3) Elektron dapat beralih dari satu kulit ke kulit lain. Pada peralihan ini,
besarnya energi yang terlibat sama dengan persamaan Planck, ΔE = h.
4) Lintasan stasioner elektron memiliki momentum sudut. Besarnya
momentum sudut adalah kelipatan dari nh/2π , dengan n adalah bilangan
kuantum dan h adalah tetapan Planck.
Di awal abad ke-20 percobaan oleh Ernest Rutherford telah dapat
menunjukkan bahwa atom terdiri dari sebentuk awan difusi elektron bermuatan
negatif mengelilingi inti yang kecil padat dan bermuatan positif. Berdasarkan
data percobaan ini sangat wajar jika fisikawan kemudian membayangkan
sebuah model sistem keplanetan yang diterapkan pada atom model Rutherford
tahun 1911 dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti layaknya planet
mengorbit matahari. Namun demikian model sistem keplanetan untuk atom
menemui beberapa kesulitan. Sebagai contoh hukum mekanika klasik
(Newtonian) memprediksi bahwa elektron akan melepas radiasi
elektromagnetik ketika sedang mengorbit inti karena dalam pelepasan tersebut
elektron kehilangan energi maka lama-kelamaan akan jatuh secara spiral
menuju ke inti.
Ketika ini terjadi frekuensi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan akan
berubah. Namun percobaan pada akhir abad 19 menunjukkan bahwa loncatan
bunga api listrik yang dilalukan dalam suatu gas bertekanan rendah di dalam
sebuah tabung hampa akan membuat atom atom gas memancarkan cahaya
(yang berarti radiasi elektromagnetik) dalam frekuensi-frekuensi tetap yang
diskret.
Pada tahun 1913 Niels Bohr fisikawan berkebangsaan Swedia mengikuti
jejak Einstein menerapkan teori kuantum untuk menerangkan hasil studinya
mengenai spektrum atom hidrogen. Bohr mengemukakan teori baru mengenai
struktur dan sifat-sifat atom. Teori atom Bohr ini pada prinsipnya
menggabungkan teori kuantum Planck dan teori atom dari Ernest Rutherford
yang dikemukakan pada tahun 1911. Bohr mengemukakan bahwa apabila
elektron dalam orbit atom menyerap suatu kuantum energi elektron akan
meloncat keluar menuju orbit yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika elektron itu
memancarkan suatu kuantum energi elektron akan jatuh ke orbit yang lebih
dekat dengan inti atom.
Untuk mengatasi hal ini dan kesulitan-kesulitan lainnya dalam
menjelaskan gerak elektron di dalam atom pada tahun 1913 Niels Bohr
mengusulkan dua gagasan kunci model atom Niels Bohr yaitu :
1. Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momenta yang
terkuantisasi dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini berarti
tidak setiap orbit melainkan hanya beberapa orbit spesifik yang
dimungkinkan ada yang berada pada jarak yang spesifik dari inti.
2. Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan
sebagaimana mereka bergerak di dalam orbit melainkan akan tetap stabil di
dalam sebuah orbit yang tidak meluruh.
Arti penting model ini terletak pada pernyataan bahwa hukum mekanika
klasik tidak berlaku pada gerak elektron di sekitar inti. Bohr mengusulkan
bahwa satu bentuk mekanika baru atau mekanika kuantum menggambarkan
gerak elektron di sekitar inti. Namun demikian model elektron yang bergerak
dalam orbit yang terkuantisasi mengelilingi inti ini kemudian digantikan oleh
model gerak elektron yang lebih akurat sekitar sepuluh tahun kemudian oleh
fisikawan Austria Erwin Schrödinger dan fisikawan Jerman Werner
Heisenberg. Poin-poin penting lainnya adalah:
1. Ketika sebuah elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, perbedaan
energi dibawa (atau dipasok) oleh sebuah kuantum tunggal cahaya
(disebut sebagai foton) yang memiliki energi sama dengan perbedaan
energi antara kedua orbit
2. Orbit-orbit yang diperkenankan bergantung pada harga-harga terkuantisasi
(diskret) dari momentum sudut orbital, L menurut persamaan
L=n. h=n . h2 π
……………………. (6.27 )
dimana n = 1,2,3,… dan disebut sebagai bilangan kuantum utama, dan h
adalah konstanta Planck. Point (2) menyatakan bahwa harga terendah dari
n adalah 1. Ini berhubungan dengan radius terkecil yang mungkin yaitu
0.0529 nm. Radius ini dikenal sebagai radius Bohr. Sekali elektron berada
pada orbit ini, dia tidak akan mungkin bertambah lebih dekat lagi ke
proton.
B. Teori Model Atom Niels Bohr
Model atom hidrogen Bohr dapat menjelaskan spektrum gas hidrogen
yang ditemukan dari percobaan. Misalnya pemancaran sinar merah oleh gas
hidrogen terjadi ketika elektron berpindah dari kulit ketiga (n=3) ke kulit kedua
(n=2).
Gambar 6.10 Model Atom Hidrogen Menurut Niels Bohr
Meskipun model atom Bohr dapat menjelaskan spektrum hidrogen dan
spektrum dari spesi lain berelektron tunggal tetapi model tersebut tidak dapat
menjelaskan spektrum dari atom yang lebih kompleks. Oleh karena itu para ahli
tetap berupaya mencari penjelasan yang lebih sempurna. Ide penting yang sangat
berharga dari teori Bohr adalah gagasab tentang tingkat energi dalam atom yaitu
gagasan tentang kulit-kulit atom.
Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa patokan
yang harus selalu diingat, yaitu:
1. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan
disebut kulit ke-1 (kulit k kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit ke-4
(kulit N), dan seterusnya.
2. Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati masing-
masing kulit adalah:
kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
3. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron.
Bilangan kuantum (n) 1 2 3 4 Dan seterusnya
Lambing kulit K L M N Dan seterusnya
Kulit atau lintasan elektron dalam mengelilingi inti atom dilambangkan
dengan n = 1, n = 2, n = 3, dan seterusnya. Lambang ini dinamakan bilangan
kuantum. Huruf K, L, M, dan seterusnya digunakan untuk menyatakan lintasan
elektron dalam mengelilingi inti atom. Lintasan dengan n = 1 disebut kulit K,
lintasan dengan n = 2 disebut kulit L, dan seterusnya.
Semakin besar harga n (makin jauh dari inti), makin besar energi elektron
yang mengorbit pada kulit itu. Jadi tingkat energi kulit L lebih besar daripada kulit
K,tingkat energi kulit M lebih besar daripada kulit L dan seterusnya. Kulit yang
ditempati electron apakah kulit K,L,M atau yang lainnya bergantung pada energi
elektron itu.
Dalam penjelasannya bohr, menggunakan atom hidogen sebagai model. Bohr
berhasil merumuskan jari-jari lintasan dan energi electron pada tom hydrogen
sebagai berikut :
Lintasan yang diizinkan untuk elektron dinomori n = 1, n = 2, n =3 dst.
Bilangan ini dinamakan bilangan kuantum, huruf K, L, M, N juga
digunakan untuk menamakan lintasan.
Jari-jari orbit diungkapkan dengan 12, 22, 32, 42, …n2. Untuk orbit tertentu
dengan jari-jari minimum a0 = 0,53 Å.
Jika elektron tertarik ke inti dan dimiliki oleh orbit n, energi dipancarkan
dan energi elektron menjadi lebih rendah sebesar.
”Bohr menyatakan bahwa elektron-elektron hanya menempati orbit-orbit
tertentu disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah energi kelipatan
dari suatu nilai kuantum dasar. (John Gribbin, 2002)” Model Bohr dari atom
hidrogen menggambarkan elektron-elektron bermuatan negatif mengorbit pada
kulit atom dalam lintasan tertentu mengelilingi inti atom yang bermuatan positif.
Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya selalu disertai
dengan pemancaran atau penyerapan sejumlah energi elektromagnetik hf.Menurut
Bohr : ” Ada aturan fisika kuantum yang hanya mengizinkan sejumlah tertentu
elektron dalam tiap orbit. Hanya ada ruang untuk dua elektron dalam orbit
terdekat dari inti. (John Gribbin, 2005)”.
Gambar 6.11. Sebuah Electron Melompat dari Keadaan n1 ke Keadaan n2
dan Memancarkan Sebuah Foton
Bohr juga menyatakan bahwa elektron menggelilingi inti pada orbit
tertentu. Di dalam atom terdapat orbit luar dan orbit dalam. Orbit dalam adalah
orbit electron didekat inti Orbit luar dapat menampung lebih banyak electron.
Elektron pada orbit luar menentukan sifat-sifat kimia atom. Kadang-kadang
elektron pada orbit luar melompat ke orbit dalam. Pada waktu melompat electron
itu mengeluarkan cahaya.
Teori Bohr memperkenalkan perbedaan radikal dengan gagasan teori klasik
fisika. Beberapa ilmuwan yang penuh imajinasi (seperti Einstein) segera bergegas
memuji kertas kerja Bohr sebagai suatu “masterpiece,” suatu kerja besar; meski
begitu, banyak ilmuwan lainnya pada mulanya menganggap sepi kebenaran teori
baru ini.
Model Bohr hanya akurat untuk sistem satu elektron seperti atom hidrogen
atau helium yang terionisasi satu kali. Bagian ini hendak menurunkan rumusan
tingkat-tingkat energi atom hidrogen menggunakan model Bohr.Penurunan rumus
didasarkan pada tiga asumsi sederhana:
1. Energi sebuah elektron dalam orbit adalah penjumlahan energi kinetik dan
energi potensialnya:
2. Momentum sudut elektron hanya boleh memiliki harga diskret tertentu
3. Elektron berada dalam orbit diatur oleh gaya coulomb.
Dengan demikian, tingkat energi terendah untuk atom hidrogen (n = 1)
adalah -13.6 eV. Tingkat energi berikutnya (n = 2) adalah -3.4 eV. Tingkat energi
ketiga (n = 3) adalah -1.51 eV, dan seterusnya.Harga-harga energi ini adalah
negatif, yang menyatakan bahwa elektron berada dalam keadaan terikat dengan
proton. Harga energi yang positif berhubungan dengan atom yang berada dalam
keadaan terionisasi yaitu ketika elektron tidak lagi terikat, tetapi dalam keadaan
tersebar.
6.6. Persamaan Franck-Hertz
Percobaan Frank – Hertz bertujuan untuk mengetahui secara langsung
kebenaran teori kuantum bahwa tenaga electron atom itu bertingkat – tingkat
(terkuantisasi). Mengamati hubungan antara arus anoda Ia dengan besarnya
tegangan kisi Vg dan menetukan tegangan eksitasi aton Neon dan panjang
gelombang foton yang dipancarkan.
Gambar 6.12. Skema percobaan Franck Hertz
Elektron- elektron meninggalkan katoda, yang dipanasi dengan sebuah
filament pemanas. Semua electron itu kemudian dipercepat menuju sebuah kisi
oleh beda potensial V, yang dapat diatur. Electron dengan energy V electron volt
dapat menembusi kisi dan jatuh pada plat anoda, jika V lebih besar daripada V0,
suatu tegangan perlambat kecil antara kisi dengan pelat katoda. Arus electron yang
mencapai pelat anoda diukur dengan menggunakan ammeter A.
Sekarang, andaikanlah tabungnya diisi dengan gas atom hydrogen. Jika
tegangan dinaikkan dari nol, makin banyak lektron yang mencapai pelat anoda, dan
bersamaan dengan itu, naik pula arus elektriknya. Electron-elektron di dalam
tabung tentu saja dapat menumbuk atom-atom hydrogen, namun tidak ada energy
yang dilepaskan dalam tumbukan ini, jadi tumbukannya elastic sempurna. Satu-
satunya cara electron dapat melepaskan energinya dalam suatu tumbukan dengan
atom hydrogen adalah jika atom memiliki energy yang cukup untuk menyebabkan
atom hidrogen bertransisi ke suatu keadaan eksitasi. Dengan demikian apabila
energi elektron mencapai dan sedikit melebihi energi 10,2 eV (atau ketika tegangan
mencapai 10,2 eV),elektron dapat melakukan tumbukan takelastik dengan atom
hidrogen, dan meninggalkan energi 10,2 eV pada atom hidrogen (yang sekarang
berada pada tingkat n = 2), sedangkan elektron setelah tumbukan bergerak dengan
energi yang lebih rendah. Dengan demikian,jika elektron harus melewati kisi dan
energinya tidak cukup untuk mengaatassi tegngan perlambat rendah, ia tidak dapat
mencapai pelat anoda. Jadi, apabila V = 10,2 eV akan teramati penurunan arus.
Dengan demikian, percobaan ini memberikan kita suatu bukti langsung
mengenai kehadiran keadaan eksitasi atom. Sayangnya, tidaklah mudah untuk
melakukan percobaan ini dengan atom hidrogen, karena secara alamiah hidrogen
tidak hadir dalam bentuk atom,melainkan dalam bentuk molekul H2. Karena
molekul menyerap energy dalam berbagai cara, penafsiran percobaannya akan
menjadi kabur. Pada tahun 1914, percobaan serupa dilakukan oleh Franck dan
Hertz, dengan menggunakan tabung berisi uap air raksa. Hasil percobaan mereka
diperlihatkan pada gambar 4, yang memperlihatkan secara jelas bukti kehadiran
sebuah keadaan eksitasi pada 4,9 eV. Apabila tegangannya merupakan kelipatan
dari 4,9 eV, maka tampak suatu penurunan arus. Dan bertepatan dengan itu,
spectrum pancar dari uap air raksa memperlihatkan suatu garis benderang
ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm, yang berkaitan dengan energi sebesar
49 eV, dan ini dapat terjadi dari transisi antara keadaan eksitasi dengan energi 4,9
eV yang sama ke tingkat dasarnya. Dengan demikian, bukti awal energi diskret dari
berbagai keadaan atom ini tidak hanya mengukuhkan asas-asas umum model atom
Bohr, tetapi juga memperlihatkan secara langsung kuantisasi energy dari berbagai
system fisis.
Gambar 6.13. Hasil percobaan Franck Hertz dengan Menggunakan Air Raksa
6.7. Asas Persesuaian
Asas Persesuaian adalah asas yang diajukan Neils Bohr untuk
memecahkan masalah perbedaan antara postulat Bohr dalam fisika kuantum dengan
hukum fisika klasik. Asas Persesuaian (correspondence principle): “Hukum fisika
klasik hanya berlaku dalam ranah klasik, sedangkan hukum fisika kuantum berlaku
dalam ranah mekanika. Pada ranah dimana keduanya bertumpang tindih, Kedua
himpunan hukum fisika itu harus memberikan hasil yang sama”.
Sebuah partikel bermuatan elektrik yang bergerak sepanjang sebuah
lingkaran meradiasikan gelombang elekteromagnetik dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi gerak melingkarnya. Misal jarak tempuh satu gerak edar
lingkaran penuh elektron = 2πr, dengan laju edar v = √2k/m, maka diperoleh
periodenya :
T= 2π r√2 K /m
=π √2m√8π ε0r
c……………………. (6.28 )
Karena frekuensi v adalah kebalikan periode maka :
v= 1T
= c√16 π3 ε0 m r3 ……………………. (6.29 )
Dengan menggunakan penyataan diatas bagi jari jari orbit yang
diperkenankan maka diperoleh :
vn=mc4
32 π3 ε0 n31n3 ……………………. (6.30 )
Sehingga sebuah elektron klasik yang bergerak dalam orbit lingkaran
berjari-jari r n akan meradiasikan gelombang elektromagnet dengan frekuensi ν n
ini. Namun jika kita perbesar jari-jari atom bohr menjadi sangat besar mulai dari
objek berukuran kuantum (10 -10 m) hingga ke ukuran laboratorium (10 - 3
m) ,dapatkah kita harapkan bahwa atomnya berperilaku klasik. Sehingga muncul
persamaan seperti di bawah ini untuk penjelasan tersebut.
v= mc4
64 π 3 ε02n3 ( 1
(π−1 )2− 1
n2 )……………………. (6.31 )
¿ mc4
64 π3 ε02n3 (
2 n−1n2(n−1)2 )……………………. (6.32 )
Jika n besar sekali,kita dapat hampiri n-1 dengan n dan 2n-1 dengan
2n,sehingga menurut persamaan seperti ini :
v= mc4
64 π 3 ε02n3
2 nn2 ……………………. (6.33 )
v= m c4
32 π3 ε02 n3
nn3 ……………………. (6.34 )
Rumus di atas, identik dengan persamaan frekuensi klasik. Elektron
klasik berspiral secara mulus menuju inti atom, sambil meradiasi dengan frekuensi
yang diberikan. Sedangkan elektron kuantum meloncat dari orbit n ke orbit (n-1),
dan kemudian ke orbit (n-2), dan seterusnya.
Apabila orbit-orbit lingkaran besar sekali, maka loncatan dari satu orbit
lingkaran ke orbit yang lebih kecil nampaknya menyerupai sebuah sepiral seperti
gambar berikut:
Gambar 6.13 (a) Atom Kuantum Besar ;(b) Atom Klasik
Dalam rentang n yang besar, dimana fisika klasik dan kuantum bertumpang
tindih, pernyataan klasik dan kuantum bagi frekuensi radiasi keduanya identik. Ini
adalah salah satu contoh penerapan asas persesuaian bohr. Asas ini penting untuk
memahami bagaimana kita beranjak dari ranah dimana berlaku hukum-hukum
fisika klasik ke ranah dimana berlaku hukum-hukum fisika kuantum.
6.8. Kelebihan dan Kelemahan Atom Bohr
A. Kelebihan Model Atom Niels Bohr
Adapun kelebihan dari Model Atom Niels Bohr adalah sebagai berikut :
1. Atom terdiri dari beberapa kulit/subkulit untuk tempat berpindahnya
electron dan atom membentuk suatu orbit dimana inti atom merupakan
positif dan disekelilingnya terdapat elektron.
2. Mampu membuktikan adanya lintasan elektron untuk atom hidrogen dengan
jari-jari bola:= 0,529 Angstrom= 0,529 x 10–10m= 1 bohr.
3. Bohr-sommerfeld mengembangkan orbit Bohr (bola) menjadi orbital yaitu
fungsi gelombang elektron atau identitas elektron sebagai gelombang yang
memiliki bentuk bola (l = 0, orbital s) atau 1 bola, (l = 1, orbital p) atau 2
balon terpilin, (l = 2, orbital d) atau 3 balon terpilin, (l = 3, orbital f).
4. Elektron tidak mengorbit mengelilingi inti melalui sembarang lintasan,
tetapi hanya melalui lintasan tertentu dengan momentum sudut tertentu
tanpa melepaskan energi ( Lintasan Stasioner )
5. Elektron dapat berpindah hanya dengan melepaskan dan menyerap energi
sebesar hf (energi foton).
B. Kekurangan Model Atom Niels Bohr
1. Hanya dapat menerangkan spektrum dari atom atau ion yang mengandung
satu elektron dan tidak sesuai dengan spektrum atom atau ion yang
berelektron banyak.
2. Tidak mampu menerangkan bahwa atom dapat membentuk molekul melalui
ikatan kimia
3. Tidak dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack.
4. Tidak dapat menerangkan kejadian-kejadian dalam ikatan kimia dengan
baik, pengaruh medan magnet terhadap atom-atom, dan spektrum atom
yang berelektron lebih banyak.
5. Menurutnya kedudukan dalam mengelilingi atom dinyatakan dengan pasti.
6. Gerakan elektron digambarkan sebagai lingkaran/elip.
7. Tidak dapat menerangkan intensitas spektrum lebih lanjut
8. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
9. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan menyerap
atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Beisher, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat.Erlangga. Jakarta.
Krane, Kenneth S. 1992. Fisika Modern. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
GLOSARIUM
Asas Persesuaian : Asas yang diajukan Neils Bohr untuk memecahkan
masalah perbedaan antara postulat Bohr dalam fisika
kuantum dengan hukum fisika klasik.
Atom : Partikel terkecil yang tidak dapat terbagi-bagi lagi.
Bilangan Avogadro : Jumlah atom pergram molekum.
Bilangan Kuantum : Lambang yang menunjukan Kulit atau lintasan elektron
dalam mengelilingi inti atom.
Efek Difraksi : Gejala pelenturan cahaya.
Emisi : Panjang gelombang yang tampak dalam spectrum pancar.
Keadaan Terionisasi : Keadaan ketika elektron tidak lagi terikat, tetapi dalam
keadaan tersebar.
Kuark : Partikel-partikel terkecil penyusun proton dan
neutron.
Lintasan Stasioner : Lintasan tertentu dengan momentum sudut tertentu tanpa
melepaskan energi.
Medan Elektrik : Daerah yang dilingkupi arus listrik
Orbit Dalam : Orbit electron didekat inti.
Parameter Impak : Jarak antara pembelokkan lintasan partikel dari pusat
Radiasi Elektromagnet: Pancaran energi dari gelombang electromagnet.
Spektrum Garis : Spektrum yang tersusun oleh garis-garis putus yang
berhubungan dengan panjang gelombang tunggal dari
suatu pancaran atau serapan radiasi.
Fraksi Partikel : Fraksi luas sasaran yng ditempati cincin tersebut atau 2πb
db/Πr2.
Scintillations : Kerdipan cahaya yang dihasilkan apabila partikel-partikel
alfa menumbuk sebuah layar sulfida seng.