Isi Makalah

28

Click here to load reader

Transcript of Isi Makalah

Page 1: Isi Makalah

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi ini pun sering dijadikan salah satu ukuran kinerja perekonomian suatu negara. Semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan kinerja perekonomian semakin membaik. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

Faktor Budaya

Page 2: Isi Makalah

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

Sumber Daya Modal

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Jika mengingat kondisi ekonomi Indonesia pada saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, fundamental ekonomi Indonesia saat ini sudah lebih baik. Pada 1998, laju pertumbuhan ekonomi mendekati minus. Depresiasi rupiah yang besar disertai kekeringan yang parah telah mengakibatkan inflasi yang tinggi selama lima bulan pertama tahun 1998. Selain itu kondisi keuangan sistem perbankan makin merosot seiring dengan makin dalamnya krisis ekonomi. Tekanan pada nilai tukar dan cadangan devisa juga semakin berat dengan tidak diakuinya kredit perdagangan dan kredit lainnya dari perbankan Indonesia oleh bank-bank asing.

Dalam tiga tahun terakhir ini (2010-2012) Indonesia mulai memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Bahkan menurut Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di Asia. Bahkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pemicu geliat ekonomi regional.

Perekonomian Indonesia yang meningkat pesat ini ditandai dengan tumbuhnya kelas menengah yang membuat Indonesia kini lebih percaya diri dalam pergaulan internasional dan bersiap untuk menjadi negara maju. Meningkatnya stabilitas politik pun membuat Indonesia menjadi target investasi asing yang menjanjikan.

Semakin baik laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin meningkat daya beli masyarakatnya. Akibatnya, meningkat pula kesejahteraan masyarakatnya. Seiring dengan meningkatnya perekonomian, pendapatan masayarakat Indonesia pun ikut terdongkrak. Jumlah masyarakat miskin menurun dan jumlah masyarakat menengah meningkat. Peningkatan jumlah masyarakat menengah baik di kota maupun di desa sebagai sebuah indikator nyata dari akumulasi pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, indikator dari masyarakat menengah ini terlihat jelas di masyarakat perkotaan.

Diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 6,4 persen pada tahun 2013. Hal ini disebabkan pada tahun ini perekonomian kawasan dan dunia sudah mulai membaik. Mengingat 5 tahun ke belakang saat ekonomi global menerjang,

Page 3: Isi Makalah

Indonesia mampu bertahan. Memang tak bisa diingkari, sebab tingginya konsumsi masyarakat Indonesia menjadi penyelamat terjangan krisis ekonomi dunia saat itu. Konsumsi masyarakat kita diakui banyak ekonom menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini berdampak positif, Indonesia kuat menghadapi krisis finansial yang menerpa negara-negara maju, baik itu negara Amerika Serikat sebagai negara adidaya, maupun negara Eropa.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tiga tahun terakhir ini seperti pemantik untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam rentang waktu ini, Indonesia terus memperbaiki perekonomian yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi warga negaranya. Perubahan peningkatan dan segala hal yang berkaitan dalam laju pertumbuhan ekonomi Indonesia inilah yang patutnya dikaji oleh para ekonom Indonesia agar terus meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2009-2010?2. Bagaimanakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2010-2011?3. Bagaimanakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 2011-2012?4. Bagaimana perubahan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga tahun terkahir ini?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui laju petumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini2. Mengetahui seberapa besar peningkatan dan atau penurunan yang terjadi dalam tiga

tahun terakhir ini3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

Page 4: Isi Makalah

2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2009-2010Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 tercatat sebesar 4,5 persen.

Pertumbuhan ini didukung oleh beberapa komponen, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen, konsumsi pemerintah sebesar 15,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 3,3 persen. Beberapa komponen lainnya mengalami pertumbuhan negatif yaitu ekspor barang dan jasa sebesar minus 9,7 persen dan perubahan inventori yang tumbuh negatif sebesar 121,9 persen. Impor juga menurun sebesar 15,0 persen.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 ini sebagian besar bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga. Konsumsi pemerintah memberikan sumbangan sebesar 1,3 persen, PMTB sebesar 0,8 persen, sementara sumbangan ekspor sebesar minus 4,8 persen.

Pada tahun 2009, dari sisi penggunaan, PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 58,6 persen, konsumsi pemerintah 9,6 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi fisik 31,1 persen dan ekspor 24,1 persen. Sedangkan untuk penyediaan dari impor sebesar 21,3 persen.

Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi , Sektor Jasa-jasa, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pertanian, dan Sektor Industri Pengolahan, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar pula terhadap total pertumbuhan PDB. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa-jasa.

Tahun 2010 menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Terpilihnya presiden baru, menandakan era baru dalam pemerintahan Indonesia. Keberhasilan Indonesia lepas dari jeratan krisis financial global, hingga mampu menjadi satu dari dua negara Asia yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2009, membangkitkan optimisme di awal tahun 2010. Optimisme perekonomian ini yang dipertahankan oleh pemerintahan SBY dan menjadi landasan pembangunan di tahun 2010. Sehingga pada tahun ini kondisi perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, yaitu tumbuh 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih tinggi dari tahun 2008. 

Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia Internasional. Hal ini terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10 peringkat dibandingkan pada tahun 2009. Peringkat layak investasi Indonesia

Page 5: Isi Makalah

menurut S&P juga mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB. Kenaikan peringkat layak investasi ini menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.

Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan oktober mencapai 19,3% (yoy).

Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$ 15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700. Yang diperkirakan akan terus meningkat pada tahun selanjutnya. Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-dana asing tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah dengan terus mengkokohkan cadangan devisa. Hingga akhir November, cadangan devisa Indonesia sukses menembus angka US$ 92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah (BI, 2010).

Seperti pendapat Seers (1973) bahwa permasalahan utama negara berkembang adalah kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan, Indonesia pun masih menghadapi permasalahan yang sama. Walaupun angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS menunjukkan trend penurunan, angka kemiskinan dan pengangguran Indonesia tetaplah tinggi. Pada tahun 2010, angka kemiskinan mencapai 34 juta, sedangkan angka pengangguran menjadi 9,5 juta. Lebih menyedihkannya lagi, sebagian besar dari penganggur adalah sarjana D3 dan S1. Jadi dapat disimpulkan, sebagian besar tenaga kerja yang terserap adalah tenaga kerja berpendidikan SMA kebawah. Sementara masalah pemerataan pendapatan juga masih jadi momok selama satu dekade terakhir. Pemerataan pendapatan mengalami stagnansi selama bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari stagnannya angka koefisien gini Indonesia selama satu dekade pada kisaran 3,6-3,8. Masalah ini menjadi serius karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menerus positif selama beberapa tahun terakhir tapi tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan masih tetap bermasalah. Hal ini disebabkan, pada kwartal IV 2010, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 13,6%. Bandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang merangkak pada angka 1,6%, padahal mayoritas masyarakat Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Pertumbuhan sektor tradable, seperti industri dan pertambangan justru stagnan pada level dibawah 5%. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan sektor non-tradable yang mencapai di atas 6%. Jika melihat data-data tersebut, wajar apabila tingkat pengangguran dan kemiskinan Indonesia masih sangatlah tinggi. Sektor perekonomian Indonesia yang tumbuh hanyalah sektor yang

Page 6: Isi Makalah

cenderung padat modal bukan padat karya. Alhasil dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut hanya dinikmati sedikit pihak.

Patut dicatat bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 ini bukan ditentukan oleh faktor ekspor pemerintah, namun justru dari peningkatan impor oleh pihak domestik (atau swasta) yang didukung pula oleh kuatnya nilai tukar rupiah.

Indikator membaiknya perekonomian juga ditandai dengan rendahnya kemungkinan risiko penurunan yang berhubungan dengan pasar keuangan yang cepat berubah dan ketidakpastian prospek pembangunan ekonomi. Ketidakpastian pembangunan ekonomi yang dimaksud di sini adalah ancaman inflasi, keluarnya dana asing, dan masalah infrastruktur.

Dengan kata lain, menurut pengamatan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6 persen ini didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, peningkatan kinerja sektor eksternal sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus berlangsung. Selain itu peningkatan investasi seiring dengan menguatnya permintaan domestik dan eksternal.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2010-2011

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 mencapai 6,1 persen. Dengan demikian, target pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2010 menembus angka 6% atau melebihi target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010 sebesar 5,8% tercapai. Laju pertumbuhan bisa meningkat tajam sebesar 0,3% pada triwulan IV 2010, sehingga total pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,1%. Dan ini semua tidak lepas dari tingginya konsumsi masyarakat yang selama ini mendominasi dan menjadi faktor penting terdongkraknya pertumbuhan ekonomi nasional, yang mulai dibarengi dengan meningkatnya investasi dan ekspor. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih disumbangkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 1,2 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 1,5 persen dan industri pengolahan 1,2  persen.

Menapaki kuartal terakhir 2010, ada hawa optimis yang berhembus dalam ruang perekonomian Indonesia. Harian The New York Times, edisi 5 Agustus 2010 menyebut: Indonesia adalah sebuah model ekonomi, setelah melewati krisis lebih dari sepuluh tahun. Sementara Financial Times (12/08/2010) mengatakan, perekonomian Indonesia merupakan macan yang tengah terbangun.

Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2010 secara umum memang melebihi harapan otoritas ekonomi, jika dilihat dari economic outlook yang disampaikan setahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2009 yang hanya mencapai 4,6%. Lebih tinggi pula daripada asumsi APBN 2010 dan APBN-

Page 7: Isi Makalah

P yang mentargetkan di bawah 6%. Peningkatan pun dinilai berdukungan sumber pertumbuhan yang makin berimbang, diantaranya tercermin pada peran investasi dan ekspor yang meningkat. Ditambahkan bahwa peningkatan investasi mulai ditandai dengan semakin tingginya peranan investasi yang sifatnya menambah kapasitas ekonomi.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2010 tercatat surplus sekitar 30,3 miliar dolar AS, ditopang oleh surplus transaksi berjalan serta tingginya surplus transaksi modal dan finansial. Perkembangan NPI itu mendorong penguatan nilai tukar rupiah, yang polanya memiliki volatilitas yang cukup rendah. Secara rata-rata rupiah mencapai Rp 9.081 per dolar AS, atau terapresiasi sebesar 3,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2009.

Inflasi memang tercatat 6,96%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%±1% dan asumsi APBN. Stabilitas harga mendapat gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan makanan, meningkat tajam akibat anomali cuaca baik di tingkat global maupun domestic, sejak pertengahan tahun. Harga komoditas pangan di pasar global melonjak tajam, dan dalam waktu yang bersamaan harga-harga komoditas pangan di pasar domestik juga meningkat tinggi. Komoditas bahan pokok seperti beras dan aneka bumbu memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar sehingga inflasi volatile food mencapai 17,74%, jauh lebih tinggi dari inflasi volatile food tahun 2009 yang hanya mencapai 3,95%. Meski demikian, inflasi inti tetap terjaga pada level 4,28% dan kelompok administered prices inflasi sebesar 5,40%, sehingga inflasi keseluruhan masih bisa dikendalikan.

Kinerja pasar keuangan domestik juga dilaporkan membaik, antara lain tercermin dari imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang menurun signifikan sejak awal tahun. Sedangkan kinerja pasar saham yang membaik ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 3.703 pada akhir tahun 2010. Semua dianggap terkait dengan arus masuk modal asing yang besar, kondisi makroekonomi yang kondusif, fundamental ekonomi domestik yang solid, ekspektasi pencapaian investment grade yang kuat, serta prospek keuangan emiten yang relative baik dibandingkan dengan negara-negara kawasan.

Ditengah kinerja ekonomi yang membaik tersebut, otoritas ekonomi masih mengakui akan adanya beberapa tantangan utama dalam perumusan kebijakan, yaitu aliran masuk modal asing yang deras, ekses likuiditas yang tinggi, tekanan inflasi yang cenderung meningkat, efisiensi dan daya saing sektor perbankan yang masih rendah serta berbagai kendala di sektor riil.

Tantangan terkait dengan aliran masuk modal asing yang deras tidak terlepas dari pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut. Karakteristik perekonomian Indonesia yang termasuk dalam kriteria “small open economy” menyebabkan dinamika yang terjadi dalam perekonomian global dapat memengaruhi perekonomian domestik. Terintegrasinya pasar keuangan domestik dengan pasar keuangan internasional, sebagaimana negara-negara emerging markets lainnya, memberi tantangan tersendiri bagi keseimbangan eksternal perekonomian Indonesia, dalam bentuk derasnya aliran masuk modal asing.

Page 8: Isi Makalah

Pascakrisis global tahun 2008, aliran modal ke negara-negara emerging markets meningkat pesat. Besarnya aliran masuk modal asing dipengaruhi oleh faktor pendorong (push factors) berupa ekses likuiditas global dan lambatnya pemulihan ekonomi negara maju serta faktor penarik (pull factors) berupa pertumbuhan ekonomi tinggi, perbedaan suku bunga yang besar, dan ekspektasi apresiasi nilai tukar di negara-negara emerging markets.

Derasnya aliran masuk modal asing dan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang terus membaik telah mendorong penguatan nilai tukar rupiah selama tahun 2010. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah juga ditopang oleh keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing di pasar domestik serta risk appetite investor yang membaik. Di satu sisi, apresiasi rupiah dapat membantu menurunkan tekanan inflasi melalui penurunan harga barang-barang impor. Di sisi lain, apresiasi rupiah juga berpotensi meningkatkan tekanan pada neraca transaksi berjalan akibat peningkatan impor.

Sejumlah risiko lainnya juga masih menghadang dan akan menguji optimisme dari otoritas ekonomi. Beberapa masalah besar perekonomian yang sudah diidap sejak lama masih terus mengganggu, dan dalam jangka panjang tetap berbahaya. Diantaranya adalah soal kemiskinan, pengangguran, infrastruktur dan pengembangan teknologi.

Sejak sekarang dan dalam beberapa tahun ke depan ini terdapat pula tantangan untuk harmonisasi antara Perbankan dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang bukan Bank, bagi perkembangan perekonomian nasional. Pertumbuhan penyaluran kredit berskala Mikro dan Kecil dari perbankan sebagiannya berasal dari mensubstitusi atau merebut porsi LKM yang sudah eksis dan berperan positif bagi perekonomian di masa lalu.

Perkembangan perekonomian Indonesia terlihat kurang berhasil menciptakan lapangan kerja baru di sektor formal yang banyak diinginkan oleh para pencari kerja dan para pekerja informal (yang sebagian cukup besarnya berstatus setengah penganggur). Proses informalisasi ketenagakerjaan di Indonesia dilihat dari status pekerjaan tampaknya didukung pula oleh data penyebaran pekerja berdasar lapangan pekerjaan. Sekalipun tidak sepenuhnya bisa diartikan bahwa mereka yang bekerja di sektor industri pengolahan adalah formal, sedangkan yang di sektor jasa-jasa (masyarakat) adalah informal. Sekalipun tidak sepenuhnya bisa diartikan bahwa mereka yang bekerja di sektor industri pengolahan adalah formal, sedangkan yang di sektor jasa-jasa (masyarakat) adalah informal.

Dalam tahun 2010, intensitas gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan makanan meningkat tajam akibat anomali cuaca baik di tingkat global maupun domestic sehingga mengakibatkan harga komoditas pangan dipasar global dan domestik melonjak tajam. Komoditas bahan pokok seperti beras dan bumbu-bumbuan memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi volatile food selama tahun 2010.

Selain meningkatnya inflasi yang bersumber dari volatile food, inflasi yang bersumber dari administered prices juga meningkat. Hal tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah

Page 9: Isi Makalah

untuk menaikkan harga barang atau jasa yang bersifat strategis seperti tarif dasar listrik kelompok rumah tangga.

Tekanan inflasi yang bermula dari faktor nonfundamental memberikan dampak lanjutan (second round effects) akibat meningkatnya ekspektasi inflasi, dan apabila tidak direspons akan memberikan tekanan pada inflasi dari faktor fundamental (inflasi inti). Hal tersebut, selain dapat mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi, juga berpotensi memperlambat akselerasi pertumbuhan ekonomi ke depan dan mengurangi daya beli masyarakat serta menurunkan daya saing ekonomi.

Peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan respons penawaran juga mendorong akselerasi tekanan inflasi yang bersifat fundamental. Beberapa aspek yang mengemuka dalam permasalahan struktural tersebut antara lain terdapat potensi kurang responsifnya sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan. Untuk itu, kebijakan struktural perlu diperkuat untuk meningkatkan kemampuan sisi pasokan dalam merespons akselerasi permintaan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2011 dibandingkan Triwulan IV-2010, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,5 persen (q-to-q). Pertumbuhan ini didukung oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 18,1 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan I-2011. PDB Indonesia pada Triwulan I-2011 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, dimana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 13,8 persen. Pada Triwulan I-2011 dibandingkan dengan Triwulan IV-2010, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga secara riil meningkat sebesar 0,9 persen, sedangkan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 46,6 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto turun 3,4 persen. Ekspor Barang dan Jasa juga turun sebesar 7,0 persen dan Impor Barang dan Jasa turun sebesar 3,4 persen.

Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga Triwulan III-2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,5 persen. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan PDB Triwulan III-2011 terhadap triwulan sebelumnya didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 10,6 persen, ekspor sebesar 5,2 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 5,1 persen, dan konsumsi rumah tangga sebesar 2,3 persen. Sementara impor tumbuh 2,4 persen dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja perekonomian Indonesia pada Triwulan III-2011 yang digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan meningkat sebesar 3,5 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan ini lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Triwulan II-2011 yang mencapai 2,9 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), pertumbuhan PDB Indonesia pada Triwulan III-2011 mencapai 6,5 persen.

Page 10: Isi Makalah

Sementara jika dibandingkan dengan triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan IV-2011 mengalami penurunan 1,3 persen. Penurunan tersebut, sambung dia disebabkan sektor pertanian yang mengalami penurunan cukup tinggi sebesar 20,5 persen. Dilihat dari sisi penggunaan komponen ekspor paling tinggi 13,6 persen, komponen impor mencapai 13,3 persen, perbentukan modal tetap bruto (PMTB) 8,8 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,7 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah paling rendah yakni 3,2 persen. Sektor lain yang mengalami penurunan di triwulan IV-2011 adalah pertambangan dan penggalian menurun 0,1 persen. Sedangkan sektor-sektor lain mengalami pertumbuhan positif.

Jika dilihat dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) tingkat optimisme pelaku bisnis meningkat sebesar 106,92 dari tahun sebelumnya. Peningkatan di triwulan IV-2011 terjadi disemua sektor, kecuali sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. pertumbuhan meningkat disemua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi disektor pengangkutan dan komunikasi 10,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 1,4 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 6,5 persen.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin membaik. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami apresiasi. Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011 sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.

Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat mampu meminimalkan dampak dari gejolak ekonomi global. Ketidakpastian yang muncul akibat krisis utang Eropa dan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan perekonomian AS telah memicu gejolak di pasar keuangan dan pelemahan pertumbuhan ekonomi global tahun 2011. Dampak dari gejolak global tersebut ke Indonesia lebih banyak dirasakan di pasar keuangan terutama pasar saham dan obligasi, sementara dampak pada sektor riil relati f minimal. Di sektor keuangan, penarikan modal luar negeri oleh sebagian investor pada semester II tahun 2011 memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah, imbal hasil obligasi Pemerintah, dan harga saham. Namun, dengan langkah-langkah stabilisasi oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, didukung oleh kuatnya fundamental sektor keuangan dan terjaganya stabilitas makroekonomi, gejolak pasar

Page 11: Isi Makalah

keuangan dapat dihindari. Di sektor riil, daya tahan perekonomian Indonesia dari sisi eksternal didukung oleh diversifikasi pasar ekspor dengan semakin besarnya perdagangan intra-regional di kawasan Asia dan semakin meningkatnya peran foreign direct investment (FDI). Dari sisi domestik, daya tahan ekonomi juga didukung oleh kuatnya daya beli terkait dengan meningkatnya pendapatan dan struktur demografi yang sebagian besar berada dalam usia produktif.

Di samping fundamental ekonomi yang kuat, respons kebijakan yang tepat mampu menopang ketahanan perekonomian nasional. Bank Indonesia dan Pemerintah melakukan koordinasi kebijakan dalam memperkuat fundamental ekonomi sekaligus memitigasi dampak gejolak eksternal. Dari sisi Bank Indonesia, penerapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial secara terukur dan pada waktu yang tepat telah berhasil menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bauran kebijakan tersebut diterapkan melalui respons kebijakan suku bunga dan nilai tukar, serta kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan aliran modal asing dan likuiditas perbankan. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut juga didukung oleh strategi komunikasi dalam rangka meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter dan mengurangi ketidakpasti an pelaku pasar. Dalam bidang perbankan, Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan perbankan, meningkatkan fungsi pengawasan, dan mendorong intermediasi yang diarahkan pada sektor-sektor produktif. Dari sisi Pemerintah, kebijakan fiskal diarahkan kepada peningkatan stimulus dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Secara sektoral, Pemerintah terus berupaya mendorong dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan daya saing industri dan produk ekspor, serta peningkatan ketahanan pangan nasional termasuk dalam rangka stabilisasi harga. Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah untuk meningkatkan daya tahan ekonomi dan stabilitas makro juga diperkuat melalui implementasi Protokol Manajemen Krisis (PMK) dan pengendalian infl asi di pusat dan daerah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

2.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2011-2012

Tingkat inflasi yang hanya 5,4 persen dengan pertumbuhan produk domestik bruto riil sebesar 6,4 persen di tahun 2011, merupakan pencapaian yang baik untuk Indonesia.

Menurut Ekonom DBS Group Research untuk Indonesia Eugene Leow, inflasi yang terjadi di suatu negara biasanya mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, terutama untuk negara seperti Indonesia. "Tekanan harga merupakan salah faktor kunci yang mempengaruhi inflasi selama dua hingga tiga tahun terakhir, oleh karena itu, tingkat inflasi yang hanya sebesar 5,4 persen dengan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto riil sebesar 6,4 persen di tahun 2011 merupakan pencapaian yang baik untuk Indonesia di tahun 2011," kata Eugene di Jakarta, Minggu (15/1).

Page 12: Isi Makalah

Ia menambahkan pencapaian inflasi Indonesia pada tahun 2011 adalah bukti bahwa perekonomian Indonesia tumbuh dengan baik. Terlebih lagi, harga barang–barang yang tercermin dari Consumer Price Index di bulan Desember 2011 mencapai titik terendahnya dalam 21 bulan terakhir sebesar 3,8 persen (year-on-year), menurun tajam dari 7,0 persen di bulan Januari 2011. "Merujuk hal tersebut, kami prediksikan inflasi secara garis besar akan tetap stabil di tahun 2012," ujarnya.

Menurutnya, inflasi noninti diprediksi akan tetap di bawah 4,0 persen di tiga bulan pertama 2012, sebelum terjadi perubahan kebijakan terhadap BBM bersubsidi dan tarif dasar listrik yang diperkirakan akan terjadi di bulan April. "Secara keseluruhan, inflasi diperkirakan mencapai rata-rata sebesar 5,2% di sepanjang tahun 2012," tambahnya.

Meski ekonomi dunia tengah diselimuti krisis, namun bukan berarti ekonomi Indonesia juga ikutan terpuruk. Malah buktinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang mentereng, di mana pada kuartal 2 ini posisinya berada di urutan nomor dua di dunia. Yakni, 6,4 persen atau setelah China di urutan pertama.

"Nomor 2 lho kita sekarang, bukan di ASEAN bukan di Asia Pasifik, di dunia. Yang 1 Cina, yang 2 Indonesia," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana di kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Jumat (14/9).

Rata-rata negara lain di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, menurut dia, banyak negara yang pertumbuhan ekonominya di bawah angka 5 persen. Dari Turki yang biasanya 8,5 persen menjadi 2 persen, Thailand 2 persen, Brasil 2 persen, hingga Malaysia 4 persen.

Ia menjelaskan, meski rasio gini (kesenjangan ekonomi) di Indonesia membesar hingga 0,41 (skala 0 sampai 1) pada 2011, bukan berarti ada peningkatan angka kemiskinan. Rasio gini tersebut, lanjut Armida juga memperlihatkan adanya peningkatan dari orang miskin. Akan tetapi, peningkatan orang kaya memang lebih besar.

Namun, di tengah kemerosotan ekonomi global, Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data Juli 2012, pertumbuhan baseline perekonomian nasional diperkirakan sebesar 6 persen pada tahun 2012 dan 6,4 persen pada tahun 2013. Pendapatan nasional per kapita beranjak naik dari $2.200 pada tahun 2000 menjadi $3.720 pada tahun 2009. Dalam hal stabilitas makro ekonomi, Indonesia telah berhasil mencapai banyak target fiscal, termasuk secara signifikan menurunkan rasio utang terhadap produk domestik bruto dari 61 persen di tahun 2003 menjadi 27,5 persen pada tahun 2009. Sementara itu defisit anggaran diproyeksikan hanyak 0,4 persen dari produk domestik bruto tahun 2011.

Namun, meskipun adanya tantangan kondisi eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini terbukti kuat. Pertumbuhan PDB pada kuartal kedua tahun 2012 adalah 6,4 persen tahun-ke-tahun, naik sedikit dari 6,3 persen pada kuartal pertama. Kuatnya permintaan konsumsi dan investasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan. . Ekspor

Page 13: Isi Makalah

netto merupakan hambatan utama terhadap laju pertumbuhan pada kuartal kedua dan defisit transaksi neraca berjalan melebar. Nilai ekspor bulanan juga terus melemah tetapi beberapa tekanan pada neraca perdagangan mungkin merupakan koreksi diri (self correction) karena permintaan untuk barang antara dan barang modal yang digunakan sebagai input untuk produksi ekspor juga turun.

Kinerja pertumbuhan Indonesia tetap kuat dalam menghadapi pelemahan ekonomi global tetapi, dengan risiko tetap tinggi, ketahanan ekonomi terhadap goncangan di masa depan dapat lebih diperkuat dengan terus fokus pada kesiagaan krisis, pada perbaikan iklim investasi, dan peningkatan kualitas belanja publik

Proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun 2012 adalah 6,1 persen (naik 0,1 poin persentase dari proyeksi Triwulanan edisi Juli, karena pertumbuhan yang kuat terlihat pada paruh pertama tahun 2012) dan 6,3 persen pertumbuhan PDB pada 2013.

Risiko terhadap outlook tetap tinggi akibat ketidakpastian internasional yang sedang berlangsung, termasuk tingkat dan dampak dari perlambatan ekonomi China, resesi yang sedang berlangsung di Kawasan Eropa, dan tantangan fiskal Amerika Serikat. Jika resiko-resiko ini meningkat, tingkat pertumbuhan Indonesia bisa menjadi jauh lebih lambat

Mengingat risiko yang tetap ada dan peningkatan ketidakpastian global, Indonesia dan negara berkembang lainnya perlu mempersiapkan kemungkinan perlemahan ekonomi yang lebih lanjut dan kondisi pasar keuangan yang rapuh. Indonesia harus terus membangun kemajuan sudah dicapai dalam membuat ekonomi lebih tahan terhadap guncangan, dan mengangkat laju pertumbuhan berkelanjutan. Meningkatkan kualitas belanja menjadi sangat penting, dengan subsidi energi masih cukup besar terhadap pengeluaran pemerintah. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian global dan sentimen investor yang rapuh, mempertahankan kerangka kebijakan reformasi yang konsisten juga akan menjadi penting, terutama dalam menghadapi pemilu 2014 yang sudah mendekati.

Penerima Nobel Laureate in Economics pada 2011, Prof Thomas J Sargeant menilai dalam dua tahun terakhir ini ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan signifikan. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Tanah Air tumbuh lebih baik dari pada Amerika Serikat (AS). Thomas mengungkapkan, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi enam persen per tahun Indonesia tentu tumbuh lebih subur ketimbang AS, yang pertumbuhan hanya di kisaran satu hingga dua persen.

Sebelumnya, Internasional Monetery Fund (IMF) menilai kinerja ekonomi Indonesia menunjukkan perkembangan yang mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. IMF menilai kerangka kebijakan dalam beberapa dekade terakhir telah membawa Indonesia dalam posisi ekonomi yang kuat, semenjak krisis di 2007.

Melansir laporan yang diterbitkan IMF, inisiatif kebijakan utama makroekonomi beberapa

Page 14: Isi Makalah

dekade terakhir ini telah menerapkan disiplin fiskal serta penerapan target inflasi dan kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel.

Hasilnya Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata 5,5 persen selama 2002-2011, inflasi jangka menengah juga telah turun tajam, dan utang telah turun dari sekira 76 persen dari PDB pada 2001 menjadi di bawah 25 persen.

"Kerangka kebijakan yang kuat memastikan bahwa Indonesia keluar dari krisis keuangan global 2008 serta melewati masalah euro, jauh lebih baik daripada negara-negara Asia," ujar laporan tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia pada kuartal III/2012 tumbuh 6,17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan,  Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada triwulan III-2012 meningkat sebesar 3,21 persen terhadap triwulan II-2012 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pertanian 6,15 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian yaitu 0,11 persen.

“Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y), PDB Indonesia triwulan III-2012 ini tumbuh sebesar 6,17 persen. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga triwulan III-2012 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 (c-to-c) mencapai 6,29 persen,” kata Suryamin, Kepala BPS, dalam jumpa pers di kantornya, Senin (5/11) siang.

Sepanjang kuartal III/2012 terbentuk Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan senilai Rp671,5 triliun dan atas dasar harga berlaku Rp2.122,8 triliun. Secara kumulatif Januari-September 2012 terbentuk PDB sebesar Rp6.151,6 triliun.

Jika dibandingkan dengan kuartal III/2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,48%, konstruksi 7,98%, dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan 7,41%.

Berdasarkan data BPS, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) sepanjang Juli-September 2012 didominasi oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tumbuh 6,15%, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 4,20%, dan sektor industri pengolahan tumbuh 3,99%.

Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,17% (dari tahun lalu) didorong oleh pengeluaran rumah tangga yang tumbuh 5,68%, pengeluaran konsumsi pemerintah -3,22%, pembentukan modal tetap bruto 10,022%, ekspor -2,78%, dan impor -0,54%

Menurut Suryamin, seluruh sektor perekonomian Indonesia pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q),

Page 15: Isi Makalah

pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor pertanian sebesar 6,15 persen, terutama karena terjadinya pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektor perkebunan sebesar 23,43 persen.

“Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 4,20 persen, sektor industri pengolahan tumbuh 3,99 persen, sektor konstruksi tumbuh 3,97 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan tumbuh 2,21 persen,” papar Suryamin.

Sementara sektor jasa-jasa tumbuh 1,81 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh 1,79 persen, dan sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 1,04 persen, selanjutnya sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 0,11 persen.

PDB Pengeluaran

Kepala BPS Suryamin menambahkan,  besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan III-2012 Rp2.122,8 triliun sehingga kumulatif triwulan ke III-2012 mencapai Rp6.151,6 triliun. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan PDB triwulan III-2012 terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q) didorong oleh kenaikan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 2,94 persen dan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,71 persen.

Komponen-komponen lainnya yang mengalami penurunan adalah  komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun 0,07 persen, komponen ekspor barang dan jasa turun  0,21 persen, dan komponen impor barang dan jasa turun 8,36 persen.

Suryamin menambahkan, pertumbuhan PDB pengeluaran triwulan III-2012 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) ditopang oleh kenaikan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,02 persen dan Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,68 persen.

Sedangkan komponen-komponen lainnya mengalami penurunan, seperti komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun 3,22 persen, komponen ekspor barang dan jasa turun 2,78 persen, dan komponen impor barang dan jasa turun 0,54 persen.

Pertumbuhan PDB pengeluaran sampai dengan triwulan III-2012 dibandingkan periode yang sama tahun 2011 (c-to-c) didorong oleh kenaikan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 10,77 persen dan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,29 persen. Komponen lainnya seperti komponen pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami kenaikan s2,93 persen, komponen ekspor barang dan jasa naik 2,21 persen dan komponen impor barang dan jasa naik 6,04 persen.

Menurut Suryamin, struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III-2012 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 57,52 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 23,83 persen, Pulau Kalimantan 9,26 persen, Pulau Sulawesi 4,75 persen, dan sisanya 4,64 persen di pulau-pulau lainnya.

Page 16: Isi Makalah

Ekonomi Indonesia 2012 Tetap Kuat di tengah Ketidakpastian GlobalOleh : DESK INFORMASI- Dibaca: 219 kali

Berita resmi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia triwulan III -2012 tumbuh solid 6,17 persen (y.o.y). Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6 persen ini melanjutkan kinerja positif triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut – turut sebesar 6,3 persen dan 6,4 persen. Secara triwulanan, perekonomian pada triwulan III juga tumbuh sebesar 3,21 persen dibanding triwulan sebelumnya. Dengan kinerja pertumbuhan yang relatif stabil ini, kalangan ekonom memprediksi ekonomi Indonesia tahun 2012 akan tumbuh pada kisaran 6,2-6,3 persen. Meski sedikit di bawah target APBN 2012 sebesar 6,5 persen, capaian pertumbuhan pada kisaran 6,3 persen merupakan sebuah prestasi yang patut diapresiasi karena dicapai pada saat perekonomian global mengalami perlambatan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah perlambatan ekonomi global didorong oleh tingginya permintaan domestik yang berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara itu, pada triwulan III 2012 pengeluaran pemerintah yang juga merupakan komponen pendukung pertumbuhan ekonomi, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Senada dengan pengeluaran Pemerintah, kinerja ekspor impor juga mengalami penurunan sebagai akibat perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan utama ekspor.

Pada triwulan III-2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,3 persen (q.t.q) dibanding triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011, pengeluran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,68 persen (y.o.y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini diprediksi akan berlanjut pada triwulan IV 2012 sebagai dampak dari adanya siklus tahunan perayaan Hari Natal dan Tahun Baru yang secara historis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Komponen investasi langsung yang dicerminkan oleh PMTB juga tumbuh sebesar 2,94 persen (q.t.q) dan 10,02 persen (y.o.y). PMTB adalah semua barang modal baru yang digunakan atau dipakai sebagai alat dalam proses produksi dalam suatu negara. Membaiknya persepsi pasar, perbaikan daya beli masyarakat, dan stabilnya kondisi makro ekonomi diperkirakan akan melanjutkan pertumbuhan PMTB pada triwulan IV 2012 untuk berada pada kisaran 10 – 11 persen (y.o.y) seperti halnya triwulan III 2012. Apabila kecenderungan perbaikan pertumbuhan investasi ini dapat dipertahankan, maka investasi akan menjadi salah

Page 17: Isi Makalah

satu komponen utama pendorong pertumbuhan ekonomi 2012, menggantikan kinerja ekspor yang saat ini mengalami perlambatan.  

Prediksi tersebut didasarkan atas perkembangan positif data-data terkait investasi, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Dari sisi kuantitas, kinerja penanaman modal langsung yang di-release oleh BKPM menunjukkan angka yang menggembirakan. Pada triwulan III, realisasi penanaman modal langsung mencapai Rp. 81,8 triliun, meningkat 6,4 persen dibanding triwulan II 2012, dan meningkat sebesar 25,1 persen dibandingkan triwulan I 2011. Secara kumulatif realisasi investasi pada Januari–September 2012 mencapai Rp. 229,9 triliun, meningkat 27,0 persen dari Januari–September 2011 sebesar Rp. 181,0 triliun. Ini berarti realisasi investasi sampai dengan September 2012 telah mencapai 81,09 persen dari target tahun 2012 sebesar Rp 283,5 triliun. Dengan situasi makro ekonomi yang relative stabil, target investasi 2012 diperkirakan akan terlewati.

Peningkatan aliran investasi ini juga dibarengi dengan perbaikan kualitas investasi dalam hal peralihan investasi pada sektor-sektor bernilai tambah tinggi, serta penyebaran lokasi investasi. Aliran investasi secara bertahap telah mengalami pergeseran dari investasi pada sumber daya alam seperti pertambangan, beralih pada industri manufaktur seperti kimia dasar, barang kimia dan investasi. Dari sisi lokasi, aliran investasi secara bertahap bergerak ke berbagai lokasi proyek di luar Jawa sesuai dengan Program Pemerintah melalui MP3EI yang mendorong pembangunan kawasan dan infrastruktur pendukung pada koridor-koridor di luar koridor Jawa.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi ini tidak dibarengi oleh komponen ekspor – impor, Perlambatan ekonomin global khususnya di negara-negara tujuan utama ekspor nasional mengakibatkan kinerja ekspor barang dan jasa mengalami penurunan sebesar 0,19 persen (q.t.q) dibanding triwulan III-2012, atau turun 2,78 persen (y.o.y) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini utamanya dipicu oleh melemahnya permintaan China sebagai negara terbesar penyerap ekspor Indonesia. Selain itu, ekspor non migas pada triwulan triwulan III-2012 hanya tumbuh 0,70 persen (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2011 yang mencapai 60,12 persen (y.o.y).

Kinerja ekspor triwulan IV 2012 diperkirakan akan mengalami perbaikan meski masih dibayangi ketidakpastian kondisi perekonomian global. Hal ini dilandasi oleh adanya indikasi membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama, khususnya China, yang tercermin dari perbaikan tiga indikator ekonomi yaitu pertumbuhan produksi industri dari 8,9 persen menjadi 9,2 persen, Investasi aktiva tetap dari 20,2 persen menjadi 20,5 persen dan penjualan ritel naik dari 13,2 persen menjadi 14,2 persen.

Komponen pertumbuhan yang juga mengalami penurunan adalah pengeluaran pemerintah yang turun sebesar 0,07 persen (q.t.q), atau turun 3,22 persen (y.o.y) dibanding tahun sebelumnya. Namun, komponen ini diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV 2012 mengingat pada tahun – tahun sebelumnya pengeluaran pemerintah selalu meningkat pada akhir tahun. Realisasi pengeluaran belanja pemerintah khususnya yang berasal dari pengeluaran belanja pegawai dan belanja barang pemerintah sipil akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mendukung pembentukan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2012.    

Perkembangan komponen-komponen pertumbuhan meliputi konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan kinerja ekspor memberikan landasan yang cukup solid bagi

Page 18: Isi Makalah

Perekonomian Indonesia untuk tumbuh pada kisaran 6 persen meski saat ini kondisi perekonomian global tengah mengalami perlambatan, khususnya di kawasan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dalam World Economic Outlook (WEO) yang dirilis Oktober 2012, IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi global sehingga untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai 3,3 persen, sedangkan perekonomian Amerika Serikat (AS) diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,2 persen, dan pertumbuhan China melambat menjadi hanya 7,8 persen. Laporan tersebut senada dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen Jiabao yang memprediksi ekonomi China hanya akan tumbuh 7,5 persen pada 2012.

Perkembangan kondisi global dan terjaganya komponen-komponen pertumbuhan menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat dalam percaturan ekonomi global. Dalam konteks regional kawasan Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi dibanding negara lain dalam kelompok ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam) yang diprediksi hanya tumbuh 5,4 persen. Dalam kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah China, dan bahkan mampu melampaui India.

Pencapaian positif ini sudah selayaknya untuk diapresiasi tanpa harus terlena berpuas diri. Kondisi perekonomian global yang belum pulih dan adanya kemungkinan perluasan intensitas dan skala krisis membuat kita semua harus tetap waspada dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan yang ada. Tetap menjaga kestabilan dan kekuatan fundamental ekonomi melalui peningkatan iklim investasi dengan pembangunan infrastruktur dan pembenahan jalur birokrasi investasi, serta peningkatan kualitas belanja pemerintah menjadi beberapa agenda kebijakan pokok yang harus dijalankan untuk menjaga dan meningkatkan trend serta kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dan 2013. (DDW/Asdep Bidang Ekonomi Makro, Keuangan dan Ketahanan Pangan Deputi Bidang Perekonomian) 

 

Share