Isi Laporan
-
Upload
tomi-tintia -
Category
Documents
-
view
829 -
download
10
Transcript of Isi Laporan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PT PLN ( persero ) merupakan perusahaan penyedia listrik untuk umum satusatunya di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PLN adalah mulai terjadinya krisis energi yang mengglobal. Harga bahan bakar minyak di tingkat internasional terus meningkat. Hal ini menyebabkan PT PLN ( persero ) harus melakukan efisiensi di segala sektor, dan yang paling utama adalah di sektor penyediaan tenaga listrik.
Salah satu langkah efisiensi yang dilakukan PT PLN adalah menekan losses seminimal mungkin, baik losses teknik maupun non teknik. Penekanan losses teknik yang dilakukan oleh PT PLN Distribusi Kwandang dan Sekitarnya salah satunya adalah dengan pemeliharaan jaringan listrik semaksimal mungkin, sehingga losses teknik akibat jaringan dapat diminimalisir.
Berdasarkan perhitungan dari kwh beli dari P3B dan kwh jual ke pelanggan, di desa Ilangata Kec. Anggrek terjadi selisih antara energi yang terjual dan energi digunakan pelanggan sebesar 12,1%. Hal ini mengindikasikan losses yang terjadi di desa Ilangata Kec. Anggrek sedemikian besar. Losses ini terdiri dari losses teknik dan non teknik.
Untuk memberikan kontribusi dalam hal efisiensi, dalam telaahan staff ini mencoba mengevaluasi peran pemerataan beban dalam program pengurangan losses teknik, dengan jalan mengurangi arus balikan yang melalui hantaran netral.
1.2. BATASAN MASALAH
Penyusunan Laporan Telaahan Staff ini difokuskan pada analisis beban tak seimbang pada sistem distribusi tegangan rendah. Program meminimalisir arus yang melewati hantaran netral adalah arus yang timbul karena beban tidak seimbang. Dalam beberapa perhitungan digunakan beberapa asumsi, antara lain penggunaan arus oleh pelanggan diwakili dengan daya kontrak pelanggan. penggunaan arus oleh pelanggan terus-menerus 24 jam nonstop. Asumsi lain adalah pembagian arus netral yang melalui suatu konduktor di sepanjang jaringan dilakukan secara
Page 1
proporsional sesuai dengan besar daya kontrak dan pengukuran arus di gardu.
1.3. Metodologi Penyusunan
Penyusunan Laporan ini, menggunanakan metode: Metode Pengumpulan data:
o Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mengukur beban gardu ke lapangan. Selain data beban juga diperlukan data pencatatan kwh pantau dan kwh pelanggan, sebelum dan sesudah kegiatan pemerataan beban.
Studi Pustakao Mengumpulkan bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan
beban tak seimbang dan losses akibat beban tak seimbang. Wawancara
o Konsultasi langsung dengan orang – orang terkait yang sudah berpengalaman di jaringan tegangan rendah.
1.4. Profil Industri
A. Profil Industri PT PLN (persero)
Sejarah Singkat PLN Wilayah VII SULUTTENGGO
Berdirinya kantor PLN Wilayah VII Suluttenggo yaitu pada tanggal
27 Desember 1941,dimana perusahaan masih milik belanda dengan
KEPRES No.163/1953 yang terdiri dari :
A. ANIM
B. OEEM
C. EBALON
Khusus daerah gorontalo yaitu EBALON (ELETRIK BAT
LOMBOK) yang berdiri pada tahun 1930. dimana kantor PLN pada waktu
itu masih berbadan swasta,kemudian pada tanggal 10 Desember
Page 2
1957,Kantor PLN dilakukan dengan Undang-Undang Nasionalisme
dengan No.1567/1958 dan PP No.18/1959 menjadi PLN yang berpusat di
Jakarta,yang terdiri dari :
a. Perusahaan milik Negara
b. Perusahaan yang dinasionalisasikan
PLN Wilayah VII Suluttenggo Cabang Gorontalo ini adalah salah satu
Unit dari PLN Exploitasi V manado,kemudian muncul lagi PP no.18/1972
tertanggal 3 juni 1972 ditangani oleh Departemen PUTC.
Pada tahun 1977 ditangani langsung oleh Departemen pertambangan
dan energi,pada waktu PLN dirubah menjadi PLN Wilayah VII Manado
dan PLN Wilayah VII Cabang Gorontalo adalah salah satu Unit PLN
Wilayah manado yang meliputi:
a. Wilayah VII meliputi sulawesi utara dan tengah
b. Cabang gorontalo meliputi wilayah kerja kota dan kab gorontalo.
Dilihat dari situasi dan kondisi kegiatan maka daerah gorontalo sudah
dapat memenuhi syarat untuk berdiri sendiri sebagai kantor pelayanan
kepentingan masyarakat yang bergerak di bidang jasa. Adapun PLN
wilayah VII Suluttenggo sudah 10 kali mengalami pergantian pimpinan.
Page 3
B. PROFIL INDUSTRI PT PLN (persero) RANTING KWANDANG.
1. Sejarah Singkat PLN (persero) Ranting Kwandang
Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19,pada saat
beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik the
mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan
untuk kemanfaatan umum mulai pada saat perusahaan swasta Belanda
yaitu NV. NIGEM yang semula bergerak di bidang gas memperluas
usahanya di bidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927
pemerintah Belanda membentuk S’LANDS WATER KRACH
BEDRIJVEN(LWB )yaitu perusahaan listrik Negara yang mengelola
PLTA Plengan, PLTA Bengkok Dago,PLTA Ubrung dan kracak di jawa
barat, PLTA Giringan di madium, PLTA Tes diBengkulu, PLTA
Konsealama di sulawesi utara, dan PLTU di Jakarta. Selain itu,dibeberapa
kotapraja di bentuk perusahaan-perusahaan listrik kotopraja.
Dengan menyerahkan pemerintah Belanda kepada jepang dalam perang
dunia II maka Indonesia dikuasai jepang. Oleh karena itu, perusahaan
listrik dan gas yang diambil alih oleh jepang dan semua personil dalam
peusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang jepang. Dengan
jatuhnya jepang ke tangan sekutu dan diproklamasikan kemerdekaan RI
pada tanggal 17 Agustus 1945,maka kesempatan yang baik ini di
manfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih
perusahaan- perusahaan listrik dan gas yang dikuasai jepang.
Page 4
Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan
kekuasaan jepang kemudian pada September 1945 Delegasi dari buruh /
pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsjhi menghadap pimpinan
KNI Pusat yang pada waktu itu diketahui oleh Mr. Kasman Singodimedjo
untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi
Kobarsjhi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas
kepada pemerintah RI. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden
Soekarno dan kemudian dengan penetapan pemerintah tahun 1945 No. 1
tertanggal 27 oktober 1945,maka dibentuklah jawatan listrik dan gas
dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-
perusahaan listrik dikuasai kembali oleh pemerintah Belanda. Pegawai-
pegawai yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan
menggabungkan diri pada kantor-kantor jawatan lisrik dan gas di daerah-
daerah RI yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan
perjuangan. Para pemuda kemudian mengajukan Mosi yang dikenal
dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi perusahaan listrik dan gas
swasta kepada parlemen RI. Selanjutnya dikeluarkan keputusan presiden
RI No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi perusahaan
listrik milik bangsa asing di Indonesia jika waktu konsesinya habis.
Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk
membebaskan Irian jaya dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka
Page 5
dikeluarkan undang-undang No.86 tahun 1958 tanggal 27 desember 1958
tentang nasionalisasi disemua perusahaan Belanda, dan peraturan
pemerintah No. 86 tahun 1958 tanggal 27 desember 1958 tentang
nasionalisasi di semua perusahaan Belanda, dan peraturan pemerintah
No.18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi perusahaan listrik dan gas milik
Belanda. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka seluruh
perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.
Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut
sejalan dengan pasang surutnya perjuaangan bangsa. Tanggal 27 Oktober
1945 kemudian dikenal sebagai Hari Listrik Dan Gas. Hari tersebut telah
diperingati untuk pertamakali pada tanggal 27 Oktober 1946 bertempat di
Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat ( BPKNIP ) Yogyakarta.
Penepatan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan
Gas berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
No. No.20 tahun 1960. Namun kemudian berdasarkan keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listirk No. 235/KPTS/1975 TANGGAL 30
September 1975 peringatan hari listrik dan gas digabung dengan hari
kebaktian Pekerjaan Umum Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3
Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai-nilai hari listrik.
Maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi
No.1134.K/43.PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.
kerjasama ini maka terjadi kekompakan antara pimpinan dan bawahan.
Dan hal demikian sering terjadi.
Page 6
Dalam menjalankan tugasnya seorang karyawan tentu tidak dapat
menjalankan tugas tanpa adanya kerja sama atau kekompakan antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,setiap karyawan harus mampu
bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan demikian walaupun masih
terdapat hal yang tidak di inginkan pada karyaawan seperti disiplin waktu
ataupun tanggung jawab akan tetapi antara pimpinan,karyawan dan
karyawati masih memiliki hubungan kerja sama atau kekompakan antara
satu dengan yang lainnya. Hubungan kerja sama adalah merupakan satu
hal yang sangat penting bagi mereka.
PT. PLN ( Persero ) Ranting Kwandang merupakan perusahaan
Negara yang bergerak dalam bidang kelistrikan. Perusahaan ini didirikan
guna demi kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia listrik merupakan suatu
kebutuhan yang amat penting untuk menunjang kelancaran di berbagai
bidang usaha. Hal ini dilihat dari segi dunia usaha yang ada di Indonesia.
Kita melihat semakin banyak orang menggunakan listrik bahkan disebuah
rumah tanggapun orang pasti menggunakan listrik. Oleh karena itu, listrik
boleh dikatakan sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan.
Perusahaan ini memberikan pelayanan listrik terhadap masyarakat yang
ada diwilayah limboto dan sekitarnya. Bagi rakyat, listrik itu sangat
penting demi menunjang kelangsungan hidup. Hal ini di sebabkan oleh
perubahan zaman. Di Negara – Negara kecil pun orang sering
menggunakan listrik. Biasanya orang menggunakan tenaga listrik untuk
keperluaan tertentu saja,sebagai contoh pada perusahaan-
perusahaan,mereka menggunakan untuk kelancaran usahanya. Pada
Page 7
perusahaan industri misalnya mereka menggunakan listrik. Seperti
pemakaian alat-alat yang menggunakan tenaga listrik. Hal ini di gunakan
untuk mengolah bahan agar menjadi seperti yang diharapkan. Selain itu,
listrik juga digunakan sebagai penerang dan lain – lain.
Masyarakat menyadari berapa pentingnya listrik bagi kehidupan,
maka sudah tidak diragukan lagi mengapa Negara Indonesia menggunakan
listrik. Oleh karena itu kita diharapkan melakukan penghematan dalam
penggunaan listrik atau dengan kata lain hanya menggunakannya pada hal
– hal yang dianggap penting saja karena begitu banyak yang
memerlukannya. PLN ini sangat penting karena adanya listrik dan listrik
sangat penting dibutuhkan walaupun orang membayar listrik dangan biaya
yang terlalu besar dalam pemakaian penggunaan tenaga listrik, akan tetapi
menurut mereka itu adalah suatu kebutuhan dimana untukmenunjang
kelangsungan hidup. PLN ini pun masih menggunakan listrik kerena
usahanya pun memerlukan tenaga listrik demi kelancaran usahanya.
Misalnya,penggunaan computer,mesin Epson,air dan lain-lain. Itu semua
menggunakan listrik,tanpa adanya listrik tidak dapat digunakan.
Biasanya PLN ini sering kali melakukan pemadaman untuk setiap
daerah atau kawasan tertentu secara bergiliran. Hal ini disebabkan karena
mesin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dalam keadaan
rusak. Jadi PLN harus melakukan pemadaman.
Page 8
VISI
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang
unggul dan terpercaya dengan bertumpuh pada potensi insani.
MISI
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang
terkait,berorientasi pada kepuasan pelanggan ,anggota
perusahaan,dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
Menjalankan kegiatan usahanya berwawasan lingkungan.
MOTO
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (ELECTRICITY FOR A
BETTER LIFE
Page 9
Manajer Ranting Alpons Salindeho
Supervisor DistNazarudin Yunus
Suv Pelayanan PelangganYUNUS UMAR
Suv Administrasi/keunganHj. Marta Buka
Loket Off LineSusanti OtoluwaNovie Bolongkod
SATPAMHASAN BIMA
HAMSA BASIRU
Junior OficelJainudin Gusti
Koordinator CaterNoval Basiru
TEKNIK DISTRIBUSISuswitno Ardani
Kasmul SungeMasdar Polohi
Mohamad PakayaMuhtar UnoIsmail Paku’u
Muis BukaErwin S Sano
Manajer Ranting Alpons Salindeho
Supervisor DistNazarudin Yunus
Suv Pelayanan PelangganYUNUS UMAR
Suv Administrasi/keunganHj. Marta Buka
Loket Off LineSusanti OtoluwaNovie Bolongkod
SATPAMHASAN BIMA
HAMSA BASIRU
Junior OficelJainudin Gusti
Koordinator CaterNoval Basiru
TEKNIK DISTRIBUSISuswitno Ardani
Kasmul SungeMasdar Polohi
Mohamad PakayaMuhtar UnoIsmail Paku’u
Muis BukaErwin S Sano
CATERSunaryo Karim
Marten NegawaErman Hiola
2. Struktur Organisasi PT PLN (persero) Ranting Kwandang
Page 10
BAB II
PRA ANGGAPAN
Pemerataan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yang mengalir di hantaran netral. Idealnya arus yang mengalir di sepanjang hantaran netral adalah nol, tetapi karena pengaruh dari beban yang tidak seimbang maka hantaran netral akan berarus. Sedangkan hantaran netral merupakan konduktor yang memiliki nilai resistansi, sehingga arus yang melalui hantaran ini sebagian berubah menjadi panas yang didisipasikan ke lingkungan sekitar sebagai losses.
Meskipun di sepanjang jaringan tegangan rendah, pada beberapa titik terdapat pentanahan netral. Tetapi hasil ukur arus netral di gardu..................................desa Ilangata Kec. Anggrek menunjukkan suatu nilai yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena pentanahan netral tidak mampu membuang arus netral yang cukup besar akibat dari beban yang tidak seimbang. Sehingga permasalahan ini harus dapat diselesaikan oleh PT PLN (Persero) Ranting Kwandang.
Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan pemerataan beban pada jaringan tegangan rendah. Pemerataan beban dilakukan dengan jalan, memindah beban (sambungan rumah) dari phase yang berat(pada JTR) ke phase yang lebuh ringan. Arus yang mengalir dari tiap phase akan melalui hantaran netral dengan melalui peralatan pelanggan terlebih dahulu (menjadi arus netral). Ketika beban menjadi lebih seimbang, maka arus netral ini akan memiliki nilai yang relatif kecil, karena arus dari tiap phase akan saling meniadakan. Proses saling meniadakan terjadi karena arus dari tiap phase akan memiliki beda phase kurang lebih sebesar 120 (tergantung dari besar faktor daya dari masing –masing beban).
Page 11
BAB III
DASAR TEORIA. SISTEM DISTRIBUSI
3.1.sistem distribusi pada umumnya
Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat – pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan yang biasanya merupakan tegangan menengah 20 kV. Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik, untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan penggunaan tegangan tinggi 150/70 kV (TT), atau tegangan ekstra tinggi 500 kV (TET). Tegangan yang lebih tinggi ini diperoleh dengan transformator penaik tegangan (step up transformator).
Pemakaian tegangan tinggi ini diperlukan untuk berbagai alasan efisiensi, antara lain, penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi diterapkan. Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan, melalui gardu induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV.
Setiap GI sesungguhnya merupakan Pusat Beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu, bebannya berubah-rubah sepanjang waktu sehingga daya yang dibangkitkan dalam pusat-pusat Listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi 50 Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan Pusat Pengaturan Beban (P3B). Tegangan menengah dari GI ini melalui saluran distribusi primer, untuk disalurkan ke gardu - gardu distribusi(GD) atau pemakai TM. Dari saluran distribusi primer, tegangan menengah (TM) diturunkan menjadi tegangan rendah (TR) 220/380 V melalui gardu distribusi (GD). Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke konsumen tegangan.
Page 12
G
Gambar 3.1. Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik
Page 13
3.2. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik dengan gardugardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan di Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang pada umumnya adalah 20 kV. Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam pengoperasiannya mudah dan handal.
3.2.1. Sistem / pola Radial
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya banyak digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Umunya menggunakan SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial tidak terlalu rumit, tetapi memiliki tingkat keandalan yang rendah.
Gambar 3.2. Sistem Radial
3.2.2. Sistem / pola open loop
Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari diperlukannya kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi gangguan.
Page 14
Gambar 3.3. Sistem Open Loop
3.2.3. Sistem / pola Close Loop
Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan rele arah(bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain.
Gambar 3.4. Sistem Close Loop
3.2.4. Sistem / pola Spindel
Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena disediakan satu expres feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk sampai gardu hubung. Biasanya pada tiap penyulang terdapat gardu tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan pada jaringan tersebut.
Page 15
Gambar 3.5. Sistem Spindel
3.2.5. Sistem / pola Cluster
Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan satu feeder khusus tanpa beban(feeder expres).
Gambar 3.6. Sistem Cluster
3.3. TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Trafo distribusi yang umum digunakan adalah trafo step down 20/0,4 kV, tegangan fasa-fasa sistem JTR adalah 380 Volt, karena terjadi drop tegangan maka tegangan pada rak TR dibuat diatas 380 Volt agar tegangan pada ujung beban menjadi 380 Volt.
Page 16
Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik arus bolak-balik, sehingga pada inti transformator yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet ( flux = ф ) Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik maka flux yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yang mengalir berbentuk sinus maka flux yang terjadi akan berbentuk sinus pula.
Karena flux tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut terdapat lilitan primer dan lilitan sekunder maka pada lilitan primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl ( gaya gerak listrik ) induksi, tetapi arah dari ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder sedangkan frekuensi masing-masing tegangan tersebut sama dengan frekuensi sumbernya. Hubungan transformasi tegangan adalah sebagai berikut :
E1 N1 = = aE2 N2
atau E1 = a E2 E1 I1 = E2 I2atau I1 N1 = I2N2
3.4. JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Berdasarkan penempatan jaringan, jaringan tegangan rendah dibedakan menjadi dua:
3.4.1. Saluran Udara Tegangan Rendah(SUTR)
Saluran ini merupakan penghantar yang ditempatkan di atas tiang(di udara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tak berisolasi(kawat) dan penghantar berisolasi(kabel). Penghantar tak berisolasi mempunyai berbagai kelemahan, seperti rawan pencurian dan rawan terjadi gangguan phase-phase maupun phase-netral.
Tetapimemiliki keunggulan harga yang relatif murah dan mudah dalam hal pengusutan gangguan. Sedang penghantar berisolasi memiliki keuntungan dan kerugian yang saling berlawanan dengan penghantar tak berisolasi.
Pada umumnya PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, menggunakan SUTR dengan isolasi(kabel pilin), dengan inti alumunium.
Page 17
Standar ukuran kabel yang digunakan adalah 3x 70 + 50 mm2. Dengan karakteristik elektris sebagai berikut:
Tabel 3.1. Karakteristik Twisted Kabel Alumunium (NFA 2x)
Size of CablePhase Neutral Public Lighting
Resistanceohm/km
Max CurrentA
Resistanceohm/km
Resistanceohm/km
Max CurrentA
2x102x16
3.081.91
5472
3.081.91
--
--
2x25+1x252x35+1x252x50+1x70
1,20,8680,641
130125154
1,381,380,986
---
---
2x70+1x502x95+1x70
0,44332
196242
0,690,45
--
--
Size of CablePhase Neutral Public Lighting
Resistanceohm/km
Max CurrentA
Resistanceohm/km
Resistanceohm/km
Max CurrentA
3x25+1x253x35+1x253x50+1x35
1,20,8680,641
130125154
1,381,380,986
---
---
3x70+1x503x95+1x70
0,4430,32
196242
0,690,45
--
--
3x25+1x25+163x35+1x25+163x25+1x35+16
1,20,8680,641
130125154
1.381.380,968
1,911,911,91
727272
3x70+1x50+163x95+1x70+16
0.4330.32
196242
0,690,45
1.911,91
7272
3x25+1x25+163x35+1x25+163x25+1x35+16
1,20,8680,641
130125154
1.381.380,968
1,911,911,91
727272
3x70+1x50+163x95+1x70+16
0.4330.32
196242
0,690,45
1.911,91
7272
3.4.2. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR)
Saluran ini menempatkan kabel di bawah tanah. Tujuan utama penempatan di bawah tanah pada umumnya karena alasan estetika, sehingga penggunaan SKTR umumnya adalah kompleks perumahan dan daerah perindustrian. Keuntungan penggunaan kabel ini adalah estetika
Page 18
yang lebih indah, tidak terganggu oleh pengaruh-pengaruh cuaca. Kelemahan kabel ini adalah jika terjadi gangguan sulit menemukan lokasinya dan jika terjadi pencurian dengan suntikan di bawah tanah petugas P2TL kesulitan mengungkapnya.
3.5. RAK TR
Merupakan Perangkat Hubung Bagi (PHB) tegangan rendah gardu distribusi. Rak TR terpasang pada gardu distribusi pada sisi tegangan rendah atau sisi hulu dari instalasi tenaga listrik. Fungsinya adalah sebagai alat penghubung sekaligus sebagai pembagi tenaga listrik ke instalasi pengguna tenaga listrik(konsumen). Kapasitas Rak TR yang digunakan harus disesuaikan dengan besarnya trafo distribusi yang digunakan. Rak TR terdiri dari beberapa jurusan yang akan dibagi-bagi ke pelanggan. RAK TR terhubung dengan trafo pada sisi sekunder menggunakan kabel single core TR dengan diameter 240 mm2.
3.6. BEBERAPA KOMPONEN JARINGAN TEGANGAN RENDAH
Adalah peralatan yang digunakan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR), sehingga JTR dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur energi listrik ke pelanggan. Komponen pada JTR antara lain:
Kabel Schoen Kabel Schoen digunakan untuk menghubungkan rel pada panel
hubung bagi dengan penghantar kabel tegangan rendah (kabel obstyg). Kabel Schoen dipres pada kabel obstig dan dibaut di
rel panel hubung bagi. Konektor
Adalah peralatan yang digunakan untuk menghubungkan (meng-connect) penghantar dengan pedengan SR(Sambungan Rumah). Jenis konektor yang umum digunakan PT PLN(Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang ada dua jenis:
Konektor kedap air (piercing connector)Konektor ini dapat dipasang dalam kondisi jaringan bertegangan dan tanpa mengupas isolasinya. Konduktansi terjadi karena pada konektor ini terdapat gigi penerus arus.Sehingga gigi penerus arus ini harus tajam dan tegak untuk dapat menembus bagian isolasi kabel, serta harus diberi gemuk untuk melindungi bagian kontak dari korosi.
Page 19
Konektor PresPemasangan konektor jenis ini, biasanya harus tanpa tegangan, karena diperlukan pengupasan isolasi kabel untuk membentuk konduktifitas. Konduktivitas yang dihasilkan konektor jenis ini lebih baik, karena luas permukaan kontak lebih besar.
3.7. SISTEM TIGA FASE
Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga fase. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban. Alasan ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga fase, penggunaan penghantar untuk transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fase daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem fase tunggal, sehingga untuk peralatan dengan catu tiga fase, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu fase.
Sistem tiga fase atau sistem fase banyak lainnya, secara umum akan memunculkan sistem yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan. Sistem tiga fase dapat digambarkan dengan suatu sistem yang terdiri dari tiga sistem fase tunggal, sebagai berikut :nghantar. Misal antara kabel obstyg dan TIC-Al, TIC-Al
π π
Gambar 3.7. Sistem tiga fase sebagai tiga sistem fase tunggal.
Page 20
va = V cos@t 2π
vb =V cos@t – 3
2πvb =V cos@t +
3
Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga fase yang merupakan fungsi waktu ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 3.8 Bentuk gelombang pada sistem tiga fase
Pada gambar nampak bahwa antara tegangan fase satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan fase sebesar 120o atau 2 /3. Pada umumnya fase dengan sudut fase 0o disebut dengan fase R, fase dengan sudut fase 120o disebut fase S dan fase dengan sudut fase 240o disebut dengan fase T. Perbedaaan sudut fase tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan yang masingmasing tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.
3.7.1. SISTEM Y DAN DELTA
Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fase yang menggunakan empat kawat, yaitu fase R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut akan menyerupai huruf Y, yang memiliki empat titik sambungan yaitu pada ujung-ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y dapat digambarkan dengan skema berikut.
Page 21
Gambar 3.9 Sistem Y dan Sistem Delta
Sistem hubungan atau sambungan Y, sering juga disebut sebagai hubungan bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem Delta, hanya menggunakan fase R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban, sebagaimana gambar diatas.Tegangan efektif antar fase umumnya adalah 380 V dan tegangan efektif fase dengan netral adalah 220 V.
3.7.2. BEBAN SEIMBANG TERHUBUNG DELTA
Pada sitem delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama disambungkan pada sumber tiga fase, maka arus di dalam ketiga impedansai akan sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar 120o, dan dikenal dengan arus fase atau arus beban. Untuk keadaan yang demikian, maka dalam rangkaian akan berlaku :
Vdelta = V line
Idelta = I line / √3
Zdelta = Vdelta / Idelta = √3 V line / I line
Sdelta = 3 x Vdelta x Ideltaa = √3 Vline x I line
= 3 x Vline² / Zdelta = Iline² x Zdelta
P = S cos φ
Q = S sin φ
Page 22
3.7.3. BEBAN SEIMBANG TERHUBUNG Y
Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang (star) atau Y,hubungan antara besaran listriknya adalah sebagai berikut :
Vstar = V line / √3
Istar = Iline
Zstar = V line / Istar= V line / √3
Sstar = 3 x Vstar x Istar = √3 Vline x I line
= Vline² / Z star = 3 x Iline² x Z star
P = S cos φ
Q = S sin φ
3.7.4. BEBAN TAK SEIMBANG TERHUBUNG DELTA
Penyelesaian beban tak seimbang tidaklah dapat disamakan dengan beban yang seimbang sebagaimana dijelaskan diatas. Penyelesaiannya akan menyangkut perhitungan arus-arus fase dan selanjutnya dengan hukum arus Kirchhoff akan didapatkan arus-arus saluran pada masing-masing fase.
Page 23
Gambar 3.10. Beban tak seimbang terhubung Delta
IRS = VRS/ ZRS
ITR = VTR/ ZTR
IST = VST/ ZST
IR = IRS - ITR
IT = IST - IRS
IS = ITR - IST
3.7.5. BEBAN TAK SEIMBANG TERHUBUNG Y
Pada sistem ini masing-masing fase akan mengalirkan arus yang tak seimbang menuju Netral (pada sistem empat kawat). Sehingga arus netralmerupakan penjumlahan secara vector arsu yang mengalir dari masing-masing fase.
Page 24
Gambar 3.11. Beban tak seimbang terhubung bintang empat kawat
Pada sistem dengan empat kawat, akan berlaku :
IR = VRN/ ZR
IT = VTN/ ZT
IS = VSN/ ZS
Diagram fasor untuk beban tak seimbang dengan tiga kawat, salah satucontohnya adalah sebagai berikut :
Page 25
Gambar 3.12 Diagram Fasor Beban tak Seimbang
3.8. LOSSES PADA JARINGAN DISTRIBUSI
Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energi listrik yang disalurkan ( Ns) dengan energi listrik yang terpakai (NI).
Ns - NILosses = x 100%
Ns
3.8.1. LOSSES PADA PENGHANTAR PHASE
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada penghantar tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat di ujung dirumuskan:
∆V = I ( Rcos φ + X sin φ ) L∆P = 3 . I² . R L
Sedangkan jika beban tersebar merata di sepanjang jaringan maka rugi energi yang timbul adalah:
Page 26
∆V = ( ½ )² . ( Rcos φ + X sin φ ) L
∆P = 3 . ( ½ )² . R L
Dengan:
I : Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)R : Tahanan pada penghantar (Ohm / km)X : Reaktansi pada penghantar (Ohm /km)cos : Faktor daya bebanL : panjang penghantar (km)
3.8.2. LOSSES AKIBAT BEBAN TIDAK SEIMBANG
Akibat pembebanan di tiap phase yang tidak seimbang, maka akan mengalir arus pada hantaran netral. Jika di hantaran pentanahan netral terdapat nilai tahanan dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan yang menyebabkan tegangan pada trafo tidak seimbang.
Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral sebesar:
∆P = IN² .R
3.8.3. LOSSES PADA SAMBUNGAN TIDAK BAIK (LOSS CONTACT)
Losses ini terjadi karena pada sepanjang JTR terdapat beberapa sambungan, antara lain:
Sambungan antara kabel obstyg dan kabel TIC-Al Sambungan saluran JTR, antar kabel TIC-Al Percabangan saluran JTR Percabangan Untuk Sambungan Pelayanan
Page 27
Gambar 3.13. Sambungan Kabel
Besarnya rugi-rugi energi pada sambungan dirumuskan:
∆P = I² .R
P = Losses yang timbul pada konektorI = Arus yang mengalir melalui konektorR = Tahanan konektor.
BAB IV
Page 28
PEMBAHASAN
Dalam penyusunan Laporan Telaahan Staff ini, diperlukan data – data pendukung antara lain hasil ukur beban, peta topografi Jaringan TeganganRendah, data konsumen gardu, data karakteristik kabel tembaga (NYFGBY), data karakteristik kabel alumunium(NFA2X), dan data pengukuran beban sebelum dan sesudah pemerataan beban. Data hasil ukur beban dari bidang Operasi Distribusi, digunakan sebagai acuan untuk mencari dan menentukan gardu yang memiliki beban tidak merata.
Pada umumnya beban yang tidak merata dapat diindikasikan dengan mudah, dengan melihat hasil pengukuran arus netral. Apabila didapatkan data arus netral yang lebih besar atau sama dengan arus pada phase, maka jaringan tersebut patut dicurigai memiliki beban yang tidak seimbang. Indikasi beban tidak seimbang dapat pula dilihat dari besar arus di masing – masing phase (R-S-T) memiliki perbedaan yang besar.
4.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan:
1. Mencari data ukur beban dari Unit Operasi Distribusi(posko gangguan)2. Melakukan survey dan pengukuran langsung di lapangan(pengukuran beban dan cos ). Hasil pengukuran cos digunakan untuk analisa vektoris.3. Melakukan pemerataan beban di gardu E 311P dan PM 213, dengan jalan redistribusi beban.4. Mencari data peta Jaringan Tegangan Menengah dari aplikasi Mister2000, untuk mengetahui rute dan panjang jaringan.5. Mencari data konsumen di gardu E 311P dan PM 213 dari aplikasi TOAD(merupakan aplikasi untuk download database Mister 2000)6. Mencari data karakteristik kabel dari unit Logistik.
4.2. Pembahasan Pemerataan Beban Di Gardu E 311 P
Hasil pengukuran beban gardu E 311 P dari unit Operasi Distribusi pada bulan September 2007 adalah sebagai berikut:
Page 29
Tabel 4.1. Pengukuran Gardu Oleh Petugas Posko CondetKETERANGAN GARDU JR
SA R U S ( Amper ) TEGANGAN
SEKUNDER TRAFO(Volt)
R S T N R+S+T
Gardu : GK. 53 TRAFOType : RMU KVA : 100 kVAPenyulang : PENA Merk : TRAFINDOJml Trap : No.Seri / Thn :Trap ke : Cubicle : SIEMENS
Tgl Ukur : 29/01/2010 RAK TRJam Ukur : 19:15 Jml Jurusan : 2 bh Jrsn Terpakai : 2 bh
Alamat : JL. Trans Sulawesi DS. Ilangata Kec. Anggrek
AB
4020
60
539
44
17.8 7.6
29.4
10 8.8
18.8
62.8 66.6
129.4
R – S = 387S – T = 387R – T = 387
R – N = 225S – N = 225T – N = 225
Data di atas digunakan untuk menentukan gardu mana yang layak digunakan sebagai bahan penelitian pemerataan beban. Dari data pengukuran beban ini terlihat, bahwa Jurusan A dan Jurusan B mempunyai arus netral yang lebih besar daripada arus phasenya. Sehingga gardu GK. 53 layak untuk dilakukan penelitian evaluasi losses arus netral akibat beban tidak seimbang.Sebelum dilakukan pemerataan beban dilakukan pengukuran ulang, didapat data yang ditampilkan dalam tabel 4.2. Pada tabel 4.2 ini terlihat bahwa, beban di jurusan A dan B masih memiliki perbedaan yang sangat besar dan memiliki arus netral yang sangat besar, bahkan melebihi arus phase.Tabel 4.1. Pengukuran Gardu Oleh Petugas Posko CondetKETERANGAN GARDU JR
SA R U S ( Amper ) TEGANGAN
SEKUNDER TRAFO(Volt)
R S T N R+S+T
Gardu : GK. 53 TRAFOType : RMU KVA : 100 kVAPenyulang : PENA Merk : TRAFINDOJml Trap : No.Seri / Thn :Trap ke : Cubicle : SIEMENS
Tgl Ukur : 29/02/2010 RAK TRJam Ukur : 19:00 Jml Jurusan : 2 bh Jrsn Terpakai : 2 bh
Alamat : JL. Trans Sulawesi DS.
AB
4120
61
640
46
18.1 7.3
29.4
10.410.8
21.2
65.1 67.3
132.4
R – S = 387S – T = 387R – T = 387
R – N = 225S – N = 225T – N = 225
Page 30
Ilangata Kec. Anggrek
4.2.1. Kegiatan Pemerataan Beban Jurusan A GK. 53 (SKTR)Kegiatan pemerataan beban di jurusan A lebih mudah dan cepat, karena semua pelanggan langsung tersambung ke panel pembagi melalui MCB-MCB, sebagai pembatasnya. Wiring pada panel CDT 16409 sebelum pemerataan beban dapat digambarkan dalam gambar 4.1.Dari gambar terlihat bahwa phase T tidak mendapat beban sama sekali,sehingga pada hasil pengukuran terbaca beban T di jurusan C adalah 0 (tabel 4.2), dan phase S mempunyai beban yang sangat besar, sehingga beban terpusat di phase S. Hal inilah yang menyebabkan arus yang mengalir di kawat netral menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada arus yang mengalir di phase R(lihat tabel 4.2).Pada jaringan SKTR, semua beban(pelanggan) langsung terhubung kepanel, dan pada panel terdapat busbar kecil sesuai dengan urutan phase (R-S-T). sehingga pemerataan beban pada jaringan ini lebih mudah, dan pemindahan beban dilakukan dengan acuan beban yang sedang digunakan pelanggan saat itu. Beban yang sedang digunakan pelanggan dapat dengan mudah diukur dengan tang ampere. Hasil pengukuran beban pelanggan adalah sebagai berikut:
Page 31
ID PELNAMA
PELANGANArus Phase
547103959167 Ika oli’i 6,1 R
547103939177Sofyan harun 3 S
547103791774 Abd.rifal Alamri
6 R
547103827582Ike farida 11 R
547103898466Nining suriana 4 R
547103766504Hasan latif 2 T
547103791741Sofyan ahmad 3 S
547103791733 Hasim mohamad
3.1 R
547103791766Ratna dauhari 5 T
547103766512Umar sahib 1.7 R
547103766490Irfan djauhari 8.9 R
547103766482 Sunarto Djauhari
3 T
547104053797Moh. Latif 8.1 T
Dari hasil ukur beban yang sedang digunakan pelanggan, dapat disusunsuatu perencanaan pemerataan beban. Perencanaan pemerataan beban dilakukansebagai berikut, pelanggan di phase S dengan beban masing masing 6; 4,2; 8,2 Adipindah ke phase T dan pelanggan di phase S dengan beban 2,1 A dan 2,3 Adipindah ke phase R. Perencanaan pemeratan beban di panel CDT 16409ditabelkan dalam tabel 4.4
Sesuai dengan perencanaan pemerataan beban seperti di atas, wiringsambungan rumah pelanggan di panel CDT 16409 diubah menjadi berikut ini:
4.2.2. Kegiatan Pemerataan Beban Jurusan B Gd E 311P(SUTR)Berbeda dengan jaringan SKTR, pada jaringan SUTR pelaksanaankegiatan pemerataan beban lebih sulit, karena jaringan(kabel) bercampur menjadisatu. Selain hal itu, di sepanjang jaringan kita tidak dapat menentukan phase suatukabel, bahkan kesulitan membedakan jurusan kabel.Untuk memudahkan penelusuran kabel, maka dibutuhkan peta jaringanyang sudah dibuat di Mister 2000. Ternyata data Mister 2000 tidak dapatsepenuhnya diandalkan, karena ketika penelusuran jurusan di lapangan, terjadikesalahan data yang ditunjukkan oleh Mister 2000. Data mister 2000menggambarkan tiang CDT 10081 merupakan tiang ujung jurusan B gd E 311P.Ternyata setelah dilakukan pengecekan di lapangan, dengan mematikan sementarasalah satu fuse phase di Jurusan B, tiang CDT 10081 bukan jurusan B. karenapada tiang CDT 10081 semua phase masih bertegangan.Setelah dilakukan penelusuran, dapat ditemukan jurusan B, ternyatajurusan B tertukar dengan jurusan D pada data mister 2000. Setelah rute kabelditentukan maka langkah selanjutnya adalah pemerataan beban di tiang jurusan B.Dengan melihat peta di mister 2000 dapat ditentukan tiang mana saja yangterdapat banyak sambungan rumah(SR), sehingga dapat memindahkan bebanphase yang berat ke phase yang ringan.Data phase pelanggan yang ditunjukkan oleh Mister2000 juga banyakyang tidak valid, sehingga data phase pelanggan di Mister 2000 tidak dapatdigunakan sebagai acuan untuk pemerataan beban.Program pemerataan beban pada penelitian untuk penyusunan laporantelaahan staff ini dilakukan terhadap 5 tiang di Jurusan B. Data tiang yangdipindah phase sambungan rumahnya ditampilkan dalam tabel 4.4.Pelaksanaan pemerataan beban memerlukan data phase pelanggan yangakurat. Sedangkan data teknik dari Mister 2000 tidak dapat digunakan, karenadata yang ditampilkan tidak valid. Sehingga dalam program pemerataan beban ini,
Page 32
penentuan phase dengan manual, dengan jalan mematikan salah satu fuse phase digardu, kemudian di atas tiang di cek kabel mana yang tidak bertegangan.
Cara manual ini sangat mengganggu pemakaian listrik oleh pelanggan,karena listrik padam nyala beberapa saat. Idealnya digunakan alat utukmendeteksi phase dalam keadaan jaringan tetap nyala. Ketiadaan alat semacam inimenyebabkan kegiatan pemerataan beban ini belum optimal.Meskipun kurang optimal, tetapi dari hasil pemerataan beban ini didapathasil berupa penurunan arus netral di Jurusan B dan C. Sehingga penurunan arusnetral ini merupakan penekanan losses dengan jalan pemerataan bebanHasil pengukuran beban gardu setelah pekerjaan pemerataan beban adalah:Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Beban Setelah Pemerataan Beban
4.2.3. Perhitungan Penekanan Losses Arus Netral Di Jurusan CPengukuran arus netral dilakukan pada rak TR, sehingga hasil ukur arusnetral ini merupakan arus netral total keseluruhan dari jaringan tegangan rendahakibat impedansi beban yang tidak seimbang.Perhitungan losses disini, merupakan suatu perhitungan metodependekatan, karena arus netral yang mengalir dari setiap pelanggan sukar untuk
Page 33
ID PELNAMA
PELANGANArus Phase
547103959167 Ika oli’i 6,1 R
547103939177Sofyan harun 3 S
547103791774 Abd.rifal Alamri
6 R
547103827582Ike farida 11 R
547103898466Nining suriana 4 R
547103766504Hasan latif 2 T
547103791741Sofyan ahmad 3 S
547103791733 Hasim mohamad
3.1 R
547103791766Ratna dauhari 5 T
547103766512Umar sahib 1.7 R
547103766490Irfan djauhari 8.9 R
547103766482 Sunarto Djauhari
3 T
547104053797Moh. Latif 8.1 T
diukur secara bersamaan. Sehingga perhitungan dilakukan secara proporsionalberdasar besar MCB pembatas arus pelanggan sesuai daya kontrak.Perhitungan arus netral dilakukan dengan jalan menghitung arus yangmengalir melalui hantaran netral SR pelanggan. Besar arus netral tiap pelangganini sama dengan arus yang mengalir di hantaran phase SR. Perhitungan arus netraldilakukan dengan perbandingan arus netral (sesuai daya kontrak) dengan arusnetral pengukuran dari gardu, sehingga dirumuskan sebagai berikut:RUMUS
Untuk menghitung losses di kawat netral, maka harus diketahuipanjangnya penghantar netral untuk menentukan besarnya tahanan penghantar.Panjang penghantar jaringan diperoleh dari peta topografi jaringan dari mister2000(terlampir), diukur dengan mistar, kemudian panjang sebenarnya disesuaikandengan skala. Skala yang digunakan adalah 1 : 2700.Selain data panjang penghantar diperlukan pula data karakteristik darikabel yang digunakan. Data karakteristik kabel ini didapat dari data sheet kabelyang dikeluarkan oleh pihak pabrik kabel Tranka( PT Terang Kita). Pada JurusanC gardu E 311P menggunakan kabel SKTR dengan type NYFGBY denganpenampang kabel 10 mm2.
4.2.5. Analisa VektorisArus yang mengalir di kawat netral sebenarnya adalah total jumlah arus(secara vektoris) yang mengalir di hantaran phase. Di lapangan arus netral ini sulituntuk menjadi nol, karena beban dari tiap pelanggan tidak mungkin tepat samapersis pada saat yang bersamaan. Tetapi kita dapat merencanakan suatupemerataan beban, dengan berdasar daya kontrak pelanggan.Sehingga secara diagram, jaringan tegangan rendah dapat digambarkansebagai berikut:Gambar 4.4. Penyederhanaan Rangkaian JTRGambar 4.4. menggambarkan suatu penyederhanan rangkaian JTR mulaidari rak TR(V), JTR dan akhirnya ke peralatan pelanggan (Z). Dari gambarterlihat, bahwa setiap perangkat satu phase pelanggan mengalirkan arus ke netraldengan besar :RR
R ZI V ;SS
S ZI V ;TT
Page 34
T ZI VDalam satu jurusan, setiap pelanggan terhubung ke masing-masing phase,sehingga arus netral didapat dari penjumlahan secara vektoris arus yang melaluipenghantar phase.Dari data beban jurusan B pada tabel 4.2 dan tabel 4.5 dapat dibuat suatudiagram fasor antara arus tiap phase dan besar arus netral berikut besar sudutnya:ZR
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah saya melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di
PT. PLN (persero) dan saya banyak memperoleh keterangan dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kelistrikan. Pada PT. PLN
(persero) Ranting Kwandang saya mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. PT. PLN (persero) adalah BUMN yang bergerak di bidang energi
Kelistrikan untuk umum dan negeri.
2. PT. PLN (persero) adalah sarana yang sangat membantu bagi
masyarakat terutama dibidang teknologi, karena suatu teknologi
identik dengan energi listrik.
Page 35
3. Secara reorganisir PT. PLN (persero) Ranting Kwandang sudah
berjalan dengan baik dan pembagian wewenang sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing bagian.
4. Pelakuan PT. PLN (persero) Ranting Kwandang sangat baik dan
memuaskan bagi para pengguna jasa, serta prasarana yang cukup
memadai.
5. Lokasi PT. PLN (persero) Ranting Kwandang Kebumen sangat
strategis karena letaknya sangat dekat dengan konsumen.
B. SARAN-SARAN
Setelah saya melaksanakan Prakerin di PT PLN (persero) Ranting
Kwandang, maka saya memberikan saran-saran, antara lain :
1. Tingkatkan pelayanan kepada masyarakat atau para pengguna jasa.
2. Usahakan tepat waktu dalam melakukan pekerjaan karena dengan
kedisiplinan akan memperoleh hasil yang lebih baik.
3. Sebaiknya dibuatkan gudang penyimpanan kabel-kabel bekas dan
kertas kerja yang sudah tidak dapat digunakan lagi.
Page 36
C. PENUTUP
Setelah saya menguraikan hasil peninjauan dan penelitian PT. PLN
(persero) Ranting Kwandang secara sederhana maka saya hanya dapat
mengucapkan sykur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Laporan Prakerin ini dengan baik walaupun dalam
penyusunan masih banyak sekali kekurangan-kekurangan.
Bila dalam menyusun Laporan ini saya masih banyak kekurangan
maupun kesalahan-kesalahan tidak lupa saya minta maaf yang
sebesar-besarnya. Oleh karena itu, sudilah kiranya para pembaca
memberikan maaf pada saya dan saya bersedia menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun agar laporan yang saya susun lebih
sempurna.
Dan saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
Pimpinan dan karyawan PT PLN (persero) Ranting Kwandang yang
telah membimbing saya di Dunia Industri, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan ini dengan baik. Dan harapan saya semoga
laporan Prakerin ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Sekian dan terima kasih.
Page 37
DAFTAR PUSTAKA
1. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc, DR. Susumu Kuwahara. 1975. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
2. APEI Pusat. 2004. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang Teknik tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MUDA. Jakarta: APEI.
3. APEI Pusat. 2006. Materi kursus/Pembekalan Uji Keahlian bidang Teknik tenaga Listrik, Kualifikasi : AHLI MADYA. Jakarta: APEI.
4. Bambang Djaja. 1984. Distribution & Power Transformator. Surabaya : B & D.
5. Bonggas L. Tobing. 2003. Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
6. Bonggas L. Tobing. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. Daryanto Drs. 2000. Teknik Pengerjaan Listrik. Jakarta: Bumi Aksara.
8. Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK 2004 Bidang Keahlian Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenjur.
9. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2004. Sosialisasi Standar Latih Kompetensi (SLK) Tenaga Teknik
Page 38
Ketenagalistrikan Bidang Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta: Pusat Diklat Energi dan Ketenagalistrikan.
10. Imam Sugandi Ir, dkk. 2001. Panduan Instalasi Listrik untuk Rumah berdasarkan PUIL 2000. Jakarta: Yarsa Printing.
Page 39