Isi Makalah

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang disebabkan ketidaknormalan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada pergantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Namun, sel yang abnormal (sel kanker) akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya terjadi penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan normal sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Sel-sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri; selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan dalam berbagai organ tubuh. Mulai dari kaki sampai kepala. Bila terjadi dibagian permukaan tubuh, kanker tentu mudah diketahui dan bisa segera diobati. Tetapi jika kanker terjadi di bagian dalam tubuh, tentu akan sulit diketahui. Bahkan, kadang-kadang tidak memiliki gejala. 1 | Carsinoma Nasofaring

description

kanker nasofaring

Transcript of Isi Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang disebabkan ketidaknormalan

pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Dalam keadaan normal, sel hanya akan

membelah diri jika ada pergantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Namun,

sel yang abnormal (sel kanker) akan membelah terus meskipun tubuh tidak

memerlukannya. Akibatnya terjadi penumpukan sel tersebut mendesak dan

merusak jaringan normal sehingga mengganggu organ yang ditempatinya.

Sel-sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan

terus membelah diri; selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive)

dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ

penting serta syaraf tulang belakang. Kanker dapat terjadi di berbagai jaringan

dalam berbagai organ tubuh. Mulai dari kaki sampai kepala. Bila terjadi

dibagian permukaan tubuh, kanker tentu mudah diketahui dan bisa segera

diobati. Tetapi jika kanker terjadi di bagian dalam tubuh, tentu akan sulit

diketahui. Bahkan, kadang-kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun kemudian

timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit di obati.

Disukai atau tidak, mengerikan atau tidak, faktanya kanker di

Indonesia menjadi penyumbang kematian terbesar nomor 3 setelah penyakit

jantung. Dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker di Indonesia terus

meningkat. Itulah sebabnya Departmen Kesehatan RI sampai membentuk

Subdirektorat Kanker. Tujuannya ialah untuk lebih dapat mensosialisasikan

bahaya kanker kepada masyarakat luas.

Penderita kanker di Indonesia sekitar 10% dari manusia dewasa dan

kebanyakan perempuan. Kasus kematian akibat kanker meningkat dari 3.4%

(tahun 1980) menjadi 6% (tahun 2001).

1 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Kanker sendiri dapat menyerang bagian tubuh mana saja. Maka kanker

punya banyak macam/jenis, sesuai dengan bagian tubuh yang diserangnya,

diantara sekian banyak kanker, kanker Nasofaring merupakan jenis kankes

yang paling berbahaya setelah kanker serviks, kanker payudara, kanker paru-

paru, kanker prostat, kanker kolon, begitu juga dengan kanker hati.

Kanker nasofaring adalah kanker di daerah kepala dan leher yang

paling banyak ditemukan di Indonesia ataupun Asia Tenggara. Kanker ini

merupakan kanker nomor satu di bidang THT (Telinga - Hidung -

Tenggorokan), kanker nasofaring atau karsinoma nasofaring (KNF) dapat

terjadi pada setiap kelompok usia. Paling sering menyerang orang-orang pada

kelompok usia 45-54 tahun. Sebaliknya sangat jarang dijumpai pada

kelompok usia dibawah 20 tahun. Jumlah penderita laki-laki lebih banyak

daripada jumlah penderita perempuan. Perbandingannya antara 2-3:1.

Yang menarik, etnis Tionghoa tercatat lebih rentan terkena penyakit

kanker nasofaring jika dibandingkan dengan etnis lain. Entah kenapa kanker

nasofaring lebih banyak menyerang warga Tionghoa, baik yang tinggal di

negara asalnya maupun yang menetap di negara perantauannya. Penyebab

pastinya sampai sekarang belum jelas. Akan tetapi, kemungkinan hal ini

berkaitan dengan faktor genetis yang belum sepenuhnya bisa difahami. Pada

kenyataannya kanker nasofaring memang lebih banyak dijumpai pada ras

mongoloid, yaitu penduduk China bagian selatan, Hong Kong, Thailand,

Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Sementara ras kulit putih jarang terkena

penyakit ini.

Data lain menunjukkan bahwa sekitar 70% dari benjolan di leher

bagian atas adalah kanker nasofaring. Sayangnya hampir semua orang tidak

memperdulikan fakta itu. Ini disebabkan karena pemahaman masyarakat

tentang kanker nasofaring memang masih rendah. Maka sosialisasi prihal

penyakit tersebut serta berbagai upaya pencegahan dan

penyembuhan/pengobatannya wajib dilakukan secara lebih intensif oleh

2 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

pihak-pihak terkait. Tujuannya agar lebih banyak kasus yang bisa dideteksi

dini sehingga presentase kesembuhannya pun dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Penyakit Kanker Nasofaring?

2. Apa Saja Klasifikasi dari Penyakit Kanker Nasofaring?

3. Apa Etiologi dari Penyakit Kanker Nasofaring?

4. Apa Saja Tanda & Gejala Dari Penyakit Kanker Nasofaring?

5. Apa Patofisiologi Penyakit Kanker Nasofaring?

6. Bagaimana Concept Map Keperawatan Dari Penyakit Kanker

Nasofaring?

7. Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Untuk Penyakit Kanker Nasofaring?

8. Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Kanker Nasofaring?

9. Bagaimana Hasil Analisis Jurnal Terkait Penyakit Nasofaring?

10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Untuk Penyakit Kanker Nasofaring?

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca khususnya

mahasiswa dapat mengerti informasi-informasi penting terkait dengan

penyakit kanker nasofaring yang merupakan salah satu dari 7 kanker paling

mematikan

3 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

BAB II

ISI

A. Definisi

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh di

daerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring

(Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009) .

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak

dijumpai di antara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma

nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas, sedangkan daerah kepala

dan leher menduduki tempat pertama. Tumor ini berasal dari Fossa

Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana

epitel kuboid berubah menjadi skuamosa (Asroel, 2002 ).

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah

nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring.

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang

terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

Anatomi Nasofaring

Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring,

tepatnya di sebelah dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum

nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan

dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring

merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :

Atas : Basis kranii.

Bawah : Palatum mole

Belakang : Vertebra servikalis

Depan : Koane

Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler

(resesus faringeus).

4 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila

faringika.

B. Klasifikasi

1. Menurut Histopatologi :

a. Well differentiated epidermoid carcinoma

- Keratinizing

- Non Keratinizing.

b. Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma

- Transitional

- Lymphoepithelioma.

c. Adenocystic carcinoma

2. Menurut bentuk dan cara tumbuh

a. Ulseratif

b. Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.

c. Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari

jaringan sekitar (creeping tumor)

1. 1. Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)

Tipe WHO 1

- Karsinoma sel skuamosa (KSS)

- Deferensiasi baik sampai sedang.

- Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).

Tipe WHO 2

- Karsinoma non keratinisasi (KNK).

- Paling banyak pariasinya.

- Menyerupai karsinoma transisional

Tipe WHO 3

- Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).

- Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear

CellCarsinoma”, varian sel spindel.

- Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.

5 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Indonesia Cina

Tipe WHO 1. 29% 35%  2. 14% 23%  3. 57% 42%

C. Etiologi

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan

kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997).

Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan

hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat

mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat

dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr,

karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang

cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai

penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh

dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka

waktu yang lama.

Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan

untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-

kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga

menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca

Nasofaring :

1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.

2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.

3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas

kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).

4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)

5. Radang kronis nasofaring

6. Profil HLA

6 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

D. Tanda & Gejala

Gejala karsinoma nasofaring sangat bervariasi dan sering samar-samar

sehingga membingungkan pemeriksa. Kendala yang dihadapi dalam

menangani kasus karsinoma nasofaring adalah pasien datang dalam stadium

yang sudah lanjut, bahkan dalam keadaan umum yang jelek. Hal ini karena

terlambatnya diagnosa ditegakkan, maka sangatlah penting untuk menemukan

dan menegakan diagnosis secara dini (Arima, 2006). Gejala dan tanda yang

sering ditemukan pada kanker nasofaring  adalah :

1. Epiktasis : sekitar 70% pasien mengalami gejala ini, diantaranya

23,2 % pasien datang berobat dengan gejala awal ini . Sewaktu

menghisap dengan kuat sekret  dari rongga hidung atau

nasofaring, bagian dorsal palatum mole bergesekan dengan

permukaan tumor , sehingga pembuluh darah di permukaan tumor

robek dan menimbulkan epiktasis. Yang ringan timbul epiktasis,

yang berat dapat timbul hemoragi nasal masif.

2. Hidung tersumbat : sering hanya sebelah dan secara progesif

bertambah hebat. Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung

posterior.

3. Tinitus dan pendengaran menurun: penyebabnya adalah  tumor di

resesus faringeus dan di dinding lateral nasofaring menginfiltrasi,

menekan tuba eustaki, menyebabkan tekanan negatif di dalam

kavum timpani, hingga terjadi otitis media transudatif. bagi pasien

dengan gejala ringan, tindakan dilatasi tuba eustaki dapat

meredakan sementara. Menurunnya kemapuan pendengaran

karena hambatan konduksi, umumnya disertai rasa penuh di dalam

telinga.

4. Sefalgia : kekhasannya adalah nyeri yang kontinyu  di regio

temporo parietal  atau oksipital satu sisi. Ini sering disebabkan

desakan tumor, infiltrasi saraf kranial atau os basis kranial, juga

7 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

mungkin karena infeksi lokal atau iritasi pembuluh darah yang

menyebabkan sefalgia reflektif.

5. Rudapaksa saraf  kranial : kanker nasofaring meninfiltrasi dan

ekspansi direk ke superior, dapat mendestruksi silang basis

kranial, atau melalui saluran atau celah alami kranial masuk ke

area petrosfenoid dari fosa media intrakanial (temasuk foramen

sfenotik, apeks petrosis os temporal, foramen ovale, dan area sinus

spongiosus) membuat saraf kranial III, IV, V dn VI rudapaksa,

manifestasinya berupa ptosis wajah  bagian atas, paralisis otot

mata (temasuk paralisis saraf abduksi tersendiri), neuralgia

trigeminal atau nyeri area temporal akibat iritasi meningen

(sindrom fisura sfenoidal), bila terdapat juga rudapaksa saraf

kranial II, disebut sindrom apeks orbital atau petrosfenoid.

6. Pembesaran kelenjar limfe leher : lokasi tipikal metastasisnya

adalah kelenjar limfe kelompok profunda superior koli, tapi

karena kelompok kelenjar limfe tersebut permukaannya tertutup

otot sternokleidomastoid, dan benjolan tidak nyeri , maka pada

mulanya sulit diketahui. Ada sebagian pasien yang metastasis

kelenjar limfenya pertama kali muncul di regio untaian nervi

aksesorius di segitiga koli posterior.

7. Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang,

paru, hati . metastasi tulang tersering ke pelvis, vertebra, iga dan

keempat ekstremitas. Manifestasi metastasis tulang adalah nyeri

kontinyu dan nyeri tekan setempat, lokasi tetap dan tidak berubah-

ubah dan secara bertahap bertambah hebat. Pada fase ini tidak

selalu terdapat perubahan pada foto sinar X, bone-scan seluruh

tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis hati, paru dapat

sangat tersembunyi, kadang ditemukan ketika dilakukan tindak

lanjut rutin dengan rongsen thorax, pemeriksaan hati dengan CT

atau USG.

8 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Dikutip dari buku “awas 7 kanker paling mematikan”, menyebutkan

bahwa gejala-gejala yang timbul sebagai akibat dari penyakit karsinoma

nasofaring yakni;

1. Telinga terasa penuh dan berdengung, serta terasa sakit dan nyeri; hal ini

terjadi karena tumor telah menyumbat muara tuba eustacius.

2. Keluar darah dari hidung seperti mimisan; hal ini terjadi karena dinding

permukaan tumor rapuh sehingga mudah iritasi dan berdarah. Makin tinggi

tingkat stadiumnya, durasi mimisannya juga akan makin sering.

3. Hidung terasa tersumbat karena sel kanker telah menyebar ke rongga

hidung.

4. Jika pilek ingusnya bercampur darah.

Apabila kanker nasofaring telah lebih tinggi stadiumnya, maka gejalanya

akan makin jelas; yang berarti pula si penderita makin merasakan kesakitan

akibat penyakitnya itu. Berikut adalah gejala kanker nasofaring stadium lanjut;

1. Kepala terasa sakit dan nyeri karena sel kanker telah menyebar ke leher

dan kepala.

2. Pembengkakan daerah sekitar leher karena kelenjar getah bening

membengkak.

3. Muncul benjolan di bawah telinga akibat semakin besarnya tumor.

4. Pandangan mengabur atau jadi dua (diplopia) karena saraf mata tertekan

dan kelopak mata menutup pada sisi yang terkena.

E. Patofisiologi

Nasofaring terletak di belakang tabir langit-langit dan di bawah dasar

tengkorak.letak yang demkian sulit untuk diperiksa oleh orang yang bukan

ahli, sehingga sering kali tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan

metastase ke leher.

Telah diketahui sejauh ini bahwa proses terjadinya  penyakit kanker

berlangsung dalam tahapan tahapan yang disebut sebagai mekanisme

karsinogenesis. Bermula dari terjadinya defek atau kesalahan letak susunan

9 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

DNA dalam sel manusia yang mengakibatkan tidak terkontrolnya mekanisme

pertumbuhan sel. Sel akan tumbuh tidak normal dan berlebihan. Berbagai

faktor telah diketahui atau dicurigai sebagai penyebab terjadinya kekacauan

struktur ini. Antara lain disebutkan faktor makanan, seperti konsumsi lemak

yang terlalu tinggi, pola hidup, seperti perokok berat, faktor eksternal seperti

sinar ultraviolet dan sinar radioaktif, pajanan pada bahan kimia atau oleh

virus. Berbagai kekacauan struktur ini telah dapat diidentifikasi oleh para

pakar, misalnya kelainan pada strukturgen BRCA1 dan BRCA2 selalu

diasosiasikan dengan kanker payudara atau indung telur (ovarium), atau gen

HLA A2B46 pada pasien kanker nasofaring. Perubahan genetik ini

mengakibatkan proliferasi sel sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa

perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom

(chromosome breaks) dan delesi pada sel sel somatik. Sebagian lagi bersifat

diturunkan Adakalanya manifestasi kanker ini memerlukan pula pemicu,

terutama pada kelainan struktur gen yang diturunkan.

Adapun tingkatan dari kanker ini adalah:

1.   Stadium 0: Sel-sel kanker masih berada dalam batas nasopharing, biasa

disebut dengan nasopharynx in situ

2.    Stadium 1: Sel kanker menyebar di bagian nasopharing

3.   Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke

rongga hidung. Atau dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening

pada salah satu sisi leher.

4.   Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di

semua sisi leher

5.   Stadium 4: kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar

wajah.

Dari tingkatan-tingkatan inilah dokter dapat menentukan jenis

pengobatan yang tepat bagi penderita.

10 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

F. Concept Map Keperawatan

11 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Virus Eistein Barr, genetik, pekerjaan, gaya hidup, makanan yang diawetkan,

dll

Pertumbuhan sel abnormal

Karsinoma nasofaring

Gejala abnormal

Mata Hidung Telinga Saraf Leher

Pembesaran kelenjar limfe

Penekanan jaringan syaraf oleh sel

kanker

Nyeri akut

Juling Diplopia Penyumbatan pada hidung

oleh sel kanker

Jaringan kanker semakin membesar

dan menipis

Iritasi dan berdarah

Epiktasis

Telinga berdenging

Kesulitan menelan

Penurunan berat badan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan

Resiko jatuh

Gangguan citra tubuh

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui

keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan

ditemukan.

2. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui

infeksi virus E-B.

3. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan

anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.

4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.

5. Nasofaringoskopi :

Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter

Biopsi multiple

Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT Scan, Bone

scantigraphy (bila dicurigai metastase tulang)

Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan tumor

kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf

otak, manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Radioterapi

Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting

dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring adalah radioterapi

dengan atau tanpa kemoterapi

Kemoterapi

Kemoterapi sebaga terapi tambahan pada karsinoma nasofaring

ternya dapat meningkatan hasil terapi, terutama diberikan pada

stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.

Operasi

12 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa

diseksi leher radikal dan nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan

jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan

kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih

yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.

Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan

kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang

tidak berhasil diterapi dengan cara lain.

Imunoterapi

Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma

nasofaring adalah Virus Epstein-Barr, maka pada penderita

karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.

Terapi Radiasi

Terapi ini dapat merusak dengan cepat sel-sel kanker yang

tumbuh. Terapi ini dilakukan selama 5-7 minggu. Terapi ini

digunakan untuk kanker pada tingkatan awal. Efek samping dari

terapi ini adalah: mulut terasa kering, kehilangan pendengaran dan

terapi ini memperbesar resiko timbulnya kanker pada lidah dan

kanker tulang.

Terapi Biologis

Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji

klinis.

Terapi Herbal TCM

Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi

reaksi radiokemoterapi , fuzhengguben ( menunjang, memantapkan

ketahanan tubuh) , kasus stadium lanjut tertentu yang tidak dapat

diradioterapi atau kemoterapi masih dapat dipertimbangkan hanya

diterapi sindromnya dengan TCM. Efek herba TCM dalam

membasmi langsung sel kanker dewasa ini masih dalam penelitian

lebih lanjut.

13 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

I. Jurnal penelitian

Hasil jurnal menunjukkan beberapa faktor resiko terkait dengan penyakit

kanker nasofaing yakni ;

NO FAKTOR KEKUATAN

HUBUNGAN

KONSISTENSI

HUBUNGAN

HUBUNGAN

1 EBV Kuat Konsisten Lebih konsisten

berhubungan

dengan karsinoma

nasofaring tipe II

dan III

2 Ikan asin Sedang-kuat Konsisten Hubungan lebih

kuat jika

konsumsi rutin

3 Kurang

makan buah

dan sayur

segar

Sedang Tidak konsisten

4 Merokok Lemah-sedang Tidak konsisten Hubungan lebih

kuat dengan

karsinoma

nasofaring tipe I

5 Inhalasi lain Lemah-sedang Konsisten

6 Alcohol Lemah Tidak

berhubungan

7 Obat herbal Lemah-sedang Inkonsisten

8 Debu

pekerjaan

Lemah-sedang Inkonsisten Lebih konsisten

berhubungan

dengan paparan

debu kayu

14 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

9 Kondisi

traktus

pernafasan

kronik

Sedang Tidak konsisten

10 Riwayat

keluarga

dengan

karsinoma

nasofaring

Kuat konsisten

11 Genotip HLA

kelas 1

Sedang-kuat Konsisten Inkonsisten

berhubungan

dengan genotip

HLA II

12 Makanan

berpengawet

lain

Sedang Tidak konsisten

13 Formaldehid Lemah-sedang inkonsisten

J. ASKEP Karsinoma Nasofaring

1. Pengkajian

Pada pasien dengan penyakit Karsinoma Nasofaring, hal-hal yang

perlu untuk dilakukan pengkajian adalah sebagai berikut :

1. Pada data identitas pasien

Jenis kelamin : Dari kebanyakan kasus, penyakit

karsinoma nasofaring ini lebih banyak menyerang laki-laki

dari pada perempuan dengan berbagai faktor predisposisi,

perbandingannya 2-3:1.

Usia : lebih banyak menyerang kelompok usia 45-54 tahun.

Sedangkan penyakit karsinoma nasofaring ini jarang

ditemukan pada kelompok usia <20 tahun.

15 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Suku bangsa : Etnis Tionghoa tercatat lebih rentan terkena

penyakit kanker nasofaring jika dibandingkan dengan etnis

lain. Entah kenapa kanker nasofaring lebih banyak

menyerang warga Tionghoa, baik yang tinggal di negara

asalnya maupun yang menetap di negara perantauannya.

Penyebab pastinya sampai sekarang belum jelas. Akan

tetapi, kemungkinan hal ini berkaitan dengan faktor genetis

yang belum sepenuhnya bisa difahami. Pada kenyataannya

kanker nasofaring memang lebih banyak dijumpai pada ras

mongoloid, yaitu penduduk China bagian selatan, Hong

Kong, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Sementara ras kulit putih jarang terkena penyakit ini.

Pekerjaan : Salah satu pekerjaan seperti yang berhubungan

pengolahan kayu seperti menjadi mebel dll. dapat menjadi

salah satu faktor resiko yang lemah-sedang untuk

mengalami karsinoma faring.

Pendidikan : status pendidikan penting untuk dikaji pada

masalah ini, terkait dengan banyaknya orang tidak

memperdulikan fakta-fakta yang terkait dengan gejala-

gejala dari suatu penyakit, tidak hanya jenis karsinoma ini

saja, ini juga disebabkan karena pemahaman masyarakat

tentang kanker nasofaring memang masih rendah. Maka

sosialisasi prihal penyakit tersebut serta berbagai upaya

pencegahan dan penyembuhan/pengobatannya wajib

dilakukan secara lebih intensif oleh pihak-pihak terkait.

Tujuannya agar lebih banyak kasus yang bisa dideteksi dini

sehingga presentase kesembuhannya pun dapat meningkat.

2. Status kesehatan

Keluhan utama : Pada pasien dengan karsinoma

nasiforing, sering kali keluahan yang sering dirasakan

seperti; Leher terasa nyeri. (semakin lama semakin

16 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

membesar, susah menelan, badan merasa lemas, serta

BB turun innitu dalam waktu singkat)

Kebiasaan Merokok : sejak tahun 1950, sudah

dinyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker.

Rokok mempunyai lebih dari 4000 karsinogenik,

termasuk nitrosaminin yang meningkatkan resiko

terkena karsinoma nasofaring. Kebanyakan dari hasil

penelitian menunjukkan merokok meningkatkan resiko

karsinoma nasofaring sebanyak 2 sampai 6 kali. Sekitas

60% karsinoma nasofaring tipe I berhubungan dengan

merokok, sedangkan karsinoma nasofaring tipe II dan

tipe III tidak memiliki hubungan dengan kebiasaan

merokok. Perokok lebih dari 30 bungkus per tahun

mempunyai resiko besar terkena karsinoma nasofaring.

Merokok selama minimal 15 tahun (51%) dan

mengkonsumsi tembakau dalam bentuk lain (47%).

Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan resiko

karsinoma nasofaring. Merokok lebih dari 40 tahun

meningkatkan 2 kali lipat resiko terkena nasofaring.

Riwayat penyakit keluarga : kerabat pertama, kedua,

ketiga pasien karsinoma nasofaring lebih beresiko

terkena karsinoma nasofaring. Orang yang mempunyai

keluarga tingkat pertama yang mengidap karsinoma

nasofaring mempunyai resiko 4-10 kali innitusg yang

tidak untuk menderita penyakit yang sama. Resiko

kanker kelenjar air liur dan serviks uterus juga

meningkat pada keluarga dengan kasus karsinoma

nasofaring. Faktor resiko lingkungan seperti ikan asin,

merokok dan paparan pada produk kayu meningkatkan

level antibody anti-EBV dan beberapa polimorfasi

17 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

genetic. Kasus familial biasanya pada karsinoma

nasofaring tipe II dan III, sedangkan tipe I non familial.

3. Pola kebutuhan dasar

Pola nutrisi-metabolik

o Mengkonsumsi ikan asin : paparan non-viral

yang paling konsisten dan berhubungan kuat

dengan resiko karsinoma nasofaring adalah

konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin

meningkatkan resiko 1,7 - 7,5 kali lebih tinggi

dibandingkan tidak mengkonsumsi. Konsumsi

ikan asin lebih dari tiga kali sebulan

meningkatkan resiko karsinoma nasofaring.

62% pasien karsinoma nasofaring

mengkonsumsi secara rutin makanan fermentasi

yang diawetkan. Tingginya konsumsi nitrosamin

dan nitrit dari daging, ikan dan sayuran yang

berpengawet selama masa kecil meningkatkan

resiko karsinoma nasofaring. 88% penderita

karsinoma nasofaring mempunyai riwayat

mengkonsumsi daging asap secara rutin.

o Mengokonsumsi buah dan sayuran segar :

konsumsi buah dan sayuran berdaun segar,

produk kedelai segar, jeruk, konsumsi vitamin E

atau C, karoten terutama saat anak-anak,

menurunkan resiko karsinoma nasofaring. Efek

protektif ini berhubungan dengan efek

antioksidan dan pencegahan pembentukan

nitrosamin.

Pola persepsi-konsep diri

Pada pengkajian pola persepsi-konsep diri, perlu

diperhatikan mengenai bagaimana pasien dapat

18 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

beradaptasi dengan kondisinya saat ini. Terkait dengan

masalah pada gangguan citra tubuh, yakni dengan

adanya perubahan secara fisik dari diri pasien yang

disebabkan karena munculnya manifestasi klinis dari

penyakit.

4. Pengkajian Fisik

Pengakajian fisik pada kepala dan leher

Mata : pada beberapa pasien karsinoma nasofaring dari hasil

anamnesa dapat ditemukan keluhan seperti pandangan kabur

atau jadi dua (diplopia). Dari hasil inspeksi dapat terlihat

adanya kelainan pada mata yakni; mata terlihat juling, mata

menonjol keluar kelopak mata dan kelopak mata menutup pada

sisi yang terkena.

Telinga : pada pemeriksaan pendengaran, terjadi innitus dan

penurunan pendengaran, teliga terasa penuh, serta terasa sakit

dan nyeri.

Hidung dan sinus : terjadi penyumbatan pada hidung karena

tumor semakin membesar.

Leher : pada stadium lanjut dapat terlihat pembesaran pada

kelenjar limfe atau kelenjar getah bening.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

(penekanan jaringan syaraf oleh sel kanker).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

(pembesaran kelenjar limfe/getah bening).

Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensorik

3. Intervensi Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

(penekanan jaringan syaraf oleh sel kanker).

19 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Pain Control

Tujuan : nyeri akut dapat terkontrol

Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam, diharapkan nyeri

akut dapat terkontrol, dengan kriteria hasil

- Klien menyatakan secara verbal tentang perasaan nyaman

setelah nyeri dapat terkontrol.

- Tidak ada raut wajah menahan nyeri.

- Tidak ada nyeri tekan

- TTV dalam batas normal (TD 120/80 mmHg, HR

60-100x/menit, RR 12-20x/menit, T 36,5-37,5 C)

Intervensi

Pain manajemen

- Kaji TTV pasien (TD, HR, RR, T)

- Observasi tingkat nyeri

- Anjurkan pasien melakukan teknik non farmakologi (nafas

dalam)

- Beri informasi mengenai nyeri seperti bagaimana nyeri bisa

terjadi, cara untuk mengurangi nyeri, dll

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat penghilang

nyeri jika diperlukan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan.

Status nutrisi

Tujuan : pemenuhan nutrisi yang adekuat

Setelah dilakukan tindakan selam 3x8jam, kebutuhan nutrisi

pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil :

- Tidak ada keluhan lemas

- Pasien dapat beraktifitas

- Penurunan berat badan berkurang

- Pasien menyatakan secara verbal tentang kenyamanan setalh

diberikan terapi untuk memenuhi nutrisi

20 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

Intervensi

Terapi nutrisi

- Observasi kondisi intake nutrisi pasien

- Observasi ketidakmampuan untuk menelan makanan

- Berikan terapi nutrisi melalui infus

- Kolaborasi dengan dokter untuk pengguanan NGT dan

dilakukannya oprasi jika diperlukan

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

(pembesaran kelenjar limfe/getah bening).

Citra tubuh

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x8 jam, gangguan

citra tubuh pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil

- Tidak ada raut wajah malu

- Pasien tampak percaya diri

Intervensi

Body Image Enchancement

- Kaji penyebab terganggunya citra tubuh

- Bantu klien dengan menentukan tindakan yang ingin dilakukan

(terapi)

- Berikan informasi yang dapat membantu klien untuk mengatasi

gangguan citra tubuh

- Kolaborasi dengan dokter jika diperlukan untuk tindakan oprasi

(oprasi pada tumor di nasofaring)

21 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker sebenarnya merupakan suatu tumor atau neoplasma atau

neoblastoma, yang terdiri dari tumor jinak (benign, benigna) dan tumor

ganas (malignant, maligna, kanker). Kanker dibedakan menjadi dua yaitu

sarkoma dan karsinoma. Sarkoma bersifat mesensimal misalnya

fibrosarkoma, imposarkoma, osteosarcoma. Sedangkan karsinoma bersifat

epithelial sebagai contoh kanker payudara, kanker uterus, kanker lambung,

kanker kulit, kanker nasofaring, dll.

Menurut Efiaty & Nurbaiti, 2001, Karsinoma nasofaring

sendiri merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan

predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma

nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang

terbanyak ditemukan di Indonesia. Dan merupakan salah satu dari

beberapa jenis karsinoma yang mematikan.

B. Saran

Karena karsinoma nasofaring merupakan salah satu dari beberapa

karsinoma yang mematikan, maka perlu adanya kewaspadaan dengan

melakukan upaya pencegahan seperti menjaga pola hidup, mengurangi

untuk mengkonsumsi makanan yang berengawet, mengurangi rokok dan

alcohol, makan buah dan sayuran segar, dll.

22 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 1997. Kanker (karsinogen, karsinogenesis, dan antikanker).

Yogyakarta: PT Tiara Wacana

Priharjo, Robet. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Soebachman, Agustina. 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan. Yogyakarta:

Syura Media Utama

Sukarsono, dkk. 2008. Tumbuhan Untuk Pengobatan. Jakarta : PT Grasindo

____. ____. Tipe karsinoma nasofaring. Dikutip dari

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21527/4/Chapter%20II.pdf.

diakses tanggal 19 Mei 2014, pukul 04.10 WIB

____, 2013. Karsinoma Nasofaring. Dikutip dari http://canasofaring.blogspot.com

/2013/01/ca-nasofaring.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 19.25

WIB.

____, ____. Askep CA Nasofaring. Dikutip dari

http://asuhankeperawatancanasofaring.blogspot.com/. Diakses tanggal 13

Maret 2014, pukul 19.27 WIB.

____, ____. CA Nasofaring. Dikutip dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_nasofaring. Diakses tanggal 13 Maret

2014, pukul 19.20 WIB.

____, ____. Penyebab karsinoma nasofaring. Dikutip dari http://www.deherba.

com/penyebab-kanker-nasofaring.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014,

pukul 19.29 WIB.

____, 2011. CA Nasofaring. Dikutip dari

http://kamuskesehatanku2.blogspot.com/2011/01/materi-karsinoma-

nasofaring-kanker.html. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 20.19

WIB.

23 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g

____, ____. Penyakit CA Nasofaring. Dikutip dari http://prodia.co.id/penyakit-

dan-diagnosa/kanker-nasofaring. Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul

19.30 WIB.

____, 2012. Deteksi Kangker Nasofaring. Dikutip dari http://muslihzarth.word-

press.com/2012/04/30/deteksi-dini-ca-nasofaring/. Diakses tanggal 13

Maret 2014, pukul 19.21 WIB.

____, ____. Jenis Kangker Nasofaring. Dikutip dari http://www.parkwaycancer-

centre.com/id/informasi-kanker/jenis-kanker/apa-itu-kanker-nasofaring/.

Diakses tanggal 13 Maret 2014, pukul 19.23 WIB.

____. 2013. Pengkajian karsinoma nasofaring. Dikutip dari

http://sarjanakesehatan.blogspot.com/2013/04/pengkajian-dan-askep-

kanker-nasofaring.html. Diakses tanggal 19 Mei 2014, pukul 04.15 WIB.

____. ____. Gejala karsinoma nasofaring. Dikutip dari http://fitzania.com/telinga-

berdenging-waspadai-kanker-nasofaring/. Diakses tanggal 21 Mei 2014,

pukul 19.43 WIB.

Irawan, Ari. 2013. Gejala karsinoma nasofaring. Dikutip dari

http://ariirawann.blogspot.com/2013/04/pengalaman-saya-terkena-

kangker.html. Diakses tanggal 21 Mei 2014, pukul 19.50 WIB.

24 | C a r s i n o m a N a s o f a r i n g