Ishikawa

14
MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI PROYEK OLEH Dr. KAORU ISHIKAWA I. Pendahuluan Total Quality Management (TQM) masih menjadisesuatu kontroversial, karena kesulitan dalam hal mempraktekkannya. Ada yang mengatakan TQM sebagai alternatif baru manajemen, tapi ada pula yang melihatnya sebaga lompatan manajemen menuju kesuksesan.Faktorfaktor penyebab keberhasilan atau kegagalan penerapan TQM sangat sulit diidentifikasika karena penerapan TQM sangat spesifik dengan kondisi perusahaan menerapkannya. !istem Manajemen Mutu (Quality Management !ystem) adalah bagian sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perha (mengarahkan dan mengendalikan) pada pen"apaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan pelanggan#penerima manfaat. !elama pelaksanaan !istem Mananajeman Mutu, prosedurprosedur yang akan dikembangkan. $onsep mutu dan pengendalian mutu dimulai dari industri yang memproduks senjata dan peralatan militer pada perang dunia kedua. !etelah kalah pe %epang mulai lagimembangun negaranya dengan mempelajari konsep pengendalian mutu di negaranegara barat, terutama Amerika. &ad ' * +d ard -eming dari Amerika datang ke %epang untuk memperkenalkan teknikteknik pengendalian mutu produk. Masyarakat industri dan %epang sangat antusias sehingga pengendalian mutu dikembangkan s lebih baik. &ada masamasa ini mun"ul $aoru shika a yang sel menjadi tokoh terkemuka di %epang yang konsisten dalam pengemba kendali mutu bagi perusahaanperusahaan %epang.

description

tgs

Transcript of Ishikawa

Manajemen Mutu Konstruksi Proyek Oleh Dr

MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI PROYEK OLEH Dr. KAORU ISHIKAWA

I. Pendahuluan

Total Quality Management (TQM) masih menjadi sesuatu kontroversial, karena kesulitan dalam hal mempraktekkannya. Ada yang mengatakan TQM sebagai alternatif baru manajemen, tapi ada pula yang melihatnya sebagai lompatan manajemen menuju kesuksesan. Faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan penerapan TQM sangat sulit diidentifikasikan, karena penerapan TQM sangat spesifik dengan kondisi perusahaan yang menerapkannya. Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) adalah bagian sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan Sistem Mananajeman Mutu, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan.Konsep mutu dan pengendalian mutu dimulai dari industri yang memproduksi senjata dan peralatan militer pada perang dunia kedua. Setelah kalah perang, Jepang mulai lagi membangun negaranya dengan mempelajari konsep pengendalian mutu di negara-negara barat, terutama Amerika. Pada tahun 1950 Edward Deming dari Amerika datang ke Jepang untuk memperkenalkan teknik-teknik pengendalian mutu produk. Masyarakat industri dan ilmuan Jepang sangat antusias sehingga pengendalian mutu dikembangkan secara lebih baik. Pada masa-masa ini muncul Kaoru Ishikawa yang selanjutnya menjadi tokoh terkemuka di Jepang yang konsisten dalam pengembangan kendali mutu bagi perusahaan-perusahaan Jepang.II. Biografi Dr. Kaoru IshikawaKaoru Ishikawa (Ishikawa Kaoru) (1915-1989), seorang ilmuwan yang dilahirkan di Tokyo, Jepang merupakan anak tertua dari delapan bersaudara Ichiro Ishikawa. Pada Tahun 1939 beliau meraih gelar sebagai sarjana teknik bidang kimia terapan dari Universitas Tokyo. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai teknisi kapal (1939-1941) kemudian pindah bekerja di Perusahaan Bahan Bakar Cair Nissan (Nissan Liquid Fuel Company) sampai tahun 1947.

Pada tahun 1960, Ishikawa menjadi professor tetap pada Fakultas Teknik, Universitas Tokyo. Profesor yang juga merupakan salah seorang murid dari Edward Deming ini aktif dalam pergerakan mutu di Jepang dan merupakan anggota dari Union of Japanese Scientist and Engineers (JUSE).Setelah Perang Dunia II, Jepang terlihat mengubah sektor industrinya, tetapi pada saat itu Amerika Utara masih memandang Jepang sebagai produsen mainan murah dan kamera dengan kualitas rendah. Merupakan keahliannya dalam mengerahkan banyak orang ke arah tujuan yang lebih spesifik dengan tanggung jawab yang semakin besar untuk peningkatan kualitas di Jepang. Ishikawa menterjemahkan, menggabungkan serta memperluas konsep manajemen Deming dan Juran ke dalam Japanese system.

Pada saat itulah Ishikawa memperkenalkan konsep Quality Circles (Lingkaran Kualitas). Konsep ini dikembangkan sebagai percobaan untuk menemukan pengaruh kepemimpinan manajer perusahaan terhadap kualitas produksi. Meskipun banyak perusahaan diundang untuk berpartisipasi, hanya satu perusahaanNippon Telephone and Telegraphyang menerimanya.

Diantara usahanya untuk meningkatkan kualitas adalah menyelenggarakan Konferensi Tahunan Peningkatan Mutu bagi Top Manajemen (1963) dan menulis beberapa buku tentang Quality Control. Dia adalah seorang ketua dewan redaksi majalah bulanan Statistical Quality Control. Ishikawa juga terlibat dalam kegiatan standardisasi internasional.

Atas jasa-jasanya itu dan konsistensinya dalam peningkatan mutu, Ishikawa mendapatkan sejumlah penghargaan yaitu, Deming Prize, the Nihon Keizai Press Prize, the Industrial Standardization Prize untuk karya tulisnya mengenai quality control, dan the Grant Award yang diperoleh dari American Society for Quality Control untuk program pendidikan mengenai quality control.

Ishikawa meninggal dunia pada tahun 1989. Sebagai penghargaan, di tahun kematiannya itu Juran mengatakan: Banyak hal yang harus dipelajari dengan mempelajari bagaimana Dr. Ishikawa berhasil kesuksesan dalam kehidupan pribadinya. Dia mendedikasikan dirinya untuk melayani masyarakat bukan sebaliknya, melayani dirinya sendiri.Kaoru Ishikawa ingin merubah jalan/cara orang-orang memikirkan pekerjaan. Ia menghimbau para manajer untuk menentang menjadikan isi dengan selalu meningkatkan suatu mutu produk, meminta dengan tegas peningkatan mutu itu selalu selangkah lebih lanjut. Dugaannya pengendalian mutu perusahaan besar menuntut layanan pelanggan dilanjutkan. Ini berarti bahwa pelanggan akan melanjutkan menerima pelayanan setelah menerima produk tersebut. Layanan ini akan meluas ke semua perusahaan itu sendiri dalam semua tingkatan manajemen, dan bahkan di luar perusahaan untuk kehidupan sehari-hari bagi semua yang terlibat.Menurut Ishikawa, peningkatan mutu adalah suatu proses berlanjut, dan akan selalu dapat selangkah lebih lanjut. Dengan penyebabnya dan diagram efek ( juga disebut " Ishikawa" atau diagram " tulang ikan") pemimpin manajemen ini membuat kemajuan spesifik dan penting di dalam peningkatan mutu. Dengan penggunaan diagram baru ini, pemakai dapat melihat semua kemungkinan penyebab suatu hasil, dan berharap menemukan akar dari ketidaksempurnaan prosesnya.Dengan penunjukan akar permasalahan yang tepat, diagram ini menyediakan peningkatan mutu dari " alas atas." Dr. W. Edwards, salah satu rekan kerja Dr Kaoru Ishikawa, mengadopsi diagram ini dan menggunakannya untuk memberi pengajaran pengendalian mutu terpadu di Jepang sejak saat Perang dunia II. Ishikawa dan Deming menggunakan diagram ini sebagai satu alat yang pertama di dalam proses manajemen mutu. Ishikawa juga menunjukkan pentingnya tujuh pengendalian mutu: control chart, run chart, histogram, scatter diagram, Pareto chart, dan flowchart. Terlebih lagi, Ishikawa menyelidiki konsep lingkaran mutu, sebuah Filosofi Jepang yang ia gambarkan dari ketidakjelasan ke dalam penerimaan dunia secara luas. Ishikawa percaya akan pentingnya dukungan dan kepemimpinan dari puncak level manajemen.III. The 7 QC Tools Of Dr. Kaoru IshikawaThe 7 QC tools banyak dikenal luas dalam lingkup masyarakat mutu, hal ini tidak dapat dipungkiri karena memang alat-alat bantu ini berkembang penggunaannya di dalam proses kegiatan peningkatan mutu atau pemecahan masalah yang biasa dilakukan dalam konteks QC Circle atau Quality Improvement Team, dan lain sebagainya. Sesungguhnya keampuhan alat-alat bantu ini, tidak hanya terbatas dalam lingkup QMS (Quality Management System) saja. Karena, kalau saja para pakar yang menekuni disiplin ilmu lainnya, seperti misalnya : ahli politik, ahli ekonomi, ahli pemasaran dan lain sebagainya, berkenan untuk mempelajari secara massif penggunaan alat-alat bantu ini dan memahaminya secara baik, mereka dapat memanfaatkannya untuk melengkapi keilmuan dan kemampuan analisisnya. Sebagai contoh, bila Anda adalah seorang politikus yang sedang menghadapi perpecahan anggota organisasinya, atau sedang menghadapi krisis kepercayaan dari para konstituen, dan bila Anda menguasai dengan baik " 7 QC Tools", maka dalam menghadapi persoalan ini, Anda akan berusaha mengumpulkan data dengan metode survey dan menggunakan alat bantu Checksheet, kemudian "raw data" yang diperoleh dianalisa kembali melalui alat bantu lainnya, misalnya dengan Pareto diagram, untuk mengetahui prioritas persoalan, kemudian dengan Fishbone diagram ditelusuri faktor-faktor penyebab yang berpeluang dominan sebagai akar persoalan, untuk kemudian dibuatkan solusinya. Demikianlah sebuah persoalan politik sekalipun dapat ditelusuri, dianalisa dan dibuat kesimpulan serta keputusannya melalui penggunaan alat bantu kendali mutu (The 7 QC tools).A. Kegunaan The 7 QC Tools Of Dr. Kaoru IshikawaThe 7 QC tools adalah alat-alat bantu yang bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam suatu persoalan.

Kemampuan 7 QC tools yang dahsyat dalam mengemukakan fakta/fenomena inilah yang menyebabkan para pakar dalam setiap proses kegiatan mutu sangat tergantung pada alat-alat bantu ini. Meskipun demikian, keberhasilan dalam menggunakan 7 QC tools sangat dipengaruhi oleh seberapa massif pengetahuan si pengguna akan alat bantu yang dipakainya. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki, akan semakin tepat dalam memilih alat bantu yang akan digunakan. Itulah sebabnya, ada 2 hal pokok yang perlu menjadi pedoman, sebelum menggunakan 7 QC tools, yaitu : EFISIEN (tepat) dan EFEKTIF (benar).

EFISIEN, maksudnya adalah ketepatan dalam memilih alat bantu yang sesuai dengan karakteristik persoalan yang akan dibahas. EFEKTIF, artinya bahwa penggunaan alat bantu tersebut dilakukan dengan "benar", sehingg persoalan menjadi lebih jelas, mudah dimengerti dan memberikan peluang untuk diperbaiki.B. The 7 QC Tools Of Dr. Kaoru Ishikawa dan Cara Penggunaannya

Kaoru Ishikawa, seorang pakar kendali mutu terkemuka di dunia yang berasal dari Jepang mendefinisikan kendali mutu sebagai berikut , Melaksanakan kendali mutu adalah mengembangkan, merancang, memproduksi dan memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan bagi konsumen. Berdasarkan definisi ini kendali mutu selalu berorientasi kepada kepuasan pelanggan dan dalam hal pendidikan berarti pelayanan yang dapat memuaskan para peserta didik. Ishikawa percaya bahwa inisiatif untuk mencapai peningkatan kualitas yang berkesinambungan haruslah berasal dari organisasi secara keseluruhan.

Buku Ishikawa yang berjudul Guide to Quality Control (1982) dianggap klasik karena menjelaskan secara mendalam mengenai quality tools serta ilmu statistik yang terkait. Beberapa tool yang diperkenalkannya adalah user friendly control, Fishbone cause and effect diagram, emphasised the internal customer. Ishikawa juga yang pertama memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan 7 alat pengendali mutu/kualitas (quality control seven tools).

Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya bila terlebih dulu melihat kembali, jenis-jenis alat bantu yang tergabung dalam "The 7 QC Tools" dan cara penggunaannya, sebagai berikut :

1. Checksheet

Alat bantu ini sangat tepat digunakan sebagai alat PENGUMPUL DATA, tetapi tidak cukup memenuhi syarat bila digunakan untuk menganalisa data, karena semua data yang dikumpulkan adalah data fenomena/fakta yang sedang terjadi (berlangsung). Itulah sebabnya dikatakan bahwa Checksheet adalah alat bantu yang digunakan pada saat suatu proses/kegiatan berlangsung. Macam-macam bentuk Checksheet, tetapi yang paling populer digunakan adalah bentuk "Tally". Contoh penggunaan Checksheet : Pengumpulan score pada pertandingan bulu-tangkis.Mengingat bahwa Checksheet digunakan pada saat proses berlangsung, maka hal terpenting yang harus menjadi perhatian adalah BAGAN (kerangka) formulir untuk pengisian data. Hendaknya bagan disiapkan sedemikian rupa, agar pengisian data dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, tetapi juga mampu memuat seluruh data yang diperlukan.

2. Pareto DiagramDiagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia, bernama "Vilvredo Pareto", pada tahun 1897 dan kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran dalam bidang pengendalian mutu. Alat bantu ini biasa digunakan untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal-hal yang prioritas dari fenomena tersebut. Maka istilah PARETO biasanya identik dengan PRIORITY.Pada suatu diagram Pareto akan dapat diketahui, suatu faktor merupakan faktor yang paling prioritas dibandingkan faktor-faktor (minimal 4 faktor) lainnya, karena faktor tersebut berada pada urutan terdepan, terbanyak atau pun tertinggi pada deretan sejumlah faktor yang dianalisa. Melalui dua diagram Pareto yang diperbandingkan, akan dapat dilihat perubahan seluruh/sebagian faktor-faktor yang sedang diteliti, pada kondisi yang berbeda.

Diagram Pareto juga biasa digunakan untuk dapat menentukan"pangkal persoalan", berdasarkan analisa yang massif, dengan mempertimbangkan beberapa sudut pandang. Misalnya : Ada 4 persoalan yang dihadapi, yaitu A, B, C, D. Bila ditinjau dari frekuensi kejadian, ternyata persoalan C yang paling sering terjadi, tetapi bila ditinjau dari akibatnya secara finansial, ternyata persoalan A yang paling merugikan bila tidak segera diatasi, tetapi bila dilihat dari segi enerji yang terbuang, mungkin malah persoalan B yang paling menonjol. Berdasarkan tinjauan-tinjauan inilah, kemudian dapat disimpulkan, manakah dari ke-empat faktor itu, yang akan menjadi prioritas persoalan untuk ditindaklanjuti ?

3. Histogram

Dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spect yang telah ditetapkan.Agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produksi, perlu dilakukan pengolahan data yang akurat terlebih dulu, dimulai dari pengumpulan data, tidak kurang dari 50 sampel, yaitu jumlah yang dianggap dapat memenuhi populasi yang akan diamati. Pengolahan data pada Histogram menjadi sangat penting, terutama dalam menentu-kan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta.Melalui gambar Histogram yang ditampilkan, akan dapat diprediksi hal-hal sebagai berikut :

a. Bila bentuk Histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.b. Bila Histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah ketidak-tepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas.c. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan.Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.

4. Scatter Diagram

Alat bantu ini sangat berguna untuk mendeteksi korelasi (hubungan) antara dua variable (faktor), sekaligus juga memperlihatkan tingkat hubungan tersebut (kuat atau lemah).Pada pemanfaatannya, scatter diagram membutuhkan data berpasangan sebagai bahan baku analisisnya, yaitu sekumpulan nilai x sebagai faktor yang independen berpasangan dengan sekumpulan nilai y sebagai faktor dependen. Artinya, bahwa setiap nilai x yang didapatkan memberi dampak pada nilai y. Contohnya : Diperoleh data bahwa ada hubungan antara banyaknya komplain (x) dengan jumlah retur barang (y) : x = 5 y = 50 eks.

x = 10 y = 120 eks.

x = 12 y = 150 eks. dst.Melalui penggambaran data tersebut dalam scatter diagram, akan dapat dilakukan analisa lebih lanjut, sejauhmana antara faktor x dan y memiliki korelasi, yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai nilai r (rho), yaitu nilai yang menunjukkan tingkat keeratan hubungan antar faktor tersebut. Dikatakan kedua faktor itu berhubungan sangat erat bila nilai rho mendekati angka + 1. Di samping itu, juga akan dapat disimpulkan kecenderungan arah korelasi tersebut (positif atau negatif).Korelasi memiliki kecenderungan positif bila setiap pertambahan faktor x menyebab-kan pertambahan faktor y, sebaliknya kecenderungan negatif bila setiap pertam- bahan menyebabkan pengurangan faktor y.5. Control Chart

Ini adalah sebuah alat bantu berupa grafik yang akan menggambarkan stabilitas suatu proses kerja. Melalui gambaran tersebut akan dapat dideteksi apakah proses tersebut berjalan baik (stabil) atau tidak. Alat bantu ini pertama kali diperkenalkan oleh W.A. Shewhart di Laboratorium Bell Telephone. Karakteristik pokok pada alat bantu ini adalah adanya sepasang batas kendali (Upper dan Lower Limit), sehingga dari data yang dikumpulkan akan dapat terdeteksi kecenderungan kondisi proses yang sesungguhnya. Pada dasarnya alat bantu ini adalah berupa rekaman data suatu proses yang sudah berjalan. Bila data yang terkumpul sebagian besar berada dalam batas pengendalian, maka dapat disimpulkan bahwa proses berjalan dalam kondisi stabil. Tetapi sebaliknya, bila sebagian besar data menunjukkan deviasi di luar batas kendali, maka bisa dikatakan proses berjalan tidak normal, yang bisa berdampak pada penurunan Mutu produk.Mutu produk yang diciptakan melalui suatu proses panjang, sesungguhnya tidak pernah bisa terlepas dari variasi, yang dalam hal ini bisa dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu : (1) "Chance Cause", yaitu variasi yang timbul secara tidak terduga dan sukar dikendalikan, dan (2) "Assignable Cause", yaitu variasi yang bisa diperkirakan penyebabnya dan memungkinkan untuk dilakukan pencegahan.

Control Chart sangat bermanfaat untuk memonitor proses operasional atau produksi agar bila terjadi suatu penyimpangan dapat segera ditindaklanjuti. Menggunakan alat bantu ini secara kontinyu, akan bisa mencegah persoalan mutu yang berlarut-larut dan cacat produk yang berlebihan6. Graphs (Block diagram, Pie Chart, Sun Chart etc.)

Grafik biasa digunakan sebagai alat bantu untuk menerangkan suatu kondisi, menggambarkan trend, memprediksi situasi secara lebih jelas, melalui sejumlah data yang digambarkan, baik dalam bentuk balok (block), lingkaran (Pie Chart), garis (Line chart) dan lain sebagainya.

Penggambaran grafik yang tepat akan memberikan kemudahan dalam membaca data yang ditampilkan, sehingga memungkinkan untuk penelitian atau analisa lebih lanjut.

7. Ishikawa Diagram

Ini adalah satu-satunya alat bantu yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif dalam penyajiannya.

Alat bantu ini menggambarkan tentang suatu kondisi "penyimpangan mutu" yang dipengaruhi oleh bermacam-macam penyebab yang saling berhubungan.

Berbeda dengan alat-alat bantu lainnya, karena penggunaannya akan lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok. Sehingga alat bantu ini seringkali identik dengan kegiatan kelompok. Di samping itu, manfaat optimum diperoleh bila Ishikawa Diagram mampu menampilkan akar-akar penyebab yang sesungguhnya dari suatu penyimpangan (ketidakbermutuan).C. Diagram Fishbone Dr. Kaoru IshikawaDiagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem/masalah. Diagram tulang ikan ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan tulang ikan. Jika diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.

Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain (kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi. Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat yang gampang dan nampak di luar.

Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya

Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah, khususnya di industri manufaktur atau organisasi pendidikan dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya. Melalui diagram ini Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi dan menemukan solusinya. Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu top manajemen maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh.

Solusi instan yang hanya mampu memandang sampai tingkat gejala, tidak akan efektif. Masalah mungkin akan teratasi sesaat, namun cepat atau lambat akan datang kembali. Kaoru Ishikawa yang juga penggagas konsep implementation of quality circles ini sangat percaya pentingnya dukungan dan kepemimpinan dari manajemen puncak (top management) dalam suatu organisasi/perusahaan didukung oleh kerjasama tim (teamwork) yang solid sangat berperan dalam pembuatan produk unggul dan berkualitas.