Isi Makalah
-
Upload
eka-dharma -
Category
Documents
-
view
77 -
download
0
Transcript of Isi Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Makalah
Makalah saya pada kesempatan kali ini berjudul “Sistem Penerangan dan Almatur”.
1.2 Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi hingga akhir abad XX telah menghasilkan berbagai gawai
penerangan. Rekayasa lampu listrik sebagai sumber cahaya sebagai sumber cahaya hingga akhir
abad XX mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak ditemukannya lampu pijar oleh Thomas
Alpha Edison pada akhir abad XIX. Lampu yang berisi gas dengan modifikasi elektrodadi
dalamnya menghasilkan efikasi lebih besar dari lampu pijar biasa. Pada alirannya daya yang
diperlukan untuk kualitas penerangan yang sama menjadi berkurang dan dimensinya dapat
diperkecil. Karena itu, maka bahasan karakteristik dan teknologi penerangan sangat penting
difahami dan lebih awal disampaikan. Maka, pada makalah kali ini, akan dibahas mengenai
besaran-besaran pokok dan sifat-sifat umum cahaya, berbagai macam lampu listrik termasuk
hubungan listriknya serta karakteristik masing-masing lampu, cara pengaturan penerangan yang
baik, serta penerangan di dalam dan di luar ruangan.
1.3 Permasalahan
1. Apa sajakah besarn pokok cahaya?
2. Apakah sifat-sifat dari suatu cahaya?
3. Bagaimanakah sistem penerangan dan almatur itu?
4. Jenis-jenis almatur apa saja yang umum digunakan?
1
1.4 Tujuan Makalah
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca mengetahui besaran-besaran
pokok cahaya.
2. Pembaca dapat mengetahui sifat-sifat dari cahaya.
3. Pembaca dapat mengetahui dan mengerti mengenai bahasan system penerangan
dan almatur.
4. Pembaca dapat mengetahui jenis-jenis armatur yang umum digunakan sebagai
penunjang penerangan buatan.
1.5 Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah yang saya buat adalah untuk memberi pengetahuan kepada para
pembaca agar mengetahui, memahami dan mampu merencanakan dan merancang sistem
penerangan sesuai aturan dan syarat syarat instalasi listrik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Alami Cahaya
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energy. Sebagian
dari energy tersebut diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya diruang bebas dilakukan
oleh gelombang-gelombang elekromagnetik. Jadi cahaya itu adalah suatu gejala getaran. IES
mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energy yang dapat dievaluasi secara visual. Secara
sederhana, cahaya adalah bentuk energy yang memungkinkan makluk hidup dapat mengenali
sekelilingnya dengan mata.
Kecepatan rambat (v) gelombang-gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama
dengan 3x105 km per detik. Kalau frekuensinya sama dengan f dan panjang gelombangnya λ (lambda) maka berlaku:
λ= vf
Karena sangat kecil, panjang gelombang cahaya dinyatakan dalam satuan micron atau
milimikron.
Panjang gelombang tampak berkisar antara 380-780 mμ; ini dibagi atas beberapa daerah
panjang gelombang. Setiap daerah memiliki suatu warna tertentu:
380-420 mμ : Ungu 420-495 mμ : Biru 495-566 mμ : Hijau 566-589 mμ : Kuning 589-627 mμ : Jingga 627-780 mμ : Merah
3
Spektrum Warna
Cahaya putih dapat diuraikan dengan menggunakan prisma kaca, sinar-sinarnya
dibiaskan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu spectrum. Warna-warna spectrum ini
dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warna-warna tersebuat juga tampak pada
pelangi, yang terjadi karena pembasan cahaya oleh titik-titik air hujan.
Seperti bahasan diatas, pancaran cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda,
menghasilkan warna yang berbeda terhadap mata. Sensitivitas maksimum mata manusia adalah
555 mμ, yaitu warna hijau kekuningan. Warna-warna lainya tampak kurang terang. Karena
kepekaan mata orang tidak sama, maka ditentukan suatu ukuran standar.
Gambar 2.1
Grafik Kepekaan Mata
Jika suatu sumber cahaya memancarkan energy 1 W dengan panjang gelombang 555
mμ, maka sumber cahaya tersebut dinilai sama dengan satu wattcahaya. Energi 1 W dengan panjang gelombang 600 mμ akan member 0,63 watt cahaya. Untuk mendapatkan jumlah wattcahaya, jumlah watt energy setiap panjang gelombang harus dikalikan dengan factor kepekaan mata untuk panjang gelombang itu. Jumlah keseluruhan wattcahaya, yaitu flux cahaya,
adalah jumlah semua hasil kali itu.
4
Dalam praktek, flux cahaya dinyatakan dalam satuan lumen, disingkat lm. Satu
wattcahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini dinamakan ekivalen
pancaran fotometris. Sebuah lampu 100 W hanya memancarkan kira-kira 8 W saja sebagai
cahaya tampak. Sisanya hilang sebagai panas, karena konduksi dan radiasi. Dari 8 W ini, stelah
dikalikan dengan factor kepekaan mata, hanya sisa kira-kira 2,25 wattcahaya saja. Jadi flux
cahaya lampu 100 W tersebut sama dengan 2,25 x 680 = 15430 lumen.
Jika jumlah lumen per watt (lm/W) disebut flux cahaya spesifik. Jadi flux cahaya spesifik
lampu diatas sama dengan 15,3 lm/W.
Cahaya tampak dibatasi oleh sinar ultra violet (UV) dan sinar inframerah (IM). Sinar UV
tidak dapat dilihat secara langsung tetapi dapat menggunakan subtansi fluoresen agar diperoleh
cahaya yang dapat dilihat manusia. Contoh penggunaan fluoresen pada lampu fluoresen atau TL
(Tubelair Lamp). UV dapat digunakan (tanpa diubah menjadi sinar tampak) untuk: mendeteksi
sidik jari, foto copy, mendeteksi keretakan logam. IM tidak dapat digunakan sebagai sumber
penerangan karena mata tidak mampu menagkap sinar dengan baik jika panjang gelombang lebih
dari 780 μm sebagaimana dimiliki IM. Namun IM dapat digunakan sebagai sumber pemanasan,
misalnya untuk: pengeringan cat, pemanasan ruangan, memasak, atau perawatan kesehatan.
2.2 Besaran Pokok
Pembahasan lebih jauh tentang penerangan diperlukan pemahaman terhadap definisi-
definisi yang relevan meliputi: sudut ruang (ω), flux cahaya (ϕ), Intensitas cahaya (I), luminansi
(L) dan beberapa factor.
2.2.1 Sudut Ruang (ω)
Karena pancaran cahaya di udara bebas sifatnya meruang seperti bola, maka walaupun
sudut ruang bukan termasuk besaran penerangan tetap perlu dibahas. Sudut bidang adalah sebuah
titik potong 2 buanh garis lurus. Besar sudut bidang dinyatakan dengan derajat atau radian. Sudut
ruang adalah sudut pada ruang yang dibatasi oleh permukaan bola pada setiap titik sudutnya.
Besarnya sudut ruang dinyatakan dengan steradian (sr).
5
Definisi dari steradian itu sendiri adalah besarnya sudut yang terpancang pada titik pusat
bola oleh permukaan bola seluas kuadrat jari-jari bola. Berdasarkan definisi tersebut maka suatu
bola jika dilihat dengan sudut ruang adalah:
Luas Kulit BolaKuadrat Jari−Jari
=4 π r2
r2 =4 π steradian
2.2.2 Intensitas Cahaya
Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya. Sumber
cahaya demikian, misalnya lampu pijar, dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar memancarkan
energy cahaya kesemua jurusan tetapi energy radiasinya tidak merata.
Jumlah energy radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan
dinamakanintensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan candela (cd). Dengan lambang I.
rumus dari intensitas cahaya yaitu:
I= ϕω
cd
Untuk menentukan satuan candela ini, digunakan apa yang dinamakan badan hitam.
Dalam alat ini terdapat suatu ruang kosong bersinar dari toriumoksida, dengan lubangyang kecil
sekali. Ruang kosong ini berada pada platina cair. Ruang kosong tersebut dibuat hitam. Karena
itu spectrum cahaya yang dipancarkannya hanya ditentukan oleh suhunya saja, dan tidak
tergantung pada bahannya.
Badan hitam ini ternyata memancarkan energy lebih banyak daripada pemencar-
pemancar suhu lainnya. Karena itu setiap pemancar suhu dapat dibandingkan dengan badan
hitam ini. Badan hitam tersebut memancarkan 60 cd pada 2046 K. Jadi 1 cd sama dengan 1
60 x
jumlah ini.
6
2.2.3 Flux Cahaya
Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah cahaya
yang dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalnya sebuah lampu pijar
ditempatkan dalam reflector, maka cahayanya akan diarahkan, tetapi jumlah atau flux cahayanya
tetap. Seperti yang diketahui, satuan untuk flux cahaya ialah lumen.
Dari rumus:
I= ϕω
cd
Didapat:
ϕ=ω. I lm
2.2.4 Iluminansi
Luminansi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar
akan menyilaukan mata, seperti misalnya lampu pijar tanpa armature. Luminansi L suatu sumber
cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk rumus:
L= IA s
cd /cm2
Di mana:
L = Luminansi dalam satuan cd/cm2;
I = Intensitas cahaya dalam satuan cd;
As = Luas semu permukaan dalam satuan cm2.
Kalau luminansinya sangat kecil dapat digunakan satuan cd/m2:
I cd/cm2 = 10.000 cd/m2.
7
Faktor refleksi suatu permukaan ikut menetukan luminansinya. Misalkan, diatas meja
terdapat buku, luminansi buku A lebih besar daripada luminansi meja B, karena factor refleksi
buku itu lebih besar daripada factor refleksi meja.
Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang
tegak lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya. Untuk sebuah armature
bola, luas semu permukaannya sama dengan luas lingkaran besar bola itu.
Luas semu permukaan bola pada gambar diatas, misalkan memiliki jari-jari sebesar r=1m
AS = π r2=π m2;
Jika bola-bolanya 100% tembus cahaya dan I= 1 cd, maka luminansi bola sama dengan:
L= IAS
=1π=0,318 cm /m2
;
Supaya tidak menyilaukan, luminansi sumber cahaya tidak boleh terlalu besar. Luminansi
armature bola dari kaca putih susu umumnya tidak dibuat lebih dari 0,3 cd/cm2.
2.2.5 Fatktor-Faktor
Pada teknik penerangan terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kulaitas
penerangan yang harus diperhatikan.faktor-faktor yang dimaksud adalah factor pemeliharaan,
factor absorbs, factor refleksi, serta koefisien pemakaian.
Faktor pemeliharaan = Kuat penerangan normal padainstalasi lama
Kuat penerangan pada instalasibaru
Penggunaan lampu pada waktu yang lama akan terjadi penurunan flux cahayanya.
Kondisi ini ditunjang pula oleh debu atau kotoran lainnya yang menempel pada permukaan
lampu. Dengan perhitungan akan Nampak bahwa pemeliharaan kebersihan lampu sangat
berpengaruh terhadap kualitas penerangan. Besar factor pemeliharaan berkisar antara 0,4 hingga
0,8. Karena itu diperlukan pemersihan terhadap lampu secara berkala.
Pada industry yang banyak terjadi uap atau asap memungkinkan menyerap arus cahaya.
Kondisi ini menyebabkan suatu factor yang harus diperhitungkan yaitu factor absorbs.
8
Faktor absorbsi = Fluxcahaya bersih setelahterjadi absorbsi
Flux cahaya total yangdipancarkan sumber
Faktor absorbs berkisar anatara 0,5 hngga 1. Makin bersih udara pada area penerangan
makin bersih fator absorbsinya.
Flux cahay yang sampai pada permukaan benda tidak semuanya diserap ataupun
dipantulkan. Karena ada suatu factor yang harus diperhitungkan, yaitu factor refleksi.
Faktor refleksi = Arusca h aya yangdipantulkan
Arus cah aya yang sampai pada permukaan
Tabel 2.1
Bahandan Faktor Refleksi
Pelapis Permukaan Faktor Reduksi
Kaca perak (silvered glass)
Baja tahan karat (stainless steel)
Lempeng kromium (chromium plate)
Kaca email (vitreous email)
0,8 hingga 0,85
0,55 hingga 0,6
0,55 hingga 0,6
0,6 hingga 0,7
Tidak semua arus cahaya yang dipancarkan sumber cahaya sampai ke bidang kerja
sebagian sampai ke dinding dan sebagian ke lagit-langit. Kenyataan tersebut memerlukan
perhitungan suatu factor, yaitu koefisien pemakaian.
Koefisien pemakaian = Arus cahaya yang sampai pada bidang kerja
Arus cahaya total dari sumber cahaya
Koefisien pemakaian untuk ruang yang besar dengan warna dinding yang cerah akan
lebih tinggi dibandingkan dengan ruang kecil dengan dinding yang berwarna gelap.
Penggunaan reflector berpengaruh terhadap besarnya arus cahaya yang sampai pada
bidang kerja. Penggunaan armature juga berpengaruh pada koefisien pemakaian. Koefisien
pemakaian lampu dengan armature akan berkisar 0,3 hingga 0,6. Dengan demikian banyaknya
9
factor yang harus diperhitungkan, aka besarnya factor secara keseluruhan adalah hasil perkalian
factor-faktor yang diperhitungkan (hasilnya umumnya <1).
2.3 Pengaturan Penerangan dan Armatur
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber cahaya
itu sendiri dan pada konstruksi armature yang digunakan. Konstruksi armaturnya antara lain
ditentukan oleh:
a. Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit;
b. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting dalam armature;
c. Perlindungan sumber cahayanya;
d. Penyesuaiaan bentuknya dengan lingkungan;
e. Penyebaran cahayanya.
Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang lansung dari sumber
cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.
Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber
cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armature harus dipilih
sedemiian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara tepat.
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armature yang
digunakan, dapat dibedakan sstem-sistem penerangan dibawah ini:
Tabel 2.2
Sistem Penerangan Langsung ke bidang kerja
a. Penerangan langsung
b. Terutama penerangan langsung
c. Penerangan campuran atau penerangan
90-100 %
60-90%
10
baur (difusi)
d. Terutama penerangan tak langsung
e. Penerangan tak langsug
40-60%
10-40%
10-40%
0-10%
Cahaya yang diarahkan kebawah dianggap diarakan langsung ke bidang kerja. Armatur
yang utama dimaksudkan sebagai hiasan disebut ornament.
Distribusi cahaya suatu sumber penerangan dapat diatur menggunakan armature sebagai
perangkat optis dan sedangkan kwantitas cahaya dapat diatur menggunakan rangkaian pengatur.
Armatur berfungsi sebagai distributor, filter, atau sumber cahaya untuk memasang dan melindngi
lampu termasuk ntuk menyambungkan dengan sumber listrik. Ketentuan bagaimana disbutkan
pada PUIL 87:
Pasal 510.C.1: Armatur penerangan di tempat lembab, basah, sangat panas, atau mengandung
bahan korosi, harus terbuat dari bahan yang memenuhi syarat bagi pemasangan di tempat
itudan harus dipasang sedemikian rupa sehingga air tidak dapat masuk atau berkumpul dalam
jalur penghantar, fiting lampu, atau bagian listrik lainnya.
Pasal 510.A.5: Armatur penerangan harus terisolasi dari bagian lampu dan fiting lampu yang
bertegangan.
Pengaturan distribusi cahaya berkaitan dengan optic menggunakan armature, untuk itu
armature memungkinkan dilengkapi dengan perangkat reflector, lensa dan refraktor, diffuser,
filter. Disain bentuk geometri reflector dapat mempengaruhi distribusi cahaya sedangkan
perangkat optic lainnya berpengaruh terhadap keluaran cahaya setelah melewati perangkat optic
tersebut (kuantitas cahaya yang dihasilkan lampu tidak berubah).
Pengaturan kuantitas cahaya dapat pula menggunakan rangkaian pengaturan tegangan,
arus masukan untuk lampu, maupun sudut penyulutan. Berbeda dengan pengaturan optic
rangkaian pengatur memungkinkan mengatur kuantitas cahaya yang dihasilkan lampu.
11
2.3.1 Armatur
Armatur-armatur lampu dapat dibagi menjadi menurut beberapa cara, yaitu:
1. Berdasarkan sifat penerangannya, atas armature untuk penerangan langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung;
2. Berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air, kedap
letupan debu dan kedap letupan gas;
3. Berdasrkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan
luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di
dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam;
4. Berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, “rok”, gelang, armature
pancaran lebar dan terbatas;
Kemudian armatur kandil, palung, dan armatur-armatur jenis lain untuk lampu-
lampu bentuk tabung.
5. Berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding, gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa, dan armatur gantung memakai kabel.
Bentuk sumber cahaya dan armature harus sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan
mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk dapat melihat benda
sewajarnya. Akan tetapi baying-bayang itu tidak boleh terlalu tajam.
Selain itu konstruksi armatur juga harus sedemikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi
udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu hadus ada
12
cukup banyak lubang di bagian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur sekali-sekali tidak
boleh menjadi sedemikian tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran atau merusak isolasi.
a. Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan langsung amat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber cahaya
seluruhnya diarahkan kebidang yang harus diberi penerangan; langit-langit hampir tidak ikut
berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan bayang-bayang yang tajam. Keberatan
ini dapat dikurangi dengan sumber-sumber cahaya bentuk tabung (Lampu TL).
Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan supaya cahayanya tidak
langsung mengenai mata.
Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang tinggi misalnya di
bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.
Armatur-armatur yang digunakan untuk penerangan langsung ialah armatur pancaran
lebar, dan armatur pancaran terbatas.
13
Gambar 2.2
Armatur Pancaran Lebar
Gambar 2.3
Armatur Pancaran Terbatas
Armatur pancaran lebar digunakan untuk penerangan umum dalam bengkel-bengkel;
untuk penerangan setempat, misalnya di atas mesin-mesin perkakas, digunakan armatur pancaran
terbatas.
Untuk penerangan industri dengan lampu bentuk tabung digunakan armatur palung.
Untuk penerangan luar dapat digunakan armatur “rok“.
Armatur kedap air dapat digunakan sebagai penerangan jalan. Terdapat pula armatur
yang tidak ditanam dan dapat dipasang pada dinding maupun langit-langit. Armatur jenis ini
cocok untuk lampu kaca kempa, dan digunakan untuk penerangan etalase. Untuk keperluan ini
juga dapat digunakan lampu-lampu cermin.
14
Gambar 2.4
Armatur Palung
Gambar 2.5
Armatur “Rok”
Gambar 2.6
Armatur langit-langit (ditanam)
Sebuah armatur untuk ditanam dalam langit-langit arah cahayanya dapat diatur dan dapat
ditujukan ke suatu titik tertentu. Jadi aksen penerangan dapat diletakan di tempat-tempat yang
dikehendaki.
b. Terutama Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik. Dibandingkan
dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan kilauannya agak kurang.
Sejumlah kecil cahayanya dipancarkan keatas, karena itu kesan mengenai ukuran ruangan
menjadi lebih baik. Seolah-olah langit-langitnya menjadi lebih tinggi. Sistem penerangan ini
digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga dalam rumah, gang dan sebagainya.
c. Penerangan Difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua sistem yang telah
dibahas terlebih dahulu. Sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan ke
dinding dan langit-langit. Pembentukan bayangan dan kilauannya banyak berkurang. Penerangan
difus digunakan di ruangan-ruangan sekolah, di ruangan-ruangan kantor dan di tempat-tempat
kerja. Armatur untuk penerangan difus ialah armatur-armatur balon, misalnya armatur gantung
memakai pipa.
d. Terutama Penerangan Tak Langsung
15
Bayang-bayang dan kilau yang timbul pada system penerangan ini hanya sedikit.
Sebagian besar dari cahaya sumber-sumber cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit
dan dinding-dinding ruangan harus diberi warna terang. Penerangan sebagian besar tak langsung
ini digunakan di rumah-rumah sakit, di ruangan baca, toko-toko dan dikamar tamu.
Gambar 2.7
Armatur dinding untuk penerangan sebagian besar tak langsung
e. Penerangan Tak Langsung
Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan
dinding-dinding. Warna langit langit dan dinding-dinding ini harus terang. Bayang-bayang
hampir tidak ada lagi. Penerangan tak langsungantara lain digunakan di ruangan-ruangan untuk
membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan halus lainya.
16
2.3.2 Reflektor
Reflektor untuk kelengkapan armature menentukan distribusi cahaya yang dihasilkan
oleh lampu didalamnya karena faktor reflektansi bahan. Pantulan atau refleksi adalah suatu
terminologi umum yang menjelaskan proses dimana sebagian arus cahaya tiba pada permukaan
suatu bidang dan tidak dapat menembus bidang tersebut. Terdapat tiga macam pantulan yaitu:
Pantulan teratur, pantulan difus atau baur, dan pantulan menyebar ( Gambar 2.8)
Pada reflektansi teratur sudut datang maupun sudut pergi sama besarnya, bahan teratur
antara lain: Kaca dilapisi perak, metal yang dipoles, lembar aluminium, dan stainless steel.
Reflektansi (kemampuan memantulan cahaya) baerbagai bahan spekular ditunjukan dalam tabel
dibawah ini (tabel 2.3).
Tabel 2.3
Reflektasi Bahan Bahan Spekular
Bahan Pengerjaan Akhir Reflektasi
Aluminium-umum Poles dan anodaising 0,7
Aluminium kemurnian tinggi
(diatas 99%)
Poles dan anodaising 0,8
Perak Poles dan anodaising 0,9
Gelas dan Plastik Aluminisasi 0,85 hingga 0,88
Kromium Poles 0,65
Baja Stainless Poles 0,6
Pantulan difus dapat dihasilkan dari permukaan reflektor yang dibuat dari partikel-
partikel kristal kecil.
Tabel 2.4
Bahan Reflektor Difus
17
Bahan Pengerjaan Akhir Reflektansi
Baja Dicat putih yang mengkilap Hingga 0,84
Plastik Putih mengkilap Hingga 0,9
Pada pantulan menyebar, tidak terdapat image gelas pada armature. Pantulan menyebar
terjadi bila permukaan reflector terbuat dari aluminium dipoles atau bahan sejenisnya yang
disikat, dietsa, pebbled, atau corrugated.
Tabel 2.5
Bahan Reflektor Menyebar
Bahan Pengerjaan akhir Reflektansi
Aluminium Peened
Etsa
Sikat
0,7 hingga 0,8
0,7 hingga 0,85
0,55 hingga 0,58
Kromium Satin 0,5 hingga 0,55
Baja Cat Aluminium 0,6 hingga 0,7
Pada prakteknya pantulan yang dihasilkan reflektor suatu armatur bisa berupa perpaduan
ke tiga macam pantulan yang telah disebutkan. Untuk keperluan tersebut digunakan reflektor yan
tebuat dari enamel porselin, cat setengah mengkilap dan mengkilap, serta kertas mengkilap.
18
Gambar 2.8
Macam-Macam Pantulan
Terdapat 2 kategori kontur (garis bentuk) reflektor, yaitu konik (lingkaran, elips,
parabola, dan hiperbola) dan umum. Kontur umum dapat didesain menggunakan analisis
persamaan matematika atau teknik tracing cahaya menggunakan komputer.
Kontur parabola banyak digunakan reflektor armatur untuk lampu-lampu pijar antara
lain: lampu mobil, lampu infra merah, lampu kilat foto, disamping lampu tabung dan lampu
pelepas gas lainnya. Posisi lampu pada reflektor parabola terhadap fokus parabola menentukan
intensitas cahaya pada bidang pencahayaan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9
Kontur reflektor lingkaran dapat digunakan memodifikasi arah pancaran cahaya dengan
mengatur posisi lampu terhadap pusat lingkaran seperti ditujukan gambar 2.10 jika lampu
dipasang di antara pusat dengan reflektor maka akan dihasilkan cahaya pantulan. Sedangkan bila
lampu dipasang tepat dipusat lingkaran maka dihasilkan keuntungan optik. Keuntungan optik
yang dimaksud adalah, bila tidak ada kerugian maka intensitas cahaya yang dipancarkan lampu
ke reflektor akan dipantulkan kembali pada lampu sehingga intensitas cahaya yang dihasilkan
sumber cahaya duakali lipat intensitas lampu.
Gambar 2.9
19
Arah cahaya sebagai efek posisi lampu terhadap focus reflektor parabola
Gambar 2.10
Arah cahaya yang dihasilkan reflector bola
Kontur reflektor dapat dibuat sebagai kombinasi parabola dengan lingkaran seperti yang
ditujukkan pada gambar 2.11. Fokus parabola digunakan sebagai pusat lingkaran, sehingga
ketika cahaya yang berasal dari lampu (pada titik lingkaran) sampai pada permukaan reflector
parabola, sehingga tidak dihasilkan distribusi cahaya daerah pinggiran penerangan intensitasnya
lebih tinggi dianding bagian tengah.
Reflektor seperti ditujukkan gambar2.11 digunakan menerangi permukaan vertikal,
misalnya papan iklan. Bila reflektor ini dipasang diatas ketinggian mata, maka mata akan
terlindng dari cahaya yang berasal dari sumber cahaya.
Gambar 2.11
Reflektor kombinasi kontur lingkaran dengan parabola
20
Kontur reflektor dapat berupa elips (bagian dari elips) dapat digabungkan dengan
parabola seperti ditujukkan pada gambar 2.12. Reflektor seperti ditujukan oleh gambar 2.12a
digunakan untuk arsitektur penerangan yang dipasang di atas langit-langit, menghasilkan cahaya
terfokus pada satu titik pada lobang di langit-langit.
Reflektor gabar 2.12b merupakan kombinasi kontur lingkaran dengan elips. Lampu
dipasang pada titik fokus lingkaran atau fokus elips. Cahaya yang dipancarkan lampu
dipantulkan oleh reflektor lingkaran dan dipantulkan kembali kearah sumber cahaya melalui satu
titik yaitu sekitar titik fokus ke dua dari elips. Reflektor ini digunakan pada sistem lampu
proyeksi.
Kombinasi kontur elips dengan parabola husus untuk reflektor lampu oprasi di rumah
sakit ditunjukkan pada gambar 2.12c. Lampu dopasang pada titik fokus elips sehingga sinar
dipantulkan dari reflektor elips melalui titik fokus parabola sehingga ketika cahaya terfokus
ketika sampai pada meja oprasi. Reflektor kontur hiperbola digunakan bila dikehendaki cahaya
yang dipancarkan almatur menyebar.
Gambar 2.12
21
Aplikasi reflektor elips
Pada armatur yang dilengkapi penutup yang terbuat dari bahan kaca atau akrilik terjadi
reflaksi (pembelokan arah cahaya). Polistiririn dan akrilik lazim digunakan untuk reflaktor.
Reflaksi adalah pembelokan cahaya yang melewati suatu medium ke medium lainnya, misalnya:
pembelokan cahaya dari sumber cahaya melewati gas didalam lampu kemudian melewati
penutup almatur. Karena adanya pengaruh media yang dilewati cahaya, maka terdapat besaran
yang disebut indeks refraksi yaitu perbandingan kecepatan cahaya pada udara vakum dengan
kecepatan cahaya melalui media tersebut seperti yang ditujukan pada tabel 2.6
Table 2.6
Indek Refraksi Beberapa Bahan
Nama Bahan Index
Kaca Crown
Kaca Flint
Kaca Kapur Soda
Kaca Timbal
Kaca borosilikat
Kaca alumino silikat
Akrilik
1,48-1,61
1,53-1,96
1,51
1,53-1,67
1,48
1,54
1,49
22
Kuarsa 1,54
Lensa digunakan pada teknologi penerangan sebagai medium untuk menyebar atau
memfokuskan cahaya. Posisi lampu terhadap fokus dan jenis lensa menentukan model pancaran
cahaya yang dihasilkan sumber.
2.3.3 Pengaturan Cahaya Lampu
Pengaturan kuantitas pencahayaan sumber penerangan (lampu) terhadap besaran listrik
sering disebut peredup (dimmer). Pada prinsipnya peredupan cahaya lampu adalah mereduksi
arus cahaya yang dikeluarkan lampu. Peredup memanfaatkan rangkaian kelistrikan mengunakan
prinsip pengaturan tegangan masukan, pengaturan arus, dan pengaturan sudut penundaan.
Untuk mengatur tegangan inpult lampu menggunakan resistor variable (menyebabkan
kerugian tegangan) atau kumparan induktif sehingga tegangan yang masuk ke lampu berkurang
sedangkan untuk mengatur arus dapat didunakan transformator variable.
Tabel 2.7
23
Karakteristik, Jenis, dan Perangkat Pengatur
Jenis kontrol Tegangan Arus Penundaan sudut pengaturan
Perangkat
Kontrol
Trafo
Variabel
Resistor
Variabel
Penguat Magnetik Thyristor atau
regulator
Karakteristik
Range daya
Prospek
Efisiensi
baik
Dapat
dioprasikan
hingga
5kVA
Hanya untuk
lampu yang
disuplai DC
Efisiensi
jelek
Hanya untuk
1 lampu
Hanya untuk
keperluan
khusus dc
Efisiensi baik, tidak
2,5 hingga 10 kVA
Lebih tepat untuk
lampu pijar
Efisiensi baik, tidak
2,5, 5,7 dan 10 kVA
Untuk segala lampu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan diatas yaitu:
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu sumber cahaya memancarkan energy.
Sebagian dari energy tersebut diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya
diruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang elekromagnetik. Jadi cahaya
itu adalah suatu gejala getaran. IES mendefinisikan cahaya sebagai pancaran
energy yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah
24
bentuk energy yang memungkinkan makluk hidup dapat mengenali sekelilingnya
dengan mata.
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armature yang digunakan.
Almatur-almatur lampu dapat dibagi menjadi menurut beberapa cara, yaitu:
Berdasarkan sifat penerangannya, atas armature untuk penerangan
langsung, sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan
tak langsung;
Berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap
air, kedap letupan debu dan kedap letupan gas;
Berdasrkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam,
penerangan luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur
yang ditanam di dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam;
Berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, “rok”, gelang,
armature pancaran lebar dan terbatas;
Kemudian armatur kandil, palung, dan armatur-armatur jenis lain untuk
lampu-lampu bentuk tabung.
Berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding,
gantung, berdiri, armatur gantung memakai pipa, dan armatur gantung
memakai kabel.
Pengaturan kuantitas pencahayaan sumber penerangan (lampu) terhadap besaran
listrik sering disebut peredup (dimmer). Pada prinsipnya peredupan cahaya lampu
adalah mereduksi arus cahaya yang dikeluarkan lampu. Peredup memanfaatkan
rangkaian kelistrikan mengunakan prinsip pengaturan tegangan masukan,
pengaturan arus, dan pengaturan sudut penundaan.
25