Isi Askeb Kom Ispa

download Isi Askeb Kom Ispa

of 43

description

asuhan kebidanan ispa

Transcript of Isi Askeb Kom Ispa

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangISPA merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala yaitu batuk, serak /anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara, pilek, dan panas atau demam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita yaitu status gizi, umur, kelengkapan imunisasi, jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A dan faktor lingkungan (kepadatan hunian, ventilasi, jenis lantai, kepemilikan lubang asap, keberadaan anggota keluarga yang merokok, keberadaan anggota keluarga yang menderita ISPA).Di Desa Kebocoran RW 4 terdiri dari 6 RT. Jumlah KK RW 4 adalah 157 kepala keluarga. Di desa Kebocoran RW 4 kebanyakan jenis lantai sudah keramik ataupun tehel namun sebagian warga masih ada yang berlantai tanah, 60% masih memasak menggunakan tungku, tidak ada lubang asap, kandang di dekat rumah, dan anggota keluarga masih banyak yang merokok di dalam rumah. Dengan demikian, maka Desa Kebocoran RW 4 mempunyai factor resiko terjadinya ISPA.Berdasarkan pernyataan di atas maka penulis tertarik mengambil kasus ISPA yaitu Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. Ah dengan Fokus Asuhan Pada Balita An.R Umur 4,5 tahun dengan Faktor Resiko ISPA di Desa Kebocoran RT3 RW 4, Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas.

B. Tujuan1. Tujuan umumMengetahui factor resiko terjadinya ISPA2. Tujuan khususa. Menemukan masalah-masalah kesehatan yang ada di Desa Kebocoran melalui Survei Mawas Diri (SMD)b. Mengetahui hasil analisis kasus berdasarkan hasil survey.c. Menerapkan managemen kebidanan baik individu, keluarga, kelompok, masyarakat, dengan memeperhatikan aspek keselamatan pasien di Desa Kebocorand. Melakukan tindakan atau pemecahan masalah individu, keluarga, kelompok masyarakat, dengan menerapkan manajemen kebidanan kmunitas

BAB IITINJAUAN TEORI

A. PengertianIstilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris yaitu Accute Respiratory Infections disingkat ARI. Dalam Lokakarya ISPA I tersebut ada dua pendapat, pendapat pertama memilih istilah ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) dan pendapat kedua memilih istilah ISNA ( Infeksi Saluran Napas Akut ). Pada akhir lokakarya diputuskan untuk memilih ISPA dan istilah ini pula yang dipakai hingga sekarang (Depkes RI, 2001).Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan, akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut :1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan bagian bawah ( termasuk jaringan paru-paru ) dan organ adneksa saluran pernapasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernapasan ( respiratory tract ).3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA proses ini dapat berlangsung 14 hari ( Depkes RI, 1999 ).Penyakit ISPA mencakup penyakit saluran pernapasan atas (ISPaA) dan saluran napas bagian bawah ( ISPaB) beserta adneksanya. Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi-infeksi yang mengenai struktur-struktur saluran pernapasan hidung, sinus, rongga hidung posterior dan faring (Catzer, 1998). Sedangkan menurut Behrman (1999) infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan di atas faring. Adapun menurut Wikipedia (2009) Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau URI (Upper Respiratory Infections) adalah penyakit infeksi yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus atau faring. Meadow (2003) menambahkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPaA) digunakan untuk mendeskripsikan flu. Gejalanya adalah batuk, pilek, demam kadang anoreksia. Infeksi saluran pernapasan bawah atau pneumonia adalah proses akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Somantri, 2008 ). Sedangkan menurut Ngastiyah (2005) pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus. B. EtiologiEtiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptococcus, Staphilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.C. KlasifikasiKlasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.1. Golongan umur kurang dari 2 bulana. Pneumonia BeratBila disertai tanda tarikan kuat di dinding dada pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu terdapat kenaikan 6x per menit atau lebih.b. Bukan Pnemonia ( batuk pilek )Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.Tanda bahaya untuk golongan umur kurang dari 2 bulan, yaitu 1) Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari volume yang biasa diminum )2) Kejang3) Kesadaran menurun4) Stridor5) Wheezing6) Demam/dingin.2. Golongan umur 2 bulan-5 tahuna. Pneumonia beratBila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik napas ( pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta ).b. Pneumonia sedangBila disertai napas cepat, batas, batas napas cepat ialah (1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan= 50 kali per menit atau lebih(2) Untuk usia 1-4 tahun= 40 kali per menit atau lebihc. Bukan pneumoniaBila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (batuk pilek biasa).Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu:(1) Tidak bisa minum(2) Kejang(3) Kesadaran menurun(4) Stridor(5) Gizi buruk (Depkes RI, 2001)

D. Gejala Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :1. Batuk2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara ( misal waktu berbicara atau menangis ).3. Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37o C atau jika dahi anak diraba. Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :1. Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernapasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan napas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.2. Suhu lebih dari 39oC (diukur dengan thermometer)3. Tenggorokan berwarna merah4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga6. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)7. Pernapasan berbunyi menciut-ciutSeorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:1. Bibir atau kulit membiru2. Lubang hidung kembang-kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun4. Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba7. Tenggorokan berwarna merahE. PenularanKuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA (Depkes RI, 2001)Cara penularan kuman penyakit ISPA adalah melalui infeksi droplet dan melalui tangan serta barang-barang yang baru terkontaminasi, misalnya saputangan (Mandal, B.K.,dkk, 2004).1. LingkunganMenurut Wikipedia (2009) lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan tersebut.Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut lingkungan hidup. Menurut Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balitaa. Faktor Intrinsik1) Status GiziGizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa, I Nyoman., dkk, 2001).Fungsi gizi antara lain:a) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama bagi yang masih dalam pertumbuhanb) Memperoleh energy guna melakukan aktivitas fisik sehari-haric) Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh)d) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai zat anti oksidan (Kertasapoetra, Marsetyo, Med, 2001).Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan baerbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin, dan macam pekerjaan. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang di makan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal (Sjahmien Moehji, 2000).Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Suparisa,.I Nyoman, dkk, 2002).Penelitian yang dilakukan oleh Chandra pada tahun 1979 menunjukkan banwa kekurangan gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pio dkk (1985) menunjukkan adanya hubungan antara kekurangan zat gizi dan Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) karena kekurangan gizi akan cenderung menurunkan daya tahan tubuh balita terhadap serangan penyakit (Dinkes, 2001).2) Pemberian ASI EksklusifASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu dalam memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Karena sesuatu yang baik tidaklah harus mahal bahkan bisa sebaliknya, terbaik dan termurah yaitu ASI. Karena ASI bisa membuat anak lebih sehat tetapi juga cerdas dan lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan (Depkes RI, 2001).Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya lewat ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan tubuh sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Sistem imun bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencukupi sehingga dapat mengakibatkan adanya kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan hilang atau berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare, ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk pilek dan penyakit alergi. Pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001).Penelitian yang dilaksanakan oleh Pisacane (1999) membuktikan bahwa pemberian ASI memberikan efek yang tinggi terhadap ISPA. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shah (2000) juga menunjukkan bahwa ASI mengandung bahan-bahan dan anti infeksi yang penting dalam mencegah invasi saluran pernapasan oleh bakteri dan virus. Walaupun balita sudah mendapat ASI lebih dari 6 bulan tetapi bila status gizi dan lingkungan kurang mendukung dapat merupakan risiko penyebab pneumonia bayi (Dinkes, 2001).3) UmurISPA dapat menyerang semua manusia baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia terutama pada usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh balita lebih rendah dari orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA.Umur diduga terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya. Bayi dan balita merupakan kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna sehingga masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Hal senada dikemukakan oleh Suwendra (1988), bahkan semakin muda usia anak makin sering mendapat serangan ISPA.Pada bayi muda, respon imunologi tehadap patogen spesifik masih lemah. Selain itu, ikuran diameter jalan nafas pada usia ini lebih kecil. Pendeknya saluran nafas memudahkan organisme patogen mencapai tempat yang lebih dalam untuk berkembang biak dan menginfeksi lebih luas (Wong, 2001).4) Kelengkapan ImunisasiAda dua jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara iminisasi aktif, karena imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak yaitu bila diduga tubuh anak belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit yang ganas.Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah:a) Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat, pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.b) Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun) sedangkan imunisasi pasif hanya berlangsung untuk beberapa bulan.Sesuai dengan progam pemerintah tentang Progam Pengembangan Imunisasi (PPI) maka anak diharuskan mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC (dengan pemberian vaksin BCG), difteria, tetanus, batuk rejan, poliomyelitis, campak dan hepatitis B.Imunisasi lain yang dianjurkan di Indonesia pada saat ini adalah terhadap penyakit gondong dan campak jerman (dengan pemberian vaksin MMR), tifus, radang selaput otak oleh kuman Haemophilus Influenzae tipe B (HIB), hepatitis A, cacar air dan rabies (Markum, 2002).Jenis-jenis imunisasi wajib :a) Vaksin BCGb) Vaksin DPTc) Vaksin Poliomielitisd) Vaksin Campake) Vaksin Hepatitis B5) Jenis KelaminSelama masa anak-anak, laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan energi dan gizi yang hampir sama. Kebutuhan gizi untuk usia 10 tahun pertama adalah sama sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan konsekuensi kesehatannya akan sama pula. Sesungguhnya, anak perempuan mempunyai keuntungan biologis dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15-1 kali lebih di atas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian (Koblinsky, dkk, 1997)Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002-2003 mencatat bahwa anak balita yang mempunyai gejala-gejala pneumonia dalam dua bulan survei pendahuluan sebesar 7,7% dari jumlah balita yang ada (14.510) adalah anak balita laki-laki. Sedangkan jumlah balita perempuan yang mempunyai gejala-gejala pneumonia sebesar 7,4% (Statistic Indonesia, et al, 2003). 6) Pemberian Vitamin AMasing-masing vitamin dibutuhkan badan dalam jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit vitamin yang tersedia bagi badan memberikan tingkat kesehatan yang kurang. Bila terlalu banyak vitamin yang dikonsumsi akan terjadi gejala-gejala yang merugikan dan kondisi demikian disebut hipervitaminosis. Sebaliknya, bila konsumsi vitamin tidak memenuhi kebutuhan maka akan terjadi gejala-gejala yang merugikan. Bila kadar vitamin di dalam darah sudah menurun tetapi belum memberikan gejala-gejala klinik yang jelas disebut hypovitaminosis sedangkan bila sudah tampak gejala-gejala klinik disebut avitaminosis. Di Indonesia, yang masih merupakan problema defisiensi pada skala nasional adalah vitamin A (Sediaoetama, 2000).Kekurangan vitamin A terutama terjadi pada anak-anak balita. Kekurangan vitamin A (KVA) menghalangi fungsi sel-sel kelenjar sehingga kulit menjadi kering, kasar dan luka sukar sembuh. Membrane mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mucus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi). Vitamin A berpengaruh fungsi kekebalan tubuh manusia (Almatsier, 2004).Pada KVA, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan (Almatsier, 2004).b. Faktor Ekstrinsik (faktor lingkungan)1) Kepadatan hunianLuas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi termasuk ISPA, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang atau maksimal 2 orang untuk tiap kamar (Notoatmodjo, 2007)Pemanfaatan atau penggunaan rumah perlu sekali diperhatikan. Banyak rumah yang secara teknis memenuhi syarat teknis memenuhi syarat kesehatan, tetapi apabila penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukannya, maka dapat terjadi gangguan kesehatan. Misalnya rumah yang dibangun untuk dihuni oleh empat orang, tidak jarang dihuni oleh lebih dari semestinya. Hal ini, sering dijumpai karena biasanya pendapatan keluarga berbalik dengan jumlah anak atau anggota keluarga. Dengan demikian keluarga yang besar seringkali hanya mampu membeli rumah yang kecil dan sebaliknya. Hal ini sering tidak mendapat perhatian dan terus membangun rumah menjadi sangat sederhana dan sangat kecil bagi yang kurang mampu (Juli Soemirat, 2000)Mikroba tak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar. Oleh karena itu, mikroba dapat berada di udara relatif lama. Dengan demikian kemungkinan untuk memasuki tubuh semakin besar. Hal ini dibantu pula oleh taraf kepadatan penghuni ruangan sehingga penularan penyakit infeksi lewat udara sebagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Juli Soemirat, 2000)Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Berdasarkan Dir. Higiene dan Sanitasi Depkes RI (1993) maka kepadatan penghuni dikategorikan menjadi memenuhi standar (2 orang per 8m2) dan kepadatan tinggi yaitu lebih 2 orang per 8m2 dengan ketentuan anak 10 % dari luas lantai2

8Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca 0

b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal131

c. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal2

IISARANA SANITASI25(bobot)

9Sarana air bersih (SGL/SPT/PP/KU/PA)a. Tidak ada0

b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan1

c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat2

d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan3

e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan4100

10Jamban (sarana pembuangan kotoran)a. Tidak ada00

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam1

c. Ada, bukan leher angsa ada tutup (leher angsa)disalurkan ke sungai/kolam2

d. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic tank3

e. Ada, leher angsa, septic tank4

11Sarana pembuangan air limbah (SPAL)a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah 0

b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air(jarak dengan sumber air 10m)3

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut4

12Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)a. Tidak ada0

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup125

c. Ada, kedap air dan tidak tertutup2

d. Ada, kedap air dan tertutup3

IIIPERILAKU PENGHUNI44(bobot)

13Membuka jendela kamar tidura. Tidak pernah dibuka00

b. Kadang-kadang1

c. Setiap hari dibuka2

14Membuka jendela ruang keluargaa. Tidak pernah dibuka00

b. Kadang-kadang1

c. Setiap hari dibuka2

15Membersihkan rumah dan halaman a. Tidak pernah 0

b. Kadang-kadang1

c. Setiap hari288

16Membuang tinja bayi dan balita ke jambana. Dibuang ke sungai/ kebun/kolam/sembarangan00

b. Kadang-kadang dibuang ke jamban1

c. Setiap hari dibuang kejamban2

17Membuang sampah pada tempat sampah a. Dibuang ke sungai/ kebun/kolam/sembarangan0

b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 144

c. Setiap hari dibuang ketempat sampah2

18Menempatkan kandang ternak/piaraana. Di dalam rumah 0

b. Menempel/ berhimpit dinding rumah1

c. Terpisah dengan rumah < 10 meter288

d. Terpisah dengan rumah > 10 meter atau tidak punya ternak/piaraan3132

TOTAL HASIL PENILAIAN837

Kriteria rumah sehat : >1068 = rumah sehat