Isi Makalah
-
Upload
yolamba-ervina -
Category
Documents
-
view
32 -
download
3
Transcript of Isi Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi di era globalisasi ini
semakin menuntut masyarakat konsumtif untuk menjadi korban teknologi
yang terus berevolusi.Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya limbah
industri yang dihasilkan dari proses produksi. Keadaan tersebut sampai saat
ini belum bisa dihindari dan hanya bisadikendalikan. Berbagai perusahaan
swasta bahkan menghasilkan limbah B3 yang jika tidak diolah dan ditangani
dengan baik dapat membahayakan manusia, hewan dan juga lingkungan.
Banyak industri yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun
(B3) dalam prosesnya. Keberadaan B3 di tempat kerja mengandung potensi
bahaya, terutama bagi tenaga kerja yang menanganinya. Untuk
meminimalkan risiko ini, setiap personil yang menangani B3 perlu dibekali
dengan pemahaman tentang B3 dan tata laksana yang benar. Bahan
Berbahaya dan Beracun atau B3 adalah semua bahan/ senyawa baik padat,
cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan
manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the
United State Government) Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat berpotensi menyebabkan
gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Dari kata sifat dan kosentrasinya sudah dapat kita simpulkan bahwa bahan
berbahaya dan beracun merupakan bahan kimia, baik bahan kimia organik
maupun anorganik.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang gambaran umum B3.
2. Mengetahui karakteristik B3.
3.
C. Ruang Lingkup
D.
E. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03
TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN LABEL
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Analisis :
Definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the
United State Government) Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan yang
karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat berpotensi menyebabkan
gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Dari kata sifat dan kosentrasinya sudah dapat kita simpulkan bahwa bahan
berbahaya dan beracun merupakan bahan kimia, baik bahan kimia organik
maupun anorganik. Beracun artinya dapat membunuh manusia atau makhluk
lain bila takarannya melebihi ukuran yang disyaratkan. Sedangkan berbahaya
masuk tubuh belum tentu beracun tapi juga dapat merusakkan tubuh. Bahan
Berbahaya dan Beracun ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relative
sedikit tetapi mempunayi potensi untuk mencemarkan atau merusak
lingkungan dan sumber daya.
3
2. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
Analisis :
a. Symbol
Bentuk dasar, ukuran dan bahan
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45
derajat sehingga membentuk belah ketupat berwarna dasar putih dan garis
tepi belah ketupat tebal berwarna merah (lihat gambar A). Simbol yang
dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan. Sedangkan
simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat penyimpanan kemasan B3
minimal berukuran 25 cm x 25 cm.
Gambar : Bentuk Dasar Simbol
Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan
bahan kimia yang akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di
kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorenscence).
b. Jenis simbol B3
Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang
terdiri dari 10 (sepuluh) jenis simbol, yaitu:
No Simbol Keterangan
1 B3 Mudah Meledak
Contoh : Sulphur Powder
4
2
mudah menyala
Contoh : Bensin
3
B3 Pengoksidasi
Contoh : Kaporit
4
B3 Karsinogenik, Mutagenik & Teratogenik
Contoh : Formaline
5
B3 Beracun
Contoh : Pestisida
5
6
B3 Korosif
Contoh : Asam Sulphat
7 B3 Gas Bertekanan
Contoh : LPG
8
B3 Berbahaya Bagi Lingkungan
Contoh : Pelumas
9
B3 Iritan
Contoh : Asam Format
6
10 B3 Harmful (berbahaya)
Depkes RI melalui keputusan Menkes No. 453/Menkes/Per/XI/1983 telah
memberi arahan mengenai bahan berbahaya beracun dan pengelolaannya,
yang dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi, yaitu :
Klasifikasi I Meliputi :
1) Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak
langsung, karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
2) Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut
diduga menimbulkan bahaya.
Klasifikasi II Meliputi :
3) Bahan radiasi;
4) Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
5) Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan
LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi
kulit atau selaput lendir;
6) Bahan etilogik/biomedik;
7) Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
8) Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 35 oC;
9) Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
7
Klasifikasi III Meliputi :
10) Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak
mudah meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
11) Bahan beracun dengan LD 50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara
tetapi tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
12) Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi,
luka dan nyeri;
13) Gas atau cairan atau campurannya dengan bahan padat yang bertitik
nyala 35 oC sampai 60 oC;
14) Bahan pengoksidasi organik;
15) Bahan pengoksidasi kuat;
16) Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan
mutagenik;
17) Alat atau barang-barang elektronika yang menimbulkan radiasi atau
bahaya lainnya.
Klasifikasi IV Meliputi :
18) Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
19) Bahan pengoksid sedang;
20) Bahan korosif sedang dan lemah;
21) Bahan yang mudah terbakar.
3. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3.
Analisis :
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain
klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan Label B3 tersebut dilakukan dalam
8
kegiatan pengemasan B3. Label berfungsi untuk memberikan informasi
tentang produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah
terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari
kemasannya.
Bentuk, warna dan ukuran; Label B3 berbentuk persegi panjang
dengan ukuran disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran
perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan
tulisan serta garis tepi berwarna hitam.
4. Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan
dilengkapi penutup.
Analisis :
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun
2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun Pengemasan B3
adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu
wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya;
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat
bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke
9
lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan
pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan
karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan
bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat
dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan
limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak,
kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat
menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari
dalam atau dari luar kemasan.
Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila
terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi
kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu,
kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak
berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus
dilengkapi dengan head shieldspada kemasannya sebagai pelindung dan
tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat.
5. Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam bentuk lain
yang digunakan untuk menyimpan kemasan B3.
Analisis :
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah
pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di
unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok
dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan
harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel.
Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak
bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan
maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung
dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem
penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan
10
bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas
untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang
tahan api dan korosi.
Pasal 2
1. Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan klasifikasinya dan
label sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
Analisis :
Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila
terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi
kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Pemberian
simbol sesuai dengan klasifikasinya dan label sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya diperuntukan agar petugas atau siapapun dapat member
perlakuan yang benar pada saat pengankutan B3, contoh Limbah gas yang
mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya
sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan
suhu yang cepat.
Pengemasan setiap jenis B3 harus disesuaikan dengan sifat
senyawanya. Pengemasan yang baik mempunyai kriteria:
a. Bahan tersebut selama pengangkutan tidak terlepas ke luar
b. Keefektifannya tidak berkurang
c. Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
Ketentuan tentang pengemasan dan pewadahan limbah B3 diatur
dalam Kep. No.01/Bapedal/09/1995. Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi
kegiatan pengemasan dan pewadahan limbah B3 di fasilitas:
a. Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;
11
b. Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak
sebagai pengumpul;
c. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah;
d. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan;
2. Klasifikasi B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat:
a. mudah meledak (explosive);
limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
b. pengoksidasi (oxidizing);
suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api
ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahanbahan yang
sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak
dengan udara pada temperature ambient. Padatan yang mudah terbakar
karena kontak dengan sumber nyala api. Gas yang mudah terbakar pada
suhu dan tekanan normal. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar
dalam jumlah yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau
sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu.
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun ( highly toxic);
h. beracun (toxic);
12
adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
i. berbahaya (harmful);
suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
j. iritasi (irritant);
Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau
terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi
atau peradangan;
k. korosif (corrosive);
adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan
baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment);
adalah limbah yang menyebabkan kerusakan lingkungan terutama hewan
air misalnya pestisida dan sebagainya.
m. karsinogenik (carcinogenic);
limbah yang dapat menyebabkan timbulnya sel-sel kanker.
n. teratogenik (teratogenic);
limbah yang dapat mengakibatkan kerusakan janin.
o. mutagenic (mutagenic);
limbah yang dapat menyebabkan kerusakan struktur genetika.
p. bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas).
bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat
meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.
13
3. Jenis B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan nama dagang
dan/atau bahan kimia dari B3 tersebut.
Pasal 3
Setiap tempat penyimpanan kemasan dan alat pengangkutan B3 wajib diberi simbol
B3.
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut
termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya.
Pasal 4
(1) Tata cara pemberian simbol dan label B3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri ini.
(2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
14
Kaitan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008
Tentang Tata Cara Pemberian Simbol Dan Label Bahan Berbahaya Dan Beracun
dengan Tugas Seorang Sanitarian :
a. Seorang sanitarian harus mengetahui identifikasi yang digunakan untuk
penandaan B3 yaitu yang terdiri dari dua jenis antara lain symbol dan label
b. Dengan adanya symbol dan label memudahkan seorang sanitarian untuk
mengklasifikasikan limbah B3
c. Mudah dalam penanganannya
d. Meminimalisir pemicu kecelakaan kerja akibat B3
e. Mengetahui kegunaan dan efek yang ditimbulkan oleh limbah B3
f. Agar tidak terjadi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah B3 yang tidak
sesuai aturan
g. Selalu mengkondisikan aman bagi penggunanya
h. Menginformasikan hal yang penting dalam pengelolaannya melalui label dan
symbol
i. Agar seorang sanitarian dapat mengelola limbah B3 dengan baik yang
mencakup kegiatan menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
menggunakan dan / atau membuang B3
15
j. Agar seorang sanitarian mengetahui baku mutu dari pengelolaan limbah B3
Kenyataan di Indonesia
PT. Indofarma Tbk Bekasi yang merupakan salah satu industri farmasi di
Indonesia merupakan industry yang memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan.
Industri ini merupakan penghasil sediaan variasi obat. Limbah yang dihasilkan
bersifat toksik maupun non toksik dan berpotensi mencemari lingkungan apabila
tidak dikelola dengan baik. Limbah padat terutama yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun memerlukan pengelolaan secara khusus dan sistematis agar
tidak lagi berbahaya dan dapat menghasilkan hasil yang optimal bagi semua pihak
yang terkait.
Pemanfaatan yang dilakukan PT. Indofarma Tbk adalah dengan jalan menjual
kemasan sekunder bahan baku seperti drum kemasan bahan baku dan juga plastik
serta aluminium foil yang telah mengalami pembersihan kepada pihak ketiga melalui
KOPAMA (Koperasi Pegawai Indofarma).
Aspek penyimpanan sementara berdasar regulasi Kep.01/Bapedal/09/1995.
1. Pengemasan limbah B3 secara garis besar telah sesuai dengan
regulasi. Tetapi ada temuan yang menyatakan bahwa symbol tidak
ditemukan pada pengemasan limbah. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan oleh kelalaian petugas dan juga faktor cuaca.
16
2. Bangunan penyimpanan telah memenuhi syarat regulasi.
Pelabelan dan simbol limbah B3 di PT. Indofarma Tbk telah memenuhi
regulasi yang berlaku berdasarkan Kep. 05/Bapedal/09/1995. Hanya saja pada aspek
pemasangan symbol masih terdapat kekeliruan karena label dipasang di bawah
simbol, padahal seharusnya label dipasang di sebelah atas simbol.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
17