Isi Makalah

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peran filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan flsafat. Kelahiran Filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasio lah yang lebih domain. Fillsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa arab. Yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosophia. Kata ini berasal dari dua kata philodan sophia. Philo = ilmu atau cinta dan Sophia = kebijaksaan. Sehingga arti harafiahnya adalah ilmu tentang kebijaksanaan ataupun seseorang yang cintanya kebijaksanaan. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. (Irmayanti Meliono, dkk.2007). terlepas dari berbagai definisi yang berusaha menerjemahkan Filsafat secara global. Pada dasarnya Filsafat selain membahas dan menyimpulkan sesuatu yang menjadi dasar. Filsafat adalah ibu dari segala ilmu yang hadir dibumi ini. Logika dan perasaan meliputi segenap ruang filsafat, sehingga memerlukan konsentrasi yang lebih untuk memahaminya lebih dan sekedar sebuah ilmu biasa. 1

description

Filsafat Pendidikan

Transcript of Isi Makalah

Page 1: Isi Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial

maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peran filsafat, sebaliknya

perkembangan ilmu memperkuat keberadapan flsafat. Kelahiran Filsafat di Yunani

menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan

pada gilirannya rasio lah yang lebih domain. Fillsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia

merupakan kata serapan dari bahasa arab. Yang juga diambil dari bahasa Yunani,

philosophia. Kata ini berasal dari dua kata philodan sophia. Philo = ilmu atau cinta dan

Sophia = kebijaksaan. Sehingga arti harafiahnya adalah ilmu tentang kebijaksanaan

ataupun seseorang yang cintanya kebijaksanaan.

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah falsafi pula. Tetapi, paling

tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena

kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. (Irmayanti Meliono, dkk.2007). terlepas

dari berbagai definisi yang berusaha menerjemahkan Filsafat secara global. Pada dasarnya

Filsafat selain membahas dan menyimpulkan sesuatu yang menjadi dasar. Filsafat adalah

ibu dari segala ilmu yang hadir dibumi ini. Logika dan perasaan meliputi segenap ruang

filsafat, sehingga memerlukan konsentrasi yang lebih untuk memahaminya lebih dan

sekedar sebuah ilmu biasa.

Dengan Filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada rasio kejadian seperti

gerhana tidak lagi diannggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan

kejadian alam yang desebabkan ole matahari, bulan dan bumi berada pada garis yang

sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.

Perubahan pada pola pikir mite- mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil,

perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum alam dan teori-teori ilmiah. Yang

menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alm semesta maupun manusia sendiri. Dari

penilitian alam semesta dan manusia, muncullah ilmu-ilmu astronomi, kosmoologi, fisika,

kimia, biologi, psikologi, sosiologi, dan lainnya. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi

lebih terspesialisasi dalam bentuk dan lebih khusus lagi dan sekaligus semakin aplikatif

dan terasa manfaatnya.

1

Page 2: Isi Makalah

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik.

Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan,

organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah

pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan ?

2. Apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan ?

3. Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan ?

4. Mengapa harus berfilsafat ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui pengertian filsafat pendidikan

2. Mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan

3. Mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

4. Mengetahui alasan seseorang harus berfilsafat

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai Filsafat Pendidikan

2. Sebagai bekal mahasiswa untuk menjadi seorang pendidik agar dapat menghadapi

masalah dalam pendidikan

2

Page 3: Isi Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat.

Pengertian tentang arti istilah ”filsafat” dapat juga dibedakan menjadi yaitu secara

etimologis dan secara terminologis. Adapun penjelasaannya sebagai berikut :

A. Secara Etimologis.

Menurut penyelidikan Dr.Oemar Hoesin istilah filsafat tidak berakar dalam bahasa

Arab. Pengertian filsafat dalam bahasa Arab menggunakan istilah “hikmah-hikmah dan

bijaksana”. Istilah filsafat menurut Dr. A.C. Ewing timbul dalam aslinya dari ucapan

Pitagoras menjadi ragu-ragu. Sehubungan dengan uraian dari Dr. A.C. Ewing, Dagohert D.

Runes menerangkan bahwa filsafat berasal dari kata bahasa Yunani “philein” dan “sophia”.

Philein artinya mencintai, sedangkan sophia berarti bijaksana. Oleh karena itu, filsafat

bukan kebijaksanaan itu sendiri tapi cinta akan kebijaksanaan. Dari uraian tersebut maka

kami dapat menyimpulkan bahwa ditinjau secara etimologis filsafat berasal dari bahasa

Yunani, philein dan sophia artinya cinta kebijaksanaan. Cinta menunjukkan suatu suatu

sikap tahan uji dan tak mau menyerah, selalu berusaha demi tercapainya suatu maksud.

Sedangkan kebijaksanaan adalah suatu kondisi dimana orang mungkin bertindak secara

komprehensif dan radikal.

B. Secara Terminologis

Secara terminologis istilah filsafat diartikan sebagai (1) azas atau pendirian hidup,

dan (2) ilmu pengetahuan yang terdalam filsafat sebagai “azas atau pendirian hidup”

adalah merupakan dasar bagi pedoman danb sikap tingkah laku manusia dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Sebab filsafat dipandang sebagai azas atau pemberian hidup yang

kebenarannya telah diterima dan diyakini untuk dijadikan landasan dasar dalam

menyelesaikan masalah-masalah hidup. Sikap dan tingkah laku serta perbuatan dan cara

hidup seseorang merupakan pencerminan dari filsafat hidupnya, namun dengan uraian

diatas filsafat menurut pengertian terminology nya juga beragam hal ini terlihat dari

penjelasan para filsuf yang merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan

pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa filsafat adalah

pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan

muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi

kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

3

Page 4: Isi Makalah

ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa

filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang

sebenarnya (Pudjo Sumedi,2012).

Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:

1. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

2. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan

asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas

penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

3. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni“ ( the mother of

all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari

ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu

bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis

ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak

menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang

sama, yang memikul sekaliannya .

6. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok

dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

1. Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )

2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )

3. Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )

4. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )

7. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang

mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

8. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-

sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya

sampai “mengapa yang penghabisan “.

4

Page 5: Isi Makalah

9. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,

tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan

universal.

10. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap

kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu

proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2)

Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3)

Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian

( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan

yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

11. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan

mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat

menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah

mencapai pengetahuan itu.

12. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia

menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

13. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan

akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,

fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan

kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

14. Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi

dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai

masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak

bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia

daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa

filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya

secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala

situasi tersebut (Surajiyo,2005).

C. Tujuan dan Ciri-ciri Pikiran Kefilsafatan

1. Tujuan

5

Page 6: Isi Makalah

Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari suatu gejala atau fenomena secara

mendalam. Ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala fenomena

saja. Jadi dalam filsafat harus refleksi, radikal, dan integral. Refleksi berarti manusia

menangkap objeknya secara intensional dan sebagai hasil dari proses tersebut adalah

keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan dari objek-objek yang dihadapinya.

Radikal berasal dari kata ‘radix’ berarti akar; jadi filsafat berarti mencari pengetahuan

sedalam-dalamnya atau sampai ke akar-akarnya. Filsafat ingin menembus hingga ke

inti masalah dengan mencari manakah faktor-faktor yang fundamental yang

membentuk adanya sesuatu. Namun hal ini dibatasi oleh sejauh kemampuan manusia

dapat menemukannya, sebab filsafat tidak akan membicarakan yang jelas berada diluar

jangkauan akal budi yang sehat. Sedangkan filsafat itu integral berarti mempunyai

kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan.

Jadi filsafat ingin memandang objeknya secara keseluruhan (Surajiyo dalam Edward

dan Yusnadi, 2015:5-6).

2. Ciri-ciri Pikiran Kefilsafatan

Kegiatan berfilsafat atau berpikir secara kefilsafatan itu memounyai ciri-ciri antara lain

sebagai berikut : (1) kritis, yaitu selalu mempertanyakan segala sesuatu secara cermat

dan terus meningkat; (2) konseptual, yaitu berupaya menyusun suatu kerangka

pengertian-pengertian yang bersifat konsep; (3) koheren, yaitu pemikiran secara runtut

dan ada saling hubungan antar bagian yang satu dengan bagian yang lain; (4) rasional,

yaitu ada hubungan yang logis antara bagian yang satu dengan bagian yang lain; (5)

sistematis, yaitu kesatuan dari bagian-bagian yang masing-masing memiliki fungsi

sendiri-sendiri namun satu sama lain saling berhubungan, guna mencapai tujuan

bersama; (6) bebas, yaitu adanya keleluasaan tanpa pengaruh, tekanan, paksaan dan

atau hambatan apapun (Buha dan Ramsul, 2011).

D. Alasan Berfilsafat

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yakni; keheranan,

kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan. Ketiga hal inilah sebagai faktor pendorong

bagi manusia untuk mempertanyakan, memikirkan dan menyelidiki sesuatu.

1. Keheranan

Banyak filsuf berpendapat bahwa awal mulanya filsafat adalah timbulnya rasa heran

atau kagum pada manusia. Misalnya Plato mengatakan ; mata kita memberikan

6

Page 7: Isi Makalah

pengamatan bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini memberikan

dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan inilah berasal filsafat.

2. Kesangsian

Filsuf-filsuf seperti Augustinus (254 - 430 sm) dan Rene Descartes (1596 – 1650 m)

berpendapat bahwa kesangsian itu merupakan sumber utama pemikiran atau

penyelidikan. Pada saat manusia melihat atau berhadapan dengan sesuatu yang baru,

maka akan timbul rasa heran dengan keragu-raguan atau rasa sangsi. Rene Descartes

sangat terkenal dengan ucapan yang dia katakan; ‘cogito ergo sum’ yang berarti ‘saya

berpikir maka saya ada’. Akan tetapi yang dimaksudkan Descartes dengan berpikir

adalah ‘menyadari’. Jika saya sangsikan, maka saya menyadari bahwa saya sangsikan.

Manusia heran, tetapi ia kemudian ragu-ragu; apakah ia tidak ditipu oleh panca

inderanya kalau ia heran? Apakah yang kita lihat itu benar sebagaimana adanya? Sikap

ragu-ragu atau menyangsikan merupakan awal timbulnya dorongan untuk menemukan

agar keragu-raguan dan kesangsian dapat terjawab.

3. Kesadaran akan keterbatasan

Manusia mulai berfisafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah

terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia

sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau

kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia

mulai memikirkan bahwa di luar dirinya yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak

terbatas. Manusia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dan yang ada pasti ada

penyebabnya, dan dengan demikian mulailah ia berpikir abstrak, dan akhirnya

menemukan bahwa ada penyebab yang tidak disebabkan apa-apa. Itulah yang disebut

dengan Causa Prima, Pencipta yang menjadikan segala sesuatu dari yang tidak ada

menjadi ada (Edward dan Yusnadi, 2015:6-7).

E. Peranan Filsafat

Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Filsafat

telah memerankan tiga peran utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peran

tersebut adalah pendobrak, pembebas, dan pembimbing.

1. Pendobrak

7

Page 8: Isi Makalah

Berabad-abad lamanya intelektual manusia terkurung dalam tradisi dan kebiasaan.

Manusia terlena dalam alam mistik yang penuh dengan hal-hal yang serba rahasia.

Yang terungkap melalui berbagai mitos dan mite. Pikiran manusia terbuai dengan

hanya menerima begitu saja segala penuturan dongeng takhayul tanpa mempersoalkan

lebih lanjut. Pada umumnya orang beranggapan bahwa segala dongeng dan takhayul

merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu

diterima besar dan tidak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul itu pasti

benar dan tidak boleh diganggu gugat. Orang Yunani yang dikatakan memiliki suatu

rasionalitas yang luar biasa, pernah percaya kepada dongeng dan takhayul. Keadaan

ini berlangsung cukup lama.

Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sacral dan

selama itu tidak boleh tidak diterima. Pendobrakan itu memiliki waktu yang cukup

lama atau panjang namun telah membuahkan hasil yang mencengankan, yakni terjadi

perubahan dalam pandangan dan sikap manusia tentang sesuatu.

2. Pembebas

Kehadiran pendapat bukan hanya sekedar pintu palang yang mempertahankan tradisi

dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga

merenggut manusia keluar dari dalam kungkungan tersebut. Filsafat membebaskan

manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mite dari ketidaktahuan dan

kebodohannya. Filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia

dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi

picik dan dangkal. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur

dan tidak jernih, cara berpikir tidak kritis yang memuat manusia mudah menerima

berbagai kebenaran semu yang menyesatkan. Jelasnya dapat diketahui bahwa, filsafat

membebaskan manusia dari segala jenis ‘penjara’ yang hendak mempesempit ruang

gerak akal budi manusia.

3. Pembimbing

Filsafat berperan sebagai pembimbing terhadap keluarnya manusia dari kurungan yang

membelenggu manusia yang hendak mempersempit ruang gerak akal budinya.

Filsafat membimbing manusia dari cara berpikir yang:

1. mistis dan mite dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional.

8

Page 9: Isi Makalah

2. picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan

mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai ‘radix’ dan

menemukan esensi suatu permasalahan.

3. tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara

sistematis dan logis.

4. utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara

integral dan koheren.

2.2.Pengertian Filsafat Pendidikan

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik

baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan

dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan

universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan.

organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Berfikir merupakan subjek dari filsafat pendidkan akan tetapi tidak semua berfikir

berarti berfilsafat. Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan

hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimanan memperbaiki

pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah studi, hakikat, dan isi yang ideal dari pendidikan. Peran

filsafat dalam dunia pendidikan ialah memberi kerangka acuan bidang filsafat pendikan,

guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat dan bangsa.

Filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran

pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan.

Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual

tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalaran. Oleh karena itu antara filsafat

dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba merumuskan citra

tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan berusahan mewujudkan citra

tersebut.

Beberapa hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan, yaitu:

9

Page 10: Isi Makalah

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat

pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendidikan atau pemahaman yang lebih

mendalam dan menunjukkan sebab-akibat.

3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,

mempersatukan dan mengkoordinasikannya.

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut

pandangannya berlainan.

C. Macam-Macam Filsafat Pendidikan

1. Progressivisme

Progressivisme berasal dari kata progresip yang diserap dari kosakata Bahasa Inggris

progressive yang mendapat akhiran isme. Progress dalam bahasa Inggris bermakna

kemajuan atau maju, sedangkan progressive artinya orang yang progresip. Dalam

bahasa sepakbola, progresip artinya bergerak cepat. Sehingga progressivisme adalah

faham tentang bergerak cepat, berkenaan dengan pemikiran, tindakan, antisipasi atau

yang lainnya. Sedangkan Menurut Zuhairini, Progressivisme dapat diartikan sebagai

pandangan hidup yang bersifat fleksibel, toleran, curious, dan open-minded. Fleksibel

artinya tidak kaku, lentur, dan tidak rumit. Curious artinya ingin tahu, aneh,, dan heran.

Sedangkan open-mind artinya berpandangan terbuka, tanpa prasangka. Jadi

progressivisme adalah suatu faham yang ia bebas, terbuka, tidak tertutup, tidak terikat

dengan apapun. Sehingga progressivisme sebagai aliran dalam filsafat pendidikan

adalah sebagai aliran yang pemikirannya bebas, tidak terikat oleh apapun, terbuka,

tidak tertutup.

2. Esensialisme

Esensialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris essentials yang artinya hal-hal yang

perlu, barang-barang yang perlu, dan sifat-sifat dasar yang mendapat akhiran isme,

Sehingga esensialisme dapat diartikan faham/aliran yang memiliki karakteristik

mendasar, yang perlu, mengenai hakikatnya sebagai manusia. Bahwasannya yang

dimaksud dengan sifat mendasar manusia adalah fitrah manusia itu sendiri. Secara

fitrah, manusia adalah lemah dan terbatas, ia tidak mengetahui hakikat dirinya dan

alam sekitarnya yang ia tidak bisa menjangkaunya dengan akal, sehingga ia

membutuhkan informasi dari yang Maha Tahu.

10

Page 11: Isi Makalah

Esensialisme dalam konteks pendidikan adalah aliran/faham pemikiran dalam bidang

pendidikan yang terikat dengan aturan-aturan, tidak memberikan sepenuhnya kepada

akal manusia untuk mencari pengetahuan. Aliran ini adalah lawan dari progressivisme

karena esensialisme tidak memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh

fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan

dengan doktrin tertentu, sehingga mudah goyah dan kurang terarah, sehingga aliran ini

memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan

dan tahan lama, sehingga memberikan arah yang jelas.

3. Perennialisme

Perennialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris perennial yang artinya tumbuh-

tumbuhan abadi, kekal, dan bertahun-tahun yang mendapat akhiran -isme. Menurut

Zuhairini, perenialisme adalah kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan

norma-norma yang bersifat kekal abadi, dan pendidikan yang berpijak pada aliran ini

berperan untuk mengembalikan keadaan manusia zaman modern sekarang ini kepada

kebudayaan lama karena krisis kehidupan umat sekarang telah tidak bercermin pada

kesuksesan zaman dahulu.

Dari penjelasan di atas dapat dikembangkan bahwa aliran ini melihat ada yang salah

pada cara berpikir masyarakat terhadap kehidupan sekarang ini. Ada yang salah pada

pendidikan zaman sekarang sehingga menghasilkan orang-orang yang justru

menyebabkan berbagi problem kehidupan. Aliran ini memandang penyebabnya adalah

karena telah meninggalkan cara berpikir orang-orang dulu. Sehingga mereka hendak

menjadikan penddikan ini seperti masa-masa Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas

yang memiliki tujuan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri

manusia.

4. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme sebagaimana aliran-aliran sebelumnya juga berasal dari kosakata

bahasa Inggris construction yang artinya pembangunan, bangunan, dan tafsiran yang

mendapat imbuhan re dan isme. Re berarti kembali, isme adalah faham. Jadi

rekonstruksionalisme adalah sebuah faham yang bertujuan untuk membangun kembali

sesuatu yang menjadi topik bahasannya. Sedangkan dalam konteks pendidikan, aliran

ini bertjuan hendak membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin

tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia, dengan merombak

11

Page 12: Isi Makalah

kembali tata susunan pendidikan lama dengan tata susunan pendidikan yang sama

sekali baru.

Aliran ini memiliki kesamaan dengan perenialisme dalam hal yang melatarbelakangi

munculnya teori tentang pendidikan. Berbagai kerusakan yang terjadi dalam sendi

kehidupan mengharuskan adanya perubahan total terhadap pendidikan. Perubahan yang

dimaksud dengan merujuk pada pengertian rekonstruksionalisme di atas adalah

perubahan hingga ke akar-akarnya. Perubahan yang dikehendaki adalah berubah sama

sekali baru.

5. Eksistensialisme

Eksistensialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris exist yang artinya ada dan hidup

yang mendapat imbuhan isme. Dari pengertian secara bahasa dapat diartikan bahwa

eksistensialisme adalah aliran yang berpandangan bahwa sesuatu diakui karena

keberadaannya, sehingga hal-hal yang tidak ada faktanya tidak diakui keberadannya.

Dalam konteks pendidikan, aliran ini tidak menjadikan sejarah sebagai disiplin ilmu,

Karena para pengusung aliran ini mengatakan sejarah bersifat spekulatif dan faktanya

tidak bisa diketahui langsung. Aliran ini tidak banyak dibicrakan di dalam filsafat

pendidikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik

baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan

dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang

12

Page 13: Isi Makalah

yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang

bagaimanan memperbaiki pendidikan.

Ada beberapa macam aliran filsafat pendidikan yaitu, Eksistensialisme,

Rekonstruk-sionalisme, Perennialisme, Esensialisme, dan Progressivisme.

3.2 Saran

Dengan pemahaman mengenai pengertian dan tujuan filsafat terutama filsafat

pendidikan, sebaiknya para pendidik terlebih lagi calon pendidik semakin berusaha keras

untuk berfilsafat demi memajukan pendidikan nasional Indonesia menuju tercapainya cita-

cita pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Purba, E., dan Yusnadi, (2015), Filsafat Pendidikan, Unimed Press, Medan.

Simamora B., dan Nababan R., (2011), Filsafat Pancasila, Unimed Press, Medan.

Sumedi, P., (2012), Filsafat Pendidikan, artikel perkuliahan, UPI Press, Bandung.

Surajiyo, (2005), Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, PT Bumi Aksara, Jakarta.

13

Page 14: Isi Makalah

14