Isi-laporan Modul 5 Blok 17

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Pada makalah ini, kami akan secara khusus membahas tentang gangguan psikiatrik pada anak dan remaja. Dari skenario kita dapat mempelajari definisi(batasan), etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosa banding, diagnosis, serta pengobatan dan pencegahan dari gangguan pervasif, gangguan autistik, gangguan asperger, gangguan disintegrasi dan gangguan pervasif yang tidak ditentukan. 1.2 Tujuan 1

Transcript of Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Page 1: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam

berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar

gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada

simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural

dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi,

gestural atau pantomim.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan

yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama

yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin

hari tampak semakin meningkat pesat.

Pada makalah ini, kami akan secara khusus membahas tentang gangguan psikiatrik

pada anak dan remaja. Dari skenario kita dapat mempelajari definisi(batasan), etiologi,

patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosa banding, diagnosis,

serta pengobatan dan pencegahan dari gangguan pervasif, gangguan autistik, gangguan

asperger, gangguan disintegrasi dan gangguan pervasif yang tidak ditentukan.

1.2 Tujuan

Manfaat pembelajaran Modul 5 Blok XVII ini adalah mahasiswa mampu

mengidentifikasi dan memahami definisi, epidemiologi, etiologi, psikopatologi,

penegakkan diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis dari gangguan

autistik,gang. Rett, pada anak.

1

Page 2: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

BAB II

PEMBAHASAN

Skenario

“Oh, Anakku Sayang!”

Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 3 tahun ke dokter puskesmas.

Sebelumnya anak tersebut diperisakan ke bidan di desa dengan keluhan idak bisa diajak

untuk tidur siang. oleh bidan yang memeriksanya menyampikan bahwa kemungkinan anak

tersebut mengalami kelainan hiperaktif karena anak tersebut tidak bisa diam dan selalu

bergerak.

Dokter yang memeriksanya merujuk ke psikiater di kota karena kesulitan untuk

menegakkan diagnosis. Psikiater di kota menemukan gejala lain yaitu ternyata anak tersebut

belum bisa beicara dengan baik, hanya sekedar suara-suara yang tidak dapat dimengerti

keluar dari mulutnya.

Sebelumnya pasien sudah bisa bicara mama-papa tetapi kemudian kemampuan

berbahasanya hilang lagi. Anak tersebut juga terlihat aneh karena senang merobek-robek

kertas. Lalu psikiater merujuk ke dokter spesialis THT untuk tes audiometri dengan berpesan

kalau hasil audiometrinya baik, pasien dipersilakan kembali untuk evaluasi lebih lanjut.

Step 1 “Identifikasi Istilah”

Hiperaktif : gerakan otot yang berlebihan, cenderung tidak bisa diam, bisa berupa

gerakan/pembicaraan

Step 2 “Identifikasi Masalah”

1. Mengapa anak belum bisa bicara dan tidak bisa diam?

2. Mengapa senang merobek kertas?

3. Mengapa tidak bisa diajak tidur siang?

4. Mengapa kemampuan berbahasa menghilang?

5. Apa penyebab anak hiperaktif?

6. Mengapa dirujuk ke THT, bukan spesialis anak?

7. Evaluasi apa yang dilakukan setelah pemeriksaan audiometri?

8. Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan?

9. DD

10. Penatalaksanaan untuk pasien?

11. Bagaimana perkembangan normal anak usia 3 tahun?

2

Page 3: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Step 3 “Brainstorming”

1. Tidak bisa bicara dengan baik:

Anak mengalami speech delay

Kelainan di pita suara anak

Tidak bisa diam:

Kelebihan gula, energi berlebih dan disalurkan melalui gerakan berlebihan

Genetik

Neurokimiawi (norepinefrin berkurang, peningkatan katekolamin)

Psikososial (kecemasan)

2. Senang meronbek kertas

Pada anak autis cenderung menyenangi dan memiliki minat berlebih pada satu hal

spesifik

3. Hiperaktif karena energi berlebihan, ingin selalu bergerak dan tidak bisa diajak tidur

4. Kemampuan berbicara hilang kemungkinan akibat gangguan Rett atau gangguan

disintegrasi anak. Tergantung dari usia menurunnya kemampuan

5. Sama dengan nomer 1

6. Dirujuk ke THT: dokter awal curiga dia mengalami gangguan pendengaran atau pita

suara. Oleh dokter THT lebih spesifik dari dokter anak.

7. Jika audiometri baik: evauasi untuk cari penyakit lain, kemungkinan penyakit psikiatri

yang dinilai dari gejalanya, lakukan pemeriksaan EEG

Jika audiometri buruk:berarti gangguan muncul karena gangguan THT

8. Pemeriksaan psikiatri, EEG, dll

9. DD: gangguan pervasif (gangguan autistik, gangguan Rett, gangguan disintegratif

anak), gangguan defisit-atensif (ADHD)

10. Tatalaksana:

Hindari makanan berkalori tinggi (untuk atasi hiperaktif)\

Temukan bakat anak

Terapi bicara

Psikofarmako: haloperidol, litium

11. Perkembangan normal anak usia 3 tahun

3

Page 4: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Etiologi: gangguan neurologi, gangguan psikososial, hangguan biologis, genetik, gangguan biokimiawiHiperaktifGangguan bahasa/ komunikasi

InatensiGerakan stereotipik berulang

Gangguan perkembangan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Diagnosis

Tata laksana

DD: ADHDGangguan autistikGangguan RettGangguan disintegrasi anak

Dapat merangkaikata-kata, memiliki 1000 kosa kata

Komunikasi sosial baik

Suka mengeksplorasi lingkungannya

Rasa ingin tahu besar

Perkembangan anak paling aktif, mengingat banyak hal

Step 4 “Strukturisasi Konsep”

Step 5 “Learning Objektive”

1. Menjelaskan definisi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis

a. ADHD

4

Page 5: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

b. Gangguan autistik

c. Gangguan Rett

d. Gangguan disintegrasi anak

2. Definisi & etiologi

a. Gangguan Asperger

b. Gangguan perkembangan pervasif yang tidak tergolongkan

Step 6 “Belajar Mandiri”

Dalam step 6 ini, masing-masing dari kami melakukan proses belajar mandiri untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang sedang kami bahas. Adapun pedoman belajar

mandiri kami adalah mencari informasi mengenai jawaban-jawaban terhadap learning

objective atau sasaran pembelajaran yang telah kami rumuskan bersama-sama. Hasil dari

belajar mandiri tersebut disampaikan pada diskusi kelompok kecil II (DKK II).

Step 7 “Sintesis Masalah”

GANGGUAN DEFISIT-ATENSI/HIPERAKTIVITAS

DEFINISI

Gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas (GDAH) ditandai oleh rentang perhatian yang

buruk yang tidak sesuai dengan perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsivitas atau

keduanya yang tidak sesuai dengan usia. Untuk memenuhi criteria, gangguan harus ada

sekurangnya enam bulan, menyebabkan gangguan dalam fungsi akademik atau social, dan

terjadi sebelum usia 7 tahun. Menurut DSM-IV, diagnosis dibuat dengan menegakkan

sejumlah gejala dalam bidang inatensi atau bidang hiperaktivitas-impulsivitas atau keduanya.

Beberapa anak menunjukkan gejala multiple di sepanjang kedua dimensi. Dengan demikian,

DSM-IV menuliskan tiga subtype GDAH : tipe predominan inatensi, tipe predominan

hiperaktif-impulsif, dan tipe kombinasi. Suatu criteria tambahan dalam DSM-IV adalah

adanya gejala pada dua atau lebih situasi, seperti di sekolah, rumah, dan pekerjaan.

GDAH telah ditemukan dalam berbagai istilah selama bertahun-tahun. Tahun 1900-

an, anak yang impulsif, terdisinhibisi, dan hiperaktif (banyak yang memiliki cedera

neurologis karena ensefalitis) disebut “’sindrom hiperaktif”. Padatahun 1960-an suatu

kelompok heterogen anak-anak dengan koordinasi buruk, ketidakmampuan belajar, dan

labilitas emosional tetapi tanpa cedera neurologis spesifik digambarkan sebagai menderita

cedera otak minimal. Sejak saat itu hipotesis lain telah diajukan, seperti kondisi ddenngan

5

Page 6: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

dasar genetic yang mencerminkan tingkat kesadaran yang abnormal dan kemampuan yang

buruk untuk memodulasi emosi. Teori tersebut pada awalnya di dukung oleh pengamatan

bahwa medikasi stimulant membantu menghasilkan atensi yang bertahan dan memperbaiki

kemampuan anak untuk memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan. Sekarang ini, tidak

ada faktor tunggal yang dianggap menyebabkan gangguan, walaupun banyak variable

lingkungan dapat menyebabkannya dan banyak gambaran klinis yang dapat diramalkan

adalah berhubungan dengannya.

EPIDEMIOLOGI

Laporan tentang insiden GDAH di Amerika adalah bervariasi dari 2-20% anak

sekolah dasar. Di inggris insiden dilaporkan lebih rendah dibandingkan di Amerika. Anak

laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, dengan rasio 3:1

sampai 5:1. Gangguan sering ditemukan pada anak laki-laki pertama. Orang tua dari anak-

anak dengan GDAH menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, sosiopati, gangguan

penggunaan alcohol,dan gangguan konversi. Walaupun onset biasanya pada usia 3 tahun,

diagnosis biasanya tidak dibuat sampai anak dalam sekolah dasar dan situasi belajar yang

terstrukrut mengharuskan pola perilaku yang terstruktur, termasuk rentanperhatian dan

konsentrasi yang sesuai dengan perkembangannya.

ETIOLOGI & PATOGENESIS

Penyebabnya tidak diketahui. Sebagian besar anak dengan GDAH tidak menunjukkan

tanda-tanda cedera struktural yang besar pada sistem saraf pusat. Sebaliknya, sebaian besar

anak dengan ganguan neurologis akibat cedera otak tidak mengalami GDAH. Faktor

penyumbang yang diajukan untuk GDAH adalah pemaparan toksin prenatal, prematuritas,

dan kerusakan mekanis prenatal pada system saraf janin. Penyedap makanan, zat pewarna,

pengawet, dan gula telah juga diperkirakan sebagai kemungkinan penyebab untuk perilaku

hiperaktif. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut

menyebabkan gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas.

a) Faktor genetik

Bukti-buktik untuk dasar genetic adalah lebih besarnya angka kesesuaian dalam

kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik. Juga, sanak saudara anak-anak

GDAH memiliki resiko dua kali dari populasi umum. Salah satu sanak mungkin gejala

hiperaktivitas yang menonjol, dan yang lain memiliki intense yang menonjol. Orang tua

6

Page 7: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

biologis dari anak dengan gangguan memilki risiko yang lebih tinggi untuk memiliki

gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas dibandingkan orangtua adoptif. Jika GDAH

bersama-sama dengan gangguan konduksi pada seorang anak, gangguan kepribadian

antisocial adalah lebih sering pada orang tua dibandingkan pada ppopulasi umum.

b) Cedera otak.

Telah lama diperkiakan bahwa beberapa anak yang terkena GDAH mendapatkan

cedera otak yang minimal dan samar-samar pada system saraf pusatnya selama periode

janin dan perinatalnya. Atau cedera otak mungkin disebabkan oleh efek sirkulasi , toksin,

metabolic, mekanik, dan efek lain yang merugikan dan oleh stress dan kerusakan fisik

pada otak selama masa bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.

Cedera otak yang minimal, samar-samar, dan subklinis mungkin bertanggungjawwab

untuk timbulnya gangguan belajar dan GDAH. Tanda neurologis nonfokal (lunak) sering

ditemukan.

Tomografi computer (CT ) kepala pada anak dengan GDAH tidak menunjukkan

temuan yang konsisten. Penelitian dengan menggunakan tomografi emisi positron (PET)

telah menemukan penurunana aliran darah serebral dan kecepatan metabolism di daerah

lobus frontalis anak dengana GDAH deibandingkan dengan control. Satu teori

menyetakan bahwa lobus frontalis anak dengan gangguan GDAH tidak secara adekuat

mengerjakan mekanisme inhibisinya pada struktur yang lebih rendah, yang menyebabkan

disinhibisi.

c) Faktor neurokimiawi

Banyak neurotransmitter telah dihubungkan dengan gejala GDAH. Sebagian,

temuan adalah berasal dari pemakaian banyak medikasi yang menimbulkan efek positif

pada gangguan. Obat yang paling banyak diteliti, stimulant, mempengaruhi dopamine

maupun norepinefrin, yang menghasilkan hipotesis neurotransmitter yang menyatakan

kemungkinan disfungsi pada system adrenergic dan dopaminergik. Stimulant

meningkatkan katekolamin dengan mempermudah pelepasannya dan menghambat

ambilannya. Stimulant dan beberapa obat trisiklik-sebagai contoh, desipramine

(norpramine)-menurunkan 3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol (MHPG) urin, yang

merupakan metabolit dari norepinefrin. Clonidine (catapres), suatu agonis norepineefrin,

adalah berguna dalam mengobati hiperaktivitas. Obat lain yang menurunkan hiperaktivitas

adalah obat trisiklik dan inhibitor monoamine oksidase (MAOI). Secara keseluruhan ,

tidak ada bukti yang jelas yang melibatkan suatu neurotransmitter tunggal dalam

perkembangan GDAH, tetapi banyak neurotransmitter mungkin terlibat dalam proses.

7

Page 8: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

d) Faktor neurologis

Otak manusia normalnya menjalani kecepatan pertumbuhan utama pada beberapa

usia: 3 sampai 10 bulan, 2 sampai 4 tahun, 6 sampai 8 tahun, 10 sampai 12 tahun, dan 14

sampai 16 tahun. Beberapa anak mengalami maturasi pertumbuhan secara berurutan dan

menunjukkan gejala GDAH yang tampaknya sementara. Suatu korelasi fisiologis adalah

ditemukannya berbagai pola EEG abnormal yang terdisorganisasi dan karakteristik untuk

anak kecil. Pada beberapa kasus temuan EEG menjadi normal dengan berjalannya waktu.

e.) Faktor psikososial

Anak-anak dalam institusi sering kali overaktif dan memiliki rentan atensi yang

buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan emosional yang lama, dan gejala

menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti melalui adopsi atau di rumah

penitipan. Kejadian fisik yang menimbulkan stress, suatu gangguan dalam keseimbangan

keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal atau berlanjutnya

GDAH. Faktor predisposisi mungkin termasuk temperamen anak, faktor genetic-familial,

dan tuntutan social untuk mematuhi cara berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status

sosioekonomi tampaknya bukan merupakan faktor predisposisi.

DIAGNOSIS

Tanda utama hiperaktivitas adalah menyadarkan klinisi tentang kemungkinan GDAH .

riwayat prenatal yang terinci tentang pola perkembangan anak dan pengamatan langsung

biasnyanya menemukan aktivitas motorik yang berlebihan. Hiperaktivitas mungkin

ditemukan pada beberapa situasi, tetapi tidak dalam situasi lainnya, dan mungkin tidak jelas

pada situasi yang terstruktur dibandingkan tidak terstruktur. Hiperaktivitas bukan merupakan

manifestasi perilaku yang tersendiri, singkat, dan transien dibawah stress tetapi ditemukan

selama waktu yang lama. Menurut DSM IV, gejala harus ditemukan pada sekurangnya dua

kejadian. Ciri pembeda lain adalah rentan perhatian yang pendek dan distraktibilitas yang

mudah. Mereka berperilaku secara impulsive,menunjukkan labilitas emosional, dan eksplosif

dan iritabel.

Anak yang hiperaktivitas sebagai ciri predominan lebih mudah dirujuk untuk terapi

dibandingkan anak dengan gejala utama deficit atensi. Anak denngan tipe predominan

hiperaktif-impulsif kemungkinan memiliki diagnosis yang stabil dengan berjalannya waktu

dan lebih mungkin memiliki gangguan konduksi bersamaan dibandingkan anak dengan tipe

predominan inatentif tanpa hiperaktivitas.

8

Page 9: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Gangguan yang mengenai membaca, aritmatika, dan kkoordinasi mungkin ditemukan

bersamaan dengan GDAH. Riwayat penyakit anak dapat memberikan petunujk kepada faktor

prenatal(termasuk genetic), natal, dan pascanatal yang mumngkin telaah mempengaruhi

struktur atau fungsi system saraf pusat. Kecepatan perkembangan, penyimpangan

perkembangan , dan reaksi parental terhadap transisi perilaku yang bermakna atau

menegangkan harus dipastikan , karena dapat membantu klinisi menentukan derajat mana

orangtua telah berperan atau bereaksi terhadap inefisiensi atau disfungsi anak. Riwayat

disekolah dan laporan guru adalah penting dalam menilai apakah kesulitan anakdalam belajar

dan perilaku sekolah terutama disebabkan oleh masalah perilaku atau maturasionalnya atau

karena citra diri mereka yang buruk karena merasa tidak berdaya. Laporan tersebut mungkin

juga mengungkapkan bagaimana anak telah menangani masalah tersebut. Bagaimana mereka

berhubungan dengan sanak saudara, dengan teman sebaya, dan dengan aktivitas yang bebas

dan terstruktur memberikan petunjuk diagnostik yang berguna mengenai adanya GDAH dan

membantu mengidentifikasi komplikasi gangguan.

Pemeriksaan status mental mungkin menunjukkan mood terdepresi sekunder tetapi

tidak gangguan pikiran, gangguan tes realitas, atau afek yang tidak sesuai. Anak mungkin

menunjukkan distraktibilitas yang besar, kekerasan hati, dan cara berpikir yang konkret dan

harfiah. Indikasi masalah visual-perseptual, auditorik-perseptual, bahasa, atau kognisi

mungkin ditemukan. Kadang-kadang, bukti-bukti menunjukkan kecemasan dasar, meresap,

dan dengan dasar organic, seringkali dinamakan sebagai kecemasan tubuh (body anxiety).

Pemeriksaan neurologist mungkin menemukan imaturitas atau gangguan visual-

motorik-perseptual atau auditoris-diskriminatorik tanpa tanda gangguan ketajaman visual

atau auditorik yang jelas. Anak-anak mungkin menunjukkan masalah pada koordinasi

motorik dan kesulitan mencontoh gambar yang sesuai dengan usianya, gerakan yang berubah

dengan cepat, diskriminasi kanan dan kiri, ambideksteritas, asimetri refleks, dan berbagai

tanda neurologist nonfokal samara-samar (tanda lunak). Klinisi harus mendapatkan EEG

untuk mengenali anak dengan pelepasan yang sering dan serempak secara bilateral yang

mneyebabkan hilangnya pembicaraan yang singkat. Anak tersebut mungkin bereaksi di

sekolah dengan hiperaktivitas untuk menyembunyikan frustasi. Anak dengan focus kejang

lobus temporalis yang tidak diketahui dapat menunjukkan gangguan perilaku sekunder. Pada

keadaan tersebut, beberapa ciri GDAH sering ditemukan. Identifikasi focus memerlukan EEG

ynag diambil selama mengantuk dan selama tidur.

KRITERIA DIAGNOSTIK MENURUT DSM IV

9

Page 10: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

A. Salah satu (1) atau (2) :

1. Inatensi : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap selama

sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten dengan

tingkat perkembangan:

a) Sering gagal memberikan perhatian terhadap perincian atau melakukan kesalahan

yang tidak berhati-hati dalam tugas sekolah, pekerjaan, atau aktivitas lain.

b) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap tugas atau

aktivitas permainan

c) Sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung

d) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah,

pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja( bukan karena perilaku oposisional atau

tidak dapat mengerti instruksi)

e) Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas

f) Sering menghindari, membenci, atau enggan, untuk terlibat dalam tugas yang

memerlukan usaha mental yang lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah)

g) Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya, tugas

sekolah, pensil, buku, atau peralatan)

h) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar

i) Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari

2. Hiperaktivitas-impulsivitas: enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-impulsivitas

berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang

maladaptive dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan:

Hiperaktivitas

a) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau mengeliat-geliat di tempat duduk

b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain di mana

diharapkan tetap duduk

c) Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat

(pada remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada perasaan subjektif kegelisahan)

d) Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang

secara tenang.

e) Sering” siap-siap pergi” atau bertindak seakan-akan “ didorong oleh sebuah

motor”

f) Sering bicara berlebihan

Impulsivitas

10

Page 11: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

a) Sering menjawab tanpa piker terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan selesai

b) Sering sulit menunggu gilirannya

c) Sering memutus atau menganggu orang lain (misalnya, memotong masuk ke

percakapan atau permainan)

B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada

sebelum usia 7 tahun

C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama dua atau lebig situasi ( misalnya di sekolah,

dan di rumah)

D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi

social, akademik, atau fungsi pekerjaan.

E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembangan pervasive,

skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan

mental lain (misalnya, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif, atau

gangguan kepribadian).

Penulisan didasarkan pada tipe:

Gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas, tipe kombinasi : jika memenuhi baik criteria A1 dan

A2 selama enam bulan terakhir

Gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe inatentif : jika memenuhi criteria

A1 tetapi tidak criteria A2 selama 6 bulan terakhir

Gangguan deficit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe hiperaktif-impulsif: jika

memenuhi criteria A2 tetapi tidak kriteria A1 selama 6 bulan terakhir.

Catatan penulisan : untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang sekarang memiliki

gejala yang tidak lagi memenuhi kriteria lengkap, harus dituliskan “ dalam remisi parsial”

GAMBARAN KLINIS

GDAH mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan GDAH adalah peka

terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh suara, cahaya, temperature, dan perubahan

lingkungan lain. Kadang-kadang terjadi kebalikannya, anak-anak tenang dan lemah, banyak

tidur, dan tampaknya berkembang lambat pada bulan-bulan pertama kehidupan. Tetapi, lebih

sering untuk bayi dengan GDAH untuk bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidur, dan

banyak menangis. Anak GDAH jauh lebih jarang dibandingkan anak normal untuk

menurunkan aktivitas lokomotoriknya saat lingkunagan mereka terstrukstur oleh batas-batas

social. Di sekolah, anak GDAH dapat dengan cepat menyambar ujian tetapi hanya menjawab

11

Page 12: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

satu atau dua pekerjaan pertama. Mereka tidak mampu menunggu giliran orang lain. Di

rumah, mereka tidak dapat didiamkan walaupun hanya semenit.

Anak-anak dengan GDAH seringkali mudah marah secara meledak. Iritabilitas

mereka mungkin ditimbulkan oleh stimuli yang relatif kecil, yang mungkin membingungkan

dan mencemaskan anak. Mereka sering kali labil secara emosianal, mudah dibuat tertawa

atau menagis, dan mood dan kinerja mereaka cenderung bervariasi dan tidak dapat

diramalkan. Impulsivitas dan ketidakmampuan menunda kegembiraan adalah karakteristik.

Mereka seringkali rentan terhadap kecelakaan.

Kesulitan emosional penyerta adalah sering ditemukan. Kenyataan bahwa anak-anak

lain menumbuhkan perilaku tersebut tetapi anak GDAH tidak menumbuhkannya pada waktu

dan kecepatan yang sama dapat menyebabkan ketidakpuasan dan tekanan pada orang dewasa.

Konsep diri yang negatif dan permusuhan reaktif yang dihasilkannya adalah diperburuk oleh

kesadaran anak bahwa ia memiliki masalah.

Karakteristik anak-anak dengan GDAH yang tersering dinyatakan adalah dalam

urutan frekuansi: (1) hiperaktivitas, (2) gangguan motorik perseptual, (3) labilitas emosional,

(4) defisit koordinasi menyeluruh, (5) gangguan atensi (rentang atensi yang pendek,

distraktibilitas, keras hati, gagal menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk), (6)

impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku dengan tiba-tiba, tidak memilki

organisasi, meloncat-loncat di sekolah), (7) gangguan daya ingat dan pikiran, (8)

ketidakmampuan belajar spesifik, (9) gangguan bicara dan pendengaran, dan (10) tanda

neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.

Kira-kira 75% anak-anak dengan GDAH hampir konsisten mennujukkan gejala

perilaku agresi dan menantang. Tetapi, bilamana menantang dan agresi adalah berkaitan

dengan hubungan dalam keluarga yang merugikan, hiperaktivitas lebih erat berhubungan

dengan gangguan kinerja pada tes kognitif yang mmerlukan konsentrasi. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa beberapa sanak saudara dari anak-anak hiperaktivitas menunjukkan ciri-

ciri gangguan kepribadian antisosial.

Kesulitan sekolah, baik belajar maupun perilaku adalah sering ditemukan, kadang-

kadang berasal dari gangguan komunikasi atau gangguan belajar yanga ada bersama-sama

atau dari distraktibilitas anak dan atensi yang berfluktuasi, yang menghalangi perolehan,

penahanan, dan penunjukkan ilmu penegtahuan. Kesulitan tersebut ditemukan terutama pada

kelompok uji. Reaksi merugikan personal sekolah terhadap karakteristik perilaku GDAH dan

menurunnya penghargaan diri karena merasa tidak mampu dapat berkombinasi dengan

komentar merugikan dari teman sebaya sehingga menyebabkan sekolah menjadi tempat yang

12

Page 13: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

tidak menyenangkan, yang dapat menyebabkan dilakukannya perilaku antisosial dan perilaku

merendahkan diri sendiri dan menghukum diri sendiri.

Seorang laki-laki berusia 9 tahun dirujuk ke dokter psikiatri anak atas permintanan

sekolahnya karena kesulitan yang dibuatnya di kelas. Ia telah 2 kali diberhen tikan sementara

dari sekolah selama setahun. Gurunya mengeluh bahwa ia sangat tidak dapat diam sehingga

murid-murid lain tidak dapat diam sehingga murid-murid lain tidak dapat memusatkan

perhatian. Ia tidak pernah berada di bangkunya tetapi berjalan-jalan di sekolah, berbicara

dengan anak lain saat mereka bekerja. Ia tampaknya tidak pernah mau tahu apa yang harus

dikerjakanya kemudian dan kadang-kadnag melakukan sesuatu yang aneh. Pemberhentian

sementara sementara dari sekolah terakhir ini adalah karena ia berayun-ayun dari tiang lampu

di atas papan tulis, dimana ia mendakinya untuk pindah dari satu kelas ke kelas lain; karena

ia tidak dapat turun lagi, kelas menjadi gaduh.

Ibunya berkata bahwa perilaku anak telah sulit sejak ia masih kecil dan bahwa, saat ia

berusia 3 tahun, ia tidak sangat bayank gerak dan menuntut. Ia hampir selalu membutuhkan

tidur sebentar dan terbangun sebelum orang lain terbangun. Saat ia kecil, ”ia masuk ke dalam

apa saja,” terutama di pagi hari, saat ia akan terbangun pada jam 4.30 atau 5.00 pagi dan

menuruni tangga sendirian. Orang tuanya akan terbangun dan menemukan ruang keluarga

atau dapur ”berantakan”. Saat ia beruasia 4 tahun, ia belajar membuka kunci pintu apartemen

dsna berjalan ke jalan utama yang ramai; untungnya ia diselamatkan dari kecelakaan

lalulintas oleh orang-orang yang lewat. Ia ditolak oleh program prasekolah karena

perilakunya yang sulit; akhirnya, setelah satu tahun penuh kesulitan di taman-kanak-kanak,

ia dimasukkan di dalam program perilaku khusus untuk anak kelas satu dan kelas dua. Ia

masuk dalam kelas yang biasanya untuk sebagain besar mata pelajaran tetapi menghabiskan

banyak waktu di ruangan khusus dengan guru khusus.

Tes psikologis menemukan bahwa anak laki-laki tersebut memiliki kemampuan rata-

rata, pencapaiannya hanya sedikit di bawah tingkat yang diharapkan. Rentang perhatiannya

dijelaskan oleh ahli psikologis sebagai ” sebenarnya tidak ada”. Ia tidak memiliki minat untuk

menonton televisi dan tidak menyukai permainan dan mainan yang memerlukan konsentrasi

atau ketenangan. Ia tidak populer dengan anak-anak lain, dan di rumah ia lebih senang berada

di luar, bermain dengan anjingnya atau mengendarai sepedanya. Jika ia bernmain dengan

mainan, permaniannya adalah merusak dan menghancurkan, ibunya tidak dapat meminta ia

untuk menjaga barang-barangnya.

Ia juga tidak patuh dan dalam tahun-tahun selanjutnya telah provokatif dan

menantang di sekolah dan, dengan suatu tingkat, di rumah. Ia telah mencuri sejumlah kecil

13

Page 14: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

uang dari rumah dan sekolah, dan anak lain telah mengeluh karena ia telah mengambil

mainan kecil mereka yang dibawa dari rumah.

Anak laki-laki tersebut telah diobati dengan stimulan, methylphenidate (Ritalin),

dalam dosis kecil (5-10 mg sehari); tetapi medikasi tersebut telah dihentikan setahun yang

lalu, tampaknya kerena tidak memiliki efek pada sikap menantang dan masalah

kelakuannya. Saat ia mengguanakan obat, ia jauh lebih mudah ditangani di sekolah; ia kurang

banyak bergerak dan kemungkinan lebih banyak memperhatikan dibandingkan sebelumnya,

walaupun aspek lain dari perilakunya adalah tidak memuaskan.

Diskusi. Perilaku anak laki-laki tersbut secara grafis menunjukkan inatensi,

impulsivitas, dan hiperaktif yang karaktersitik dari gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas. Ia

mengalami kesulitan untuk tetap duduk berpikir, tidak dapat mengikuti instruksi, tidak dapat

mempertahankan perhatian, sering terlihat tidak mendengarkan apa yang dikatakan pada

dirinya, bnerpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, memiliki kesulitan dalam bermain

dengan tenang, dan sering terlibat dalam aktivitas fisisk yang berbahaya tanpa memikirkan

akibatnya. Karena ia hampir selalu memiliki gejala lain gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas

(seperti sulit menunggu gilirannya, menjawab pertanyaan tanpa dipikir, banyak bicara, dan

mengganggu orang lain) dan karena gejalanya dengan bermakna mengganggu fungsinya di

rumah dan di sekolah, dinyatakan bahwa gangguan adalah parah.

PEMERIKSAAN PATOLOGI & LABOLATORIUM

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang patogmonik untuk gangguan defisit-

atensi /hiperaktivitas. Beberapa pemeriksaan laboratorium sering menemukan hasil abnormal

yang tidak spesifik pada anak-anak hiperaktif, seperti hasil EEG yang terdisorganisasi dan

imatur, dan tomografi emisi positron (PET) mungkin menunjukkan penurunan aliarn darah

serebral di daerah frontalis.

Tes kognitif yang membantu dalam menegakkan inatensi dan impulsivitas anak

adalah tugas kinerja kontinu, dimana anak diminta memijat tombol tiap kali urutan huruf atau

angka tertentu ditampilkan di layar. Anak-anak dengan atensi yang buruki membuat

kesalahan tindakan yaitu, mereka tidak memijat tombol, walaupun urutan tersebut telah

ditampilkan. Impulsivitas dimanifestasikan oleh kesalahan tindakan, dimana mereka tidak

mampu menahan memijat tombol, walaupun urutan yang diinginkan belum ditampilkan di

layar.

14

Page 15: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK GANGGUAN DEFISIT ATENSI /

HIPERAKTIVITAS YANG TIDAK DITENTUKAN

Kategori ini adalah untuk gangguan dengan gejala defisitatensi atau hiperaktivitas-

impulsivitas yang menonjol yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan

defisitatensi/hiperaktivitas.

PERILAKU YANG MENYERTAI

a. Gangguan belajar.

b. Depresi.

c. Kecemasan.

d. Kepribadian anti sosial.

e. Perilaku obsesif – kompulsif

DIAGNOSA BANDING

Suatu kumpulan temperamental yang terdiri dari tingkat aktivitas yang tinggi dan

rentang perhatian yang pendek harus dipertimbangkan pertama kali. Membedakan

karakteristik temperamental tersebut dari gejala utama GADH sebelum usia 3 tahun adalah

sulit, terutama karena bertumpangtindihnya ciri-ciri sistem saraf pusat yang imatur secara

normal dan timbulnya tanda gangguan visual-motorik-perseptual yang sering ditemukan pada

GADH.

Kecemasan pada anak perlu diperiksa. Kecemasan mungkin menyertai GDAH

sebagai ciri sekunder, dan kecemasan sendiri mungkin dimanifestasikan oleh overaktivitas

dan distraktibilitas.

Banyak anak dengan GADH memiliki depresi sekunder sebagai reaksi terhadap

frustasi terus-menerus yang dirasakan mereka terhadap kegagalan mereka untuk belajar dan

rasa rendah diri mereka. Kondisi tersebut harus dibedakan dari gangguan depresif primer,

yang kemungkinan dibedakan oleh hipoaktivitas dan menarik diri.

Seringkali, gangguan konduksi dari berbagai jenisnya harus dibedakan dari GADH,

karena anak-anak mungkin tidak mampu membaca atau mengerjakan matematika karena

gangguan belajar, bukannya inatensi. Tetapi gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas sering

ditemukan salah satu atau lebih gangguan belajar, termasuk gangguan membaca, gangguan

matematika, dan gangguan ekspresi menulis.

15

Page 16: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

PERJALANAN PENYAKIT & PROGNOSIS

Penyakit-penyakit GDAH agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai masa remaja

atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau hiperaktivitas mungkin

menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah pengendalian impuls mungkin

menetap.

Overaktivitas biasanya merupakan gejala pertama yang menghilang dan

distraktibilitas adalah yang terakhir. Remisi mungkin tidak terjadi sebelum usia 12 tahun. Jika

remisi memang terjadi, biasanya terjadi antara usia 12 dan 20 tahun. Remisi dapat disertai

dengan masa remaja dan kehidupan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang

memuaskan, dan relatif sedikit sekuela yang bermakna. Tetapi, sebagian besar pasien dengan

GDAH mengalami remisi parsial dan rentan terhadap gangguan kepribadian antisosial dan

gangguan kepribadian lain dan gangguan mood. Masalah belajar seringkali terus ada.

Pada kira-kira 15 sampai 20 persen kasus, gejala GDAH menetap sampai dewasa.

Mereka dengan gangguan mungkin menunjukkan penurunan hiperaktivitas tetapi tetap

impulsif dan rentan terhadap kecelakaan . Walaupun pencapaian pendidikan mereka adalah

lebih rendah dari orang tanpa GDAH, riwayat pekerjaan awal mereka adalah tidak berbeda

dari orang dengan pendidikan yang sama.

Anak-anak dengan GDAH yang gejalanya menetap samapi masa remaja adalah

berada dalam resiko tinggi untuk mengalami gangguan konduksi. Kira-kira 50% anak-anak

dengan gangguan konduksi akan mengembangkan gangguan kepribadian antisosial di masa

dewasanya. Anak-anak dengan kedua GDAH dan gangguan konduksi juga berada dalam

resiko mengalami gangguan berhubungan dengan zat.

Secara keseluruhan , hasil akhir GDAH pada masa anak-anak tampaknya

berhubungan dengan jumlah gangguan konduksi yang menetap dan faktor keluarga yang

kacau. Hasil optimal tampaknya dipermudah dengan menghilangkan agresi anak dan dengan

menghilangkan agresi anak dan dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini mungkin.

TERAPI

a) Farmakoterapi

Agen farmakologis untuk GDAH adalah stimulan sistem saraf pusat, terutama

dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate, dan pemoline (Cylert). Food And

Drug administration (FDA) mengizinkan deztroamphetamine pada anak berusia 3 tahun

dan lebih dan methylphenidate pada anak berusia 6 tahun dan lebih; keduanya adalah obat

yang paling sering digunakan.

16

Page 17: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Mekanisme kerja yang tepat dari stimulan tetap tidak diketahui. Pendapat respons

paradoksikal oleh anak hiperaktif tidak lagi diterima. Methylphenidate telah terbukti

sangat efektif pada hampir tigaperempat anak dengan GDAH dan memiliki efek

samaping yang relatif kecil. Methylphenidate adalah medikasi kerja singkat yang

biasanyaa digunakan secara efektif selama jam-jam sekolah, sehingga anak dengan

gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas dapat memperhatikan tugasnya dan tetap di dalam

ruang kelas. Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri kepala, nyeri lambung,

mual, dan insomnia. Beberapa anak mengalami efek ’’rebound”, dimana mereka menjadi

agak mudah marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu yang singkat saat medikasi

dihentikan. Pada anak-anak dengan riwayat tik motorik, harus digunakan dengan berhati-

hati, karena pada beberapa kasus, methylphenidate dapat menyebabkan eksaserbasi

gangguan tik. Permasalahan lain yang sering tentang metyhlphenidate adalah apakah obat

akan menyebabkan supresi pertumbuhan, tetapi anak cenderung tumbuh saat mereka

diberikan libur obat di musim panas atau pada akhir minggu. Pertanyaan penting tentang

pemakaian methylpenidate adalah bagaimana obat menormalkan prestasi sekolah.

Penelitian terakhir menemukan bahwa kira-kira 75% kelompok anak hiperaktif

menunjukkan perbaikan bermakna dalam kemampuan mereka untuk memperhatikan di

kelas dan pengukuran efisiensi akademik saat diobati dengan methylpenidate. Obat telah

ditunjukkan memperbaiki skor anak hiperaktif pada tugas yang membutuhkan kegigihan,

seperti tugas kinerja kontinu dan asosiasi berpasangan.

Antidepresan – termasuk imipramine (Tofranil), desipramine, dan nortriptyline

(Pamelor) – telah banyak digunakan untuk mengobati GDAH dengan suatu keberhasilan.

Pada anak-anak dengan gangguan kecemasan atau gangguan depresif komorbid dan pada

anak-anak dengan gangguan tik yang menghalangi pemakaian stimulan, antidepressan

mungkin berguna, walaupun, untuk hiperaktivitasnya sendiri, stimulan adalah lebih

manjur. Antidepressan memerlukan monitoring yang cermat pada fungsi jantung.

Penelitian melaporkan kematian mendadak pada anak dengan GDAH yang sedang diobati

dengan desipramine. Mengapa kematian terjadi adalah tidak jelas, tetapi kematian

mendorong perlunya follow-up yang ketat pada tiap anak yang mendapatkan obat

trisiklik.

Penelitian terakhir terhadap anak-anak dengan GDAH dan gejala depresif yang

menggunakan methylpenidate dan desipramine secara bersama-sama menemukan bahwa

kombinasi tersebut meningkatkan kemampuan anak untuk menggunakan strategi

pelacakan visual (visual search) pada tugas kognitif tertentu seperti membandingkan

17

Page 18: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

beberapa gambar dengan perbedaan yang tersembunyi – sebagai contoh, tugas

mencocokan wajah yang dikenali. Clonidine telah juga digunakan dalam terapi GDAH

dengan suatu tingkat keberhasilan. Obat ini terutama berguna pada kasus dimana pasien

juga menderita gangguan tik. Secara keseluruhan, stimulan tetap merupakan obat pilihan

pertama dalam terapi farmakologis GDAH.

PEMERIKSAAN KEMAJUAN TERAPEUTIK. Monitoring dimulai pada awal

medikasi. Karena kinerja sekolah yang paling sering terganggu, perhatian dan usaha

khusus harus diberikan untuk menegakkan dan mempertahankan hubungan kerja yang

erat dengan sekolah anak.

Pada sebagian besar pasien, stimulan menurunkan overaktivitas, distraktibilitas,

impulsivitas, eksplosivitas, dan iritabilitas. Tidak ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa

medikasi secara langsung memperbaiki tiap gangguan belajar yang telah ada sebelumnya,

walaupun, jika defisit atensi menghilang, anak dapat belajar dengan lebih efektif

dibandingkan sebelumnya. Di samping itu, anak-anak GDAH tidak lagi secara terus-

menerus ditegur karena perilaku mereka.

b) Psikoterapi

Medikasi sendiri saja jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang meneyluruh

pada anak GADH dan biasanya hanya merupakan satu segi dari regimen multimodalitas.

Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orang tua, dan terapi tiap

gangguan belajar yang menyertai mungkin diperlukan.

Jika menggunakan medikasi, anak dengan GDAH harus diberikan kesempatan

untuk menggali arti medikasi bagi mereka. Dengan melakukan hal itu akan

menghilangkan kekeliruan pengertian (seperti, ”saya gila”) tentang pemakaian medikasi

dan menjelaskan bahwa medikasi hanya sebagai tambahan. Anak-anak harus mengerti

bahwa mereka tidak perlu selalu sempurna.

Jika anak-anak dengan GDAH dibantu untuk menyusun lingkungannya,

kecemasan mereka menghilang. Dengan demikian, orang tua dan guru mereka harus

membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat diperkirakan, dengan

menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya pada lingkungan fisik, temporal,

dan interpersonal. Persyaratan yang hampir universal untuk terapi adalah membantu

orang tua untuk menyadari bahwa sikap serba mengizinkan adalah tidak membantu bagi

anak-anak mereka. Orang tua harus juga dibantu untuk menyadari, bahwa walaupun ada

kekurangan pada anak-anak mereka dalam beberapa bidang, mereka menghadapi tugas

18

Page 19: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

maturasi yang normal, termasuk perlu mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka.

Dengan demikian, anak-anak dengan GDAH tidak mendapatkan manfaat dari dibebaskan

dari persyaratan, harapan, dan perencanaan yang berlaku untuk anak lain.

AUTISME

Definisi

Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri

sendiri. Dalam kamus psikologi umum ( 1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran

dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran

subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.

Autisme atau autisme infantil ( Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan

oleh Dr. Leo Kanner 1943 ( dalam Budiman, 1998) seorang psikiatris Amerika. Istilah

autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik

dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner

antara lain ekspresi wajah yang kosong seolaholah sedang melamun, kehilangan pikiran dan

sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka

berkomunikasi.

Pada awalnya istilah “autisme” diambilnya dari gangguan schizophrenia, dimana

Bleuer memakai autisme ini untuk menggambarkan perilaku pasien skizofrenia yang menarik

diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun ada perbedaan yang

jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia dengan penyandang autisme

infantile. Pada skizofrenia, autisme disebabkan dampak area gangguan jiwa yang didalamnya

terkandung halusinasi dan delusi yang berlansung minimal selama 1 bulan, sedangkan pada

anak-anak dengan autisme infantile terdapat kegagalan dalam perkembangan yang tergolong

dalam kriteria Gangguan Pervasif dengan kehidupan autistik yang tidak disertai dengan

halusinasi dan delusi ( DSM IV, 1995 ).

Gejala Klinis

Gejala autisme infantile timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian

anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Seorang ibu yang cermat

dapat melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia satu tahun. Yang sangat

menonjol adalah tidak adanya kontak mata dan kurangnya minat untuk berinteraksi dengan

orang lain.

19

Page 20: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi

mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3 - 4 bulan. Bila ibu merangsang bayinya

dengan menggerincingkan mainan dan mengajak berbicara, maka bayi tersebut akan

berespon dan bereaksi dengan ocehan serta gerakan. Makin lama bayi makin responsive

terhadap rangsang dari luar seiring dengan berkembangnya kemampuan sensorik. Pada umur

6-8 bulan ia sudah bisa berinteraksi dan memperhatikan orang yang mengajaknya bermain

dan berbicara.

Hal ini tidak muncul atau sangat kurang pada bayi autistik. Ia bersikap acuh tidak

acuh dan seakan-akan menolak interaksi dengan orang lain. Ia lebih suka bermain dengan

“dirinya sendiri” atau dengan mainannya.

Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak

telah mencapai usia 3 tahun, ( Budiman, 1998) yaitu:

1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara,

mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti ,

echolalia, sering meniru dan mengulang kata tanpa ia mengerti maknanya, dstnya.

2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindar kontak mata, tidak

melihat jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dstnya.

3. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perlaku yang berlebih

( excessive ) dan kekurangan ( deficient ) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun

dilain waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan

monoton .Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, dll

yang dibawanya kemana-mana.

4. Gangguan pada bidang perasaan/emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan

toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan

sering mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

5. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau

benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai

rabaan dan pelukan, dsbnya.

Gejala –gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme, tergantung

dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.

KRITERIA DIAGNOSTIK

Pada dasarnya gangguan autisme tergolong dalam gangguan perkembangan

pervasive, namun bukan satu-satunya golongan yang termasuk dalam gangguan

20

Page 21: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

perkembangan pervasive ( Pervasive Developmental Disorder) menurut DSM IV ( 1995).

Namun dalam kenyataannya hampir keseluruhan golongan gangguan perkembangan pervasif

disebut oleh para orangtua atau masyarakat sebagai Autisme. Padahal di dalam gangguan

perkembangan pervasive meski sama-sama ditandai dengan gangguan dalam beberapa area

perkembangan seperti kemampuan interaksi sosial, komunikasi serta munculnya perilaku

stereotipe, namun terdapat

Beberapa perbedaan antar golongan gangguan autistik (Autistic Disorder) dengan

gangguan Rett ( Rett’s Disorder), gangguan disintegatif masa anak ( Childhood

Disintegrative Disorder ) dan gangguan Asperger ( Asperger’s Disorder ). Gangguan autistik

berbeda dengan gangguan Rett dalam rasio jenis kelamin penderita dan pola berkembangnya

hambatan. Gangguan Rett hanya dijumpai pada wanita sementara gangguan Autistik lebih

banyak dijumpai pada pria dibanding wanita dengan ratio 5 : 1. Selanjutnya pada sindroma

Rett dijumpai pola perkembangan gangguan yang disebabkan perlambatan pertumbuhan

kepala (head growth deceleration), hilangnya kemampuan ketrampilan tangan dan

munculnya hambatan koordinasi gerak. Pada masa prasekolah, sama seperti penderita

autistik, anak dengan gangguan Rett mengalami kesulitan dalam interaksi sosialnya. Selain

itu gangguan Autistik berbeda dari Gangguan Disintegratif masa anak, khususnya dalam hal

pola kemunduran perkembangan. Pada Gangguan Disintegratif, kemunduran (regresi) terjadi

setelah perkembangan yang normal selama minimal 2 tahun sementara pada gangguan

autistik abnormalitas sudah muncul sejak tahun pertama kelahiran. Selanjutnya, gangguan

autistik dapat dibedakan dengan gangguan Asperger karena pada penderita asperger tidak

terjadi keterlambatan bicara. Penderita Asperger sering juga disebut dengan istilah “ High

Function Autism” , selain karena kemampuan komunikasi mereka yang cukup normal juga

disertai dengan kemampuan kognisi yang memadai.

Secara detail, menurut DSM IV ( 1995), kriteria gangguan autistik adalah sebagai

berikut :

A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan

masing-masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3) :

1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam

sedikitnya 2 dari beberapa gejala berikut ini :

a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, seperti kontak

mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.

b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

sesuai dengan tingkat perkembangannya.

21

Page 22: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan

orang lain. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan

emosional yang timbal balik.

2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari

gejala berikut ini:

a. Perkembangan bahasa lisan ( bicara) terlambat atau sama sekali tidak

berkembang dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara

non verbal.

b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk

berkomunikasi

c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.

d. Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau

permainan imitasi sosial lainnya sesuai dengan taraf

perkembangannya.

3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal harus

ada 1dari gejala berikut ini :

a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan

intensitas yang abnormal/ berlebihan.

b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas

c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti

menggerak-gerakkan tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.

d. Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian

tertentu dari obyek.

B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah

satu bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara

bermain simbolik dan imajinatif.

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak

Dengan mempelajari kriteria diagnostik di atas, sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk

menentukan apakah seorang anak termasuk penyandang autisme atau gangguan

perkembangan lainnya. Namun kesalahan diagnosis masih sering terjadi terutama pada

autisme ringan yang umumnya disebabkan adanya tumpang tindih gejala. Sebagai contoh,

penyandang hiperaktivitas dengan konsentrasi yang kurang terfokus kadang kala juga

menunjukkan keterlambatan bicara dan bila dipanggil tidak selalu berespon sesuai yang

diharapkan. Demikian juga bagi penderita retardasi mental yang moderate, severe dan

22

Page 23: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

profound mereka menunjukkan gejala yang hampir sama dengan autisme seperti

keterlambatan bicara, kurang adaptif dan impulsif.

PENYEBAB AUTISME

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam catatan pakar autis ( Nakita, 2002 )

jumlah penyandang autisme dibandingkan dengan jumlah kelahiran normal dari tahun

ketahun meningkat tajam sehingga ditahun 2001 lalu sudah mencapai 1 dari 100 kelahiran.

Peningkatan yang tajam ini tentunya menimbulkan pertanyaan, ada perubahan apa dalam

rentang waktu tersebut sehingga kasus terjadinya autisme bisa meningkat tajam tidak saja di

Indonesia tetapi juga di berbagai negara.

4.1. FAKTOR PSIKOGENIK

Ketika autisme pertamakali ditemukan tahun 1943 oleh Leo Kanner, autisme

diperkirakan disebabkan pola asuh yang salah. Kasus-kasu perdana banyak ditemukan pada

keluarga kelas menengah dan berpendidikan,` yang orangtuanya bersikap dingin dan kaku

pada anak. Kanner beranggapan sikap keluarga tersebut kurang memberikan stimulasi bagi

perkembangan komunikasi anak yang akhirnya menghambat perkembangan kemampuan

komunikasi dan interaksi sosial anak.

Pendapat Kanner ini disebut dengan teori Psikogenik yang menerangkan penyebab

autisme dari factor-faktor psikologis, dalam hal ini perlakuan/ pola asuh orangtua.

Namun penelitian-penelitian selanjutnya tidak menyepakati pendapat Kanner. Alasannya,

teori psikogenik tidak mampu menjelaskan ketertinggalan perkembangan kognitif, tingkah

laku maupun komunikasi anak autis. Penelitian-penelitian selanjutnya lebih memfokuskan

kaitan factor-faktor organik dan lingkungan sebagai penyebab autis. Kalau semula

penyebabnya lebih pada faktor psikologis, maka saat ini bergeser ke factor organik dan

lingkungan.

4.2. FAKTOR BIOLOGIS DAN LINGKUNGAN

Seperti gangguan perkembangan lainnya, autisme dipandang sebagai gangguan yang

memiliki banyak sebab dan antara satu kasus dengan kasus lainnya penyebabnya bisa tidak

sama. Penelitian tentang faktor organik menunjukkan adanya kelainan/keterlambatan dalam

tahap perkembangan anak autis sehingga autisme kemudian digolongan sebagai gangguan

dalam perkembangan (developmental disorder) yang mendasari pengklasifikasian dan

diagnosis dalam DSM IV.

Hasil pemeriksaan laboratorium, juga MRI dan EEG tidak memberikan gambaran

yang khas tentang penyandang autisme, kecuali pada penyandang autisme yang disertai

23

Page 24: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

dengan gangguan kejang. Temuan ini kemudian mengarahkan dugaan neurologis terjadi pada

abnormalitas fungsi kerja otak, dalam hal ini neurotransmitter yang berbeda dari orang

normal.

Neurotransmitter merupakan cairan kimiawi yang berfungsi menghantarkan impuls

dan menerjemahkan respon yang diterima. Jumlah neurotransmitter pada penyandang autisme

berbeda dari orang normal dimana sekitar 30-50% pada penderita autisme terjadi peningkatan

jumlah serotonin dalam darah (Nikita,2002).

Selanjutnya, penelitian kemudian mengarahkan perhatian pada faktor biologis,

diantaranya kondisi lingkungan, kehamilan ibu, perkembangan perinatal, komplikasi

persalinan, dan genetik.

Kondisi lingkungan seperti kehadiran virus dan zat-zat kimia/ logam dapat

mengakibatkan munculnya autisme. Zat-zat beracun seperti timah ( Pb) dari asap knalpot

mobil, pabrik dan cat tembok; kadmium (Cd) dari batu baterai serta turunan air raksa ( Hg)

yang digunakan sebagai bahan tambalan gigi ( Amalgam).

Apabila tambalan gigi digunakan pada calon ibu, amalgam akan menguap didalam

mulut dan dihirup oleh calon ibu dan disimpan dalam tulang. Ketika ibu hamil, terbentuklah

tulang anak yang berasal dari tulang ibu yang sudah mengandung logam berat. Selanjutnya

proses keracunan logam beratpun terjadi pada saat pemberian Asi dimana logam yang

disimpan ibu ikut dihisap bayi saat menyusui. Sebuah vaksin, MMR ( Measles, Mumps &

Rubella) awalnya juga diperkirakan menjadi penyebab autisme pada anak akibat anak tidak

kuat menerima campuran suntikan tiga vaksin sekaligus sehingga mereka mengalami

kemunduran dan memperlihatkan gejala autisme.

Sampai saat ini diduga faktor genetik berpengaruh kuat atas munculnya kasus

autisme. Dari penelitian pada saudara sekandung ( siblings) anak penyandang autisme

terungkap mereka mempunyai peningkatan kemungkinan sekitar 3 % untuk dinyatakan autis.

Sementara penelitian pada anak kembar juga didapat hasil yang mendukung. Sayangnya

harus diakui populasi anak kembar sendiri memang tidak banyak di masyarakat sehingga

menggunakan sample kecil . Penelitian pada kembar identik 1 telur menunjukkan bahwa

mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk diagnosis autis bila saudara

kembarnya autis ( Nikita, 2002).

Beberapa faktor lainnya yang juga telah diidentifikasi berasosiasi dengan autisme

diantaranya adalah usia ibu ( makin tinggi usia ibu, kemungkinan menyandang autis kian

besar ), urutan kelahiran, pendarahan trisemester pertama dan kedua serta penggunaan obat

yang tak terkontrol selama kehamilan.

24

Page 25: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

PENEGAKAN DIAGNOSA AUTISME

Penegakan diagnosa yang tepat akan menghasilkan intervensi dan treatmen yang

tepat, oleh karena itu penting sekali penegakan diagnosa dilakukan secara teliti dan akurat.

Pemeriksaan terhadap anak penyandang autisme secara terpadu perlu dilakukan. Tim yang

terdiri dari ahli psikologi anak, dokter anak, dokter neurologis serta ahli pendidikan perlu

duduk bersama dalam menangani kasus ini.

6.1 Tes –tes psikologi

6.1.1 Tes PEP-R

Berdasarkan pengalaman Sleeuwen ( 1996) , tes khusus untuk anak autistik disebut dengan

Psycho Educational Profile Revised ( PEP-R). Tes tersebut dikembangkan oleh di Teacch,

sebuah program pendidikan khusus untuk anak autis.

Tes ini digunakan untuk anak autistik atau yang terganggu perkembangannya dan dipakai

pada anak-anak dengan usia kronologis 6 bulan sampai dengan 7 tahun.

Tes PEP-R ini memberikan informasi tentang fungsi perkembangan seperti imitasi, persepsi,

ketrampilan motorik halus, ketrampilan motorik kasar, korrdinasi mata dan tangan,

performansi kognitif dan kognisi verbal, Tes PEP-R juga dapat mendeteksi masalah-masalah

dalam hal relasi dan afeksi, permainan dan minat terhadap benda dan respon penginderaan

dan bahasa. Skor PEP-R digunakan untuk membuat rencana pendidikan individual anak

sehingga guru dapat tertolong dalam menangani anak autistik.

6.1.2 Vineland Social Maturity Scale

Skala Kematangan Sosial Vineland biasanya juga digunakan sebagai data tambahan untuk

mendukung diagnosa. Semua versi dari Vineland ( dalam Anastasi, 1997 ) terfokus pada apa

yang biasa dilakukan individu dan dirancang untuk menilai prilaku adaptif. Data diperoleh

berdasarkan observasi dan wawancara orangtua. Tes Vineland mengklasifikasikan empat

domain/ranah adaptif utama yaitu ranah komunikasi, ranah ketrampilan sehari-hari, ranah

sosialisasi, ranah ketrampilan motorik yang kemudian disertai dengan komposit perilaku

adaptif dan maladaptif.

Hasil tes Vineland penyandang autis berada pada kriteria kematangan sosial yang jauh

dibawah rata-rata anak seusianya.

6.2. Diagnosa berdasarkan kriteria DSM IV

autisme tergolong dalam gangguan perkembangan pervasive dan dalam penegakan diagnosa

didasarkan pada adanya hambatan pada 3 bidang utama yaitu interaksi sosial, komunikasi dan

25

Page 26: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

tingkah laku yang repetitive dan berulang. Selain itu dalam penegakan diagnosa autisme

perlu diperhatikan:

a. Diagnosa yang berhubungan dan mental retardasi.

Dalam beberapa kasus, autisme berhubungan dengan mental retardasi, umumnya pada

kriteria Moderate Mental Retarded, IQ 35 – 50 (DSM IV, 1995).

Hampir 75% penyandang autisme berada pada taraf intelegensi mental retardasi. Terjadi

abnormalitas dalam perkembangan kognitif penyandang autisme.

Sementara menurut Sleeuwen (1996) sekitar 60 % anak-anak autistik menderita retardasi

mental tingkat moderate ( IQ 35- 50) dan 20 % anak mengalami mental retardasi ringan

sedangkan 20 % lainnya tidak mengalami mental retardasi dan memiliki IQ > 70 ( normal ).

Beberapa anak memiliki apa yang disebut “ pulau intelegensi” yang artinya mereka memiliki

bakat khusus di bidang-bidang tertentu seperti musik, berhitung, menggambar, dsbnya.

Selanjutnya Sleeuwen menyatakan dalam mendeteksi mental retardasi pada anak autis dapat

dilihat dari kemampuan umum anak yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya

( terbelakang ) dan hambatan dalam komunikasi serta pemahaman sosial. Epilepsi yang

menyertai juga berkaitan dengan kapasitas intelegensi yang rendah, namun 1 dari 20 anak

yang mengalami epilepsi memiliki fungsi mental yang cukup baik. Retardasi mental dan

autisme muncul bersamaan dari awal.

b. Hubungannya dengan hasil laboratorium

Jika autisme dikaitkan dengan kondisi kesehatan umum, ditemukan bahwa ada perbedaan

aktivitas serotonin namun tidak begitu jelas terlihat. Namun hasil pemeriksaan EEG

menunjukkan abnormalitas. ( DSM IV, 1996 )

c. Hubungannya dengan kondisi kesehatan umum

Beberapa simptom kelainan neurologis terlihat pada penyandang autis, seperti refleks yang

primitif, keterlambatan penggunaan tangan yang dominan, dsbnya.

Kondisi ini berkaitan dengan kondisi kesehatan umum seperti enchepalitis, phenylketonuria,

fragile X syndrome, anoxia saat kelahiran dan maternal rubella).

6.3.Diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan medis - neurologis

Faktor biologis diperkirakan juga memberikan andil bagi berkembangkany gangguan autisme

pada anak. Oleh karena itu untuk mendukung penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan

kesehatan dan neurologis yang lengkap dan terpadu.

Selain diagnosa autisme, menurut dr. Rudi Sutadi (1998) terdapat juga pengklasifikasian

berat-ringannya autisme dengan menggunakan CARS ( Childhood Autisme Rating Scale ).

Untuk keperluan ilmiah, klasifikasi ini bermanfaat. Namun disarankan untuk hati-hati dalam

26

Page 27: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

penggunaan klasifikasi ringan-sedang-berat ini disebabkan untuk penanganan autis sampai

saat ini peringkat tersebut tidak dikaitkan dengan perbedaan prognosis dan intervensi.

Intervensi autisme pada klasifikasi manapun tetap sama yaitu intervensi (terutama tata

laksana perilaku) yang terpadu dan optimal.

Kehati-hatian penggunaan peringkat ini juga disebabkan pengaruhnya pada orangtua

penyandang autisme. Bila anak didiagnosis menderita autisme ringan, dapat menimbulkan

kelengahan pada orangtua untuk melaksanakan tatalaksana yang optimal. Sedangkan bagi

mereka yang dinyatakan berat, mungkin saja mereka menjadi depresi dan putus asa sehingga

tidak berbuat apa-apa pada anak mereka.

PENANGANAN ANAK AUTIS

Pertanyaan yang sering dilontarkan orang tua adalah apakah anaknya dapat secara

total bebas dari autisme. Agak sulit untuk menerangkan pada orang tua bahwa autisme adalah

gangguan yang tidak bisa disembuhkan ( not curable ), namun bisa diterapi ( treatable ).

Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun gejala-gejala yang

ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya bisa berbaur

dengan anakanak lain secara normal. ( Wenar, 1994 )

Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor ( Budiman, 1998 ) yaitu :

a. berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.

b. usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat

dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.

c. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya

d. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup,

sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-

beda. Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih

baik.

e. Terapi yang intensif dan terpadu.

7.1. TERAPI YANG TERPADU

Penanganan / intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan dengan intensif dan

terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4 – 8 jam sehari. Selain itu seluruh

keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak. Penanganan penyandang

autisme memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu

antara lain psikiater, psikolog neurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik.

Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :

27

Page 28: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

a. Terapi medikamentosa

b. Terapi psikologis

c. Terapi wicara

d. Fisioterapi

7.1.1. Terapi medikamentosa

Menurut dr. Melly Budiman ( 1998) , pemberian obat pada anak harus didasarkan pada

diagnosis yang tepat, pemakaian obat yang tepat, pemantauan ketat terhadap efek samping

dan mengenali cara kerja obat. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ketahanan yang

berbeda-beda terhadap efek obat, dosis obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu ada

kehati-hatian dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya berlangsung jangka

panjang.

Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak sehingga diberika obat-

obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat antidepressan SSRI ( Selective Serotonin

Reuptake Inhibitor ) yang bisa memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin

dan dopamine. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling minimal

namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian obat akan sangat membantu untuk

memperbaiki respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata

laksana terapi lainnya.

Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat dapat dikurangi bahkan

dihentikan.

7.1.2. Terapi psikologis

Dalam penanganan autisme, seringkali perkembangan kemampuan berjalan lambat dan

mudah hilang ( Wenar,1994 ). Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan

kemampuan bahasa dan komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku

yang tidak dikehendaki seperti melukai diri sendiri ( self mutilation ), temper tantrum dengan

penekanan pada peningkatan fungsi individu dan bukan “menyembuhkan” dalam arti

mengembalikan penyandang autis ke posisi normal.

Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) membuat pendekatan yang komprehensif dalam intervensi

autisme yang memiliki tujuan :

membantu perkembangan kognitif, bahasa dan sosial yang normal

meningkatkan kemampuan belajar anak autistik

mengurangi kekakuan dan perilaku stereotype dengan meningkatkan interaksi

penyandang autis dengan orang lain dan tidak membiarkannya “hidup sendiri” .

Interaksi yang kurang justru akan menyebabkan munculnya perilaku-perilaku yang

28

Page 29: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

tidak dikehendaki. Dalam hal ini pemberian mainan yang bervariasi juga dapat

mengurangi kekakuan ini.

mengurangi perilaku maladaptive seperti temper tantrum dan melukai diri sendiri

mengurangi stress pada keluarga penderita autisme

Selanjutnya, Lieke Van Sleeuwen ( 1996 ) menyatakan intervensi psikologis anak-anak

autistik harus terfokus pada :

memberikan stimulasi spesifik dan latihan untuk mengkompensasikan keterlambatan

perkembangan secara menyeluruh

memutuskan atau mengurangi perilaku yang sulit ditangani oleh lingkungan yang

menghambat proses belajar sosial dan pendidikan

mencegah timbulnya gangguan sekunder yang mungkin muncul sebagai efek dari

gangguan utama.

Ketiga hal ini hanya dapat dilaksanakan pada lingkungan yang sangat terstruktur dan teratur

dengan baik. Anak autistik memiliki pola berpikir yang berbeda, mereka mengalami kesulitan

memahami lingkungannya. Oleh karena itu memberikan lingkungan terstruktur merupakan

titik awal dalam proses intervensi penyandang autis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:

a. Keteraturan waktu dan tempat

yaitu : jadwal harian yang tetap dan ruang yang pasti. Namun tidak berarti bahwa

segala sesuatu harus terjadi dengan cara yang sama. Perubahanperubahan kecil juga

diperlukan agar anak autis dapat meningkatkan fleksibilitas mereka.

b. Berhubung adanya kesulitan berpikir dan bertingkah laku pada anak autis, maka perlu

merangsang dan melatih anak melalui berbagai aspek yang disesuaikan dengan minat

yang dimiliki anak.

c. Pengajaran dilakukan secara bertahap dan bila memungkinkan menggunakan alat

peraga

d. Proses pendidikan berlangsung secara individual ( khusus ). Anak autis tidak memiliki

ketrampilan sosial yang diperlukan untuk belajar dalam situasi kelompok. Oleh

karena itu, pendekatan individual diberikan pada anak termasuk didalamnya

individual play training. Training bermain ini merupakan terapi yang mengajari anak

bermain dan membimbing anak ke dalam berbagai kemungkinan fungsional suatu

mainan. Contohnya seperti sebuah mobil tidak hanya merupakan benda dengan roda

yang berjalan tetapi juga dapat disetir dan mengangkut orang dan benda-benda lain.

Seperti halnya Rutter yang menekankan perlunya mengatasi stress pada keluarga, Sleeuwen

( 1996 ) juga menekankan pentingnya konseling keluarga. Setelah seorang anak didiagnosa

29

Page 30: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

autisme, adalah penting bahwa tidak hanya anak tersebut yang mendapatkan pertolongan,

namun juga orang tua. Orang tua perlu diberikan pengertian mengenai kondisi anak dan

mampu menerima anak mereka yang menderita autis. Mereka juga dilibatkan dalam proses

terapi ( Home training ).

Konsep yang ada dalam home training ini adalah orang tua belajar dan dilatih untuk dapat

melakukan sendiri terapi yang dilakukan psikolog/terapis. Terapi tidak hanya dilakukan oleh

terapis tetapi juga oleh keluarga di rumah. Terapi yang intensif akan meminimalisir

kemungkinan hilangnya kemampuan yang telah dilatih dan dikuasai anak.

7.1.3. Terapi Wicara

Umumnya hampir semua penyandang autisme menderita gangguan bicara dan berbahasa.

Oleh karena itu terapi wicara pada penyandang autisme merupkan keharusan. Penanganannya

berbeda dengan penderita gangguan bicara oleh sebab lain. Salah seorang tokoh yang

mengembangkan terapi bicara ini adalah Lovaas pada tahun 1977 yang menggunakan

pendekatan behaviouris - model operant conditioning ( dalam Wenar, 1994 ). Anak yang

mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian reinforcement dan meniru

vokalisasi terapis. Rutter ( dalam Wenar, 1994 ) juga membahas mengenai terapi bicara

dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis. Ia membuat tabel Promotion

of Language Development yang menerangkan alur kebutuhan dan masalah perkembangan

bahasa anak autis disertai pemecahan masalah.

7.1.4. Fisioterapi

Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang berfungsi untuk merangsang

perkembangan motorik dan kontrol tubuh.

7.2 Alternatif terapi lainnya

Selain itu ada beberapa terapi lainnya yang menjadi alternatif penanganan penyandang autis

menurut pengalaman Sleeuwen ( 1996 ) , yaitu :

a. Terapi musik

Meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti irama dan memainkan alat musik.

Musik dapat sangat bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri, termasuk pada

penyandang autis.

b. Son- rise program

Program ini berdasarkan pada sikap menerima dan mencintai tanpa syarat pada anak-

anak autistik. Diciptakan oleh orangtua yang anaknya didiagnosa menderita autisme

tetapi karena program latihan dan stimulasi yang intensif dari orangtua anak dapat

berkembang tanpa tampak adanya tanda-tanda autistik.

30

Page 31: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

c. Program Fasilitas Komunikasi

Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tetapi program ini merupakan metode

penyediaan dukungan fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran atau ide-

idenya melalui papan alfabet, papan gambar, mesin ketik atau komputer.

d. Terapi vitamin

Penyandang autis mengalami kemajuan yang berarti setelah mengkomsumsi vitamin

tertentu seperti B 6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan magnesium,

mineral dan vitamin lainnya.

e. Diet Khusus ( Dietary Intervention) yang disesuaikan dengan cerebral alergies yang

diderita penyandang

GANGGUAN RETT

Gangguan Rett atau dikenal dengan Rett syndrome (RS) merupakan gangguan

genetika yang mengakibatkan adanya gangguan perkembangan otak. Gangguan ini muncul

lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan pria. Gangguan ini mirip sekali dengan

gangguan autis, sehingga sindrom Rett juga dikenal sebagai gangguan spektrum autisme

(autism spectrum disorders;ASDs).

American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan gangguan Rett dalam

gangguan perkembangan pervasif (pervasive development disorders; PDD) bersama dengan

beberapa gangguan lain; gangguan autisme, sindromAsperger, gangguan disintegratif pada

anak, dan gangguan perkembangan pervasif yang tidak terdefinisikan.

Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, kebanyakan kasus disebabkan

oleh faktor mutasi genetik yang terjadi secara tiba- tiba. Sampai saat ini masih terus

dilakukan penelitian yang lebih mendalam penyebab dan pencegahan terjadinya gangguan

ini. Bayi dengan sindrom Rett pada awal perkembangannya terlihat normal, akan tetapi

gangguan ini sebenarnya sudah dibawa sejak lahir, selama itu, gangguan berkembang lambat

namun gangguan barulah akan tampak jelas pada usia anak menjelang 18 bulan kemudian.

Gangguan yang muncul berupa fungsi motorik dalam menggunakan tangan, berjalan,

berbicara, mengunyah dan bahkan adanya gangguan dalam bernafas.

Gangguan tersebut merupakan kemunduran dalam perkembangan, bayi dengan

gangguan Rett pada awalnya terlihat normal layaknya bayi- bayi normal lainnya, gangguan

tersebut mulai terlihat nyata ketika usia mencapai 5 bulan dan tahun- tahun berikutnya.

Bentuk- bentuk kemunduran dapat berupa gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan

31

Page 32: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial.

Gerakan- gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.

PENYEBAB

Penyebab utama gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun banyak kasus yang

terdeteksi disebabkan oleh mutasi dari gen MECP2, merupakan gen yang terlibat dalam

pembuatan protein untuk perkembangan otak secara normal. Gen MECP2 terbentuk dari

kromosom X, satu dari dua kromosom sebagai pembeda jenis kelamin seseorang.

Pada wanita terdapat 2 kromosom X dalam setiap sel, mutasi gen disebabkan oleh

ketidakmampuan sel- sel dalam tubuh untuk bekerja atau tidak berfungsi salah satu

kromosom tersebut. Sehingga sel- sel tersebut gagal memutasikan dirinya untuk memiliki 2

kromosom yang sama setiap selnya. Sekitar 20% wanita yang memiliki RS mengalami

gangguan mutasi gen MECP2. Menurut penelitian ditemukan perbedaan dalam setiap sel

yang ada. Perbedaan antar sel ini masih dalam penelitian para ahli

Beda halnya pada anak laki- laki yang memiliki kromosom X dan Y. Gangguan

disebabkan oleh tidak berfungsinya kromosom X, sehingga anak laki- laki memiliki dampak

yang lebih parah dibandingkan anak perempuan, kebanyakan dari mereka (anak laki-laki)

meninggal lebih dahulu pada masa perkembangan kehamilan atau awal kelahiran.

Beberapa anak laki- laki dengan gangguan Rett yang dapat bertahan hidup karena

memiliki mutasi gen MECP2 dengan kromosom X lebih. Sangat sedikit dari anak laki-laki

dapat memutasikan gen tersebut hanya beberapa sel saja, diantaranya dapat bertahan hingga

usia dewasa.

Sindrom Rett merupakan penyimpangan genetik, sangat sedikit kasus yang muncul

akibat faktor turunan, mutasi genetik tersebut sifatnya random dan terjadi dengan spontan

saat konsepsi terjadi.

GEJALA

Gejala kemunculan adanya gangguan Rett sifatnya sangat bervariatif antara satu anak

dengan anak yang lainnya. Beberapa bayi kadang secara langsung menunjukkan adanya

gangguan pada awal kelahiran, sementara lainnya beberapa bayi dapat diketahui adanya

gangguan dikemudian hari. Gangguan Rett atau Rett sindrom terdiri dari beberapa tahap

gangguan;

1) Stage I

Gejala gangguan ini dimulai pada usia 6 sampai 18 bulan usia bayi. Pada tahap ini bayi

32

Page 33: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

mulai menghindari kontak mata dan kehilangan minat pada benda- benda mainan. Pada

tahap ini bayi mengalami keterlambatan dalam merangkak dan duduk.

2) Stage II

Gejala gangguan dimulai pada usia 1-4 tahun. Beberapa gangguan yang muncul;

Kehilangan kemampuan untuk berbicara

Mengulang-ulang perbuatan yang sama

Suka menggerakan tangan seperti sedang mencuci

Menangis atau menjerit tanpa adanya provokasi

Hambatan atau kesulitan dalam berjalan

3) Stage III

Gejala gangguan dimulai berkisar antara usia 2-10 tahun. Meskipun gangguan gerak terus

berlanjut, anak dengan gangguan Rett masih mengalami perkembangan perilaku.

Beberapa gangguan lain pada tahap ini;

Sering menangis atau menjerit tanpa sebab yang jelas

Perilaku waspada

Permasalahan atensi

Hambatan dalam komunikasi nonverbal

4) Stage IV

Tahap gangguan ini merupakan lanjutan dari stage sebelumnya, gejala yang muncul pada

usia relatif terutama pada ebilitas (kemampuan) mobilitas diri. Gangguan yang muncul

berupa gangguan komunikasi, kesulitan dalam memahami bahasa, gangguan psikomotorik

pada tangan. Penderita gangguan Rett terlihat lemah dan beberapa diantaranya didiagnosa

mengidap scoliosis. Beberapa fakta, pada tahap ini terjadinya penurunan perilaku

mengulang bermain- main jari- jari tangan seperti mencuci.

Banyak pasien dengan gangguan Rett meninggal secara tiba- tiba pada saat tidur.

Diperkirakan adanya kerusakan syaraf otak yang berhubungan dengan sistem pernafasan,

kondisi ini disebut dengan sudden infant death syndrome (SIDS). Rata-rata usia pasien

dengan sindrom Rett dapat bertahan hidup 40- 50 tahun. Hampir keseluruhan hidup pasien

membutuhkan pertolongan dari orang lain.

TEST DAN DIAGNOSIS

Diagnosa RS dilakukan dengan hati-hati, observasi perkembangan dan pertumbuhkan,

juga didalam catatan medis serta latar belakang keluarga perlu dilakukan. Anak juga

diharuskan mengikuti beberapa tes sebagai studi banding dari beberapa simtom yang hampir

33

Page 34: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

serupa. Disebabkan karena gangguan RS ini mulai tampak pada usia-usia awal kelahiran,

orangtua mestilah memperhatikan tanda-tanda yang tidak lazim yang tampak pada anak

seusianya. Setidaknya orangtua mengetahui pola-pola perkembangan anak baik secara fisik

maupunmental (lihat: TingkatPerkembangan Mental danFisik Anak, Developmental

Milestones) untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan tersebut.

Anak yang diduga mengidap RS juga perlu mengikuti tes darah dan urin, pemetaan susunan

syaraf dan uji imajinasi anak dengan CT scan (computerized tomography) atau MRI

(magnetic resonance imaging) serta beberapa tes lainnya untuk diagnosa yang lebih tepat.

Beberapa diagnosa banding lainnya;

Petunjuk perkembangan normal untuk usia 6 bulan

Perkembangan otak normal pada usia 3- 4 bulan

Penggunaan bahasa

Kebiasaan pergerakan tangan

Gerakan kerangka badan

Cara berjalan

Bentuk tubuh

Kesulitan tidur

Kesulitan dalam pernafasan

Uji genetik, seperti MECP2.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Rett (DSM –IV)

A. Semua berikut:

1) Perkembangan pranatal dan perinatal yang tampaknya normal.

2) Perkembangan psikomotor yang tampaknya normal selama lima bulan pertama

setelah lahir.

3) Lingkaran kepala yang normal saat lahir.

B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal:

1) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan.

2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah dicapai antara usia

5 dan 30 bulan dengan diikuti perkembangan gerakan tangan stereotipik (misalnya,

memuntirkan tangan atau mencuci tangan).

3) Hilangnya keterlibatan sosial dalam awal perjalanan (walaupun seringkali interaksi

sosial tumbuh kemudian).

4) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yang terkoordinasi secara

34

Page 35: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

buruk.

5) Gangguan parah pada perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dengan retardasi

psikomotor yang parah.

Catatan:

Yang membedakan gangguan Rett dengan Autis:

1. Pada gangguan autis penyimpangan perkembangan secara umum terjadi sejak awal.

2. Pada gangguan Rett, gerakan tangan yang spesifik dan karakteristik selalu ditemukan,

sementara pada autis tidak.

3. Koordinasi yang buruk, ataxia dan apraxia banyak ditemukan pada gangguan Rett.

4. Gangguan verbal biasanya hilang sama sekali.

5. Pada gangguan Rett kejang ditemukan sejak awal, sementara pada gangguan autis

biasanya sering terjadi pada masa remaja.

6. Adanya disorganisasi pernafasan.

PENATALAKSANAAN

Tidak ada obat untuk Rett Syndrome. Treatment untuk gangguan ini terfokus pada

manajemen symptom yang ada dan membutuhkan pendekatan dari multidisiplin ilmu. Terapi

memfokuskan pada tujuan untuk memperlambat kerusakan motorik dan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi.

a. Penggunaan Obat

Obat dibutuhkan  untuk  kesulitan bernafas, kesulitan motorik, dan antiepilepsi.

L- Dopa adalah bentuk sintetis dari dopamine. Ini ditemukan untuk mengurangi

kekakuan selama tahap kemunduran motorik (tahap 4), tetapi sebaliknya gagal untuk

menyediakan peningkatan pada basis yang konsisten.

Naltrexone (Revia) adalah lawan dari opium, biasanya untuk mengurangi kecanduan

obat. Penggunaan neltraxone dalam dosis rendah atau tinggi mungkin bermanfaat

dalam mengontrol nafas yang tidak teratur dan kejang, dan mengurangi teriakan. Ini

mungkin ada kaitannya dengan efek obat penenang. Namun terdapat efek lain yaitu

kehilangan nafsu makan.

Bromokriptin (Parlodel) adalah obat yang meningkatkan fungsi system dopamine di

otak. Satu obat yang diuji coba menunjukkan peningkatan awal dalam komunikasi,

berkurangnya kegelisahan dan berkurangnya gerak tangan di tahap pertama, namun

ketika obat berhenti, gejala akan muncul lagi, dan pengenalan kemali pada obat tidak

35

Page 36: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

membawa kembali pada peningkatan awal.

Tirosin (dopamine dan noradrenalin) dan triptophan (serotonin) adalah asam amino

yang biasanya mendorong level transmitter. Studi menunjukkan tidak ada perbedaan

dalam penampilan klinis ataun polla EEG. L- Carnitin adalah turunan dari asam

amino esensial lisin.

Terapi

Terapi fisik dimaksudkan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan berjalan dan

keseimbangan, mempertahankan jauhnya jangkauan gerak paling tidak

mempertahankan fungsi gerak dan mencegah kecacatan. Tujuan dari terapi fisik

adalah untuk menjaga atau meningkatkan keterampilan motorik, mengembangkan

keahlian transisional, mencegah atau mengurangi kecacatan, mengurangi

ketidaknyamanan dan kegelisahan serta meningkatkan kemandirian. Terapi fisik dapat

memperbaiki dan meningkatkan pola duduk dan berjalan serta memonitor perubahan

sepanjang waktu. Terapi fisik digunakan untuk: mengurangi apraxia, menstimulasi

penggunaan tangan untuk mendukung mobilitas, mencapai keseimbangan yang lebih

baik, meningkatkan koordinasi, mengurangi ataxia, meningkatkan body awareness,

memberikan jangkauan gerakan yang lebih baik, mengurangi sakit pada otot, menjaga

dan meningkatkan mobilitas, melawan kejang-kejang,dan meningkatkan respon

protektif. Contoh terapi fisik yaitu menggunakan kolam bola, tempat tidur air, atau

trampoline.

Terapi Occupational dapat digunakan untuk meningkatkan kegunaan tangan. Dari

penelitian diketahui bahwa terdapat penurunan gerakan tangan yang diulang-ulang

dapat mengarahkan pada kewaspadaan dan fokus yang lebih baik, sama baiknya

dengan membantu mengurangi kecemasan dan perilaku menyakiti diri sendiri.

Penggunaan tangan yang tidak teratur atau mengikat siku mungkin berguna dalam

mengurangi gerak tangan dan mungkin mendorong penggunaan tangan yang lebih

berguna. Contoh terapi Occupational adalah membantu memakai baju sendiri,

membantu melukis, membuat kerajinan tangan, dan belajar makan sendiri.

Terapi musik digunakan sebagai pelengkap terapi lain dan berguna untuk

meningkatkan komunikasi dan membuat pilihan. Penelitian menunjukkan bahwa

mendengar dan menciptakan musik berpengaruh positif pada otak, meningkatkan

sirkulasi darah, glukosa dan oksigen. Perubahan ini menstimulasi untuk belajar.

Terapi musik adalah penggunaan musik yang terstruktur atau kegiatan musical di

36

Page 37: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

bawah bimbingan seorang terapis musik. Kegiatan ini mempengaruhi perubahan pola

perilaku yang mengarah pada tujuan individual yang telah disusun untuk anak. Terapi

musik berfokus pada komunikasi, sosialisasi, membuat pilihan dan keahlian motorik.

Musik memberikan ritme gerak dan kepekaan persepsi. Mereka belajar untuk

merasakan dan memahami ruang dan waktu, kualitas dan kuantitas, serta sebab akibat.

Terapi musik memberikan kepercayaan dan suasana aman.

Dalam terapi musik terdapat:

a. Kesempatan menikmati musik secara spontan

b. Pengalaman bergerak dan memainkan alat yang dapat meningkatkan body

awareness dan fungsi tangan

c. Relaksasi untuk mendukung kebebasan gerak dan berekspresi

d. Kesempatan untuk berkomunikasi dan ekspresi diri

e. Stimulasi untuk kontak mata yang bermakna

f. Motivasi untuk memperluas perhatian dan konsentrasi

g. Sebagai dasar untuk meningkatkan memori

h. Stimulus untuk mengurangi keterlambatan respon

i. Sebagai fasilitas untuk berlatih memegang atau menggenggam

j. Meningkatkan self- image dan self- esteem

k. Mendorong perkembangan sensori motorik

l. Lingkungan yang menyenangkan untuk pertumbuhan sosial dan emosional

m. Peningkatan vokalisasi

Hydrotherapi (bergerak di air hangat) sangat penting untuk penderita RS. Karena

mengidap apraxia juga, dia tidak dapat merencanakan dan melakukan gerakan yang

dia inginkan dan kesulitan untuk berjalan. Berenang adalah bagian utama dalam

proses belajar fisik anak. Arti dari berenang adalah bertahan, kebugaran, dan

kesenangan. Nilai-nilai ini sama untuk mereka yang mempunyai keterbatasan,

mengintegrasikan mereka ke dalam kehidupan yang normal adalah salah satu tujuan

dari hydrotherapy. Aktifitas dalam air dirasakan oleh anak, keluarga, dan lingkungan

sebagai aktifitas anak yang normal, hal ini memperkuat penghargaan untuk

kemampuan mereka berpartisipasi senormal mungkin. Perasaan ini menumbuhkan

self-esteem dan percaya diri. Tujuan dari terapi ini adalah mendorong untuk mencapai

tingkat kemandirian tertinggi, terlibat dalam masyarakat, menjaga kesehatan fisik, dan

meningkatkan kualitas hidupnya. Air memberikan pengalaman baru dan

menyenangkan. Memungkinkan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan

37

Page 38: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

di luar air. Ini juga memungkinkan untuk menunjukkan kemampuan motoriknya yang

hilang atau hanya tersembunyi. Gerakan spontan lebih mudah dilakukan dalam air dan

hydrotherapy meningkatkan jangkauan gerak dan mengurangi kejang- kejang.

Kesulitan sensori dan persepsi yang ia rasakan saat berada di luar air tidak muncul

ketika berada di air, sehingga ia dapat meraih keseimbangan yang lebih baik tanpa

ragu- ragu dan takut. Hangatnya air membantu menenangkan gerak involunter,

gerakan stereotype dan kesulitan bernafas. Fleksibilitas air memungkinkan ia untuk

bergerak ke segala arah dan memungkinkan gerakan simetris. Hydrotherapy

membantu menjaga kesehatan otot dan saraf. Hal ini meningkatkan kesehatan secara

keseluruhan, yang juga akan menambah kemampuan belajarnya. Kegiatan

menunggang kuda dan hydrotherapy meningkatkan keseimbangan dan membantu

mengembangkan respon yang protektif, juga untuk relaksasi dan kesenangan.

Terapi Cinta. Terapi cinta adalah dasar dari semua terapi mencakup penerimaan,

perlindungan, kesabaran,toleransi dan pengertian. Semua terapi yang rumit dan mahal

tidak akan berhasil tanpanya. Dimulai dengan menerimanya sebagai bagian penting

dalam keluarga, masyarakat, dunianya dan dunia kita. Menyelimutinya dengan

pelukan yang hangat dari kepercayaan bahwa ia berharga dan dicintai, apapun yang

pernah ia alami. Cinta tidak akan menyerah apabila dihadapkan dengan kesulitan.

Cinta akan tumbuh lebih kuat.

KOMPLIKASI

Kebanyakan anak dengan gangguan Rett memiliki permasalahan dalam makan,

sehingga anak dengan gangguan ini memiliki berat badan dibawah rata- rata anak normal.

Untuk mendapatkan makanan bergizi, beberapa anak harus mendapatkan makanan melalui

infus.Beberapa komplikasi anak dengan gangguan Rett;

1) Perubahan bentuk tubuh kurang normal dibandingkan anak / orang seusianya

2) Gangguan pernafasan (cardiac dysrhythmias)

3) Rapuh tulang

4) Scoliosis

GANGGUAN DISINTEGRATIF

38

Page 39: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

DEFINISI

Gangguan disintegratif masa kanak-kanak, anak yang rupanya normal mulai bertindak

lebih muda (mundur) sesudah usia 3 tahun. Dikenal juga sebagai Sindroma Heller dan

psikosis disintegratif, dijelaskan pertama kali pada tahun 1908. Prevalensi kejadian kira-kira

1 dari 100.000 anak laki-laki.

Pada kebanyakan anak, perkembangan fisik dan jiwa terjadi dengan cepat. Sering

terjadi pada anak untuk mengalami langkah mundur; misalnya, seorang anak yang terlatih ke

WC sekali-sekali mengompol. Gangguan masa kecil disintegratif, tetapi, adalah kekacauan

serius yang langka dimana seorang anak dengan usia lebih dari 3 berhenti berkembang

sevcara normal dan mengalami kemunduran pada banyak fungsi di bawahnya, biasanya

mengikuti sakitnya gawat, seperti infeksi otak dan susunan syaraf.

Ciri anak dengan gangguan disintegratif masa kanak-kanak berkembang secara normal

sampai usia 3 atau 4 tahun, mempelajari keterampilan bicara, buang air dengan benar, dan

memperlihatkan prilaku sosial yangs sesuai. Lalu, setelah beberapa minggu atau bulan anak

cepat-marah dan murung, anak menjalani kemunduran nyata. Dia mungkin kehilangan

kemampuan berbahasa yang diperoleh dulunya, gerakan, atau ketrampilan sosial, dan dia

mungkin tidak lagi mempunyai kontrol pada kandung kemih atau usus besarnya. Juga, anak

mengalami kesukaran dengan interaksi sosial dan mulai melakukan kelakuan berulang mirip

yang terjadi pada anak dengan penyakit autisme. Cukup sering anak lambat laun memburuk

sampai derajat yang sangat terbelakang. Seorang dokter membuat diagnosa berdasarkan

gejala dan pencarian untuk akar gangguan.

Gangguan disintegratif masa kanak-kanak tidak bisa diobati secara khusus atau disembuhkan,

dan kebanyakan anak, khususnya dengan keterbelakangan yang parah, memerlukan

perawatan seumur hidup.

EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi telah dipersulit oleh bermacam-macamnya kriteria diagnostik yang

digunakan, tetapi gangguan desintegratif masa anak-anak di perkiraan sekurangnya

sepersepuluh dari gangguan aukustik, dan prevalansi diperkirakan kira-kira satu kasus pada

100.000 anak laki-laki. Rasio anak laki-laki berbanding anak perempuan tampaknya antara 4

dan 8 anak laki-laki berbanding 1 anak perempuan.

ETIOLOGI

39

Page 40: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

Penyebabnya adalah tidak diketahui, tetapi gangguan telah berhungandengan kondidi

neuroligis lain, termasuk gangguan kejang, sklerosis tuberosus, dan berbagai gangguan

metabolik.

DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Diagnosis dibuat berdasarkan ciri-ciri yang memenuhi karakteristik usia 1 dan 9

tahun, tetapi sebagian besar onset adalah antara 3 dan 4 tahun; menurut DSM-IV, usia onset

minimal adalah 2 tahun. Onset mungkin samar-samar selam beberapa bulan, atau mungkin

relatif tiba-tiba, dengan menghilangnya kemampuan dalam beberapa hari atau minggu pada

beberapa kasus, anak menunjukan kegelisahan, penigkatan tingkat aktivitas, dan kecemasan

sebelum hilang fungsinya.

Ciri inti dari gangguan adalah hilangnya keterampilan komunikasi, regeresi yang jelas

pada reaksi timbal balik,dan onset gerakan sterotipik dan perilaku komfulsif. Gejala afektif

adalah sering ditemukan, terutama kecemasan, dan juga regeresi dalam kecakapan menolong

diri sendiri, seperti pengendalian usus dan kandung kemih. Untuk mendapatkan diagnosis,

anak harus menunjukan kehilangan keterampilan dalam bidang berikut ini: bahasa, perilaku

sosial atau adaptif, pengendalian usus atau kandung kemih, bermain, dan keterampilan

motorik. Kelainan harus ditemukan sekurangnya pada dua kategori berikut: interaksi sosial

timbal balik, keterampilan komunikasi, dan perilaku stereotipik atau terbatas. Ciri neurologis

utama yang berhubungan adalah gangguan kejang

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak

A. Pertumbuhan yang tampaknya normal selama sekurangnya dua tahun pertama setelah

lahir seperti yang ditunjukkan oleh adanya komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai

dengan usia, hubungan sosial, permainan dan perilaku adaptif.

B. Kehilangan bermakna secara klinis keterampilan yang telah dicapai sebelumnya

(sebelum usia 10 tahun) dalam sekurangnya bidang berikut:

6) Bahasa ekspresif atau reseptif

7) Keterampilan sosial atau perilaku adaptif.

8) Pengendalian usus atau kandung kemih.

9) Bermain.

10) Keterampilan motorik.

C. Kelainan fungsi dalam sekurangnya dua bidang berikut:

40

Page 41: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial (misalnya, gangguan dalam perilaku non

verbal, gagal untuk mengembangkan hubungan teman sebaya, tidak ada timbal balik

sosial atau emosiaonal).

2) Gangguan kualitatif dalam komunikasi (misalnya, keterlambatan atau tidak adanya

bahasa ucapan, ketidak mampuan untuk memulai atau mempertahankan suatu

percakapan, pemakaian bahasa yang stereotipik dan berulang, tidak adanya berbagai

permainan khayalan).

3) Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik, termasuk

stereotipik dan manerisme motorik.

D. Gangguan tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan perkembangan pervasif spesifik

lain atau oleh skizofrenia.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding gangguan disintegratif masa anak-anak adalah gangguan

autistikdan gangguan Rett. Pada banyak kasus gangguan bertumpang tindih dengan gangguan

aukustik, tetapi gangguan disintegratif pada masa anak-anak dibedakan dari gangguan

aukustik dengan hilangnya perkembangan yang sebelumnya pernah tercapai. Sebelum onset

gangguan disintegratif masa anak-anak (terjadi pada usia 2 tahun atau lebih), bahasa biasanya

telah berkembang sampai ke pembentukan kalimat. Keterampilan tersebut jelas berbeda dari

riwayat paramorbid pasien gangguan aukustik sekalipun yang berfungsi baik, dimana bahasa

biasanya tidak melebihi satu kata atau frase sebelum diagnosis gangguan. Tetapi, jika terjadi

gangguan, anak-anak dengan gangguan disintegratif masa anak-anak lebih mungkin tidak

memiliki kemampuan berbahasa dibandingkan pasien gangguan aukustik yang berfungsi

baik.

Pada gangguan Rett, pemburukan terjadi lebih awak dibandingkan gangguan

disintegratif masa anak-anak, dan gerakan tangan stereotipik yang karakteristik untuk

gangguan Rett tidak terjadi pada ganguan disintegratif masa anak-anak.

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Perjalanan penyakit gangguan disintegratif masa anak-anak adalah bervariasi, dengan

pendataran yang dicapai pada sebagian besar kasus, suatu pemburukan progresif perjalanan

penyakit pada kasus yang jarang, dan kadang-kadang terjadi suatu perbaikan sampai titik

41

Page 42: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

mencapai kemampuan berbicara dalam kalimat.sebagian besar pasien tetap dalam retardasi

mental yang sekurangnya sedang.

TERAPI

Karena kemiripan klinis dengan gangguan autistik, terapi gangguan disintegratif masa

anak-anak adalah sama dengan untuk gangguan autistik

GANGGUAN ASPERGER

Pada tahun 1944 Hans Asperger, seorang dokter Austria, menggambarkan suatu

sindrom yang dinamakannya “psikopati autistik”. Gambaran awalnya adalah orang dengan

inteligensia normal yang menunjukkan gangguan kualitatif dalam interaksi social timbale

balik dan keanehan perilaku tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Sejak saat itu,

orang dengan retardasi mental tetapi tanpa keterlambatan bahasa telah mendapatkan

diagnosis gangguan Asperger, dan orang dengan keterlambatan bahasa tetapi tanpa retardasi

mental telah diberikan diagnosis.

Dalam International Classification of Disease revisi ke-10 (lCD-10), gangguan

Asperger dnamakan sindrom Asperger dan ditandai oleh gangguan sosial kualitatif, tidak

adanya keterlambatan bahasa dan kognitif yang bermakna, dana dan adanya minat dan

perilaku yang terbatas.

Menilai prevalensi gangguan adalah sulit karena tidak adanya stabilitas dalam criteria

diagnostik.

Etiologi

Penyebabgangguan Asperger tidak diketahui, tetapi penelitian keluarga menyatakan

kemungkinan hubungan dengan gangguan autistik. Kemiripan gangguan Asperger dengan

gangguan autistik menyebabkan hipotesis genetik, metabolit, infeksi, dan perinatal.

Diagnosis dan Gambaran Kilnis

Gambaran klinis adalah sekurangnya dua indikasi gangguan social kualitatif berikut

ini: gaya komunikatif non-verbal yang jelas abnormal, kegagalan mengembangkan hubungan

dengan teman sebaya, tidak adanya timbale balik social atau emosional, dan gangguan

kemampuan untuk mengekspresikan kesenangan atas kebahagiaan orang lain. Minat yang

terbatas dan pola perilaku selalu ditemukan. Menurut DSM-IV pasien tidak menunjukkan

42

Page 43: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

keterlambatan berbahasa, keter1ambatan kognitif yang bermakna secara klinis, atau

gangguan adaptif.

GANGGUAN PERVASIF YANG TIDAK DITENTUKAN

Gangguan perkembangan pervasif yang tidak ditentukan harus didiagnosis jika

seorang anak menunjukkan gangguan kualitatif dalam perkembangan interaksi sosial timbal

balik dan keterampilan komunikasi verbal dan non-verbal tetapi tidak memenuhi kriteria

untuk gangguan perkembangan pervasive lainnya, skizofrenia, atau gangguan kepribadian

skizotipal atau menghindar.

Beberapa anak yang mendapatkan diagnosis menunjukkan kumpulan aktivitas dan

minat yang jelas terbatas.Kondisi biasanya menunjukkan hasil akhir yang lebih baik

dibandingkan gangguan autistik.

DiagnostikuntukGangguanPerkembanganPervasifyang TidakDitentukan

Kategori ini harus digunakan jika terdapat gangguan yang parah dan pervasive dalam

perkembangan interaksi social timbale balik atau keterampilan komunikasi verbal dan non-

verbal, atau jika terdapat perilaku minat, dan aktivitas stereotipik, tetapi tidak memenuhi

criteria untuk ganguan perkembangan pervasive spesifik, skizofrenia, gangguan kepribadian

skizotipal, atau gangguan kepribadian menghindar. Sebagai contoh, kategori ini adalah

termask “autismea tipikal” — gambaran yang tidak memenuhi criteria gangguan autistic

karena usia yang teriambat saat onset, simptomatologi atipikal, atau simptomatologi tidak

mencukupi, atau semuanya.

Terapi

Pendekatan terapi pada dasarnya adalah sama dengan gangguan autistik. Sekolah biasa

dimungkinkan. Dibandingkan dengan anak-anak autistik, anak-anak dengan gangguan

perkembangan pervasif yang tidak ditentukan biasanya memiliki keterampilan berbahasa

yang lebih baik dan lebih menyadari dirinya sendiri, sehingga mereka merupakan calon yang

lebih baik untuk psikoterapi.

43

Page 44: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan perkembangan pervasive adalah kelompok kondisi psikiatrik dimana

keterampilan sosial yang diharapkan, perkembangan bahasa, dan kejadian perilaku tidak

berkembang secara sesuai atau hilang pada masa anak-anak awal. Pada umumnya

gangguan mempengaruhi berbagai bidang perkembangan, bermanifestasi pada awal

kehidupan, dan menyebabkan disfungsi yang persisten.

44

Page 45: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

DSM IV memiliki beberapa kategori gangguan perkembangan pervasive, yakni :

autism, gangguan rett, gangguan disintegrative masa anak-anak, gangguan asperger, dan

gangguan pervasive yang tidak ditentukan.

Ganguan Autistik (autism infantile), merupakan gangguan yang terkenal, ditandai

oleh gangguan berlarut-larut pada interaksi social timbal balik, penyimpangan

komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan stereotipik.

Gangguan rett tampaknya terjadi hanya pada anak perempuan; ditandai oleh

perkembangan normal untuk sekurang-kurangnya enam bulan, diikuti dengan degenerasi

perjalanan perkembangan. Biasanya, anak mulai menunjukan gerakan tangan stereotipik,

kehilangan gerakan bertujuan, menurunnya keterlibatan sosial, koordinasi buruk, dan

menurunnya pemakaian bahasa.

Pada gangguaan disinregratif masa kanak-kanak, perkembangan maju dengan

normal selama 2 tahun pertama, setelah mana anak menunjukan hilangnya keterampilan

yang telah dicapai sebelumnya dalam 2 atau lebih bidang berikut : pemakaian bahasa,

responsivitas sosial, bermain, keterampilan motorik, dan pengendalian kantong kemih

dan usus.

Gangguan asperger adalah suatu kondisi dimana anak menunjukkan gangguan jelas

dalam hubungan sosial dan pola perilaku yang berulang dan stereotipik tanpa

keterlambatan dalam perkembangan bahasa; kemampuan kognitif dan adaptif anak ialah

normal.

Pada gangguan perkembangan pervasive yang tidak ditentukan, pasien menunjukkan

gangguan kualitatif dalam interaksi social timbale balik dan komunikasi verbal dan non-

verbal tetapi yang tidak memenuhi criteria lengkap untuk gangguan autistic.

3.2 Saran

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi

kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik

dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang

memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2009 dan dari berbagai pihak demi

kesempurnaan laporan ini.

45

Page 46: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan & Sadock: Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta,

1997.

W.F . Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran jiwa, Universitas Airlangga, 1980

46

Page 47: Isi-laporan Modul 5 Blok 17

47