Isi Makalah

download Isi Makalah

of 35

description

Keperawatan Makalah

Transcript of Isi Makalah

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar belakangSampai saat ini, penyakit diare (gastroenteritis) masih jadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak-anak. Diare harus dibedakan dari inkontinensial fekalis dengan volume dan frekuensi feses normal pasase darah dan mukos dan serta seringnya pasase sejumlah kecil feses seperti yang terjadi pada pasien dengan sindrom defektasi iritabel. Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak dinegara berkembang, dengan perkiraan 1,3 miliar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara keseluruhan, anak-anak mengalami diare rata-rata 3,3 episode per tahun, akan tetapi pada beberapa tempat dapat lebih dari 9 episode per tahun. Pada daerah dengan episode diare yang tinggi, seorang balita dapat menghabiskan 15% waktunya dengan diare. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan (Depkes RI dan DITJEN PPM dan PLP, 1999).1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dijadikan fokus pembahasan dalam makalah ini yaitu:1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Diare Pada Anak.

1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan UmumMengetahui tentang konsep penyakit Diare pada Anak. 1.3.2 Tujuan KhususAdapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang :1. Asuhan keperawatan klien dengan Diare yang terjadi pada anak.

BAB IILAPORAN PENDAHULUAN

2.1Definisi Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan atau muntah akut. Istilah ini mengacu pada terdapat proses inflamasi dalam lambung dan usus, walaupun pada beberapa kasus tidak selalu demikian-seperti pada kondisi seperti kolera atau apa yang dihasilkan oleh E. Coli, dimana mukosa usus dan gaster secara struktural ada kecenderungan normal. Diare adalah defeksi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. (Sodikin, 2011; 224) Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. (Nursalam 2008,168-180).Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan di mana:1. Frekuensi buang air besar yang lebih besar dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak; konsisten feaces encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau hanya lendir saja (FK UI, 1997).2. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan feaces yang tidak berbentuk (Susan Martin T., 1998: 8).3. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1995: 51).4. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Soeparto Pitono, dkk, 1999).5. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2005 ; 223)Diare didefinisikan sebagai passase feses cair lebih dari tiga kali dalam sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Watson, dikutip Jones & Irving, 1996; Behrman, Kliegman & Arvin, 1999).Secara epidemiologik biasanya diare didefinisikan dengan keluarnya feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, namun para ibu mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan diare. Depkes RI & DITJJEN PPM & PLP (1999), lebih praktis mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi feses atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Diare atau Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995).Diare beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan menjadi diare adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.Diare dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.

2.1.1Klasifikasi Menurut Sodikin tahun 2011, Secara klinik diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom, masing-masing mencerminkan patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.1. Diare akut (Gastroenteritis)Diare akut ialah diare yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah mungkin disertai muntah dan panas. Diare akut (berlangsung kurang dari 3 minggu) penyebabnya infeksi dan harus dicari penyebabnya (perjalanan keluarga negeri, memakan makanan mentah, diare serentak dalam anggota keluarga, dan kontak dekat). Diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih besar. Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak dinegara berkembang adalah rotavirus,Escherichia coli enterotoksigenik, shigella, campylobacter jejuni dan crytosporidium. Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peluang untuk mengalami diare akut antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.2. Disentri Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kerukan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama disentri akut yaitu shigella, penyebab lain adalah campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang ditemui adalah E.coli enteroinvasife atau salmonel.

3. Diare persistem Diare persistem adalah diare pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi. Diare perrsistem ini disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal, E.coli enteoaggregatife, shigella, dan Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih besar. Diare persistem ini tidak dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare intermitten atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme menurun. 2.2 EtiologiPenyebab utamanya adalah beberapa kuman usus penting, yaitu rotavirus, escherichia coli, shigella, cryptosporidium, vibrio cholerae, dan salmonella (Depkes RI, 1998).Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu:1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.2. Menggunakan botol susu.3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.4. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamah makanan.Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut:1. Gangguan osmotikTerdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus, akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat peningkatan isi rongga usus.3. Gangguan motilitas ususHyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun, maka akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga selanjutnya timbul diare pula.Menurut Suharyono (1999: 56) sebagai akibat dari diare akut maupun kronis, dapat terjadi hal-hal sebagai berikut:1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)Kondisi ini dapat mengakibatkan gengguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis), karena:a. Kehilangan natrium bicarbonat bersama tinja.b. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan aleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).e. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul).

2. HypoglikemiaHypoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP, karena :a. Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu.b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi).Gejala hypoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada nak-anak. Hal tersebut dapt berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.3. Gangguan giziSewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizisehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan karena:a. Makan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh saja.b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu yang lama.c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.4. Gangguan sirkulasiSebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disrtai muntah, maka dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.

2.3PatofisiologiKuman penyebab penyebab diare (Orofecal) antara lain melalui makanan atau minuman akibat tercemar oleh feses dan/atau kontak langssung dengan feses penderita akan tapi ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan risiko terjadinya diare, perilaku yang dimaksud adalah:1. Tidak memberikan ASI secara penuh utnuk waktu 4-6 bulan pertama. Risiko untuk menderita diare berat beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI penuh, risiko kematian karena diare juga lebih besar.2. Penggunaan botol susu yang tidak bersih penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan sukar dibersihkan. Sewaktu minum susu dimasukkan di dalam botol yang tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum kuman akan tumbuh.3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Kalo makanan dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini memudahkan terjadinya pencemaran, seperti kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar, karena makanan yang disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat berkembang biak.4. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dan feses. Air mungkin terpapar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan yang tercemar kuman mengenai air sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, membuang feses atau sebelum memasak. 6. Membuang feses (termasuk feses bayi dengan tidak benar). Ada anggapan dimasyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan kesehatan padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.

WOC PENYAKIT DIARE PADA ANAK7. Orang ke orang (tangan)Hewan peliharaanMakanan atau air terkontaminasi

Esherichiacoli Shigella Salmonella Staphylococus aurous

Invasi saluran cerna

Invasi sistemikProduksi enterotoksinPenghancuran sel-sel epitel

Peradangan lapisan jaringan dibawah epitel mukosaBerinteraksi dengan mukosa

Ulserasi dangkal dari mukosa

Darah lender dalam fesesBoros sekresi air dan elektrolit

Hipertensi dan edema

Akses ke sirkulasi sistemikEkresi interstisial

Diare

Infeksi dibagian lain tubuhDehidrasi kemunduran kolaps

Septicemia meningitis2.4Manifestasi klinisGambaran awal dimulai dengan anak mulai cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah enjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Akibat sering defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila pederita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, makan terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, tonus otot daan turgor berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan. Berdasarkan kehilangan berat badan, dehdrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan beraat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%) ; sedangkan menurut skor Maurice King dapat dijelaskan.Tabel skor Maurice KingBagian yang diperiksaNilai untuk gejala yang ditemukan

012

Keadaan umumsehatGelisah, cengeng, apatis, ngantukMengigau , koma, atau syok

Kekenyalan kulitnormalSedikit kurangSangat kurang

MatanormalSedikit cekungSangat cekung

Ubun-ubun besarnormalSedikit cekungSangat cekung

MulutnormalKeringKering dan sianosis

Denyut nadi/menitKuat< 120x/menitSedang (120-140)x/menitLemah >140x/menit

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi dengan menggunakan skor Maurice King.1. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perlu dijepit antara ibu jari dengan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepaskan kembali. Apabila kulit kembali normal dalam waktu 1 detik (turgor agak kurang/dehidrasi ringan), 1-2 detik (turgor kurang/dehidrasi sedang), dan 2 detik (turgor sangat kurang/dehidrasi berat).2. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita maka dapat ditentukan derajat dehidrasinya, bila mendapat nilai 0-2 (dehidrasi ringan), 3-6 (dehidrasi sedang), dan 7-12 (dehidrasi barat). Nilai atau gejala tersebut adalah nilai atau gejala yang terlihat pada dehidrasi isotonik dan hipotonik, yang keadaan dehidrasinya paling banyak, masing-masing 77,8%, atau 9,5%. 3. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup nilai untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi buang air kecil.Tabel Gejala KlinisGejala KlinisGejala Klinis

Ringan Sedang Berat

Keadaan umum

Kesadaran Baik/compos mentisGelisah Apatis - koma

Rasa haus++++++

Sirkulasi

Nadi (x/menit)Normal (120)CepatCepat sekali

Respirasi

PernapasanBiasa Agak cepatKusmaull (cepat dan dalam)

Kulit

Ubun-ubun besarAgak cekungCekungCekung sekali

MataAgak cekungCekungCekung sekali

Turgor dan tonusBiasaAgak kurangKurang sekali

DiuresisNormalOliguriaAnuri

Selaput lendirNormal Agak keringKering /asidosis

Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam, yaitu dehidrassi isotonik (bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L, dehidrasi hipotonik (bila kadar Na plasma 150 mEq/L).

Tabel Gejala-gejala DehidrasiGejalaHipotonik IsotonikHipertonik

Rasa haus -++

Berat badanMenurun sekaliMenurun Menurun

Turgor kulitMenurun sekaliMenurunTidak jelas

Kulit/selaput lendirBasahKeringKering sekali

Gejala SSPApatisKomaIrritable, kejang-kejang, hiperfleksi

SirkulasiJelek sekaliJelekRelatif masih baik

Nadi Sangat lemahCepat dan lemahCepat dan keras

Tekanan darahSangat lemahRendahRendah

Banyaknya kasus20-30%70%10-20%

2.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan objektif utama pada anak dengan diare akut adalah penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya demam menunjukkan infeksi spesies salmonella, shigella, atau kampilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoiddoskopi harus dilakukan keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat peradangan rektal, jika ada, dan mendapatkan feses untuk diperiksa.Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :1. Pemeriksaan Tinja Makroskopis dan mikroskopis. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2.Pemeriksaan Darah pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3.Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.6 Penatalaksanaan Pemeriksaan etiologi diare secara spesifik dan rutin dilaboratorium tidak praktis dan gejala kliniknya juga tidak spesifik, oleh sebab itu pengobatan yang diberikan pada penderita diare harus berdasarkan gejala utama penyakit dan pengertian dasar tentang mekanisme patogenesisnya. Prinsip pengobatan diare adalah sebagai berikut.1. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit dan etiologinya. 2. Makanan harus terus diberikan bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi.3. Antibiotic dan dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin karena tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk dalam hal ini diare berat dan diare dengan panas, kecuali:a. Disentri yang harus diobati dengan anti mikroba yang efektif untuk shigella. Penderita yang tidak member respons dengan pengobatan ini harus dikaji lebih lanjut atau diobati untuk kemungkinan amoebiasis.b. Suspek kolera dengan dehidasi berat.Diare persisten, jika ditemukan tropozoit atau kista G.Lamblia atau Tropozit E. Histolitika di feses atau cairan khusus atau bila bakteri usus pathogen ditemukan dalam kultur feses.2.6.1Pencegahan diareBerbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan, dan tangan yang tercemar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif adalah sebagai berikut:1. Pemberian ASI ekslusif (pemberian makanan berupa ASI saja pada bayi umur 4-6 bulan)2. Mengindari penggunaan susu botol3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri)4. Mencuci tangan baik sesudah buang air besr dan membuang feses bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan5. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.

2.6.2Memperkuat Daya Tahan Tubuh pejamuSejumlah faktor risiko diare yang sering dan berat menunjukan daya tahan tubuh yang menurun. Cara-cara yang dapat diambil untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk mengurangi risiko diare adalah sebagai berikut:1. Melaksanakan pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun pertama kehidupan2. Memperbaiki status gizi (dengan memperbaiki nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberikan anak lebih banyak makanan)3. Imunisasi campak.Diare karena infeksi khusus (Menurut Ngastiyah, 2005:234)1. Kolera Kolera merupakan penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang dissebabkan oleh basil vibrio cholera, dengan gejala diare hebat, sering disertai muntah, turgor ccepat berkurang, timbul asidosis ddan tidak jarang disertai renjatan (syok).Infeksi terjadi akibat masuknya kuman V. Cholerae melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja mengandung kuman kolera. Masa inkubasi adalah 8-48 jam. Penyakit ini umumnya menyerang daerah sanitasi lingkungan buruk (golongan masyarakat dengan sosial ekonomi kurang).Patogenesis. Setelah Kuman masuk kedalam usus halus, berkembang biak, kemudia mengeluarkan enterotoksin kolera yang akan memengaruhi sel mukosa usus halus dan meningkatkan sekresi ion CI ke dalam usus. Akibat diare dengan atau tsnps muntah akan terjadi :a. Gangguan keseimbangan air (dehidrasi) dan elekttrolit.b. Gangguan gizi (berat badan turun banyak dalam waktu cepat)c. Hipoklikemia (terutama pada pasien malnutrisi).

2. Diare karena kandidiasi (moniliasi)Penyebab diare ini adalah Candida albicans. Infeksi dapat mengenai beberapa alat tubuh seperti mulut, paru, usus dan vagina candidi albicans dapat hidup sebagai saprofit tetapi padaa keadaan tertentu seperti rematuritas, pemakian antibiotik dan kortikosteroid yang lama, gangguan gizi, dam diabetes melitus yang dapat berubah menjadi parasit. Walaupun dapat mengenai semua umur, tetapi yang sering terdapat pada bayi (bayi baru lahir). 3. Diare karena Escherichia coli Toksin yang dikularkan oleh E.coli dapat menyebabkan diare pada binatang juga pada manusia. Kemampuan melekat (adesi) bakteri pada usus halus menentukan virilensi bakteri, salah satu strain E.coli mampu menembus mukosa usus. Dewasa ini dikenal 3 jenis (strain) E.coli yang dianggap patogen, yaitu :a. Enteopathogenic E.coli (EPEC). Kuman ini ditemukan pada tahun 1945 dari pasien kolera anak. Bakteri ini menguluarkan cairan yang berbau spesifik seperti semen sperma. Pada saat ini dikenal dari 15 subtipe yang dapat menimbulkan epidemi diare terutama pada bayi (dapat menimbulkan banyak kematian pada bayi baru lahir).b. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Jenis E.coli (ETEC) ini mempunyai toksin yang tidak tahan panas, yaitu labile toxin (LT) yang bersifat seperti toksin fibrio cholerae yang dapat merangsang enzim adenisiklase sel mukosa, usus halus dan mempunyai sifat, imunologik yang sama dengan koleragen (antigen fibrio cholerae).c. Enteroinvasive E.coli (EIEC). Jenis ini dapat menembus sel mukosa usus besar (kolon), menimbulkan kerusakan jaringan mukosa, sehingga ditemukan eritrosit dan leukosit dalam tinja pasien. Patogenesis diare oleh SPEC ini mirip diare yang disebabkan oleh Shigella spp.

2.7 KomplikasiAkibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)b. Renjatan hipovolemik.c. Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi).d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.e. Hipoglikemia.f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan3.1.1Identitas pasien/biodataMeliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan. Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak yang berumur di bawah dua tahun. Insiden paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan (Depkes RI, 1999: 5).3.1.2 Keluhan utamaBuang air besar lebih 3 kali sehari, BAB 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung