Isi Makalah
-
Upload
nha-bocah-consisteam -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of Isi Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan ketidaknormalan
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Dalam keadaan normal, sel hanya akan
membelah diri jika ada pergantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Namun,
sel yang abnormal (sel kanker) akan membelah terus meskipun tubuh tidak
memerlukannya. Akibatnya terjadi penumpukan sel tersebut mendesak dan
merusak jaringan normal sehingga mengganggu organ yang ditempatinya.
Sel-sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan
terus membelah diri; selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive)
dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ
penting serta syaraf tulang belakang. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan
dalam berbagai organ tubuh. Mulai dari kaki sampai kepala. Bila terjadi
dibagian permukaan tubuh, kanker tentu mudah diketahui dan bisa segera
diobati. Tetapi jika kanker terjadi di bagian dalam tubuh, tentu akan sulit
diketahui. Bahkan, kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun kemudian
timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit di obati.
Disukai atau tidak, mengerikan atau tidak, faktanya kanker di
Indonesia menjadi penyumbang kematian terbesar nomor 3 setelah penyakit
jantung. Dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker di Indonesia terus
meningkat. Itulah sebabnya Departmen Kesehatan RI sampai membentuk
Subdirektorat Kanker. Tujuannya ialah untuk lebih dapat mensosialisasikan
bahaya kanker kepada masyarakat luas.
Penderita kanker di Indonesia sekitar 10% dari manusia dewasa dan
kebanyakan perempuan. Kasus kematian akibat kanker meningkat dari 3.4%
(tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001).
1 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Kanker sendiri dapat menyerang bagian tubuh mana saja. Maka kanker
punya banyak macam/jenis, sesuai dengan bagian tubuh yang diserangnya,
diantara sekian banyak kanker, kanker Nasofaring merupakan jenis kankes
yang paling berbahaya setelah kanker serviks, kanker payudara, kanker paru-
paru, kanker prostat, kanker kolon, begitu juga dengan kanker hati.
Kanker nasofaring adalah kanker di daerah kepala dan leher yang
paling banyak ditemukan di Indonesia ataupun Asia Tenggara. Kanker ini
merupakan kanker nomor satu di bidang THT (Telinga - Hidung -
Tenggorokan), kanker nasofaring atau karsinoma nasofaring (KNF) dapat
terjadi pada setiap kelompok usia. Paling sering menyerang orang-orang pada
kelompok usia 45-54 tahun. Sebaliknya sangat jarang dijumpai pada
kelompok usia dibawah 20 tahun. Jumlah penderita laki-laki lebih banyak
daripada jumlah penderita perempuan. Perbandingannya antara 2-3:1.
Yang menarik, etnis Tionghoa tercatat lebih rentan terkena penyakit
kanker nasofaring jika dibandingkan dengan etnis lain. Entah kenapa kanker
nasofaring lebih banyak menyerang warga Tionghoa, baik yang tinggal di
negara asalnya maupun yang menetap di negara perantauannya. Penyebab
pastinya sampai sekarang belum jelas. Akan tetapi, kemungkinan hal ini
berkaitan dengan faktor genetis yang belum sepenuhnya bisa difahami. Pada
kenyataannya kanker nasofaring memang lebih banyak dijumpai pada ras
mongoloid, yaitu penduduk China bagian selatan, Hong Kong, Thailand,
Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Sementara ras kulit putih jarang terkena
penyakit ini.
Data lain menunjukkan bahwa sekitar 70% dari benjolan di leher
bagian atas adalah kanker nasofaring. Sayangnya hampir semua orang tidak
memperdulikan fakta itu. Ini disebabkan karena pemahaman masyarakat
tentang kanker nasofaring memang masih rendah. Maka sosialisasi prihal
penyakit tersebut serta berbagai upaya pencegahan dan
penyembuhan/pengobatannya wajib dilakukan secara lebih intensif oleh
2 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
pihak-pihak terkait. Tujuannya agar lebih banyak kasus yang bisa dideteksi
dini sehingga presentase kesembuhannya pun dapat meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Penyakit Kanker Nasofaring?
2. Apa Saja Klasifikasi dari Penyakit Kanker Nasofaring?
3. Apa Etiologi dari Penyakit Kanker Nasofaring?
4. Apa Saja Tanda & Gejala Dari Penyakit Kanker Nasofaring?
5. Apa Patofisiologi Penyakit Kanker Nasofaring?
6. Bagaimana Concept Map Keperawatan Dari Penyakit Kanker
Nasofaring?
7. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Untuk Penyakit Kanker Nasofaring?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Kanker Nasofaring?
9. Bagaimana Hasil Analisis Jurnal Terkait Penyakit Nasofaring?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Untuk Penyakit Kanker Nasofaring?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca khususnya
mahasiswa dapat mengerti informasi-informasi penting terkait dengan
penyakit kanker nasofaring yang merupakan salah satu dari 7 kanker paling
mematikan
3 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
BAB II
ISI
A. Definisi
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di
daerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring
(Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009) .
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak
dijumpai di antara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma
nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas, sedangkan daerah kepala
dan leher menduduki tempat pertama. Tumor ini berasal dari Fossa
Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana
epitel kuboid berubah menjadi skuamosa (Asroel, 2002 ).
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
Anatomi Nasofaring
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring,
tepatnya di sebelah dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum
nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan
dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring
merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas : Basis kranii.
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler
(resesus faringeus).
4 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila
faringika.
B. Klasifikasi
1. Menurut Histopatologi :
a. Well differentiated epidermoid carcinoma
- Keratinizing
- Non Keratinizing.
b. Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma
- Transitional
- Lymphoepithelioma.
c. Adenocystic carcinoma
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
a. Ulseratif
b. Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
c. Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari
jaringan sekitar (creeping tumor)
1. 1. Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)
Tipe WHO 1
- Karsinoma sel skuamosa (KSS)
- Deferensiasi baik sampai sedang.
- Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
Tipe WHO 2
- Karsinoma non keratinisasi (KNK).
- Paling banyak pariasinya.
- Menyerupai karsinoma transisional
Tipe WHO 3
- Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
- Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear
CellCarsinoma”, varian sel spindel.
- Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
5 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Indonesia Cina
Tipe WHO 1. 29% 35% 2. 14% 23% 3. 57% 42%
C. Etiologi
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997).
Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan
hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat
mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat
dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr,
karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang
cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai
penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh
dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka
waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan
untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-
kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca
Nasofaring :
1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas
kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
5. Radang kronis nasofaring
6. Profil HLA
6 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
D. Tanda & Gejala
Gejala karsinoma nasofaring sangat bervariasi dan sering samar-samar
sehingga membingungkan pemeriksa. Kendala yang dihadapi dalam
menangani kasus karsinoma nasofaring adalah pasien datang dalam stadium
yang sudah lanjut, bahkan dalam keadaan umum yang jelek. Hal ini karena
terlambatnya diagnosa ditegakkan, maka sangatlah penting untuk menemukan
dan menegakan diagnosis secara dini (Arima, 2006). Gejala dan tanda yang
sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah :
1. Epiktasis : sekitar 70% pasien mengalami gejala ini, diantaranya
23,2 % pasien datang berobat dengan gejala awal ini . Sewaktu
menghisap dengan kuat sekret dari rongga hidung atau
nasofaring, bagian dorsal palatum mole bergesekan dengan
permukaan tumor , sehingga pembuluh darah di permukaan tumor
robek dan menimbulkan epiktasis. Yang ringan timbul epiktasis,
yang berat dapat timbul hemoragi nasal masif.
2. Hidung tersumbat : sering hanya sebelah dan secara progesif
bertambah hebat. Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung
posterior.
3. Tinitus dan pendengaran menurun: penyebabnya adalah tumor di
resesus faringeus dan di dinding lateral nasofaring menginfiltrasi,
menekan tuba eustaki, menyebabkan tekanan negatif di dalam
kavum timpani, hingga terjadi otitis media transudatif. bagi pasien
dengan gejala ringan, tindakan dilatasi tuba eustaki dapat
meredakan sementara. Menurunnya kemapuan pendengaran
karena hambatan konduksi, umumnya disertai rasa penuh di dalam
telinga.
4. Sefalgia : kekhasannya adalah nyeri yang kontinyu di regio
temporo parietal atau oksipital satu sisi. Ini sering disebabkan
desakan tumor, infiltrasi saraf kranial atau os basis kranial, juga
7 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
mungkin karena infeksi lokal atau iritasi pembuluh darah yang
menyebabkan sefalgia reflektif.
5. Rudapaksa saraf kranial : kanker nasofaring meninfiltrasi dan
ekspansi direk ke superior, dapat mendestruksi silang basis
kranial, atau melalui saluran atau celah alami kranial masuk ke
area petrosfenoid dari fosa media intrakanial (temasuk foramen
sfenotik, apeks petrosis os temporal, foramen ovale, dan area sinus
spongiosus) membuat saraf kranial III, IV, V dn VI rudapaksa,
manifestasinya berupa ptosis wajah bagian atas, paralisis otot
mata (temasuk paralisis saraf abduksi tersendiri), neuralgia
trigeminal atau nyeri area temporal akibat iritasi meningen
(sindrom fisura sfenoidal), bila terdapat juga rudapaksa saraf
kranial II, disebut sindrom apeks orbital atau petrosfenoid.
6. Pembesaran kelenjar limfe leher : lokasi tipikal metastasisnya
adalah kelenjar limfe kelompok profunda superior koli, tapi
karena kelompok kelenjar limfe tersebut permukaannya tertutup
otot sternokleidomastoid, dan benjolan tidak nyeri , maka pada
mulanya sulit diketahui. Ada sebagian pasien yang metastasis
kelenjar limfenya pertama kali muncul di regio untaian nervi
aksesorius di segitiga koli posterior.
7. Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang,
paru, hati . metastasi tulang tersering ke pelvis, vertebra, iga dan
keempat ekstremitas. Manifestasi metastasis tulang adalah nyeri
kontinyu dan nyeri tekan setempat, lokasi tetap dan tidak berubah-
ubah dan secara bertahap bertambah hebat. Pada fase ini tidak
selalu terdapat perubahan pada foto sinar X, bone-scan seluruh
tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati, paru dapat
sangat tersembunyi, kadang ditemukan ketika dilakukan tindak
lanjut rutin dengan rongsen thorax, pemeriksaan hati dengan CT
atau USG.
8 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Dikutip dari buku “awas 7 kanker paling mematikan”, menyebutkan
bahwa gejala-gejala yang timbul sebagai akibat dari penyakit karsinoma
nasofaring yakni;
1. Telinga terasa penuh dan berdengung, serta terasa sakit dan nyeri; hal ini
terjadi karena tumor telah menyumbat muara tuba eustacius.
2. Keluar darah dari hidung seperti mimisan; hal ini terjadi karena dinding
permukaan tumor rapuh sehingga mudah iritasi dan berdarah. Makin tinggi
tingkat stadiumnya, durasi mimisannya juga akan makin sering.
3. Hidung terasa tersumbat karena sel kanker telah menyebar ke rongga
hidung.
4. Jika pilek ingusnya bercampur darah.
Apabila kanker nasofaring telah lebih tinggi stadiumnya, maka gejalanya
akan makin jelas; yang berarti pula si penderita makin merasakan kesakitan
akibat penyakitnya itu. Berikut adalah gejala kanker nasofaring stadium lanjut;
1. Kepala terasa sakit dan nyeri karena sel kanker telah menyebar ke leher
dan kepala.
2. Pembengkakan daerah sekitar leher karena kelenjar getah bening
membengkak.
3. Muncul benjolan di bawah telinga akibat semakin besarnya tumor.
4. Pandangan mengabur atau jadi dua (diplopia) karena saraf mata tertekan
dan kelopak mata menutup pada sisi yang terkena.
E. Patofisiologi
Nasofaring terletak di belakang tabir langit-langit dan di bawah dasar
tengkorak.letak yang demkian sulit untuk diperiksa oleh orang yang bukan
ahli, sehingga sering kali tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan
metastase ke leher.
Telah diketahui sejauh ini bahwa proses terjadinya penyakit kanker
berlangsung dalam tahapan tahapan yang disebut sebagai mekanisme
karsinogenesis. Bermula dari terjadinya defek atau kesalahan letak susunan
9 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
DNA dalam sel manusia yang mengakibatkan tidak terkontrolnya mekanisme
pertumbuhan sel. Sel akan tumbuh tidak normal dan berlebihan. Berbagai
faktor telah diketahui atau dicurigai sebagai penyebab terjadinya kekacauan
struktur ini. Antara lain disebutkan faktor makanan, seperti konsumsi lemak
yang terlalu tinggi, pola hidup, seperti perokok berat, faktor eksternal seperti
sinar ultraviolet dan sinar radioaktif, pajanan pada bahan kimia atau oleh
virus. Berbagai kekacauan struktur ini telah dapat diidentifikasi oleh para
pakar, misalnya kelainan pada strukturgen BRCA1 dan BRCA2 selalu
diasosiasikan dengan kanker payudara atau indung telur (ovarium), atau gen
HLA A2B46 pada pasien kanker nasofaring. Perubahan genetik ini
mengakibatkan proliferasi sel sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa
perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom
(chromosome breaks) dan delesi pada sel sel somatik. Sebagian lagi bersifat
diturunkan Adakalanya manifestasi kanker ini memerlukan pula pemicu,
terutama pada kelainan struktur gen yang diturunkan.
Adapun tingkatan dari kanker ini adalah:
1. Stadium 0: Sel-sel kanker masih berada dalam batas nasopharing, biasa
disebut dengan nasopharynx in situ
2. Stadium 1: Sel kanker menyebar di bagian nasopharing
3. Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke
rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening
pada salah satu sisi leher.
4. Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di
semua sisi leher
5. Stadium 4: kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar
wajah.
Dari tingkatan-tingkatan inilah dokter dapat menentukan jenis
pengobatan yang tepat bagi penderita.
10 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
F. Concept Map Keperawatan
11 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Virus Eistein Barr, genetik, pekerjaan, gaya hidup, makanan yang diawetkan,
dll
Pertumbuhan sel abnormal
Karsinoma nasofaring
Gejala abnormal
Mata Hidung Telinga Saraf Leher
Pembesaran kelenjar limfe
Penekanan jaringan syaraf oleh sel
kanker
Nyeri akut
Juling Diplopia Penyumbatan pada hidung
oleh sel kanker
Jaringan kanker semakin membesar
dan menipis
Iritasi dan berdarah
Epiktasis
Telinga berdenging
Kesulitan menelan
Penurunan berat badan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Resiko jatuh
Gangguan citra tubuh
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui
keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan
ditemukan.
2. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui
infeksi virus E-B.
3. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan
anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
5. Nasofaringoskopi :
Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
Biopsi multiple
Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT Scan, Bone
scantigraphy (bila dicurigai metastase tulang)
Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan tumor
kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf
otak, manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting
dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring adalah radioterapi
dengan atau tanpa kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi sebaga terapi tambahan pada karsinoma nasofaring
ternya dapat meningkatan hasil terapi, terutama diberikan pada
stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.
Operasi
12 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa
diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan
jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan
kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih
yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan
kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang
tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma
nasofaring adalah Virus Epstein-Barr, maka pada penderita
karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.
Terapi Radiasi
Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang
tumbuh. Terapi ini dilakukan selama 5-7 minggu. Terapi ini
digunakan untuk kanker pada tingkatan awal. Efek samping dari
terapi ini adalah: mulut terasa kering, kehilangan pendengaran dan
terapi ini memperbesar resiko timbulnya kanker pada lidah dan
kanker tulang.
Terapi Biologis
Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji
klinis.
Terapi Herbal TCM
Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi
reaksi radiokemoterapi , fuzhengguben ( menunjang, memantapkan
ketahanan tubuh) , kasus stadium lanjut tertentu yang tidak dapat
diradioterapi atau kemoterapi masih dapat dipertimbangkan hanya
diterapi sindromnya dengan TCM. Efek herba TCM dalam
membasmi langsung sel kanker dewasa ini masih dalam penelitian
lebih lanjut.
13 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
I. Jurnal penelitian
Hasil jurnal menunjukkan beberapa faktor resiko terkait dengan penyakit
kanker nasofaing yakni ;
NO FAKTOR KEKUATAN
HUBUNGAN
KONSISTENSI
HUBUNGAN
HUBUNGAN
1 EBV Kuat Konsisten Lebih konsisten
berhubungan
dengan karsinoma
nasofaring tipe II
dan III
2 Ikan asin Sedang-kuat Konsisten Hubungan lebih
kuat jika
konsumsi rutin
3 Kurang
makan buah
dan sayur
segar
Sedang Tidak konsisten
4 Merokok Lemah-sedang Tidak konsisten Hubungan lebih
kuat dengan
karsinoma
nasofaring tipe I
5 Inhalasi lain Lemah-sedang Konsisten
6 Alcohol Lemah Tidak
berhubungan
7 Obat herbal Lemah-sedang Inkonsisten
8 Debu
pekerjaan
Lemah-sedang Inkonsisten Lebih konsisten
berhubungan
dengan paparan
debu kayu
14 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
9 Kondisi
traktus
pernafasan
kronik
Sedang Tidak konsisten
10 Riwayat
keluarga
dengan
karsinoma
nasofaring
Kuat konsisten
11 Genotip HLA
kelas 1
Sedang-kuat Konsisten Inkonsisten
berhubungan
dengan genotip
HLA II
12 Makanan
berpengawet
lain
Sedang Tidak konsisten
13 Formaldehid Lemah-sedang inkonsisten
J. ASKEP Karsinoma Nasofaring
1. Pengkajian
Pada pasien dengan penyakit Karsinoma Nasofaring, hal-hal yang
perlu untuk dilakukan pengkajian adalah sebagai berikut :
1. Pada data identitas pasien
Jenis kelamin : Dari kebanyakan kasus, penyakit
karsinoma nasofaring ini lebih banyak menyerang laki-laki
dari pada perempuan dengan berbagai faktor predisposisi,
perbandingannya 2-3:1.
Usia : lebih banyak menyerang kelompok usia 45-54 tahun.
Sedangkan penyakit karsinoma nasofaring ini jarang
ditemukan pada kelompok usia <20 tahun.
15 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Suku bangsa : Etnis Tionghoa tercatat lebih rentan terkena
penyakit kanker nasofaring jika dibandingkan dengan etnis
lain. Entah kenapa kanker nasofaring lebih banyak
menyerang warga Tionghoa, baik yang tinggal di negara
asalnya maupun yang menetap di negara perantauannya.
Penyebab pastinya sampai sekarang belum jelas. Akan
tetapi, kemungkinan hal ini berkaitan dengan faktor genetis
yang belum sepenuhnya bisa difahami. Pada kenyataannya
kanker nasofaring memang lebih banyak dijumpai pada ras
mongoloid, yaitu penduduk China bagian selatan, Hong
Kong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Sementara ras kulit putih jarang terkena penyakit ini.
Pekerjaan : Salah satu pekerjaan seperti yang berhubungan
pengolahan kayu seperti menjadi mebel dll. dapat menjadi
salah satu faktor resiko yang lemah-sedang untuk
mengalami karsinoma faring.
Pendidikan : status pendidikan penting untuk dikaji pada
masalah ini, terkait dengan banyaknya orang tidak
memperdulikan fakta-fakta yang terkait dengan gejala-
gejala dari suatu penyakit, tidak hanya jenis karsinoma ini
saja, ini juga disebabkan karena pemahaman masyarakat
tentang kanker nasofaring memang masih rendah. Maka
sosialisasi prihal penyakit tersebut serta berbagai upaya
pencegahan dan penyembuhan/pengobatannya wajib
dilakukan secara lebih intensif oleh pihak-pihak terkait.
Tujuannya agar lebih banyak kasus yang bisa dideteksi dini
sehingga presentase kesembuhannya pun dapat meningkat.
2. Status kesehatan
Keluhan utama : Pada pasien dengan karsinoma
nasiforing, sering kali keluahan yang sering dirasakan
seperti; Leher terasa nyeri. (semakin lama semakin
16 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
membesar, susah menelan, badan merasa lemas, serta
BB turun innitu dalam waktu singkat)
Kebiasaan Merokok : sejak tahun 1950, sudah
dinyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker.
Rokok mempunyai lebih dari 4000 karsinogenik,
termasuk nitrosaminin yang meningkatkan resiko
terkena karsinoma nasofaring. Kebanyakan dari hasil
penelitian menunjukkan merokok meningkatkan resiko
karsinoma nasofaring sebanyak 2 sampai 6 kali. Sekitas
60% karsinoma nasofaring tipe I berhubungan dengan
merokok, sedangkan karsinoma nasofaring tipe II dan
tipe III tidak memiliki hubungan dengan kebiasaan
merokok. Perokok lebih dari 30 bungkus per tahun
mempunyai resiko besar terkena karsinoma nasofaring.
Merokok selama minimal 15 tahun (51%) dan
mengkonsumsi tembakau dalam bentuk lain (47%).
Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan resiko
karsinoma nasofaring. Merokok lebih dari 40 tahun
meningkatkan 2 kali lipat resiko terkena nasofaring.
Riwayat penyakit keluarga : kerabat pertama, kedua,
ketiga pasien karsinoma nasofaring lebih beresiko
terkena karsinoma nasofaring. Orang yang mempunyai
keluarga tingkat pertama yang mengidap karsinoma
nasofaring mempunyai resiko 4-10 kali innitusg yang
tidak untuk menderita penyakit yang sama. Resiko
kanker kelenjar air liur dan serviks uterus juga
meningkat pada keluarga dengan kasus karsinoma
nasofaring. Faktor resiko lingkungan seperti ikan asin,
merokok dan paparan pada produk kayu meningkatkan
level antibody anti-EBV dan beberapa polimorfasi
17 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
genetic. Kasus familial biasanya pada karsinoma
nasofaring tipe II dan III, sedangkan tipe I non familial.
3. Pola kebutuhan dasar
Pola nutrisi-metabolik
o Mengkonsumsi ikan asin : paparan non-viral
yang paling konsisten dan berhubungan kuat
dengan resiko karsinoma nasofaring adalah
konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin
meningkatkan resiko 1,7 - 7,5 kali lebih tinggi
dibandingkan tidak mengkonsumsi. Konsumsi
ikan asin lebih dari tiga kali sebulan
meningkatkan resiko karsinoma nasofaring.
62% pasien karsinoma nasofaring
mengkonsumsi secara rutin makanan fermentasi
yang diawetkan. Tingginya konsumsi nitrosamin
dan nitrit dari daging, ikan dan sayuran yang
berpengawet selama masa kecil meningkatkan
resiko karsinoma nasofaring. 88% penderita
karsinoma nasofaring mempunyai riwayat
mengkonsumsi daging asap secara rutin.
o Mengokonsumsi buah dan sayuran segar :
konsumsi buah dan sayuran berdaun segar,
produk kedelai segar, jeruk, konsumsi vitamin E
atau C, karoten terutama saat anak-anak,
menurunkan resiko karsinoma nasofaring. Efek
protektif ini berhubungan dengan efek
antioksidan dan pencegahan pembentukan
nitrosamin.
Pola persepsi-konsep diri
Pada pengkajian pola persepsi-konsep diri, perlu
diperhatikan mengenai bagaimana pasien dapat
18 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
beradaptasi dengan kondisinya saat ini. Terkait dengan
masalah pada gangguan citra tubuh, yakni dengan
adanya perubahan secara fisik dari diri pasien yang
disebabkan karena munculnya manifestasi klinis dari
penyakit.
4. Pengkajian Fisik
Pengakajian fisik pada kepala dan leher
Mata : pada beberapa pasien karsinoma nasofaring dari hasil
anamnesa dapat ditemukan keluhan seperti pandangan kabur
atau jadi dua (diplopia). Dari hasil inspeksi dapat terlihat
adanya kelainan pada mata yakni; mata terlihat juling, mata
menonjol keluar kelopak mata dan kelopak mata menutup pada
sisi yang terkena.
Telinga : pada pemeriksaan pendengaran, terjadi innitus dan
penurunan pendengaran, teliga terasa penuh, serta terasa sakit
dan nyeri.
Hidung dan sinus : terjadi penyumbatan pada hidung karena
tumor semakin membesar.
Leher : pada stadium lanjut dapat terlihat pembesaran pada
kelenjar limfe atau kelenjar getah bening.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekanan jaringan syaraf oleh sel kanker).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
(pembesaran kelenjar limfe/getah bening).
Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensorik
3. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekanan jaringan syaraf oleh sel kanker).
19 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Pain Control
Tujuan : nyeri akut dapat terkontrol
Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam, diharapkan nyeri
akut dapat terkontrol, dengan kriteria hasil
- Klien menyatakan secara verbal tentang perasaan nyaman
setelah nyeri dapat terkontrol.
- Tidak ada raut wajah menahan nyeri.
- Tidak ada nyeri tekan
- TTV dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, HR
60-100x/menit, RR 12-20x/menit, T 36,5-37,5 C)
Intervensi
Pain manajemen
- Kaji TTV pasien (TD, HR, RR, T)
- Observasi tingkat nyeri
- Anjurkan pasien melakukan teknik non farmakologi (nafas
dalam)
- Beri informasi mengenai nyeri seperti bagaimana nyeri bisa
terjadi, cara untuk mengurangi nyeri, dll
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang
nyeri jika diperlukan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.
Status nutrisi
Tujuan : pemenuhan nutrisi yang adekuat
Setelah dilakukan tindakan selam 3x8jam, kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :
- Tidak ada keluhan lemas
- Pasien dapat beraktifitas
- Penurunan berat badan berkurang
- Pasien menyatakan secara verbal tentang kenyamanan setalh
diberikan terapi untuk memenuhi nutrisi
20 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
Intervensi
Terapi nutrisi
- Observasi kondisi intake nutrisi pasien
- Observasi ketidakmampuan untuk menelan makanan
- Berikan terapi nutrisi melalui infus
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengguanan NGT dan
dilakukannya oprasi jika diperlukan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
(pembesaran kelenjar limfe/getah bening).
Citra tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x8 jam, gangguan
citra tubuh pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil
- Tidak ada raut wajah malu
- Pasien tampak percaya diri
Intervensi
Body Image Enchancement
- Kaji penyebab terganggunya citra tubuh
- Bantu klien dengan menentukan tindakan yang ingin dilakukan
(terapi)
- Berikan informasi yang dapat membantu klien untuk mengatasi
gangguan citra tubuh
- Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan untuk tindakan oprasi
(oprasi pada tumor di nasofaring)
21 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker sebenarnya merupakan suatu tumor atau neoplasma atau
neoblastoma, yang terdiri dari tumor jinak (benign, benigna) dan tumor
ganas (malignant, maligna, kanker). Kanker dibedakan menjadi dua yaitu
sarkoma dan karsinoma. Sarkoma bersifat mesensimal misalnya
fibrosarkoma, imposarkoma, osteosarcoma. Sedangkan karsinoma bersifat
epithelial sebagai contoh kanker payudara, kanker uterus, kanker lambung,
kanker kulit, kanker nasofaring, dll.
Menurut Efiaty & Nurbaiti, 2001, Karsinoma nasofaring
sendiri merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma
nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang
terbanyak ditemukan di Indonesia. Dan merupakan salah satu dari
beberapa jenis karsinoma yang mematikan.
B. Saran
Karena karsinoma nasofaring merupakan salah satu dari beberapa
karsinoma yang mematikan, maka perlu adanya kewaspadaan dengan
melakukan upaya pencegahan seperti menjaga pola hidup, mengurangi
untuk mengkonsumsi makanan yang berengawet, mengurangi rokok dan
alcohol, makan buah dan sayuran segar, dll.
22 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 1997. Kanker (karsinogen, karsinogenesis, dan antikanker).
Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Priharjo, Robet. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Soebachman, Agustina. 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan. Yogyakarta:
Syura Media Utama
Sukarsono, dkk. 2008. Tumbuhan Untuk Pengobatan. Jakarta : PT Grasindo
____. ____. Tipe karsinoma nasofaring. Dikutip dari
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21527/4/Chapter%20II.pdf.
diakses tanggal 19 Mei 2014, pukul 04.10 WIB
____, 2013. Karsinoma Nasofaring. Dikutip dari http://canasofaring.blogspot.com
/2013/01/ca-nasofaring.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 19.25
WIB.
____, ____. Askep CA Nasofaring. Dikutip dari
http://asuhankeperawatancanasofaring.blogspot.com/. Diakses tanggal 13
Maret 2014, pukul 19.27 WIB.
____, ____. CA Nasofaring. Dikutip dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_nasofaring. Diakses tanggal 13 Maret
2014, pukul 19.20 WIB.
____, ____. Penyebab karsinoma nasofaring. Dikutip dari http://www.deherba.
com/penyebab-kanker-nasofaring.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014,
pukul 19.29 WIB.
____, 2011. CA Nasofaring. Dikutip dari
http://kamuskesehatanku2.blogspot.com/2011/01/materi-karsinoma-
nasofaring-kanker.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 20.19
WIB.
23 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g
____, ____. Penyakit CA Nasofaring. Dikutip dari http://prodia.co.id/penyakit-
dan-diagnosa/kanker-nasofaring. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul
19.30 WIB.
____, 2012. Deteksi Kangker Nasofaring. Dikutip dari http://muslihzarth.word-
press.com/2012/04/30/deteksi-dini-ca-nasofaring/. Diakses tanggal 13
Maret 2014, pukul 19.21 WIB.
____, ____. Jenis Kangker Nasofaring. Dikutip dari http://www.parkwaycancer-
centre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/apa-itu-kanker-nasofaring/.
Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 19.23 WIB.
____. 2013. Pengkajian karsinoma nasofaring. Dikutip dari
http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/04/pengkajian-dan-askep-
kanker-nasofaring.html. Diakses tanggal 19 Mei 2014, pukul 04.15 WIB.
____. ____. Gejala karsinoma nasofaring. Dikutip dari http://fitzania.com/telinga-
berdenging-waspadai-kanker-nasofaring/. Diakses tanggal 21 Mei 2014,
pukul 19.43 WIB.
Irawan, Ari. 2013. Gejala karsinoma nasofaring. Dikutip dari
http://ariirawann.blogspot.com/2013/04/pengalaman-saya-terkena-
kangker.html. Diakses tanggal 21 Mei 2014, pukul 19.50 WIB.
24 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g