isi jobshett bengkel smt 2 ,tahun 2011.doc

117
Jobsheet Bengkel Listrik Semester 2 (REL-236 ) 1 Pendahuluan Keselamatan Kerja Peraturan, Norma dan Standar Sistem Keselamatan Kerja a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah melaksanakan kegiatan belajar mahasiswa dapat memahami tentang prinsip-prinsip peraturan, norma dan standar sistem keselamatan kerja pada pekerjaan mekanik listrik dengan baik b. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dasar-dasar keselamatan kerja yang ada di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang RO No. 1 Th 1970. Pada pasal satu ayat lima misalnya, dikemukakan bahwa ahli keselamatan kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya UU No. 1 Th 1970. Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat diwadahi dalam bentuk Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Direktoral Perlindungan Perawatan Tenaga Kerja. Fungsi Direktorat ini antara lain: melaksanakan pembinaan, pengawasan, serta penyempurnaan dalam penetapan norma 1

Transcript of isi jobshett bengkel smt 2 ,tahun 2011.doc

STANDARD PEMASANGAN DAN TERMINASI

1Pendahuluan Keselamatan Kerja Peraturan, Norma dan Standar Sistem Keselamatan Kerja a.Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah melaksanakan kegiatan belajar mahasiswa dapat memahami tentang prinsip-prinsip peraturan, norma dan standar sistem keselamatan kerja pada pekerjaan mekanik listrik dengan baik

b. Dasar-Dasar Keselamatan KerjaTindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia.

Dasar-dasar keselamatan kerja yang ada di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang RO No. 1 Th 1970. Pada pasal satu ayat lima misalnya, dikemukakan bahwa ahli keselamatan kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya UU No. 1 Th 1970. Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat diwadahi dalam bentuk Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Direktoral Perlindungan Perawatan Tenaga Kerja. Fungsi Direktorat ini antara lain: melaksanakan pembinaan, pengawasan, serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja di bidang mekanik, bidang listrik, uap dan kebakaran.

Selain Undang-Undang yang mengatur keselamatan kerja, terdapat pula suatu organisasi lain yang dibentuk oleh perusahaan-perusahaan sebagai bagian dari struktur organisasi yang ada di perusahaan, yang disebut bidang keselamatan kerja. Selain organisasi-organisasi di atas ada satu organisasi yang konsen terhadap keselamatan kerja, misalnya organisasi Ikatan Higine Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang didirikan pada tahun 1971. Adapun tujuan organisasi tersebut antara lain 1) Menunjang terlaksananya tugas-tugas pemerintah, khususnya di bidang peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri, perkebunan, pertanian yang meliputi di antaranya tentang penanganan keselamatan kerja. 2) Menuju tercapainya keragaman tindak di dalam menanggulangi masalah antara lain keselamatan kerja.

c. Standar Keselamatan Kerja Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan digolongkan sebagai berikut: a) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan telinga. b) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri c) Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan. d) Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistem alarm, air hidrant, penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik, dan sebagainya.

Di samping penggolongan pengamanan tersebut di atas, standar keselamatan kerja terutama di bengkel mekanik listrik, ada urutan penanggung jawab keselamatan kerja. Seorang pengawas mempunyai tugas dan kewajiban antara lain: memberikan instruksi dengan benar kepada anak buahnya secara tepat dan aman untuk tiap-tiap bagian yang akan dikerjakan. Jika terjadi kecelakaan, seorang instrutur berkewajiban menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan kerusakan yang terjadi. Pengawas wajib melaporkan kepada atasannya atas kejadian kecelakaan tersebut, melaporkan tentang kerusakan mesin maupun alat-alat yang digunakan , mencatat peristiwa tersebut secara akurat dan tertib.

Seorang storeman (teknisi), bertugas dan bertanggung jawab penuh terhadap alat-alat dan mesin yang ada di ruang bengkel untuk : memelihara alat-alat kerja, memberikan layanan peminjaman alat bagi pekerja atau peserta praktikan, mencatat barang yang masuk dan keluar, mencatat jumlah barang yang ada di bengkel, dan mencatat kerusakan alat-alat kerja, baik alat tangan maupun peralatan mesin.

Seorang praktikan, mempunyai tugas dan kewajiban antara lain: mentaati segala peraturan dan instruksi yang ada. Ia berkewajiban melakukan pekerjaan dengan hati-hati dan aman, menjaga keutuhan alat dan kebersihan ruangan kerja, bertindak secara tepat jika terjadi kecelakaan dan melaporkan kepada guru.

d. Sistem Keselamatan Kerja Pratikan , teknisi maupun intruktur yang akan bekerja dalam lingkungan bengkel atau laboratorium khususnya dalam teknik kejuruan haruslah mengetahui tentang pengetahuan keselamatan kerja. Mereka juga harus mengetahui tata-cara bekerja secara benar, cara bekerja yang aman dan selamat baik bagi dirinya sebagai orang yang terlibat dalam pekerjaan itu maupun benda kerja yang dikerjakan serta lingkungan kerja di sekitarnya. Terjadinya kecelakaan menyebabkan kerugian pada tiap-tiap orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pekerjaan tersebut. Jika terjadi kecelakaan maka orang yang bersangkutan akan menderita sakit atau gangguan phyisik lainnya. Kerugian lainnya adalah kerugian benda, usaha kerja, kesehatan dan aktivitas sosial lainnya.

e. Sebab-Sebab terjadinya Kecelakaan Suatu kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab. Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan kecelakan tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama, tindakan yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang mendapat kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa contoh tindakan yang tidak aman, antara lain: a) Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat b) Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah c) Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung tangan atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya d) Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau alat perlengkapan lainnya. e) Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya di tenpat kerja f) Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau mengizinkan orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut belum mengetahui pekerjaan tersebut.

Di sisi lain, kecelakaan sering terjadi akibat kondisi kerja yang tidak aman. Berikut ini beberapa contoh yang menggambarkan kondisi kerja tidak aman, antara lain :tidak ada instruksi tentang metode yang aman, tidak ada atau kurangnya pelatihan si pekerja, memakai pakaian yang tidak cocok untuk mengerjakan tugas pekerjaan tersebut, menderita cacat jasmani, penglihatan kabur, pendengarannya kurang, mempunyai rambut panjang yang mengganggu di dalam melakukan pekerjaan penerangan ruang yang tidak mendukung.Persentase penyebab kecelakaan di bengkel kerja mesin berdasarkan penelitian ahli seperti Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Diagram Persentase Kecelakaan

di Bengkel Kerja Mesin Keterangan Gambar 1.1. Terluka akibat menyangkut barang

30%

2. Jatuh

20 %

3. Obyek yang jatuh

10%

4. Peralatan tangan

10%

5. Mesin

9 %

6. Menabrak benda

6 %

7. Alat angkut

5%

8. Terbakar

2%

9. Arus listrik

2 %

10. Zat berbahaya

1%

11. Lain-lain

5%f. Tindakan Menghindari Cara Kerja yang Tidak Aman Menghindarkan cara kerja yang tidak nyaman merupakan tanggung jawab semua pekerja yang bekerja di ruang kerja. Sebaliknya sikap yang tidak bertanggung jawab merupakan suatu tindakan kebodohan. Sikap yang bodoh menyebabkan bahaya bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu ikutilah instruksi supervisor (pengawas/pimpinan). Pakailah cara-cara kerja yang benar, tenang dan tidak ceroboh dalam segala hal jika akan memulai bekerja.

Kerja sama dari semua orang yang terlibat dalam bekerja sangat diperlukan dalam mencegah kondisi yang tidak aman. Kondisi kerja yang aman tidak hanya memiliki alat-alat yang bagus dan mesin yang baru. Kerjasama dari setiap individu tempat kerja merupakan hal yang sangat penting. Menjadikan tempat kerja yang bersih, sehat, tertib, teratur dan rapi merupakan syarat yang sangat menentukan keberhasilan kerja secara maksimal.

g. Mencegah Terjadinya Kecelakaan Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah hal yang lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab. Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan kerusakan peralatan sekecil apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau ringan jika dibiarkan maka semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi kesalahan yang serius jika hal tersebut tidak segera diperbaiki.

Peralatan perlindungan anggota badan dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan yang dilakukan. Pada Gambar 2 diperlihatkan beberapa Alat Pelindung Diri (APD) anggota badan, terdiri dari pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung. Penggunaan alat pelindung ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Sebagai contoh pelindung mata, pakailah kaca mata atau gogles untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan bunga api, loncatan logam panas dan sebagainya.

Rangkuman :Keselamatan kerja manusia secara terperinci antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia. Dasar-dasar keselamatan kerja yang ada di Indonesia antara lain telah diatur dalam Undang-Undang RO No. 1 Th 1970. Pada pasal satu ayat lima misalnya, dikemukakan bahwa ahli keselamatan kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya UU No. 1 Th 1970. Standar Keselamatan Kerja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu pelindung badan, pelindung mesin, alat pengaman listrik, pengaman ruang. Tugas : 1) Pelajarilah uraian materi tentang prinsip-prinsip peraturan, norma dan sistem keselamatan kerja pada pekerjaan mekanik listrik ! 2) Sebutkan standar-standar keselamatan kerja yang perlu diperhatikan ? Tes Formatif :1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan tindakan keselamatan kerja !2) Sebutkan dasar-dasar keselamatan kerja yang anda ketahui 3) Apakah sasaran tindakan keselamatan kerja ?4) Bagaimanakah cara melakukan pencegahan terjadinya kecelakaan di bengkel mekanik elektro ! 5) Buatlah poster tentang tindakan keselamatan kerja di bengkel listrik menggunakan kertas ukuran A4 !

Kunci Jawaban Formatif 1) Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya. 2) a) Undang-Undang RI No. 1 Th 1970. b) Peraturan yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Direktoral Perlindungan Perawatan Tenaga Kerja. c) Kebijakan yang dibuat oleh organisasi Ikatan Higine Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 3) Mencegah terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap, mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi, pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan umat manusia. 4) a) Kecelakaan dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan. b) Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab. c) Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan kerusakan peralatan sekecil apapun kepada atasannya. d) Semua orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan

Kesehatan dan keselamatan kerja :

1) Tersedia kotak PPPK sebagai suatu keharusan yang harus disediakan, dengan isinya antara lain : obat pusing, bethadin, pencuci mata (poor woter), kapas, dan plester atau perban.2) Diperlukan kesadaran akan tindakan keselamatan kerja dari semua unsur

3) Adanya kerja sama yang sinergis antar pengguna dan yang terkait dengan ruang kerja tersebut serta selalu menjunjung tinggi peran dan tanggung jawabnya masing-masing.

4) Upaya tindakan keselamatan kerja yang perlu dilakukan antara lain adalah sebagai berikut : a) Tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan harus dilakukan

dengan rasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tindakan keselamatan kerja. b) Sikap hati-hati dan kesungguhan di lingkungan tempat kerja. c) Hindarkanlah bertengkar l

d) Jangan bersendau-gurau, bermain atau melawak tanpakontrol e) Jangan bermain api, listrik, udara kompresor atau semprotan air di tempat/ruang kerja bengkel !

f) Jangan melemparkan sesuatu ke tempat kerja dan berkonsentrasilah pada pekerjaan yang sedang dikerjakan dan sadarlah apa yang terjadi di sekeliling tempat kerja ! 2Pengertian KompetensiApakah itu kompetensi kerja ? kompetensi kerja adalah spesifikasi dari sikap, pengetahuan dan keterampilan atau keahlian serta penerapannya secara efektif dalam pekerjaan sesuai dengan standar kerja yang dipersyaratkan.Apakah itu sertifikasi kompetensi ? sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi kerja baik yang bersifat nasional, khusus maupun internasional.Apakah manfaatnya bagi seseorang memiliki sertifikat kompetensi ? seseorang yang memiliki sertifikat kompetensi maka ia akan mendapatkan bukti pengakuan tertulis atas kompetensi kerja yang dikuasainya.Siapakah yang dapat melaksanakan sertifikasi profesi ? sertifikasi dilaksanakan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi )yang telah dilisensi oleh BNSP. Pelaksanaan sertifikasi pada bidang pekerjaan atau profesi yang belum terbentuk LSP-nya dilaksanakan oleh BNSP.Siapa sajakah yang dapat mengikuti sertifikasi kompetensi ? sertifikasi terbuka bagi setiap tenaga kerja tanpa diskriminasi dan bersifat transparan.Apakah maksudnya diadakan uji kompetensi ? pelaksanaan uji kompetensi dimaksudkan sebagai sarana untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid, berlaku sekarang/terkini/current serta otentik sebagai dasar apakah peserta uji sudah kompeten atau belum kompeten terhadap unit kompetensi yang diujikan.Apakah yang dimaksud dengan kemasan sertifikasi ? sertifikasi kompetensi dapat dikemas dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sektor/industri. Kemasan sertifikasi dimaksud dapat berupa Unit Kompetensi (single), Klaster/cluster kompetensi atau okupasi kualifikasi.Setiap kemasan berisi sejumlah unit kompetensi yang telah distandarkan dan diverifikasi. Kemasan klaster kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan pengguna industri dan dapat didesain sebagai cicilan menuju kearah kualifikasi.Bagaimanakah penentuan kemasan kualifikasi tersebut ? kemasan kualifikasi ditentukan berdasarkan kesepakatan dari sektor dan mengikuti acuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistim Pelatihan Kerja Nasional Indonesia yang menetapkan ada 9 level kualifikasi yaitu dari Sertifikat I sampai dengan sertifikat IX.

Uji Kompetensi.Uji kompetensi adalah proses penilaian (assessment) baik teknis maupun non teknis melalui pengumpulan bukti yang relevan untuk menentukan apakah seseorang telah kompeten atau belum kompeten pada suatu unit kompetensi atau kualifikasi tertentu.Bagaimanakah sifat uji komptensi itu ?Uji kompetensi bersifat terbuka, tanpa diskriminasi dan diselenggarakan secara transparan. Prinsip - prinsip yang yang harus dipenuhi dalam uji kompetensi adalah valid, reliabel, fleksibel, adil, efektif dan efisien, berpusat kepada peserta uji kompetensi. Memenuhi syarat keselamatan kerja. Peserta uji kompetensi adalah tenaga kerja yang sudah memiliki latar belakang pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja yang relevan dengan standar kompetensi yang akan di ujikan.Bagaimanakah prosedur uji kompetensi itu ?1. Informasi/Pertimbangan mengikuti uji kompetensi. Peserta akan mendapatkan informasi mengenai proses uji kompetensi dan kemasan sertifikasi yang akan diujikan. Berdasarkan informasi ini maka calon peserta uji dapat mempertimbangkan diri apakah dirinya telah siap dan mampu untuk mengikuti kompetensi. Aoabila sudah merasa siap maka calon peserta dapat mendaftarkan diri ke LSP yang sesuai dengan profesinya dan mengajukan aplikasi.

2. Pengajuan permohonan dan pendaftaran untuk mengikuti Uji Kompetensi.

3. Pelaksanaan pra-assessment/penilaian kepada calon peserta berupa wawancara dan atau penelaahan terhadap dokumen/bukti-bukti pendukung. Calon peserta yang telah memenuhi syarat akan dijadwalkan untuk mengikuti uji kompetensi. Sedangkan calon peserta yang belum memenuhi syarat direkomendasikan untuk mengikuti pelatihan atau menambah pengalaman kerja yang relevan.

4. Pelaksanaan Uji Kompetensi bagi peserta yang dinyatakan memenuhi persyaratan. Uji kompetensi dapat berupa tes tertulis, uji praktek/demonstrasi maupun observasi ditempat kerja maupun kombinasi dari beberapa metode dimaksud. Uji dimaksud dilakukan oleh Asesor teregistrasi BNSP dengan memakai Materi Uji Kompetensi (MUK) yang disusun berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

5. Apabila uji kompetensi telah dilaksanakan maka asesor akan menyampaikan rekomendasi kepada LSP terkait sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan apakah peserta uji kompetensi dinyatakan telah kompeten atau belum. Apabila peserta dinyatakan kompeten maka akan diberikan sertifikasi kompetensi. Sedangkan peserta yang dinyatakan belum kompeten dapat mengajukan banding atau mengikuti uji ulang.Apakah itu Sertifikat Kompetensi ?

Sertifikat Kompetensi, adalah bukti pengakuan tertulis atas penguasaan kompetensi kerja pada jenis profesi. Sertifikasi kompetensi memiliki jangka waktu/validasi masa berlakunya sesuai dengan jenis dan kualifikasi kompetensinya.

Berapa lamakah berlakunya sertifikat kompetensi ?

Masa berlakunya sertifikat kompetensi ditentukan oleh masing-masing LSP. Jika masa berlaku sertifikat telah habis maka dapat dilakukan resertifikasi atau diperbaharui/divalidasi sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Siapakah yang berwenang mengatur standar format dan isi sertifikat kompetensi ?

Standar format dan isi sertifikat kompetensi diatur oleh BNSP, berikut kodifikasi dan kerahasiahannya agar tidak mudah dipalsukan.

Apakah kewajiban pemegang sertifikat kompetensi ?

Pemegang sertifikat kompetensi wajib menjaga sertifikatnya dan apabila terjadi kerusakan/kehilangan dapat melaporkan ke LSP untuk dimintakan duplikatnya. Pemegang sertifikat kompetensi wajib mengembangkan dan memelihara kompetensinya ditempat kerja.DAFTAR LSP YANG SUDAH MENDAPAT LISENSI DARI BNSP

LSP Teknis Otomotif Indonesia, Gd.BTTK Jl. Sawah Barat Raya, Duren Sawit, Jakarta Timur.

LSP Telematika Indonesia, Wisma Metropolitan I, Lt 10 Jl. Jend.Sudirman Kav.29 Jakarta 12920

LSP Tenaga Laboratorium Penguji Indonesia (TELAPI), Jl. Kramat VII No. 11 Jakarta.

LSP Logam dan Mesin Indonesia, Jl.MH.Thamrin No. 8 Gedung BPPT Lt.15 Jakarta.

LSP Lembaga Keuangan Mikro (LSP Certif), Gd.LPPI Lt 3 Jl.Kemang Raya No. 35 Keb.Baru Jaksel.

LSP Tata Laksana Rumah Tangga, Gd.Nuansa Commercial Estate, Jl.TB Simatupang No. 17 Jaktim.

LSP Sekuriti Indonesia, Wijaya Graha Puri Blok D/16 Lt.3 Jl. Wijaya II Kebayoran, Jakarta Selatan.

LSP Garmen, Jl.Kebon Sirih No. 3D Lt.2 Jakarta Pusat.

LSP Pariwisata, Jl. Bazoka Raya I/1 No. 10 Kav.Hankam, Joglo Kembangan Jakarta Barat.

LSP Lembaga Uji Kompetensi (LUK), Komp.Taman Bunga Wiladatika Jl. Jambore Cibubur, Jakarta Timur.

LSP Maritim Indonesia, Komp. Duta Mas Fatmawati Blok C2/6 Jl. RS. Fatmawati No. 39 Jakarta Selatan.

LSP Lembaga Sertifikasi Kompetensi TKI (LSK), Jl.KH.Abdullah Syafe'i No. 25 B Casablanca Tebet, Jakarta Selatan.

LSP Minyak dan Gas (PPT Migas), Jl. Sorogo No. 1 Cepu Kab. Blora, Jawa Tengah.

LSP APSI, c/o Adhi Graha Lt. 18 (Periska), Jl.Jend.Gatot Subroto Kav. 56 Jakarta.

LSP IATKI (Ikatan Ahli Teknik Ketenagalistrikan Indonesia ) - Bandung.

LSP COATING Indonesia, Jl.Riung Mulia No. 4 Pav. Bandung 40295

LSP Geomatika, Jl. Raya Jakarta - Bogor Km 46, Cibinong, Tlp. 021-87901254

LSP TIK Indonesia, AMD Education Center, Jl. Pucang Anom Timur 23 Lt. 2 Surabaya.

LSP Pariwisata Indonesia, Jl. Gatot Subroto Barat 459 C Denpasar Bali.

LSP TLRT Nusantara, Jl. Abdul Wahab Siamin, Ruko Vila Bukit Mas RN 18 Surabaya, Jawa Timur.

LSP Cohespa, Jl. Bratang Binangun No. 33 Surabaya Jawa Timur, tlp. 031-5054551

LSP Pariwisata Nusantara, Jl.DR.Setiabudhi 186 Bandung 40141

LSP Kecantikan, Puspita Martha, Jl. KH Wahid Hasyim No. 19-21 Jakarta.

LSP LAS, Aldevco Octagon Building 3rd Floor DEN Jl. Warung Buncit Raya No. 75 Jakarta Selatan.

LSP PERHAPI, Gd. Mineral & Batubara Lt.8 Jl.Prof Dr.Soepomo SH No. 10 Jakarta 12870

LSP Koperasi Jasa Keuangan (KJK), Jl. Raya Pasar Minggu Km. 17 Jakarta Selatan 12790

LSP Badan Sertifikasi Manajemen Resiko (BSMR), Menara BDN Lt. 18 Jl. MH Thamrin No. 5 Jakarta.

LSP LAS ITPI, Jl. Sunan Giri No. 5 B Jakarta Timur 13220

LSP Teknisi Akutansi, Gd. Graha Akuntan Jl. Sindangjaya No. 1 Menteng Jakarta.

LSP Perbankan (LSPP), Mandiri Tower Lt. 9 Bapindo Plaza Jl. Jend.Sudirman Kav. 54-55 Jakarta 12190

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI (BNSP)

Kualitas sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan bangsa dan negara. Dalam kaitan dengan bidang ketenagakerjaan, kualitas sumber daya manusia tercermin dari kompetensi kerja dan profesionalisme tenaga kerja. Badan Nasional Sertifikasi Profesi sebagai lembaga pelaksana uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi kerja, pada dasarnya adalah lembaga penjamin mutu kompetensi tenaga kerja dalam rangka peningkatan daya saing nasional.Apa dan Siapa BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dibentuk berdasarkan Peraturan Nomor 23 tahun 2004 atas perintah UU Nomor 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan. BNSP merupakan badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden. BNSP bertugas menyelenggarakan sertifikasi kompetensi profesi bagi tenaga kerja. Pembentukan BNSP dimulai dariSKB Menteri Tenaga Kerja, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Industri dan Perdagangan serta Ketua Umum Kadin Indonesia pada bulan Mei 2000.

Pembentukan BNSP merupakan bagian integral dari pembangunan sistem kelembagaan paradigma baru pengembangan SDM berbasis kompetensi. Dalam pengembangan SDM berbasis kompetensi ada tiga pilar utama yang harus dibangun secara sinejik, yaitu pengembangan standar kompetensi nasional, pengembangan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, serta pengembangan sistem dan kelembagaan sertifikasi kompetensi yang independen.

Dalam melaksanakan tugasnya BNSP dapat mendelegasikan pelaksanaan uji coba kompetensi dan sertifkasi kompetensi profesi tersebut kepada Lembaga Uji Kompetensi (LSP) melalui lisensi.

Visi dan Misi BNSPVisiMenjadi lembaga otoritas sertifikasi profesi yang independen dan terpercaya dalam menjamin kompetensi tenaga kerja di dalam maupun luar negeri.Misi Mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi profesi yang terperaya.

Meningkatkan rekognisi dan daya saing tenaga kerja Indonesia di dalam maupun di luar negeri.

Membangun kerjasama saling pengakuan sertifikasi kompetensi secara internasional.Tugas dan Fungsi BNSPBNSP memiliki tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja bagi tenaga kerja. Untuk melaksanakan tugas tersebut BNSP melaksanakan fungsi : Verifikasi standar kompetensi;

Pemberian lisensi;

Pengaturan dan pengendalian pelaksanaan sertifikasi kompetensi;

Kerjasama kelembagaan dan promosi;

Pengembangan sistem dan manajemen mutu.Kerjasama KelembagaanBNSP menjalin kerjasama kelembagaan yang erat dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Profesi, Lembaga Pelatihan Profesi serta Lembaga sejenis dan pembina kelembagaanKepengurusan BNSP terdiri dari Ketua merangkap anggota dan Anggota yang terdiri dari unsur masyarakat dan unsur pemerintah. Mereka mewakili berbagai sektor ekonomi dan berbagai bidang profesi.3Instalasi Pemanfaatan Tenaga ListrikPersyaratan Umum Instalasi Listrik harus mengacu pada PUIL-2000, sebagai acuan dalam perancangan, pemasangan, pengamanan dan pemeliharaan instalasi di dalam bangunan. Peraturan Instalasi Ketenagalistrikan untuk perancangan instalasi mengacu SNI, IEC, PUIL atau Standar lain berdasarkan the best engineering practies dan dilakukan oleh Perusahaan Jasa Perancangan Teknik yang telah disertifikasi. Peraturan Instalasi ketenagalistrikan untuk bidang konstruksi, dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi bidang ketenagalistrikan yang telah di sertifikasi. Hasil konstruksi/pemasangan perlu diinspeksi oleh inspektur (perorangan) atau perusahaan jasa inspeksi teknik. Testing atau pengujian dilakukan untuk memastikan dan menjamin instalasi tenaga listrik telah memenuhi standar keselamatan dan standar unjuk kerja. Testing ini dilakukan oleh lembaga/perusahaan jasa inspeksi teknik yang telah diakreditasi.

Operasi dan Pemeliharaan Instalasi, merupakan tanggung jawab setiap pemilik dan perusahaan O & M, dan dilakukan oleh tenaga teknik yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang ada, diinspeksi secara berkala sesuai dengan persyaratan pelaporan operasi dan pemeliharaan.

Pelarangan memproduksi, mengimpor atau mengedarkan peralatan/pemanfaat listrik yang tidak memiliki label keselamatan dan/atau label efisien. Penerapan sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran. Peraturan Tenaga Teknik Sektor Ketenagalistrikan. Tujuan sertifikasi tenaga teknik :

a. Klasifikasi tenaga teknik sesuai kualifikasi.

b. Memastikan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga teknik yang kompeten.

c. Memastikan tenaga teknik yang bekerja di dalam negeri bersertifikasi.

d. Menjamin tersediannya tenaga teknik memahami tentang keandalan, keselamatan dan lindungan lingkungan.

e. Tenaga Teknik untuk Usaha Penunjang Tenaga Listrik.

f. Kualifikasinya ditentukan menurut standar kompetensi.

g. Sertifikasi dilakukan oleh Organisasi Profesi yang berakreditasi.

Organisasi Profesi Tenaga Teknik dibentuk untuk membantu membuat atau menetapkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi program akreditasi dan sertifikasi personil atau pengembangan kurikulum dan program pendidikan dan pelatihan. Jasa Pendidikan dan Pelatihan mencakup usaha menciptakan sumber daya manusia yang berkualifikasi, menyiapkan SDM agar lulus sertifikasi, yang dilakukan oleh lembaga diklat yang terakreditasi.

Standarisasi dan Sertifikasi

Liberalisasi perdagangan telah mengubah tatanan dunia kerja menjadi baru. Dunia kerja yang baru tidak lagi dibatasi oleh pagar-pagar geografis atau ideologi bahkan telah tercipta suatu keadaan di mana barang dan jasa sejenis akan mengacu pada suatu standar yang secara umum sama tetapi mempunyai kekhususan tertentu dari setiap produsen. Daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya dan sangat erat kaitannya dengan kompetensi kerja. Sertifikasi kompetensi membuka peluang lebih besar bagi pekerja untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensinya dan menjadi kompetitif baik di pasar tenaga kerja dalam maupun luar negeri.

Tujuan sertifikasi kompetensi adalah untuk memberi kerangka pembangunan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang harmonis dan digunakan sebagai acuan bagi seluruh sektor, untuk menghasilkan tenaga kerja Indonesia yang kompeten, profesional dan kompetitif. Terciptanya sistem standarisasi dan sertifikasi kompetensi kerja nasional yang efisien dan efektif diharapkan dapat menghasilkan:

a. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang bermutu serta selaras dengan Standar Internasional untuk kebutuhan jaminan mutu internal dan kesepakatan perdagangan dalam usaha manufaktur maupun jasa.

b. Sistem penerapan standar yang dapat menunjang peningkatan efisiensi dan produktivitas.

c. Keunggulan kompetitif tenaga kerja Indonesia di pasar global

d. Informasi standarisasi kompetensi yang diperlukan oleh pelaku usaha, pemerintah dan konsumen dalam rangka meningkatkan daya saing perdagangan domestik maupun internasional.

Undang-undang No. 15 Tahun 1985, pasal 15, ayat (1) menyatakan bahwa pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan dan pemegang izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum wajib: (1) menyediakan tenaga listrik, (2) memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, dan (3) memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan umum. Pada pasal 17 disebutkan bahwa syarat-syarat penyediaan, pengusahaan, pemanfaatan instalasi, dan standarisasi ketenagalistrikan diatur oleh Pemerintah. Tugas Pemerintah seperti disebutkan dalam pasal 18 antara lain, (1) melakukan pembinaan dan pengawasan umum terhadap pekerjaan dan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan, dan (2) pembinaan dan pengawasan umum tersebut meliputi keselamatan kerja, keselamatan umum, pengembangan usaha, dan terciptanya standarisasi dalam bidang ketenagalistrikan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 tahun 2005 sebagai perubahan PP No. 10 Tahun 1989 tentang penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik, khususnya pada pasal 21 disebutkan bahwa:

(a) Setiap usaha penyediaan tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan,

(b) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan meliputi standarisasi, pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik,

(c) Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan untuk penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik harus dikerjakan oleh Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi,

(d) Dalam hal di suatu daerah belum terdapat Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang telah disertifikasi, Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dapat menunjuk Bada Usaha Penunjang Tenaga Listrik.

Sedangkan terkait dengan pemeriksaan instalasi, pada pasal 21 disebut-kan bahwa,

(a) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaan dan instalasi pemanfaatan tegangan tinggi (TT) dan tegangan menengah (TM) dilaksanakan oleh lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi,

(b) Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tegangan rendah (TR) oleh lembaga inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba,

(c) Pemeriksaan instalasi TR yang dimiliki oleh konsumen TT dan atau TM dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang diakreditasi, dan

(d) Setiap lembaga teknik yang bekerja dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi.

Lingkup regulasi teknik mencakup dua aspek yaitu aspek insfrastruktur teknologi dan aspek keselamatan. Aspek infrastruktur teknologi mengatur antara lain;

(a) persyaratan akreditasi dan sertifikasi,

(b) standardisasi sistem, instalasi, peralatan, lengkapan dan pemanfaat listrik serta lingkungan dan tenaga teknik,

(c) peningkatan komponen dalam negeri,

(d) peningkatan kualitas dan kuantitas,

(e) percepatan alih teknologi.

Sedangkan aspek keselamatan mengatur antara lain,

(a) penetapan standar dan pemberlakuannya,

(b) kelaikan instalasi tenaga listrik,

(c) kelaikan peralatan dan pemanfaatan listrik,

(d) kompetensi tenaga listrik, dan

(e) perlindungan lingkungan.

Acuan yang melandasi regulasi keteknikan sektor ketenagalistrikan antara lain peraturan perundang-undangan, standar peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, standar kompetensi, baku mutu lingkungan, Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, inspeksi ketenagalistrikan dan sanksi-sanksi.

Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi sebagai suatu kebutuhan yang harus segera dipenuhi dalam mengikuti kemajuan teknologi yang semakin pesat. Tuntutan atas spesialisasi pekerjaan, dan persaingan global yang makin tajam yang memerlukan ketangguhan perusahaan dan kompetensi profesi. Dengan globalisasi yang bercirikan keterbukaan dan persaingan, membawa akibat suatu ancaman dan sekaligus peluang bagi tenaga kerja di semua negara. Bagaimana mewujudkan tenaga kerja yang kompeten harus melalui proses sertifikasi profesi berdasarkan standar kompetensi yang berlaku secara internasional. Implikasinya lembaga penyedia tenaga kerja baik sekolah, politeknik, akademi, perguruan tinggi, maupun lembaga pendidikan dan latihan dituntut menyelenggarakan pendidikan profesi berbasis kompetensi.

Peraturan yang telah diberlakukan mengenai standarisasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan adalah Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) nomor 2052.K/40/MEM/ 2001 tanggal 28 Agustus 2001 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, meliputi;

(1) Perumusan Standar Kompetensi,

(2) Akreditasi dan Sertifikasi Kompetensi,

(3) Pembinaan dan Pengawasan,

(4) Sanksi Administrasi, dan

(5) Ketentuan Peralihan.

Tujuan standardisasi kompetensi tenaga teknik adalah untuk:

(a) Menunjang usaha ketenagalistrikan dalam mewujudkan penyediaan tenaga listrik yang aman, andal dan akrab lingkungan,

(b) Mewujudkan peningkatan kompetensi tenaga teknik, dan

(c) Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan pada usaha ketenagalistrikan.

4PEMASANGAN DAN TERMINASIPemasangan instalasi listrik tegangan rendah, untuk instalasi listrik rumah tinggal / gedung terdapat pemasangan yang terdiri atas beberapa peralatan yang diantaranya adalah:

1. Pipa listrik

2. Kotak hubung

3. Saklar

4. Kotak kontak

5. Penghantar

6. Elektroda Pembumian (grounding /arde )

7. Perlengkapan Hubung Bagi (PHB)

8. Inbow doos

9. Roset

10. Accesories

Untuk pemasangan peralatan tersebut di atas memerlukan beberapa persyaratan dan standarisasi.

PIPA LISTRIK

1. Pipa union2. Pipa PVC

3. Pipa Fleksibel

4. Pipa kampuh / duct1. Pipa UnionPada umunya pipa instalasi dijual dalam potongan empat meter, diameternya berbeda-beda. Pipa instalasi harus cukup tahan terhadap tekanan mekanis, tahan panas dan lembab dan tidak boleh menjalarkan nyala api.

Permukaan luar maupun dalam pipa intalasi harus licin dan rata, dan dilindungi dengan baik terhadap karat. Jadi bagian luar maupun dalam pipa baja harus dicat dengan meni.

Pipa baja lebih kuat dan lebih tahan terhadap panas dan nyala api. (Pipa PVC tidak dapat digunakan untuk suhu kerja normal di atas 60 derajat Celsius.

Sebaliknya pipa baja yang berada dalam jarak jangkauan tangan dan dipasangterbuka, harus ditanahkan secara sempurna, kecuali bilamana pipa baja tersebut digunakan untuk menyelubungi kabel berisolasi ganda (misalnya NYM), atau hanya untuk menyelubungi kawat pentanahan.

Tindakan ini dimaksudkan sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan isolasi pada hantaran di dalam pipa. Pada ujung bebas dari pipa instalasi harus dipasang selubung masuk (tule) yang berbentuk baik, tahan lama dan cocok ukurannya. Untuk pipa PVC tidak diperlukan selubung masuk.

Pembengkokan pipa instalasi harus dilaksanakan sedemikian sehingga tidak terjadi penggepengan. Jari-jari lengkungnya, diukur sampai bagian dalam dari lengkungan, harus sekurang-kurangnya sama dengan :

3D untuk pipa PVC

4D untuk pipa baja sampai dengan usuran 16 mm atau 5/8

6D untuk pipa baja yang ukurannya melebihi 16 mm atau 5/8

*dimana D sama dengan diameter luar pipa instalasi.

Pipa instalasi yang tidak ditanam dengan sempurna, harus dipasang secara baik dengan menggunakan alat penompang atau klem yang cocok. Jarak antara alat-alat penompang itu tidak boleh melebihi satu meter.

Khusus untuk pipa baja dengankampuh terbuka atau kampuh terlipat berlaku :

1. Pipanya tidak boleh dibengkokkan

2. Pada pemasangan mendatar, alur kampuhnya harus mengadap dinding

2. Pipa PVC

Pipa instalasi PVC memiliki antara lin sifat-sifat berikut ini:

-Daya isolasinya baik sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan tanah ( gangguan tanah dapat menimbulkan kebakaran).

-Tahan terhadap hampir semua bahan kimia, jadi tidak perlu dicat.

-Tidak menjalarkan nyala api

-Mudah digunakan

Pipa PVC tidak dapat digunakan untuk suhu kerja normal di atas 60 derajat celcius.

Di tempat-tempat yang diperlukan, pipa PVC harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis, misalnya di tempat-tempat penembusan lantai

PENGISIAN HANTARAN DALAM PIPA

Dalam pemasangan hantaran, rel dan perlengkapan hubung bagi untuk arus bolak-balik harus dihindari kemungkinan terjadinya panas yang berlebihan akibat adanya arus pusar pada pipa logam atau kerangka logam/feromagnetik.

Maka perlu salah satu cara mengatasi dalam pemasangan tersebut dengan pengelompokan kabel dalam salah satu pipa sebagai berikut (dan untuk menjaga salah sambung)

Untuk hantaran pengaman Protective Earth (PE) atau Protective Earth Neutral (PEN) bisa dipasang di luar pipa tersebut agar memperkecil kemunginan tertukar/terhubung dengan hantaran fasa.

Dilarang di dalam pipa instalasi logam maupun PVC ada sambungan hantaran, sambungan ini harus dala kotak sambung/kotak cabang yang diperuntukkan untuk maksud itu.

Pengisian pipa untuk penghantar (PUIL tahun 2000)

Faktor pengisian maksimum seperti

NOJumlah hantaran dalam pipaFaktor pengisian (%)

1

2

31

2

3 atau lebih50 % dari luas penampang dalam pipa

33 % = 1/3 ,,

40 % ,,

KOTAK HUBUNG / KOTAK TARIK / KOTAK CABANG

Untuk mempertimbangkan keamanan dari bahay listrik dan juga dari segi pelaksanaan pemasangan kabel dalam pipa maka untuk merangkaikan pipa instalasi digunakan benda bantu.

Pada saluran yang panjang harus dipasang cukup banyak kotak tarik. Jarak antara kotak tarik ditentukan oleh panjang pegas tarik yang digunakan untuk menarik kabel ke dalam pipa. Panjang pegas tarik yang ada adalah 10 dan 20 m.

Antara dua kotak tarik tidak boleh lebih dari 4 benda bengkok atau ;ebih dari 20 m pipa lurus. Benda bengkok S ringan, juga disebut bayonet, dihitung sebagai satu benda bengkok.

Kalau tidak perlu, dalam kotak tarik kabelnya tidak boleh dipotong atau kemudian disambung lagi.

Untuk pemasangan pipa PVC, sok dan benda bengkok jarang digunakan. Belokan-belokan yang diperlukan dibuat pada pipanya sendiri. Dengan demikian tidak ada kemungkinan terlepasnya suatu benda bengkok pada waktu kabel ditarik ke dalam pipa.

Untuk membuat cabang pada instalasi pipa harus digunakan kotak cabang empat. Kotak-kotak cabang ini dan juga kotak-kotak tarik harus mudah dicapai, jadi misalnya tidak boleh diletakkan di belakang lapisan dinding yang sulit dilepas.

Penyambungan kabel dalam instalasi pipa hanya boleh dilakukan di dalam kotak cabang atau kotak tarik. Sambungannya harus baik dan kuat dipilin kemudian ditutup sambungannya dengan lasdop.

Supaya isolasi sambungan baik, mutu lasdop harus baik. Isolasi sambungan harus menyamai penghantar-penghantar yang disambung.

Satu lasdop tidak boleh disambung lebih dari lima kawat.

Jumlah sambungan dalam kotak sambung, yaitu kotak tarik atau kotak cabang, harus dibatasi supaya kotaknya masih dapat ditutup dengan baik.

Lubang-lubang pipa pada kotak sambungan diberi batas penahan, agar supaya pipa tidak dapat masuk ke dalam kotak.

Menurut sistem pemasangan instalasi, dapat dibedakan jenis-jenis kotak sambung di antaranya :

a.kotak normal

b.kotak sentral

c.kotak banula

d.kotak rangkaian ganda

Instalasi pipa pasangan dalam

Gambar Kotak Sambung / HubungSAKELAR

Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungan rangkaian listrik.

Pemisah digunakan untuk memisahkan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak terbeban atau hampir tidak terbeban. Pemisah tidak memiliki pemutusan sesaat, kecepatan pemutusannya tergantung pada pelayanannya.

Sakelar, adakalanya juga disebut sakelar beban, memiliki pemutusan sesaat. Pada saat sakelarnya akan membuka untuk memutuskan rangkaian, sebuah pegas akan diregangkan. Pegas inilah yang menggerakkan sakelarnya sehingga dapat memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat pendek. Jadi kecepatan pemutusannya ditentukan oleh pegas dan tidak tergantung pada pelayanan. Karena cepatnya pemutusan, kemungkinan timbulnya busur api antara kontak-kontak pemutusan hanya kecil. Berbeda dengan pemisah, sakelar (beban) dapat digunakan untuk memutuskan rangkaian dalam keadaan terbeban.

Sakelar dan pemisah harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain : a. harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu.

b. Jumlahnya harus sedemikian hingga semua pekerjaan pelayanan, pemeliharaan dan perbaikan pada instalasi dapat dilakukan dengan aman.

c. Dalam keadaan terbuka, bagian-bagian sakelar atau pemisah yang bergerak harus tidak bertegangan.

d. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya berat.

e. Kemampuan sakelar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A

KOTAK KONTAK DAN TUSUK KONTAK

Kontak tusuk digunakan untuk menghubungkan lata pemakai listrik yang dapat dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Sebuah kontak tusuk selalu terdiri dari bagian yang memberi aliran, dan bagian yang menerima aliran.

Kontak tusuk harus dari bahan yang tidak dapat terbakar dan tahan lembab dan harus cukup kuat. Tusuk kontak konsentris untuk 16 A atau kurang yang digunakan untuk tegangan rumah, boleh juga dibuat dari kayu keras.

Supaya tercapai kontak yang baik, tabung-tabung kontak di dalam kotak-kontak dibuat berpegas.

Konstruksi kontak tusuk harus sedemikian hingga bagian-bagian yang bertegangan tidak mungkin tersentuh dengan jari. Konstruksinya harus juga sedemikian hingga tidak mungkin memasukkan hanya satu pena kontak saja ke dalam kontak-kontak.

Untuk rumah-rumah mewah umumnya dikehendaki kotak-kontak dinding dan sakelar yang dapat ditanam di dalam dinding. Kotak-kontak demikian harus dipasang di dalam kotak tanam.

Kotak-kontak dinding dapat juga disatukan dengan sakelar menjadi sebuah kombinasi.

Mengenai penggunaan dan pemasangan kontak tusuk masih ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Kotak kontak dinding fasa satu harus dipasang sedemikian hinnga kontak netralnya berada di sebelah kanan.

2. Kotak-kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter di atas lantai harus diperlengkapi dengan tutup.

3. Kotak-kotak yang dipasang di lantai harus ditempatkan tertutup di dalam kotak lantai yang khusus diizinkan untuk penggunaan itu.

4. Kotak-kontak dinding dengan kontak pengaman harus dipasang dengan hantaran pengaman.

5. Di dalam ruangan yang dilengkapi dengan kotak-kontak dengan kotak pengaman, tidak boleh depasang kotak-kontak tanpa kotak pengaman, kecuali kotak-kontak untuk tegangan rendah pengaman dan untuk pemisahan pengaman.

6. Pada satu tusuk kontak hanya boleh dihubungkan satu kabel yang dapat dipindah-pindahkan.

7. Kemampuan kotak kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat yang dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 ampere.

Kotak kontak tiga fasa, netral tetap berada di sebelah kanan, kontak (ujung) pengaman/pentahanan, hubungan kotak tusuk dan kotak kontak :

Bila disambung, tersambung lebih dulu dan bila dilepas putus paling akhir.

Terminasi/Penyambungan

Ada banyak sistem penyambungan yang dapat kita kenal dan ini semua tergantung daripada media yang akan dikerjakan/disambung.

Terminasi/penyambungan sangat erat kaitannya dengan keselamatan kerja suatu instalasi, karena suatu instalasi dapat dikatakan baik dan aman ialah apabila dapat mengurangi resiko penyambungan yang sedikit mungkin.

1. Kotak kotak hubung/kotak tarik

Penyambungan yang biasa dilakukan adalah dengan cara

1. sambungan ekor babi (pig tail ) dan las dop

2. sambungan dengan terminal strip

3. sambungan dengan terminal yang ada

2. Saklar

Penyambungan yang biasa dilakukan adalah dengan cara

1. Sambungan dengan jepit dan baut

2. Sambungan mata itik dan baut

3. Sambungan tusuk dan jepit

3. Kotak Kontak

Penyambungan yang biasa dilakukan adalah dengan cara

1. Sambungan dengan jepit dan baut

2. Sambungan mata itik dan baut

3. Sambungan tusuk dan jepit

4. Kotak Sekering

Penyambungan yang biasa dilakukan adalah dengan cara

sambungan mata itik dan baut

Keseluruhan sistem terminasi/penyambungan yang terdapat di atas hendaknya dilakukan dengan benar dan kuat/kencang. Apabila sistem terminasi tidak dilakukan dengan benar maka akan mengakibatkan terjadinya panas pada titik sambung itu, karena bunga api yang ditimbulkan.

Panas yang ditimbulkan oleh bunga api pada satu titik sambungan adalah lehilangan daya/watt pada suatu instalasi listrik di tempat itu. Dan untuk menghindari hal itu hendaknya titik sambung ditekan sekecil mungkin.

alat UKUR serta fungsinya

Tabel . TIPE & KEGUNAAN ALAT UJI

N0TIPECONTOHKEGUNAAN

1Alat Uji Visual

Alat uji yang hasil pengukurannya dapat dilihat atau didengar.Tester kombinasi, tespen, non contact tester, Volt stick.Mendeteksi tegangan.

Membedakan polaritas.

Menguji / memeriksa fuse / MCB yang putus

2Panel Meter

Alat ukur yang terdapat pada pintu panelVoltmeter, Ampermeter, Frekuensimeter.Mengukur tegangan, arus, dan frekuensi pada instalasi secara keseluruhan.

3Multimeter (Avometer)Multimeter Analog, Multimeter DigitalMengukur tegangan AC / DC

Mengukur arus AC / DC

Mengukur tahanan ()

Mengetahui kontinuitas (buzzer).

4Insulation TesterMegger Analog,

Megger Digital.Mengukur resistans isolasi instalasi.

5Earth Resistance tester-Mengukur resistans tanah

6Tang Amper-Mengukur arus AC pada instalasi.

7Pengukur KhususGPAS / ELCBMelindungi seseorang dari arus sisa dengan cara membandingkan arus pada semua penghantar bertegangan dari sirkit yang diamankan

Ampermeter & voltmeter

Perhatikan gambar di bawah ini dengan baik.

Gambar Pemasangan amper meter dan volt meter

Tabel Perbedaan ampermeter dan volt meter

JENIS PERBEDAANAMPERMETERVOLTMETER

Letak terhadap bebanseriparalel

KegunaanMengukur arus listrik (AC / DC)Mengukur tegangan listrik (AC / DC)

TipeAnalog / digitalAnalog / Digital

Faktor yg menentukan kualitas baiknyaLebih rendah resistansnya maka lebih tinggi kualitasnya.Lebih tinggi resistansnya maka lebih baik kualitasnya.

ohmmeter analog

Ohmmeter digunakan pada saat tegangan dalam kondisi tidak aktif (off). JANGAN SEKALI-KALI MENGGUNAKAN OHM METER PADA SAAT SIRKIT BERTEGANGAN KARENA BISA MERUSAK OHMMETER ITU SENDIRI.

Sebelum Ohmmeter digunakan untuk menguji sebaiknya diuji terlebih dahulu dengan menyentuhkan kedua kabelnya. Apabila jarum bergerak maka Ohmmeter dinyatakan baik.

Perhatikan perbedaan tampilan monitor Ohmmeter antara sirkit terbuka dan sirkit tertutup di bawah ini:

Pada sirkit terbuka nilai resistansnya sangat besar (tak terhingga) sehingga jarum bergerak ke arah. Sedangkan jika sirkitnya tertutup maka nilai resistans penghantarnya terhitung dan jarum pasti bergerak ke arah

Dengan melihat tampilan monitor Ohmmeter atau dengan menggunakan Buzzer pada Multimeter maka kita dapat menguji rangkaian listrik, antara lain:

1. Mengetahui apakah kabel sudah tersambung atau masih terputus. Pada saat pengujian sirkit (setelah selesai pemasangan) sebaiknya tegangan jangan langsung dinaikkan tetapi uji tegangan dahulu dengan Ohmmeter. Misalnya lampu dan sakelar yang melayaninya harus tersambung dengan baik, jadi hubungkan terminal lampu ke kutub + Ohmmeter dan terminal sakelar pada kutub Ohmmeter. Bila sudah tersambung maka pasti jarum Ohmmeter bergerak ke arah 0.

Gambar Tampilan skala Ohm meter analog

2.Mengetahui keadaan sakelar apakah masih baik atau sudah rusak. Sebelum memasang sakelar pada tembok, sakelar harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan dalam keadaan yang baik. Caranya adalah tekan sakelar pada posisi on, lalu sentuhkan terminalnya ke kutub + dan terminal yang lain ke kutub maka kalau sakelar dalam keadaan baik jarum Ohmmeter akan bergerak.

tespen

Tespen digunakan untuk menguji apakah suatu titik bertegangan terhadap tanah. Cara menggunakannya cukup sederhana, yakni :

Pegang tespen, sentuhkan ujung jari pada bagian belakang tespenSentuhkan ujung tespen lainnya pada titik yang diuji.

Pastikan salah satu anggota tubuh (tangan atau kaki) menyentuh tembok atau lantai.

Jika lampu testpen menyala berarti titik yang diuji bertegangan terhadap tanah.

Gambar Multimeter analog untuk mengukur tegangan

Perhatikan gambar di atas, dan langkah-langkah mengukur tegangan berikut ini:

1. putarlah sakelar pilih ke tegangan AC (ACV) dengan rating sesuai dengan perkiraan tegangan yang terukur, misalnya untuk rumah biasanya 220 V maka rating yang dipilh cukup 250 saja,

2. pasangkan kedua ujung kabel (com dan + dari multimeter) kepada kabel atau kotak-kontak yang akan diukur.

3. hitunglah berapa tegangan yang terukur oleh jarum dengan perhitungan:

apabila menggunakan multimeter digital maka hasil yang tertera pada monitor adalah hasil langsung pengukuran yang tidak perlu dihitung lagi.

4. posisikan sakelar pilih ke arah OFF bila sudah selesai mengukur.

tang amper

Pastikan kabel yang diukur adalah penghantar aktif atau fasa yang mengalirkan arus listrik Arus listrik akan terukur apabila daya yang terpasang dipakai. Apabila semua beban pada kondisi off maka tidak ada arus yang mengalir sama sekali.

Arus yang terukur diukur melalui perhitungan:

jika arus listrik yang terukur seperti di bawah:

I = 5 A, maka daya sirkit adalah (VA) = V x I = 220 x 5 = 1100 VA

I = 9 A, maka daya sirkit adalah (VA) = V x I = 220 x 9 = 1980 VA.

Gambar 4.9 Penggunaan tang ampermeter

iNSULATION TESTERContoh : MeggerPerhatikan pembacaan Insulation Tester Analog di bawah ini setelah engkolnya diputar.

EMBED Visio.Drawing.6 Gambar. Insulation Tester analog

OPERATION PROCEDURE

INSULATION TESTERTerkadang orang menyebut alat ini dengan nama megohmeter atau megger. Ketika digunakan sebagai penguji kebocoran tegangan (karena bocornya isolasi) alat ini membutuhkan tegangan listrik sebesar 9V yang disuplai oleh 6 buah baterai UM-3 yang masing-masing menghasilkan tegangan sebesar 1,5V. Melalui DC to DC Converter tegangan sebesar 9V akan dinaikkan hingga 1000V.

Hasil pengujian dapat dibaca pada dua alur bacaan pada papan skala. Alur bagian atas digunakan untuk pembacaan pengukuran nilai tahanan/resistan (resistance) dari 0-2000 M, alur bagian bawah digunakan untuk pembacaan hasil pengukuran tegangan dari 0-600V.

Ketika mengukur kebocoran tegangan, hasil pembacaan yang ideal pada papan skala adalah tak terhingga (), ini berarti tidak terdapat kebocoran pada pemanfaatan tegangan listrik.

Kontrol dan Indikator

1. Output Jacks, M. Berguna untuk memeriksa isolasi, apakah ada kebocoran tegangan listrik. kabel penyidik (probes) warna merah dimasukkan ke jacks warna merah, kabel penyidik (probes) warna hitam dimasukkan ke jacks warna hitam.

2. Input Jacks, ACV digunakan untuk pengukuran tegangan AC dan nilai tahanan/resistan (resistance)

3. papan Skala

4. Indikator ON

5. ON M, saklar pilih untuk pengukuran tahanan/resistan tinggi (high resistance). OFF (ACV), saklar pilih untuk tegangan AC, dan Battery (B) Chek untuk memeriksa tegangan baterai.

6. Saklar M/ACV. Saklar M untuk pilihan mode uji isolasi (insulation test). Saklar jangkauan ukur ACV untuk mode pengukuran tegangan AC.

7. Pengatur posisi jarum pada angka nol secara mekanik (Mechanical Zero Adjust).

A. Persiapan Awal

1. Sebelum melakukan pengukuran tegangan AC periksalah penunjukan meter pada papan skala. Jarum penunjuk harus berada pada posisi nol atau ().

2. Jika dibutuhkan dengan menggunakan obeng minus (-), setel pengatur posisi jarum pada posisi angka nol (zero adjustment) sehingga jarum pada papan skala benar-benar menunjuk angka nol.

3. Sebelum melakukan pengukuran periksalah kondisi baterai, setel saklar kiri pada posisi B.CHEK, setel saklar kanan pada posisi M.

4. Jika diperlukan baterai dapat diganti.

5. Ketika mengukur tegangan AC jangan sekali-kali menyentuh ujung kabel penyidik (probes)! Anda dapat tersengat listrik bertegangan tinggi.

6. Ketika mengukur tegangan AC, baterai tidak dibutuhkan.

B. Mengukur Isolasi

1. Pastikan rangkaian yang akan diukur berada dalam posisi OFF dan tidak terhubung dengan sumber tegangan AC.

2. Setel saklar kiri pada posisi ON M saklar kanan pada posisi M POWER ON Indicator akan bekerja.

3. Masukkan kabel penyidik (probes) tegangan tinggi (warna merah) ke lubang (jack) yang bertanda M, kabel penyidik (probes) warna hitam ke lubang (jack) yang berwarna hitam (disebelah kanan lubang yang bertanda M).

4. Hubungkan kabel penyidik (probes) warna hitam (menggunakan aligator clip) ke common atau ground dari rangkaian yang akan diukur. Untuk TV, hubungkan ke casis TV.

5. Sentuhkan kabel penyidik (probes) tegangan tinggi ke titik yang akan diukur (kawat tembaga dari kabel listrik misalnya). Agar terhindar dari sengatan listrik, jaga posisi jari tangan Anda tetap di belakang pengaman.

6. Bacalah hasil pengukuran pada papan skala. Terkadang hasil pengukuran kurang memuaskan. Ini terjadi karena kontak antara ujung kabel penyidik (probes) dengan titik yang akan diukur kurang sempurna.

7. Jika tidak terjadi kebocoran pada isolasi yang membungkus kabel listrik (atau rangkaian elektronik lainnya), jarum akan tetap menunjuk posisi tak terhingga ().

8. Jika terjadi kebocoran pada isolasi yang membungkus kabel listrik (atau rangkaian elektronik lainnya), jarum akan bergerak ke kanan.

C. Pengukuran Tegangan AC

1. Setel saklar kiri pada posisi OFF (ACV), setel saklar kanan pada posisi ACV.

2. Masukkan kabel penyidik (probes) ke lubang-lubang (jacks) ACV.

3. Hubungkan kabel penyidik (probes) ke titik yang mengandung tegangan AC.

4. Hasil pengukuran dibaca pada papan skala.

D. Keselamatan Kerja dan Keselamatan Alat

1. Ingat satu hal! Sengatan listrik bertegangan tinggi dapat membuat arus sebesar 10 mili-Ampere masuk menuju jantung dan menghentikan detak jantung manusia. Tegangan DC maupun AC di bawah 35 Volt tetap mengandung bahaya bagi manusia. Arus listrik yang tinggi bahkan lebih berbahaya lagi.

2. Tegangan output dari mode M bisa mencapai 1000V, namun arus yang menyertainya tidak besar sehingga tidak begitu berbahaya, namun demikian Insulation Tester mengandung kejutan listrik yang tinggi, karenanya jangan sekali-kali menyentuh ujung kabel penyidik (probes).

3. Jika ingin memperbaiki Insulation Tester dan membuka kotak (casing) nya, ingatlah satu hal bahwa mungkin masih terdapat tegangan setinggi 1000 Volt di titik-titik rangkaian. Beberapa titik mungkin masih mengandung arus yang besar, demikian juga kabel penyidik (probes) masih mengandung tegangan yang tinggi, hindarilah kontak secara langsung.

4. Jangan gunakan Insulation Tester untuk mengukur tegangan AC di atas 600 Volt.

5. Ketika memeriksa apakah isolasi bocor (yang mengakibatkan terjadinya kebocoran tegangan), pastikan rangkaian yang akan diperiksa sudah terbebas dari jaringan listrik atau sumber daya lainnya.

6. Hindari kontak langsung dengan titik-titik pada rangkaian yang mengandung tegangan tinggi seperti saklar ON-OFF, sekring (fuse), transformator, dan lain-lain. Pada titik-titik ini terkadang masih terdapat tegangan tinggi, walau pesawat yang akan diukur sudah dimatikan (OFF)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG

INSTRUKSI KERJA

Nomor:Halaman:1

Judul:Pratikum sistem Terbitan/Revisi:1/0

Pengukuran tahananTanggal terbit:31 Mei 2010

IsolasiFile: -

I. RUANG LINGKUP

Proses kegiatan praktikum mata kuliah Bengkel Listrik, Materi Pengukuran tahanan Isolasi.

II. PRINSIP

Untuk mengetahui besar nilai tahanan isolasi pada penghantar.

III. PERALATAN

1. Satu set Insulation Tester

IV. CARA KERJA

A. Persiapan Awal

7. Sebelum melakukan pengukuran tegangan AC periksalah penunjukan meter pada papan skala. Jarum penunjuk harus berada pada posisi nol atau ().

8. Jika dibutuhkan dengan menggunakan obeng minus (-), setel pengatur posisi jarum pada posisi angka nol (zero adjustment) sehingga jarum pada papan skala benar-benar menunjuk angka nol.

9. Sebelum melakukan pengukuran periksalah kondisi baterai, setel saklar kiri pada posisi B.CHEK, setel saklar kanan pada posisi M.

10. Jika diperlukan baterai dapat diganti.

11. Ketika mengukur tegangan AC jangan sekali-kali menyentuh ujung kabel penyidik (probes)! Anda dapat tersengat listrik bertegangan tinggi.

12. Ketika mengukur tegangan AC, baterai tidak dibutuhkan.

B. Mengukur Isolasi

9. Pastikan rangkaian yang akan diukur berada dalam posisi OFF dan tidak terhubung dengan sumber tegangan AC.

10. Setel saklar kiri pada posisi ON M saklar kanan pada posisi M POWER ON Indicator akan bekerja.

11. Masukkan kabel penyidik (probes) tegangan tinggi (warna merah) ke lubang (jack) yang bertanda M, kabel penyidik (probes) warna hitam ke lubang (jack) yang berwarna hitam (disebelah kanan lubang yang bertanda M).

12. Hubungkan kabel penyidik (probes) warna hitam (menggunakan aligator clip) ke common atau ground dari rangkaian yang akan diukur. Untuk TV, hubungkan ke casis TV.

13. Sentuhkan kabel penyidik (probes) tegangan tinggi ke titik yang akan diukur (kawat tembaga dari kabel listrik misalnya). Agar terhindar dari sengatan listrik, jaga posisi jari tangan Anda tetap di belakang pengaman.

14. Bacalah hasil pengukuran pada papan skala. Terkadang hasil pengukuran kurang memuaskan. Ini terjadi karena kontak antara ujung kabel penyidik (probes) dengan titik yang akan diukur kurang sempurna.

15. Jika tidak terjadi kebocoran pada isolasi yang membungkus kabel listrik (atau rangkaian elektronik lainnya), jarum akan tetap menunjuk posisi tak terhingga ().

16. Jika terjadi kebocoran pada isolasi yang membungkus kabel listrik (atau rangkaian elektronik lainnya), jarum akan bergerak ke kanan.

C. Pengukuran Tegangan AC

5. Setel saklar kiri pada posisi OFF (ACV), setel saklar kanan pada posisi ACV.

6. Masukkan kabel penyidik (probes) ke lubang-lubang (jacks) ACV.

7. Hubungkan kabel penyidik (probes) ke titik yang mengandung tegangan AC.

8. Hasil pengukuran dibaca pada papan skala.

Disahkan oleh

:

Ketua jurusan

Disiapkan oleh

:

TUK_IPTL

Tanggal

:

Tanggal

:

Tanda tangan

:

Tanda tangan

:

Ketua Jurusan T. Elekrro

NIP. Tempat Uji Kompetensi

NIP.

PEMASANGAN Sambungan Rumah dan

APP ( Alat Pengukur & Pembatas )

Gambar Diagram garis tunggal komponen listrik satu grup

Gambar diatas menunjukkan bagian-bagian (komponen) instalasi listrik domestik untuk rumah tinggal, mulai dari tiang sampai sirkit akhir. Komponen-komponen itu adalah:

1. Saluran Rumah, yaitu instalasi listrik mulai dari tiang sampai ke APP (alat pengukur dan pembatas)

2. APP, yaitu kWh meter sebagai alat pengukur (pencatat) jumlah energi yang dikonsumsi dan alat pembatas (MCB: miniature circuit breaker). Alat pembatas berfungsi untuk membatasi arus maksimum yang vboleh mengalir ke seluruh beban.

3. Saluran utama, yaitu instalasis listrik mulai dari APP sampai ke PHB (papan hubung bagi) utama.

4. PHB, berisi alat pengaman terhadap hubung singkat. PHB model lama berupa kotak sekring (fuse box) yang komponen utamanya adalah sebuah skakelar dwi kutup model putar dan sebuah sekring lebur. Dengan menggunakan skakelar dwi kutub maka baik kabrl fasa maupun kabel netral dapat diputus/disambung, sehingga sangat aman pada waktu melakukan perbaikan. Sedangkan PHB model baru komponennya hanya berupa MCB dengan kotak yang secara estetika lebih baik dibandingkan dengan fuse box.

5. Sirkit cabang, adalah instalasi listrik antara PHB utama sampai PHB cabang. Ini hanya terdapat pada ionstalasi yang cukup besar.

6. Sirkit akhir adalah instalasi lsitrik antara PHB dan pesawat pemakai (beban).

Gambar Pengawatan kWh-Beban

Gambar. Bagian-bagian kWh meter DIAGRAM PENGAWATAN APP DAN FUSE BOX SATU KELOMPOK

Gambar . Diagram pengawatan komponen listrik PHB sekring

Perhatikan gambar di atas, gambar itu adalah gambar diagram pengawatan instalasi rumah sederhana yang biasanya tidak digunakan lagi di perkotaan. Biasanya PHB dengan sekering dan sakelar utama ada pada rumah sederhana.

Gambar Diagram pengawatan komponen listrik PHB MCB

Perhatikan gambar di atas, kenyataannya tidak ada satu lampu dan kotak-kontak diproteksi masing-masing oleh satu MCB semestinya lebih banyak beban lagi dan haruslah seimbang. Pengelompokkan beban disarankan seperti di atas, penerangan dan kotak-kontak dipisahkan supaya lebih mudah dalam perbaikkan 5KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA - LISTRIK

pakaian & perlengkapan kerja

Gambar. Pakaian dan perlengkapan kerja listrik

Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang aman adalah tanggung jawab pekerja sendiri. Baju dan perlengkapan tersebut memang dirancang untuk melindungi semua bagian tubuh dari kemungkinan cedera. Jadi jangan disalahgunakan dan perhatikan baik-baik.

Perhatikan keterangan pemakaian pakaian kerja berikut ini:

1. Pakailah pakaian kerja yang kuat dan aman menutup tubuh lalu kancingkan semuanya.

2. Pakaian yang tidak dikancing, robek, dikeluarkan, atau sabuk tidak dikencangkan dan tidak rapih bisa masuk ke dalam mesin yang berputar.

3. Pakaian harus selalu bersih dan tidak bau agar tidak menghalangi pekerjaan.

4. Pakailah celana panjang menutup sampai kaki dan tanpa kancing atau reseleting.

5. Celana dengan kancing atau reseleting akan dapat menghantarkan arus listrik atau menangkap percikan api bukan menahannya.

6. Celana harus menutup sampai ke sepatu, tidak terlalu panjang (bisa tersandung) dan tidak terlalu naik (betis terbuka dan tidak terlindungi).

7. Perlengkapan kerja termasuk helm, kacamata, ear mof, sarung tangan, masker, sabuk pengaman, dan sepatu.

Perhatikan keterangan pemakaian helm berikut ini:

1. Masukkan rambut yang panjang ke dalam helm.

2. Cukurlah rambut bagi pria dan masukkan rambut ke dalam helm bagi wanita agar tidak tersangkut ke dalam mesin bor atau mesin lain.

3. Pakailah helm untuk melindungi kepala (bagian terpenting dari tubuh) dan gunakan selalu pada pekerjaan proyek.

Perhatikan keterangan pemakaian sepatu berikut ini:

1. Pakailah sepatu dengan sol yang baik (berisolasi baik) untuk mengurangi resiko kejut listrik.

2. Pakailah sepatu yang tertutup untuk melindungi dari panas, bahan-bahan terbakar yang jatuh ke kaki, dan cukup kuat untuk menahan benda keras yang jatuh ke kaki juga.

Perhatikan keterangan sarung tangan berikut ini:

1. Pakailah sarung tangan yang sesuai pada saat memegang benda panas, cairan berbahaya, atau benda-benda tajam.

2. Sarung tangan yang sudah robek-robek harus ditambal atau diganti supaya tidak tersangkut ke mesin berputar dan membahayakan tangan.

Perhatikan keterangan pemakaian perlengkapan lain berikut ini:

1. Pakailah kacamata atau gelas pelindung wajah untuk melindungi muka dari percikan api, debu, atau percikan bahan logam yang berbahaya.

2. Pakailah masker apabila bekerja pada daerah dengan kadar debu yang sangat tinggi atau pada tempat bergas / uap beracun, atau berkabut tebal.

3. Gunakan sabuk pengaman yang baik dan benar (kencangkan dan kaitkan jangan sampai terlepas) agar keselamatan pekerja di tempat yang tinggi bisa terjamin.

Hal-hal yang harus kita perhatikan sebelum melakukan pekerjaan adalah sbb:

1. Mengetahui terlebih dahulu apakah pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan berbahaya (dapat memahami semua pekerjaan atau kemungkinan yang membahayakan jiwanya juga jiwa orang lain),

2. Mengurangi atau memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

terjadinya kejut listrik DAN AKIBAT-AKIBATNYA

Bagaimana listrik dapat mengalir melalui tubuh manusia ?

Hantaran untuk menyalurkan arus listrik terdiri dari hantaran fase (L) dan netral (N). Apabila orang berdiri di atas tanah, menyentuh fase, maka arus listrik mengalir melalui tubuh manusia ke kaki terus ke tanah (menuju potensial rendah). Lebih jelasnya dapat dibaca pada gambar di bawah.Aliran arus listrik pada tubuh manusia

Gambar Sepatu karet melindungi tubuh pekerja dari sengatan listrik

Tingkat bahaya akibat arus listrik

Tidak semua korban akan meninggal akibat kejut listrik. Bila diperhatikan dari besar arusnya maka kondisi korban akan terlihat seperti pada tabel ini.

Tingkat bahaya akibat arus listrikBESAR ARUSKONDISI KORBAN

0,5 mATidak terasa

3 mAMulai kejang

15 mASulit melepaskan kontak

40 mAOtot kejang

Di atas 80 mATidak sadarkan diri sampai meninggal atau bahkan hangus

Arus listrik yang mengalir pada isolasi berbeda

Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar Arus listrik yang mengalir pada isolasi berbeda

Semakin besar nilai hambatan atau tahanan akan semakin kecil juga arus yang dapat mengalir melaluinya. Apabila tahanannya sangat besar maka bisa saja arus tidak akan mengalir. Demikian juga sebaliknya.6INSTALASI PENERANGAN SATU FASA SISTIM PEMASANGAN DI PERMUKAAN (ON PLASTER )

INSTALASI PENERANGAN RUMAH TINGGAL

Diskripsi Instalasi :

Dalam perencanaan untuk pembuatan rumah tinggal, pada bagian perancang bangunan ( arsitek ) telah menghubungi kontraktor dimana anda bekerja untuk pemasangan instalasi listrik

Berdasarkan dari keinginan pemilik rumah Bapak Susilo, anda buat perencanaan instalasi penerangan sebagai berikut1. Instalasi penerangan terdiri dari 3 group.

2. Group I digunakan untuk penerangan kamar tamu diatur oleh saklar Seri untuk mengoperasikan dua buah lampu dari satu tempat dan sebuah kotak kontak berdiri sendiri

3. Group II digunakan untuk penerangan tempat teras rumah dan penerangan luar menggunakan sistem sebagai berikut :

A. Untuk Teras rumah : Penerangan akan menyala apabila tombol S3 ditekan untuk mengoperasikan saklar impuls.B. Untuk Penerangan luar : Penerangan akan menyala apabila cuaca diluar gelap , saklar cahaya mengoperasikan lampu penerangan luar.

4. Group III digunakan sebagai cadangan.5. Macam-macam saklar yang digunakan:

1. Saklar Seri

Mempunyai empat buah terminal, dimana dua buah terminal dihubungakan pada fasa dan dua terminal lainnya sebagai outputan yang dihubungkan dengan beban.

Mempunyai tegangan nominal 220 volt/1A

2. Tombol Tekan

Tombol tekan merupakan sebuah saklar yang tanpa menggunakan pengunci.

Mempunyai satu buah terminal input dan satu buah terminal output

Mempunyai kemampuan 220 volt/1 A.

Pengukuran Tahanan Isolasi

1. Persiapan alat ukur Insulation Tester- Cek baterai

- Kalibrasi

- Memilih range / skala yang digunakan

2 . Prosedur Pengoperasian

Yang dimaksud dengan prosedur pengoperasian adalah langkah-langkah atau prosedur yang harus dijalani sebelum IML dioperasikan, baik menyangkut pemeriksaan sifat tampak (visual check), pengujian pengaman maupun pengujian tahanan isolasi. Prosedur pengoperasian IML untuk instalasi rumah adalah sebagai berikut:

a. Instalasi siap dioperasikan

b. Data teknik IML harus lengkap

c. Instalasi PLN (SR, KWH, dan MCB) sudah ada dan terpasang

d. Pengujian tahanan isolasi sesuai dengan standar yaitu 1000 ohm/volt

1. Tahap pengukuran

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur besarnya kebocoran listrik yang terjadi antara urat yang diukur dan urat lainnya maupun antara yang diukur dengan tanah. Dalam setiap saluran terdapat kebocoran listrik sebagai berikut:a. Alat ukur yang digunakan:

Insulation Tester b. Cara Pengukuran:

Setiap urat yang tidak diukur disatukan termasuk dengan screen, kecuali urat yang diukur. Pengukuran dilakukan dengan tegangan tembus searah (DC) 500 Volt. Hasil ukurnya menunjukkan besaran listrik yang terjadi pada urat yang diukur terhadap urat lainnya dan terhadap tanah (a/t; b/t; a/b).

c. Langkah Pengukuran:

Sebelum dilaksanakan pengukuran tahanan isolasi, panjang kabel sudah harus diketahui

Lepaskan semua hubungan ke beban, ke jaringan dan kebumi (kecuali penghantar pengaman) dan hubungan antar terminal/rel netral dan rel pengaman.

Pengukuran bagian instalasi tersebut ayat 322.A.5 dilakukan antara penghantar fasa ke bumi, penghantar netral ke bumi dan penghantar fasa ke fasa.

Pisahkan satu pasang urat kabel yang akan diukur, misalnya p-1 dan seluruh kabel lainnya disatukan dengan screen cable dan dihubungkan dengan Grounding.

Hubungkan ujung urat kabel yang akan diukur, misalnya p-1 dengan alat ukur, lalu aktifkan alat ukur sedang ujung lainnya harus terbuka (open). Lama pengukuran sekitar satu menit sampai penunjukan suatu nilai tahanan isolasi konstan.

Langkah selanjutnya adalah ujung urat a tetap terhubung dengan alat ukur sedang urat b dilepas. Kemudian cord alat ukur yang sebelumnya dihubungkan dengan urat-b disambungkan dengan Ground. Aktifkan alat ukur selama sekitar satu menit, sehingga akan tertera suatu nilai tahanan isolasi antara urat-a dengan grounding.

Pengukuran tahanan isolasi urat-b dengan ground prosesnya sama dengan di atas

Selanjutnya untuk pasangan urat kabel lainnya dilakukan proses berulang.

Saklar Impuls (Impuls Switch)

Memeriksa nomor-nomor / huruf terminal

a + b (menggunakan huruf kecil) adalah KOIL

1 + 2 adalah kontak utama ( main contact )

Koil impuls mampu disuplai dengan tegangan samapai 250 volt

Kontak pada impuls mempunyai KHA 10 ampere

Impuls switch ini dioperasikan oleh saklar tekan tanpa pengunci ( momentary contact push button ) yang dirangkai paralel dalam jumlah yang diperlukan

Kotak Kontak Kotak kontak terdiri atas tiga buah terminal (fasa, netral, PE).

Pada kontak kontak ini fasa terletak sebaleh kanan dan netral sebelah kiri atau fasa terletak sebelah atas dan netral sebelah bawah.

Tegangan nominal kotak kontak ini sebesar 250 volt AC/3 A.

Saklar yang digunakan:

3. Tombol Tekan ( push button momentary contact )

Tombol tekan merupakan sebuah saklar yang tanpa menggunakan pengunci.

Mempunyai satu buah terminal input dan satu buah terminal output

Mempunyai kemampuan 250 volt/1 A.

71. PRINSIP DASAR kWh METERkWh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu (UI Cos t) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya induksi megnetis oleh medan magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus terhadap disc (piring putar) kWh meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan dengan induksi mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan tegangan terhadap disc yang sama.

Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap disc karena induksi magnetis kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 900 satu terhadap lainnya (azas Ferrari). Hal ini dimungkinkan dengan konstruksi kumparan tegangan dibuat dalam jumlah besar gulungan sehingga dapat dianggap inductance murni.

Gambar 1A. Prinsip suatu meter penunjuk

Energi listrik arus B-B (jenis induksi)

GAMBAR 1

Keterangan Gambar :

M=Magnit permanent

Cp=inti besi kumparan tegangan

Wp=kumparan tegangan yang dapat dianggap sebagai reaktansi murni, karena lilitan cukup besar

Cc=Inti besi kumparan arus

Wc=kumparan arus

Ip=arus yang mengalir melalui Wp

I=Arus beban yang mengalir melalui Wc

F = Kumparan penyesuaian fasa yang diberi tahanan R

RGS = Register

1L & 2S = Terminal sumber daya masuk

2L & 1S = Terminal daya keluar

PRINSIP KERJA

1ditimbulkan oleh arus I mengalir di kumparan Wc

2ditimbulkan oleh arus Ip mengalir di kumparan Wp dan Ip lagging 900 terhadap tegangannya

Gambar 2

Dengan mengambil persamaan moment alat ukur type induksi :

T = KW 1. 2 Sin ( 11 sebanding dengan I

2 2 sebanding dengan Sin ( = Cos Maka : TD = W.I Cos = V.I. Cos Dengan demikian maka terhadap piringan logam D terdapat momen gerak TD yang berbanding lurus terhadap daya beban. Apabila oleh karena pengaruh momen TD. Piring logam D berputar dengan kecepatan n, maka sambil berputar piringan tersebut memotong garis garis fluksi magnetic m (akibat adanya magnit permanen) sehingga menyebabkan terjadinya arus arus putar (arus Foucault) didalam piringan logam yang berbanding lurus terhadap n m.

Arus arus putar yang terjadi pada piringan logam D akibat adanya 1, 2 dan m seperti dalam gambar 1.B

Arus arus putar yang memotong garis garis fluksi m menyebabkan piringan logam D mengalami momen redaman TD yang berbanding lurus dengan n. m2Bila momen TD dan Td dalam keadaan seimbang maka :

Kd. V.I. Cos = Km.n. m2

n =

Kd, Km = konstanta

Sehingga didapat kecepatan n dari piringan logam D adalah berbanding lurus dengan V.I.Cos, maka jumlah putaran piringan D untuk jangka waktu tertentu sebanding dengan energi yang diukur pada jangka waktu tersebut. Kemudian untuk mendapat angka hasil pengukuran dari piringan D tadi harus ditransformasikan lagi kealat register.

2. BAGIAN BAGIAN KWH METER DAN FUNGSINYA

Gambar 3

Badan (body) terdiri dari :

a. Bagian atas

b. Bagian bawah

Kumparan arus terdiri dari :

a. Pada kWh meter 1 phasa kumparan arus 1 set

b. Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat kumparan arus 2 set

c. Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat kumparan 3 set

Pada kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan besi yang berfungsi sebagai pengatur Cosinus phi (factor kerja)

Kumparan Tegangan terdiri dari :

Pada kWh meter 1 phasa 1 Set

Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat.2 set

Pada kWh meter 3 phasa 4 kawat.3 Set

Piringan

Piringan kWh meter ditempatkan dengan dua buah bantalan (atas dan bawah) yang digunakan agar piringan kWh meter dapat berputar dengan mendapat gesekan sekecil mungin.

Rem Magnit

Rem magnit adalah terbuat dari magnit permanen, mempunyai satu pasang kutub (Utara dan selatan) yang gunanya untuk :

a. Mengatasi akibat adanya gaya berat dari piringan kWh meter

b. Menghilangkan / meredam ayunan perputaran piringan serta alat kalibrasi semua batas arus.

Roda gigi dan Alat Pencatat (register)

Sebagai transmisi perputaran piringan, sehingga alat pencatat merasakan adanya perputaran, untuk mencatat jumlah energi yang diukur oleh kWh meter tersebut dan mempunyai satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan puluh ribuan

1.Data kWh Meter

Pada papan nama dari meter energi tercantum data sebagai berikut :

Nama alat / merek pabrik

Tipe atau jenis meter

Cara pengawatan : satu fasa, 2 kawat

tiga fasa, 3 kawat

tiga fasa, 4 kawat

Tegangan

Arus

Frekuensi

Konstanta meter

Kelas

Satuan energi listrik

Contoh papan nama : Gambar 4

3. PRINSIP KERJA kVARh METER

Meter kVARh pada prinsipnya adalah seperti meter kWh. Kalau pada meter kWh yang diukur adalah daya nyata atau I.E.Cos x t, maka pada kVARh yang diukur adalah daya buta atau I.E.Sin x t.

Untuk bisa mendapatkan hasil pengukuran E.I.Sin x t, prinsip dasarnya adalah membalik polaritas kumparan tegangan kWh dengan jalan membalik pengawatannya.

kVARh dipergunakan untuk mengukur besarnya pemakaian energi rekatif pada konsumen konsumen yang mempunyai Cos kurang dari 0,85 atau pada konsumen konsumen yang mempunyai sudut phasa lebih besar dari 36,860.

Apabila kita perhatikan pada tiga daya dibawah ini (lihat gambar)

Gambar 6

Apabila pada segi tiga daya tersebut kita coba gambarkan suatu besaran sudut (FI) yang berubah ubah dengan besaran Kw yang tetap, maka dapat terlihat disini bahwa :

Besarnya kVA akan berubah ubah

Semakin besar sudut atau semakin jeleknya Cos maka kVA akan semakin besar

-besarnya kVAR akan berubah - ubah

Semakin besar sudut atau semakin jeleknya Cos maka kVAR akan semakin besar.

Pada titik A besarnya sudut = 0

Maka besar Cos = 1

Sehingga kVA= kW

Sedangkan kVAR nya adalah= 0

Pada titik B :

Sudut 2 semakin besar sehingga Cos menjadi lebih kecil dari 1

kVA akan menjadi lebih besar dari kW, sedangkan kVARnya menjadi lebih besar dari nol ( 0 ).Susunan terminal harus sama dengan diagram rangkaian. Setiap terminal harus diberi tanda yang sesuai dengan fungsinya.

Cara pengawatan kWh meter dibedakan menurut jumlah elemennya :

Fase tunggal, 2 kawat mempunyai 1 elemen

Fase tiga, 3 kawat mempunyai 2 elemen

Fase tiga, 4 kawat mwmpunyai 3 elemen

Klasifikasi kWh meter dan Batas Kesalahan.

Klasifikasi kWh meter dibagi dalam 3 klas :

kWh meter kelas 0,5 dipakai sebagai meter standard

Kwh meter kelas 1 dipakai untuk pengukuran skunder (memakai trafo ukur)

kWh meter kelas 2 dipakai untuk pengukuran primer (tanpa trafo ukur)

Batas batas kesalahan kWh meter yang ditentukan oleh kamar tera PLN (atas kebijaksanaan PLN Wilayah/Distribusi setempat)

ArusFaktor KerjaBatas kesalahan kWh meter dalam %

Kl 2Kl 1Kl 0,5

100% In

100% In

50% In

50% In

10% In

5% In11

0,5 (ind)

1

0,5 (ind)

1

1+ 0 .. + 2

+ 0 ...+ 2

+ 0 + 2

+ 0 + 2

+ 0 + 2

+ 0 + 2,5+ 0 . + 1

+ 0 . + 1

+ 0 . + 1

+ 0 . + 1

+ 0 . + 1

+ 0 . + 1,5+0 .. + 0,5*

+ 0 .+ 0,8*

+ 0 .+ 0,5 +

+ 0 .+ 0,8 +

+ 0 .+ 0,5 +

+ 0 .+ 1

Keterangan :

Tanda *:Titik 2 kesalahan yang biasa dirobah, bila menyimpang dari batas yang ditentukan.

Tanda +:Titik 2 kesalahan yang tidak boleh dirubah, bila menyimpang batas yang ditentukan

8DIAGRAM PENGAWATAN APPPOKOK BAHASAN :

1. Pengertian Diagram Pengawatan

2. Diagram Pengawatan APP

3. Pengawatan kWh meter 1 fasa

4. Pengawatan kWh meter 3 fasa sambungan langsung

5. Pengawatan kWh meter 3 fasa sambungan tidak langsung

6. Pengawatan kVArh meter

7. Diagram Kotak APP

1. Pengertian Diagram PengawatanYang dimaksud dengan Diagram Pengawatan adalah gambar elektroteknik yang biasanya dinyatakan dengan symbol - symbol, yang menyatakan hubungan antara bagian bagian peralatan atau suatu instalasi listrik.

Manfaat Diagram Pengawatana. Mengetahui Prinsip kerja suatu peralatan atau instalasib. Membantu pelaksanaan pemasangan suatu peralatan atau instalasi

c. Mempermudah dalam menelusuri, mengusut gangguan pada suatu peralatan atau instalasi.

Macam macam Diagram ;

Diagram Lay Out

Diagram Internal

Diagram Penyambungan

Diagram Terminal

Diagram Garis Tunggal

91. PENGAWATAN kWh METERDalam melaksanakan penyambungan kWh meter perlu diperhatikan terminal terminal yang akan disambung. Terminal input untuk arus harus dibedakan dengan terminal outputnya, demikian pula terminal untuk tegangan harus dapat dibedakan menurut ukuran fasya. Sistem pengawatan kWh meter sebagai alat ukur energi listrik, tergantung dari cara pengukuran yang akan dilakukan,apakah pengukuran langsung atau pengukuran tidak langsung juga sekaligus tegantung dari onstruksi dari kWh meter itu sendiri.

Untuk beberapa pengawatan dari kWh dapat diuraikan menurut tabel berikut ini :

No.kWh MeterPengukuran

JenisTegangan

1.

2.

3.

4.

5.1 fasa 2 kawat

3 fasa 4 kawat

3 fasa 4 kawat

3 fasa 3 kawat

3 fasa 4 kawatLangsung

Langsung

Tidak langsung

Tidak langsung

Tidak langsungRendah

Rendah

Rendah

Menengah

Menengah

2.PENGAWATAN kWh METER 1 FASA

kWh meter 1 fasa biasa digunakan untuk pengukuran tegangan rendah dengan jenis pengukuran langsung

10TATA LAKSANA PEMERIKSAAN

PEDOMAN PEMERIKSAAN INSTALASI RUMAH

1. Maksud dan Tujuan

Maksud pedoman Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi acuan utama pelaksanaan Pemeriksaan instalas rumah oleh Pemeriksa komisi sertifikasi instalasi Jawa Barat dan Banten

Tujuan pedoman Pemeriksaan ini adalah agar para Pemeriksa dapat melaksanakan Pemeriksaan dengan prinsip taat asas (konsisten) dan memelihara nilai relevansi, mutu dan berkesinambungan.

2. Ruang Lingkup

Lingkup Pemeriksaan ini mencakup bidang instalasi rumah yang terpasang dan akan dioperasikan/dinyalakan

Instalasi rumah yang untuk pelanggan rumah tangga yang disambung pada tegangan rendah 220/380 volt

3. Definisi

Pemeriksaan Instalasi didasarkan pada kelayakan pemasangan instalasi rumah sesuai standar konstruksi yang ditetapkan, memenuhi kriteria keselamatan instalasi, peralatan dan manusia serta lingkungan

Teknik Pemeriksaan dilakukan secara transparan (instalasi yang di Pemeriksaan diperiksa secara benar sesuai standar konstruksi dan standar keselamatan), fair (tim Pemeriksa yang bersertifikat kompetensi) dan akuntabel (jelas petunjuk kerjanya, mempunyai dokumentasi dan sistem monitoring)

Masa berlaku sertifikat instalasi selama lima tahin dan dapat diperpanjang dengan Pemeriksaan kembali

4. Referensi/Acuan

UU ketenagalistrikan no 15 tahun 1985

PP 2005 (disusulkan)

Kepmen .(disusulkan)

Persyaratan Umum Instalasi Listrik tahun 2000Pedoman kerja peralatan Pemeriksaan

Stndar kompetensi Bidang Instalasi Pemanfaatan tenaga listrik sub bidang Inspeksi

Hasil koordinasi dengan tim kerja Lembaga Sertifikat Instalasi Nasional

5. Wewenang/Tanggung Jawab

Pemeriksa berwenang penuh untuk memberi laporan sesuai hasil Pemeriksaan

Pemeriksa dapat diminta pertanggungjawaban hasil penilaiannya

Pemeriksa berwenang meminta penjelasan dari pelaksana pemasangan instalasi

Pemeriksa harus mengikuti semua prosedur Pemeriksaan dan mempersiapkan kelengkapan Pemeriksaan a.1. SOP; Pedoman Kerja Pemeriksan (PEKA); K3; Gambar Kerja/teknik peralatan/tools untuk pemeriksaan

6. Langkah-langkah Pemeriksaan

Ketersediaan Peralatan Pemeriksaan dan Keamanan (K3)

Tim Pemeriksa mempersiapkan K3

Tim Pemeriksa mempersiapkan peralatan kerja dan test fungsi

Tim Pemeriksa mempersiapkan SOP Pemeriksaan instalasi

Tim Pemeriksa mengisi kertas kerja atas ketersediaan peralatan dan fungsi kerjanya

Catatan :a. Formulir kerja disediakan dan diarsipkan kembali setelah selesai

b. Seluruh peralatan kerja dikembalikan pada tempat semula di kantor SIL

Melaksanakan Pemariksaan

Tim pemeriksa memeriksa gambar instalasi apakah sesuai dengan yang terpasang.

Tim pemeriksa memeriksa peralatan yang terpasang seperti tersebut dalam gambar instalasi serta memeriksa koneksi / pengawatan serta besarnya ukuran / kemampuan peralatan

Tim pemeriksa melakukan pemeriksaan fungsi dan pemeriksaan sistem kelayakan operasi dan keamanan terhadap gangguan internal dan eksternal.

Tim pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan penilaian atas kesesuaian instalasi yang diperiksa.

Tim pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada formulir pemeriksaan yang digunakan dan menyerahkan kepada tim verifikasi.

Catatan :1. Pemeriksa dapat memberikan pertanyaan kepada pemilik instalasi dan menyarankan atas ketidak sesuaian di instalasi yang terpasang

2. Pemilik instalasi, kontraktor listrik dan tim pemeriksa harus menandatangani formulir LHP (Laporan hasil pemeriksaan)

3. Pemeriksa harus melengkapi seluruh formulir isian dan apabila tidak dimungkinkan harus ada catatan yang menyatakan ketidakmungkinan pemeriksaan secara lengkap untuk dilakukan.

Pelaporan :

Tim pemeriksa membuat laporan atas pemeriksaan instalasi yang telah diperiksa

Tim pemeriksa menyepakati laporan dan membubuhi tandatangannya pada formulir yang tersedia

Tim pemeriksa menyampaikan laporan selambat lambatnya 1 (satu) hari setelah pemeriksaan untuk mendapat persetujuan dari supervisor yang ditetapkan.

Catatan :1. Hasil pemeriksaan diawasi dan disetujui oleh supervisor/koordinator yang ditunjuk

2. Supervisor/koordinator pemeriksa mencatat deviasi / kejanggalan atas pelaksanaan kerja pemeriksa

7. Penetapan Hasil PemeriksaanTim Verifikasi melengkapi hasil pemeriksaan ke dalam kertas kerja yang tersedia (Form LHP)

Tim pemeriksa membahas bersama hasil pemeriksaan dan masing masing pemeriksa memberikan pandapat dan fakta yang dimiliki terhadap pemeriksa.

Tim pemeriksa meresumekan konsep hasil pemeriksaan dan apabila diperlukan dapat meminta masukan dari atasan pemeriksa yang bersangkutan (second opinion).Tim pemeriksa mendiskusikan penetapan hasil pemeriksaan kepada pengawas agar penilaian terhadap pemeriksa tidak berpihak.

Tim pemeriksa dan pengawas menjelaskan hasil pemeriksaan kepada masing masing pemeriksa secara individual dan meminta saran / komentar atas pelaksanaan pemeriksaan serta membuat berita acara dan rekomendasi yang akan diserahkan kepada manajemen unit.

8. Laporan.Pengawas (atas nama KONSUIL) menandatangani dokumen hasil pemeriksaan operator pemeriksa di lapangan untuk segera dibuat sertifikatnya.

Manajemen SIL mengirimkan sertifikat instalasi kepada kontraktor dan PLN setempat serta pemilik instalasi.

Setiap sertifikat yang keluar dicatat pada buku register dan diarsipkan pertinggalnya baik hardcopy maupun softcopy.

Catatan :Fungsi pengawas pada masa transisi mewakili manajemen SIL membantu mengawasi para pemeriksa, namun apabila pemeriksaan telah berjalan baik fungsi pengawas ditiadakan (lihat di persyaratan akreditasi lambaga sertifikasi dikemudian hari oleh MESDM / DJLPE)9. Tindak lanjut :Manajemen SIL menyerahkan sertifikat instalasi kepada konsumen dan kontraktor serta PLN.

SLO berlaku 10 (sepuluh) tahun sepanjang instalasi tidak mengalami perubahan.

SIL memberikan rekomendasi apabila terdapat ketidak sesauaian terhadap standar yang ada dan batas waktu perbaikan yang layak untuk dapat difungsikan kembali.

10. Lampiran :Alur proses pemeriksaan.

Pedoman kerja pemeriksa .

Formulir pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan.SOP PEMERIKSAAN INSTALASI PERUMAHAN

MULAI

Tim Pemeriksa mempersiapkan materi dan prosedur

Pelaksanaan pemeriksaan di instalasi

Melaksanakan pemeriksaan

(diisi pada form tertulis)

Pemeriksa Tim Verifikasi

Hasil

Pemeriksaan

Baik. Ya

Resume hasil

Pemeriksaan

Penandatanganan hasil dan

Berita Acara Pemeriksaan

SELESAI

PANTAUAN 5 (LIMA) TAHUNAN