ISI DRAINASE

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya: Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. a) Jenis – jenis drainase : • Menurut sejarah terbentuknya : 1. Drainase alamiah (natural drainage) Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang 2. Drainase buatan (artificial drainage) Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus • Menurut letak bangunan : 1. Drainase permukaan tanah (surface drainage) Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan. 2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage) Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga 1

Transcript of ISI DRAINASE

Page 1: ISI DRAINASE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:

Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang

berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan

untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai

usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

a) Jenis – jenis drainase :

• Menurut sejarah terbentuknya :

1. Drainase alamiah (natural drainage)

Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang

2. Drainase buatan (artificial drainage)

Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus

• Menurut letak bangunan :

1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini

berguna untuk mencegah adanya genangan.

2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage) Suatu sistem

pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah. Pada jenis

tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka

air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

• Menurut fungsi :

1. Single purpose Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah

industri dll

2. Multi purpose

Beberapa jenis air buangan tercampur

• Menurut kontruksi :

1. Saluran terbuka

2. Saluran tertutup

1

Page 2: ISI DRAINASE

Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.

b) Sistem dan permasalahan drainase

Sistem drainase dibagi menjadi:

1. tersier drainage

2. secondary drainage

3. main drainage

4. sea drainage

Permasalahan drainase:

Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak

faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan,

antara lain :

1. Peningkatan debit

manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan

pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran

drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang

terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.

2. Peningkatan jumlah penduduk

Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari

pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti

oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga

selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.

3. Amblesan tanah

Disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan

beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.

4. Penyempitan dan pendangkalan saluran

5. reklamasi

6. limbah sampah dan pasang surut

c) Penanganan drainase perkotaan :

1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah

2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke     drainase

dapat dibuang dengan cepat agar tidak mengendap

2

Page 3: ISI DRAINASE

3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama

pembuangan sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui     pentingnya

melanggar drainase.

4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki

konservasi lingkungn.

5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk      menahan

air hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas      resapan.

B. Drainase Jalan Raya

Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di

perkotaan dan luar perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase

muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup

sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada

juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas

saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase

jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka

jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet

tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak

saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah

tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan,

sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran

akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka

kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan

satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan

yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak

tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan

untuk mengalirkan air dari saluran.

C.. Drainase Lapangan Terbang

Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area

run way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit

3

Page 4: ISI DRAINASE

diresapi , maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase

muka tanah atau surface drainage.

Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau

samadengan 1,50 % , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5

%.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama

dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di

permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.

Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus

ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis

luar lapangan terbang.

D. Drainase Lapangan Olahraga

Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau

resapan air hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface

drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan

lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan

sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling

lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

4

Page 5: ISI DRAINASE

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Konstruksi Jalan Di Lahan Gambut

Daerah gambut di Indonesia sangat luas dan tersebar di pulau besar

maupun kecil. Pada mulanya daerah tanah gambut kurang diperhatikan dan tidak

menarik secara ekonomi, tetapi karena pertumbuhan penduduk dan perkembangan

teknologi memaksa orang membangun di atas tanah gambut. Hal ini sejalan

dengan program pemerintah untuk membuka daerah terisolir dengan

pembangunan ruas jalan baru karena banyak ditemuinya potensi alam di bawah

lahan tanah gambut. Penggunaan lahan gambut sebagai areal pembangunan baik

pertanian, hunian, maupun infrastruktur, termasuk jalan, akhir-akhir ini terlihat

semakin menggejala. Sementara selama ini orang membuat jalan di atas gambut

dengan menggunakan alas rangkaian kayu gelondongan, untuk memperbaiki daya

dukung gambut dan menyeragamkan penurunan, sehingga memerlukan

pembabatan hutan. Sebagian dari aktivitas itu berada di atas lahan tanah gambut

dengan ketebalan yang bervariasi dan memiliki daya dukung yang sangat rendah

(extremely low bearing capacity). Akibatnya banyak menimbulkan masalah bagi

konstruksi yang harus dibangun di atas lapisan tanah gambut. Umumnya

diakibatkan oleh rendahnya daya dukung, sifat permeabilitas yang tinggi dan sifat

pemampatan (konsolidasi) yang sangat tinggi, terutama kompresi sekunder yang

memakan waktu lama. Tidak sedikit kerusakan jalan yang terjadi dalam waktu

yang relatif lebih cepat dari umur rencana dan seringkali memerlukan biaya yang

cukup besar dalam rangka pembinaan jalan pada lokasi tersebut.

Gambut adalah tanah lunak, organik dan sangat sulit dipindahkan, serta

mempunyai daya dukung yang sangat rendah. Secara teknis tanah gambut tidak

baik sebagai landasan karena memiliki kompresibilitasnya tinggi. Gambut

mengandung bahan organik lebih dari 30 %, sedangkan lahan gambut adalah

lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan

gambutnya kurang daripada 50 cm disebut lahan bergambut. Gambut terbentuk

dari hasil dekomposisi bahan2 organik seperti dedaunan, ranting serta semak

5

Page 6: ISI DRAINASE

belukar yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan

anaerob.

Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :

1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 - 1.0 m

2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 - 2.0 m

3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 - 3.0 m

4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m

Selanjutnya berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis,

yaitu :

1. Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat

diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi.

2. Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.

3. Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami

tingkat dekomposisi lanjut.

Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki

kapasitas tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan

unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro

(seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.

Pembangunan di daerah gambut, untuk mendapatkan stabilitas tanah yang baik

membutuhkan waktu yang relative lama (cara konvensional), yaitu dengan pre-

loading. Salah satu alternatifnya dengan membuat aliran vertical atau horizontal

drainase pada tanah gambut itu sendiri selama proses pre-loading berlangsung.

Pre-loading dengan drainase ini dimaksudkan atau ditujukan air yang

termampatkan selama proses konsolidasi lebih cepat teralirkan sebagai akibatnya

tanah akan mengalami penurunan (settlement). Penurunan akibat pre-loading ini

diharapkan dapat mengurangi penurunan bangunan nantinya.

Besarnya pre-loading ini tergantung pada pembebanan bangunan yang

akan diterima tanah nantinya serta penurunan bangunan yang diizinkan tentunya.

Proses drainase dapat dibantu dengan pembuatan sumuran-sumuran yang berisi

material sangat permeable (kerikil, pasir kasar, kerakal) atau dengan bahan sintetis

yang telah banyak digunakan. Diharapkan dengan proses drainase seperti ini maka

6

Page 7: ISI DRAINASE

tanah akan cepat lebih stabil dan settlement yang akan datang tidak melebihi

batas-batas yang telah ditentukan.

Untuk konstruksi jalan diperlukan penelitian terhadap sifat-sifat teknik

gambut yang mencangkup daya dukung, besar dan waktu penurunan, ketebalan

serta jenis tanah yang berada dibawahnya. Indonesia memiliki lahan gambut

seluas 27.000.000 ha terpusat di Pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian

Jaya.

B. Analisa dan Pembahasan

Masalah utama di areal gambut (peat) yang utama adalah sifatnya yang

sangat compressible dimana lapisannya akan memiliki potensi settlement

(penurunan) yang sangat besar ketika dibebani di atasnya. Semakin tebal lapisan

gambutnya, semakin besar settlement yang dapat terjadi.

Gambut di Indonesia (contoh Kalimantan) merupakan salah satu daerah

yang memiliki lapisan gambut yang besar di dunia (s.d 15-20m). Metode aplikatif

yang dapat diterapkan berkaitan dengan konstruksi suatu struktur di atasnya akan

sangat bergantung pada beberapa aspek, misalnya tebal gambut, daya dukung

lapisan tanah di bawah gambut, sifat konstruksi di atasnya, dan tentu saja

properties dari gambut (peat) itu sendiri.

Jika lapisan gambutnya cukup tipis, 0-2m, cara yang paling gampang

adalah dengan membuang atau mengupas lapisan gambut tersebut dan

menggantinya dengan material yang lebih baik. Jika kedalamannya tidak terlalu

dalam (3-4m), konstruksi dengan menggunakan cerucuk kayu (dolken atau

curdoray) dapat pula menjadi pilihan. Sedangkan jika lapisan gambutnya sangat

dalam atau tebal, maka konstruksi dengan tiang pancang maupun dengan

menggunakan material alternatif yang ringan seperti EPS (expanded

polyesthyrine) dapat menjadi pilihan. Namun tentu kita harus pula

memperhitungkan segi biayanya pula.

Settlement pada gambut dapat pula di percepat dengan melakukan

preloading ataupun dengan menggunakan system vertical drain (PVD, sand drain,

etc.). Metode aplikatif dapat dipilih jika masalahnya sesuai dan telah melakukan

analisis mendalam berdasarkan soil investigation yang baik serta dengan

7

Page 8: ISI DRAINASE

menggunakan pendekatan yang tepat. Saat ini telah banyak software yang

dikembangkan untuk dapat memperhitungkan besarnya dan lamanya settelemnt

yang akan terjadi berdasarkan karakteristik lapisan gambut setempat

Untuk areal gambut luas yang akan dijadikan konstruksi jalan, biasanya dengan

cara memperbaiki areal tersebut dengan cara dikupas atau digali kemudian galian

tersebut diisi dengan lapisan tanah atau pasir yang lebih baik, dimana tanah yang

telah diganti tersebut dipampatkan dengan diberi beban diatasnya berupa

tumpukan pasir atau tanah selama jangka waktu tertentu.

Untuk mempercepat pemampatan lapisan tanah, ada beberapa cara yang

dilakukan yaitu ada yang menggunakan tiang pasir (vertical sand drain, contohnya

pada proyek EXOR I di Balongan) yang dipasang pada setiap jarak tertentu dan

ada juga yang menggunakan sejenis bahan sintetis yang dipasang vertical juga

yang jaraknya tergantung kebutuhan (biasanya sekitar 1 ) yang dikenal dengan

nama vertical wick drain.

Penggunaan vertical wick drain ada juga yang ditambah dengan bantuan

pompa vakum untuk mempercepat proses pemampatan tanah. Semua hal ini

dilakukan untuk mengeluarkan air dan udara yang mengisi pori-pori pada lapisan

tanah. Proses pemampatan tanah ini ada juga yang menggunakan sistem yang

disebut dynamic consolidation yaitu dengan cara menjatuhkan beban yang berat

kelapisan tanah yang akan dipampatkan (system ini contohnya dipakai pada

proyek Kansai airport di Jepang dan Nice airport di Perancis yang mana arealnya

berupa areal reklamasi).

Untuk areal yang tidak luas, pondasi untuk equipment, ada yang langsung

membangun pondasinya (contohnya pondasi cakar ayam), yang mana setelah

pondasinya terpasang baru kemudian diberi beban diatasnya berupa tumpukan

pasir atau tanah supaya terjadi pemampatan sampai yang diinginkan baru

kemudian dibangun konstruksi jalan yang ingin dipasang diatasnya. Cara yang

murah adalah dengan memakai dolken atau bambu berukuran diameter sekitar 8

cm dan panjang antara 4 s.d 6 meter yang dipancang dengan jarak tergantung

kebutuhan (biasanya sekitar 30-40cm).

Sistem Pondasi untuk tanah lunak menggunakan metoda raft foundation

(Pondasi Rakit) yaitu Pondasi Sarang Laba-Laba. Pondasi sarang laba-laba ini

8

Page 9: ISI DRAINASE

pada dasarnya bertujuan untuk memperlakukan sistem pondasi itu sendiri dalam

berinteraksi dengan tanah pendukungnya.

Semakin fleksibel suatu pondasi (Pondasi Dangkal), maka semakin tidak

merata stress tanah yang timbul, sehingga terjadi konsentrasi tegangan di daerah

beban terpusat. Sebaliknya semakin kaku pondasi tersebut, maka akan semakin

terdistribusi merata tegangan tanah yang terjadi yang dengan sendirinya effective

contact area pondasi tersebut akan semakin besar dan tegangannya akan semakin

kecil.

Pondasi sarang laba-laba ini memiliki kedalaman antara 1 s/d 1.5 meter,

dan terdiri dari pelat rib vertical yang berbentuk segitiga satu sama lainnya. Di

antara ruang segitiga tersebut akan diisi material tanah pasir yang dipadatkan (bisa

sirtu). Selanjutnya di atas pelat tersebut akan di cor pelat beton dengan tebal 150 s

atau d 200 mm. Konstruksinya cukup sederhana dan cepat dilaksanakan serta

ekonomis.

Cara lain yang selama ini dipakai pada pembuatan jalan adalah pemakaian

kanoppel atau galar kayu sebagai perkuatan tanah dasar pada pembuatan jalan

diatas tanah gambut cukup besar. Banyaknya pembangunan jalan yang selama ini

dikerjakan dengan memakai kanoppel tidak lepas dari pertimbangan ekonomis

mengingat fungsi jalan raya selalu berkaitan dengan dimensi panjang yang

melibatkan bahan perkerasan dengan jumlah yang cukup banyak.

Adanya alternatif lain untuk meningkatkan perkuatan tanah dasar yaitu dengan

pemakaian geotextile dapat memberikan pertimbangan lain secara ekonomis dan

struktur. Geotextile merupakan suatu bahan geosintetik yang berupa lembaran

serat sintetis tenunan dan tambahan bahan anti ultraviolet. Geotextile ini

mempunyai berat sendiri yang relatif ringan dan dapat diabaikan, akan tetapi

mempunyai kekuatan tarik yang cukup besar untuk menerima beban diatasnya.

9

Page 10: ISI DRAINASE

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas kajian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut Drainase merupakan salah satu factor pengembangan

irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan

irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga

diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya

dengan salinitas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, ada beberapa

hal yang dapat disarankan pembahasannya difokuskan pada draibase area run way

dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi ,

maka analisis kapasitas / debit hujan memepergunakan formola drainase muka

tanah atau surface drainage.

10

Page 11: ISI DRAINASE

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1986), Standard Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian

Bangunan , Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Galang Persada,

Bandung.

Anonim (1996), Pedoman Pengendalian Banjir, Volume III, Pedoman

Perencanaan dan Pelaksanaan, Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Pengairan,

Jakarta.

Anonim (2000), Laporan Akhir Surabaya Drainage Master Plan (SDMP) 2018, Jilid

2 Annex , Juni 2000, Bappeko Kota Surabaya, Surabaya.

Anonim (2002), Modul Bidang Air Bersih, Standar Teknis Prasarana dan Sarana Air

Bersih, Dinas Permukiman Propinsi Jawa Timur, Surabaya.

11