Isi Laporan Study Kelayakan

196
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1843 oleh Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban manusia yang sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin meningkat untuk menunjang industri-industri dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih Besi, dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral cukup banyak adalah Pulau Sulawesi. Kabupaten Polewali Mandar (Polman) adalah salah satu kabupaten yang terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya berada di provinsi Sulawesi Barat dengan luas wilayah ± 2.022,30km 2 . Kabupaten Polewali Mandar juga termasuk memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup, termasuk Bijih Besi. Bijih Besi di Kabupaten Polman PT. ISCO Polman Resources 1

Transcript of Isi Laporan Study Kelayakan

Page 1: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1843 oleh

Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama dalam

perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban manusia yang

sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin meningkat untuk

menunjang industri-industri dunia.

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang

melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih

Besi, dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral

cukup banyak adalah Pulau Sulawesi.

Kabupaten Polewali Mandar (Polman) adalah salah satu kabupaten yang

terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya berada di provinsi Sulawesi Barat dengan

luas wilayah ± 2.022,30km2. Kabupaten Polewali Mandar juga termasuk

memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup, termasuk Bijih Besi.

Bijih Besi di Kabupaten Polman tersebar di beberapa daerah, salah satu

diantaranya adalah di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten

Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Berdasarkan SK Bupati No. 126 Tahun 2007 tentang Izin Kuasa

Pertambangan Eksplorasi PT. ISCO Polman Resources, perusahaan kami

melakukan penelitian keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dan

sekitarnya.

PT. ISCO Polman Resources 1

Page 2: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dinilai cukup ekonomis,

dengan kadar Bijih Besi yang memenuhi standar industri serta cadangan Bijih

Besi yang cukup. Perusahaan kami menilai bahwa kegiatan pertambangan di

Kabupaten Polewali Mandar khususnya Kecamatan Tapango dapat

dilaksanakan.

Untuk mendukung pelaksanaan pertambangan menuju tahap eksploitasi,

perusahaan telah melakukan studi kelayakan tambang. Studi kelayakan ini

mengkaji keadaan umum, morfologi, geologi, geoteknik dan hidrogeologi,

cadangan dan kualitas mineral Bijih Besi, desain tambang, transportasi,

lingkungan, K-3, organisasi kerja, pemasaran dan investasi, serta analisis

ekonomi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan kajian adalah untuk mengkaji nilai ekonomis serta layak atau tidaknya

rencana kegiatan penambangan mineral, baik dipandang dari aspek kualitas

dan kuantitas, metode penambangan, peralatan yang digunakan,

penimbunan, transportasi, fasilitas pengolahan, pemasaran, lingkungan dan

K-3, tenaga kerja, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan maupun

biaya investasi.

Hasil studi kelayakan dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan

untuk menyusun program-program dan prioritas kegiatan yang akan

dilakukan oleh pihak perusahaan. Di samping itu, hasil studi ini juga dapat

dijadikan sebagai salah satu alat dan panduan bagi pemerintah untuk menilai

dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

1.3 Ruang Lingkup dan Metode Studi

Kajian kelayakan yang dilakukan akan meliputi berbagai aspek yang

berkaitan dengan usaha peningkatan produksi mineral Bijih Besi pada wilayah

penambangan yang akan beroperasi. Adapun studi ini antara lain terdiri dari

hal-hal sebagai berikut:

PT. ISCO Polman Resources 2

Page 3: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1.3.1 Penilaian dan Pengkajian Data Yang Tersedia

Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:

1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan,

sarana transportasi dan tenaga kerja

2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan

3. Kondisi endapan mineral Bijih Besi yang meliputi kedudukan dan

penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya

1.3.2 Pengkajian Data Yang Diperoleh Dari Lapangan

Dalam rangka penambangan mineral Bijih Besi ini, maka diperlukan data

tambahan untuk mendukung teknis penambangan. Adapun data tambahan

yang diperlukan adalah data pengamatan lapangan secara langsung dan data

yang berkaitan dengan geologi teknik. Data ini beserta pengolahannya

diperlukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi hidrologi,

hidrogeologi dan kestabilan lereng. Untuk kegiatan penyelidikan geologi

teknik (geoteknik), pihak perusahaan telah melakukan pemboran dengan

kedalaman 130m.

Dari data sekunder yang telah tersedia dan tambahan data lapangan beserta

data geoteknik dan hidrogeologi, maka lingkup kajian akan meliputi:

a. Aspek penambangan yang mencakup tambang, metode, dan tahapan

penambangan, penimbunan mineral Bijih Besi, jumlah dan jenis peralatan

yang diperlukan, rencana dan jadwal produksi.

b. Aspek pengangkutan dan penimbunan mineral Bijih Besi atau tanah

buangan yang meliputi jarak angkut, kondisi jalan, serta lokasi dan

kapasitas tempat penimbunan.

c. Aspek pengolahan mineral Bijih Besi, kapasitas pengolahan, jumlah dan

jenis peralatan yang digunakan, pengangkutan lewat darat dan laut untuk

tujuan pemasaran, dan kondisi dermaga/pelabuhan untuk sarana

pemuatan mineral Bijih Besi.

PT. ISCO Polman Resources 3

Page 4: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1.3.3 Deskripsi Kegiatan

Dari uraian tersebut di atas, maka kegiatan pekerjaan kajian akan berbagai

kondisi kegiatan penambangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Geologi Tambang

1. Tujuan

Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi yang tersedia

baik yang lama maupun yang baru termasuk data bor sehingga dapat

digunakan untuk desain tambang.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Kajian topografi/morfologi

b. Stratigrafi

c. Struktur geologi

d. Pemetaan penyebaran mineral Bijih Besi

e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang terbuka

f. Kondisi pit

g. Cadangan mineral Bijih Besi

B. Geoteknik

1. Tujuan

Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan mekanik baik

batuan yang menyusun overburden, interburden dan batuan dasar maupun

lapisan mineral Bijih Besi. Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan

perancangan tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Pengujian geoteknik

Pengujian sifat fisik

Pengujian ultrasonik

Pengujian kuat tekan uniaxial

Pengujian geser langsung

b. Analisis kestabilan lereng

PT. ISCO Polman Resources 4

Page 5: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

C. Hidrologi dan Hidrogeologi

1. Tujuan

Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk menganalisis pengaruh air

tanah terhadap tambang, mempelajari fluktuasi muka air tanah dan

mempelajari karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan

untuk lanjutan perancangan sistem pengaliran tambang.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Analisis data hidrologi dan hidrogeologi

b. Perancangan sistem pengaliran tambang yang sesuai dengan strategi

dan sistem penambangan yang direncanakan

D. Analisis Kualitas Mineral Bijih Besi

1. Tujuan

Analisis kualitas mineral Bijih Besi bertujuan untuk menentukan kualitas

lapisan-lapisan mineral Bijih Besi yang potensial untuk pengeboran. Data ini

sangat berguna untuk mengantisipasi permintaan pihak konsumen.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Nilai kadar Fe

b. Kandungan Sulfur

c. Kandungan Aluminium

d. Kandungan Silica

E. Perencanaan Tambang

1. Tujuan

Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan penambangan

mineral Bijih Besi di batas elevasi yang masih menguntungkan.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi geometri lereng

b. Penentuan batas tambang

baik ke arah lateral maupun vertikal

PT. ISCO Polman Resources 5

Page 6: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

c. Perhitungan nisbah

pengupasan

d. Perencanaan jadwal produksi

e. Perencanaan pembuangan

tanah penutup

f. Perencanaan peralatan

g. Perencanaan peledakan

F. Transportasi

1. Tujuan

Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi pengangkutan tanah

buangan (overburden) dan mineral Bijih Besi masing-masing ke waste dump

area (WDA) dan stockpile pabrik pengolahan (crushing plant) beserta

pengangkutan mineral Bijih Besi dan pengolahan ke tujuan akhir atau

pelabuhan/shipment.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi kelayakan teknis jalur pengangkutan

b. Jadwal waktu pengangkutan

c. Evaluasi daya tampung waste dump area

d. Evaluasi daya angkut dump truck

e. Kajian finansial dan ekonomi setiap alternatif

f. Penentuan dan rancangan alternatif terpilih

G. Pengolahan Mineral Bijih Besi

1. Tujuan

Kajian pengolahan mineral Bijih Besi bertujuan untuk memisahkan mineral

berharga (Bijih Besi) dari pengotor (impurities) sebagai produk siap jual.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Evaluasi kapasitas crushing plant

b. Jumlah crushing plant yang diperlukan

c. Kapasitas stockpile di crushing plant

PT. ISCO Polman Resources 6

Page 7: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

d. Kapasitas stockpile siap jual di tujuan akhir atau pelabuhan

H. Kelayakan Ekonomi

1. Tujuan

Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan endapan

mineral Bijih Besi di daerah PT. ISCO Polman Resources secara ekonomi.

2. Lingkup Pekerjaan

a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja

b. Analisis pasar mineral Bijih Besi

c. Analisis ekonomi

d. Analisis finansial

e. Analisis ekonomi pasca penambangan dan reklamasi

1.3.4 Metode Studi

Metode studi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan dan pengukuran lapangan

Morfologi lapangan dan singkapan mineral Bijih

Besi

Jalur transportasi dan lain-lain

b. Penggunaan data primer

Percontohan geoteknik

Percontohan mineral Bijih Besi

c. Penggunaan data sekunder

Curah hujan

Data peralatan tambang

Data geologi dan eksplorasi

d. Asumsi

Bunga bank

Ekskalasi pendapatan dan biaya

PT. ISCO Polman Resources 7

Page 8: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Data peralatan tambang

1.4 Pelaksana Studi

1.4.1 Pemrakarsa Kegiatan

Nama Perusahaan : PT. ISCO Polman Resources

Alamat Perusahaan : Jl. Budi Utomo No. 77 Polewali

Kelurahan Darma - Kecamatan Polewali

Kabupaten Polewali Mandar

Sulawesi Barat 91313

Penanggung Jawab : Taufik Surya Hidayat

Jabatan : Direktur Operasi

Lokasi Proyek : Desa Tapango - Kecamatan Tapango

Kabupaten Polewali Mandar

Provinsi Sulawesi Barat.

Bidang Usaha : Penambangan Mineral Bijih Besi

1.4.2 Penyusun Laporan

Nama Perusahaan : PT. ISCO Polman Resources

Alamat Perusahaan : Jl. Budi Utomo No. 77 Polewali

Penanggung Jawab : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si.

Jabatan : Ketua Tim

Lokasi Proyek : Desa Tapango - Kecamatan Tapango

Kabupaten Polewali

Provinsi Sulawesi Barat.

Bidang Usaha : Penambangan Mineral Bijih Besi

Telah membentuk tim penyusun/pelaksana untuk pekerjaan ini, dengan

susunan sebagai berikut:

PT. ISCO Polman Resources 8

Page 9: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Koordinator Tim : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si.

Tenaga Ahli Eksplorasi : Liu Shifu

Tenaga Ahli Geologi : Huang Jing Yi

Tenaga Ahli Tambang : Ir. Sakar Rasyid

Tenaga Ahli Pengolahan : Nuraeni ST, MT

Tenaga Ahli Geologi Teknik : Ir. Ilham ,S MT

Tenaga Ahli Hidrogeologi & Hidrologi : Ir. Syamsul Arifin Lias, M.Si

Tenaga Ahli Managemen/Keuangan : Ir. Yopie Lumoindong, DES, M.Si

Tenaga Ahli Lingkungan Fisika kimia : Ir. Daud Thana, M.Si

Tenaga Ahli Biologi : Drs. Ambeng, M.Si

Tenaga Ahli Soskesmas : Dr. Aty Uleng Hamid, M.Kes

Juru Gambar : M. Rezki Bages, ST.

Editor : Ilyas

Tenaga Administrasi : Mabrur

1.5 Waktu Studi

Studi kelayakan dalam rangka perkembangan Bijih Besi ini dilaksanakan

dalam jangka waktu lima bulan, dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan seperti

tertera pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

No. KegiatanBulan Ke-

I II III IV V1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Kajian Geologi2. Kajian Geoteknik

3.Analisis KualitasMineral Bijih Besi

4.Kajian Hidrologi & Hidrogeologi

5.Perancangan Tambang Terbuka

6. Kajian Transportasi

7.Kajian Kelayakan Ekonomi

8.Penyerahan Draft Laporan

9. Presentasi10. Perbaikan Laporan

11.Penyerahan Laporan Akhir

PT. ISCO Polman Resources 9

Page 10: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1.6 Permohonan Izin

Studi kelayakan ini disusun sebagai salah satu syarat pengajuan permohonan

izin eksploitasi. Diharapkan hasil studi ini mendapat respon positif dari pihak

yang berwenang sehingga dapat melanjutkan ke tahap eksploitasi (operasi

produksi) sekaligus dapat menciptakan tambahan tenaga kerja baru, serta

akan berperan meningkatkan dukungan terhadap perekonomian. Khususnya

kepada masyarakat di sekitar lokasi tambang, perekonomian daerah serta

perekonomian negara pada umumnya.

PT. ISCO Polman Resources 10

Page 11: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 2 KEADAAN UMUM

2.1 Wilayah Kerja Pertambangan Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources sampai pada tahap kajian kelayakan memiliki

areal seluas ± 1.501Ha (Berdasarkan Keputusan Bupati Polewali Mandar

No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin Kuasa Pertambangan Eksplorasi

kepada PT. ISCO Polman Resources), yang terletak di Desa Tapango,

Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

2.1.1 Lokasi Daerah Kajian

Lokasi daerah kajian (Gambar 2.1) terletak di antara 1190 14’ 45’ BT – 1190

19’ 00’’ BT dan 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS yang secara rinci sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Lokasi Daerah Kajian

Titik Garis Bujur (BT) Garis Lintang (LS)IP-01 1190 14’ 45’’ 0030 18’ 59’’IP-02 1190 19’ 00’’ 0030 18’ 59’’IP-03 1190 19’ 00’’ 0030 19’ 59’’IP-04 1190 14’ 45’’ 0030 19’ 59’’

PT. ISCO Polman Resources 11

Page 12: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 2.1

Peta Wilayah KP PT. ISCO Polman Resources Tahap Kajian Kelayakan

2.1.2 Kesampaian Daerah Kajian

Secara geografis pada koordinat 0030 18’ 59’’ LS - 0030 19’ 59’’ LS dan 1190

14’ 45’ BT - 1190 19’ 00’’ BT dengan luas keseluruhan sekitar ± 1.501Ha,

secara administratif lokasi penyelidikan termasuk dalam wilayah Desa

Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi

Sulawesi Barat. Lokasi penyelidikan berjarak sekitar 240km ke arah utara

Kota Makassar. Akses dari jalan utama ke arah jalan poros Makassar-

Mamuju hanya berjarak 9km berupa jalan kelas III. Dari lokasi prospek

Tapango ke lokasi rencana pelabuhan (Tanjung Mampie) sekitar 18km.

PT. ISCO Polman Resources 12

Page 13: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 2.2

Kondisi Akses Jalan Tapango Menuju Poros Makassar - Mamuju

Gambar 2.3

Kondisi Akses Jalan Pengerasan Menuju Dermaga Tg. Mampie

Akses jalan menuju lokasi penyelidikan pada umumnya dapat dijangkau

dengan memakai kendaraan roda empat pada bagian selatan dan barat.

Sedangkan dalam lokasi penelitian sebagian daerah dapat dijangkau dengan

menggunakan kendaraan roda dua dan sebagian lagi hanya dapat ditempuh

PT. ISCO Polman Resources 13

Page 14: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

dengan jalan kaki. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat setempat pada

wilayah KP eksplorasi ini sebagian besar berupa perkebunan coklat.

2.1.3 Potensi Wilayah

Berdasarkan kondisi geografis dan bentang alamnya, maka sektor pertanian

dan perkebunan merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan

pembangunan di wilayah Kecamatan Tapango. Hampir seluruh areal

dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, mulai dari wilayah

pedataran hingga perbukitan. Dapat dikatakan bahwa kedua sektor tersebut

masih memberikan konstribusi terbesar dalam pembangunan di wilayah ini,

disamping sektor yang lain.

Disamping potensi pertanian dan perkebunan, wilayah ini juga memiliki

potensi pertambangan yang melimpah, namun sampai saat sekarang ini

potensi tersebut belum tersentuh dan dimanfaatkan. Pada wilayah eksplorasi,

disamping Bijih Besi sebagai primadona, masih terdapat bahan galian yang

lain seperti: Granit dan Tufa yang dapat diolah menjadi "building stone".

Bahan galian tersebut pada kenyataannya memiliki prospek pasar yang

bagus. PT. ISCO Polman Resources hadir di daerah ini untuk mengelola

potensi tambang Bijih Besi, agar dapat memberikan kontribusi dalam

pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Geomorfologi

Daerah penelitian secara umum berada pada ketinggian 50-750meter di atas

permukaan laut (dpl) di bagian barat Kota Polewali. Kenampakan umum

morfologi daerah penelitian menunjukkan puncak-puncak bukit di bagian

utara dan melandai ke bagian selatan. Pembahasan morfologi daerah

penelitian meliputi pembagian satuan morfologi berdasarkan kenampakan

dari permukaan bumi dengan memperlihatkan beberapa faktor yang

mempengaruhi selama proses pembentukannya, sungai dan stadia daerah

penelitian.

PT. ISCO Polman Resources 14

Page 15: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi

berdasarkan beda tinggi, antara lain yaitu Satuan Perbukitan Landai

Denudasional, Satuan Perbukitan Intrusi Curam, dan Satuan Perbukitan

Memanjang Sangat Curam.

2.2.1 Satuan Perbukitan Landai Denudasional

Satuan Perbukitan Landai Denudasional yang terbentuk akibat proses

peneplainisasi (erosional) dengan kemiringan lereng 80–110, yang tersebar di

bagian barat memanjang kearah barat laut daerah penelitian. Pola aliran

sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada anak Sungai Riso.

2.2.2 Satuan Perbukitan Intrusi Curam

Satuan Perbukitan Intrusi Curam terdapat pada bagian barat daya daerah

penelitian, di sekitar Buttu Talise dengan kemiringan lereng 250–510. Pola

aliran sungai yang terbentuk merupakan pola aliran parallel pada stadium

sungai tahap muda (intermitten) yang hanya berair pada musin hujan.

Pemanfaatan lahan dipergunakan sebagai perkebunan coklat, maupun

palawija lainnya.

2.2.3 Satuan Perbukitan Memanjang Sangat Curam

Satuan geomorfologi Perbukitan Memanjang Sangat Curam menutupi bagian

tengah memanjang hingga ke timur daerah penelitian. Kemiringan lereng

berkisar 44º-103º dengan pola aliran sungai yang berkembang berupa parallel

hingga sub-parallel. Satuan perbukitan ini dimanfaatkan juga sebagai lahan

perkebunan coklat dan palawija lainnya yang mendominasi terdapat di daerah

penelitian.

2.3 Iklim

Secara umum Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

merupakan daerah yang beriklim tropika basah (tipe iklim A menurut

KOPPEN) yang pada musim kemarau masih terjadi hujan. Adapun jumlah

curah hujan dan hari hujan terlihat pada tabel 2.2.

PT. ISCO Polman Resources 15

Page 16: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Suhu rata-rata berkisar antara 18° sampai 30°, musim penghujan dari bulan

September sampai Februari dengan curah hujan rata-rata setiap tahun

berkisar antara 1800mm sampai 2000mm dengan rata-rata hari hujan setiap

tahun sekitar 120 hari. Kelembaban udara berkisar antara 50 sampai 55%,

musim kemarau sekitar bulan Maret sampai Agustus.

Tabel 2.2

Curah Hujan Dengan Hari Hujan Tahun 2006

No. BulanTapango dan Sekitarnya

Curah Hujan Hari Hujan1. Januari 379 192. Februari 244 143. Maret 294 124. April 106 135. Mei 212 96. Juni 15 27. Juli 14 48. Agustus 76 59. September 180 9

10. Oktober 117 811. Nopember 220 1412. Desember 261 18

Rata-rata 176,5 10,6

2.4 Infrastruktur

Sarana-sarana infrastruktur yang terdapat di daerah penambangan berupa

sarana transportasi berupa jalan dan angkutan/kendaraan roda empat dan

roda dua, penerangan berupa listrik. Sarana pendidikan dari SD sampai SMP.

PT. ISCO Polman Resources 16

Page 17: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 3 GEOLOGI & ENDAPAN BIJIH BESI

3.1 Geologi dan Struktur Regional Daerah Penelitian

Daerah Polewali dan sekitarnya meliputi Formasi Latimojong (TK1) yang

berumur Kapur. Formasi batuan ini meliputi Serpih, Fillit, Rijang, Marmer,

Kwarsa dan Breksi terkersikkan serta beberapa intrusi menengah - hingga

basa. Di beberapa tempat terdapat intrusi yang terdiri dari Granit - Granodiorit

– Sienit.

Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan bagian barat

Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh batuan Terobosan

(Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya batuan beku bersusun asam

sampai menengah, seperti Granit, Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit,

Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya diduga Pliosen karena menerobos batuan

gunung api Waylimbong yang berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat

daya disusun oleh satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan

Kerikil. Umurnya diperkirakan Holosen.

Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung api

Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai andesit,

sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung Feldspatoid di

beberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan laut, diduga

berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi skala yang berumur

Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter. Umur diperkirakan Pliosen

awal sampai Miosen akhir.

PT. ISCO Polman Resources 17

Page 18: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.2 Pemetaan Geologi

Survei lapangan dilakukan oleh PT. ISCO Polman Resources. Pada beberapa

singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi ditemukannya

endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun lepas-lepas

berukuran gravel hingga boulder. Bijih Besi yang ditemukan berwarna segar

hitam, pucat, warna lapuk hitam kecoklatan, kilap kusam, padat,

belahan/fracture concoidal, walaupun masih terdapat rekahan yang tupis,

streak/goresan hitam, sifat magnet sedang hingga kuat.

Batuan yang ditemukan di lapangan, pada umumnya didominasi oleh intrusi

Granodiorit, Diorite dengan kontak yang tegas pada satuan lava basalt yang

diterobosnya. Batuan Granodiorit ini dicirikan warna segar putih – putih

keabuan, segar hingga terlapukkan kuat, faneritik, butiran medium – coarse,

hypocristalin, fenokris kwarsa, amphibole, biotit, pyrite yang tersementasi oleh

silica yang tinggi, butiran equigranular, anhedral – subhedral disekitarnya,

kontak yang tegas terhadap lava basalt maupun batuan Siltstone yang dilalui.

Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari magma andesitic yang

mengalami proses pendinginan/cooling magma. Pembentukan granodiorit ini

erat kaitannya dengan pembekuan lava andesitic tadi di permukan bumi, atau

mengalami proses cooling yang sangat cepat atau tiba-tiba setelah kontak

dengan batuan disekitarnya yang lebih dingin. Hal ini dapat terlihat dari

beberapa singkapan batuan yang ditemukan di lapangan, dimana terdapatnya

bekas/ jejak aliran seperti slicken sided pada tubuh batuan, yang diakibatkan

oleh luncuran massa batuan diatasnya. Pada singkapan batuan, semakin

kearah timur dan tenggara dijumpai granodiorit yang memiliki ukuran butir

yang lebih kasar dan kandungan kwarsa yang tinggi. Hal ini menandakan

bahwa semakin kearah tersebut mendekati terhadap sumber instrusi magma.

Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari zona intrusi dangkal

magmatis pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah. Sedangkan lava

basaltis yang ditemukan di lapangan, memiliki cirri fisik berwarna segar abu

hingga hitam, massif, segar hingga terlapukkan sedang, afanitik, kontak yang

tegas dengan granodiorit, glassy, setempat-setempat terdapat struktur

Columnar joint, Fenokris kwarsa, Pyrite, dalam masssa dasar yang

PT. ISCO Polman Resources 18

Page 19: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

tersemenkan oleh Silica, Holohyalin, dan sering berasosiasi dengan endapan

Magnetit. Lava basaltis ini diperkirakan lebih dahulu terbentuk daripada

Granodiorit dan terobosan Granodiorit yang memiliki kandungan viskositas

magma lebih tinggi menyebabkan Lava basaltis ini tertransportasi ke

permukaan. Mineral Magnetit yang dominan ikut tertransport merupakan

bagian magma Basaltis yang miskin akan Silica, tetapi kaya akan unsure Fe,

terbawa bersama-sama dan terendapkan pada rekahan-rekahan, seperti Sill

dan Dyke.

Batuan Magnetit yang ditemukan berwarna segar abu-abu, sebagai batuan

yang sudah mengalami oksidasi memberikan warna lapuk abu-abu

kecoklatan sebagai Limonitic dengan sifat magnetisasi bervariasi rendah

sangat kuat atau tinggi, segar hingga terlapukkan sedang, pecahan

Concoidal, padat, streak hitam, kilap kusam, ditemukan sebagai endapan

stockwork maupun lepas-lepas pada beberapa lokasi.

3.3 Stratigrafi

Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, maka litologi daerah

penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu:

1. Satuan Meta-sedimen

2. Satuan Vulkanik

3. Satuan Granit

3.3.1 Satuan Meta-Sedimen

Satuan ini menempati sekitar 20% di bagian timur-laut sampai utara daerah

penelitian dan membentuk morfologi perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di

lereng-lereng bukit terjal dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini

disusun oleh serpih yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai

adanya sufficed rock.

Serpih menunjukkan kenampakan lapangan berwarna coklat sampai coklat

kehitaman, tekstur wastik halus, ukuran butir <1/256mm, tebal perlapisan

PT. ISCO Polman Resources 19

Page 20: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

sekitar 20-40cm, struktur berlapis (kedudukan N45°E), permeabilitas rendah,

porositas sedang, komposisi mineral berupa lempung dan oksida besi.

Setempat dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada

zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah penelitian.

Oksida besi dan mineral-mineral yang kaya akan ferromagnesium lainnya

hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh intrusi batuan

beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai menunjukkan warna

segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai pada zona struktur dan kontak

dengan batuan intrusif, struktur non-foliasi, komposisi mineral kwarsa,

umumnya dijumpai dalam bentuk bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan

bagian dari Formasi Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil

penelitian dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.

3.3.2 Satuan Vulkanik

Satuan ini dapat dijumpai di bagian barat memanjang sampai ke barat laut

dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi singkapan pada

umumnya mengalami pelapukan terutama di bagian permukaan. Disusun

oleh tufa dan intrusi andesit dengan kenampakan lapangan menunjukkan

warna segar coklat kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur

vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi mineral berupa material vulkaniklasi,

feldspar~plagioklas dan biotit. Dijumpai mineralisasi mineral yang bersifat

ferromagnesiun seperti Bijih Besi dan Hematit dalam jumlah sedikit yang

terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona kontak batuan intrusif.

Umur satuan batuan ini adalah Miosen - Pliosen yang didasarkan pada peta

geologi regional (Djuri, dkk, 1974).

3.3.3 Satuan Granit

Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas daerah penelitian,

memanjang di bagian utara sampai selatan dan barat yang membentuk

satuan morfologi perbukitan bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike

yang memotong perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik

berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi. Secara

PT. ISCO Polman Resources 20

Page 21: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa macam antara lain

granit-biotit dan granit.

Mineral ubahan yang dijumpai setempat berupa mineral lempung dan klorit

yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian telah berubah menjadi

oksida besi. Kondisi singkapan Granit umumnya lapuk, terutama pada bagian

selatan. Granit biotit banyak tersebar di daerah selatan dengan warna

umumnya abu-abu, sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah

penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu kemerahan.

Komposisi Granit Biotit disusun oleh mineral Kwarsa, Orthoklas Plagioklas,

Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta beberapa mineral-mineral alterasi

lainnya mempunyai tekstur afanitik sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam

bentuk bongkah-bongkah dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh

dominan Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di beberapa

tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak dijumpai mineral-

mineral hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-vein atau urat-urat kwarsa

yang menunjukkan struktur khusus berupa vug dan comb. Struktur khusus ini

terdapat pada batuan Granit yang berada di zona struktur, terutama mengisi

kekar-kekar. Batuan beku yang bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai

setempat dalam bentuk sill, juga di daerah-daerah zona struktur. Pada

beberapa block Granit banyak dijumpai Xenolith dengan komposisi basaltik

serta proses silisifikasi.

3.3.4 Satuan Alluvium

Dijumpai dalam bentuk endapan sungai berupa pasir hingga bongkah.

Kondisi endapan berwarna abu-abu dan hitam, berukuran pasir dan batu

(seperti berukuran kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis material terdiri dari

Granit, Bijih Besi, Aplit dan Batuan Riolitik).

PT. ISCO Polman Resources 21

Page 22: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 3.1

Peta Geologi Regional

3.4 Struktur Geologi

Perkembangan struktur geologi daerah eksplorasi Tapango sangat

dipengaruhi oleh struktur regional yang berkembang di daerah lengan barat

Pulau Sulawesi. Hal ini dapat dilihat pada pola perkembangan struktur geologi

yang telah terpetakan secara regional pada Peta Geologi Lembar Majene dan

Bagian Barat Lembar Palopo Sulawesi Selatan (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).

Perkembangan struktur geologi pada daerah eksplorasi dan sekitarnya dapat

teramati terutama dari gejala-gejala deformasi batuan dan kenampakan

PT. ISCO Polman Resources 22

Page 23: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

bentang alam ekstrim yang dihasilkan. Gejala deformasi batuan yang

dimaksud berupa perlipatan (folding), pengkekaran (jointing), penggerusan,

breksiasi, orientasi bidang sesar, orientasi zona hancuran batuan, dan

sebagainya. Sedang gejala kenampakan bentang alam ekstrim yang

dimaksud berupa pelurusan bentang alam, orientasi dan penjajaran gawir-

gawir sesar, undak-undak perbukitan, perkembangan pola aliran sungai dan

sebagainya. Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa struktur geologi yang berkembang pada daerah eksplorasi berupa

perlipatan (folding), pengkekaran (jointing) dan atau pensesaran batuan

(faulting).

Struktur kekar yang umum dijumpai pada daerah eksplorasi dapat

diklasifikasikan dalam jenis kekar-kekar gerus (shear joint) yang umumnya

sistematis dengan arah tegasan utama relatif timur barat, spasi kekar berkisar

antara 10-50cm dengan lebar bukaan antara 1-10mm. Pada beberapa tempat

bukaan kekar-kekar tersebut telah mengalami pengisian dalam bentuk urat-

urat halus Kwarsa (veinlet) dan sebagian dalam bentuk retas-retas Aplite.

Sesar-sesar yang berkembang pada daerah eksplorasi umumnya berupa

sesar-sesar mendatar (transform fault) dan sesar-sesar normal (normal fault).

Indikasi sesar mendatar yang dapat teramati berupa orientasi zona breksiasi,

bidang sesar, steriasi pada batuan, serta orientasi zona-zona hancuran.

Sedang pada sesar normal diindikasikan oleh kenampakan bidang-bidang

sesar yang relatif tegak, gawir sesar, dan undak-undak batuan. Arah umum

pergerakan dari sesar-sesar mendatar relatif timur laut – barat daya dan

kebanyakan berkembang sebagai daerah aliran sungai berpola denrito-

rektangular.

3.5 Mineralisasi Jebakan Bijih Besi

3.5.1 Pendekatan Teoritis

Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi

yang diakibatkan oleh aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi

PT. ISCO Polman Resources 23

Page 24: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan

samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.

Selama pergerakan magma ke permukaan, maka proses diferensiasi,

asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan

temperatur pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses

pembekuan. Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk masing-masing didirikan

oleh komposisi mineral yang berbeda sesuai dengan komposisi magma dan

temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi magma yang terjadi,

maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai

macam mineral logam maupun non-logam.

Proses pembentukan jebakan mineral logam karena diferensiasi magma

secara umum digambarkan oleh Alan M. Bateman (1951) dalam tiga stadium

sebagai berikut:

Stadium Likwido Magmatis ( > 600°C ). Stadium ini merupakan awal

pembentukan mineral-mineral baik logam maupun non-logam yang

dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang votatil berupa

mineral-mineral silica. Dengan penurunan temperatur yang berlangsung

terus-menerus, maka kecepatan pembentukan mineral berikutnya

dicirikan oleh unsur-unsur yang lebih volatil pada kondisi tekanan yang

semakin besar. Jebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini

disebut jebakan magmatis.

Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis (600°C - 450°C). Pada stadium ini

terjadi pemisahan yang luar biasa dan unsur-unsur volatil larutan sisa

magma pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan sisa magma ini

sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan

kemudian membentuk jebakan pegmatis. Setelah temperatur mulai

menurun (550°C - 450°C), akumulasi gas mulai membentuk mineral.

Pada penurunan temperatur selanjutnya, volume unsur volatil semakin

menurun dan membentuk endapan mineral yang disebut jebakan

pneumatolitis atau jebakan metasomatis kontak dan tinggallah larutan

sisa magma yang sangat encer.

PT. ISCO Polman Resources 24

Page 25: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Stadium Hydrothermal (450°C-350°C), merupakan stadium terakhir

dimana keadaan larutan sisa magma sangat encer. Pada stadium ini

tekanan gas menurun secara cepat dan setelah mencapai temperatur

kritis air (± 372°C), mulailah terbentuk jebakan hidrothermal. Proses

pembentukan mineral berlangsung terus sampai mencapai tahap akhir

pembekuan semua larutan sisa magma (100°C-50°C).

3.5.2 Pendekatan Genetik Jebakan

Keterdapatan mineralisasi berupa jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi

Tapango diperkirakan sangat berhubungan atau berasosiasi dengan aktivitas

volcanic-intrusive selama terjadinya injeksi magmatisme dan proses

pembentukan batuan berlangsung. Dari asosiasi batuan yang terbentuk dan

tersingkap di daerah eksplorasi, serta indikasi mineralisasi dan hasil ubahan

batuan yang ditimbulkan menunjukkan bahwa terbentuknya jebakan

mineralisasi tersebut diperkirakan berhubungan erat dengan pembentukan

batuan plutonik granit.

Batuan intrusi granit yang tersingkap dan melampar sangat luas pada daerah

eksplorasi dan sekitarnya diperkirakan merupakan sebuah massa plutonik

besar yang keberadaannya juga berhubungan atau merupakan bagian dari

proses pembentukan pegunungan di kawasan ini. Karena proses tektonik dan

erosi yang berlangsung terus-menerus, massa plutonik ini kemudian

tersingkap ke permukaan yang kemudian disebut dengan tubuh batholit

granit.

Berdasarkan posisi penempatan zonasi mineralisasinya, menunjukkan bahwa

jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango memperlihatkan suatu

karakteristik endapan tipe greisen yang secara genetik terbentuk pada tubuh

batuan beku plutonik sebagai batuan induk atau batuan sumber (source rock).

Penyebaran endapan tersebut dijumpai setempat-setempat (sporadis),

dimana umumnya menempati dan tersingkap pada bagian punggungan-

punggungan bukit yang diperkirakan merupakan bagian atap dari tubuh batolit

granit atau menyerupai roof pendant.

PT. ISCO Polman Resources 25

Page 26: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Indikasi mineralisasi yang dijumpai terutama berupa tubuh bijih (ore body)

yang sangat kompak atau dikenal dengan endapan bijih massif (massive ore).

Endapan ini umumnya dicirikan oleh tekstur yang kasar - sangat kasar,

dimana komposisi mineral utama terdiri dari magnetit yang saling tumbuh

bersama (intergrowth) dengan hematite. Kandungan minor minerals lainnya

yang dijumpai dalam persentasi sangat kecil terutama terdiri dari copper

minerals (malacite dan azurite), serta kwarsa yang umumnya hadir dalam

bentuk urat-urat halus - sangat halus (veinlet dan microveinlet). Bentuk

endapan secara umum memperlihatkan kesan menyerupai lapisan/layer

(stratiform) ataupun bentuk melensa (fensis) dengan ketebalan bervariasi

antara 0,25-2,4meter, kadang-kadang memperlihatkan struktur crustified,

banded dan comb yang umumnya berasosiasi dengan kehadiran mineral

silica.

Kondisi endapan seperti ini secara genetik sangat dipengaruhi oleh proses

segregation, dimana mineralisasi logam terakumulasi dan terkumpul pada

tempat-tempat tertentu, terutama pada zona rekahan maupun zona-zona

lemah lainnya yang terdapat pada tubuh batuan plutonik ataupun pada

batuan samping (country rock). Proses segregation pada mineral-mineral

logam dapat saja terjadi selama differensiasi magma berlangsung atau saat

terjadinya injeksi larutan sisa magma pada kondisi temperatur dan tekanan

cukup tinggi. Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi dimana diferensiasi

magma berada pada stadium pegmatitis-pneumatolitis.

Kehadiran copper minerals dan minor minerals lainnya yang hadir sebagai

gangue dalam tubuh bijih (ore body) dapat disebabkan oleh proses ubahan

(alteration) ataupun proses penggantian/subsitusi mineral (replacement) yang

terjadi selama injeksi larutan sisa magma berlangsung. Pada kondisi tersebut

diperkirakan komposisi larutan sisa magma akan semakin asam dengan

komponen utama terdiri dari unsur-unsur volatil berupa gas dan uap. Unsur-

unsur volatil tersebut akan bergerak menerobos batuan plutonik granit yang

telah ada, serta batuan samping di sekitarnya (Serpih dan Riolitik). Unsur-

unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi dari

gas dan uap yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur

PT. ISCO Polman Resources 26

Page 27: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

volatil tersebut dengan batuan yang diterobosnya, termasuk tubuh bijih (ore

body) yang telah terbentuk sebelumnya. Proses sublimasi ataupun reaksi

yang terjadi bisa saja menyebabkan terjadinya mineralisasi atau

pembentukan jebakan mineral baru yang disertai dengan terjadinya alteration

dan replacement pada mineral-mineral yang telah terbentuk. Jebakan mineral

yang terbentuk oleh proses sublimasi dan reaksi unsur volatil (gas dan uap)

tersebut dikenal dengan endapan pneumatolitis atau metasomatis kontak.

Selain gejala ubahan dan penggantian mineral, indikasi endapan

metasomatik kontak pada daerah eksplorasi Tapango dapat teramati dari

perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan yang terjadi, khususnya pada

aliran lava riolitik yang berumur lebih muda.

Perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan tersebut dijumpai setempat-

setempat (sporadis) dan umumnya dijumpai pada zona-zona kontak antara

aliran lava riolitik dengan tubuh bijih (ore body). Gejala mineralisasi yang

dijumpai umumnya dalam bentuk hamburan (disseminated) ataupun dalam

bentuk urat-urat halus (microveinlet), sedang gejala ubahan batuan umumnya

dijumpai dalam bentuk batuan tersilisifikasi.

Gejala mineralisasi dan ubahan batuan tersebut diperkirakan sangat

berhubungan dengan terjadinya injeksi larutan sisa magma akhir yang

kemudian membentuk retas-retas aplite maupun perlite dalam bentuk urat-

urat dyke. Retas-retas tersebut umumnya dijumpai memotong secara vertikal.

Semua batuan yang telah terbentuk sebelumnya, termasuk batuan Plutonik

Granit, aliran Lava Riolitik, maupun Serpih. Tidak dijumpainya gejala

mineralisasi logam pada tubuh retas-retas aplite maupun pertite menunjukkan

bahwa mineralisasi yang berkembang secara sporadis pada aliran lava riolitik

merupakan hasil reaksi yang terjadi antara unsur-unsur volatile dengan tubuh

bijih (ore body) yang diterobosnya. Akibat reaksi tersebut, kandungan unsur-

unsur logam yang ikut larut bersama unsur-unsur volatil akan terus bermigrasi

dan kemudian diendapkan dalam tubuh aliran Lava Riolitik yang berada di

atasnya. Gejala ini dapat diamati dengan jelas pada setiap zona-zona kontak

antara aliran Lava Riolitik dengan jebakan tubuh bijih (ore body), dimana

PT. ISCO Polman Resources 27

Page 28: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

mineralisasi dan ubahan batuan dalam bentuk silicified hanya berkembang

pada zona-zona kontak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa

terbentuknya jebakan mineralisasi Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango

sangat dipengaruhi oleh proses diferensiasi dan segregasi selama terjadinya

injeksi

larutan sisa magma pada stadium pegmatitis-pneumatolitis atau metasomatis

kontak.

3.6 Sumber Daya Bijih Besi

3.6.1 Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan hasil pemetaan geologi Bijih

Besi yang dijumpai di lapangan, geomagnet, pendugaan dan pemboran inti.

Perhitungan cadangan berdasarkan hasil geologi adalah berdasarkan hasil

pengukuran endapan yang berupa ketebalan tersingkap dan penyebarannya

ke arah lateral. Sedangkan perhitungan cadangan berdasarkan hasil

pendugaan geomagnet, geolistrik dan pemboran ditentukan berdasarkan hasil

endapan yang terletak di permukaan dan di bawah permukaan (berdasarkan

penampang bawah permukaan).

Hasil pemetaan geologi dan pengukuran topografi menunjukkan bahwa luas

sebaran endapan pada wilayah Reamambu (yang kemudian dikenal sebagai

zona 1) dan sekitarnya mencapai luas ± 127,3Ha, dihitung dari batas utara

wilayah Kuasa Pertambangan (KP) ke arah selatan selebar 2.282,8meter,

dan panjang 2.853,5meter. Sedangkan endapan Bijih Besi yang tersingkap di

lereng selatan zona 1 ketebalannya mencapai 1-4,5meter, dengan arah

penyebaran N950E (relatif timur-barat). Sedangkan endapan lain yang

dijumpai di permukaan diperkirakan sebagai bongkah-bongkah hasil

pelengseran dari urat bijih yang tersingkap di permukaan. Berdasarkan data

tersebut, maka cadangan endapan Bijih Besi pada wilayah eksplorasi

mencapai ± 5.000.000ton.

PT. ISCO Polman Resources 28

Page 29: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Hasil pendugaan geomagnetic, dapat disimpulkan bahwa secara geologi

terdapat 2 (dua) zona keterdapatan Bijih Besi, yaitu zona 1 dan zona 2

dengan keterangan sebagai berikut:

Zona-1:

Terdiri dari 2 lapisan/layer:

o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 4,5meter

o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter

Perkiraan panjang total adalah ± 900meter membentang dari timur ke

barat

Perkiraan kedalaman > 200meter

Zona-2:

Terdiri dari 2 lapisan/layer:

o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter

o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,2meter

Gambar 3.2

Hasil Studi Geologi PT. ISCO Polman Resources Keterdapatan Zona 1 dan Zona 2

PT. ISCO Polman Resources 29

Zone 2

Zone 1

Granite

Granite

Metamorphic

Page 30: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Zona pertama terletak di wilayah Reamambu dengan luas penyebaran

mencapai ± 114,91Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4meter. Dengan

demikian jumlah cadangan pada zona ini mencapai ± 3.447.205ton. Pada

zona kedua terletak pada wilayah Talise (yang kemudian dikenal sebagai

zona 2) bagian tengah yang prospek dengan luas penyebaran mencapai

115,02Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4,9meter. Dengan demikian

jumlah cadangan pada zona ini adalah sebesar ± 1.552.795,03ton (berat jenis

Bijih Besi – 4,5-5,3).

Hasil pemboran diperoleh data bentuk endapan di bawah permukaan.

Pemboran ini sampai dengan kedalaman 130m. Lubang bor yang

menunjukkan tubuh Bijih Besi seperti dalam tabel berikut.

Untuk keperluan perhitungan cadangan, maka di buat penampang dari titik

bor tersebut, seperti terlihat di bawah ini.

Dari perhitungan cadangan dengan menggunakan metode penampang, maka

didapat jumlah cadangan sebesar 2.916.160,52ton dengan berat jenis

4,5-5,3.

3.6.2 Cadangan Bijih Besi Tertambang (Mineable Reserves)

Perhitungan cadangan tertambang menggunakan sistem penampang dengan

jarak antar penampang 50 dan elevasi ke arah dow dip yang dihitung sampai

-30m. Berdasarkan kajian lapangan di daerah prospek diketemukan beberapa

endapan Bijih Besi yang tidak dapat dieksploitasi karena faktor lingkungan,

keamanan, dan ada pula yang disebabkan oleh karena faktor kurang

ekonomis. Oleh karena itu, jumlah perhitungan cadangan Bijih Besi terukur

perlu direvisi. Adapun cadangan Bijih Besi yang tidak termasuk dalam

rencana penambangan berjumlah 357.819,09ton sehingga cadangan Bijih

Besi yang telah terkoreksi sebanyak 2.558.341,40ton. Cadangan Bijih Besi ini

akan dijadikan acuan utama untuk keperluan sebagai proses pengkajian

teknis dan non-teknis.

PT. ISCO Polman Resources 30

Page 31: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.7 Rencana Penambangan

Berbagai kajian dan aspek teknis geologi memberikan gambaran tentang

kondisi Bijih Besi yang akan ditambang. Direncanakan areal yang akan

dibuka adalah seluas 229,93Ha dengan jumlah block sebanyak 8 block

dengan pembagian tiap block menjadi jenjang-jenjang. Ketinggian tiap

panjang 10 meter dan lebar 10meter. Kemiringan sudut lereng overall 39.5°,

permukaan atap (top) dan permukaan bawah (floor) dianggap horizontal,

sehingga bentuknya seperti prisma terpancung (terbalik). Luas permukaan

atas dan luas permukaan bawah dari masing-masing block adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Luas Bukaan Tambang

No. Tahun Block Luas Bukaan (Ha)

1. 2011 1 1,8622. 2012 2 2,0423. 2013 3 2,1854. 2014 4 2,4005. 2015 5 2,724

Total 11,213

Dari keterangan tersebut di atas, maka wilayah yang akan mengalami

perubahan secara ekologis adalah seluas 11,213Ha. Cadangan Bijih Besi

yang akan dieksploitasi sebanyak ± 5.000.000ton dengan tanah penutup

(overburden) sejumlah 7.239.130,42BCM. Rencana produksi tahun pertama

yaitu akhir tahun 2011.

3.8 Kualitas Bijih Besi

Kajian kualitas Bijih Besi didasarkan pada hasil-hasil analisis laboratorium

terhadap beberapa parameter kualitas Bijih Besi. Parameter kualitas yang

dianalisis adalah analisis Fe total, Fe2O3, Al2O3, SiO2, TiO2, V2O5, MgO, CaO,

Sulfur. Di samping itu dilakukan pula analisis SG.

PT. ISCO Polman Resources 31

Page 32: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.9 Kajian Hidrogeologi

Kajian hidrogeologi bertujuan mengindentifikasikan lapisan aquifer atau

lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan

penambangan. Analisis tentang kondisi hidrogeologi daerah tambang

didasarkan pada data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi.

Diasumsikan lapisan-lapisan batuan adalah berjajar dengan kemiringan rata-

rata 15° ke arah selatan. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa

diantara batuan-batuan tersebut hanya batu pasir memiliki porositas 13-14%,

Diperkirakan batu pasir di wilayah ini bertindak sebagai aquifer, akan tetapi ia

memiliki kuat tekan antara 6-27MPa. Karena pit-pit di gali ke arah jurus

lapisan, maka lereng pit yang memiliki lapisan batu pasir akan selalu basah

karena rembesan air.

Lapisan-lapisan ini kemiringannya ke arah barat sehingga dampak rembesan

air sangat berpeluang di bagian dinding pit sebelah timur. Untuk menangani

rembesan air tanah tersebut disarankan untuk membuat penyaluran pada

lereng-lereng galian.

3.10 Curah Hujan

Untuk memahami karakteristik curah hujan di daerah kajian akan digunakan

data hasil pengukuran hujan dari berbagai stasiun hujan yang terletak di

sekitar daerah kajian.

Berdasarkan dari data tersebut dapat disimpulkan karakteristik curah hujan

sebagai berikut:

Curah hujan tahunan antara 12mm sampai 579mm dengan hari hujan

berkisar antara 4 hari sampai 17 hari.

Curah hujan tahunan rata-rata adalah 168,5mm. Bulan Januari - Maret

dan Nopember - Desember merupakan bulan-bulan basah dengan

curah hujan di atas 200mm.

Karakteristik hujan di atas akan digunakan sebagai masukan dalam

perencanaan tambang terbuka.

PT. ISCO Polman Resources 32

Page 33: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.11 Intensitas Hujan

Sarana penyaliran tambang pada dasarnya berfungsi mengatasi masalah-

masalah yang ditimbulkan oleh hujan jangka pendek, atau oleh suatu

kejadian hujan yang akan mempengaruhi kegiatan penambangan.

Oleh karena itu sarana penyaliran tambang dirancang untuk dapat mengatasi

kondisi ekstrim yang mungkin terjadi selama umur sarana tersebut. Curah

hujan jangka pendek dinyatakan sebagai intensitas hujan. Di wilayah

penyelidikan, seperti umumnya daerah tropis, jenis hujan yang terjadi pada

umumnya adalah hujan konvektif yang mempunyai ciri intensitas tinggi dan

durasi hujan pendek. Penentuan intensitas hujan ekstrim yang dapat

digunakan sebagai intensitas hujan rencana (design rainfall intensity) untuk

sarana penyaliran tambang, diperlukan data hasil pengukuran dengan alat

pengukur otomatis. Jika hal ini tidak tersedia, maka penentuan intensitas

hujan rencana diperkirakan dari data curah hujan harian.

Berdasarkan data intensitas hujan untuk bulan Januari mencapai 379mm dan

untuk bulan Desember mencapai 261mm dengan pertimbangan bahwa kedua

bulan tersebut dapat mewakili bulan-bulan basah, maka untuk keperluan

perancangan digunakan intensitas hujan, rencana sebesar 60mm/jam dengan

durasi hujan 30-60menit.

3.12 Penyaliran Tambang

Tambang Bijih Besi akan membentuk cekungan (pit), maka operasi

penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat

berupa air tanah, air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan

tergenang air, maka alat-alat akan sulit beroperasi dengan baik, demikian

pula kemantapan lereng juga akan terganggu bila lereng selalu dalam

keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem

penyaliran yang baik.

Berdasarkan kajian hidrogeologi diketahui bahwa air tanah tidak akan

mempengaruhi daerah penambangan. Air hujan dan air dari aliran sungai

PT. ISCO Polman Resources 33

Page 34: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

akan ditangani dengan cara mengalihkan aliran yang mungkin masuk ke

tambang ke lokasi lain yang lebih rendah.

Masalah air hujan ditangani dua cara yaitu:

a. Air hujan yang jatuh di luar pit di usahakan semaksimal mungkin tidak

mengalir ke dalam pit dengan membuat paritan atau saluran sekeliling

pit atau di lereng pit untuk mengalirkan air ke daerah yang lebih rendah.

b. Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistem

penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan

membuat sumuran (sump) di elevasi terendah daerah penambangan

(lantai tambang), kemudian air dalam sumuran dialirkan ke luar pit.

Tempat penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat

paritan di dekat jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran

serta mencegah genangan air di daerah jenjang. Paritan dan sumuran

bersifat sementara yang berubah kedudukannya sesuai dengan

kemajuan penambangan. Agar daerah penggalian tidak tergenang air

maka elevasi sumuran dibuat lebih rendah dari elevasi daerah

penggalian sehingga semua air akan mengalir ke dalam sumuran.

Selain itu agar kemantapan lereng tidak terganggu, maka lantai jenjang

di buat miring dan pada sisi jenjang di buat paritan. Paritan ini akan

mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Semua air dari

aktifitas penambangan akan dialirkan ke dalam kolam pengendap

sebelum dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang.

Perhitungan debit air yang masuk daerah tambang dilakukan dengan metode

rasional dengan menggunakan rumus:

Q = 0,278 x C x I x A

Keterangan :

Q = Debit limpasan (m3/det)C = Koefisien limpasan (untuk daerah tambang = 0,9)I = Intensitas hujan (mm/jam, 60mm/jam)A = Luas daerah tangkapan atau catchment area (km2)

PT. ISCO Polman Resources 34

Page 35: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Dengan perhitungan tersebut, maka kebutuhan penyaliran dan volume

penggalian yang perlu dilakukan setiap tahun dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 3.2

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Tahun 1 Block I)

Iterasi KecepatanAliran pada

Saluran (V~m/dt)0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

T 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000I 25,431 25,431 25,431 25,431 25,431

Qr= 0,0034 I 0,0244 0,0244 0,0244 0,0244 0,0244y = (0,56137. V)3/2 0,0376 0,0691 0,1064 0,1487 0,1955

QS= V. y2 √3 0,0005 0,0025 0,0078 0,0192 0,0397

Rechecking : Qr = Qs No! No ! No! No! = 0k!

Tabel 3.3

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Tahun 2 Block 2)

Iterasi KecepatanAliran pada

Saluran (V~m/dt)

0,50 0,60 0,70 0,80 0,90

T 1,1500

I 25,4313 25,4313 25,4313 25,4313 25,4313

Qr= 0,0034 I 0,0396 0,0396 0,0396 0,0396 0,0396

y = (0,56137. V)3/2 0,1487 0,1955 0,2463 0,3010 0,3591

QS= V. y2 √3 0,0192 0,0397 0,0736 0,1255 0,2010

Rechecking : Qr = Qs No! No ! No! No! = 0k!

Tabel 3.4

Perhitungan Debit Saluran Dengan Slope 60° (Pit 5 Block I)

Iterasi kecepatanaliran pada

saluran (V~m/dt)

0,50 0,60 0,70 0,80 1,1952

T 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000I 25,431 25,431 25,431 25,431 25,431

Qr= 0,0034 I 0,0488 0,0488 0,0488 0,0488 0,0488y = (0,56137. V)3/2 0,1487 0,1955 0,2463 0,3010 0,3591

QS= V. y2 √3 0,0192 0,0397 0,0736 0,1255 0,2010

Rechecking : Qr = Qs No! No ! No ! No ! No !

PT. ISCO Polman Resources 35

Page 36: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.13 Geoteknik Tambang

Penyelidikan geoteknik untuk mendukung kegiatan operasional

penambangan Bijih Besi dengan sistem penambangan terbuka (open pit)

bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng galian

yang dapat meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding galian. Data yang

diperlukan untuk penyelidikan ini adalah sebagai berikut:

A. Data Lapangan

1)Susunan batuan

Susunan batuan pembentuk Iereng yang didapat dari data hasil

pemboran inti.

2)Struktur lapisan batuan

Struktur lapisan batuan agak kompak akibat pengaruh tektonik namun

ada beberapa memiliki rekahan-rekahan dan kekar yang disebabkan

oleh patahan dan sesar.

B. Hasil Pengamatan Bor dan Sampel Untuk Uji Laboratorium

1)Pemboran

Jumlah pemboran geoteknik untuk saat ini sebanyak 3 titik.

2)Jumlah sampel untuk uji laboratorium

Pengujian kondisi fisik, mekanik dan analisis batuan dilakukan

dengan mengacu kepada standar baku yang diakui secara umum.

Jumlah sampel yang dianalisis di laboratorium sebanyak 3 sampel

yang terdiri dari tanah dan Granit.

C. Hasil Uji Coba dan Analisis Laboratorium

1) Hasil Uji Sifat Fisik

Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium, meliputi uji sifat dasar

dan sifat keteknikan. Sifat dasar atau indeks digunakan untuk

menentukan klasifikasi dan perilaku tanah atau batuan. Adapun

rincian jenis pengujian tersebut, adalah sebagai berikut:

Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara lain: kadar

air (water content), berat isi asli (bulk density), berat isi kering

PT. ISCO Polman Resources 36

Page 37: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

(dry density), berat isi jenuh (saturated density), porositas

(porosity) dan derajat kejenuhan (saturated).

Pengujian sifat indeks/perilaku (index properties), diperlukan

untuk menentukan batas-batas Atterberg (consistensy) dan

distribusi butir (grain size).

2) Hasil Uji Sifat Mekanik

Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui

ketahanan tanah atau batuan di bawah tekanan statik atau dinamik.

Untuk tekanan searah atau 1 (satu) dimensi digunakan uji kuat tekan

atau Unconfined Compressive Strength. Untuk dua dimensi adalah uji

geser langsung dan tegangan tiga dimensi adalah uji triaxial. Untuk uji

geser langsung akan menghasilkan nilai c (kohesi) dan ϕ

(sudut

geser dalam).

3) Hasil Uji Analisis Kekuatan Batuan

Kekuatan batuan (rock strenght) mencerminkan kekerasan batuan

tersebut menerima tekanan atau beban. Nilai kekuatan batuan

diperoleh dari hasil uji kuat tekan (unconfined compression strenght),

dinyatakan dalam satuan kg/cm2.

PT. ISCO Polman Resources 37

Page 38: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 3.5

Data Hasil Uji Laboratorium Terhadap Contoh Batuan Data Parameter Hasil Uji Sifat-Sifat Fisik

Parameter Nilai

DH-2Kadar Air, w (%) 37,21Berat Jenis (gram/cm2) 2,52Berat Isi Basah. y (gram/cm5) 1,42Berat Isi Kering, yet (gram/cm3) 1,04Angka Pori (-) 1,17Porositas, n (%) 53,98Derajat Kejenuhan, S (%) 0,99Batas Cair, (WL) (%) 58,00Batas Plastis. (WP) (%) 52,54Indeks Plastis (lp) (%) 5,46

DH-5Kadar Air, w(%) 32,74Berat Jenis (gram/cm2) 3,22Berat Isi Basah, y (ton/m3) 1,33Berat Isi Kering, yd (ton/m3) 1,00Angka pori (-) 0,97Porasitas, n {%) 49,35Derajat Kejenuhan, S (%) 0,88Batas Cair, (WL) (% 55,50Batas Plastis, (WP) (%) 47,43Indeks Plastis (lp) (%) 8,07

3.14 Geometri Tambang

Seperti yang telah diketahui, kajian geoteknik diperlukan untuk menentukan

desain tambang yang mencakup tinggi dan sudut lereng yang dianggap.

Secara umum geometri lereng dinding bukaan tambang Bijih Besi di bagi

dalam dua kategori, yakni lereng keseluruhan atau total (overall slope) dan

lereng jenjang atau individu (bench / individual slope). Selain menghitung

dimensi kedua jenis lereng, dalam laporan ini juga disertakan perhitungan

terhadap lereng timbunan (dumping area).

Analisis dan perhitungan kemantapan lereng dilakukan pada setiap lokasi titik

pemboran yang mewakili daerah sekitarnya dan dibatasi sampai kedalaman

maksimun dari setiap lubang bor.

PT. ISCO Polman Resources 38

Page 39: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.14.1 Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng

Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang tambang yang aman

diperlukan analisis perhitungan kemantapan lereng (slope stability) secara

empirik. Dengan kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk

menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil sehingga tidak

berbahaya untuk keselamatan dan kehidupan.

Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng adalah

menentukan nilai Faktor Keamanan (safety factor). Faktor Keamanan (FK)

adalah nilai empirik yang diperoleh dari gaya penahan dibagi oleh gaya

pendorong, yang dinyatakan sebagai persamaan :

FK = GayaPenahanGayaPendorong

Selanjutnya, nilai FK (Bowles, 1981) dinyatakan sebagai berikut :

FK < 1,0 : Lereng longsor

FK 1, 0 - 1.2 : Lereng kondisi kritis

FK > 1,2 : Lereng dianggap aman (stabil)

3.14.2 Kondisi Lereng

Gaya Pendorong maupun gaya penahan yang bekerja pada sebuah lereng,

setidaknya dipengaruhi 2 (dua) faktor utama yang saling berkaitan yaitu faktor

dalam dan faktor luar.

Faktor dalam (internal) adalah gaya-gaya yang bekerja pada lereng tersebut,

yaitu gaya pendorong dan gaya penahan. Besaran atau nilai dari gaya - gaya

tersebut di atas dalam aspek keteknikan dinyatakan sebagai nilai sifat fisik

dan mekaniknya, seperti berat isi (density), sudut geser dalam (internal

friction angle) dan kohesi dari setiap lapisan sub-struktur yang menyusun

lereng tersebut.

Faktor luar (eksternal) adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi fisik,

seperti : dimensi tambang (sudut dan tinggi lereng), kondisi geologi (struktur,

kemiringan lapisan, kegempaan), kondisi hidrologi (pengaruh tekanan air atau

PT. ISCO Polman Resources 39

Page 40: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

hydrostatic pressure dan banjir), dan getaran yang disebabkan aktivitas atau

kegiatan penambangan seperti penggunaan alat-alat berat atau getaran

akibat peledakan (blasting).

Kedua faktor di atas, dapat diperoleh dari hasil penyelidikan di lapangan

maupun uji di laboratorium penyelidikan lapangan berupa pemboran inti,

merupakan aspek yang sangat penting untuk mengidentifikasi keadaan/

karakteristik sub-struktur bawah permukaan, dari hasil pemboran inti (coring)

contoh tanah dan batuan tak terganggu diambil untuk uji laboratorium.

3.14.3 Parameter Untuk Analisis Kemantapan Lereng

Adapun parameter yang diperlukan untuk menghitung analisis kemantapan

lereng adalah:

a. Sifat fisik, khususnya berat isi (bulk and dry density), dinyatakan dengan:

y dan ysat

b. Sifat mekanik, yaitu kohesi dan sudut geser dalam, dinyatakan dengan

dan c

c. Tekanan pori atau tekanan hidrostat

d. Percepatan atau akselarasi (getaran, gempa, peledakan atau pergerakan

alat-alat berat)

Nilai parameter yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium dari hasil

pemboran (kohesi dan sudut geser dalam masing-masing total dan efektif).

Selain parameter di atas, diperlukan juga data pendukung seperti:

a. Data makro dan mikro struktur (termasuk bidang diskontinu)

b. Sifat indeks (perilaku) yang dinyatakan dalam nilai konsistensi dan

distribusi butir (khusus untuk tanah dan batuan sedimen klastik)

c. Nilai kekerasan atau kuat tekan

3.15 Longsoran

Longsoran merupakan sebuah fenomena alam yang umum terjadi, akibat

perubahan keseimbangan terhadap kemantapan lereng. Ditinjau dari aspek

PT. ISCO Polman Resources 40

Page 41: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

keteknikan, longsoran terjadi disebabkan oleh gaya dorong lebih besar dari

gaya penahan sehingga nilai F < 1 (terjadi longsor).

Longsoran dianggap berbahaya bila telah memakan korban jiwa dan merusak

harta maupun benda. Dikaitkan dengan bukaan tambang, longsoran termasuk

berbahaya karena adanya aktivitas di tempat tersebut. Akibat longsoran,

selain membahayakan juga menghambat aktivitas kegiatan penambangan,

dan selanjutnya akan menghambat produksi tambang. Secara umum terdapat

4 (empat) jenis longsoran yang terjadi pada area tambang terbuka, yaitu:

- Longsoran blok atau bidang (Plane Failure)

- Longsoran baji atau gunting (Wedge Failure)

- Longsoran memutar atau tak memutar (Circuit Circular Failure)

- Longsoran guling atau rebah (Toppling Failure)

Perbedaan jenis longsoran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

jenis batuan, struktur (makro) dan kondisi geologi daerah yang akan

ditambang. Longsoran memutar (rotasi) dan tak memutar, bidang (translasi),

longsoran baji umumnya terjadi pada batuan sedimen, sedangkan longsoran

rebah (jungkiran), umumnya terjadi pada batuan beku atau batuan-batuan

sedimen yang lapisannya relatif tegak.

Longsoran bidang dan baji timbul karena struktur kekar yang terpola (joint

pattern), arah dan kemiringan lapisan sejajar dan terpotong oleh bidang

lereng (cut slope). Longsoran memutar dan tak memutar sangat umum terjadi

dibandingkan jenis longsoran lainnya. Longsoran ini timbul karena struktur

yang tak beraturan (chaotic), dan lapisan batuan sedimen relatif belum

terkonsolidasi baik.

Untuk menghitung analisis kemantapan lereng yang ditujukan untuk tipe

longsoran memutar digunakan rumus persamaan (Bishop, 1955), sebagai

berikut:

PT. ISCO Polman Resources 41

Page 42: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

f=∑ {(c ,b ,+(W−υb ) tanφ ,}+ 1

cosα ,(1+taα ,)/FKΣW ,sin α

Dimana :

FK = Faktor Keamanan

c = Kohesi

b = Lebar Irisan longsoran

W = Berat Massa (luas + berat asli/jenuh)

, = Sudut Gelincir Bidang Longsor

1 = Sudut Geser Dalam

P = Tekanan Hidrostatis (berat isi air x tinggi)

Mengingat data curah hujan cukup tinggi dan didukung hasil pengamatan

mikrostruktur di lapangan, maka perhitungan analisis kemantapan lereng total

diintensikan pada jenis longsoran memutar. Walaupun demikian untuk

perhitungannya, masih diperlukan beberapa asumsi tambahan, yakni:

a. Perhitungan untuk lereng total menggunakan nilai FK > 1,3 dengan

ketinggian mat (muka air tanah), sesuai dengan hasil pengukuran. Untuk

teras jenjang menggunakan nilai FK > 1,5 dengan kondisi dianggap

jenuh dan batuan dianggap homogen.

b. Dimensi longsoran ditentukan melalui daerah paling lemah (lapisan

batu-lempung) atau melalui bidang rekah yang terdeteksi.

c. Perhitungan longsoran memutar diasumsikan, bagian mahkota

longsoran terletak pada puncak datar, yakni beberapa meter dari ujung.

3.15.1 Perhitungan Secara Grafis Hoek & Bray

Analisis kemantapan lereng secara grafis dengan menggunakan metode

Hoek dan Bray dapat dilakukan lebih cepat karena menggunakan diagram

(chart). Adapun cara dan langkah perhitungan dalam menggunakan diagram

yang dibuat oleh Hoek and Bray, dengan langkah sebagai berikut:

1. Tentukan kondisi air tanah untuk memperoleh ketinggian seperti pada

gambar 3.4 yang dimaksud.

PT. ISCO Polman Resources 42

Page 43: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

2. Hitung harga c / h tan 0, kemudian masukan dalam grafik gambar 3.5

3. Letakkan harga (langkah 2) pada lengkung luar, tentukan harganya

4. Tarik garis lurus yang berawal dari titik hasil langkah 3. sehingga

memotong lengkungan sudut lereng dan kemudian tentukan titik

perpotongannya.

5. Tarik garis lurus dari titik langkah 4, sehingga memotong garis tepi kiri

(tan /F) atau garis batas bawah (c/HF).

6. Hitung harga F (=FK) dari persamaan tan /F atau c/ HF).

Cara dan langkah metode Hoek & Bray dapat dilihat pada gambar 3.3

Gambar 3.3

Cara dan Langkah Perhitungan Hoek & Bray

Meskipun metode atau cara Hoek & Bray dapat dilakukan dengan cepat dan

mudah, namun hasil perhitungannya mempunyai kelemahan karena kondisi

Iereng diasumsikan homogen. Penggunaan diagram (chart) sangat

tergantung kepada kedudukan/ketinggian muka air tanah mulai dari kering

sampai jenuh, seperti yang terlihat pada gambar 3.4.

PT. ISCO Polman Resources 43

Page 44: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 3.4

Kondisi Muka Air Tanah Untuk Diagram Hoek & Bray

PT. ISCO Polman Resources 44

Page 45: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 3.5

Diagram Untuk Analisis Perhitungan Jenuh Air

3.15.2 Hasil Analisis

Untuk memperoleh hasil yang akurat, analisis perhitungan pada lereng total

(overall slope) dilakukan terhadap setiap titik pemboran, disesuaikan dengan

kedalaman maksimumnya. Analisis kemantapan lereng dihitung berdasarkan

pengambilan contoh tanah/batuan pada kedalaman total pemboran setara

dengan tinggi lereng (H) yang dirancang. Tinggi lereng (H) - 50 meter.

3.15.2.1 Lereng Total

Hasil analisis perhitungan kemantapan lereng untuk jenis longsoran memutar

untuk lereng total tercantum dalam tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Kemantapan Lereng Total, Lokasi DH 1, 5 dan 7

Sudut(...0)

Faktor Keamanan

DH -1, H = 70 DH - 5, H = 70 DH - 7, H = 7030, 1,206 1,257 1,276

Catalan: H & B = Hoek & Bray FK > 1,200

PT. ISCO Polman Resources 45

Page 46: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.15.2.2 Lereng Jenjang (Bench slope)

Hasil analisis perhitungan kemantapan lereng untuk lereng jenjang tercantum

dalam tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Hasll Perhitungan Kemantapan Lereng Jenjang, Lokasi DH 1, 5 dan 7

Sudut(...0)

Faktor Keamanan

DH-1, H = 10 DH-5, H = 10 DH-7, H = 1030, 2,607 2,034 2,768

Catalan: H & B = Hoek & Bray FK > 1,200

3.15.2.3 Analisis Lereng Timbunan

Parameter yang digunakan untuk menganalisis lereng timbunan atau lereng

material buangan (dumping slope), yang terdiri dari campuran beberapa

material menggunakan data gabungan. Mengingat tingkat kepadatan (tanah)

timbun relatif rendah dan belum terkonsolidasi dengan baik dibandingkan

dengan lapisan/ sedimen aslinya, maka diperlukan beberapa asumsi. Asumsi

yang digunakan dalam perhitungan lereng timbunan ini antara lain:

Tinggi lereng maksimum 25meter

Parameter yang digunakan untuk nilai c dan $ adalah 1/3 dari nilai

rata-rata dari setiap lokasi bor

Muka air tanah dianggap sama dengan tanah dasar

Hasil perhitungan analisis kemantapan lereng untuk timbunan (dumping area)

dengan menggunakan longsoran memutar, hasilnya dapat dilihat pada tabel

3.8 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Kemantapan Lereng Jenjang TunggalLokasi DH 1, 5 dan 7

No. TINGGI45 55 65 75

MP B MP B MP B MP B1 6 1,533 1,523 1,334 1,325 1,175 1,168 1,034 1,0282 7 1,315 1,329 1,111 1,123 0,965 0,954 0,820 0,8103 8 1,186 1,168 0,979 0,964 0,812 0,797 0,670 0,6564 9 1,080 1,060 0,903 0,883 0,707 0,688 0,562 0,5435 10 0,932 0,910 0,793 0,793 0,633 0,608 0,486 0,460

PT. ISCO Polman Resources 46

Page 47: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Dari perhitungan di atas diketahui untuk jenjang tunggal dengan tinggi 6 m,

maka sudut maksimum yang aman adalah 650.

Hasil analisis perhitungan kemantapan lereng total untuk jenis longsoran

memutar untuk lereng total tercantum dalam tabel 3.9 di bawah ini:

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Kemantapan Lereng Timbunan (H) = 25 m

Sudut (…..°)Faktor Keamanan

DH-1 DH-S DH-715 1,236 1,292 1,254

Catatan : H & B = Hoek & Bray FK > 1,200

Biaya penambangan yang meliputi penggalian, pengolahan dan

pengangkutan Bijih Besi adalah sekitar US $ 75,00 per ton.

Biaya penggalian dan pemindahan tanah penutup sekitar US $ 4,80

per BCM.

Faktor kehilangan karena penambangan sekitar 10%.

Maka akan didapat nilai nisbah pengupasan sebesar :

SR = (Harga Jual x Perolehan )−(Biaya Penambangan )

(Biaya Penggalian danPemindahanTanahPenutup)

BESR = (US$145,00 x 0,90 )−US $75¿ ¿

US $4,80

= 11,56

3.16 Cadangan Tertambang (Mineable Reserve)

Cadangan Bijih Besi tertambang akan dihitung berdasarkan batasan-batasan

sebagai berikut:

Kondisi geologi (struktur, topografi, sungai)

Geometri lereng tambang dimana tinggi lereng keseluruhan rata-rata

adalah 50m dengan kemiringan lereng total 39,5°, dan lereng tunggal

adalah 10m dengan kemiringan 60°

PT. ISCO Polman Resources 47

Page 48: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Nisbah pengupasan (SR)

Hasil perhitungan cadangan tertambang tercantum dalam tabel 3.10:

Tabel 3.10

Jumlah Cadangan Tertambang

Tahun Cadangan Tertambang Cadangan Layak JualNisbah

PengupasanBijih Besi (Ton)

T. Penutup (BCM )

Bijih Besi (Ton)T. Penutup

(BCM)2010 88.571,40 207.257,08 60.000 140.400 2,342011 89.083,90 327.828,75 60.000 220.800 3,682012 178.167,80 538.066,76 120.000 362.400 3,022013 177.142,80 543.828,40 120.000 368.400 3,07

Dalam merencanakan desain tambang, hal penting yang harus dilakukan

adalah pemilihan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi teknis

dan ekonomis sumber daya Bijih Besi yang akan ditambang dalam

menentukan jumlah Bijih Besi yang dapat ditambang dari potensi sumber

daya yang ada, sehingga jumlah Bijih Besi sebagai cadangan yang dapat

ditambang akan dihitung dengan mempertimbangkan hasil desain tambang.

Secara teknis, pemilihan metode penambangan didasarkan pada

pertimbangan hal-hal sebagai berikut:

Kedalaman lapisan (seam)

Ketebalan lapisan dan penyebarannya

Kondisi lapisan tanah penutup (overburden)

Struktur geologi

Secara ekonomis akan dipertimbangkan nisbah pengupasan atau "stripping

ratio", yaitu besarnya volume pengupasan tanah penutup untuk mendapatkan

setiap ton Bijih Besi.

PT. ISCO Polman Resources 48

Page 49: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 4 PENAMBANGAN

4.1 Pemilihan Metode Penambangan

Memilih metode penambangan tambang terbuka yaitu dengan open pit mining

untuk melaksanakan penambangan Bijih Besi ini. Metode tambang terbuka

dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis yang mencakup model

geologi, kondisi lapisan Bijih Besi (strike, dip, thikness). kondisi lapisan

penutup (overburden) serta pertimbangan jumlah sumber daya Bijih Besi.

Metode penambangan ini menggunakan kombinasi back hoe dan dump truck

serta bulldozer. Sebagai alat bantu, ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas

dan selektivitas penambangan, antara lain seperti:

- Biaya investasi awal yang lebih kecil

- Perolehan sumber daya Bijih Besi dapat lebih besar

- Tingkat produksi Bijih Besi per hari yang lebih besar

- Penanganan peralatan tambang yang lebih mudah dan keselamatan

tambang dan karyawan yang lebih baik

Open pit merupakan teknik penambangan Bijih Besi yang dinilai cocok dan

sesuai untuk diterapkan. Teknik penambangan open pit mining ini adalah

dengan melakukan penggalian Bijih Besi pada batas-batas penambangan (pit

limit) dari arah singkapan (crop line) menuju ke bawah searah dengan

kemiringan lapisan Bijih Besi (down dip).

Penggalian ini digunakan dengan membentuk jenjang-jenjang atau lereng

multi yang memiliki geometri tertentu berdasarkan hasil kajian geoteknik dan

rencana pengoperasian alat-alat penambangan. Dengan teknik

penambangan ini, diharapkan semua lapisan (seam) Bijih Besi yang

penyebarannya jelas, dapat ditambang dengan baik.

4.2. Desain Tambang

PT. ISCO Polman Resources 49

Page 50: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Menentukan desain tambang cukup kompleks seperti:

Potensi sumberdaya bijih geoteknik

Kualitas Bijih Besi

Geometri lereng tambang pen-teknik

Air dalam tambang (geohomoni)

Harga dan kualitas Bijih Besi yang di pasarkan

Ada hal-hal lain yang juga menjadi pertimbangan yaitu:

Aspek lingkungan dalam hubungannya dengan pasca tambang

Kontrak jangka pendek dan jangka panjang dengan konsumen (buyer)

Sarana dan prasarana yang sudah tersedia

4.3 Potensi Sumber Daya Bijih Besi

Dalam penyusunan desain tambang, hal pertama yang harus diketahui

adalah jumlah sumber daya yang tersedia, karena kuantitas sumber daya

akan menyangkut penentuan kapasitas produksi tambang dan umur tambang.

4.4 Kualitas Bijih Besi

Keberadaan dan penyebab kualitas Bijih Besi sangat berperan dalam

penetapan sekuen kemajuan penambangan dan rancangan penggalian

permukaan penambangan (mine front). Dengan demikian, perlu tidaknya

proses blending bijih Bijih Besi pada kegiatan pengolahan sangat ditentukan

oleh penyebaran kualitas dan produksi Bijih Besi yang direncanakan.

Cadangan Bijih Besi tertambang tanpa faktor losses adalah 2.919.079,6 ton

yang terbagi dalam 8 block. Setiap block memiliki kuantitas dan kualitas Bijih

Besi berbeda dengan block lainnya. Keseluruhan kualitas Bijih Besi belerang

mengandung total belerang (TS) rata-rata ± 3%, dengan kadar total rata-rata

± 45%.

4.5 Kualitas Produk dan Harga Jual

PT. ISCO Polman Resources 50

Page 51: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Karakteristik Bijih Besi yang akan dijual oleh perusahaan dengan karakteristik

Bijih Besi yang dimiliki oleh perusahaan akan menentukan jenis kegiatan

pengolahan yang dilakukan, untuk memperoleh kualitas produk yang

diinginkan. Beberapa alternatif proses pengolahan di antaranya adalah:

Proses reduksi ukuran saja

Proses reduksi ukuran ditambah blending

Proses reduksi ukuran dan pencucian

Proses reduksi ukuran dan pencucian serta blending

Pemilihan setiap alternatif akan mempengaruhi pengaturan sekuen dan

kegiatan di permukaan penambangan. Harga jual Bijih Besi sangat

berpengaruh pada penentuan “stripping ratio" (SR) karena harga jual yang

besar akan lebih membuka peluang untuk melakukan operasi penambangan

dengan SR yang besar pula, sehingga akan memperbesar perolehan

cadangan Bijih Besi.

Perubahan besaran SR mempunyai implikasi yang luas terhadap desain

tambang, demikian pula sebaliknya karena secara teknis dapat berakibat

pada perubahan batas penambangan (pit limit) dan perubahan level

penambangan (pit level). Dengan demikian, berakibat pada perubahan jumlah

cadangan Bijih Besi dan umur tambang.

4.6 Geometri Lereng Tambang

Rekomendasi geometri lereng tambang berupa ketinggian dan kemiringan

lereng diperoleh dan dikaji kemantapan lerengnya. Dalam menyusun desain

tambang, geometri lereng ini melupakan salah satu parameter yang sangat

penting sehingga dapat berakibat fatal apabila desain tambang mengabaikan

rekomendasi geometri lereng ini.

Hasil uji geoteknik dari formasi lapisan penutup Bijih Besi dapat dilihat pada

bab III (Kajian Geoteknik dan Hidrogeologi) dimana batuan pembentuk lereng

tambang didominasi oleh batu Granit.

PT. ISCO Polman Resources 51

Page 52: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Overall slope telah dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik sifat

keteknikan tanah dan batuan pada masing-masing block yang bervariasi,

perhitungan tersebut telah memperhitungkan beban dari material timbunan

(bila sisi bukaan tambang memotong lokasi material timbunan). Selain

berdasarkan sudut lereng yang direkomendasikan studi geoteknik, juga

berdasarkan konvensi jarak aman lokasi waste dump area (WDA) dengan

lokasi tambang yaitu minimal sama dengan tinggi/kedalaman tambang (pit)

itu, jarak WDA di sekitar tambang didesain antara 100-500m.

Selain diperlukannya analisis kemantapan lereng pada lokasi bukaan

tambang, juga dilakukan usaha pemantuan kemungkinan terjadinya

longsoran. Pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui gejala-gejala awal

sebelum terjadinya longsoran sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan

pencegahan atau penanggulangan longsoran yang akan terjadi agar tidak

menimbulkan korban jiwa serta kerugian yang lebih besar.

Beberapa usaha pemantauan kemantapan lereng direkomendasikan adalah

sebagai berikut:

Identifikasi struktur geologi seperti lahan, kekar, rembesan-rembesan

air tanah. Identifikasi ini dilakukan setelah dilakukan pemotongan

lereng pada saat operasional tambang sehingga pada saat dilakukan

pemotongan lereng dan ditemukannya gejala-gejala tersebut perlu

dilakukan pemantauan secara intensif dengan memasang patok-patok

geser.

Identifikasi gejala-gejala longsoran selama penambangan seperti

timbulnya rekahan-rekahan pada bukaan tambang, bila dijumpai

gejala-gejala tersebut di atas, maka perlu dilakukan pemantauan

secara intensif dengan memasang patok-patok geser.

Membuat prosedur petunjuk operasional untuk pemantauan longsoran

sebagai berikut:

a. Peralatan yang Digunakan

1. Alat Ukur (EDM, PS, atau Geo-radar)

PT. ISCO Polman Resources 52

Page 53: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

2. Patok (terbuat dari logam tahan karat atau kayu/bambu yang

dicat atau diberi tanda yang mencolok)

3. Alat pencatat

b. Prosedur Pengukuran

1. Tentukan titik patok tetap pada lokasi yang stabil dan menetap

(tidak dipindahkan) selama patok tetap difungsikan. Bila perlu

patok tetap dipasang dudukan (pondasi) agar kuat dan tidak

mudah digeser.

2. Catat rekaman posisi geografis atau diikat dengan titik

triangulasi terdekat atau titik lainnya yang digunakan sebagai

referensi posisi patok tetap.

3. Tentukan dan tanam titik patok gerak, pada posisi lahan/tanah

yang berpotensi longsor. Untuk memperoleh hasil yang lebih

akurat, sebaiknya patok gerak dibuat lebih dari satu, pada lahan

yang sama.

4. Ukur jarak antara patok tetap dengan patok gerak dengan

ketelitian maksimum sesuai dengan spesifikasi teknis alat ukur

yang digunakan.

5. Catat jarak antara patok tetap dengan patok gerak. Lakukan

pengukuran ulang (cek) untuk kepastian data pengukuran awal.

Catatan jarak antara kedua patok tersebut dalam kepekaan ukur

minimal dinyatakan dalam mm.

6. Untuk mendeteksi gerakan tanah, pengukuran dapat dilakukan

selang tiap 3 hari atau lebih selama musim kemarau. Untuk

musim penghujan pengukuran minimal sehari sekali atau bila

perlu dilakukan setiap interval 6 jam (tergantung keperluan dan

keadaan yang dianggap darurat).

7. Bila pengukuran berkala dilakukan pada waktu yang lama,

disarankan kedua patok tersebut terbuat dari logam tahan karat.

8. Jika dalam pengukuran terjadi selisih jarak secara signifikan

(misal > 10mm), segera laporkan kepada penanggung jawab

(Kepala Teknik Tambang) untuk ditindaklanjuti.

PT. ISCO Polman Resources 53

Page 54: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Pemantauan harian dan mingguan dengan mempergunakan total station

harus dilakukan secara rutin, dan pemantauan akan diintensifkan apabila

teridentifikasi adanya gejala struktur geologi ataupun rekahan-rekahan baru

dengan memantau patok-patok geser yang telah dipasang pada daerah yang

telah teridentifikasi tersebut. Bila ternyata dalam waktu yang sama akan

dilakukan pelandaian lereng totalnya.

Dari hasil uji geoteknik tersebut di atas, maka dapat dihitung Faktor

Keamanan (FK) dari setiap jenjang yang direncanakan pada block

penambangan untuk setiap sudut kemiringan lereng. Dengan sudut lereng

tunggal sebesar 250 dan sudut secara keseluruhan sebesar 15° maka

timbunan tanah penutup masih stabil sampai ketinggian timbunan sebesar

25meter.

4.7 Air Dalam Tambang

Air di dalam tambang mencakup keberadaan air di atas permukaan maupun

di bawah permukaan. Air di atas permukaan meliputi keberadaan sungai dan

anak-anak sungai di daerah tambang serta aliran limpasan (run-off) yang

berasal dari curah hujan. Sedangkan air di bawah permukaan (groundwater)

berkaitan erat dengan keberadaan lapisan batuan yang berfungsi sebagai

pembawa air (aquifer).

Pengaruh sungai dan anak sungai dari segi keberadaannya jelas akan

menjadi faktor pembatas luas daerah yang akan ditambang (block area), dan

perlu diantisipasi sebagai sumber air rembesan (seepage) baik melalui

lapisan aquifer ataupun rekahan yang ada. Hal ini sedikit banyak akan

mengganggu kegiatan penambangan.

Air hujan termasuk air permukaan yang harus diperhitungkan karena air yang

masuk daerah tambang secara langsung ataupun sebagai air limpasan dapat

menimbulkan genangan sehingga mengganggu operasional penambangan,

secara keseluruhan akan menurunkan efisiensi kerja. Disamping itu bila tidak

ditangani dengan baik dapat menjadi sumber pencemaran air (water

pollution).

PT. ISCO Polman Resources 54

Page 55: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Keberadaan air di bawah permukaan (groundwater) juga perlu diperhitungkan

karena berkaitan dengan efek tekanan air pori (water pressure) dimana akibat

yang ditimbulkan dapat menurunkan kekuatan (material strength) dari massa

batuan pembentuk lereng tambang, sehingga akan mempengaruhi stabilitas

atau kemantapan lereng tambang.

4.8 Analisis Desain Tambang

Dengan memperhatikan beberapa parameter pembentuk model desain

tambang, maka untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah

penambangan dapat diasumsikan sebagai sebuah block yang memiliki

dimensi panjang, lebar, dan ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan

parameter model geologi sumber daya Bijih Besi, terutama aspek penyebaran

lapisan Bijih Besi, maka dapat dilakukan seleksi block penambangan, untuk

memilih sub-block penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi tambang

sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh desain tambang.

Hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan memberikan angka sudut

keseluruhan lereng sebesar 39,5° dengan tinggi lereng lebih kurang 50m,

Berdasarkan kajian tersebut direkomendasikan pada setiap block dengan

sudut lereng keseluruhan sebesar 39,5° dengan tinggi lereng 50m, dan lereng

jenjang dengan ketinggian H = 10m dan sudut jenjang 60°. Dengan mengacu

pada hasil rekomendasi geoteknik tersebut, maka desain block akan

menggunakan sudut 39,5°.

Perhitungan cadangan (reka block cadangan) yang dilakukan dengan

mengacu pada standar (SNl 88) berdasarkan sudut lereng dari kajian

geoteknik. Jumlah cadangan yang akan ditambang merupakan bagian dari

perhitungan cadangan awal sehingga stripping ratio-nya tidak berubah.

4.9 Bukaan Tambang

Desain tambang direncanakan terdiri dari 8 block. Pengupasan tanah penutup

dan penggalian Bijih Besi akan dilaksanakan tidak secara serempak, dimana

jarak angkut penimbunan tanah penutup di waste dump area dan jarak angkut

back filling berkisar antara 0,2.00m sampai 500m dan jarak angkut Bijih Besi

PT. ISCO Polman Resources 55

Page 56: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Run Of Mine (ROM) ke Iron ore Processing Plant (GPP) berkisar antara 146m

sampai 439m.

Sesuai dengan skenario penggalian Bijih Besi dan pembuangan tanah

penutup, maka Bijih Besi dari block akan habis digali selama kurun waktu 20

tahun.

4.10 Sistem dan Tata Cara Penambangan

Dari perencanaan desain tambang diketahui bahwa pemilihan sistem dan

metode penambangan adalah tambang terbuka dengan metode open pit

mining dimana penggalian tanah dan Bijih Besi akan dikerjakan dengan

membentuk jenjang-jenjang atau lereng (multy benches) yang memiliki

geometri tertentu berdasarkan hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan.

Dengan teknik penambangan ini diharapkan semua lapisan (seam) Bijih Besi

yang penyebarannya jelas, dapat ditambang dengan baik. Pada umumnya tak

semua cadangan terukur dapat diambil Bijih Besinya karena faktor-faktor

berikut:

- Keterbatasan peralatan

- Kondisi perlapisan pembentuk Bijih Besi

- Struktur geologi

- Morfologi daerah tambang

- Kualitas produk yang diinginkan

Dalam hal ini akan diambil persentase perolehan (recovery) sebesar

2.560.900,97ton.

4.11 Tahapan Kegiatan Penambangan

Kegiatan operasi penambangan Bijih Besi yang direncanakan pada setiap

bukaan tambang akan mencakup:

4.11.1 Operasi Pembersihan Lahan

Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi

dimana tambang akan dibuka. Berkaitan dengan operasi ini akan

dilakukan beberapa pekerjaan, yaitu:

PT. ISCO Polman Resources 56

Page 57: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

A. Operasi Penebangan Pohon dan Pemotongan Kayu

Dalam operasi pembersihan lahan, apabila ditemukan pohon-

pohon, maka terlebih dahulu dilakukan operasi penebangan pohon

dan operasi pemotongan kayu. Bila pohon-pohon tersebut dinilai

mampu ditumbangkan dengan tenaga dorong bulldozer, maka

operator akan langsung menggunakan bulldozer. Untuk pohon-

pohon berukuran besar, untuk penebangannya perlu dibantu

dengan menggunakan gergaji mesin (chain shaw). Bila kayu yang

dikerjakan memiliki ukuran yang besar, maka operasi pemindahan

kayu dari lokasi penambangan ketempat penyimpanan kayu ini

perlu dipergunakan alat angkat untuk beban berat (crane) dan

rantai besi untuk pengikat dan penarik, serta truk pengangkut kayu.

Bila kayu memiliki ukuran yang kecil, maka operasi pemindahan

kayu dari lokasi penambangan ke lokasi penyimpanan kayu ini

cukup dipergunakan tenaga manusia dan truk pengangkut kayu.

Kayu-kayu hasil penebangan dan pemotongan akan disimpan di

lokasi penyimpanan yang telah direncanakan. Lokasi penyimpanan

kayu dapat dipilih pada lahan-lahan terbuka yang dekat dengan

daerah penambangan dan dilintasi oleh jalan angkut. Kayu-kayu

yang disimpan ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan,

jembatan, bahan bakar atau kepentingan lainnya.

B. Operasi Pembabatan Semak dan Perdu

Pekerjaan pembabatan semak dan perdu ini akan dilakukan

dengan menggunakan bulldozer, yang dapat menjalankan fungsi

gali dan dorong dengan memanfaatkan blade dan tenaga dorong

yang besar dari alat tersebut. Semak dan perdu yang sudah

dibabat tersebut selanjutnya akan didorong ke daerah-daerah

lembah yang dekat dengan areal penambangan.

PT. ISCO Polman Resources 57

Page 58: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

4.11.2 Operasi Pengupasan Tanah Atas (Top Soil)

Setelah operasi pembersihan selesai, selanjutnya dilakukan operasi

pengupasan lapisan atas (top soil) yang banyak mengandung bahan-

bahan organik hasil pelapukan, yang sangat baik untuk penyuburan

tanah. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan blade

dari bulldozer. Operator bulldozer sambil mengupas tanah subur

tersebut sekaligus mendorong dan mengumpulkannya pada lokasi

tertentu di dekat daerah operasi bulldozer. Dengan demikian pada

lahan penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah subur yang

pada gilirannya akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas

penambangan. Apabila lokasi timbunan top soil ini relatif jauh, maka

pekerjaan pemindahan top soil ini akan memerlukan excavator

sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut.

4.11.3 Operasi Pemindahan Tanah Penutup (Overburden)

Operasi penggalian tanah penutup berupa overburden dan

interburden, dilakukan dengan menggunakan excavator dan dibantu

dengan bulldozer. Untuk material lemah sampai sedang, excavator

dapat langsung melakukan penggalian dan pemuatan ke atas dump

truck. Sedangkan untuk material agak keras, bulldozer akan

membantu memberaikan material tersebut, sebelum digali dan dimuat

oleh excavator. Pemakaian ripper pada bulldozer akan disesuaikan

dengan kebutuhan operasi pemberaian material. Selanjutnya apabila

diketemukan lapisan tanah penutup yang keras sampai sangat keras,

maka akan dipergunakan stone breaker untuk memberaikan material

tersebut sebelum dimuat ke atas dump truck. Dalam batas-batas

penggalian yang telah direncanakan, operator excavator akan

melakukan pembentukan jenjang (bench), dibantu oleh operator

bulldozer.

Dump truck sebagai alat angkut akan mengangkut tanah penutup dari

daerah penambangan menuju lokasi penimbunan (dumping area),

yang telah direncanakan di daerah dengan morfologi lembah atau

PT. ISCO Polman Resources 58

Page 59: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

datar yang ada di lokasi terdekat. Timbunan tanah penutup ini akan

diatur secara berjenjang dengan menggunakan dozer shovel dan

selanjutnya akan ditutup dengan lapisan tanah subur (top soil) untuk

persiapan proses penanaman bibit pohon (revegetasi).

Kemajuan tambang dimulai dari Block I, pada tahun 2011,

pemindahan tanah akan diarahkan ke waste dump area, sedangkan

setelah tahun 2011, pemindahan tanah akan dilakukan secara back

filling ke bekas tambang block yang telah selesai ditambang (mine

out) yaitu Block 1 ke Block 2, Block 3 dan Block 4 akan mulai

dilakukan back filling pada tahun 2012. Block 1 akan dimulai back

filling pada tahun 2012 , Block 2 akan dilakukan pada tahun 2013,

Block 3 akan dilakukan pada tahun 2014, Block 4 dan 5 akan

dilakukan setelah Block 3. Begitu pula dengan block-block berikutnya.

Selanjutnya pada setiap waste dump area juga untuk penimbunan

tanah pucuk (top soil) dimana tanah pucuk tersebut akan

dipergunakan untuk program reklamasi tambang.

Timbunan tanah penutup di waste dump area akan dibuat berjenjang,

masing-masing setinggi 6m, dimana lebar jenjang adalah sebesar

10m, sudut jenjang tunggal sebesar 30°, dan sudut jenjang

keseluruhan adalah sebesar 15°. Desain pit ini disesuaikan dengan

posisi endapan mineral dan faktor keamanan pit misalnya dari bahaya

longsor.

4.11.4 Operasi Penggalian dan Pemindahan Bijih Besi

Operasi penggalian Bijih Besi, dilakukan dengan menggunakan

bantuan bulldozer. Untuk Bijih Besi yang memiliki kekuatan lemah

sampai sedang, excavator langsung melakukan penggalian dan

pemuatan ke atas dump truck. Bila ditemukan Bijih Besi yang agak

keras, bulldozer akan membantu memberaikan material tersebut

terlebih dahulu sebelum penggalian dan pemuatan oleh excavator.

Pemakaian ripper pada bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan

operasi pemberaian Bijih Besi. Selanjutnya apabila ditemukan Bijih

PT. ISCO Polman Resources 59

Page 60: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Besi dan tanah penutup yang keras, maka akan dipergunakan stone

breaker untuk memberaikan material tersebut.

Dapat ditambahkan bahwa bukaan tambang akan dibuat berjenjang,

masing-masing setinggi 10m, dimana lebar jenjang keseluruhan

adalah sebesar 10m, sudut jenjang tunggal sebesar 60°, dan sudut

jenjang keseluruhan adalah sebesar 39,5°.

Gambar 4.1

Desain Pit

Dalam operasi pemindahan Bijih Besi akan digunakan excavator

sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut. Dump truck

akan mengangkut Bijih Besi dari daerah penambangan (Run Of Mine)

menuju ke lokasi penimbunan Bijih Besi (raw stockpile), yang

lokasinya berdekatan dengan unit pengolahan Bijih Besi (Mine Iron

ore Crushing Plant). Tumpukan Bijih Besi di raw stockpile ini

PT. ISCO Polman Resources 60

Page 61: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

selanjutnya akan menjadi umpan/masukan (feed) pada proses

pengolahan Bijih Besi di unit pengolahan Bijih Besi tersebut. Operasi

penambangan Bijih Besi berlangsung tidak secara serentak pada

semua block tambang.

Di unit pengolahan Bijih Besi, Bijih Besi produk tambang akan

diperkecil ukurannya menjadi Bijih Besi siap jual yaitu berukuran

± 22mm. Selanjutnya Bijih Besi siap jual ini akan diangkut oleh dump

truck kapasitas 20ton menuju ke lokasi pelabuhan Bijih Besi.

Di pelabuhan muat Bijih Besi, Bijih Besi siap jual tersebut akan

ditumpuk di area stockpile pelabuhan. Dari sini Bijih Besi akan

diangkut oleh dump truk HT 130 ke atas tongkang.

4.12 Operasi Penanganan Air Tambang

Operasi penanganan air tambang atau penirisan tambang mutlak diperlukan

karena lantai tambang yang berair, selain mengganggu kelancaran produk,

juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja, baik berupa tergelincirnya roda

ban dump truck maupun bahaya sengatan. Listrik apabila ada kabel listrik

yang menyentuh permukaan air.

Sumber air tambang selain berasal dari air tanah, juga terutama dari air

hujan. Dari data curah hujan dan hari hujan yang ada (lihat tabel 2.2), terlihat

bahwa lokasi tambang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu

maksimum 28,759mm perhari. Selanjutnya dalam perhitungan untuk drainase

tambang, diambil curah hujan maksimum yang mungkin terjadi yaitu sebesar

60mm per jam, sehingga untuk luas permukaan kerja sebesar 100mx100m,

maka debit air hujan akan mencapai 600m3 perjam.

Untuk menangani air tambang, maka diperlukan saluran bukaan tambang

yang akan mengalirkan air ini ke level dasar. Karena kemiringan lapisan di

lokasi yang tegak, maka air yang akan masuk dalam aquifer sangat kecil

sehingga potensi air tanah juga akan kecil, namun apabila pada lokasi yang

terpengaruh oleh struktur geologi ternyata dijumpai adanya rembesan air

PT. ISCO Polman Resources 61

Page 62: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

tanah akan dilakukan pemompaan dan disalurkan keluar tambang. Selain

munculnya rembesan air tanah, pemantauan berkala secara rutin seperti

yang akan dilakukan peda pemantauan lereng tetap akan dilakukan.

Tabel 4.1

Debit Air di Lokasi Tambang

Nama Lokasi Tambang Debit AirTapango 4,43

Tabel 4.2

Perhitungan Dimensi Settling Pond di Areal Tambang

No. ParametersMining Block

1 - 5Remarks

A. KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL1. Ukuran partikel (lempung - lanauan) ( D ) 9,91E-Q5 m2. Viskositas kinematik (u) 7,10E-07 m2/s3. Specific gravity padatan (SG) 1,01274. Kecepatan pengendapan partikel (V) 8,95E-Q5 m/s

B. DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN1. Luas areal bukaan tambang (A) 7,8 Ha2. Debit yang masuk block (Q) 105.479,56 m3/hari3. Luas minimum kolam pengendapan yang

dibutuhkan 36 Ha

4. Kedalaman kolam pengendapan 7,73 m

4.13 Rencana Produksi

4.13.1 Analisis Kualitas Cadangan

Lapisan Bijih Besi menunjukkan kualitas yang relatif sama. Dari

pengamatan di lapangan diketahui bahwa Bijih Besi berwarna coklat

tua kusam. Sedangkan dari analisis kimia, Bijih Besi ini kadarnya rata-

rata ± 45%.

4.13.2 Analisis Kuantitas Cadangan

Rencana penjualan Bijih Besi pertahunnya sesuai permintaan

konsumen yaitu 60.000ton per tahun, di mana produksi perbulannya

adalah 5.000ton.

PT. ISCO Polman Resources 62

Page 63: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

4.14 Peralatan Tambang

4.14.1 Jenis dan Spesifikasi Teknis Peralatan

Metode penambangan yang diterapkan dalam operasi penambangan adalah

open pit mining. Untuk menentukan jenis peralatan yang digunakan dalam

metode ini, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang akan

dilakukan dalam operasi penambangan tersebut. Dengan gambaran jenis

kegiatan yang jelas, maka penentuan spesifikasi peralatan yang akan

digunakan lebih mudah dilakukan. Hasil dari pemilihan jenis peralatan yang

akan digunakan dalam operasi penambangan Bijih Besi dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3

Pemilihan Jenis Peralatan

No. Nama Peralatan Merk Jumlah1. Excavator Caterpillar, Komatsu 3 unit2. Bulldozer Caterpillar 3 unit3. Wheel Loader Caterpillar 4 unit4. Road Grader Komatsu 1 unit5. Dump Truck Hino Jumbo Ranger 10 unit

Jumlah 21 unit

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jenis peralatan utama penambangan

yang mutlak dipergunakan adalah excavator, dump truck dan bulldozer.

A. Excavator

Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut alat gali muat. Pada

operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas

sebagai berikut:

1. Melakukan penggalian, pemuatan dan pemindahan serta pencurahan

material lemah seperti humus atau top soil pada lokasi penimbunan

atau langsung ke atas alat angkut.

2. Melakukan penggalian, pemuatan, dan pencurahan lapisan tanah

penutup (overburden), dan mengumpulkannya pada suatu lokasi

dekat tambang atau langsung memuat ke atas alat angkut.

PT. ISCO Polman Resources 63

Page 64: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3. Melakukan penggalian, pemuatan dan pencurahan lapisan Bijih Besi

dan mengumpulkannya pada lokasi dekat tambang atau langsung

memuat ke atas alat angkut.

4. Melakukan perintisan dan pembuatan saluran-saluran air di tambang

untuk sistem drainase tambang.

5. Melakukan perintisan dan pembuatan kolam air di tambang (settling

pond) dalam rangka pengelolaan dan pemantauan lingkungan

tambang.

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas didukung

oleh:

Kemampuan daya gali yang besar

Kemampuan memotong untuk permukaan yang relatif se-block

dengan memanfaatkan blade pada bucket-nya

Kemampuan melakukan manuiver pada medan yang se-block

Dengan memanfaatkan kemampuan track yang dimilikinya

B. Dump Truck

Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut truk jungkit dan pada

operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas

sebagai berikut:

1. Melakukan pengangkutan, pencurahan hasil penggalian tanah

penutup (overburden) ke lokasi penimbunan tanah penutup

(dumping area)

2. Melakukan pengangkutan, pencurahan Bijih Besi hasil tambang

(Run Of Mine) dari tambang ke stockpile Bijih Besi

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas didukung

oleh:

Kemampuan muat yang besar dari bucket-nya

Kemampuan mobilitas yang cepat untuk jarak angkut yang jauh

Kemampuan untuk melakukan dumping dari bucket-nya

PT. ISCO Polman Resources 64

Page 65: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Kemampuan untuk melakukan manuiver pada medan yang se-

block

C. Bulldozer

Alat ini fungsi utamanya adalah alat gali, dorong dan gusur. Pada operasi

penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai

berikut :

1. Melakukan pembabatan semak dan mengumpulkannya ke suatu

lokasi tertentu

2. Melakukan penggusuran jenis tanaman pohon-pohonan

3. Melakukan pengupasan tanah atas atau humus (stripping) dan

mengumpulkannya dekat lokasi tambang

4. Melakukan pembersihan Iapisan tanah penutup (overburden) dan

mengumpulkanya pada suatu lokasi dekat tambang. Apabila

berhadapan dengan material keras, maka digunakan alat tambahan

yang disebut ripper

5. Melakukan perintisan dalam pembuatan lantai kerja dan jalan angkut

tambang

6. Mengatur bentuk geometri lereng tambang

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan-pekerjaan seperti

di atas akan di dukung oleh:

Kemampuan daya dorong yang besar yang dimilikinya

Kemampuan memotong untuk ukuran yang cukup lebar dengan

memanfaatkan blade dan daya dorong yang besar

Kemampuan merobek material keras dengan memanfaatkan

kemampuan ripper dan daya dorong yang besar

Kemampuan untuk melakukan manuiver pada medan yang se-

block dengan memanfaatkan kemampuan track yang dimilikinya

Jenis atau tipe bulldozer yang akan digunakan adalah Caterpillar D 6 G

yang dapat melakukan pekerjaan seperti:

PT. ISCO Polman Resources 65

Page 66: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1. Melakukan pemuatan tanah penutup ke atas bucket dump truck

dan atau ke atas timbunan tanah penutup di waste dump area

2. Mengatur bentuk geometri lereng timbunan tanah penutup

3. Mendorong tanah penutup ke posisi yang direncanakan

D. Wheel Loader

Alat ini fungsi utamanya adalah alat muat. Akan tetapi dapat berfungsi

pula sebagai alat dorong dan pada operasi penambangan akan

digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Melakukan penggalian, pengangkutan, dan pencurahan Bijih Besi

di stockpile atau ke atas copper atau ke atas dump truck

2. Melakukan pendorongan Bijih Besi di stockpile agar tertata dengan

rapi

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas di dukung

oleh:

Kemampuan muat yang besar dari bucket-nya

Kemampuan mobilitas cepat untuk jarak angkut yang tidak terlalu

jauh

Kemampuan untuk melakukan digging dan dumping yang cepat

Memiliki daya dorong yang besar

Jenis atau tipe wheel loader yang akan digunakan adalah Caterpillar LW

220.

Tabel 4.4

Jenis Peralatan Utama Penambangan

Jenis Kegiatan Nama Alat TypePembersihan lahan Bulldozer Cat. D 6 GPembuatan jenjang, Pendamping excavator

Bulldozer Cat. D 6 G

Penggalian dan Pemuatan Tanah Penutup Excavator ( Back hoe ) PS 125Penggalian dan Pemuatan Bijih Besi Excavator ( Back hoe ) PC 320Pengangkutan Tanah Penutup Dump Truck PS 125Pengangkutan Bijih Besi Produk Dump Truck PS 130Pemuatan Bijih Besi di stockpile Wheel Loader Cat. LW 220

PT. ISCO Polman Resources 66

Page 67: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

4.14.2 Kebutuhan Peralatan

Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan unit peralatan untuk operasi

penambangan Bijih Besi maupun operasi pengupasan tanah penutup, harus

diperhatikan beberapa batasan-batasan yang berkaitan dengan karakteristik

Bijih Besi, karakteristik overburden, maupun karakteristik masing-masing

peralatan yang digunakan serta asumsi-asumsi yang perlu diterapkan

berkaitan dengan gambaran operasional penambangan yang direncanakan.

Berdasarkan besarnya volume pekerjaan pemindahan Bijih Besi ke stockpile

dan volume pekerjaan pemindahan tanah penutup ke dumping area per

tahun, maka dapat ditentukan jumlah kebutuhan peralatan utama setiap tahun

untuk operasi penambangan Bijih Besi, seperti terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Operasi Penambangan Bijih Besi

Tahun Jumlah Bijih Bijih Besi (ton)

Jumlah Tanah

Penutup (BCM)

Pemindahan Tanah Penutup

Penambangan Bijih Besi

PC 320 D PS 125 t > 7R PC 320 D HT 1302011 60.000 140.400 1 2 1 1 2

2012 60.000 220.800 1 2 1 1 3

2013 120.000 362.400 1 1 1 1 3

2014 120.000 368.400 1 1 1 1 1

4.14.3 Jam Kerja Peralatan

Jumlah jam kerja alat-alat penambangan ditentukan dengan pendekatan

sebagai berikut:

Jumlah hari kerja kalender adalah sebesar 365 hari per tahun

dan jumlah jam kerja kalender adalah sebesar 24 jam per hari,

dan juga memperhitungkan hari hujan.

Jumlah hari tidak efektif dihitung sebagai berikut (lihat tabel 4.6 dan tabel 4.7)

PT. ISCO Polman Resources 67

Page 68: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 4.6

Persentase Jam Tidak Bekerja Karena Hari Hujan

Data Cuaca Persentase Keterangan- Bulan hujan 7,00 bulan/tahun- Bulan kering 5,00 bulan/tahunBila jam kerja/ hari: 24,00 jam/hari

30,00 hari/bulan720,00 jam/bulan

Maka:- Jam kerja di bulan hujan (a) 5.040,00 Jam/tahun- Jam Kerja di bulan kering (b) 3.600,00 jam/tahun

Jam Tidak BekerjaEstimasi jam tidak bekerja di bulan hujan 30,00%- Jam tidak bekerja (a.1) 1.512,00 jam/tahun

Estimasi jam tidak bekerja di bulan kering 5,00%- Jam tidak bekerja (b. 1 ) 180,00 jam/tahun

Jadi: 1 .692,00 jam/tahun

% Jam Tidak Bekerja di bulan hujan & kering 19,58%

Jam Kerja:

Estimasi jam bekerja di bulan hujan 3.528,00 jam/tahun- Jam bekerja a. 2 = (a - a.1)

Estimasi jam bekerja di bulan kering 3.420,00 jam/tahun - Jam bekerja b.2 = (b – b.1)

Sehingga:- Total Jam Kerja (a.2) + (b.2) 6.948,00 jam/tahun

% Jam Kerja di bulan hujan & kering 80,42%

PT. ISCO Polman Resources 68

Page 69: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 4.7

Jam Kerja Efektif

No. Deskripsi Quantity Keterangan

1. Hari Kalender / tahun 365.00 hari/tahun2. Hari Minggu (untuk ganft shift) 26,00 hari/tahun3. Hari Libur Nasional 6,00 hari/tahun4. Jumlah hari libur 32,00 hari/tahun5. Hari kerja / tahun 333,00 hari/tahun6. Ketersediaan jam kerja / hari 24,00 jam/hari7. Ketersediaan jam kerja / tahun 7.992,00 jam/hart8. Waktu hilang yang direncanakan / hari

- Istirahat / makan 2,00 jam/hari- Ganti shift 1,00 jam/hari- Persiapan 0,50 jam/hari- Shift malam (spesial) 1,00 jam/hariJumlah 4,50 jam/hari

9. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.498,50 jam/hari10. Shalat Jumat (1,5 jam / minggu) 78,00 jam/tahun11. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.576,50 jam/tahun12. Ketersediaan jam / tahun 6.415,50 jam/tahun13. Waktu hilang tidak direncanakan

a. Faktor Hujan (%) 19,58%b. Faktor Main (%) 2,00%c. Jumlah (%) 21,58%

14. Ketersediaan waktu karena waktu yang hilang (tidak direncanakan)

78,00%

jam kerja /tahun 5.030,82 jam/tahun15. Ketersediaan Mekanis

a. Faktor pemeliharaan (%) 92,00%b- Faktor perbaikan (%) 92,00%c. Total (%) 84,64%

17. Total jam kerja efektif/ tahun 4.258,09 jam/tahun18. Jam kerja efektif /tahun (dibulatkan) 4.300 jam/tahun

Dengan demikian jumlah hari kerja efektif per tahun adalah sebesar

4.300 jam per tahun.

4.15 Jadwal Produksi dan Umur Tambang

4.15.1 Urutan (Sekuen) Operasi Penambangan

Urutan (sekuen) operasi penambangan Bijih Besi selain menggambarkan

arah kemajuan tambang per tahun, juga menyangkut jumlah pemindahan

tanah penutup dan produksi Bijih Besi per tahun menggambarkan arah

kemajuan tambang senantiasa mengikuti arah penyebaran lapisan Bijih Besi.

A. Tahap Produksi (Tahun 2011)

Operasi penambangan Bijih Besi akan dilakukan pada block atas dengan

produksi 60.000ton pertahun dan jumlah tanah penutup sebesar

PT. ISCO Polman Resources 69

Page 70: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

140.400,00BCM. Pada tahap ini operasi penambangan berjalan dengan

nisbah pengupasan rata-rata sebesar 1 : 2,34.

B. Tahap Produksi (Tahun ke 2012)

Operasi penambangan Bijih Besi akan dilakukan terus pada Block 2 dan

Block 3 dilakukan dalam rangka pemenuhan target produksi sebesar

60.000ton pertahun. Dari Block 2 akan di tambang sebesar 26.300,00ton

dan dari Block 3 dengan produksi 33.700,00ton. Jumlah tanah penutup

sebesar 220.800BCM yang berasal dari Block 2 sebesar 96.413,82BCM

dan dari Block 3 sebesar 124.386,18BCM. Sebagian tanah penutup akan

di back filling ke block 1 dan sebagian lagi akan di angkut ke waste dump

area. Pada tahap ini operasi penambangan berjalan dengan nisbah

pengupasan rata-rata sebesar 1 : 3,68.

C. Tahap Produksi (Tahun ke 2013)

Operasi penambangan Bijih Besi akan dilakukan terus pada Block 3,

Block 4, Block 5, sampai Block 8. Hal ini menentukan dalam rangka

pemenuhan target produksi sebesar 120.000ton pertahun. Dari Block 3

akan di tambang sebesar 15.100ton, Block 4 akan di tambang sebesar

81.267ton dan dari Block 5 dengan produksi 23.633ton dan jumlah tanah

penutup sebesar 154.679,33BCM dari Block 3. Tanah penutup sebesar

160.373,05BCM dari Block 4. Tanah penutup sebesar 47.347,63BCM dari

Block 5. Tanah penutup akan di back filling di Block 2 dan Block 3. Pada

tahap ini operasi penambangan berjalan dengan nisbah pengupasan rata-

rata sebesar 1 : 3,02.

D. Tahap Produksi (Tahun ke 2014)

Operasi penambangan biji akan terus dilakukan pada Block 5 dengan

produksi 120.000ton dan jumlah tanah penutup sebesar 368.400BCM.

Pada tahap ini operasi penambangan berjalan dengan nisbah

pengupasan rata-rata sebesar 1 : 3,07.

PT. ISCO Polman Resources 70

Page 71: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

4.15.2 Umur Tambang

Kegiatan penambangan Bijih Besi direncanakan berakhir hingga 20 tahun.

PT. ISCO Polman Resources 71

Page 72: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 5 PENGOLAHAN BIJIH BESI

5.1 Pengolahan Bijih Besi

Pengolahan Bijih Besi PT. ISCO Polman Resources akan dilaksanakan di

lokasi crushing plant dimana lokasi ini menyatu dengan lokasi penumpukan

Bijih Besi (raw iron ore stockpile). Pengolahan Bijih Besi (iron ore preparation)

bertujuan untuk mereduksi ukuran (size reduction) Bijih Besi produksi operasi

penambangan atau Run of Mine (ROM) sehingga mencapai ukuran yang

diinginkan.

Dalam rangka melakukan reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa

penanganan terhadap Bijih Besi produksi penambangan (ROM), antara lain:

Proses penghancuran/pemecahan

Proses klasifikasi ukuran fraksi

Proses penanganan pemindahan Bijih Besi antar lokasi

Pengolahan Bijih Besi secara garis besar adalah proses peremukan Bijih Besi

sampai ukuran ± 22mm.

A. Proses Reduksi Ukuran Bijih Besi

Untuk gambaran proses reduksi ukuran Bijih Besi dapat dilihat diagram

alir (flow chart) seperti terlihat pada gambar 5.1. Dalam diagram alir

tersebut digambarkan urutan proses-proses yang berlangsung.

Umpan (feed) untuk proses pengolahan Bijih Besi yang direncanakan

adalah Bijih Besi langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM)

atau yang telah tersedia di raw iron ore stockpile. Fraksi Bijih Besi

sebagai umpan direncanakan berukuran maksimum ± 600mm. Apabila

PT. ISCO Polman Resources 72

Page 73: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari ± 600mm, maka

terlebih dahulu harus dengan manual dengan menggunakan breaker

sampai memiliki ukuran maksimum ± 600mm.

B. Peremukan Bijih Besi (Iron Ore Crushing)

Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan (memberai) fraksi Bijih Besi

menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang ditetapkan. Proses

pemberaian Bijih Besi secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap

proses yaitu:

1. Proses penghancuran/peremukan (crushing)

Proses peremukan (crushing) material yang terjadi saat ini dapat

dikelompokkan ke dalam dua kelompok (unit), yaitu:

a. Unit peremukan primer, menggunakan alat jaw crusher

PE400x600, dengan ukuran feed opening 400x600mm dengan

kapasitas terpaksa 160ton/jam.

b. Unit peremuk sekunder, menggunakan jaw crusher P250x750,

dengan ukuran feed opening 100x200mm dengan kapasitas

terpasang sebesar 160ton/jam.

c. Unit peremuk hammer crusher dengan feed opening 20x30mm

2. Proses Pengayakan (screening)

Pada proses pengayakan menggunakan vibrating screen tipe double

deck vibrating screen.

Secara menyeluruh rangkaian dari alat peremuk batu yang digunakan

dapat dilihat pada bagan alir (gambar 5.1) dan secara singkat proses

peremukan yang dilakukan sebagai berikut:

Batuan yang berasal dari lokasi penambangan memiliki ukuran

< 800mm diangkut dengan menggunakan dump truk dan langsung

dimasukkan ke dalam hopper

Selanjutnya melalui feeder geser dimasukkan ke dalam vibrating

grizzly feeder (VGF)

PT. ISCO Polman Resources 73

Page 74: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Dari VGF batuan yang berukuran lebih kecil atau sama dengan

400x600mm dimasukan ke dalam jaw crusher PE400x600.

Dari jaw crusher PE400x600 keluar hasil dengan ukuran (rata-rata)

± 100x200mm.

Dari jaw crusher PE400x600 dimasukkan ke dalam jaw crusher

P250x750 dengan feed opening ± 100x200mm, dengan bantuan

belt conveyor.

Dari jaw crusher P250x750 akan menghasilkan ukuran

± 20x30mm, kemudian dibawa ke hammer crusher dengan

bantuan belt conveyor.

Hasil ukuran dari hammer crusher diharapkan ± 2mm.

Tahap berikutnya feed dialirkan ke jigger dengan bantuan belt

conveyor untuk memisahkan mineral Bijih Besi dan pengikutnya

berdasarkan berat jenisnya.

5.2 Peralatan Pengolahan Bijih Besi

Peralatan unit crusher selain jaw-crusher, hammer-crusher, vibrating-

screen dan hopper, juga dilengkapi oleh ban berjalan (belt conveyor)

untuk memindahkan Bijih Besi dari terminal satu ke terminal lainnya dan

terakhir ke kamar penampungan Bijih Besi produk (Silo). Adapun

peralatan unit crusher dan pendukungnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Peralatan Reduksi Ukuran Bijih Besi Pada Unit Pengolahan Bijih Besi

No. Peralatan Spesifikasi Unit

1. Primary CrusherJaw Crusher PE 400 x 600, 160 t0/jam. 65 KVA,Feed Opening = (400 x 600 ) mm

1

3. Secondary CrusherJaw Crusher P 250 x 750,160 ton/jam, 45 KVA,Feed Opening = ( 100 x 200 ) mm

1

5. Hammer Crusher Feed Opening = 20 x 30 mm 1

6. Jigger Feed Opening = 150 mm x 200 mm 1

7. Belt Conveyor Belt 60 cm x 4 ply, motor 5 Hp x 3 phase, ban mobil (kijang), spasi roller 70 cm, chain RS 100, Gear box type 100 ; 1 : 3.

10

5.3 Fasilitas Penimbunan Bijih Besi

Untuk mengantisipasi produksi Bijih Besi sebesar 60.000ton per tahun

PT. ISCO Polman Resources 74

Page 75: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

atau sebesar 5.000ton per bulan, maka dimensi lahan untuk

penumpukan Bijih Besi adalah 25mx25m dengan tinggi timbunan rata-

rata 4m dengan sudut 350 di areal ROM stockpile. Demikian pula halnya

dengan areal product stockpile.

Gambar 5.1

Flow Chart Pengolahan

PT. ISCO Polman Resources 75

Stockpile I

Hopper

Jaw Crusher PE 400 x 600

Jaw crusher P 250 X 750

Hammer Crusher

Vibrating Screen

Stockpile (kadar tinggi)

Jigger

Stockpile (Dry) Produk

Stockpile(kadar rendah)

Page 76: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 6 TRANSPORTASI PENIMBUNAN

BIJIH BESI

6.1 Jalan Angkut Tanah

Jalan angkut tanah adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk

mengangkut tanah penutup dari bukaan tambang ke waste dump area.

Tanah penutup sendiri terdiri dari tanah pucuk (top soil) dan tanah dalam

(interburden) dimana lokasi penimbunan tanah pucuk bersebelahan

dengan lokasi penimbunan interburden. Jarak angkut tanah dari bukaan

tambang ke waste dump area diusahakan sedekat mungkin untuk

menjaga agar biaya produksi tidak terlampau tinggi. Dari perencanaan

lokasi waste dump area, maka dapat dilihat bahwa jarak bukaan tambang

ke waste dump area berkisar antara 500m sampai 1.000m. Jalan angkut

tanah terdiri dari tanah merah diperkeras dengan lebar antara 15m

sampai 20m.

6.2 Jalan Angkut Bijih Besi

6.2.1 Jalan Angkut Raw Iron ore

Jalan angkut raw Iron ore adalah ruas jalan yang dipergunakan untuk

mengangkut Bijih Besi dari tambang menuju ke lokasi pengolahan Bijih

Besi. Jalan angkut Bijih Besi terdiri dari tanah merah diperkeras

dengan lebar antara 20m sampai 25m. Jalan angkut Bijih Besi

terpendek yaitu sepanjang 146m, sedangkan yang terpanjang yaitu

sepanjang 439m (tabel 6.1).

PT. ISCO Polman Resources 76

Page 77: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 6.1

Jalan Angkut Bijih Besi ROM

BLOKCRUSHING PLANT

JARAK (m)I 650II 700III 720IV 580V 430

6.2.2 Jalan Angkut Product Iron ore

Jalan angkut product iron ore adalah jalan angkut Bijih Besi dari lokasi

pengolahan Bijih Besi Mine Iron Ore Crushing Plant (MCCP) ke lokasi

pelabuhan muat Bijih Besi. Akses jalan ke pelabuhan menggunakan

fasilitas jalan kabupaten yang berjarak 40km dari lokasi pengolahan Bijih

Besi. Jalan angkut ini akan dilalui oleh dump truck dengan kapasitas

20ton sebanyak 30 unit.

6.3 Pelabuhan Muat Bijih Besi

Pihak akan menyewa sarana dan prasarana pelabuhan di Pelabuhan

Rakyat Tonaman. Stockpile Bijih Besi di pelabuhan direncanakan dapat

menampung Bijih Besi sebanyak 15.000ton Bijih Besi untuk periode 3

bulan, sebelum Bijih Besi diangkut oleh konsumen. Bijih Besi selanjutnya

akan dibawa oleh tongkang ke transhipment point di Selat Mandar yang

berjarak 15km, dengan waktu tempuh selama 5jam.

Efisiensi biaya transportasi dan handling tidak terlepas dari kondisi

kehandalan sarana dan prasarana penunjangnya. Kesesuaian pemilihan

peralatan muat/angkut dengan desain prasarana seperti desain

loading/unloading, sangat menentukan besarnya komponen-komponen

biaya antara lain:

a. Kondisi ballast jalan

Ballast jalan direncanakan dapat menahan beban tonase yang

berat dari alat muat dan angkut. Disamping itu perawatan jalan

PT. ISCO Polman Resources 77

Page 78: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

harus dilakukan secara kontinu, sehingga kondisi jalan angkut

terjaga.

b. Kondisi jembatan

Jembatan-jembatan yang melintasi cabang-cabang sungai kecil

seringkali mudah rusak karena terbuat dari bahan kayu. Perawatan

jembatan harus selalu diperhatikan sehingga kelancaran arus

transportasi yang melintasi jalan tidak terganggu.

c. Sistem peralatan handling di stockpile

Loading dan unloading di stockpile sangat menentukan kelancaran

arus keluar dan masuknya baik ROM iron ore dan produk iron ore.

Apabila penanganan Bijih Besi di stockpile terganggu atau kurang

efisien dapat menimbulkan keterlambatan produksi.

d. Pemilihan tipe truck

Truck yang digunakan adalah tipe dump truck, pemilihan tipe truck

disini ditujukan pada kapasitas muat yang dapat diangkut oleh

truck. Kapasitas muat jenis dump truck juga disesuaikan dengan

kemampuan ballast jalan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan

jalan. Dump truck yang digunakan mempunyai kapasitas 20ton.

6.4 Sarana Penunjang Lainnya

Untuk menunjang kegiatan penambangan, pengolahan, pengangkutan, dan

pemuatan Bijih Besi diperlukan sarana penunjang seperti fasilitas kantor,

fasilitas perumahan, fasilitas perbengkelan, fasilitas tenaga listrik, fasilitas

penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan fasilitas air bersih.

6.4.1 Fasilitas Kantor Tambang

Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang yang

di buat untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi yang

mencakup tugas dan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

evaluasi dari organisasi penambangan Bijih Besi. Desain dan fungsi ruang

yang direncanakan dalam bangunan kantor dibuat sedemikian rupa sehingga

PT. ISCO Polman Resources 78

Page 79: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi di atas dapat berlangsung dengan

sebaik-baiknya. Konstruksi bangunan kantor ini dibuat dari kayu dengan atap

asbes, dengan fasilitas antara lain:

Fasilitas jaringan listrik

Fasilitas jaringan air

Fasilitas jaringan komunikasi (internal menggunakan intercom, eksternal

menggunakan telepon dan komunikasi radio frekuensi)

Fasilitas jaringan komputer LAN

Fasilitas administrasi

Fasilitas kantin dan ruang makan

Fasilitas parkir kendaraan

6.4.2 Fasilitas Perumahan Karyawan

Untuk pemukiman karyawan, maka perusahaan membangun fasilitas

pemukiman yang terdiri dari perumahan karyawan biasa dan perumahan

karyawan staf.

A. Perumahan Karyawan Biasa

Fasilitas perumahan ini diperuntukkan bagi karyawan tetap perusahaan

setingkat Kepala Bagian ke bawah, baik yang sudah berkeluarga maupun

yang belum berkeluarga (bujangan). Bangunan perumahan atau base

camp ini dibangun di luar areal penambangan dan berjarak 2km dari

lokasi tambang.

B. Perumahan Karyawan Staf

Fasilitas perumahan ini di peruntukkan bagi karyawan tetap perusahaan

setingkat Kepala Divisi dan Manajer yang belum berkeluarga, Bangunan

perumahan ini dibangun di areal penambangan, tepatnya dekat lokasi unit

pengolahan Bijih Besi. Bangunan perumahan ini terdiri dari 6 unit

rumah, masing-masing terdiri dari 10 kamar sehingga mampu

menampung 60 orang karyawan staf dan tamu perusahaan.

C. Bangunan Pos Keamanan

PT. ISCO Polman Resources 79

Page 80: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Bangunan pos keamanan dibangun di setiap lokasi yang strategis yang

membutuhkan pengamanan, seperti misalnya pintu masuk daerah

tambang, perkantoran, perumahan, unit preparasi Bijih Besi dan stockpile.

Setiap lokasi yang strategis untuk kepentingan pengamanan dibatasi

dengan pagar kawat berduri. Setiap bangunan pos keamanan

mempunyai luas 3,5x3,5m2 terdiri dari ruang jaga dan ruang peralatan

/perlengkapan. Ada sebanyak 7 pos keamanan didirikan di sekeliling

daerah pertambangan PT. ISCO Polman Resources yang letaknya pada

lokasi-lokasi yang strategis.

6.4.3 Fasilitas Bengkel

A. Bengkel Alat Berat

Bengkel tambang merupakan infrastruktur yang dipergunakan untuk

merawat alat-alat berat yang memerlukan perbaikan dan perawatan.

Letak bangunan ini dekat dengan lokasi unit pengolahan Bijih Besi

(± 500m) dan relatif dekat dengan bukaan tambang (± 700m). Bangunan

dengan areal seluas 0,02Ha. Ini dilengkapi dengan peralatan-peralatan

bengkel alat berat.

Pembangunan workshop dan warehouse seluruhnya dilakukan oleh sub-

kontraktor yang tujuannya adalah untuk perbaikan dan perawatan alat-

alat berat dan kendaraan ringan.

B. Bengkel Kendaraan

Bengkel kendaraan digunakan untuk perawatan kendaraan yang dipakai

untuk sarana transportasi, seperti kendaraan roda empat untuk dinas

(L 200, Taft GT, Kijang, Panther) serta untuk pengangkutan karyawan

(bus Hino, Colt L-300), termasuk kendaraan untuk pengawas lapangan.

Bengkel kendaraan dengan Iuas 0,5Ha ini terbuat dari konstruksi kayu

dengan atap asbes dan dilengkapi dengan peralatan-peralatan bengkel

untuk kendaraan ringan.

C. Tempat Cuci Kendaraan

PT. ISCO Polman Resources 80

Page 81: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Bangunan dengan luas sebesar 0,2Ha ini terletak di dekat bengkel alat

dan dipergunakan untuk tempat cuci kendaraan operatif tambang. Pada

bangunan ini tersedia drainase air untuk keperluan pencucian kendaraan.

D. Gudang Tambang

Bangunan ini digunakan sebagai tempat penyimpanan semua aset yang

secara fisik memerlukan volume ruangan yang besar, antara lain suku

cadang alat-alat berat, peralatan tambang dan suku cadang kendaraan.

Juga digunakan untuk menyimpan material lain yang dipergunakan untuk

pekerjaan-pekerjaan sipil tambang seperti pipa, rangka besi, kayu, asbes,

dan lain sebagainya. Administratur gudang pada umumnya mencatat aset

yang keluar - masuk, memonitor keadaan aset dan lain sebagainya,

sehingga semua aset yang disimpan dapat dikelola sebaik-baiknya.

Bangunan dengan luas sebesar 0,5Ha ini terletak di dekat kantor

tambang dengan sarana pengamanan pagar besi.

6.4.4 Fasilitas Instalasi Listrik

Bangunan stasiun pembangkit tenaga listrik dimaksudkan untuk penempatan

generator-generator pembangkit listrik yang digerakkan oleh bahan bakar

solar, sehingga dapat membangkitkan energi listrik yang dibutuhkan untuk

berbagai kepentingan operasi penambangan.

6.4.5 Fasilitas Instalasi Air Bersih

A. Stasiun Pompa Air Bersih

Stasiun pompa air direncanakan dengan tujuan untuk men-suplay

kebutuhan air bersih dan sehat yang digunakan untuk kebutuhan hidup

sehari-hari termasuk untuk minum, masak, mandi, cuci, dan lain

sebagainya. Stasiun pompa air ini harus dapat menyediakan air bersih

dan sehat yang memenuhi standar kualitas kesehatan, baik secara fisik

maupun secara kimiawi. Jumlah kebutuhan air bersih dan sehat.

diperkirakan seperti pada tabel 6.2.

B. Instalasi Pengolahan Air Bersih

PT. ISCO Polman Resources 81

Page 82: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Air yang berasal dari sumur bor disalurkan ke saluran pengambilan air

melalui pintu pengambilan. Dari sini air diisap menuju ke kolam

pengendapan.

Kapasitas pompa untuk memindahkan air bersih bagi keperluan kantor,

perumahan karyawan dan sarana tambang adalah sebesar 2x32,40m3

per jam (2 pompa @ 15 PK).

Tabel 6.2

Penyediaan Kebutuhan Air Bersih dan Sehat

Lokasi Fungsi PersonilTotal

Kebutuhan (liter/det.)

Total

Perumahan Karyawan

Jaringan air bersih untuk perumahan

1.500 0,01 15,00

Kantor Tambang

Jaringan air bersih untuk kantor

50 0,01 0,50

Jalan Tambang Penyiraman jalan - 1,00 1,00Bengkel Bengkel dan cud

kendaraan- 0,50 0,50

Total - - - 17,00

PT. ISCO Polman Resources 82

Page 83: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 7 LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA

7.1 Lingkungan

Mengingat berbagai rangkaian kegiatan penambangan Bijih Besi dapat

menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan, maka

akan memegang komitmen untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan

hidup. Upaya tersebut diwujudkan dengan akan dilakukannya studi

lingkungan hidup yang tertuang dalam bentuk dokumen Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

Pelaksanaan pengelolaan yang akan dilakukan didasarkan pada dokumen

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL).

7.1.1 Dampak Kegiatan

A. Geofisika - Kimia

1. Perubahan Bentang Alam

a. Dampak lingkungan

Kegiatan penambangan yang dilakukan berakibat berubah bentang

alam (morfologi) menjadi suatu lembah atau cekungan (kolam-kolam)

dan perbukitan.

Sejalan dengan geometri tambang dan kemajuan operasi tambang

sampai kedalaman 20m, bukaan lahan penambangan pun akan

bertambah besar. Fasilitas tambang, perumahan dan jalan-jalan,

sesuai perkembangan penambangan dan produksi, tidak terlalu

mengalami penambahan dampak secara signifikan. Areal yang

PT. ISCO Polman Resources 83

Page 84: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

dibutuhkan untuk pembuangan tanah (dump area) akan terus

bertambah luas.

Selain Kegiatan penambangan, juga dilakukan pemotongan alur

sungai kecil dan pembuatan channel alur untuk mengalirkan guna

memperlancar penambangan Bijih Besi dan penempatan tanah

penutup.

b. Sumber Dampak

Dengan luas areal yang akan digali, maka dampak penting kegiatan

penambangan yaitu perubahan bentang alam (morfologi) yang diikuti

dengan tingginya tingkat erosi tanah dan solid pada air sungai

terdekat. Kegiatan yang merupakan dampak adalah sebagai berikut:

Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) akan menyebabkan

perubahan morfologi yang awalnya merupakan perbukitan

kemudian berubah menjadi areal cekungan. Sedangkan daerah

berlembah yang tidak mengandung Bijih Besi (waste dump

area) akan meluas perbukitan sebagai tempat penampungan

tanah pucuk dan tanah penutup.

Rencana kegiatan penambangan akan mengakibatkan daerah

yang ditambang tersebut berubah menjadi cekungan yang

dalam yang akan membentuk genangan air pada pusat

cekungan.

Selain pada kegiatan penambangan, juga dilakukan

pemotongan alur sungai dan beberapa alur/channel yang dibuat

untuk mengalihkan aliran air.

2. Penurunan Kualitas Air

a. Dampak lingkungan

Dampak yang diperkirakan akan timbul yaitu menurunnya kualitas air

permukaan pada badan perairan sungai. Dampak lanjutan yang dapat

ditimbulkan berupa terganggunya kehidupan biota air dan gangguan

kesehatan masyarakat.

PT. ISCO Polman Resources 84

Page 85: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Sumber Dampak

Perubahan kualitas air yang terjadi disebabkan oleh beberapa

kegiatan antara lain:

Pengupasan dan penimbunan tanah penutup di waste dump

Penambangan Bijih Besi

Pengelolahan Bijih Besi

Ceceran oil bekas dan ceceran minyak dari tangki timbun BBM

serta genset dan

Penimbunan Bijih Besi di stockpile

3. Penurunan Kualitas Udara

a. Dampak lingkungan

Dampak yang akan timbul yaitu peningkatan kadar debu dari kegiatan

pengupasan dan penimbunan tanah penutup penambangan,

pengolahan, pengangangkutan Bijih Besi penimbunan Bijih Besi di

ROM stockpile.

b. Sumber Dampak

Dampak dari kualitas udara terjadi oleh adanya kegiatan-kegiatan

pengupasan tanah pucuk, pengupasan dan penimbunan tanah

penutup, penambangan, pengolahan, peremukan, pengangkutan Bijih

Besi, penimbunan Bijih Besi di ROM stockpile.

4. Peningkatan Erosi Tanah

a. Dampak Lingkungan

Terjadinya peningkatan erosi tanah berdampak negatif lanjutan

terhadap meningkatnya kekeruhan air, terjadinya sedimentasi dan

berakibat terhadap pendangkalan sungai yang selanjutnya akan

berdampak lanjutan seperti terganggunya kehidupan biota perairan

(plankton, benthos, nekton) karena kekeruhan yang terjadi.

PT. ISCO Polman Resources 85

Page 86: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Sumber Dampak

Peningkatan produksi akan diikuti oleh meningkatnya tanah

buangan/tutupan dari bukaan tambang yang akan ditempatkan pada

suatu areal tersendiri, yaitu areal waste dump. Tanah pada areal

tersebut sangatlah tidak stabil dan berpotensi terjadinya erosi tanah.

Peningkatan produksi akan diikuti pula oleh pengembangan areal

bukaan tambang (pit area) yang dapat berkembang secara vertikal

ataupun horizontal, dengan tanpa vegetasi diatasnya yang

mengakibatkan terjadinya erosi.

B. Biologi

1. Gangguan Flora Darat

a. Dampak Lingkungan

Kegiatan pembersihan lahan berdampak langsung terhadap

keberadaan flora yang merupakan sumber daya alam nabati yaitu

produsen primer dari suatu ekosistem. Selain itu, akan menimbulkan

dampak lanjutan seperti hilangnya habitat bagi fauna, meningkatkan

erosi tanah karena areal tersebut relatif terbuka yang selanjutnya

bagian tanah yang tererosi tersebut akan masuk ke badan perairan

yang mengakibatkan penurunan kualitas air permukaan serta

mengganggu kehidupan biota air.

b. Sumber Dampak

Pengembangan areal secara horizontal atau melebar akan

menambah luasnya areal terbuka yang didahului dengan pembukaan

lahan (land clearing) yang akan digunakan sebagai areal bukaan

tambang, areal waste dump untuk penempatan tanah penutup

bukaan tambang, serta fasilitas penunjang lainnya.

2. Gangguan Fauna Darat

a. Dampak Lingkungan

Hilangnya flora darat pada skala tapak karena kegiatan pembersihan

lahan akan merusak habitat satwa dan menganggu kehidupan satwa

PT. ISCO Polman Resources 86

Page 87: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

yang mobilitasnya rendah. Meskipun dampak terhadap fauna darat

merupakan dampak turunan namun dampak yang ditimbulkan adalah

hilangnya tempat hidup dan sumber makanan bagi fauna.

b. Sumber Dampak

Kegiatan pembersihan lahan (land clearing) yaitu dengan hilangnya

vegetasi mengakibatkan hilangnya habitat bagi fauna.

3. Gangguan Biota Perairan

a. Dampak Lingkungan

Kehidupan biota air memerlukan persyaratan khusus yang berkaitan

dengan kualitas air karena air merupakan habitat bagi kehidupannya.

Dalam hal ini, dampak yang terjadi pada biota air sangatlah

tergantung pada besarnya perubahan kualitas air permukaan.

Dampak terhadap biota air merupakan dampak lanjutan penurunan

kualitas air permukaan.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak gangguan biota perairan berasal dari menurunnya

kualitas air sungai akibat meningkatnya kekeruhan air yang

disebabkan oleh erosi. Terangkutnya bagian tanah karena erosi tanah

ke badan perairan sungai di sekitar areal tambang menimbulkan

kekeruhan air permukaan.

C. Sosial dan Kesehatan Masyarakat

1. Persepsi Masyarakat

a. Dampak Lingkungan

Aspek lingkungan yang terkena dampak adalah persepsi positif baik

yang ada di sekitar maupun di luar tapak proyek terhadap kegiatan

tambang. Dampak ini merupakan dampak sekunder yang diakibatkan

oleh semua akumulasi dampak lainnya.

Berbagai pengalaman dan perlakuan yang dirasakan oleh masyarakat

di sekitar wilayah tambang, dapat menimbulkan persepsi mereka baik

PT. ISCO Polman Resources 87

Page 88: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

positif maupun negatif. Sikap pro dan kontra ini muncul seiring

dengan kemajuan kegiatan penambangan dan pelabuhan itu sendiri.

Persepsi semacam ini tidaklah terbentuk dalam waktu singkat,

melainkan melalui proses perjalanan waktu yang cukup panjang.

Proses dan mekanisme persepsi ini sangat bervariasi tergantung dari

tipelogi masyarakatnya, temperamen, serta faktor budaya yang

melatarbelakangi aktivitas mereka sehari-hari.

b. Sumber Dampak

Adanya kesempatan kerja.

Terbukanya peluang berusaha di sektor informal seperti jasa

sewaan rumah, wartel, mini market, warung manisan, pasar

pekan, bengkel, transportasi (ojek), dan lain – lain.

Adanya transaksi jual beli antara penduduk lokal dan pendatang,

antara karyawan dengan penduduk sekitar yang dapat

menumbuhkan unit-unit ekonomi pedesaan.

Terbukanya isolasi daerah sehingga meningkatkan pendapatan

daerah dalam skala regional.

Adanya interaksi sosial yang positif antara penduduk asli

dengan karyawan berikut sub-kontraktornya.

Tumbuhnya .kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan

sekitar penambangan dan pelabuhan khusus Bijih Besi yang

dicanangkan dalam bentuk realisasi program community

development.

2. Peningkatan Perekonomian Lokal

a. Dampak Lingkungan

Meningkatnya perekonomian dan pendapatan masyarakat di daerah

ambang dan sekitarnya disebabkan oleh peluang usaha dan kegiatan

perekonomian yang terkait dengan kegiatan pertambangan. Di

samping itu, bertambah pula pendapatan (income) daerah dari

kegiatan restribusi/pajak yang dibayar.

PT. ISCO Polman Resources 88

Page 89: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Sumber Dampak

Sumber dampak meliputi serangkaian aktivitas penambangan seperti

pembangunan sarana dan prasarana, penerimaan tenaga kerja,

pembebasan lahan, pembangunan jalan tambang, restribusi/pajak

yang dibayar, dan lain-lain yang berhubungan dengan peningkatan

perekonomian bagi penduduk serta pemerintah setempat, baik

langsung atau tidak langsung.

Aktivitas mencolok yang dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat setempat adalah terbukanya daerah baru yang dibarengi

dengan fasilitas komunikasi, transportasi, dan transaksi. Dengan

demikian, aktivitas perekonomian setempat akan tumbuh dengan

baik. Sebagai contoh, terserapnya tenaga kerja sebagai sumber

ekonomi baru dan maraknya usaha-usaha yang bergerak di sektor

informal sehubungan dengan aktivitas tambang.

3. Gangguan Kesehatan Masyarakat

a. Dampak Lingkungan

Terganggunya kesehatan dan kenyamanan masyarakat di sekitar

lokasi kegiatan merupakan akibat dari kegiatan penambangan Bijih

Besi pada waktu pembongkaran tanah penutup, air limbah dari proses

penambangan, pengolahan (peremukan) dan penimbunan Bijih Besi.

Sedangkan dampak lain adalah meningkatnya debu akibat

penambangan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan Bijih

Besi.

Pada tahap operasi, diprediksikan gangguan terhadap kesehatan

masyarakat akan bersifat negatif kecil dan penting. Hal ini jika kita

proyeksikan dari jarak permukiman penduduk terdekat dengan

kegiatan operasi tambang yang akan dieksploitasi, relatif cukup jauh

yaitu lebih kurang 0,5-1,0km. Namun demikian, tetap perlu

diantisipasi dampaknya agar kenyamanan penduduk setempat lebih

terjamin.

PT. ISCO Polman Resources 89

Page 90: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

7.1.2 Pengelolaan Lingkungan

A. Perubahan Bentang Alam

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

a. Pengelolaan Waste Dump Area

Upaya pengelolaan waste dump area dilakukan melalui reklamasi

yang terdiri dari penataan/rencountering lahan dan dilanjutkan dengan

revegetasi tanaman. Kegiatan reklamasi tersebut hanya bisa

dilakukan pada waste dump area tertentu yaitu pada bagian areal

tersebut yang tidak akan terganggu lagi dengan penempatan tanah

overburden. Secara umum teknis reklamasi yang dilaksanakan

adalah sebagai berikut:

Penataan Lahan (Recounturing)

Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator

dan bulldozer. Lahan terbuka ditata melalui perataan, pemadatan

dan dibuat berjenjang dengan kemiringan 30°, tinggi teras

disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang secara umum

setinggi 6meter dengan lebar 10meter.

Penebaran Tanah Pucuk

Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan

excavator dibantu bulldozer lalu dimuat ke dalam dump truck

untuk ditimbun atau langsung ditebarkan pada lahan waste dump

yang telah dilakukan penataan. Penebaran tanah pucuk dilakukan

dengan bulldozer sebagai pelapis cover bench.

Revegetasi/Penanaman

Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk

yang dilakukan pada saat musim hujan dengan menggunakan

tanaman LCC jenis Centrosoma Pubecent sebagai penutup tanah

yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan dari jenis albisia,

gamal, akasia, dan kayu jenis lokal.

PT. ISCO Polman Resources 90

Page 91: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Pengelolaan Areal Tambang

Upaya pengelolaan area tambang meliputi pembuatan geometri teras

tambang dan penirisan.

Membuat Geometris Teras Tambang

Upaya pengelolaan area yaitu membuat geometri teras tambang

dengan prosedur sebagai berikut:

- Tinggi maksimum teras aktif 12,50m

- Sudut kemiringan tebing teras tidak boleh melebihi 50°

- Lantai teras aktif harus cukup lebar untuk menjamin

keamanan pekerja dan peralatan operasi penambangan

- Tinggi maksimum lereng menyeluruh 14-60m dengan

kemiringan menyeluruh 30°

Membuat penirisan yang baik sehingga tidak menimbulkan

genangan air pada lantai teras atau erosi pada teras

2. Lokasi Pengelolaan

a. Pengelolaan terhadap dampak perubahan bentang alam

(geomorfologi) ini akan dilakukan pada waste dump area dan di

dalam bukaan tambang (pit)

b. Pengelolaan terhadap dampak dilakukan pada sungai-sungai kecil

B. Penurunan Kualitas Air

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

a.Area Bukaan Tambang (Pit) dan Waste Dump

Air permukaan yang masuk tambang dialirkan ke dalam kolam

pengendapan dengan membuat parit penirisan di daerah "toe" teras

penambangan, di lantai ekstraksi Bijih Besi, dan pada teras

pengambilan tanah interburden. Pada musim hujan kualitas air

permukaan tambang lebih buruk. Sebagian besar air permukaan yang

ditiriskan dari tambang diendapkan pada kolam pengendapan

sedimen di dalam lubang tambang.

PT. ISCO Polman Resources 91

Page 92: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Adapun upaya pengelolaan yang akan dilakukan saat ini adalah

sebagai berikut:

Air di lantai kerja tambang masuk ke kolam penampungan di dalam lubang tambang "in pit pond", kemudian dipompa ke bak pencampuran floculan dan atau koagulan (AISCMawas), selanjutnya air disalurkan ke kolam pengendapan sedimen.Pada bak pencampuran Floculan dan/atau A12SO4 tawas berlangsung kontak dengan air yang mengandung lumpur sehingga terjadi proses pengendapan lumpur yang lebih cepat. Instalasi pipa air menghubungkan aliran air dari bak pencampur ke kolam pengendapan, mengalir dengan gaya gravitasi.

Gambar 7.1

Sketsa Settling Pond di Lokasi Pit dan Waste Dump

Sedimen yang terbentuk di settling pond dipindahkan secara periodik

apabila ketinggiannya sudah mencapai ¾ kapasitas settling pond.

Pemindahan sedimen dilakukan dengan cara pemompaan ke dalam

truck tangki kemudian ditimbun di waste dump area aktif.

PT. ISCO Polman Resources 92

Page 93: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Secara periodik juga perlu dilakukan pengetesan beberapa parameter

fisika dan kimia, antara lain pH, warna, kekeruhan (TSS) dan

kandungan logam terhadap air kolam.

Untuk mengetes apakah air tersebut cukup aman bagi kehidupan

biota air, misalnya ikan, maka dapat dipelihara ikan di dalam kolam.

Tangki timbun tersebut kemudian diangkut oleh mobil setiap satu

minggu untuk diangkut ke Polewali untuk dikirim ke sistem

pengolahan oli bekas.

Tabel 7.1

Jenis Kontainer Yang Dapat Digunakan Untuk Menampung Limbah Cair Minyak dan Oli

No. Jenis Kontainer Ukuran Ukuran Ukuran1. Kaca (galas) 0,473 liter 0,950 liter 3,8 liter 2. Logam (metal) 3,8 liter 19 liter 19 liter3. Kaleng 7,6 liter 19 liter 19 liter4. Drum Logam 228 liter 228 liter 228 liter5. Tangki 2.508 liter 2.508 liter 2.508 liter6. Polietilene 3,8 liter 19 liter 19 liter

Catatan : Oli dan minyak bekas termasuk kelas 1. C

2. Lokasi Pengelolaan

Pengelolaan terhadap penurunan kualitas air akan dilakukan, pada area

tambang yang meliputi settling pond, waste dump, bukaan tambang,

workshop, serta lokasi stockpile.

C. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Secara umum dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan

pengangkutan Bijih Besi ini yakni timbulnya debu di jalan pada saat

dilewati dump truck dan trailer pengangkut Bijih Besi.

Meningkatnya konsentrasi debu di sepanjang jalan angkut atau pun jalan

tambang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan frekuensi

penyiraman jalan. Adapun untuk menghitung frekuensi penyiraman jalan

angkut, maka pendekatan yang akan digunakan adalah kecepatan

PT. ISCO Polman Resources 93

Page 94: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

penguapan air siraman yang dapat dihitung sebagai berikut, berupa

rumus empiris dari laju penguapan pada permukaan tanah yang

dikembangkan oleh Penman Mining yaitu:

E = 0,35 [a− ]b [ 1+V

100 ]Dimana :

E = laju penguapan (mm/hari)

a = tekanan pada suhu rata-rata harian (mm Hg)

b = tekanan uap sebenarnya (mm Hg)

V = kecepatan angin (mil/hari)

Dari data iklim diketahui bahwa:

RH = 65%

T° = 31,5°C

V = 15mil/hari

Tekanan uap jenuh pada 31,5°C adalah 36,1 1mm HG

a = 36,11mm Hg

b = 36,1 1mmHg x 65%-23,5mmHg

E = 0,35(36,11 -23,5) 1 + [360 ] 1 = 20,3mm/hari ( ~ 21mm/hari)

Seluruh jalan angkut Bijih Besi dari tambang sampai dengan lokasi

stockpile akhir jalan yang dipadatkan. Kebutuhan air yang diperlukan

dalam kegiatan penyiraman jalan angkut Bijih Besi di atas diperkirakan

1008m/hari (effisiensi 80%).

Untuk menanggulangi pencemaran debu tersebut, upaya pengelolaan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

- Dibangun instalasi penyiraman air pada crushing plant sebelum Bijih

Besi masuk ke Silo.

- Dibangun instalasi penyiram air di jalur jalan keluar silo untuk

membasahi Bijih Besi yang dimuat di bak truk agar Bijih Besi halus

tidak tertiup angin.

PT. ISCO Polman Resources 94

Page 95: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

- Meningkatkan frekuensi penyiraman jalan secara rutin yang

disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu penyiraman di

sepanjang jalan angkut dan jalan tambang, conveyor dan stockpile.

Kegiatan penyiraman jalan dilakukan oleh kontraktor dengan

kapasitas kendaraan tangki penyiraman.

- Membuat buffer zone dengan pohon-pohon pilihan di pinggir-pinggir

jalan angkut ke stockpile akhir dan sekeliling area/ stockpile dengan

pohon-pohon pilihan seperti akasia, sengon, lamtoro dan tanaman

penutup (LCC) dll. Hal ini selain akan mengurangi dampak akibat

debu juga kebisingan dari aktivitas penambangan dan transportasi

alat angkut.

- Mengatur kecepatan kendaraan angkut Bijih Besi, pada kondisi

aman dengan kecepatan tidak lebih dari GOkm/jam.

Untuk mengetahui upaya pengelolaan, maka telah dilakukan upaya

pemantauan yang berkaitan dengan dampak dari penurunan kualitas

udara adalah pengujian debu dan pengujian kebisingan.

2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan untuk mengurangi dampak penurunan

kualitas udara dan kebisingan adalah di areal tambang, sepanjang jalan

angkut dan jalan tambang, crushing plant, dan stockpile.

D. Peningkatan Erosi Tanah

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam mengurangi laju

erosi tanah adalah mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi erosi

tanah yang dapat dikelola oleh manusia seperti mengelola tanaman dan

tanah. Pengelolaan terhadap tanah melalui bangunan konservasi tanah

untuk berbagai kemiringan tanah yang dilanjutkan dengan revegetasi

tanaman. Secara ringkas gambaran bangunan konservasi tanah untuk

areal reklamasi waste dump adalah sebagai berikut:

PT. ISCO Polman Resources 95

Page 96: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Bangunan konservasi tanah ditata secara berjenjang (bench)

membentuk teras bangku bersambung yang permukaan tanahnya

telah dipadatkan terlebih dahulu.

Setiap waste dump area terdiri dari 6-8 jenjang, tentunya hal ini

haruslah disesuaikan dengan kestabilan lereng yang terbentuk, dan

kestabilan lereng sangat dipengaruhi jenis tanah buangan yang ada

pada area tersebut.

Ketinggian vertikal maksimal 6m/jenjang dengan tebar bidang datar

10m dan panjang bidang miring 12m dengan sudut yang terbentuk

sebesar 30°.

Pada setiap jenjang, yaitu pada bagian dalam bidang datar, dibuat

saluran drainase dan setiap 25-40m saluran tersebut disalurkan ke

jenjang bagian bawahnya, demikian seterusnya dan pada lantai

dasar waste dump dibuat saluran drainase yang dapat berfungsi

sebagai sediment trap yang dialirkan menuju settling pond.

Bentuk bangunan konservasi tanah untuk waste dump area dengan

overall slope-nya sebesar ± 15° telah sesuai dengan kajian geoteknik

untuk waste dump.

Upaya pengelolaan tanah pucuk akan dilakukan secara langsung yaitu

menempatkan tanah pucuk tersebut secara langsung ke waste dump

area saat reklamasi atau menempatkan tanah tersebut secara terpisah

dengan overburden pada waste dump tersendiri bila belum dimanfaatkan.

Tanah pucuk tersebut akan dikelola dengan menanami cover crop pada

permukaannya yang bertujuan untuk mengurangi erosi yang terjadi yang

dapat menimbulkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah.

2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan pada area tambang dan waste

dump serta area top soil.

PT. ISCO Polman Resources 96

Page 97: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

E. Gangguan Flora Darat

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Karena besar dan pentingnya dampak yang ditimbulkan dari

pembukaan lahan dengan rentang waktu yang lama dan tingginya

nilai pemanfaatan, maka upaya pengelolaan lingkungan terhadap

flora darat haruslah dikelola secara terencana, tepat dan terukur

dengan tetap memperhatikan setelah usainya masa penambangan.

Pengelolaan terhadap flora darat terkait dengan revegetasi tanaman

pada waste dump area.

a. Revegetasi Tanaman

Revegetasi pada waste dump area menggunakan tanaman LCC

seperti Cenfrosoma pubescens dengan tanaman pokok albisia,

akasia, gamal ataupun jenis tanaman lokal dengan jarak tanam

3m. Secara ringkas teknis revegetasi adalah sebagai berikut:

- Pengapuran tanah dilakukan untuk meningkatkan pH tanah,

minimal diberikan 2 minggu sebelum penanaman LCC

dengan dosis 1-2ton/Ha.

- Tanaman penutup tanah adalah jenis LCC dari jenis

Centrosoma pubescens yang ditanam secara larikan, yaitu

tanah dicangkul ringan sedalam 5-8cm yang telah ditentukan,

kemudian baru ditaburkan LCC lalu ditutup kembali dengan

tanah. Sebaiknya sebelum dilakukan penanaman, LCC

tersebut direndam terlebih dahulu selama 12-18jam,

kemudian dicampur dengan pupuk Rock Phospat (RP)

dengan perbandingan 1:1.

- Sebaiknya lubang tanam telah dibuat terlebih dahulu agar

lubang tanaman dapat terisi air, dengan ukuran 40x30x30cm

(jarak tanam 3x3m), dan diupayakan top soil akan diberikan

dalam lubang.

- Awal penanaman dilakukan setelah hujan turun dengan rutin,

saat dilakukan penanaman tanaman albisia haruslah disertai

PT. ISCO Polman Resources 97

Page 98: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

dengan pemupukan dasar yaitu menggunakan pupuk RP

(pupuk P alam) dengan dosis 200gr/lubang/pohon.

- Kebutuhan pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan

500kg RP (2 kali pemupukan pada umur 3 dan 6 bulan),

sedangkan tanaman pokok per hektar untuk tahun I (3 kali

pemupukan yaitu 3,6,10 bulan) sebesar 200kg urea dan

300kg RP dan untuk tahun II (2 kali pemupukan yaitu awal

dan akhir musim penghujan) sebesar 300kg demikian pula

untuk tahun III. Pemberian pupuk untuk tanaman pokok

dengan cara dibenamkan dalam tanah di sekeliling tanaman.

Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC sebesar 300kg

urea/Ha dan 520kg RP/Ha, sedangkan untuk albisia selama 3

tahun sebesar 800kg urea/Ha dan 425kg RP/Ha.

- Pemeliharaan rutin harus tetap dilakukan dengan baik, yaitu

tanaman pokok dan LCC yang meliputi penyulaman dan

pemupukan demikian pula terasering waste dump dan sistem

drainase.

- Tanaman penutup tanah adalah jenis LCC dan jenis

Centrosoma yang ditanam secara larikan, yaitu tanah

dicangkul sedalam 5-8cm sepanjang larikan yang telah

ditentukan, ditaburkan LCC lalu ditutup kembali dengan

tanahsebelum dilakukan penanaman, LCC selama 12-18 jam,

kemudian dicampur pupuk Rock Phospat (RP) dengan

perbandingan lubang tanam telah dibuat terlebih dahulu agar

lubang dapat terisi air, dengan ukuran 40x30x30cm (jarak

4x4m), dan diupayakan top soil diberikan dalam tanaman

yang telah dilakukan setelah hujan turun dengan rutin. Saat

penanaman tanaman albisia haruslah disertai dengan dasar

yaitu menggunakan pupuk RP (pupuk P alam) dosis

200gr/lubang/pohon.

- Pupuk LCC per hektar sebesar 300kg urea dan 500kg RP

pemupukan pada umur 3 dan 6 bulan), sedangkan pokok per

hektar untuk tahun I (3 kali pemupukan) yaitu sebesar 200kg

PT. ISCO Polman Resources 98

Page 99: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

urea dan 300kg RP) dan untuk 7 kali pemupukan yaitu awal

dan akhir musim penghujan. Demikian pula untuk tahun III.

Pemberian pupuk pokok dengan cara dibenamkan dalam

tanah tanaman. Jadi total kebutuhan pupuk untuk LCC 300kg

urea/Ha dan 520kg RP/Ha, sedangkan untuk selama 3 tahun

sebesar 800 kg urea/Ha dan 425kg RP/Ha. Rutin harus tetap

dilakukan dengan baik, yaitu pokok dan LCC yang meliputi

penyulaman dan demikian pula terasering waste dump dan

sistem.

Revegetasi juga ikutan pada lahan-lahan terbuka lainnya yaitu

sarana penunjang, di kedua sisi jalan serta lereng-lereng yang

terpotong.

b. Pembibitan

Untuk dapat menjamin ketersediaan bibit tanaman revegetasi,

maka akan dilakukan pembibitan sendiri dalam bangsal

pembibitan.

2. Lokasi Pengelolaan

Upaya pengelolaan lingkungan dilakukan di lokasi waste dump, di sisi

kiri-kanan jalan pembibitan dan di area terbuka sarana penunjang

lainnya.

F. Pelaksanaan Program Community Development

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan

Melalui program community development ini, bersama pemerintah

setempat secara bertahap akan melakukan upaya peningkatan dan

pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan kegiatan PT. ISCO

Polman Resources. Aspek yang dikembangkan tidak hanya terbatas

pada pembangunan fisik tetapi juga pada kegiatan yang bersifat non-

fisik seperti peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia),

pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat serta mensinergikan

PT. ISCO Polman Resources 99

Page 100: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

kemitraan, secara tri-patit yaitu antara perusahaan, pemerintah dan

masyarakat setempat.

Program community development yang telah direncanakan mencakup

kegiatan fisik (rehabilitasi sarana peribadatan, sarana MCK, dan lain-

lain), sedangkan kegiatan non-fisik seperti pelatihan, penyuluhan,

pemberian beasiswa prestasi, serta bantuan bibit ternak atau

pertanian/perkebunan.

Pemantauan terhadap pelaksanaan program community development

ini dilakukan secara berkala dengan variasi waktu setiap satu tahun

sekali, tiga bulan sekali bahkan enam bulan sekali, tergantung dari

jenis program yang dilakukan. Adapun pemantauan yang dilakukan

tiga bulanan dan enam bulanan merupakan program kegiatan

community development jangka menengah, seperti pemberian bibit

hewan.

2. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Metode pemantauan yang dilakukan dengan menggabungkan

berbagai metode lapangan seperti multi-visit, wawancara dan

penyuluhan. Lokasi pemantauan mencakup desa-desa yang ada di

sekitar penambangan.

7.1.3 Pemantauan Lingkungan

A. Perubahan Bentang Alam

a. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Tolok ukur untuk mengetahui dampak terhadap lingkungan adalah

dengan mendata luas bentang alam (geomorfologi) yang dibuka dan

perubahan tinggi rendah muka tanah di atas permukaan laut (dpl)

sebelum dan sesudah penambangan berakhir di area tapak proyek,

serta persentase pengembalian lahan.

PT. ISCO Polman Resources 100

Page 101: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Tujuan rencana pemantauan lingkungan yaitu untuk mengetahui luas

lahan yang telah dibuka dan keberhasilan dari lahan yang telah

dibuka.

c. Metode Pemantauan Lingkungan

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pemantauan lingkungan perubahan (geomorfologi)

adalah dengan mengukur langsung tanah penutup, lokasi

penambangan dengan alat ukur theodolit.

Hasil pemantauan digambar pada peta topografi dan potongan

melintang dan juga persentase dari pengembangan lahan seperti

semula serta mengamati keberhasilan program penghijauan yang

dilakukan di sekitar bukaan tambang hasil pengukuran dan

pengamatan ditabulasikan untuk membandingkan dengan

keadaan atau kondisi sebelumnya.

Untuk pemantauan pergerakan tanah atau kestabilan lereng

dilakukan pengamatan terhadap patok (bauflank) yang dipasang

pada lereng timbunan, lereng bukaan tambang atau daerah kritis

di sekitar penambangan.

2. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi pemantauan lingkungan diprioritaskan di daerah:

Bukaan tambang

Waste dump area

Kolam pengendap (settling pond/sediment pond)

3. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Periode pemantauan lingkungan terhadap bentang alam

(geomorfologi) akan dilaksanakan setiap 3 bulan dan dimulai

sejak awal kegiatan penambangan sampai pasca tambang.

PT. ISCO Polman Resources 101

Page 102: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 7.2

Metode Analisis dan Peralatan Yang Digunakan Dalam Pemantauan Kualitas Air

No. Parameter SatuanMetode yang

digunakanPeralatan

1. Suhu oC Pemuaian Thermometer 2. Zat padat terlarut (TDS) Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan kertas saring3. Zat Padat tersuspensi Mg/1 Gravimetric Timbangan analitik dan kertas saring4. (TTS) Mg/15. Air Raksa Mg/1 Spektrometrik AAS6. Amoniak bebas Mg/1 Spektrometrik Spektofometer 7. Arsen Mg/1 Spektrometrik AAS8. Berium Mg/1 Spektrometrik AAS9. Besi Mg/1 Spektrometrik AAS

10. Fenol Mg/1 Spektrometrik Spektofometer11. Florida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer12. Kadium Mg/1 Spektrometrik AAS13. Klorida Mg/1 Spektrometrik Buret14. Kromium, valensi 6 Mg/1 Titrimeterik AAS15. Mangan Mg/1 Spektrometrik Spektofometer16. Nitrat sebagai NO3-N Mg/1 Spektrometrik Spektofometer17. Nitrat sebagai NO2-N Mg/1 Spektrometrik Spektofometer18. Oksigen Terlarut (Do) Mg/1 Spektrometrik Buret 19. PH Mg/1 Titrimeterik pH meter20. Selenium Mg/1 Kertas Lakmus Spektofometer21. Seng Mg/1 Spektrometrik Spektofometer22. Sianida Mg/1 Spektrometrik Spektofometer23. Sulfat Mg/1 Spektrometrik Spektofometer24. Sulfida sbg (H2S) Mg/1 Spektrometrik Spektofometer25. Tembaga Mg/1 Spektrometrik AAS26. Surfactan anion (MBAS) Mg/1 Spektrometrik Spektofometer27. Bijih Besi Mg/1 Spektrometrik AAS28. Minyak dan Lemak Mg/1 Spektrometrik Spektofometer29. BOD Mg/1 Potensiometrik DO meter 30. COD Mg/1 Titmeterik Buret

d. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi kegiatan pemantauan lingkungan dilakukan untuk air limbah di

waste dump area dan bukaan tambang.

e. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Periode pemantauan kualitas air adalah setiap tiga bulan sekali.

B. Institusi Pemantauan Lingkungan

a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh Departemen

Lingkungan dan K-3.

PT. ISCO Polman Resources 102

Page 103: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Pengawas Pemantauan Lingkungan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan

dikoordinasikan oleh Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat

Teknik dan Lingkungan, Mineral dan Panas Bumi.

Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi dan Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta instansi teknis di Kabupaten

Polewali antara lain:

a. Dinas Pertambangan

b. Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian

c. Dinas Kesehatan

c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan

Pelaporan hasil kegiatan pemantauan yang telah dilakukan, dilaporkan

kepada Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat Teknik dan

Lingkungan Mineral dan Panas Bumi, Direktorat Jenderal Mineral dan

Panas Bumi, dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM).

C. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran

1. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Tolok ukur dampak yang digunakan adalah Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996, Kep-13/MENLH/3/

1995 dan Kep-Q2/MENKLH/1998, serta Kep-49/MENLH/11/1996.

D. Peningkatan Erosi Tanah

a. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah terjadi sifat fisik dan kimia

tanah dan kegiatan yang dilakukan serta komponen lingkungan yang

diakibatkan oleh erosi.

PT. ISCO Polman Resources 103

Page 104: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Tujuan rencana pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui

tingkat erosi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap komponen

lingkungan hidup lainnya yang berasal dari sumber dampak serta

efektivitas pengelolaan lingkungan.

c. Metode Pemantauan Lingkungan

a. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pemantauan lingkungan dilakukan secara langsung, yaitu

secara visual mengamati besarnya erosi yang terjadi dan untuk

areal bukaan waste dump yang baru dilakukan dengan mengambil

sampel tanah kemudian dianalisis di laboratorium untuk

mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Hasil analisis laboratorium

tersebut digunakan untuk menghitung laju erosi yang terjadi di

daerah tersebut dengan menggunakan persamaan USLE. Metode

analisis dan peralatan yang digunakan dalam pemantauan tanah

disajikan pada tabel berikut:

PT. ISCO Polman Resources 104

Page 105: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 7.3

Metode dan Peralatan Analisis Sifat Fisik dan kimia Tanah

No. Parameter UnitMetode Pengumpulan dan

Analisis DataBahan dan Alat

A. Fisika 1. Tekstur

a. Pasir % Penyaringan PipetPenyaringan

b. Debu % Dipipet setiap saat Lemari pendingin

c. Liat % Dipipet setiap saat Neraca analitik2. Erosi Ton/ha/thn Erosi tanah, USLE 19963. Permeabilitas Manual 4. Profil Tanah Manual

B. Kimia 5. pH (H2O) - Aduk rata dengan H2O

perbandingan 1:16. Ph (KCI) - Adu rata dengan KCI 1 N

perbandingan 1:17. C-Organik % Walkey dan Black Gelas Kaca 8. N-Total % Kjedahl Kjedahl tube 9. P-dd Ppm Bryal extraksi Spectrometer 10. K, Na, Ca, Mg Me/100g NH4OaC.pH. dekantansi Flamphotometer11. KTK Me/100g Saturasi NH4OaC.pH.

dekantansi, titrasi Gelas Kaca

12. KTK Me/100g Titrasi Gelas Kaca

Hasil analisis sifat fisik-kimia tanah dianalisis secara tabulasi dan kemudian

dibandingkan dengan kriteria penilaian tingkat kesuburan tanah.

sedangkan untuk menduga besarnya erosi tanah dihitung dengan

menggunakan pendugaan besarnya erosi tanah dihitung dengan

menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) dan kemudian

hasil tersebut dibandingkan dengan besaran tingkat bahaya erosi. Adapun

persamaan untuk menghitung erosi yang terjadi adalah:

A = R.K.L.S.C.P

Dimana :

A = Dugaan erosi tanah (ton/ha/thn)

R = Eorisvitas hujan

PT. ISCO Polman Resources 105

Page 106: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi pemantauan lingkungan pada daerah yang terkena dampak

yaitu waste dump area, bukaan tambang ataupun yang terkena

dampak lanjutan dari erosi yaitu badan perairan sungai.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Upaya pemantauan dilakukan setiap saat sampai berakhirnya masa

operasional penambangan untuk mengetahui secara dini dampak

negatif yang ditimbulkan agar bisa diminimalisir dan frekuensi

pelaporan 6 bulan sekali.

d. Institusi Pemantauan Lingkungan

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh

Departemen Lingkungan dan K-3.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan

dikoordinasikan oleh Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat

Teknik dan Lingkungan, Mineral dan Panas Bumi, Direktorat

Jenderal Mineral dan Panas Bumi dan Departemen Energi dan

Sumber daya Mineral (ESDM) serta instansi teknis di Kabupaten

Polewali antara lain Dinas Pertambangan dan Dinas Kehutanan.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan

Pelaporan hasil kegiatan pemantauan yang telah dilakukan,

dilaporkan kepada Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat

Teknik dan Lingkungan, Mineral dan Panas Bumi, Direktorat

Jenderal Mineral dan Panas Bumi dan Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM).

PT. ISCO Polman Resources 106

Page 107: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

E. Gangguan Flora Darat

1. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

a. Perubahan nilai indeks keanekaragaman vegetasi dan indeks nilai

penting dibandingkan rona awal pada berbagai areal yang dibuka.

b. Berbagai aspek pengelolaan yang telah dan akan dilakukan dan

tingkat keberhasilan pelaksanaan revegetasi serta pengaruhnya

terhadap aspek lingkungan lainnya.

2. Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Tujuan rencana pemantauan lingkungan adalah untuk mengetahui sejauh

mana dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan yang berasal dari

sumber dampak agar bisa segera diminimalisir, serta efektifitas

pengelolaan lingkungan yang telah dan akan dilakukan terhadap flora

darat dan dampak turunannya.

3. Metode Pemantauan Lingkungan

a. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pemantauan lingkungan adalah dengan pengamatan langsung

ke lapangan, yaitu sumber dampak, dampak yang ditimbulkan serta

pengelolaan lingkungan sedini mungkin baik pada saat perencanaan

dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan serta monitoring dampak

dari pengelolaan yang telah dilakukan. Adapun hal-hal yang dipantau

adalah:

Pembukaan lahan apakah telah dilakukan sesuai dengan

kebutuhannya secara bertahap untuk meminimumkan dampak.

Penempatan tanah penutup/buangan pada area waste dump,

apakah telah tertata dan terencana dengan baik, karena akan

berhubungan langsung dengan besarnya gangguan dan

pemanfaatan lahan, bentang alam, erosi dan tingkat keberhasilan

revegetasi.

PT. ISCO Polman Resources 107

Page 108: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Teknis penanaman dan pemeliharaan apakah sudah sesuai

dengan teknis budi daya pada lokasi revegetasi secara

menyeluruh.

Pertumbuhan tanaman revegetasi, apakah sudah sesuai dengan

umur tanaman.

Pemantauan pembibitan perlu dilakukan, karena merupakan

langkah awal dan revegetasi yaitu bagaimana budi daya,

pertumbuhan, jumlah dan kualitas siap salur untuk revegetasi.

Pemantauan satwa liar dapat diketahui melaiui kegiatan

pengamatan langsung di lapangan, terutama ditujukan kepada

satwa yang dilindungi dan jenis-jenis burung. Dari data tersebut

selanjutnya dapat diketahui kedudukan satwa tersebut di dalam

ekosistem yang pada gilirannya dari keadaan tersebut dapat

dijadikan tolok ukur dari keberhasilan revegetasi dalam

mengembalikan fungsi ekosistem sebagai fungsi ekologi.

b. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Lokasi pemantauan terhadap flora darat pada lokasi penambangan

sesuai dengan lokasi pengelolaan lingkungan yaitu daerah waste

dump, sisi kiri dan kanan jalan, pembibitan dan sarana penunjang

lainnya termasuk areal pada stockpile akhir.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Pemantauan lingkungan akan dilakukan setiap saat selama kegiatan

penyebab dampak berlangsung dan sesuai dengan pelaksanaan

pengelolaan yang dilakukan sampai akhir masa penambangan dengan

frekuensi pengelolaan setiap hari. Sedangkan frekuensi pelaporan

akan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

4. Institusi Pemantauan Lingkungan

a. Pelaksana Pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh Departemen

Lingkungan dan K-3.

PT. ISCO Polman Resources 108

Page 109: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

b. Pengawas Pemantauan Lingkungan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan

dikoordinasikan oleh Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat

Teknik dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi,

dan Departemen Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) serta

instansi teknis di Kabupaten Polewali Sulawesi Barat antara lain Dinas

Pertambangan dan Dinas Kehutanan.

c. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan

Pelaporan hasil kegiatan pemantauan yang akan dilakukan oleh

dilaporkan Kepala Bapedalda Kabupaten Polewali dan Direktorat

Teknik dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi,

dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

F. Gangguan Fauna Darat

1. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah jenis fauna yang hadir tapak

proyek, lokasi keberadaannya dan jenis fauna yang ada tapak proyek.

2. Rencana Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan untuk dapat mengetahui kehadiran yang

berkaitan dengan pelaksanaan revegetasi yang dilakukan karena telah

terciptanya kembali habitat yang baru serta berupaya untuk menjaga

keberadaan fauna tersebut.

3. Metode Pemantauan Lingkungan

a. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pemantauan satwa liar dapat dilakukan melalui kegiatan langsung di

lapangan yaitu berdasarkan perjumpaan kotoran ataupun jejak yang

ditinggalkan, suara ataupun dengan masyarakat. Pemantauan

terutama ditujukan satwa yang dilindungi dan jenis-jenis burung. Dari

data selanjutnya dapat diketahui kedudukan satwa tersebut di

ekosistem yang pada gilirannya dari keadaan tersebut diperoleh tolok

PT. ISCO Polman Resources 109

Page 110: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

ukur dari keberhasilan revegetasi dalam mengembalikan fungsi

ekosistem sebagai fungsi ekologi.

b. Lokasi Pemantauan Lingkungan

Secara umum lokasi pemantauan dilakukan di dalam tapak proyek dan

di luar yang dekat dengan tapak proyek karena fauna memiliki

kemampuan untuk berpindah ataupun bergerak.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

Periode pemantauan dilakukan setiap saat artinya segera

diinventariskan bila dijumpai atau adanya tanda-tanda kehadiran fauna

yang berlangsung selama tahapan operasional penambangan

berlangsung. Frekuensi pelaporan setiap 6 bulan sekali.

4. Institusi Pemantauan Lingkungan

a. Pelaksanaan pemantauan Lingkungan

Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilaksanakan oleh Departemen

Lingkungan dan K-3.

b. Pengawas Pemantauan Lingkungan

Pengawasan pelaksanaan pemantauan lingkungan dilakukan dan di

koordinasi oleh Bapedalda Kabupaten Polewali Sulawesi Barat dan

Direktorat Teknik Mineral dan Panas Bumi/Pelaksana Inspeksi

Tambang Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi dan

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta instansi

teknis di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat antara lain Dinas

Pertambangan dan Dinas Kehutanan.

c. Pelaporan Pemantauan Lingkungan

Hasil kegiatan pemantauan yang telah dilakukan, dilaporkan kepada

Bapedalda Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dan Direktorat

Teknik Mineral dan Panas Bumi/Pelaksana Inspeksi Tambang

Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi dan Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

PT. ISCO Polman Resources 110

Page 111: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

5. Metode Pemantauan Penerapan

a. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode yang dipakai adalah metode visit, observasi, identifikasi, dan

wawancara langsung terhadap masyarakat, tokoh masyarakat dan

pemuda serta Muspida setempat.

Hasil kegiatan pemantauan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan

tersendiri dan dievaluasi secara berkala untuk diperbaiki,

dipertahankan atau ditingkatkan.

b. Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan difokuskan pada masyarakat di sekitar lokasi

tambang. Di samping itu di daerah kabupaten yang juga

mendapatkan bantuan program community development dan di

daerah kabupaten yang juga mendapatkan bantuan program

community development.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi

Pemantauan dilakukan sejak tahap kegiatan penambangan berakhir

dengan klasifikasi program:

Jangka cepat dan insidental (crash program), yakni bantuan

yang diberikan atau disalurkan sewaktu-waktu tidak terikat oleh

hari, minggu, bulan atau jam

Jangka pendek, setiap tiga bulan sekali

Jangka menengah, setiap enam bulan sampai satu tahun sekali

Jangka panjang, setiap dua tahun sekali

7.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)

7.2.1 Penanganan K-3

Penanganan K-3 dalam operasi penambangan Bijih Besi ini secara

organisasi merupakan bagian dari struktur organisasi yang berada di

dalam bagian lingkungan dan K-3 yang langsung di bawah direksi.

PT. ISCO Polman Resources 111

Page 112: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan yang mutlak harus

diperhatikan, maka dari itu, penanganan K-3 dalam penambangan Bijih

Besi didasarkan pada peraturan yang berlaku dan kesepakatan

dengan pekerja atau sub-kontraktor.

1) Peraturan Perundangan:

a. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang pengawasan

keselamatan kerja di bidang pertambangan

b. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum

No.1245.K/26/DDJP/1993 tentang Pelaksanaan Pengawasan

Keselamatan dan Kesehatan serta Lingkungan Pertambangan

Bidang Pertambangan

2) Kesepakatan dengan pekerja atau kontraktor:

a. Perjanjian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja tentang

keselamatan kerja lapangan yang mencakup tanggung jawab

akan keselamatan dan pelatihan tenaga kerja, serta persyaratan

dan prosedur keselamatan kerja

b. Desain tambang harus memenuhi standar keselamatan kerja,

baik pada tahap persiapan maupun operasi penambangannya,

sehingga didapatkan rasa aman yang mendukung kelancaran

penambangan (tingkat keselamatan kerja yang tinggi).

c. Penunjukan dan penentuan petugas keselamatan kerja dan

pelatihan kerja pada awal penambangan

d. Monitoring dan penilaian yang kontinue pada setiap pekerjaan

sehingga terbina dan terpelihara kebiasaan kerja dengan aman

serta setiap pekerja terampil dan menguasai pekerjaan yang

dilakukan dan bertanggung jawab.

PT. ISCO Polman Resources 112

Page 113: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 7.2

Struktur Organisasi K-3

Dalam pelaksanaan kegiatan bagian K-3 dibantu oleh koordinator-

koordinator seperti yang terlihat dalam gambar 7.2. Selain hal tersebut

pada level manajemen dibentuk pula safety committee yang bertugas

melakukan pemeriksaan setiap aspek K-3 serta masalah yang ada

kaitannya dengan yang telah ditemukan di tambang dan mengusulkan

tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah tersebut serta melakukan

inspeksi ke tempat-tempat kerja sesuai fungsinya. Struktur organisasi

safety commitee dapat dilihat pada gambar 7.3

Gambar 7.3

Struktur Organisasi Safety Commitee

PT. ISCO Polman Resources 113

Kepala Teknik Tambang

Supervisor

Officer

Supervisor

Officer

koordinator

Ketua

Manajemen Karyawan

koordinator koordinator

Page 114: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

7.2.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

Kegiatan usaha pertambangan merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai risiko tinggi baik terhadap kerusakan aset (property)

maupun kehilangan nyawa manusia.

Peningkatan keterampilan karyawan melalui training akan memberi

bimbingan kepada karyawan untuk meningkatkan sikap positif tentang

keselamatan dan kesehatan kerja. Pengendalian unsur-unsur bahaya

di tempat kerja merupakan tugas dan tanggung jawab pada tingkatan

manajemen dan supervisor, yang diharapkan mempunyai keahlian

dalam menjalin hubungan, memimpin dan memotivasi karyawan

bawahannya secara profesional. Disamping itu, merealisasikan

program keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut:

1. Safety Induction (Pengenalan Tentang Keselamatan Kerja)

Safety induction diberikan kepada karyawan yang baru diterima

bekerja di wilayah kuasa pertambangan.

2. Safety Re-induction

Safety re-induction diberikan kepada karyawan yang mengalami

accident, incident, atau hampir celaka dan apapun penyampaian

tersebut berupa Standard Operating Procedure (SOP) dan

penyampaian perilaku dan kondisi tidak aman.

3. Safety Training

Training mengenai keselamatan kerja diberikan kepada karyawan

secara rutin, baik training di dalam perusahaan maupun di luar

perusahaan.

4. SIMPER (Surat Izin Mengemudi di Wilayah KP Perusahaan)

Semua operator/driver alat berat maupun kecil wajib memiliki

PT. ISCO Polman Resources 114

Page 115: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

SIMPER yang ditandatangani oleh Kepala Teknik Tambang.

5. Safety Talk/Meeting

Safety talk dilakukan seminggu sekali atau setiap akan memulai

pekerjaan. Semua bagian di lingkungan perusahaan diwajibkan

untuk melakukan safety talk.

6. Safety Sweeping

Tujuan sweeping adalah untuk memonitor kemajuan keselamatan

karyawan di suatu tempat/kegiatan kerja. Sweeping dilakukan oleh

Safety Departemen, Safety Controller, Security serta juga dibuat

laporan - laporan sweeping dan sanksi - sanksi terhadap karyawan

agar kemajuan safety dan perbaikan - perbaikan dapat dievaluasi.

7. Inspeksi Manajemen

Inspeksi bulanan dilakukan setiap bulan/minggu oleh jajaran

manajemen yang dibantu oleh departemen safety team. Tindakan-

tindakan perbaikan dicatat dalam buku inspeksi tambang dan

dilaporkan kembali kepada manajemen dan untuk perbaikan

diserahkan kepada masing-masing departemen yang melakukan

kekurangan - kekurangan di areal kerja. Pelaksanaan inspeksi

terencana untuk masing-masing level manajemen:

a. Direktur, Manajer, Superintendent melakukan inspeksi

terencana minimal 1x1 bulan untuk seluruh wilayah kerja yang

menjadi tanggung jawabnya.

b. Supervisor melakukan inspeksi terencana minimal 1x1 minggu

untuk bagian/wilayah kerja menjadi tanggung jawabnya.

c. Karyawan melakukan pemeriksaan tempat kerjanya dan alat

yang digunakan sebelum melakukan pekerjaannya.

Realisasi dan pelaksanaan inspeksi terencana dari manajemen

(Direktur, Manajer, Superintendent) berlangsung dengan baik,

PT. ISCO Polman Resources 115

Page 116: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

sedangkan pada level supervisor dan karyawan dirasakan masih

sangat kurang.

8. Pemasangan Himbauan K-3

Pemasangan himbauan - himbauan K-3 dipasang di tempat-tempat

yang sekiranya rawan terhadap kecelakaan, sehingga dapat

memotivasi dan mengingatkan karyawan agar terbebas dari

kecelakaan.

Pergantian, Pemasangan Rambu-Rambu Lalu Lintas dan

Patok Reflector Penentuan Arah Jalan

Penggantian dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, patok

penentuan arah jalan dan semboyan keselamatan kerja selalu rutin

dilakukan.

9. Accident Investigation & Report

Tujuan investigasi kecelakaan adalah semata-mata untuk

mengetahui kasus ataupun penyebab suatu kecelakaan guna

pencegahan-pencegahan kecelakaan yang serupa di masa

mendatang, tidak untuk menyalahkan pihak-pihak tertentu.

Laporan harus dibuat sesuai fakta kejadian dan menghindari

membuat asumsi atau dugaan-dugaan pribadi sebelum semua

data diketahui.

7.2.3 Peralatan K-3

Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko tinggi baik terhadap

kerusakan aset (property) maupun kehilangan nyawa manusia. Oleh

karena itu, perlu persiapan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja

yang akan digunakan pada setiap kegiatan penambangan dan

pengangkutan.

PT. ISCO Polman Resources 116

Page 117: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 8 ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Organisasi dan sistematika kerja untuk pelaksanaan pekerjaan penambangan

Bijih Besi di PT. ISCO Polman Resources akan dilakukan se-efisien dan se-

efektif mungkin dihubungkan dengan kondisi perusahaan dan sumber daya

yang ada. Untuk itu ada dua alternatif yang perlu dikaji, yaitu:

1. Pekerjaan penambangan dilakukan sendiri

2. Pekerjaan penambangan dilakukan dengan sistem kontrak

Kedua alternatif di atas akan menimbulkan dampak atau konsekuensi

berbeda pada banyak aspek, terutama pada aspek organisasi. Alternatif

kedua akan jauh lebih ramping dibandingkan dengan alternatif pertama.

Walaupun demikian, rancangan organisasi untuk alternatif pertama

diusahakan tetap efektif untuk menjamin kelancaran operasi penambangan.

8.1. Bentuk Organisasi

8.1.1. Penambangan Dilakukan Sendiri

Pekerjaan penambangan dirancang kesederhanaan mungkin tetap

memiliki otonomi yang cukup untuk menjamin kelancaran kegiatan

penambangan. Organisasi yang akan diterapkan adalah kegiatan

penambangan dibagi menjadi fungsi-fungsi yang terpisah tetapi masih

tetap dapat bekerja sama.

Organisasi penambangan Bijih Besi dipimpin oleh Board of Director

yang membawahi dua department manager, yaitu : Commercial

Departement dan Mining Operation Departement. Commercial

Departement membawahi tiga divisi yaitu : Finance Division, G.A &

HRD Division, dan Public Relation Division. Mining Operation

PT. ISCO Polman Resources 117

Page 118: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Departement membawahi Exploration Division, Exploitation Division,

dan Process Plant Division. Masing-masing divisi didukung para

supervisor dan officer untuk kelancaran pekerjaan. Struktur organisasi

disajikan pada gambar 8.1.

8.1.2. Pekerjaan Penambangan Dikontrakkan

Alternatif ini, pekerjaan penambangan (penggalian dan pengangkutan)

baik untuk tanah penutup (top soil dan overburden) maupun mineral

ekonomisnya yaitu Bijih Besi dikontrakkan kepada pihak lain.

Organisasi pada sistem kerja tetap mengawasi dan mengatur

pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

Pada alternatif ini, organisasi kerja dipimpin oleh seorang manager,

yang juga membawahi beberapa divisi sesuai dengan bidang yang

dikontrakkan (yang dibutuhkan) oleh PT. ISCO Polman Resources,

utamanya pada bidang mining operation sendiri.

PT. ISCO Polman Resources 118

Page 119: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Struktur organisasi

PT. ISCO Polman Resources 119

Page 120: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

8.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan disesuaikan

dengan desain tambang yang direncanakan. Tenaga kerja yang tidak

langsung berhubungan dengan operasi penambangan jumlahnya relatif

tetap selama umur penambangan, sedangkan untuk tenaga kerja yang

terlibat langsung dalam operasi penambangan, terutama untuk operator

alat berat, disesuaikan dengan jumlah alat yang dioperasikan dengan

memperhatikan jumlah shift dan target produksi.

Pada alternatif ke dua tenaga kerja langsung lebih sedikit karena sistem

pengerjaannya dikontrakkan. Mereka yang akan direkrut adalah yang

mempunyai latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai.

Analisis jabatan (job analysis) selanjutnya dibutuhkan untuk

mendapatkan karyawan yang cocok dengan kebutuhan kerja, dengan

upah dan beban kerja yang sesuai pula.

PT. ISCO Polman Resources 120

Page 121: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 9 PEMASARAN

9.1 Kebijaksanaan Pemerintah

9.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Bijih Besi

Bijih Besi termasuk bahan galian strategis yang pengelolaannya

langsung ditangani oleh pemerintah. Kemampuan pemerintah untuk

melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Bijih Besi sangat

terbatas.

9.1.2 Potensi Sumber Daya Bijih Besi

Indonesia termasuk salah satu negara di kawasan Asia yang memiliki

endapan Bijih Besi. Data tahun 2003 memperlihatkan Indonesia

memiliki potensi sumber daya Bijih Besi sejumlah 61,11 milyar ton,

yang terdiri dari 13,65 milyar ton sebagai cadangan terukur dan 47,46

milyar ton sebagai cadangan indikasi, terunjuk serta tereka. Dari

sejumlah cadangan tersebut terdapat 11,47 milyar ton sebagai

cadangan yang dapat dieksploitasi atau cadangan yang bersifat

komersial.

9.2 Prospek Pemasaran

Salah satu aspek pemasaran Bijih Besi adalah masalah supply-demand

dengan berkembangnya berbagai industri di dalam negeri dan semakin

meningkatnya permintaan untuk ekspor, maka peningkatan produksinya

pun harus berimbang.

Kebutuhan Bijih Besi di dalam negeri dan ekspor setiap tahunnya

menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Sebagai perbandingan,

kebutuhan baja perkapita Indonesia masih rendah dibandingkan negara

PT. ISCO Polman Resources 121

Page 122: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Asia lainnya seperti yang terlihat di bawah ini:

Tabel 9.1

Konsumsi Baja Perkapita 2005 - 2006

Kawasan Kg/KapitaIndonesia 26,2Vietnam 65,9Thailand 204Malaysia 278,9

Korea 995,8 Sumber : ICB 2005/2006

9.2.1 Prospek Pemasaran Dalam Negeri

Saat PT. Krakatau Steel sebagai salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang baja berencana untuk membangun pabrik pengolahan baja di

daerah Kalimantan Timur dengan kapasitas 700.000ton per tahun, dan

hingga PT. ISCO Polman Resources sendiri masih sangat

membutuhkan material dasar untuk menghasil baja tersebut. Dan Bila

dilihat dari kebutuhan baja antara penduduk Indonesia dan negara

Asia lainnya, maka peluang usaha ini masih sangat menjanjikan, saat

ini konsumsi baja masyarakat Indonesia hanya 10 persen dari

konsumsi masyarakat Malaysia.

9.2.2 Prospek Pemasaran Luar Negeri

Ekspor Bijih Besi Indonesia telah mencapai di berbagai negara di

kawasan Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Bijih Besi yang diekspor

umumnya berperingkat memiliki kadar Fe total rata-rata 45%.

Saat ini sekitar 70 pabrik baja di Cina yang tergabung dalam asosiasi

pengusaha baja dan importer metal dan kimia, menaikkan kebutuhan

impor mereka yang pada tahun 2006 hanya sebesar 270 *juta ton

pertahun menjadi 325 juta ton tahun 2007 atau hampir setengah

PT. ISCO Polman Resources 122

Page 123: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

produksi Bijih Besi dunia, dan diperkirakan tahun depan akan

mengalami peningkatan sebesar 28,89% lagi.

9.3 Pemasaran Bijih Besi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia cukup mampu

menyediakan Bijih Besi untuk keperluan dalam negeri dan ekspor.

Produk Bijih Besi yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan beserta

pemasarannya selama tahun 2006 hingga tahun 2007 hanya sebesar

869 ribu ton.

Produk Bijih Besi yang dihasilkan mempunyai kandungan Fe total di atas

45%. Produk Bijih Besi ini akan ikut berperan memasuki pasaran

domestik dan ekspor. Produk Bijih Besi akan dieskpor ke beberapa

negara kawasan-kawasan Asia Timur (Korea, Taiwan, Jepang,

Hongkong), India, dan Asia Tenggara (Malaysia, Filipina).

Jumlah Bijih Besi yang akan diekspor sebanyak 100% dari total Bijih

Besi, mengingat saat ini pabrikasi pengolahan Bijih Besi dalam negeri

yang sejogyanya akan dibangun oleh PT. ISCO Polman Resources dan

perusahaan dari Cina ini masih dalam tahap pembangunan.

Harga Bijih Besi per ton FOB bervariasi walaupun kualitas (nilai kadar Pb)

sama. Harga-harga tersebut merupakan harga berdasarkan kontrak yang

memiliki jangka waktu. Harga standar kadar 40%-45% rata-rata sebesar

40 - 43 US dollar FOB.

PT. ISCO Polman Resources 123

Page 124: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 10 INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

10.1 Investasi

10.1.1 Modal Tetap

A. Pengurusan Perizinan

PT. ISCO Polman Resources merupakan salah satu perusahaan

nasional yang melakukan kerjasama pengembangan sumber daya

energi dan mineral dengan pemerintah (Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral) yaitu untuk mengeksploitasi mineral Bijih Besi

sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, telah

menandatangani perjanjian dengan pemerintah daerah Kabupaten

Polewali Mandar pada Tanggal 30 November 2007 dengan wilayah

konsesi seluas ± 1.501Ha (No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin

Kuasa Pertambangan Eksplorasi kepada PT. ISCO Polman

Resources). Wilayah ini berada di Desa Tapango, Kecamatan

Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Selanjutnya laporan studi kelayakan ini dibuat untuk memperoleh izin

kuasa pertambangan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Polewali

Mandar.

B. Peralatan Utama

Peralatan utama penambangan Bijih Besi adalah faktor yang sangat

vital untuk kegiatan operasi penambangan sehingga akan dihasilkan

produksi Bijih Besi bersih yang siap jual. Untuk itu beberapa unsur

PT. ISCO Polman Resources 124

Page 125: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

kegiatan operasi perlu dimasukkan dalam perhitungan pengadaan

peralatan utama ini, seperti:

a. Kegiatan penambangan Bijih Besi yang terdiri dari:

1. Pembersihan lahan

2. Pengupasan dan pemindahan tanah atas (top soil)

3. Penggalian dan pemindahan tanah penutup (overburden)

4. Penggalian dan pengangkutan Bijih Besi ke penimbunan

(stockpile)

b. Kegiatan pengolahan Bijih Besi dan stockpile yang terdiri dari:

1. Pemindahan Bijih Besi dari raw stockpile ke product stockpile

2. Proses peremukan Bijih Besi

3. Proses pemisahan mineral berharga dari pengotornya

(impurities)

c. Pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi dari stockpile ke

dermaga yang terdiri dari:

1. Pemuatan Bijih Besi (barge loading system)

2. Pengangkutan Bijih Besi dari stockpile ke transhipment point

C. Sarana Penunjang

Sarana penunjang penambangan Bijih Besi adalah peralatan dan

ditinjau bangunan fisik yang ikut menunjang kegiatan penambangan

Bijih Besi. Meskipun bukan peralatan utama, tanpa sarana penunjang

maka penambangan Bijih Besi tak akan mencapai sasaran yang

diharapkan. Untuk itu beberapa unsur kegiatan operasi perlu

dimasukkan dalam perhitungan pengadaan sarana penunjang ini,

seperti:

PT. ISCO Polman Resources 125

Page 126: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1. Kegiatan pembuatan jalan angkut tanah dan Bijih Besi yang

memerlukan:

Motor grader

2. Kegiatan perawatan jalan angkut dan perbengkelan yang

memerlukan:

Mobil air (water truck)

Mobil oli (lube/fuel truck)

Mobil perawatan (service truck)

Pompa dan tangki BBM (fuel pump dan fuel tank)

Peralatan bengkel (machine tools)

3. Kegiatan perkantoran dan perumahan yang memerlukan:

Kendaraan roda empat

Generator set

Pompa air

D. Sarana K-3 dan Pengelolaan Lingkungan

Sarana K-3 dan pengelolaan lingkungan wajib dimiliki oleh setiap

perusahaan penambangan Bijih Besi karena selain menyangkut

keselamatan karyawan, juga menyangkut keselamatan masyarakat

yang tinggal di sekitar areal penambangan.

Beberapa peralatan yang dapat dikemukakan di sini adalah:

1. Sarana K-3 terdiri dari:

Topi keselamatan kerja (safety helm)

Sepatu pengaman (safety shoe)

Baju kerja

Alat pemadam kebakaran

Baju pelampung

Obat-obatan

PT. ISCO Polman Resources 126

Page 127: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Rambu-rambu lalu lintas

Manual K-3

Masker, kaca mata las, tutup telinga, lampu sorot

2. Sarana pengelolaan lingkungan terdiri dari:

Kolam pengendap

Kolam pengontrol

Bibit tanaman

Zat Kimia dan additive

Alat deteksi sederhana

10.1.2 Modal Kerja

Biaya modal kerja (working capital) adalah biaya yang harus

disediakan untuk memenuhi biaya produksi penambangan, sampai

dengan masa di mana perusahaan dapat memperoleh pendapatan

sendiri dari hasil penjualan Bijih Besi, baru akan mampu membiayai

produksinya setelah memperoleh pendapatan dari penjualan produksi

tahun pertamanya yaitu sebesar 60.000ton.

Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan bakar, suku cadang,

ban kendaraan, karyawan tidak tetap (termasuk royalty). Biaya

produksi tak langsung meliputi biaya asuransi, iuran tetap,

pengelolaan lingkungan, community development dan karyawan tetap.

Total modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek penambangan Bijih

Besi ini adalah sebesar US $ 10.450.543,06.

10.1.3 Sumber Dana

Jenis sumber pendanaan untuk investasi rencana penambangan Bijih

Besi ini terdiri atas:

Modal sendiri (ekuitas)

Hutang/pinjaman dari bank

PT. ISCO Polman Resources 127

Page 128: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Perbandingan antara ekuitas dan hutang (E : H) diharapkan

menghasilkan struktur modal yang optimal bagi pelaksanaan proyek

penambangan Bijih Besi ini dengan mempertimbangkan kondisi

perekonomian pada umumnya dan keuangan perusahaan pada saat

ini.

Dengan pertimbangan itu, maka perbandingan antara ekuitas dan

hutang untuk mendanai proyek investasi penambangan Bijih Besi ini

masih dapat diharapkan sebesar 40% ekuitas dan 60% hutang.

Peminjaman modal dari bank ini akan dilakukan pada tahap awal

investasi untuk membeli peralatan utama dan membangun infrastruktur

tambang. Kredit Investasi yang dipinjam pada tahap tersebut akan

digunakan selama jangka waktu sekitar 15 tahun (masa penggunaan

kredit investasi), dan bank membebankan bunga pinjaman sebesar

12% per tahun yang bersifat tetap. Pembayaran kembali hutang pokok

berikut bunga diatur sebagai berikut:

Kredit investasi bank yang diambil tersebut akan dikembalikan

dalam jangka waktu 15 tahun, mulai tahun ke-1 setelah masa

peminjaman.

Jumlah angsuran pokok bersifat tetap, sedangkan bunga pinjaman

diperhitungkan dari sisa pokok (besarnya bunga pinjaman menurun

sesuai dengan waktu).

Total pinjaman yang diperlukan adalah sebesar US $ 6.270.325,84

dan dana sendiri yang harus dikeluarkan adalah sebesar

US $ 4.180.217,22.

PT. ISCO Polman Resources 128

Page 129: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

10.2 Analisis Kelayakan

10.2.1 Biaya Investasi

Perhitungan biaya investasi adalah perkiraan dana yang dikeluarkan

untuk membiayai kegiatan dalam masa pra-penambangan dan masa

penambangan.

Adapun biaya-biaya investasi ini dikelompokkan dalam:

A. Biaya investasi peralatan, terdiri atas:

1. Investasi peralatan operasi penambangan

2. Investasi peralatan pendukung operasi penambangan

3. Investasi peralatan operasi pengolahan dan stockpile Bijih Besi

B. Biaya investasi studi, yang terdiri atas:

1. Biaya eksplorasi

2. Biaya studi kelayakan

3. Biaya studi UKL-UPL

4. Biaya studi geoteknik dan hidrologi

C. Biaya investasi pengembangan (development), terdiri atas:

1. Biaya pembersihan lahan

2. Biaya sarana dan prasarana ban dan jalan angkut tanah

penutup, jalan angkut Bijih Besi crushing plant

10.2.2 Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus

dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan operasi dalam rangka

memproduksi Bijih Besi dari lokasi tambang hingga siap untuk dijual.

Biaya produksi langsung, digunakan untuk membiayai semua kegiatan

yang langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan

produk Bijih Besi. Sedangkan biaya produksi tidak langsung digunakan

PT. ISCO Polman Resources 129

Page 130: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

untuk membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan

dengan proses produksi.

Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Bijih Besi mencakup

biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan stockpile

Bijih Besi dan biaya pengangkutan Bijih Besi dari tambang ke

pelabuhan muat. Maka untuk itu, beberapa komponen operasi yang

perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya atau ongkos produksi antar

lain adalah:

A. Ongkos operasi penambangan Bijih Besi, terdiri dari:

Ongkos pembersihan lahan

Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil

Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden

Ongkos pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi ke stockpile

Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

B. Ongkos operasi pengolahan Bijih Besi dan stockpile, terdiri

dari:

Ongkos pemindahan Bijih Besi dari raw iron ore stockpile ke unit

crushing plant

Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant

Ongkos pemindahan Bijih Besi ke product iron ore stockpile siap

untuk dijual. Biaya produksi langsung digunakan untuk

membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan

dengan operasi untuk menghasilkan produk Bijih Besi.

Sedangkan biaya produksi tidak langsung, digunakan untuk

membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan

dengan proses produksi.

PT. ISCO Polman Resources 130

Page 131: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Bijih Besi

mencakup biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan

dan stockpile Bijih Besi, dan biaya pengangkutan Bijih Besi dari

tambang ke pelabuhan muat. Untuk itu beberapa komponen

operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya atau

ongkos produksi antara lain adalah:

1. Ongkos operasi penambangan Bijih Besi, terdiri dari:

Ongkos pembersihan lahan

Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil

Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden

Ongkos pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi ke stockpile

Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

2. Ongkos operasi pengolahan Bijih Besi dan stockpile, terdiri

dari:

Ongkos pemindahan Bijih Besi dan raw iron ore stockpile ke

unit crushing plant

Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant

Ongkos pemindahan Bijih Besi ke product iron ore stockpile

3. Ongkos operasi pengangkutan Bijih Besi di dermaga, terdiri

dari:

Ongkos pemindahan Bijih Besi produk dari stockpile ke

pelabuhan

Ongkos operasi "barge loading system" di dermaga

Ongkos stockpile di pelabuhan

Untuk menghitung ongkos produksi dari setiap operasi yang

dilakukan pada satu periode produksi, maka beberapa

parameter yang menjadi pertimbangan adalah:

PT. ISCO Polman Resources 131

Page 132: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Target produksi yang direncanakan (ton produksi Bijih Besi

atau BCM tanah)

Peralatan utama yang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis,

jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain

sebagainya)

Peralatan pendukung yang dioperasikan (jenis, spesifikasi

teknis, jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain

sebagainya)

Tenaga kerja untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah,

standar gaji)

Pengaruh faktor ekskalasi

10.2.3 Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan (sales revenue) pada suatu periode adalah

besarnya dana yang diterima dari hasil penjualan Bijih Besi bersih

pada periode itu, berdasarkan harga pasar yang berlaku pada saat itu.

Untuk melakukan perhitungan pendapatan penjualan Bijih Besi, maka

produk Bijih Besi dijual dengan harga US $ 700 per ton sesuai dengan

harga pasaran dunia saat ini untuk produk Bijih Besi kualitas

menengah (medium rank iron ore).

Hasil penjualan Bijih Besi per tahun rata-rata sebesar US $

42.000.000,- dimana total pendapatan selama 18 tahun adalah

sebesar US $ 756.000.000,-

10.2.4 Aliran Uang Tunai (Cash Flow)

Pengertian kas dalam rencana investasi proyek penambangan Bijih

Besi adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan yang dalam

jangka waktu dekat dapat dipakai sebagai alat pembayaran kebutuhan

finansial dan mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas

PT. ISCO Polman Resources 132

Page 133: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

bagi kepentingan proyek penambangan Bijih Besi ini dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan:

Pembiayaan proses produksi Bijih Besi

Pembaharuan barang-barang aktiva atau aset tetap pada kegiatan

investasi

Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, aneka pajak, iuran,

pungutan dan lain-lain

Selama umur investasi proyek (± 20 tahun) akan terjadi aliran kas

(cash flow). Aliran kas ini akan terdiri dari aliran kas masuk (cash

inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow).

Besarnya aliran kas masuk akan sangat ditentukan oleh beberapa

faktor di bawah ini:

Laba bersih yang diterima oleh perusahaan, baik untung ataupun

rugi

Pinjaman utang dari bank untuk investasi (60%)

Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (40%) atau

dari pemegang saham, dan lain-lain

Sedangkan laba bersih yang diterima oleh perusahaan merupakan

fungsi dari pendapatan yang diterima dan biaya yang harus

dikeluarkan pada kegiatan produksi Bijih Besi. Selisih pendapatan dan

biaya tersebut adalah laba bagi perusahaan. Komponen-komponen

yang menentukan pendapatan dari perusahaan antara lain:

Nilai penjualan Bijih Besi bersih perusahaan

Nilai pendapatan bunga atas simpanan bank

Sedangkan komponen-komponen yang menentukan biaya dari

perusahaan antara lain adalah:

Biaya produksi Bijih Besi sampai dengan siap jual

PT. ISCO Polman Resources 133

Page 134: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Biaya umum dan administrasi

Pembayaran bunga pinjaman ke bank

Pembayaran pajak, iuran, dan lain-lain

Besarnya aliran kas keluar dipengaruhi oleh beberapa komponen di

bawah ini:

Pembayaran untuk biaya investasi dan modal kerja

Pembayaran cicilan pokok atas pinjaman ke bank

Pembayaran kembali investasi dari perusahaan sendiri, dan lain-

lain

Selama masa umur investasi (± 20 tahun), dalam aliran kas proyek

setiap tahunnya akan ditemukan salah satu dari dua macam kondisi,

yaitu kondisi dimana aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas

keluar, sehingga akan terjadi saldo kas (proceeds), dan kondisi dimana

aliran kas masuk lebih kecil dari pada aliran kas keluar sehingga akan

terjadi kekurangan kas (defisit).

A. Nilai Sekarang Bersih Net Present Value atau NPV

Tidak semua aliran kas yang positif akan memberikan gambaran

yang menguntungkan bagi perusahaan, karena ada faktor nilai

waktu dan uang (time value of money), sehingga diperlukan suatu

perhitungan yang dapat menghasilkan gambaran jumlah uang pada

satu titik waktu tertentu yang disebut nilai sekarang bersih (Net

Present Value).

Urutan-urutan yang dilakukan dalam perhitungan Net Present Value

(NPV) dalam proyek penambangan Bijih Besi adalah sebagai

berikut :

PT. ISCO Polman Resources 134

Page 135: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Menghitung jumlah nilai sekarang bersih (Net Present Value)

dari aliran kas proyek selama 20 tahun pada tingkat diskonto

(discount rate) yang ditetapkan yaitu 12,59%.

Menghitung jumlah nilai sekarang bersih dari biaya investasi

perusahaan selama 20 tahun dan modal kerja pada tingkat

diskonto yang ditetapkan yaitu 12,59%.

Hasil perhitungan ini disebut Present Value dari initial outlays

(PV of initial outlays).

Menghitung selisih antara PV of proceeds dengan PV of initial

outlays yang hasilnya disebut nilai sekarang bersih atau Net

Present Value.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka diperoleh harga Net

Present Value sebesar US $ 4.489,83 (positif) untuk alternatif I

dikerjakan sendiri oleh PT. ISCO Polman Resources, sedangkan

untuk alternatif II dikontrakan dan diperoleh harga Net Present

Value sebesar US $ 10.041,75 (positif) sedangkan pajak yang

harus dikeluarkan oleh PT. ISCO Polman Resources adalah

sebesar US $ 11.451.417,60 untuk alternatif I dan

US $ 18.341.022,90 untuk alternatif II.

10.2.5 Laju Pengembalian Internal (IRR)

Laju pengembalian internal (Internal Rate of Return) adalah laju

pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk - NPV aliran

kas keluar. Penentuan laju pengembalian internal atau IRR ini

dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error).

Pada metode NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih

dahulu besarnya laju pengembalian kemudian dihitung nilai sekarang

bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Sedangkan

pada metode IRR, besarnya IRR atau laju pengembalian [diskonto (i)]

PT. ISCO Polman Resources 135

Page 136: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = US $ 4.489,83

(positif).

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka laju

pengembalian internal (IRR) yang memberikan NPV = US $ 4.489,83

(positif) adalah 12,59% untuk alternatif I dan 28,16% untuk alternatif II.

Nilai laju pengembalian internal (IRR) sebesar 12,59% dan 28,16% ini

memberikan gambaran bahwa usulan investasi proyek penambangan

Bijih Besi di wilayah penelitian (± 20 tahun) lebih menarik untuk

dilakukan bila dibandingkan dengan kegiatan menyimpan modal di

bank dengan laju pengembalian yang lebih kecil, sekitar 6%. Artinya,

menanam modal investasi pada proyek penambangan Bijih Besi ini

akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan menanam modal

di bank.

10.2.6 Waktu Pengembalian Modal

Waktu pengembalian modal (payback period) menunjukkan periode

waktu yang digunakan untuk menutupi kembali modal yang telah

diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh dari aliran kas bersih

dari investasi tersebut.

Metode ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah

periode pengembalian selesai.

Tidak mempertimbangkan nilai waktu dan uang, berarti tidak

mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi-finansial dalam

mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi).

Tidak memberikan indikasi probabilitas dari unit usaha hasil proyek.

Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode

pengembalian masih digunakan secara luas terutama disebabkan oleh

PT. ISCO Polman Resources 136

Page 137: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi

perihal resiko yang kebanyakan investor ingin segera mendapatkan

jawabannya.

Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi

dengan periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih.

Dalam memakai kriteria ini, proses yang bersangkutan perlu

menentukan batasan maksimum waktu pengembalian, berarti lewat

waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan.

Untuk pengambilan keputusan pada sebuah investasi dilakukan

perbandingan antara payback yang ditetapkan dengan payback yang

dilaksanakan. Apabila payback period maksimum yang akan investasi,

akan dilaksanakan lebih singkat waktunya dibandingkan dengan

payback period maksimum yang diuraikan, maka investasi itu akan

dilaksanakan. Akan tetapi apabila sebaliknya, maka investasi itu akan

ditolak.

PT. ISCO Polman Resources 137

Page 138: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 11 KESIMPULAN DAN SARAN

11.1 Kesimpulan

Studi kelayakan ini dilaksanakan dalam kaitannya dengan rencana

permohonan izin eksploitasi Bijih Besi di Kabupaten Polewali Mandar.

Hal-hal yang dikaji ditujukan kepada kondisi teknis dan non-teknis

penambangan, dengan kata lain apakah persyaratan untuk

memperoleh izin tersebut dapat memadai dengan kondisi yang ada

pada saat sekarang.

Kajian ini meliputi keadaan geologi, cadangan dan kualitas,

hidrogeologi, geoteknik, pengolahan, rencana pengangkutan,

lingkungan hidup dan K-3, organisasi dan tenaga kerja, pemasaran

dan investasi serta analisis kelayakan. Adapun hasil studi dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Wilayah Permohonan

Wilayah yang dieksploitasi seluas ± 1.501Ha terletak di Desa

Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar,

Provinsi Sulawesi Barat dengan batas koordinat 119° 14' 45" BT -

119° 19' 00" BT dan 003° 18' 59" LS - 003° 19' 59" LS.

2. Geologi dan Endapan Bijih Besi

Hasil analisis geologi bahwa endapan Bijih Besi di daerah sangat

dipengaruhi oleh proses diferensiasi dan segregasi selama

PT. ISCO Polman Resources 138

Page 139: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

terjadinya injeksi larutan sisa magma pada stadium pegmatitis-

pneumatolitis atau metasomatis kontak.

Perhitungan cadangan terukur berjumlah 2.916.160,52ton.

Sedangkan tertambang 2.558.341,40ton, dan cadangan

tertambang dengan recovery 90% sebanyak 2.485.738,44ton.

3. Kualitas Bijih Besi

Dari hasil kajian yang berkaitan dengan berbagai analisis dari

contoh-contoh Bijih Besi, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai

berikut:

Keseluruhan kualitas Bijih Besi tertambang mengandung total

belerang (TS) rata-rata 3%, kadar SiO2 7% dan kadar Fe total

rata-rata 45%.

1) Kajian Hidrogeologi dan Hidrologi

Curah hujan rencana untuk keperluan perhitungan

peralatan penyaliran adalah 60mm.

2) Geoteknik

a) Lereng Tunggal

Berdasarkan analisis kemantapan lereng tunggal dengan

melihat nilai faktor keamanannya serta pertimbangan

teknis penggunaan alat, maka untuk lereng tunggal dapat

direkomendasikan, tinggi lereng (H) 10 m dan sudut lereng

60° dengan Faktor Keamanan > 1,200.

b) Lereng Keseluruhan (Total)

Berdasarkan hasil analisis kemantapan lereng total dengan

melihat faktor keamanannya, maka direkomendasikan

untuk sudut lereng rata-rata adalah 39,5° dengan tinggi (H)

PT. ISCO Polman Resources 139

Page 140: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

50 m, memiliki FK > 1,200.

c) Lereng Timbunan

Lereng timbunan yang direkomendasikan adalah dimensi

lereng keseluruhan dengan tinggi lereng (H) 25m dengan

sudut 150, memiliki FK 1,200.

4. Rencana Penambangan

a. Rencana penambangan meliputi:

Nisbah pengupasan, dilakukan dengan dasar rumus BESR

dengan asumsi harga jual dengan biaya penambangan.

Nilai yang diperoleh adalah BESR = 11,56

Metode penambangan dilakukan dengan open pit/open

cash dengan pertimbangan faktor-faktor model geologi,

kondisi lapisan Bijih Besi, kondisi lapisan tanah penutup

dan jumlah sumber daya

Penggalian dikerjakan dengan membentuk jenjang-jenjang

b.Desain Tambang

Desain tambang mengacu pada potensi sumber daya Bijih

Besi

Kualitas Bijih Besi

Harga dan kualitas produk Bijih Besi yang dipasarkan

Geometri lereng

Air dalam tambang

c.Analisis Desain

Analisis desain tambang didasarkan atas parameter-parameter

berupa model geologi, sumber daya mineral, aspek

penyebaran Bijih Besi, dan kemantapan lereng.

PT. ISCO Polman Resources 140

Page 141: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

d.Bukaan Tambang

Bukaan tambang ada 8 block

e. Sistem dan Tata Cara Penambangan:

Penambangan dilakukan dengan sistem jenjang-jenjang

dengan mengikuti geometri lereng yang telah ditentukan.

Persentase perolehan penambangan (recovery) adalah

90%.

f. Tahapan Kegiatan Penambangan

Operasi pembersihan lahan penambangan

Operasi penggalian tanah penutup, berupa overburden dan

interburden dilakukan dengan menggunakan excavator dan

bulldozer

g.Penggalian dan pengangkutan Bijih Besi

Penggalian overburden dilakukan dengan excavator dan

bulldozer

ROM Bijih Besi diangkut ke crushing plant dan stockpile

h.Penanganan Air Tambang

Penanganan di tambang dilakukan dengan sistem

penirisan

Dibuat dump untuk penampungan air dan air di pompa

keluar

i. Jadwal Produksi

Rencana penjualan Bijih Besi pada tahun pertama sebesar

60.000ton dan tahun kedua sebesar 60.000ton. Selanjutnya

pada tahun ketiga 120.000ton dan tahun keempat 120.000ton.

Mengingat faktor kehilangan Bijih Besi pada waktu proses

PT. ISCO Polman Resources 141

Page 142: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

penggalian, pemuatan, dan pengolahan, maka produksi Bijih

Besi pada tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-

turut adalah sebesar 88.571,40ton, 89.083,90ton,

178.167,80ton, dan 177.142,80ton.

j. Umur Tambang

Umur tambang, sesuai dengan kontrak 20 tahun.

5. Pengolahan Bijih Besi

Bijih Besi produksi operasi penambangan (ROM) dilakukan

proses peremukan untuk mereduksi ukuran di crushing plant

dan produk akhir yang akan di peroleh adalah ukuran ± 22mm

Proses pengolahan memerlukan pencucian untuk memisahkan

antara tanah yang masih menempel di material Bijih Besi.

Reduction Ratio (RRJ) crusher antara 4 sampai 6 dan

kapasitas produksi sekitar 60.000ton/thn yang terdiri atas 1 unit

crusher : @120ton per jam tonase Bijih Besi ROM yang dapat

diolah per tahun 1.800 jam/tahun x 33,33 ton/jam =

60.000ton/thn.

6. Transportasi dan penimbunan Bijih Besi

Jalan angkut untuk OB dan ROM masing-masing untuk dump

area dan crushing plant belum dan akan dibuat pada saat

pengerjaan penambangan tersedia. Jalan angkut Bijih Besi ke

crushing plant ini berasal dari tanah dasar yang diperkeras

dengan Iebar 20-30m

Jarak bukaan tambang ke waste dump berkisar antara 300m

sampai 1200m. Sedangkan jarak angkutan ROM dari bukaan

tambang ke crushing plant antara 720m-525m

Jalan angkut hasil pengolahan Bijih Besi ke pelabuhan muat

Bijih Besi dengan jarak 40km

PT. ISCO Polman Resources 142

Page 143: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

7. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Lingkungan

Komponen lingkungan yang terkena dampak meliputi

komponen geofisik-kimia yaitu (perubahan bentang alam,

penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara

dan getaran, peningkatan erosi tanah), komponen biologi yaitu

(penurunan populasi flora darat, hilangnya habitat fauna,

gangguan kehidupan biota air) serta komponen sosial dan

kesehatan masyarakat yaitu persepsi masyarakat, peningkatan

perekonomian lokal, gangguan kesehatan masyarakat,

program pengembangan masyarakat). Adapun beberapa

upaya pengelolaan yang telah dilakukan adalah:

Reklamasi waste dump area dan areal terbuka lainnya

serta pengadaan bibit untuk revegetasi tanaman

Penirisan dan pengelolaan air tambang

Pengelolaan kualitas udara (penanganan debu dan

kebisingan)

Pengelolaan limbah padat dan cair

Pelaksanaan program community development

b.Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)

Secara organisasi penanganan K-3 merupakan bagian dari

struktur organisasi PT. ISCO Polman Resources yang

berada dalam lingkungan Departemen Lingkungan dan

K-3. Dalam pelaksanaannya bagian K-3 dibantu oleh

koordinator safety pada kontraktor dan safety repsentatif

dari departemen.

Adapun program keselamatan dan kesehatan kerja (K-3)

meliputi inspeksi (inspection) dan keselamatan (safety

PT. ISCO Polman Resources 143

Page 144: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

meeting) analisis tentang cara dan prosedur kerja yang

aman (job safety analises dan standard report and accident

investigation), analisis kecelakaan (accident analysis),

pelatihan (training-internal and external), alat pelindung

(personal protective equipment), pemeriksaan kesehatan

(general check up), keselamatan lalu lintas (safety traffic),

kampanye keselamatan (safety campaign), manajemen

kontraktor dan pengenalan tentang K-3 (safety induction).

8. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Untuk menangani kegiatan pertambangan Bijih Besi di daerah ini,

telah disusun struktur organisasi sebagai berikut:

Organisasi di Indonesia dipimpin oleh Presiden Director yang

berkedudukan di Makassar.

Struktur organisasi di kantor site, dipimpin oleh General

Manager dengan dibantu oleh beberapa manager dan

beberapa staf serta karyawan.

Pemberian gaji dan upah disesuaikan dengan tingkat

ketrampilan/kemampuan serta tanggung jawab terhadap

pekerjaan tenaga kerja. Pembayaran buruh harian lepas

dibayarkan dalam 1 (satu) minggu sekali, tenaga kerja tetap

dibayarkan 1 (satu) bulan sekali di awal bulan dan tenaga kerja

borongan (kontrak) dibayarkan pada awal bulan sesuai dengan

kesepakatan bersama antara tenaga kerja dengan

perusahaan.

Sistem kerja yang diterapkan disepakati antara tenaga kerja

dengan perusahaan sesuai dengan peraturan dan

perundangan yang berlaku, serta dilakukan atas dasar

kesepakatan kerja bersama antara pekerja dengan

PT. ISCO Polman Resources 144

Page 145: Isi Laporan Study Kelayakan

Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

perusahaan, mengutamakan K-3 dan efisiensi waktu dan alat,

sehingga dapat dicapai produktivitas kerja.

9. Pemasaran

Produk Bijih Besi Indonesia yang memenuhi persyaratan yang

diminta konsumen yaitu memiliki kadar Fe total di atas 45%.

Harga Bijih Besi akan tergantung dari situasi dan kondisi

supply-demand.

Keseluruhan kualitas Bijih Besi tertambang mengandung total

belerang (TS) rata-rata 3%, dan Fe total rata-rata 45%.

11.2 Saran

1. Sebelum masa produksi tahun 2011, disarankan untuk eksplorasi

lanjutan untuk meningkatkan cadangan terukur.

2. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar diperhatikan

dalam kegiatan penambangan.

PT. ISCO Polman Resources 145