Isi Makalah 19
-
Upload
frandy-huang -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
Transcript of Isi Makalah 19
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem yang secara umum berperan mengedarkan
darah ke seluruh tubuh, sekaligus membawa oksigen dan zat gizi ke semua jaringan tubuh
serta mengangkut semua zat buangan. Sistem ini melibatkan jantung, pembuluh darah dan
darah. Jantung adalah organ berongga dan berotot yang memompa semua darah, sebanyak
lebih kurang lima liter ke seluruh tubuh sekitar satu putaran per menit atau lebih cepat di saat
berolahraga. Darah mengalir melalui jaringan pembuluh yang mencapai semua bagian tubuh.
Arteri membawa darah dari jantung ke pembuluh-pembuluh yang lebih kecil, lalu ke kapiler-
kapiler, dan kemudian berbalik memasuki jaringan vena, yang membawa darah kembali ke
jantung.
Hormon Tiroid mempunyai banyak efek pada proses metabolic di semua jaringan,
terutama di jantung yang paling sensitive terhadap perubahannya. Gangguan fungsi kelenjar
tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatic terhadap sistem kardiovaskular, sering kali
menyerupai penyakit jantung primer. Pengaruh hromon tiroid pada jantung digolongkan
menjadi 3 kategori, efek terhadap jantung langsung, efek hormone tiroid pada sistem saraf
simpatis dan efek sekunder terhadap perubahan hemodinamik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana anamnesis pasien dengan gejala jantung tiroid ?
1.2.2 Bagaimana Pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.3 Apakah working diagnosis pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.4 Apakah differential diagnosis pasien dengan gejala jantung tiroid
1.2.5 Bagaimana etiologi pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.6 Bagaimana Epidemologi Dari penyakit jantung tiroid?
1.2.7 Bagaimana patogenesis pasien dengan gejala jantung tiroid?
1
1.2.8 Bagaimana manifestasi klinik pasien dengan jantung tiroid?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.10 Apa komplikasi dari pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.11 Bagaimana prognosis dari pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.2.12 Bagaimana cara mencegah kejadian pasien dengan gejala jantung tiroid?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui anamnesis dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.3 Untuk mengetahui working diagnosis dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.4 Untuk mengetahui differential diagnosis dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.5 Untuk mengetahui etiologi dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.6 Untuk mengetahui epidemologi dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.7 Untuk mengetahui patofisiologi dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.8 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.10 Untuk mengetahui komplikasi dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.11 Untuk mengetahui prognosis dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.3.12 Untuk mengetahui cara pencegahan dari pasien dengan gejala jantung tiroid.
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i Universitas Kristen Krida Wacana.
1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan.
2
BAB II
Isi
2.1 Anamnesis Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Penyakit yang mengenai sistem kardiovaskular bisa timbul dengan berbagai keluhan:
Nyeri dada
Sesak napas
Edema
Palpitasi
Sinkop
Kelelahan
Stroke
Penyakit vaskular perifer
Sesak napas
Sesak napas akibat penyakit jantung paling umum disebabkan oleh edema paru. Rasa sesak lebih
jelas saat berbaring mendatar (ortopnea) atau bisa timbul tiba-tuba di malam hari (PND) atau
timbul dengan aktivitas ringan. Sesak napas bisa disertai dengan batuk dan mengi, dan jika
sangat berat, disertai sputum merah muda berbusa.
Palpitasi
Mungkin terdapat sensasi denyut jantung cepat atau berdebar. Tentuka provokasi, onset, durasi,
kecepatan dan irama denyut jantung, serta frekuensi episode palpitasi. Apakah episode tersebut
disertai nyeri dada, sinkop dan sesak napas?
3
Benjolan
Dimana letak benjolan? Bagaimana benjolan mulai diperhatikan (timbul tiba-tiba, nyeri, gatal,
berdarah, perubahan pigmentasi dan sebagainya)?
Apakah membesar? Apakah menimbulkan gejala lokal?
Adakah gejala lain ( misalnya penurunan berat badan, malaise, atau perubahan kebiasaan buang
air besar)?
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua
atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa
dan agama.
Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan.
Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat.
Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan
antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
Tanyakan faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik, misalnya merokok,
hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, IHD sebelumnya, penyakit serebrovaskular
atau penyakit vaskular perifer.
Tanyakan riwayat demam reuma
Tanyakan pengobatan gigi yang baru dilakukan (endokarditis infektif)
Adakah murmur jantung yang telah diketahui?
Adakah penyalahgunaan obat intravena?
4
Riwayat keluarga – penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial
atau penyakit infeksi.
Akakah riwayat IHD, hiperlipidemia, kematian mendadak, kardiomiopati atau
penyakit jantung kongenital dalam keluarga?
Riwayat sosial – meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan.
Apakah pasien merokok atau pernah merokok?
Bagaimana konsumsi alkohol pasien?
Apakah pekerjaan pasien?
Bagaimana kemampuan olahraga pasien?
Adakah keterbatasan gaya hidup akibat penyakit?
Obat-obatan – tanyakan obat-batan untuk penyakit jantung dan obat yang memiliki efek
samping ke jantung.
2.2 Pemeriksaan Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
A. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
Tekanan darah, temperatur, frekuensi nadi dan frekuensi napas menentukan tingkat
keparahan penyakit. Seorang pasien sesak dengan tanda-tanda vital normal biasanya
hanya menderita penyakit kronik atau ringan, sementara pasien yang memperlihatkan
adanya perubahan nyata pada tanda-tanda vital biasanya menderita gangguan akut yang
memerlukan evaluasi dan pengobatan segera.
5
2. Pemeriksaan jantung :
Inspeksi
Palpasi :
- Pembesaran jantung
- Memeriksa pulsasi jantung, umumnya terdapat takikardi, serta dapat juga
memeriksa pulsasi kapiler pada ujung jari
Perkusi
Auskultasi :
- Dapat diketemukan bising jantung, terutama bising sistolik, maupun gangguan
irama jantung lainnya
3. Pemeriksaan tiroid
Tiroid melekat erat pada trakea anterior, dipertengahan anatra cekungan stenum dan
kartilago tiroid; biasanya mudah dilihat dan diraba. Pasien harus diberikan segelas air
agar dapat menelan dengan nyaman. Ada tiga langkah pemeriksaan :
a. Dengan penerangan baik yang datang dari belakang pemeriksa, pasien disuruh menelan
seteguk air. Perhatikan saat naik dan turun. Pembesaran dan penonjolan (nodul) biasanya
dapat dilihat.
b. Raba kelenjar dari anterior. Secara lembut tekan dengan jempol satu sisi kelenjar untuk
memutar lobus lain kedepan dan raba saat pasien menelan.
c. Raba kelenjar dari belakang pasien dengan tiga jari tengah masing-masing lobus
sementara pasien menelan.
Suatu gambaran kelenjar dapat diketahui pada kulit leher dan diukur. Nodul-nodul dapat
diukur dengan cara yang sama. Jadi, perubahan-perubahan ukuran pada kelenjar atau pada
nodul-nodul dapat diikuti.
Pada pemeriksaan fisik, bagian bulbus masing-masing lobus yang teraba dari kelenjar tiroid
normal berukuran kira-kira 2cm pada dimensi vertical dan kira-kira 1cm pada dimensi
horizontal di atas ismus.1
6
B. Pemeriksaan Penunjang
Lab :
1.Pemeriksaan enzim jantung
2.Pemeriksaan enzim thyroid (T3,T4,TSH) dan Indeks tiroksin bebas
Radiologi :
Foto Thoraks : cek pembesaran aorta (ascenden dan descenden), dan kardiomegali.2
Tes Fungsi Hormon:
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi tiroid untuk
mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur
dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang
secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radioimunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada
pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan
autoimun (hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang diduga
memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan untuk mengukur
kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida. 3
7
. Sidikan (Scan) tiroid
Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif bernama technetium-99m dan
yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah
suatu kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop
adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid
- Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak
nyeri, hampir tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini
dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi
kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah
intrepertasi oleh ahli sitologi.
Ekokardiografi
Pada ekokardiografi bisa ditemui hiperkontraksi dengan pengisian yang cepat, peningkatan masa
ventrikel kiri dan hipertrofi otot jantung
2.3 Working Diagnosis Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Penyakit jantung tiroid khususnya pada yang hipertiroid, adalah suatu penyakit jantung dengan
berbagai manifestasinya yang timbulnya akibat keadaan peningkatan kadar hormon tiroksin
bebas dalam sirkulasi darah.4
2.4 Differential Diagnosis Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Cardiomyopati
Cardiomyopati mengacu penyakit pada otot jantung, otot jantung menjadi membesar,
tebal, kaku sehingga kurang mampu memompa darah melalui tubuh dan
mempertahankan ritme listrik normal.4 Hal ini dapat menyebabkan gagal jantung atau
aritmia. Pada gilirannya, gagal jantung dapat menyebabkan cairan untuk membangun di
paru-paru, pergelangan kaki, kaki, kaki, atau perut. Gejalanya berupa sesak napas,
kelelahan, pembengkakan di pergelangan kaki, kaki, tungkai, dan perut. Terkadang,
pembengkakan dapat terjadi pada pembuluh darah leher. Tanda-tanda lain dapat
8
mencakup pusing, kepala terasa ringan, pingsan ketika melakukan aktivitas fisik, nyeri
dada, aritmia, dan terdapat murmur. Terdapat 4 jenis cardiomyopati yaitu:5
1. Dilated cardiomyopati
Mempengaruhi ventrikel jantung dan atrium. Penyakit ini sering dimulai di
ventrikel kiri, tempat utama jantung memompa. Otot jantung mulai membesar
(meregang dan menjadi lebih tipis). Hal ini menyebabkan ruangan bagian
dalam dapat membesar. Masalah sering menyebar ke ventrikel kanan dan
kemudian ke atrium sejalan penyakit semakin memburuk. Ketika ruang
membesar, otot jantung tidak berkontraksi secara normal. Juga, jantung tidak
dapat memompa darah dengan sangat baik. Seiring waktu, jantung menjadi
lemah dan gagal jantung dapat terjadi.
2. Hipertrophic cardiomyopati
Jenis cardiomyopati ini muncul ketika dinding ventrikel (biasanya ventrikel
kiri) menebal. Meskipun dinding menebal, ukuran ventrikel sering tetap
normal. Otot yang menebal membuat bagian dalam ventrikel kiri lebih kecil,
sehingga volume tampung darah berkurang. Dinding ventrikel juga dapat
menjadi kaku. Akibatnya, ventrikel kurang mampu untuk relaksasi dan
mengisi darah. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan darah di
ventrikel dan pembuluh darah dari paru-paru.
3. Restrictive cardiomyopati
Ventrikel menjadi kaku dan keras. Hal ini disebabkan jaringan abnormal,
seperti jaringan parut, menggantikan otot jantung yang normal. Akibatnya,
ventrikel normal tidak bisa rileks dan mengisi darah, dan atrium
membesar. Seiring waktu, aliran darah di jantung berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan masalah seperti gagal jantung atau aritmia.
4. Displasia ventrikel kanan arrhythmogenic (ARVD)
Terjadi ketika jaringan otot pada ventrikel kanan mati dan digantikan dengan
jaringan parut. Proses ini mengganggu sinyal-sinyal listrik jantung dan
menyebabkan aritmia. Gejala meliputi palpitasi dan pingsan setelah
melakukan aktivitas fisik.
9
Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium atau AF, gejala yang dialami oleh pasien dalam kasus ini merupakan
aritmia yang paling umum. Aritmia adalah sebuah masalah dengan kecepatan atau irama
denyut jantung. Sebuah gangguan pada sistem listrik jantung menyebabkan AF dan jenis
lain aritmia.
AF terjadi ketika cepat, sinyal-sinyal listrik tidak terorganisir dalam dua jantung bilik
atas, disebut atrium, menyebabkan mereka kontrak sangat cepat dan tidak teratur (ini
disebut fibrilasi). Akibatnya, darah kolam di atrium dan tidak dipompa sepenuhnya ke
dua bilik jantung lebih rendah, yang disebut ventrikel. Ketika ini terjadi, ruang jantung
bagian atas dan bawah tidak bekerja sama seperti seharusnya.6
Terdapat beberapa penyakit yang mempunyai gejala atrium fibrilasi yang sama,
antaranya adalah:
Penyakit Jantung yang berhubungan
dengan FA
Definisi Manifestasi klinis.
Penyakit arteri koroner
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung)
Dada terasa tak
enak(digambarkan sebagai
mati rasa, berat, atau
terbakar; dapat menjalar ke
pundak kiri, lengan, leher,
punggung, atau rahang)
Sesak napas
Berdebar-debar
Denyut jantung lebih cepat
Pusing
Mual
Kelemahan luar biasa
Penyakit katup Kelainan katup jantung disebabkan Demam, lesu, anoreksia.
10
jantung oleh demam reumatik (akibat Streptococcus hemoliticus grup A) dan non-reumatik.
Artralgia
Arthritis, karditis, korea,
eritema marginatum, nodul
subkutan.
Cardiomiopati Kelainan fungsi otot jantung dengan penyebab yang tidak diketahui dan bukan diakibatkan oleh penyakit arteri koroner, kelainan jantung bawaan (congenital), hipertensi atau penyakit katup. Ini adalah penyakit miokardium, atau otot jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal.
Gagal jantung kongestif
Dilatasi ventrikel kiri
Sinkop
Nyeri dada yang tidak khas
Emboli sistemik
Penyakit diluar
jantung yang
berhubungan
dengan FA
Definisi Manifestasi klinis
Hipertiroidisme Keadaan kelebihan hormone tiroid
yang beredar dalam sirkulasi
(hipertiroidisme) yang diakibatkan
oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Makan banyak, mudah haus,
muntah disfalgia, lelah
Rambut rontok, berkeringat,
kulit basah, onikolisis.
Tremor, aritmia, palpitasi,
gagal jantung, lifositosis,
anemia, splenomegali, leher
membesar
Osteoporosis, epifisis cepat
menutup
Hipertensi Peningkatan berkelanjutan BP Sakit kepala
11
sistemik sistolik istirahat (≥ 140 mm Hg),
tekanan darah diastolik (≥ 90 mm
Hg), atau keduanya. Hipertensi
dengan tidak diketahui penyebabnya
(primer; sebelumnya, hipertensi
esensial) adalah paling umum.
Hipertensi dengan penyebab
teridentifikasi (hipertensi sekunder)
biasanya karena gangguan ginjal.
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak napas
Gelisah
Denyut jantung meningkat
Pandangan kabur akibat
kerusakan otak, mata,
jantung dan ginjal.
Angina Pectoris Nyeri dada sementara atau suatu
perasaan tertekan yang terjadi jika
otot jantung mengalami kekurangan
oksigen.
Rasa nyeri retrosternal dan
menjalar hingga ke leher,
rahang, gigi, bahu, lengan
kiri, epigastrium dan juga
pada umbilicus dan
punggung tapi jarang
berlaku.
3 jenis yaitu stabil (pulih
apabila istirahat), tidak stabil
(tetap terjadi saat istirahat)
dan Prinzmetal’s angina
(tiba-tiba)
2.5 Etiologi Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Hipertiroid merupakan keadaan klinis akibat produksi T4, T3 atau keduanya. Penyebab
terbanyak adalah struma difusa toksik (penyakit Grave). Etiologinya belum diketahui, kelebihan
produksi T3 dan T4 diduga karena IgG autoantibody berikatan dengan reseptor tirotropin pada
kelenjar tiroid. Penyebab terbanyak kedua hipertiroid adalah struma nodosa toxic, suatu keadaan
dimana daerah yang terlokalisir pada kelenjar dan otonomi.6
2.6 Epidemologi Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
12
Penyakit jantung hipertiroid ini relatif sering mengenai 4-8 kali pada perempuan dibanding pria,
dengan insiden terbanyak pada dekade ke tiga atau ke empat.5,6
2.7 Patogenesis Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Hormon tiroid sangat mempengaruhi sistem kardiovaskular dengan beberapa mekanisme baik
secara langsung ataupun tak langsung. Pada keadaan hipotritoid maupun hipertiroid sangat
mempengaruhi kardiovaskular. Hormon tiroid meningkatkan metabolisme tubuh total dengan
konsumsi oksigen yang secara tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung. Mekanisme
secara pasti belum diketahui, hormon tiroid menyebabkan efek inotropik, kronotropik dan
dromotropik, yang mirip dengan efek stimulasi adrenergic ( takikardia, peningkatan kardiak
output). Hormone tiroid meningkatkan sistem myosin dan Na+,K+-ATPase, mirip seperti pada
reseptor β-adrenergik miokard.
Efek hemodinamik hipotiroid berlawan dengan hipertiroid, dengan manifestasi klinis yang lebih
kurang jelas.6
Tiroid mensekresikan 2 macam hormone biologis aktif yaitu tiroksin (T4) dan triiotironin (T3).
Banyak penelitian yang mendukung hipotesis bahwa T3 adalah mediator akhir dan T4 adalah
prohormonbal, terutama karena reseptor nucleus T3 dan bukan T4, pada jaringan berespons
terhadap hormon tiroid, terutama jantung. Efek hormone tiroid terhadap sel nuklear, terutama
dijembatani melalui perubahan penampilan gen yang responsif. Proses ini dimulai dengan difusi
dari T4 dan T3 melintasi membrane plasma karena mudah larut dalam lemak. Dalam sitoplasma,
T4 diubah menjadi T3 oleh 5-monodelodinase, konsentrasinya bervariasi dari jaringan ke
jaringan, merupakan hubungan yang tidak langsung respons jaringan terhadap hormone tiroid.
Tabel 1. Efek hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.
Pengaruh langsung Pengaruh tak langsung
13
Regulasi gen – gen spsesifik jantung Aktivitas adregenik meningkat
Regulasi ekspresi reseptor hormon tiroid Meningkatkan kerja jantung
Kontraktilitas otot jantung meningkat Hipertrofi jantung
Penurunan resistensi pembuluh darah perifer Curah jantung meningkat
Pengaruh langsung hormon tiroid terhadap kardiovaskular
Pengaruh langsung hormon tiroid pada umumnya akibat pengaruh T3 yang berikatan
dengan reseptor pada inti sel yang mengatur ekspresi dari gen – gen yang responsif terhadap
hormon tiroid, dengan kata lain bahwa perubahan fungsi jantung dimediasi oleh regulasi T3 gen
spesifik jantung. Terdapat dua jenis gen reseptor T3. Yaitu alfa dan beta, dengan paling sedikit
dua Mrna tiap gen, yaitu alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. T3 juga bekerja pada
ekstranuklear melalui peningkatan sintesis protein. Berikut ini penjelasan mengenai pengaruh
langsung hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.7
1. T3 mengatur gen – gen spesifik jantung
Pemberian T3 pada hewan meningkatkan kontraktilitas otot jantung melalui stimulasi
sintesis fast myosin heavy chain dan menghambat penampakan slow beta isoform. Pada
ventrikel jantung manusia, sebagian besar terdiri dari myosin heavy chain, sehingga T3
tidak mempengaruhi perubahan pada myosin. Peningkatan kontraktilitas pada manusia
sebagian besar merupakan hasil dari peningkatan ekspresi retikulum sarkoplasma Ca2+
ATPase, meskipun sebagian besar juga oleh beta isoform.
2. T3 mengatur ekspresi reseptor yang peka hormon tiroid (pada hewan percobaan)
14
T3 menyebabkan peningkatan retikulum sarkoplasma Ca2+ATPase dan penurunan kerja
Ca2+ATPase regulatory protein. T3 juga mengatur Na-K ATPase jantung, enzim malat,
faktor natriuretik atrial. Ca channels dan reseptor beta-adregenik.
3. Hormon tiroid meningkatkan kontraktilitas jantung
Hormon tiroid akan menstimulasi kerja jantung dengan mempengaruhi fungsi ventrikel,
melalui peningkatan fungsi dari retikulum sarkoplasma Ca-ATPase sehingga pada pasien
hipertiroid akan didapati jantung yang hipertrofi.
4. Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer
T3 mungkin mempengaruhi aliran natrium dan kalium pada sel otot polos sehingga
menyebabkan penurunan kontraktilitas otot polos dan tonus pembuluh darah arteriol.
Pengaruh tidak langsung hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular
Keadaan hipermetabolisme dan peningkatan produksi panas tubuh akibat pengaruh
hormon tiroid secara tidak langsung akan mempengaruhi sistem kardiovaskular dengan adanya
suatu kompensansi, antara lain:
1. Hormon tiroid meningkatkan aktivitas sistem simpatoadrenal
Pasien hipertiroid memiliki gejala klinik yang mirip keadaan hiperadrenergik, sebaliknya
hipotiroid menggambarkan keadaan berupa penurunan tonus simpatis. Pada hiprtiroid
terjadi peningkatan kadar atau afinitas beta-reseptor, inotropik respon isoprotrenol dan
norepinefrin. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa gormon tiroid berinteraksi dengan
katekolamin dimana pasien – pasien hipertiroid terdapat peningkatan sensitivitas terhadap
katekolamin. Hal ini terbukti dari kadar katekolamin pada pasien – pasien hipertiroid
justru menurun atau normal sedangkan pada pasien hipotiroid cenderung meningkat.
Hormon tiroid dapat meningkatkan jumlah reseptor beta adrenergik dan sensitivitasnya.
Hormon tiroid juga meningkatkan jumlah sub unit stimulasi pada guanosin triphosphate-
binding protein sehingga terjadi peningkatan reseptor adrenergik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pada pasien hipotiroid, reseptor beta-adrenergik berkurang jumlah
15
dan aktifitasnya, terlihat dari respon yang melambat dari plasma c-AMP terhadap
epinefrin. Respon c-AMP terhadap glukagon dan hormon paratiroid juga menurun,
dengan demikian tampak penurunan aktivitas adrenergik pada pasien hipotiroid. Pada rat
atria yang berasal dari hipotiroid binatang terjadi peningkatan reseptor alfa dan
penurunan reseptor beta. Tetapi sebenarnya pada manusia, peningkatan respon simpatis
akibat hormon tiroid masih sulit dibuktikan.
2. Kerja jantung meningkat
Peningkatan isi sekuncup dan denyut jantung meningkatkan curah jantung.
3. Hipertrofi otot jantung akibat kerja jantung yang meningkat
Pada model eksperimen pada hewan-hewan dengan hipertiroid dalam satu minggu
pemberian T4 terlihat pembesaran jantung pada ukuran ventrikel kiri lebih kurang 135%
dibanding kontrol. Hal ini mungkin karena hormon tiroid meningkatkan protein sintesis.
Untuk membuktikan hal ini, diberikan propanolol dengan T4 pada hewan percobaan,
dimana propanolol berperan mencegah peningkatan denyut jantung dan respon hipertrofi.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa hewan percobaan tanpa peningkatan hemodinamik,
tidak didapat hipertrofi jantung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hormon
tiroid tidak secara langsung menyebabkan penyatuan asam amino dan tidak ada efek yang
dapat diukur pada sintesis protein kontraktil otot jantung. Jadi, yang menyebabkan
hipertrofi adalah peningkatan kerja jantung itu sendiri.
4. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan peningkatan volume darah
Hormon tiroid menyebabkan penurunan resistensi pembuluh darah perifer. Beberapa
peneliti mengatakan bahwa hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme dan
konsumsi oksigen sehingga menyebabkan rendahnya resistensi vaskular sistemik
sehingga menurunkan tekanan diastolik darah yang mengakibatkan peningkatan curah
jantung.7,8,9
2.8 Manifestasi Klinik Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
16
Gejala yang sering ditemukan adalah :
hiperaktif, insomnia, kepanasan, sesak nafas, nafsu makan meningkat, berat badan turun,
nokturia, diare, oligomenorrhoea, kelemahan otot, tremor, emosi labil
hipertermia, kulit lembap dan hangat, kelopak mata turun, dan reflex halus.
Palpitasi, biasanya merupakan salah satu keluhan awal pasien untuk pergi berobat ke
dokter
Hipertensi sistolik
Kelelahan
Mempunyai dasar penyakit jantung yang sudah ada, angina atau gagal jantung.
Takikardia sinus ditemukan pada sekitar 40% pasien
Fibrilasi atrium pada sekitar 15% pasien
Prekordium hiperdinamik
Tekanan nadi melebar
Peningkatan intensitas bunyi jantung pertama dan komponen pulmonik pada bunyi
jantung kedua dan bunyi jantung ketiga
Berlaku prolaps katup mitral
Murmur midsistolik yang kedengaran jelas pada left sterna border
Kedengaran Means-Lerman scratch adalah suara sistolik yang kasar, terdengar pada
ruang interkostal kedua kiri selama ekspirasi, karena pergesekan pericardium
hiperdinamik pada pleura
Pada pasien lanjut dengan hipertiroidisme, yang disebut apathetic hypertiroidisme,
mungkin muncul hanya berupa manifestasi kardiovaskular tirotoksikosis (fibrilasi
atrium).10
2.9 Penatalaksanaan Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
a.Medikamentosa
a. Obat Antitiroid : Golongan Tionamid
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil dipasarkan
dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan nama metimazol dan
karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol yang isinya sama
dengan metimazol.
17
Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid. Mekanisme aksi intratiroid yang
utama ialah mencegah/mengurangi biosintesis hormon tiroid T-3 dan T-4, dengan cara
menghambat oksidasi dan organifikasi iodium, menghambat coupling iodotirosin, mengubah
struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin. Sedangkan mekanisme aksi
ekstratiroid yang utama ialah menghambat konversi T-4 menjadi T-3 di jaringan perifer (hanya
PTU, tidak pada metimazol). Atas dasar kemampuan menghambat konversi T-4 ke T-3 ini, PTU
lebih dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan penurunan segera hormon tiroid di
perifer. Sedangkan kelebihan metimazol adalah efek penghambatan biosintesis hormon lebih
panjang dibanding PTU, sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal.
Regimen umum terdiri dari pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg setiap 6 jam. Setelah
4-8 minggu, dosis dikurangi menjadi 50-200 mg , 1 atau 2 kali sehari.
Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4 (atau FT-3 bila terdapat T-3 toksikosis), karena
hormon-hormon itulah yang memberikan efek klinis, sementara kadar TSH akan tetap rendah,
kadang tetap tak terdeteksi, sampai beberapa bulan setelah keadaan eutiroid tercapai. Sedangkan
parameter klinis yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, kelenjar tiroid, dan
mata.11,12
b. Obat Golongan Penyekat Beta
Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat bermanfaat untuk
mengendalikan manifestasi klinis tirotoksikosis (hyperadrenergic state) seperti palpitasi, tremor,
cemas, dan intoleransi panas melalui blokadenya pada reseptor adrenergik. Di samping efek
antiadrenergik, obat penyekat beta ini juga dapat -meskipun sedikit- menurunkan kadar T-3
melalui penghambatannya terhadap konversi T-4 ke T-3. Dosis awal propranolol umumnya
berkisar 80 mg/hari.
Di samping propranolol, terdapat obat baru golongan penyekat beta dengan durasi kerja lebih
panjang, yaitu atenolol, metoprolol dan nadolol. Dosis awal atenolol dan metoprolol 50 mg/hari
dan nadolol 40 mg/hari mempunyai efek serupa dengan propranolol. Pada umumnya obat
penyekat beta ditoleransi dengan baik. Beberapa efek samping yang dapat terjadi antara lain
nausea, sakit kepala, insomnia, fatigue, dan depresi, dan yang lebih jarang terjadi ialah
kemerahan, demam, agranulositosis, dan trombositopenia. Obat golongan penyekat beta ini
dikontraindikasikan pada pasien asma dan gagal jantung, kecuali gagal jantung yang jelas
disebabkan oleh fibrilasi atrium. Obat ini juga dikontraindikasikan pada keadaan bradiaritmia,
18
fenomena Raynaud dan pada pasien yang sedang dalam terapi penghambat monoamin
oksidase.12,13
c. Obat-obatan Lain
Obat-obat seperti iodida inorganik, preparat iodinated radiographic contrast, potassium perklorat
dan litium karbonat, yang mempunyai efek menurunkan kadar hormon tiroid. Selain itu, obat-
obat golongan diuretic juga dapat digunakan karena obat tersebut dapat mengurangi beban
volume jantung dan mengatasi beban jantung. Obat-obat seperti antikoagulan juga
direkomendasikan untuk penyakit hipertiroid. Sedangkan pemberian digitalis masih
controversial, karena sifatnya yang kronotropik negative tapi inotropik positif. Diharapkan kerja
kronotropiknya negatifnya untuk mengatasi takikardi yang ada, tapi kerja inotropik positifnya
dapat menambah kerja jantung mengingat pada penyakit jantung hipertiroid ,hormone tiroid
justru bersifat kronotropik positif juga.6
b. Non medikamentosa
istirahat tirah baring (bed rest), diet jantung dengan tujuan untuk mengurangi beban jantung
dengan diet yang lunak, rendah garam dan kalori, serta mengurangi segala bentuk stresss baik
fisik maupun psikis yang dapat memperberat kerja jantungnya.6
2.10 Komplikasi Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
1) Hipertrofi jantung
Peningkatan sintesis protein kontraktil jantung sebagai akibat tidak langsung dari
hormone tiroid serta akibat peningkatan kerja jantung menyebabkan terjadinya hipertrofi
jantung.
2) Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan pembuluh darah
mengakomodasi peningkatan cardiac output dan stroke volume. Sebagian besar penderita
hipertiroid akan mengalami hipertensi
3) Angina pectoris
Beberapa mekanisme yang mungkin berperan terhadap terjadinya angina pectoris antara
lain adanya penyakit obstruksi arteri koroner yang menetap, peningkatan kebutuhan
19
oksigen dan iskemik. Emboli pada sirkulasi koroner dapat terjadi bila ada fibrilasi atrium,
thrombosis dan spasme arteri koroner. Angina pectoris pada penderita hipertiroid
biasanya muncul pada saat istirahat, berkembang dengan cepat dan membaik bila
hipertiroid teratasi denga terapi hipertiroid.
4) Superimposed hyperthyroid cardiomyopathy
Pada hipertriroid akan terjadi peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri saat istirahat
(LVEF), tetapi akan menurun secara bermaknsa pada latihan. Abnormalitas fungsi
ventrikel kiri selama latihan menunjukkan suatu kardiomiopati dilatasi reversible dan
merupakan akibat langsung dari kelebihan hormone tiroid serta tidak tergantung dari
aktifivas alfa adrenoreseptor. Hal ini terbukti dengan pemberian propanolo yang akna
menurunkan LVEF istirahat baik pada hiper maupun eutiroid, tetapi tidak berpengaruh
pada LVEF hipertiroid pada saat latihan.
5) Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi pada hipertiroid yang tidak terkontrol sebagai penanganan
fibrilasi atrium yang tidak terkontrol. Tetapi dapat juga berhubungan dengan
superimposed dilatation cardiomyopathy terutama saat latihan. Penderita mungkin juga
memiliki gejala gagal jantung high output sehubungan dengan peningkatan volume darah
dan total natrium tubuh dengan disfungsi ventrikel kiri.
2.11 Prognosis Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
Prognosis tergantung dari cepat lambatnya pemberian terapi, sebanyak 40% penderita
mengalami penyembuhan dan bebas keluhan, sebanyak 20% meninggal akibat dari payah
jantung.
2.12 Pencegahan Pasien dengan Gejala Jantung Tiroid
20
Pencegahan adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor
resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertiroidisme
adalah :
a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak
dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari
makanan
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan
terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang
diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan
endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35
tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis
sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan
dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-
0,8 cc.
BAB III
21
Penutup
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang
disepakati, yaitu “wanita 30 tahun diduga menderita tyroid hear disease.” Dapat diterima.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa terhadap anamnesis, pemeriksaan fisik ,
pemeriksaan penunjang, working diagnosis, differential diagnosis, etiologi , epidemologi,
patofisiologi, manifestasi klinik, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis , dan pencegahan pada
penyakit jantung tiroid.
22
Daftar Pustaka
1. Agnes Kartini, Lidya Mandera, Vivi Sadikin. Endokrinologi dasar dan klinik. Jakarta:
EGC;2007.h.200-13
2. Pradip RP. Lecturer notes radiologi. Edisi ke 2. Jakarta: Erlangga;2008.h.38-39.
3. Gilbey S. Endocrinology; Thyroid Function Test (TFT). Longmore M, Wilkinson I,
Turmezei T, Cheung CK. Oxford Handbook of Clinical Medicine. Seventh edition. New
York: Oxford University Press Inc; 2007.p.200-34.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.p.1933.
5. Preedy C, Delcher. The heart and endocrine disease, in the heart, arteries, and veins.
Sixth Edition. New York: Mc Graw-Hill Book Company; 2007.p.1412-1422.
6. Teirney LM, McPhee SJ, Papadokis MA. Current medical diagnosis and treatment. 44 th
ed. New York: Mc Grw-Hill; 2011.p.678-712.
7. Sherwood lauralee.fisiologi manusia,dari sel ke sistem.Edisi ke- 2.. Jakarta: EGC;
2001.p.207-13.
8. Guyton AC, Hall JE.Fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:EGC;2006.p.567-89.
9. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC;2008.p.56-78
10. Antono D., Kisyanto Y. Penyakit jantung tiroid. Kardiologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. 5th ed. Interna Publishing. Jakarta: 2009.
11. Purnamasari D, Subekti I. Hipertiroidisme. Penyakit tiroid. Evaluasi dan Tatalaksana di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam. Kedokteran Perioperatif. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2007.p.673-89.
12. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edidi ke 5. Jakarta:
FKUI;2007.h.210-46.
13. Hardman JG, Limbird LE. Dasar farmakologi terapi. Edisi ke 10.
Jakarta:EGC;2007.p.381-299.
23