Isi Makalah

44
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Saat ini sedikit sekali masyarakat dan warga negara Indonesia yang mengenal bahasanya secara benar. Kebanyakan dari mereka lebih mememilih untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi karena dianggap lebih mengikuti zaman. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya yaitu bahasa Indonesia. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa yang telah mereka rusak sendiri. Bahkan generasi muda kini makin banyak menciptakan bahasa gaul mereka sendiri, yang sangat melenceng jauh dari kaidah bahasa Indonesia. Bila hal ini masih dianggap sepele, bukan tidak mungkin generasi muda semakin tidak mengenal bahasa Indonesia yang benar. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara yang baik, harus mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sesuai EYD. Agar kesalahan pengunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi tidak terdapat kesalahan dalam pengucapan maupun penulisan.

description

b.indonesia

Transcript of Isi Makalah

Page 1: Isi Makalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini sedikit sekali masyarakat dan warga negara Indonesia yang mengenal

bahasanya secara benar. Kebanyakan dari mereka lebih mememilih untuk menggunakan

bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi karena dianggap lebih mengikuti zaman.

Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan

bahasa resminya yaitu bahasa Indonesia. Mereka lebih bangga menggunakan bahasa yang

telah mereka rusak sendiri.

Bahkan generasi muda kini makin banyak menciptakan bahasa gaul mereka sendiri,

yang sangat melenceng jauh dari kaidah bahasa Indonesia. Bila hal ini masih dianggap

sepele, bukan tidak mungkin generasi muda semakin tidak mengenal bahasa Indonesia

yang benar. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara yang baik, harus mau

mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sesuai EYD. Agar

kesalahan pengunaan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi tidak terdapat kesalahan

dalam pengucapan maupun penulisan.

Page 2: Isi Makalah

1

BAB II

PERUMUSAN MASALAH

2.1 Rumusan Masalah

Terdapat beberapa sub-bab terkait pembahasan tentang kata, frasa, klausa dan kalimat sebagai berikut :

1. Pengertian kata, fungsi kelas kata dan mengaplikasikan kelas kata dalam menyusun kalimat.

2. Jenis-jenis frasa dan mengapikasikan dalam kalimat.3. Penjelasan klausa dan mengapikasikan dalam kalimat.4. Memahami kalimat, kesalahan menulis dan pemilihan penggunaan kata yang tepat.

2.2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memahami secara seksama tentang

definisi, fungsi serta jenis-jenis kata, frasa, klausa, kalimat serta dapat mengaplikasikan

dalam menyusun kalimat yang benar.

2.3 Manfaat

Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

khasanah ilmu bagi teman-teman mahasiswa. Agar dapat mengimplementasikan ilmu yang

telah didapat dalam kehidupan sehari-hari.

Page 3: Isi Makalah

1

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelas Kata

Pengertian dari kelas kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan

kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Kelas kata digunakan untuk

menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku sesuai

jenis dan fungsi kelas kata. Berikut ini fungsi kelas kata:

1) Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.

2) Membentuk bermacam-macam struktur kalimat.

3) Memperjelas makna gagasan kalimat.

4) Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat.

5) Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat

dipahami dan dinikmati oleh orang lain.

6) Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, misalnya: berita, perintah, penjelasan,

argumentasi, pidato, dan diskusi.

7) Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.

Kelas kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas:

1) Verba

2) Adjektiva

3) Nomina

4) Pronominal

5) Numeralia

6) Adverbia

7) Interigativa

8) Demontrativa

9) Artikula

10) Preposisi

11) Konjungsi

12) Fatis

13) Interjeksi

3.1.1 Verba

Verba (kata kerja) dapat dikenali melalui bentuk morfologis, perilaku sintaksis, dan

perilaku semantis dari keseluruhan kalimat. Verba juga dapat didampingi dengan kata

tidak.

Contoh: Dia tidak meminjam buku di perpustakaan.

Verba berdasarkan bentuk kata (morfologis).

Page 4: Isi Makalah

1

1) Verba dasar (tanpa afiks), misalnya: mandi, lari, angkat.

2) Verba turunan:

a) Verba dasar + afiks (wajib), misalnya: memandikan, mengangkat, menanyakan.

b) Verba dasar + afiks (tidak wajib), misalnya: (mem) baca, (men) dengar, (mem)

buang.

c) Verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib), misalnya: bertemu, mengungsi.

d) Reduplikasi atau bentuk berulang, misalnya: makan-makan, berlari-lari.

e) Majemuk, misalnya: cuci mata, naik haji.

Verba berdasarkan banyaknya pembuktian (argumentasi).

1) Verba transitif disertai objek:

a) Monotransitif, misalnya: membacakan buku, menceritakan dongeng.

b) Bitransitif, misalnya: membacakan buku resep masakan, menceritakan dongeng

Malin Kundang.

c) Ditransitif, misalnya: mengembangkan agrowisata.

2) Verba intransitif tidak menghendaki adanya objek, misalnya: dia bekerja, mereka

bernyanyi.

Verba berdasarkan perilaku sintaksis yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan

kata lain dalam bentuk frasa ( kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat, dengan

memperhatikan fungsi, jenis, dan perilaku dalam kalimat.

Berdasarkan fungsi :

Membaca koran dapat menambah pengetahuan umum. (verba sebagai subjek)

Ibu mengajari menulis. (verba sebagai objek)

Aku turut merasa berduka. (verba sebagai pelengkap)

Kami pergi berekreasi. (verba sebagai keterangan)

Berdasarkan jenis dalam hubungan verba dengan nomina:

1) Verba aktif subjek sebagai pelaku.

Saya menerima permintaan maafnya.

2) Verba pasif sebagai sasaran atau penderita.

Dia disanjung-sanjung.

3) Verba antiaktif (urgative) tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif.

Page 5: Isi Makalah

1

Teroris itu tertembak.

4) Verba antipasif tidak dapat dapat dibentuk menjadi verba pasif.

Nenek meninggal.

Berdasarkan interkasi verba (perilaku sintaksis, tindakan, atau perbuatan) dengan

nomina pendampingnya:

1) Verba resiprokal (berbalasan, saling melakukan)

Mereka bermaaf-maafan. (saling memaafkan)

2) Verba nonresiprokal (tidak saling menghias)

Mereka berkaca. (tidak saling mengaca)

Berdasarkan perpindahan kelas kata:

1) Verba denominal (nomina ke verba), misalnya: berbudaya, mencangkul, dan

mencambuk.

2) Verba deadjektif, misalnya: menghina, menyakiti, mencintai.

3) Deadverbal, misalnya: menyadari, mengakhiri,mengawali.

3.1.2 Adjektiva

Adjektiva (kata sifat) ditandai dengan dapat didampingkannya kata lebih, sangat,

agak, dan paling. Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi:

1) Adjektiva dasar, misalnya: jahat, pandai, hemat.

2) Adjektiva turunan, misalnya: alami, sungguh-sungguh.

3) Adjektiva paduan kata (frasa) ada dua macam:

a) Subordinatif jika salah satu kata menerangkan kata lainya, misalya: panjang

tangan, buta warna, murah senyum.

b) Koordinatif setiap kata tidak salimg menerangkan, misalnya: gemuk sehat, cantik

jelita.

3.1.3 Nomina

Nomina (kata benda) ditandai dengan tidak dapat didampingkannya kata tidak, tetapi

dapat di negatifkan dengan kata bukan. Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan

menjadi:

1) Nomina dasar, misalnya: mobil, hotel, buaya dan sebagainya.

2) Nomina turunan, misalnya:

Page 6: Isi Makalah

1

ke- : kekasih, ketua

per- : persegi, pertanda

pe- : peternak, perampok

peng- : pengatur, penghasil

-an : tulisan, rangkuman

peng-an : penganiayaan, pengawasan

per-an : persatuan, perdamaian

ke-an : kemerdekaan, kedaulatan

3.1.4 Pronomina

Pronomina adalah kata yang berfungsi untuk mengacu ke nomina lain, untuk

menggantikan nomina lain. Berdasarkan bentuk, ada tiga macam pronomina:

1) Pronomina persona (mengacu pada orang). Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -

ku. Persona jamak kami. Persona kedua tunggal engkau, kamu, dikau, Anda, kau-, -mu.

Persona jamak kalian, kamu sekalian, Anda sekalian. Persona ketiga tunggal ia, dia,

beliau, -nya.

2) Pronomina penunjuk:

a) Penunjuk umum ialah, ini, itu, anu.

b) Penunjuk tempat sini, situ, sana.

3) Pronomina penanya (sebagai penanda pertanyaan). Berdasarkan makna, ada tiga jenis,

yaitu:

a) Orang siapa.

b) Barang apa, dengan turunan mengapa, kenapa, dengan apa.

c) Pilihan mana, dengan turunan dimana, kemana, dari mana, bagaimana, dan

bilamana.

Pronomina berfungsi untuk menggantikan nomina (anteseden). Berdasarkan

hubungannya dengan nomina, ada 2 jenis, yaitu:

1) Pronomina intratekstual dalam hubungan teks yang sama.

Contoh: Jaya teman kuliah saya. Pekerjaannya memasarkan sepeda motor di Astra

Honda Kudus (bersifat anaforis, yaitu penunjukan kembali kepada suatu anteseden

dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, -nya merupakan anaforis, Jaya

teman kuliah saya merupakan anteseden).

2) Pronomina ekstratekstual dalam hubungan teks yang berbeda.

a) Saya yang membuatnya.

b) Itu yang telah lama kurancang.

Itu dan –nya bersifat anaforis, yaitu penunjukan kembali kepada suatu anteseden

dengan pengulangan atau substitusi gramatikal, Itu yang telah lama kurancang

Page 7: Isi Makalah

1

merupakan anafora, Saya yang membuatnya merupakan anteseden).

3.1.5 Numeralia

Numeralia (kata bilangan) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutanya

dalam saru deretan, Ada dua jenis numerelia, yaitu:

1) Takrif (tertentu):

a) Numeralia pokok satu, dua, tiga dan seterusnya.

b) Numerelia tingkat ditandai dengan jawaban Yang ke berapa?

c) Numerelia kolektif ditandai dengan satuan bilangan, misalnya : lusin, kodi, dan

meter, rupiah.

2) Numerelia tak takrif (tidak tentu), misalnya: beberapa, berbagai, segenap, dan semua

3.1.6 Adverbia

Adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina

predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat, adverbia dapat mendampingi adjektiva,

numerelia, atau proposisi. Berdasarkan bentuknya, adverbia mempunyai dua bentuk, yaitu:

1) Bentuk tunggal (monomorfermis): sangat, hanya, lebih, segera,agak, dan akan

Contoh:

a) Ably anak yang sangat baik.

b) Guru hanya memberi materi ujian, bukan dengan kunci jawabannnya.

c) Mobil BMW lebih nyaman dibanding mobil Nissan.

2) Bentuk jamak (polimorfemis): belum tentu, benar-benar, jangan-jangan, kerap kali,

lebih-lebih, mau tidak mau, tidak mungkin, dan paling-paling.

Contoh:

a) Ia belum tentu datang tepat waktu.

b) Agya tidak mungkin mau datang tanpa Karin.

c) Orang itu bersikap kasar kepada seorang wanita tua jangan-jangan dia seorang

preman.

3.1.7 Interogativa

Interogativa (kata tanya) digunakan untuk menggantikan sesuatu yang ingin

diketahui oleh pembicara atau menegaskan sesuatu yang telah diketahuinya. Misalnya:

apa, siapa, berapa, mana, yang mana, mengapa, dan kenapa.

Contoh kalimat:

a) Berapa karung semen yang dubutuhkan untuk membuat kolam ikan itu?

Page 8: Isi Makalah

1

b) Apa yang sedang mereka lakukan di atap rumah?

3.1.8 Demonstrativa

Demonstrativa berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam atau di luar wacana.

Sesuatu itu disebut anteseden. Contoh : ini, itu, di sini, di situ, berikut, dan begitu.

a) Di sini , tim Arkeolog akan melakukan penggalian fosil.

b) Fosil ini merupakan tanda adanya kehidupan manusia purba di Jawa.

3.1.9 Artikula

Artikula berfungsi untuk mendampingi nomina dan verba pasif. Contoh: si, sang,

sri, para, kaum, dan umat.

a) Si bocah petualang itu selalu mencari tempat bermain baru di dalam hutan.

b) Sang penyair ternama itu akan meluncurkan karyanya bulan depan.

3.1.10 Preposisi

Preposisi adalah kata yang terletak di depan kata lain sehingga berbentuk frasa atau

kelompok kata.

1) Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi.

a) Demi cita-citanya, dia berjuang sekuat tenaga.

b) Pembangunan hotel mulai dilaksanakan, dari awal perancangan hingga pembukaan

hotel.

2) Preposisi turunan: di antara, di atas, ke dalam, dari samping, dari luar, kepada.

a) Pengurus organisasi meminta kepada saya untuk menjadi seksi perlengkapan.

b) Di antara atlet renang itu terdapat seorang atlet yang menjuarai Olimpiade.

3.1.11 Konjungsi

Konjungsi (kata sambung) berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat

atau kalimat yang satu dengan kalimat lain. Konjungsi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Konjungsi intrakalimat: agar, atau, dan, hingga, sedang, serta, supaya, tetapi.

a) Ia bekerja hingga larut malam untuk mendapat tambahan pendapatan.

b) Kita harus belajar sungguh-sungguh agar lulus tepat pada waktunya.

2) Konjungsi ekstrakalimat: jadi, disamping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan

demikian, walupun demikian, akibatnya, tambahan pula.

a) Tokoh itu sangat berpengaruh. Oleh karena itu beliau sangat disegani.

Page 9: Isi Makalah

1

b) Korupsi sudah membudaya. Oleh sebab itu kita harus ikut memberantas mulai dari

diri sendiri.

3.1.12 Fatis

Fatis berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan.

Jenis kata ini lazim digunakan dalam dialog atau wawancara. Misalnya: ah, ayo, kok,

mari, nah, dan yah.

a) Kita memiliki kekayaan sumber daya alam. Ayo, kita olah dengan baik untuk dapat

memenuhi kebutuhan warga negara tanpa harus impor dari negara lain.

b) Mari kita tingkatkan kualitas produk demi kepuasan pelanggan.

3.1.13 Interjeksi

Interjeksi berfungsi untuk mengungkapkan perasaan, terdiri atas dua jenis :

1) Bentuk dasar: aduh, ah, eh, idih, ih, wah, dan sebagainya.

a) Aduh, kenapa kamu ikut terlibat dalam kasus itu.

b) Wah, saya sangat kagum dengan hasil kerjamu.

2) Bentuk turunan : alhamdulillah, astaga, brengsek, insya allah, dan sebagainya.

a) Alhamdulillah, kondisi kesehatannya sudah menunjukkan perkembangan positif.

b) Astaga, nenek itu dibunuh oleh cucunya sendiri.

3.2 Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nopredikatif, misalnya: bayi

sehat, pisang goreng, sangat nyaman, sudah lama sekali, dan majelis permusyaratan

rakyat.

Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu: frasa verbal, frasa

adjektival, frasa nominal, frasa pronominal, frasa adverbial, frasa numeralia, frasa

koordinativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional

koordianatif.

3.2.1 Frasa Verbal

Frasa verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dengan kata kerja,terdiri atas 3

macam yaitu:

1) Frasa verbal modifikatif (pewatas); terdiri atas:

Page 10: Isi Makalah

1

a) Pewatas belakang, misalnya: Sisy berjalan cepat setiap pagi untuk menuju ke

sekolah.

b) Pewatas depan, misalnya: Nita dapat mengajukan kredit di Bank Syariah Mandiri.

2) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan

atau atau. Contoh: Andy menyesal dan menagisi perbuatannya.

3) Farsa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan,

misalnya: Usaha Pak Budi, berdagang kain, kini menjadi grosir.

3.2.2  Frasa Adjektival

Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan

sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,

seperti: agak,dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat.

Misal : agak baik, sangat bijak, paling tinggi, harus rajin.

Frasa adjektival mempunyai tiga jenis:

1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya: cantik sekali, indah nian, hebat

benar.

2) Frasa adjektival koordinatif (mengabungkan), misalnya: tegap kekar, aman tentram,

makmur dan sejahtera, aman sentausa;

3) Frasa adjektival apositif, misalnya:

a) Batman tokoh pahlawan super, gagah perkasa, dan suka menolong kaum yang

lemah. Frasa apositif bersifat memberiakan keterangan tambahan Batman tokoh

pahlawan super yang tampan merupakan unsur utama kalimat gagah perkasa

merupakan keterangan tambahan. Frasa apositif terdapat dalam kalimat berikut ini.

b) Dewi Shinta, ayu rupawan, diperistri oleh Rama.

3.2.3 Frasa Nominal

Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas

sebuah kata benda ke kiri dan ke kanan; ke kiri menggolongkan, misalnya: dua buah

pensil, seorang sahabat, beberapa butir telur, ke kanan sesudah kata (inti) berfungsi

mewatasi (membatasi), misalnya: pensildua buah, sahabat seorang, telur beberapa butir.

1) Frasa nominal modifikatif (mewarisi), misalnya: rumah mungil, hari Senin, pensil dua

buah, pemuda kampung, dan bulan kedua.

Page 11: Isi Makalah

1

2)  Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya: hak dan kewajiban,

sandang pangan, dunia akhirat, lahir batin, adil dan makmur.

3)  Frasa nominal apositif

a)   Tony, montir teladan itu, kini menjadi kepala bengkel di dealer tempat dia bekerja.

b)   Bapak SBY, presiden republik indonesia, berkenan memberikan sambutan dalam

acara pembukaan rusun di Jakarta Utara.

3.2.4 Frasa Adverbial

Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.

Frasa ini bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya: sangat pandai, kata pandai merupakan

inti dan sangat merupakan pewatas. Frasa adverbial yang termasuk jenis ini: agak kecil,

kurang pandai, hampir sempurna, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga,

dan dengan gelisah. Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan),

misalnya: lebih kurang, kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak

menerangkan lebih.

3.2.5 Frasa Pronomial

Frasa Proniomial adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa ini terdiri atas

tiga jenis:

1) Modifikatif, misalnya: kami semua, kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka

itu, mereka berdua, dan mereka itu.

2) Koordinatif, misalnya: engkau dan aku, kami dan mereka, serta saya dan dia, (3)

apositif:

a)    Kami, pemuda Indonesia, menyatakan perang melawan narkoba.

b)   Mahsiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti narkoba.

3.2.6 Frasa Numerialia

Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa

jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu:

1) Modifikatif:

a) Hadiah lomba itu berupa tiga puluh unit sepeda motor.

b) Kuis itu memperebutkan hadiah sepuluh juta rupiah.

Page 12: Isi Makalah

1

2) Koordinatif:

a) Dua atau tiga orang perampok itu memasuki rumah dengan car mencongkel

jendela.

b) Entah lima, entah enam kali saya menjelaskan instruksi kerja.

3.2.7 Frasa Interogativa Koordinatif

Frasa interogativa Koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya.

1) Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.

2) Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan penanda predikat.

3.2.8 Frasa Demonstrativa Koordinatif

Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.

1) Saya taruh meja di sana atau sini sama saja.

2) Kamu pilih tema ini atau itu tidak masalah.

3.2.9 Frasa Proposisional Koordinatif

Frasa ini dibentuk dengan kata depan dan tidak saling menerangkan.

1) Perjalanan dari dan ke Universitas Muria Kudus memerlukan waktu satu jam karena

ada perbaikan jalan.

2) Sistem ekonomi koperasi dari, oleh dan untuk anggota.

3.3 Klausa

3.3.1 Klausa Kalimat Majemuk Setara

Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat

majemuk setara, setiap klausa mempunyai kedudukan yang sama namun tidak saling

menerangkan. Kalimat majemuk setara dibangun dengan dua atau lebih klausa, misalnya:

1) Oni membaca Jawa Pos, dan kakaknya memperbaiki motor.

Klausa pertama Oni membaca Jawa Pos . Klausa kedua kakaknya memperbaiki

motor. Keduanya tidak saling menerangkan.

3.3.2 Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan

klausa lainnya, misalnya:

Page 13: Isi Makalah

1

1) Indra pindah ke Solo setelah usaha toko batiknya berkembang. Klausa pertama Indra

pindah ke Solo sebagai klausa utama (induk kalimat) dan kedua usaha toko batiknya

berkembang sebagai klausa sematan (anak kalimat).

3.3.3 Klausa Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk Bertingkat

Gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih,

misalnya:

1) Dia pindah ke Medan setelah ayahnya bercerai dan ibunya menikah lagi dengan wali

kota.

Kalimat diatas terdiri atas tiga klausa yang digabung menjadi kalimat majemuk

bertingkat dan kalimat majemuk setara.

a) Dia pindah ke Medan (klausa utama)

b) ayahnya bercerai (klausa sematan)

c) ibunya menikah lagi dengan wali kota. (klausa sematan)

2) Dia pindah ke Medan setelah ayahnya bercerai (kalimat majemuk bertingkat /

subordinatif)

3) Ayahnya bercerai dan ibunya menikah lagi dengan wali kota (kalimat majemuk setara /

koordinatif).

3.4 Kalimat

3.4.1 Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang merupakan kesatuan pikiran. Kalimat disusun

berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata, frasa, dan/ atau klausa. Dalam bahasa lisan

kalimat diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan bahasa tulis diawali dengan huruf

kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya.

Contoh: 1) Menulis ilmiah itu mudah. (2) Kemudahan menulis dapat dirasakan oleh setiap

orang yang mempelajarinya secara serius. (3) Kemudahan menulis itu dapat

dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu: menentukan ide, mengorganisasikan ide, dan

mengekresikan ide tersebut dengan kalimat efektif sehingga menjadi sebuah karangan

yang utuh.

Paragraf tersebut terdiri atas tiga buah kalimat. Kalimat (1) berupa kalimat dasar

yang terdiri atas du bagian kalimat inti. Kalimat (2) berupa kalimat luas terdiri atas dua

Page 14: Isi Makalah

1

bagian inti dan satu bagian bukan inti.  Kalimat (3) berupa kalimat luas yang terdiri dari

dua bagian inti dan dua bagian bukan inti.

Ciri-ciri dari kalimat, yaitu:

1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.

Dalam bahas tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda seru,

atau tanda tanya,

2. Kalimat aktif sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat,

3. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap,

4. Mengandung pikiran yang utuh,

5. Menggunakan urutan logis, setiap kata-kata atau kelompok kata yang mendukung

fungsi(subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut

fungsinya,

6. Mengandung satuan makna, ide,atau pesan yang jelas,

7. Dalam paragraf yang terdiri dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam

satuan makna pikiran yang saling berhubungan, hubungan dijalin dengan konjungsi,

pronomina atau kata ganti, repetisi, atau struktur sejajar.

3.4.2 Unsur-unsur Kalimat

3.4.2.1 Subjek

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan

kejelasan kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat dapat menghamburkan makna

kalimat. Subjek dapat berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan subjek dalam kalimat

berfungsi:

a) Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,

b) Memperjelas makna,

c) Menjadi pokok pikiran,

d) Menegaskan (memfokuskan) makna,

e) Memperjelas pikiran ungkapan, dan

f) Membentuk kesatuan pikiran.

Sedangkan ciri-ciri dari subjek, yaitu:

a) Jawaban apa atau sifat,

b) Didahului kata bahwa,

c) Berada kata atau frasa benda (nomina),

d) Disertai kata ini, atau itu,

Page 15: Isi Makalah

1

e) Disertai pewatas yang,

f) Kata sifat didahului kata si atau sang,

g) Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepda, bagi, untuk, dari, menurut,

berdasarkan, dan lain-lain, dan

h) Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

Contoh:

Saya sudah mengerjakan lima tugas dalam satu minggu. (subjek berupa kata)

Selokan air itu tersumbat sampah sehingga sulit mengalirkan air dengan lancar.(subjek

berupa frasa)

3.4.2.2 Predikat

Seperti halnya subjek, predikat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat dapat

berupa kata dan dapat pula frasa. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi:

a) Membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk,

b) Menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan

menentukan kejelasan makna kalimat,

c) Menegaskan makna,

d) Membentuk keastuan makna, dan

e) Sebagai sebutan.

Sedangkan ciri-ciri dari predikat yaitu:

a) Jawaban mengapa, bagaimana,

b) Dapat diinkarkan dengan tidak atau bukan,

c) Dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang,

d) Dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti,

selayaknya dan lain-lain,

Tidak didahului dengan kata yang, jika didahului kata:

a) yang  predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek,

b) Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni, dan

c) Predikat dapat berupa  kata benda, kata sifat, kata kerja, atau bilangan.

Contoh :

Andi mencari peluang usaha lain setelah tokonya kebakaran.

3.4.2.3 Objek

Page 16: Isi Makalah

1

Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek

tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat

kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Dalam kalimat objek berfungsi sebagai:

a) Membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transtif.

b) Memperjelas makna, dan

c) Membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri dari objek, yaitu:

a) Berupa kata benda,

b) Tidak didahului kata depan,

c) Mengikuti langsing di belakang predikat transitif,

d) Jawaban apa atau siapa yang terltak di belakang predikat transitif, dan

e) Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

Contoh:

Kalimat yang benar: Pak Mario menerangkan ide bisnisnya.

Kalimat yang salah: Pak Mario menerangkan tentang ide bisnisnya.

3.4.2.4 Pelengkap

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,

mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.

Ciri-ciri pelengkap:

1) Bukan unsur utama , tapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap

informasinya.

2) Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif, misalnya:

a) Melengkapi struktur:

Hukum Negara Republik Indonesia / berdasarkan / KUHAP.

                S                                        P               Pel

b) Mengkhususkan makna objek, misalnya:

Ayah / membuatkan / saya / mobil kayu.

 S              P                O          Pel

3.4.2.5 Keterangan

Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan

kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas, terutama dalam surat undangan,

laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab.

Page 17: Isi Makalah

1

Ciri-ciri keterangan, yaitu:

1) Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas,

dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan tidak komunikatif,

2) Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat,

3) Dapat berupa: keterangan waktu, tujuan, tempat, senan, akibat, syarat, cara, posesif, dan

pengganti nomina.

Contoh penempatan keterangan:

Pada awal kalimat, “Semalam Ronaldo bertanding ke Manchester.”

Pada tengah kalimat,”Ronaldo semalam bertanding ke Manchester.”

Pada akhir kalimat,”Ronaldo bertanding ke Manchester kemarin.”

4) Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi; misalnya: keterangan

tambahan subjek, tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat

menggaentukntikan subjek

Messi, yang menjadi pemain terbaik dunia tahun 2001-2004, adalah titisan Maradonna.

(keterangan tambahan).

Messi, pemain terbaik dunia tahun 2001-2004 , adalah titisan Maradonna. (aposisi).

3.4.2.6 Konjungsi

Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan (merangkai)

unsur-unsur kalimat dalam sebuah kalimat (yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan), sebuah kalimat dengan kalimat lain, dan (atau) sebuah paragraf dengan

paragraf yang lain. Konjungsi debedakan meenjadi dua jenis, yaitu:

1) Perangkai intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur atau bagian kalimat dengan

unsur atau bagian kalimat yang lain di salam sebuah kalimat.

2) Perangkai antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat atau paragraf yang satu

dengan kalimat atau paragraf yang lain. Bagian perangkai antarkalimat ini sering juga

disebut dengan istilah kata transisi. Kata-kata transisi ini sangat membantu dalam

menghubungkan gagasan sebelum dan sesudahnya baik antarkalimat maupun antar

paragraf.

Contoh bentuk perangkai yang sering ditemukan dalam karangan antara lain: adalah,

andaikata, apabila, atau, bahwa, bilamana, daripada, di samping itu, sehingga, ialah,

jika, kalau, kemudian, melainkan, meskipun, misalnya, padahal, seandainya,

sedangkan, seolah-olah, supaya, umpamanya, bahkan, tetapi, karena itu, oleh sebab itu,

jadi, maka, lagipula, sebaliknya, sementara itu, selanjutnya, dan tambah pula.

Page 18: Isi Makalah

1

Contoh penggunaan konjungsi:

1) Pepe dihukum dengan kartu kuning karena melakukan pelanggaran keras meskipun hal

itu dilakukan baru satu kali sepanjang pertandingan sepak bola berlangsung.

2) Dia akan lulus dengan nilai terbaik apabila belajar lebih giat.

3.4.2.7 Modalitas

Modalitas dalam sebuah kalimat sering disebut keterangan predikat. Modalitas dapat

mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat

dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, pasti, dan sebagainya.

Contoh penggunaan modalitas.

1) Jadwal kuliah kemungkinan besar akan diubah.

2) Makanan itu memang tidak kusukai.

Fungsi modalitas dalam kalimat:

a) Mengubah nada: dari nada tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, dari nada keras

menjadi lembut atau sebaliknya. Ungkpan yang dapat digunakan antara lain:

barangkali, tentu, mungkin, sering, sungguh.

Ia sungguh beruntung dapat selamat dari kecelakaan maut.

b) Menyatakan sikap. Jika ingin mengungkapkan kalimat dengan nada kepastian dapat

digunakan ungkapan: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali.

Karena sering terlambat, dia pasti mendapatkan sanksi.

3.4.3 Struktur Kalimat

Kalimat merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan

kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi berlangsung baik dan

benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar, yaitu kalimat yang dapat

mengekspresikan gagasan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan pembaca atau

pendengarnya. Untuk itu, kalimat harus disusun berdasarkan struktur yang benar,

pengungkapan gagasan secara baik, singkat, cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun.

a)  Struktur yang benar

Struktur kalimat dibenuk berdasarkan unsur subjek, predikat ( disertai objek jika

predikat menggunakan kata kerja transitif ), pelengkap ( disertai pelengkap jika

predikat menggunakan kata kerja intransitive ), dan keterangan ( jika diperlukan ).

Page 19: Isi Makalah

1

Selain itu, kalimat harus lengkap, tidak berupa anak kalimat atau penggabungan anak

kalimat.

Contoh :

1) Dalam voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu. (salah)

Kalimat ini salah karena induk kalimat berbentuk aktif tetapi tanpa subjek, subjek

kalimat tersebut didahului kata depan dalam. Perbaikan dapat dilakukan dengan

mengubah kalimat tersebut menjadi bersubjek atau mengubah struktur kalimat menjadi

pasif.

a) Voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.

b) Dalam voting menghasilkan suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.

2) Voting yang menghasilkan bahwa suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.

(salah)

Kalimat tersebut menggunakan yang di depan predikat sehingga predikat berfungsi

sebagai perluasan subjek. Perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan kata yang.

Perbaikan menjadi sama dengan kalimat

a) Voting menghasilkan bahwa suara terbanyak untuk calon ketua nomer satu.

3) Meskipun rumahnya jauh, tetapi dia tidak pernah terlambat. (salah)

Kalimat ini merupakan penggabungan anak kalimat.

(3i) Meskipun rumahnya jauh, dan (3ii) Tetapi dia tidak pernah terlambat.

Kalimat yang benar harus utuh dan lengkap, bukan anak kalimat. Perbaikan dapat

dilakukan dengan mengubah kalimat tersebut menjadi dua kalimat tunggal yang

terpisah atau mengubah salah anak kalimat menjadi induk kalimat sehingga

menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.

a) Rumahnya jauh. Dia tidak pernah terlambat.

b) Meskipun rumahnya jauh, dia tidak pernah terlambat.

3.4.3.1 Ketepatan urutan kata

Urutan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat yang menggambarkan proses

harus disusun secara logis.

a) Dalam kerjanya mereka mengerjakan laporan kegiatan dan menyusun perencanaan

kemudian melaksanakan. (salah, urutan tidak logis)

b) Mereka menyusun rencana kerja, melaksanakan, dan melaporkan hasil pelaksanaannya.

(benar, urutan logis)

Page 20: Isi Makalah

1

c) Setelah melaksanakan rencana kerjanya, mereka melaporkan hasilnya.(benar, urutan

logis).

Kata-kata, frasa atau klausa yang mendukung fungsi (subjek, predikat, atau keterangan)

tidak dikelompokkan menjadi satu fungsi.

a) Adalah merupakan suatu kewajiban bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan

nasional. (salah)

Ketidakcermatan kalimat tersebut terjadi karena menggunakan dua kata yang hampir

bersinonim yaitu adalah dan merupakan dalam satu frasa.

b) Bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan nasional adalah suatu kewajiban.

(benar).

c) Adalah suatu kewajiban bahwa pemuda harus menjadi motor pembangunan nasional.

(benar)

3.4.3.2 Ketepatan hubungan antar kalimat

Hubungan antar kalimat terkait dengan penggunaan kata penghubung dan gagasan

yang dihubungkan.

Contoh:

a) Gadis itu cantik. Tambahan pula ia kaya. (salah/tidak cermat, cantik tidak ada

hubungannya dengan kaya).

b) Gadis itu cantik. Tambahan pula, ia pandai berhias. (benar/cermat, kepandaian berhias

menambah kecantikan gadis itu).

3.4.4 Pola kalimat

Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun

berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat

akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal.

Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh

orang. Kemudahan itu dapat dirasakan oleh pemakai bahasa dalam mengekspresikan ide-

idenya dan dalam memahami informasi yang diungkapkan oleh orang lain sehingga dapat

memperkecil kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

3.4.5 Pola Kalimat Majemuk

3.4.5.1 Kalimat Majemuk Setara

Page 21: Isi Makalah

1

Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan bertingkat. Masing-

masing mempunyai karakter berbeda.

1) Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat

majemuk setara ada 4 macam,yaitu:

a) Setara gabungan menggunakan kata gabungan dan, serta.

Pelatih menerangkan strategi permainan dan para pemain mendengarkan dengan

cermat.

b) Setara pilihan menggunakan kata atau.

Mereka pergi berlatih atau bertanding.

c) Setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; dan

Dias pergi ke kampus lantas berlatih futsal.

d) Setara perlawanan menggunakan tetapi, melainkan.

Andi ingin membeli motor, tetapi tidak punya uang.

3.4.5.2 Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya.

Kalimat majemuk bertingkat ada 8 macam, dibedakan berdasrkan jenis anak kalimat (AK).

1) AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum;

Dia berangkat kuliah setelah menyelesaikan pekerjaannya

2)   AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena

Banjir di Jakarta terjadi karena banyak sampah yang menyumbat aliran air sungai.

3)   AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya;

Dia rajin belajar sehingga berhasil lulus dengan nilai tertinggi.

4) AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila, kalau, andaikata;

Kau akan datang tepat waktu andaikata tidak begadang hingga larut malam

5)   AK keterangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna;

Kita rajin menabung demi jaminan hidup di masa depan.

(6)   AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam; contoh:

Ondy mengecat tembok dengan kuas.

(7)   AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun;

Meskipun gagal dia tetap bangkit untuk berusaha lagi.

(8)   AK keterangan pengganti nomina menggunakan kata bahwa; contoh:

Ketua RT menegaskan bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah kewajiban warga.

Page 22: Isi Makalah

1

3.4.5.3 Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat

1) Manajer pemasaran sedang mengejar target omzet bulan ini setelah penjualan menurun.

2) Omzet mulai membaik dan penjualan mulai naik setelah merubah strategi pemasaran.

3.4.5.4 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat

menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya

menggunakan unsur yang yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat benar-benar

berfungsi. Sedangkan sifat padat menggunakan makna sarat dengan informasi yang

terkandung di dalamnya. Dengan sifat ini tidak terjadi pengulangan-pengulangan

pengungkapan. Sifat jelas di tandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna yang

terkandung didalamnya. Sifat lengkapmengandung makna kelengkapan struktur kalimat

secara gramatikal, dan kelengkapan konsep atau gagasan yang terkandung dalam tersebut.

Kalimat efektif dapat menyampaikan pikiran atau perasaan penulis atau pembicara

kepada pembaca atau pendengar secara tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis

dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah

komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.

Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan struktur.

Kesatuan kalimat ditandai adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kalimat

secara gramatikal mungkin benar, tetapi maknanya salah.

Contoh:

Saya saling memaafkan. (salah)

Kami saling memaafkan. (benar)

2. Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara gramatikal.

Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan secara konsisten, misalnya:

kesatuan, kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan; pertanian, perikanan, perkebunan,

perdamaian; mengerjakan, membawakan, menertawakan

Contoh:

BNN segera meringkus bandar itu karena sudah diketahui sebelumnya.(salah)

BNN segera meringkus bandar itu karena sudah mengetahui sebelumnya.(benar)

3. Kefokusan pikiran sehingga mudah di pahami.

Page 23: Isi Makalah

1

Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar mudah dipahami

maksudnya. Jika tidak, makna kalimat akan sulit di tangkap dan menghambat

komunikasi.

Contoh:

Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai membujuk orang adalah modalutama

pemasaran produk, (tidak efektif)

Pandai bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama pemasaran

produk. (efektif)

4. Kehematan penggunaan unsur kalimat.

Untuk menjamin kehematan kalimat, setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan

baik, unsur yang tidak mendukung makna kalimat harus dihindarkan, untuk itu

hindarkanlah:

a) Subjek ganda, misalnya: Tugas itu saya sudah mengerjakan. Seharusnya Saya

sudah mengerjakan tugas itu.

b) Penjamakan kata yang sudah berbentuk jamak, misalnya:

data (jamak)                            - data-data (jamak)

fakta (jamak)                           - fakta-fakta (jamak)

mengambili buku-buku           - mengambili buku atau mengambil buku-buku

                                                mengambili (jamak), buku-buku (jamak)

c) Menggunakan bentuk singkat

Kalimat singkat bukan berarti kalimat itu harus pendek-pendek. Akan tetapi, kalimat

itu harus menggunakan unsur kalimat yang benar-benar berfungsi dan menghilangkan

kata atau ungkapan yangtidak mendukung makna.

Kabid memberikan peringatan kepada operator mesin agar meningkatkan kinerja.

(benar tetapi tidak singkat)

Kabid memperingatkan operator mesin agar meningkatkan kinerja. ( benar dan

singkat)

Meskipun benar, kalimat ini dapat diubah lebih singkat dengan mengubah memberikan

peringatan menjadi memperingatkan. Perhatikan kata-kata berikut ini:

Memberikan teguran – menegur

Mengambil tindakan – menindak

d) Menggunakan kata aktif bertenaga:

Ia berdiri lalu pergi.(aktif tetapi kurang betenaga)

Ia bangkit lalu pergi (aktif dan bertenaga)

Page 24: Isi Makalah

1

Mereka memperhatikan penjahat itu. (aktif tetapi kurang bertenaga)

Mereka mengamati penjahat itu. (aktif dan bertenaga)

5. Kecermatan dan kesantunan.

Kecermatan dan kesantunan terkait dengan ketepatan memilih kata sehingga

menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa gangguan emosional pembaca atau

pendengar. Kalimat dikatakan baik jika pesan yang disampaikan dapat diterima orang

lain. Sedangkan santun mengandung makna halus dan baik, dan sopan.

a)  Kecermatan

Kecermatan kata dalam kalimat ditentukan ketepatan pilihan kata. Pilihan bukan

karena enak didengar atau merdu jika diucapkan melainkan daya ekspresinya yang

eksak (pasti). Banyak kata dalam bahasa kita yang hampir sama maknanya. Bahkan,

seringkali dianggap sebagai kata bersinonim. Akan tetapi, hanya satu yang paling tepat

mengungkapkan maksud secara cermat.

Misalnya:

Manusia ialah makhluk yang berakal budi. (salah, tidak cermat)

Kata ialah harus didikuti sinonim,  bukan definisi formal. Jika menggunakan ialah

kalimat itu kata manusia disertai sinonim.

Manusia adalah makhluk yang berakal budi. (benar, cermat)

Manusia ialah orang. (benar, cermat)

Selain itu, kecermatan kalimat menyangkut ketepatan bentuk kata,pemakaian kata

berimbuhan, dan tanda baca.

Karena sudah diketahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes dengan mudah.

(salah)

Karena sudah mengetahui sebelumnya, mahasiswa itu bisa menjawab tes dengan

mudah. (benar)

b) Kesantunan

Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang dikspresikan dapat

mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang harmonis, dan keakraban.

Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat: singkat, jelas, lugas, dan tidak

berbelit-belit. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali seminggu.

(salah)

Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)

Telah ditetapkan bahwa pekerjaan itu dilakukan dua kali seminggu. (benar)

Page 25: Isi Makalah

1

Kata biasanya pada kalimat (1) tidak perlu karena makna kata itu sudah tersirat dalam

ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Tanpa kata itu, makna kalimat sudah cukup

jelas. Jadi,penggunaan kata itu mubazir.

6. Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

Kevariasian kalimat dapat dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya asalkan

variasi tersebut tidak menimbulkan perubahan makna kalimat yang dapat

menimbulkan salah pemahaman atau salah komunikasi.

a) Kalimat berimbang (dalam kalimat majemuk setara)

Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan, dan ketiga anak mereka belajar di

sekolah.

b) Kalimat melepas yaitu melepas (mengubah) fungsi klausa keduadari klausa

koordinat dengan klausa utama (pertama) menjadiklausa sematan, dalam kalimat

berikut ini menjadi anak kalimat keterangan waktu.

Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan ketika ketiga anak mereka belajar di

sekolah.

c) Kalimat berklimaks yaitu menempatkan klausa sematan (anak kalimat) pada posisi

awal dan klausa utama dibagian akhir.

Ketika ketiga anak itu belajar di sekolah, kedua orang tua mereka bekerja di

perusahaan.

7. Ketepatan Diksi

Kecermatan diksi memasalahkan ketepatan kata, setiap kata harus mengungkapkan

pikiran secara tepat. Untuk itu, penulis harus membedakan kata yang hampir

bersinonim, struktur idiomatik, kata yang berlawanan makna, ketepatan dan

kesesuaian, dan sebagainya.

8. Ketepatan Ejaan

Kecermatan menggunakan ejaan dan tanda baca dapat enentukan kualitas penyajian

data.sebaliknya, kesalahan ejaan daapat menimbulkan kesalahan komunikasi yang

fatal,misalnya: Ia membayar dua puluh lima ribuan. (maskudnya: dua-puluh-lima

ribuan = 25 X Rp 1.000,00 atau dua-puluh lima-ribuan = seratus ribu = 20 X Rp

5.000,00).

Penggunaan tanda baca, bandingkan maknanya:

Paman kami belum menikah.

Paman, kami belum menikah.

 Paman kami, belum menikah.

 Paman, kami, belum menikah.

Page 26: Isi Makalah

1

3.4.6 Kesalahan Kalimat

Karangan ilmiah, laporan kerja, surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya

harus menggunakan kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu

diterima oleh siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Kesalahan kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan sebagainya.

3.4.6.1 Kesalahan Struktur

a) Kalimat aktif tanpa subjek

1. Menurut ahli forensik kepolisian menyatakan bahwa korban tewas akibat pukulan benda

tumpul di kepala. (salah)

Kalimat tersebut salah karena menempatkan kata depan menurut di depan subjek. Dengan

kata tersebut subjek berubah fungsi menjadi keterangan. Perbaikkan dilakukkan dengan

cara menghilangkan kata menurut.

1a. Ahli forensik kepolisian menyatakan bahwa korban tewas akibat pukulan benda

tumpul di kepala. (benar)

Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata depan ini subjek berubah fungsi

menjadi keterangan, misalhnya:

2. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean. (salah)

Perbaikkan dapat dilakukkan dengan menghilangkan kata depan di atau mengubah

struktur kalimat aktif menjadi pasif.

2a) Papua memiliki pusat pertambangan emas terbesar di Indonesia. (benar)

2b) Di Papua terdapat pusat pertambangan emas terbesar di Indonesia. (benar)

Tanpa unsure predikat, menempatkan kata yang di depan predikat, dengan kata ini

berubah fungsi menjadi perluasan objek, misalnya:

Petani yang bekerja di sawah. (salah)

Petani bekerja disawah. (benar)

Menempatkan kata depan di depan objek, seharusnya kata kerja transitif langsung diikuti

objek dan tidak disisipi kata depan, misalnya:

Mereka mendiskusikan tentang keselamatna kerja. (salah)

Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)

Menempatkan kata penghubung intra kalimat pada awal kalimat, misalnya:

                        Ia pandai. Sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)

Page 27: Isi Makalah

1

                        Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (salah)

Berupa anak kalimat atau klausa, atau penggabungan kalimat

                        Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja keras. (salah)

                        Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras. (benar)

Salah urutan

                        Buku itu saya sudah baca. (salah)

                        Saya sudah membaca buku itu. (benar)

                        Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu. (salah)

                        Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan laporan itu. (benar)

3.4.6.2 Kesalahan Diksi

1. Diksi kalimat salah jika:

a. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frasa: agar supaya, adalah merupakan,

baik untuk, demi untuk, naik ke atas, turun ke bawah, dan lain-lain,

Ia selalu bekerja keras agar selalu mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di

perguruan tinggi. (salah)

Ia selalu bekerja keras agar mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di

perguruan tinggi. (benar)

Ia selalu bekerja keras  supaya  mampu membiayai ketiga anaknya yang kuliah di

perguruan tinggi. (benar)

b. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: di mana, yang mana,

bagaimana, mengapa, dan lain-lain.

 Kampung di mana kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah

menjadi kota. (salah)

 Kampung tempat kami bertempat tinggal sepuluh tahun yang lalu, kini telah menjadi

kota. (benar)

c. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya – tetapi seharusnya

tidak… tetapi atau tidak hanya – tetapi juga, bukan hanya – tetapi juga seharusnya

bukan hanya – melainkan  juga

       Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. (salah)

       Ia bukan hanya pandai melainkan juga rajin. (benar)

       Ia tidak hanya pandai tetapi juga rajin. (benar)

Page 28: Isi Makalah

1

d. Menggunakan kata berpasangan yang tidak idiomatik yang tidak bersesuaian.

Misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan, membicarakan tentang seharusnya

berbicara tentang atau membicarakan sesuatu.

     Pekerjaan itu sesuai bagi minat orang tersebut. (salah)

       Pekerjaan itu sesuai dengan minat orang tersebut. (benar)

2. Diksi atau kalimat kurang baik. (kurang santun)

a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal, misalnya: aku dan saya.

b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif, misalnya: menurut pendapat

saya…,  sebaiknya menggunakkan data menunjukkan bahwa…,penelitian membuktikan

bahwa…, pengalaman membuktikan bahwa…

c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya

d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi.

e. Penolakan dan pembuktian tnapa makna kata yang pasti (eksak).

3.4.6.3 Kesalahan Ejaan

Kesalahan ejaan berpengaruh terhadap kalimat efektif, bukan hanya memperkecil

kualitas kalimat melainkan juga dapat mengakibatkan kesalahan kalimat. Oleh karena itu,

penggunaan ejaan perlu diperhatikan dalam keseluruhan penulisan.

Jenis kesalahan ejaan:

a. Penggunaan huruf capital, huruf kecil, huruf miring, huruf tebal,

b. Pemenggalan kata,

c. Penulisan kata baku,

d. Penulisan unsur serapan,

e. Penulisan kata asing tidak dicetak miring,

f. Penggunaan kata baca: titik, koma, tanda petik, titik dua, titik koma, tanda petik satu

(‘…’), tanda penyingkatan (‘…), dan lain-lain,

g. Penulisan kalimat atau paragraph: induk kalimat dan anak kalimat, kutipan langsung,

kutipan tidak langsung.

h. Penulisan keterangan tambahan, penulisan aposisi,

i. Penulisan judul buku, judul makalah, skripsi, disertasi, tesis, surat kabar, majalah,

jurnal,

j. Penulisan judul bab, subbab, bagian, subbagian,

k. Penulisan: daftar pustaka dalam teks, catatan kaki, bibliografi

Page 29: Isi Makalah

1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan, antara lain:

a) Pentingnya pengetahuan tentang kata, frasa klausa dan kalimat beserta unsur, jenis, dan

fungsinya.

b) Pentingnya pemilihan kata dan penempatan tanda baca agar tidak terjadi kerancuan arti

maupun maksud yang akan disampaikan.

4.2 Kritik dan Saran

Jika dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan penulisan, ejaan, dan

tanda baca, kami mohon kritik dan saran yang membangun.

Page 30: Isi Makalah

1

DAFTAR PUSTAKA

Hs, Widjono.(2012).MataKuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta :

Grasindo.