Isi Makalah
description
Transcript of Isi Makalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini sedikit sekali masyarakat dan warga negara Indonesia yang mengenal
bahasanya secara benar. Kebanyakan dari mereka lebih mememilih untuk menggunakan
bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi karena dianggap lebih mengikuti zaman.
Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan
bahasa resminya yaitu bahasa Indonesia. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa yang
telah mereka rusak sendiri.
Bahkan generasi muda kini makin banyak menciptakan bahasa gaul mereka sendiri,
yang sangat melenceng jauh dari kaidah bahasa Indonesia. Bila hal ini masih dianggap
sepele, bukan tidak mungkin generasi muda semakin tidak mengenal bahasa Indonesia
yang benar. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara yang baik, harus mau
mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sesuai EYD. Agar
kesalahan pengunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi tidak terdapat kesalahan
dalam pengucapan maupun penulisan.
1
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
2.1 Rumusan Masalah
Terdapat beberapa sub-bab terkait pembahasan tentang kata, frasa, klausa dan kalimat sebagai berikut :
1. Pengertian kata, fungsi kelas kata dan mengaplikasikan kelas kata dalam menyusun kalimat.
2. Jenis-jenis frasa dan mengapikasikan dalam kalimat.3. Penjelasan klausa dan mengapikasikan dalam kalimat.4. Memahami kalimat, kesalahan menulis dan pemilihan penggunaan kata yang tepat.
2.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami secara seksama tentang
definisi, fungsi serta jenis-jenis kata, frasa, klausa, kalimat serta dapat mengaplikasikan
dalam menyusun kalimat yang benar.
2.3 Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
khasanah ilmu bagi teman-teman mahasiswa. Agar dapat mengimplementasikan ilmu yang
telah didapat dalam kehidupan sehari-hari.
1
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelas Kata
Pengertian dari kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Kelas kata digunakan untuk
menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku sesuai
jenis dan fungsi kelas kata. Berikut ini fungsi kelas kata:
1) Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.
2) Membentuk bermacam-macam struktur kalimat.
3) Memperjelas makna gagasan kalimat.
4) Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat.
5) Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat
dipahami dan dinikmati oleh orang lain.
6) Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, misalnya: berita, perintah, penjelasan,
argumentasi, pidato, dan diskusi.
7) Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas:
1) Verba
2) Adjektiva
3) Nomina
4) Pronominal
5) Numeralia
6) Adverbia
7) Interigativa
8) Demontrativa
9) Artikula
10) Preposisi
11) Konjungsi
12) Fatis
13) Interjeksi
3.1.1 Verba
Verba (kata kerja) dapat dikenali melalui bentuk morfologis, perilaku sintaksis, dan
perilaku semantis dari keseluruhan kalimat. Verba juga dapat didampingi dengan kata
tidak.
Contoh: Dia tidak meminjam buku di perpustakaan.
Verba berdasarkan bentuk kata (morfologis).
1
1) Verba dasar (tanpa afiks), misalnya: mandi, lari, angkat.
2) Verba turunan:
a) Verba dasar + afiks (wajib), misalnya: memandikan, mengangkat, menanyakan.
b) Verba dasar + afiks (tidak wajib), misalnya: (mem) baca, (men) dengar, (mem)
buang.
c) Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib), misalnya: bertemu, mengungsi.
d) Reduplikasi atau bentuk berulang, misalnya: makan-makan, berlari-lari.
e) Majemuk, misalnya: cuci mata, naik haji.
Verba berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi).
1) Verba transitif disertai objek:
a) Monotransitif, misalnya: membacakan buku, menceritakan dongeng.
b) Bitransitif, misalnya: membacakan buku resep masakan, menceritakan dongeng
Malin Kundang.
c) Ditransitif, misalnya: mengembangkan agrowisata.
2) Verba intransitif tidak menghendaki adanya objek, misalnya: dia bekerja, mereka
bernyanyi.
Verba berdasarkan perilaku sintaksis yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan
kata lain dalam bentuk frasa ( kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat, dengan
memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam kalimat.
Berdasarkan fungsi :
Membaca koran dapat menambah pengetahuan umum. (verba sebagai subjek)
Ibu mengajari menulis. (verba sebagai objek)
Aku turut merasa berduka. (verba sebagai pelengkap)
Kami pergi berekreasi. (verba sebagai keterangan)
Berdasarkan jenis dalam hubungan verba dengan nomina:
1) Verba aktif subjek sebagai pelaku.
Saya menerima permintaan maafnya.
2) Verba pasif sebagai sasaran atau penderita.
Dia disanjung-sanjung.
3) Verba antiaktif (urgative) tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif.
1
Teroris itu tertembak.
4) Verba antipasif tidak dapat dapat dibentuk menjadi verba pasif.
Nenek meninggal.
Berdasarkan interkasi verba (perilaku sintaksis, tindakan, atau perbuatan) dengan
nomina pendampingnya:
1) Verba resiprokal (berbalasan, saling melakukan)
Mereka bermaaf-maafan. (saling memaafkan)
2) Verba nonresiprokal (tidak saling menghias)
Mereka berkaca. (tidak saling mengaca)
Berdasarkan perpindahan kelas kata:
1) Verba denominal (nomina ke verba), misalnya: berbudaya, mencangkul, dan
mencambuk.
2) Verba deadjektif, misalnya: menghina, menyakiti, mencintai.
3) Deadverbal, misalnya: menyadari, mengakhiri,mengawali.
3.1.2 Adjektiva
Adjektiva (kata sifat) ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat,
agak, dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:
1) Adjektiva dasar, misalnya: jahat, pandai, hemat.
2) Adjektiva turunan, misalnya: alami, sungguh-sungguh.
3) Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam:
a) Subordinatif jika salah satu kata menerangkan kata lainya, misalya: panjang
tangan, buta warna, murah senyum.
b) Koordinatif setiap kata tidak salimg menerangkan, misalnya: gemuk sehat, cantik
jelita.
3.1.3 Nomina
Nomina (kata benda) ditandai dengan tidak dapat didampingkannya kata tidak, tetapi
dapat di negatifkan dengan kata bukan. Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan
menjadi:
1) Nomina dasar, misalnya: mobil, hotel, buaya dan sebagainya.
2) Nomina turunan, misalnya:
1
ke- : kekasih, ketua
per- : persegi, pertanda
pe- : peternak, perampok
peng- : pengatur, penghasil
-an : tulisan, rangkuman
peng-an : penganiayaan, pengawasan
per-an : persatuan, perdamaian
ke-an : kemerdekaan, kedaulatan
3.1.4 Pronomina
Pronomina adalah kata yang berfungsi untuk mengacu ke nomina lain, untuk
menggantikan nomina lain. Berdasarkan bentuk, ada tiga macam pronomina:
1) Pronomina persona (mengacu pada orang). Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -
ku. Persona jamak kami. Persona kedua tunggal engkau, kamu, dikau, Anda, kau-, -mu.
Persona jamak kalian, kamu sekalian, Anda sekalian. Persona ketiga tunggal ia, dia,
beliau, -nya.
2) Pronomina penunjuk:
a) Penunjuk umum ialah, ini, itu, anu.
b) Penunjuk tempat sini, situ, sana.
3) Pronomina penanya (sebagai penanda pertanyaan). Berdasarkan makna, ada tiga jenis,
yaitu:
a) Orang siapa.
b) Barang apa, dengan turunan mengapa, kenapa, dengan apa.
c) Pilihan mana, dengan turunan dimana, kemana, dari mana, bagaimana, dan
bilamana.
Pronomina berfungsi untuk menggantikan nomina (anteseden). Berdasarkan
hubungannya dengan nomina, ada 2 jenis, yaitu:
1) Pronomina intratekstual dalam hubungan teks yang sama.
Contoh: Jaya teman kuliah saya. Pekerjaannya memasarkan sepeda motor di Astra
Honda Kudus (bersifat anaforis, yaitu penunjukan kembali kepada suatu anteseden
dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, -nya merupakan anaforis, Jaya
teman kuliah saya merupakan anteseden).
2) Pronomina ekstratekstual dalam hubungan teks yang berbeda.
a) Saya yang membuatnya.
b) Itu yang telah lama kurancang.
Itu dan –nya bersifat anaforis, yaitu penunjukan kembali kepada suatu anteseden
dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang telah lama kurancang
1
merupakan anafora, Saya yang membuatnya merupakan anteseden).
3.1.5 Numeralia
Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutanya
dalam saru deretan, Ada dua jenis numerelia, yaitu:
1) Takrif (tertentu):
a) Numeralia pokok satu, dua, tiga dan seterusnya.
b) Numerelia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa?
c) Numerelia kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya : lusin, kodi, dan
meter, rupiah.
2) Numerelia tak takrif (tidak tentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap, dan semua
3.1.6 Adverbia
Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat mendampingi adjektiva,
numerelia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbia mempunyai dua bentuk, yaitu:
1) Bentuk tunggal (monomorfermis): sangat, hanya, lebih, segera,agak, dan akan
Contoh:
a) Ably anak yang sangat baik.
b) Guru hanya memberi materi ujian, bukan dengan kunci jawabannnya.
c) Mobil BMW lebih nyaman dibanding mobil Nissan.
2) Bentuk jamak (polimorfemis): belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap kali,
lebih-lebih, mau tidak mau, tidak mungkin, dan paling-paling.
Contoh:
a) Ia belum tentu datang tepat waktu.
b) Agya tidak mungkin mau datang tanpa Karin.
c) Orang itu bersikap kasar kepada seorang wanita tua jangan-jangan dia seorang
preman.
3.1.7 Interogativa
Interogativa (kata tanya) digunakan untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diketahui oleh pembicara atau menegaskan sesuatu yang telah diketahuinya. Misalnya:
apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kenapa.
Contoh kalimat:
a) Berapa karung semen yang dubutuhkan untuk membuat kolam ikan itu?
1
b) Apa yang sedang mereka lakukan di atap rumah?
3.1.8 Demonstrativa
Demonstrativa berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam atau di luar wacana.
Sesuatu itu disebut anteseden. Contoh : ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.
a) Di sini , tim Arkeolog akan melakukan penggalian fosil.
b) Fosil ini merupakan tanda adanya kehidupan manusia purba di Jawa.
3.1.9 Artikula
Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh: si, sang,
sri, para, kaum, dan umat.
a) Si bocah petualang itu selalu mencari tempat bermain baru di dalam hutan.
b) Sang penyair ternama itu akan meluncurkan karyanya bulan depan.
3.1.10 Preposisi
Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau
kelompok kata.
1) Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi.
a) Demi cita-citanya, dia berjuang sekuat tenaga.
b) Pembangunan hotel mulai dilaksanakan, dari awal perancangan hingga pembukaan
hotel.
2) Preposisi turunan: di antara, di atas, ke dalam, dari samping, dari luar, kepada.
a) Pengurus organisasi meminta kepada saya untuk menjadi seksi perlengkapan.
b) Di antara atlet renang itu terdapat seorang atlet yang menjuarai Olimpiade.
3.1.11 Konjungsi
Konjungsi (kata sambung) berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat
atau kalimat yang satu dengan kalimat lain. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, serta, supaya, tetapi.
a) Ia bekerja hingga larut malam untuk mendapat tambahan pendapatan.
b) Kita harus belajar sungguh-sungguh agar lulus tepat pada waktunya.
2) Konjungsi ekstrakalimat: jadi, disamping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan
demikian, walupun demikian, akibatnya, tambahan pula.
a) Tokoh itu sangat berpengaruh. Oleh karena itu beliau sangat disegani.
1
b) Korupsi sudah membudaya. Oleh sebab itu kita harus ikut memberantas mulai dari
diri sendiri.
3.1.12 Fatis
Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan.
Jenis kata ini lazim digunakan dalam dialog atau wawancara. Misalnya: ah, ayo, kok,
mari, nah, dan yah.
a) Kita memiliki kekayaan sumber daya alam. Ayo, kita olah dengan baik untuk dapat
memenuhi kebutuhan warga negara tanpa harus impor dari negara lain.
b) Mari kita tingkatkan kualitas produk demi kepuasan pelanggan.
3.1.13 Interjeksi
Interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, terdiri atas dua jenis :
1) Bentuk dasar: aduh, ah, eh, idih, ih, wah, dan sebagainya.
a) Aduh, kenapa kamu ikut terlibat dalam kasus itu.
b) Wah, saya sangat kagum dengan hasil kerjamu.
2) Bentuk turunan : alhamdulillah, astaga, brengsek, insya allah, dan sebagainya.
a) Alhamdulillah, kondisi kesehatannya sudah menunjukkan perkembangan positif.
b) Astaga, nenek itu dibunuh oleh cucunya sendiri.
3.2 Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nopredikatif, misalnya: bayi
sehat, pisang goreng, sangat nyaman, sudah lama sekali, dan majelis permusyaratan
rakyat.
Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu: frasa verbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa pronominal, frasa adverbial, frasa numeralia, frasa
koordinativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional
koordianatif.
3.2.1 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dengan kata kerja,terdiri atas 3
macam yaitu:
1) Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas:
1
a) Pewatas belakang, misalnya: Sisy berjalan cepat setiap pagi untuk menuju ke
sekolah.
b) Pewatas depan, misalnya: Nita dapat mengajukan kredit di Bank Syariah Mandiri.
2) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan
atau atau. Contoh: Andy menyesal dan menagisi perbuatannya.
3) Farsa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan,
misalnya: Usaha Pak Budi, berdagang kain, kini menjadi grosir.
3.2.2 Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan
sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti: agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.
Misal : agak baik, sangat bijak, paling tinggi, harus rajin.
Frasa adjektival mempunyai tiga jenis:
1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat
benar.
2) Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram,
makmur dan sejahtera, aman sentausa;
3) Frasa adjektival apositif, misalnya:
a) Batman tokoh pahlawan super, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang
lemah. Frasa apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Batman tokoh
pahlawan super yang tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa
merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.
b) Dewi Shinta, ayu rupawan, diperistri oleh Rama.
3.2.3 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah
pensil, seorang sahabat, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi
mewatasi (membatasi), misalnya: pensildua buah, sahabat seorang, telur beberapa butir.
1) Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Senin, pensil dua
buah, pemuda kampung, dan bulan kedua.
1
2) Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan kewajiban,
sandang pangan, dunia akhirat, lahir batin, adil dan makmur.
3) Frasa nominal apositif
a) Tony, montir teladan itu, kini menjadi kepala bengkel di dealer tempat dia bekerja.
b) Bapak SBY, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutan dalam
acara pembukaan rusun di Jakarta Utara.
3.2.4 Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.
Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat pandai, kata pandai merupakan
inti dan sangat merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini: agak kecil,
kurang pandai, hampir sempurna, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga,
dan dengan gelisah. Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan),
misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak
menerangkan lebih.
3.2.5 Frasa Pronomial
Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas
tiga jenis:
1) Modifikatif, misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka
itu, mereka berdua, dan mereka itu.
2) Koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan dia, (3)
apositif:
a) Kami, pemuda Indonesia, menyatakan perang melawan narkoba.
b) Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti narkoba.
3.2.6 Frasa Numerialia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Modifikatif:
a) Hadiah lomba itu berupa tiga puluh unit sepeda motor.
b) Kuis itu memperebutkan hadiah sepuluh juta rupiah.
1
2) Koordinatif:
a) Dua atau tiga orang perampok itu memasuki rumah dengan car mencongkel
jendela.
b) Entah lima, entah enam kali saya menjelaskan instruksi kerja.
3.2.7 Frasa Interogativa Koordinatif
Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.
1) Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
2) Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan penanda predikat.
3.2.8 Frasa Demonstrativa Koordinatif
Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.
1) Saya taruh meja di sana atau sini sama saja.
2) Kamu pilih tema ini atau itu tidak masalah.
3.2.9 Frasa Proposisional Koordinatif
Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan.
1) Perjalanan dari dan ke Universitas Muria Kudus memerlukan waktu satu jam karena
ada perbaikan jalan.
2) Sistem ekonomi koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
3.3 Klausa
3.3.1 Klausa Kalimat Majemuk Setara
Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat
majemuk setara, setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama namun tidak saling
menerangkan. Kalimat majemuk setara dibangun dengan dua atau lebih klausa, misalnya:
1) Oni membaca Jawa Pos, dan kakaknya memperbaiki motor.
Klausa pertama Oni membaca Jawa Pos . Klausa kedua kakaknya memperbaiki
motor. Keduanya tidak saling menerangkan.
3.3.2 Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan
klausa lainnya, misalnya:
1
1) Indra pindah ke Solo setelah usaha toko batiknya berkembang. Klausa pertama Indra
pindah ke Solo sebagai klausa utama (induk kalimat) dan kedua usaha toko batiknya
berkembang sebagai klausa sematan (anak kalimat).
3.3.3 Klausa Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat
Gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih,
misalnya:
1) Dia pindah ke Medan setelah ayahnya bercerai dan ibunya menikah lagi dengan wali
kota.
Kalimat diatas terdiri atas tiga klausa yang digabung menjadi kalimat majemuk
bertingkat dan kalimat majemuk setara.
a) Dia pindah ke Medan (klausa utama)
b) ayahnya bercerai (klausa sematan)
c) ibunya menikah lagi dengan wali kota. (klausa sematan)
2) Dia pindah ke Medan setelah ayahnya bercerai (kalimat majemuk bertingkat /
subordinatif)
3) Ayahnya bercerai dan ibunya menikah lagi dengan wali kota (kalimat majemuk setara /
koordinatif).
3.4 Kalimat
3.4.1 Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat disusun
berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/ atau klausa. Dalam bahasa lisan
kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan bahasa tulis diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya.
Contoh: 1) Menulis ilmiah itu mudah. (2) Kemudahan menulis dapat dirasakan oleh setiap
orang yang mempelajarinya secara serius. (3) Kemudahan menulis itu dapat
dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu: menentukan ide, mengorganisasikan ide, dan
mengekresikan ide tersebut dengan kalimat efektif sehingga menjadi sebuah karangan
yang utuh.
Paragraf tersebut terdiri atas tiga buah kalimat. Kalimat (1) berupa kalimat dasar
yang terdiri atas du bagian kalimat inti. Kalimat (2) berupa kalimat luas terdiri atas dua
1
bagian inti dan satu bagian bukan inti. Kalimat (3) berupa kalimat luas yang terdiri dari
dua bagian inti dan dua bagian bukan inti.
Ciri-ciri dari kalimat, yaitu:
1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
Dalam bahas tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda seru,
atau tanda tanya,
2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,
3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap,
4. Mengandung pikiran yang utuh,
5. Menggunakan urutan logis, setiap kata-kata atau kelompok kata yang mendukung
fungsi(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut
fungsinya,
6. Mengandung satuan makna, ide,atau pesan yang jelas,
7. Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi,
pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.
3.4.2 Unsur-unsur Kalimat
3.4.2.1 Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan
kejelasan kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat menghamburkan makna
kalimat. Subjek dapat berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan subjek dalam kalimat
berfungsi:
a) Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,
b) Memperjelas makna,
c) Menjadi pokok pikiran,
d) Menegaskan (memfokuskan) makna,
e) Memperjelas pikiran ungkapan, dan
f) Membentuk kesatuan pikiran.
Sedangkan ciri-ciri dari subjek, yaitu:
a) Jawaban apa atau sifat,
b) Didahului kata bahwa,
c) Berada kata atau frasa benda (nomina),
d) Disertai kata ini, atau itu,
1
e) Disertai pewatas yang,
f) Kata sifat didahului kata si atau sang,
g) Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepda, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain, dan
h) Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
Contoh:
Saya sudah mengerjakan lima tugas dalam satu minggu. (subjek berupa kata)
Selokan air itu tersumbat sampah sehingga sulit mengalirkan air dengan lancar.(subjek
berupa frasa)
3.4.2.2 Predikat
Seperti halnya subjek, predikat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat dapat
berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:
a) Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk,
b) Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan
menentukan kejelasan makna kalimat,
c) Menegaskan makna,
d) Membentuk keastuan makna, dan
e) Sebagai sebutan.
Sedangkan ciri-ciri dari predikat yaitu:
a) Jawaban mengapa, bagaimana,
b) Dapat diinkarkan dengan tidak atau bukan,
c) Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang,
d) Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti,
selayaknya dan lain-lain,
Tidak didahului dengan kata yang, jika didahului kata:
a) yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek,
b) Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni, dan
c) Predikat dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, atau bilangan.
Contoh :
Andi mencari peluang usaha lain setelah tokonya kebakaran.
3.4.2.3 Objek
1
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek
tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat
kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Dalam kalimat objek berfungsi sebagai:
a) Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transtif.
b) Memperjelas makna, dan
c) Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri dari objek, yaitu:
a) Berupa kata benda,
b) Tidak didahului kata depan,
c) Mengikuti langsing di belakang predikat transitif,
d) Jawaban apa atau siapa yang terltak di belakang predikat transitif, dan
e) Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
Contoh:
Kalimat yang benar: Pak Mario menerangkan ide bisnisnya.
Kalimat yang salah: Pak Mario menerangkan tentang ide bisnisnya.
3.4.2.4 Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri pelengkap:
1) Bukan unsur utama , tapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap
informasinya.
2) Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:
a) Melengkapi struktur:
Hukum Negara Republik Indonesia / berdasarkan / KUHAP.
S P Pel
b) Mengkhususkan makna objek, misalnya:
Ayah / membuatkan / saya / mobil kayu.
S P O Pel
3.4.2.5 Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan
kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas, terutama dalam surat undangan,
laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab.
1
Ciri-ciri keterangan, yaitu:
1) Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas,
dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif,
2) Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat,
3) Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, senan, akibat, syarat, cara, posesif, dan
pengganti nomina.
Contoh penempatan keterangan:
Pada awal kalimat, “Semalam Ronaldo bertanding ke Manchester.”
Pada tengah kalimat,”Ronaldo semalam bertanding ke Manchester.”
Pada akhir kalimat,”Ronaldo bertanding ke Manchester kemarin.”
4) Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi; misalnya: keterangan
tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat
menggaentukntikan subjek
Messi, yang menjadi pemain terbaik dunia tahun 2001-2004, adalah titisan Maradonna.
(keterangan tambahan).
Messi, pemain terbaik dunia tahun 2001-2004 , adalah titisan Maradonna. (aposisi).
3.4.2.6 Konjungsi
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai)
unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraf dengan
paragraf yang lain. Konjungsi debedakan meenjadi dua jenis, yaitu:
1) Perangkai intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan
unsur atau bagian kalimat yang lain di salam sebuah kalimat.
2) Perangkai antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu
dengan kalimat atau paragraf yang lain. Bagian perangkai antarkalimat ini sering juga
disebut dengan istilah kata transisi. Kata-kata transisi ini sangat membantu dalam
menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik antarkalimat maupun antar
paragraf.
Contoh bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam karangan antara lain: adalah,
andaikata, apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di samping itu, sehingga, ialah,
jika, kalau, kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal, seandainya,
sedangkan, seolah-olah, supaya, umpamanya, bahkan, tetapi, karena itu, oleh sebab itu,
jadi, maka, lagipula, sebaliknya, sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula.
1
Contoh penggunaan konjungsi:
1) Pepe dihukum dengan kartu kuning karena melakukan pelanggaran keras meskipun hal
itu dilakukan baru satu kali sepanjang pertandingan sepak bola berlangsung.
2) Dia akan lulus dengan nilai terbaik apabila belajar lebih giat.
3.4.2.7 Modalitas
Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat
mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat
dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, pasti, dan sebagainya.
Contoh penggunaan modalitas.
1) Jadwal kuliah kemungkinan besar akan diubah.
2) Makanan itu memang tidak kusukai.
Fungsi modalitas dalam kalimat:
a) Mengubah nada: dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras
menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkpan yang dapat digunakan antara lain:
barangkali, tentu, mungkin, sering, sungguh.
Ia sungguh beruntung dapat selamat dari kecelakaan maut.
b) Menyatakan sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada kepastian dapat
digunakan ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.
Karena sering terlambat, dia pasti mendapatkan sanksi.
3.4.3 Struktur Kalimat
Kalimat merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan
kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi berlangsung baik dan
benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar, yaitu kalimat yang dapat
mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan pembaca atau
pendengarnya. Untuk itu, kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar,
pengungkapan gagasan secara baik, singkat, cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun.
a) Struktur yang benar
Struktur kalimat dibenuk berdasarkan unsur subjek, predikat ( disertai objek jika
predikat menggunakan kata kerja transitif ), pelengkap ( disertai pelengkap jika
predikat menggunakan kata kerja intransitive ), dan keterangan ( jika diperlukan ).
1
Selain itu, kalimat harus lengkap, tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak
kalimat.
Contoh :
1) Dalam voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu. (salah)
Kalimat ini salah karena induk kalimat berbentuk aktif tetapi tanpa subjek, subjek
kalimat tersebut didahului kata depan dalam. Perbaikan dapat dilakukan dengan
mengubah kalimat tersebut menjadi bersubjek atau mengubah struktur kalimat menjadi
pasif.
a) Voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.
b) Dalam voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.
2) Voting yang menghasilkan bahwa suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.
(salah)
Kalimat tersebut menggunakan yang di depan predikat sehingga predikat berfungsi
sebagai perluasan subjek. Perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan kata yang.
Perbaikan menjadi sama dengan kalimat
a) Voting menghasilkan bahwa suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.
3) Meskipun rumahnya jauh, tetapi dia tidak pernah terlambat. (salah)
Kalimat ini merupakan penggabungan anak kalimat.
(3i) Meskipun rumahnya jauh, dan (3ii) Tetapi dia tidak pernah terlambat.
Kalimat yang benar harus utuh dan lengkap, bukan anak kalimat. Perbaikan dapat
dilakukan dengan mengubah kalimat tersebut menjadi dua kalimat tunggal yang
terpisah atau mengubah salah anak kalimat menjadi induk kalimat sehingga
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
a) Rumahnya jauh. Dia tidak pernah terlambat.
b) Meskipun rumahnya jauh, dia tidak pernah terlambat.
3.4.3.1 Ketepatan urutan kata
Urutan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses
harus disusun secara logis.
a) Dalam kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan
kemudian melaksanakan. (salah, urutan tidak logis)
b) Mereka menyusun rencana kerja, melaksanakan, dan melaporkan hasil pelaksanaannya.
(benar, urutan logis)
1
c) Setelah melaksanakan rencana kerjanya, mereka melaporkan hasilnya.(benar, urutan
logis).
Kata-kata, frasa atau klausa yang mendukung fungsi (subjek, predikat, atau keterangan)
tidak dikelompokkan menjadi satu fungsi.
a) Adalah merupakan suatu kewajiban bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan
nasional. (salah)
Ketidakcermatan kalimat tersebut terjadi karena menggunakan dua kata yang hampir
bersinonim yaitu adalah dan merupakan dalam satu frasa.
b) Bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan nasional adalah suatu kewajiban.
(benar).
c) Adalah suatu kewajiban bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan nasional.
(benar)
3.4.3.2 Ketepatan hubungan antar kalimat
Hubungan antar kalimat terkait dengan penggunaan kata penghubung dan gagasan
yang dihubungkan.
Contoh:
a) Gadis itu cantik. Tambahan pula ia kaya. (salah/tidak cermat, cantik tidak ada
hubungannya dengan kaya).
b) Gadis itu cantik. Tambahan pula, ia pandai berhias. (benar/cermat, kepandaian berhias
menambah kecantikan gadis itu).
3.4.4 Pola kalimat
Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun
berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat
akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal.
Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh
orang. Kemudahan itu dapat dirasakan oleh pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-
idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat
memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
3.4.5 Pola Kalimat Majemuk
3.4.5.1 Kalimat Majemuk Setara
1
Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan bertingkat. Masing-
masing mempunyai karakter berbeda.
1) Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat
majemuk setara ada 4 macam,yaitu:
a) Setara gabungan menggunakan kata gabungan dan, serta.
Pelatih menerangkan strategi permainan dan para pemain mendengarkan dengan
cermat.
b) Setara pilihan menggunakan kata atau.
Mereka pergi berlatih atau bertanding.
c) Setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; dan
Dias pergi ke kampus lantas berlatih futsal.
d) Setara perlawanan menggunakan tetapi, melainkan.
Andi ingin membeli motor, tetapi tidak punya uang.
3.4.5.2 Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya.
Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasrkan jenis anak kalimat (AK).
1) AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum;
Dia berangkat kuliah setelah menyelesaikan pekerjaannya
2) AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena
Banjir di Jakarta terjadi karena banyak sampah yang menyumbat aliran air sungai.
3) AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya;
Dia rajin belajar sehingga berhasil lulus dengan nilai tertinggi.
4) AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata;
Kau akan datang tepat waktu andaikata tidak begadang hingga larut malam
5) AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna;
Kita rajin menabung demi jaminan hidup di masa depan.
(6) AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam; contoh:
Ondy mengecat tembok dengan kuas.
(7) AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun;
Meskipun gagal dia tetap bangkit untuk berusaha lagi.
(8) AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa; contoh:
Ketua RT menegaskan bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah kewajiban warga.
1
3.4.5.3 Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat
1) Manajer pemasaran sedang mengejar target omzet bulan ini setelah penjualan menurun.
2) Omzet mulai membaik dan penjualan mulai naik setelah merubah strategi pemasaran.
3.4.5.4 Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya
menggunakan unsur yang yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat benar-benar
berfungsi. Sedangkan sifat padat menggunakan makna sarat dengan informasi yang
terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan
pengungkapan. Sifat jelas di tandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna yang
terkandung didalamnya. Sifat lengkapmengandung makna kelengkapan struktur kalimat
secara gramatikal, dan kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung dalam tersebut.
Kalimat efektif dapat menyampaikan pikiran atau perasaan penulis atau pembicara
kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis
dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah
komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur.
Kesatuan kalimat ditandai adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kalimat
secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya salah.
Contoh:
Saya saling memaafkan. (salah)
Kami saling memaafkan. (benar)
2. Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal.
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten, misalnya:
kesatuan, kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan; pertanian, perikanan, perkebunan,
perdamaian; mengerjakan, membawakan, menertawakan
Contoh:
BNN segera meringkus bandar itu karena sudah diketahui sebelumnya.(salah)
BNN segera meringkus bandar itu karena sudah mengetahui sebelumnya.(benar)
3. Kefokusan pikiran sehingga mudah di pahami.
1
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami
maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit di tangkap dan menghambat
komunikasi.
Contoh:
Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modalutama
pemasaran produk, (tidak efektif)
Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama pemasaran
produk. (efektif)
4. Kehematan penggunaan unsur kalimat.
Untuk menjamin kehematan kalimat, setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan
baik, unsur yang tidak mendukung makna kalimat harus dihindarkan, untuk itu
hindarkanlah:
a) Subjek ganda, misalnya: Tugas itu saya sudah mengerjakan. Seharusnya Saya
sudah mengerjakan tugas itu.
b) Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:
data (jamak) - data-data (jamak)
fakta (jamak) - fakta-fakta (jamak)
mengambili buku-buku - mengambili buku atau mengambil buku-buku
mengambili (jamak), buku-buku (jamak)
c) Menggunakan bentuk singkat
Kalimat singkat bukan berarti kalimat itu harus pendek-pendek. Akan tetapi, kalimat
itu harus menggunakan unsur kalimat yang benar-benar berfungsi dan menghilangkan
kata atau ungkapan yangtidak mendukung makna.
Kabid memberikan peringatan kepada operator mesin agar meningkatkan kinerja.
(benar tetapi tidak singkat)
Kabid memperingatkan operator mesin agar meningkatkan kinerja. ( benar dan
singkat)
Meskipun benar, kalimat ini dapat diubah lebih singkat dengan mengubah memberikan
peringatan menjadi memperingatkan. Perhatikan kata-kata berikut ini:
Memberikan teguran – menegur
Mengambil tindakan – menindak
d) Menggunakan kata aktif bertenaga:
Ia berdiri lalu pergi.(aktif tetapi kurang betenaga)
Ia bangkit lalu pergi (aktif dan bertenaga)
1
Mereka memperhatikan penjahat itu. (aktif tetapi kurang bertenaga)
Mereka mengamati penjahat itu. (aktif dan bertenaga)
5. Kecermatan dan kesantunan.
Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata sehingga
menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional pembaca atau
pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima orang
lain. Sedangkan santun mengandung makna halus dan baik, dan sopan.
a) Kecermatan
Kecermatan kata dalam kalimat ditentukan ketepatan pilihan kata. Pilihan bukan
karena enak didengar atau merdu jika diucapkan melainkan daya ekspresinya yang
eksak (pasti). Banyak kata dalam bahasa kita yang hampir sama maknanya. Bahkan,
seringkali dianggap sebagai kata bersinonim. Akan tetapi, hanya satu yang paling tepat
mengungkapkan maksud secara cermat.
Misalnya:
Manusia ialah makhluk yang berakal budi. (salah, tidak cermat)
Kata ialah harus didikuti sinonim, bukan definisi formal. Jika menggunakan ialah
kalimat itu kata manusia disertai sinonim.
Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (benar, cermat)
Manusia ialah orang. (benar, cermat)
Selain itu, kecermatan kalimat menyangkut ketepatan bentuk kata,pemakaian kata
berimbuhan, dan tanda baca.
Karena sudah diketahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes dengan mudah.
(salah)
Karena sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes dengan
mudah. (benar)
b) Kesantunan
Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang dikspresikan dapat
mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang harmonis, dan keakraban.
Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat: singkat, jelas, lugas, dan tidak
berbelit-belit. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali seminggu.
(salah)
Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)
Telah ditetapkan bahwa pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)
1
Kata biasanya pada kalimat (1) tidak perlu karena makna kata itu sudah tersirat dalam
ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Tanpa kata itu, makna kalimat sudah cukup
jelas. Jadi,penggunaan kata itu mubazir.
6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.
Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya asalkan
variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang dapat
menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.
a) Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara)
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar di
sekolah.
b) Kalimat melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa keduadari klausa
koordinat dengan klausa utama (pertama) menjadiklausa sematan, dalam kalimat
berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.
Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di
sekolah.
c) Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada posisi
awal dan klausa utama dibagian akhir.
Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja di
perusahaan.
7. Ketepatan Diksi
Kecermatan diksi memasalahkan ketepatan kata, setiap kata harus mengungkapkan
pikiran secara tepat. Untuk itu, penulis harus membedakan kata yang hampir
bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan makna, ketepatan dan
kesesuaian, dan sebagainya.
8. Ketepatan Ejaan
Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat enentukan kualitas penyajian
data.sebaliknya, kesalahan ejaan daapat menimbulkan kesalahan komunikasi yang
fatal,misalnya: Ia membayar dua puluh lima ribuan. (maskudnya: dua-puluh-lima
ribuan = 25 X Rp 1.000,00 atau dua-puluh lima-ribuan = seratus ribu = 20 X Rp
5.000,00).
Penggunaan tanda baca, bandingkan maknanya:
Paman kami belum menikah.
Paman, kami belum menikah.
Paman kami, belum menikah.
Paman, kami, belum menikah.
1
3.4.6 Kesalahan Kalimat
Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya
harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu
diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.
3.4.6.1 Kesalahan Struktur
a) Kalimat aktif tanpa subjek
1. Menurut ahli forensik kepolisian menyatakan bahwa korban tewas akibat pukulan benda
tumpul di kepala. (salah)
Kalimat tersebut salah karena menempatkan kata depan menurut di depan subjek. Dengan
kata tersebut subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Perbaikkan dilakukkan dengan
cara menghilangkan kata menurut.
1a. Ahli forensik kepolisian menyatakan bahwa korban tewas akibat pukulan benda
tumpul di kepala. (benar)
Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi
menjadi keterangan, misalhnya:
2. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)
Perbaikkan dapat dilakukkan dengan menghilangkan kata depan di atau mengubah
struktur kalimat aktif menjadi pasif.
2a) Papua memiliki pusat pertambangan emas terbesar di Indonesia. (benar)
2b) Di Papua terdapat pusat pertambangan emas terbesar di Indonesia. (benar)
Tanpa unsure predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini
berubah fungsi menjadi perluasan objek, misalnya:
Petani yang bekerja di sawah. (salah)
Petani bekerja disawah. (benar)
Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti
objek dan tidak disisipi kata depan, misalnya:
Mereka mendiskusikan tentang keselamatna kerja. (salah)
Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
Menempatkan kata penghubung intra kalimat pada awal kalimat, misalnya:
Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
1
Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)
Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan kalimat
Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)
Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)
Salah urutan
Buku itu saya sudah baca. (salah)
Saya sudah membaca buku itu. (benar)
Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)
Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu. (benar)
3.4.6.2 Kesalahan Diksi
1. Diksi kalimat salah jika:
a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya, adalah merupakan,
baik untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-lain,
Ia selalu bekerja keras agar selalu mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (salah)
Ia selalu bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (benar)
Ia selalu bekerja keras supaya mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di
perguruan tinggi. (benar)
b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana,
bagaimana, mengapa, dan lain-lain.
Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah
menjadi kota. (salah)
Kampung tempat kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah menjadi
kota. (benar)
c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnya
tidak… tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya
bukan hanya – melainkan juga
Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)
Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)
Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)
1
d. Menggunakan kata berpasangan yang tidak idiomatik yang tidak bersesuaian.
Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan, membicarakan tentang seharusnya
berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.
Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)
Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)
2. Diksi atau kalimat kurang baik. (kurang santun)
a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.
b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat
saya…, sebaiknya menggunakkan data menunjukkan bahwa…,penelitian membuktikan
bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa…
c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya
d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.
e. Penolakan dan pembuktian tnapa makna kata yang pasti (eksak).
3.4.6.3 Kesalahan Ejaan
Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil
kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu,
penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan.
Jenis kesalahan ejaan:
a. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,
b. Pemenggalan kata,
c. Penulisan kata baku,
d. Penulisan unsur serapan,
e. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,
f. Penggunaan kata baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik satu
(‘…’), tanda penyingkatan (‘…), dan lain-lain,
g. Penulisan kalimat atau paragraph: induk kalimat dan anak kalimat, kutipan langsung,
kutipan tidak langsung.
h. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi,
i. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah,
jurnal,
j. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian,
k. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, bibliografi
1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan, antara lain:
a) Pentingnya pengetahuan tentang kata, frasa klausa dan kalimat beserta unsur, jenis, dan
fungsinya.
b) Pentingnya pemilihan kata dan penempatan tanda baca agar tidak terjadi kerancuan arti
maupun maksud yang akan disampaikan.
4.2 Kritik dan Saran
Jika dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan penulisan, ejaan, dan
tanda baca, kami mohon kritik dan saran yang membangun.
1
DAFTAR PUSTAKA
Hs, Widjono.(2012).MataKuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta :
Grasindo.