ishak.pdf

15
BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Antarbudaya II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarbudaya Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya. Stephen Dahl sendiri mengartikan komunikasi antarbudaya secara spesifik, yaitu komunikasi yang terjadi didalam masyarakat yang berasal dari dua ataupun lebih kebangsaan yang berbeda, seperti perbedaan rasial dan latar belakang etnik. Definisi lain tentang komunikasi antarbudaya dikemukakan oleh Stuward L. Tubbs. Beliau mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua anggota yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosial-ekonomi. Dari definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, maka dikemukakan kesimpulan definisi komunikasi antarbudaya, yaitu suatu tindak komunikasi dimana para partisipan berbeda latar belakang budayanya (Purwasito, 2003:122-124). Hal yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan studi komunikasi lainnya yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikator yang berbeda latar belakang kebudayaan. Perbedaan kebudayaan di- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

description

ekonommi

Transcript of ishak.pdf

Page 1: ishak.pdf

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi Antarbudaya

II.1.1 Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah

diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan

komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang

berbeda-beda budaya. Komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari

komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi

antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki

perbedaan budaya. Stephen Dahl sendiri mengartikan komunikasi antarbudaya

secara spesifik, yaitu komunikasi yang terjadi didalam masyarakat yang berasal

dari dua ataupun lebih kebangsaan yang berbeda, seperti perbedaan rasial dan

latar belakang etnik. Definisi lain tentang komunikasi antarbudaya dikemukakan

oleh Stuward L. Tubbs. Beliau mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai

komunikasi yang terjadi diantara dua anggota yang berasal dari latar belakang

budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosial-ekonomi. Dari

definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, maka dikemukakan kesimpulan

definisi komunikasi antarbudaya, yaitu suatu tindak komunikasi dimana para

partisipan berbeda latar belakang budayanya (Purwasito, 2003:122-124).

Hal yang membedakan komunikasi antarbudaya dengan studi komunikasi

lainnya yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para

komunikator yang berbeda latar belakang kebudayaan. Perbedaan kebudayaan di-

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 2: ishak.pdf

antara pelaku komunikasi menjadi permasalahan yang inheren dalam proses

komunikasi manusia. Komunikasi antarbudaya memiliki dua aspek, yaitu

komunikasi intrabudaya dan komunikasi lintas budaya (Senjaya. 2007: 7.10-7.11).

Sitaram dan Cogdell (1976) mengidentifikasi komunikasi intrabudaya

sebagai komunikasi yang berlangsung antara para anggota kebudayaan yang sama

namun tetap menekankan pada sejauh mana perbedaan pemahaman dan penerapan

nilai-nilai budaya yang mereka miliki bersama. Analisis komunikasi intrabudaya

selalu dimulai dengan mengulas keberadaan kelompok/subbudaya dalam satu

kebudayaan, juga tentang nilai subbudaya yang dianut. Jadi, studi intrabudaya

memusatkan perhatian pada komunikasi antara para anggota subbudaya dalam

satu kebudayaan. Komunikasi intrabudaya pun dapat dijadikan sebagai indikator

untuk mengukur tingkat efektivitas pengiriman, penerimaan dan pemahaman

bersama atas nilai yang ditukar diantara partisipan komunikasi yang

kebudayaannya homogeny (Liliweri, 2001:9).

Setiap hubungan antarmanusia dalam satu budaya selalu diatur dengan

sosialisasi indoktrinasi dan instruksi-instruksi nilai. Perlu diketahui bahwa

komunikasi intrabudaya merupakan suatu gejala yang selalu ada dalam konteks

kebudayaan tertentu. Hubungan intrabudaya selalu didasarkan pada sikap

diskriminasi geopolitik dan lain-lain (Liliweri. 2001:11-13).

Komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan

dengan mengutamankan hubungan didalam kegiatan kebudayaan. Hubungan

antara komunikasi lintas budaya dengan komunikasi multicultural yaitu terfokus

pada hubungan antarbangsa tanpa membentuk kultur baru (Purwasito, 2003:125).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 3: ishak.pdf

Pada penelitian ini, penulis menggunakan komunikasi intrabudaya sebagai teori

dasar pada penelitian, karena sesuai dengan permasalahan penelitian.

II.1.2 Hakikat Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi merupakan proses yang menghubungkan manusia melalui

sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui. Komunikasi melibatkan

pertukaran tanda-tanda melalui suara, kata-kata, atau suara dan kata-kata. Pada

hakikatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi

lainnya, yakni suatu proses yang interaktif, transaksional dan dinamis.

Komunikasi antarbudaya yang interaktif yaitu dilakukan oleh komunikator dengan

komunikan dalam dua arah/timbal balik (two ways communication). Komunikasi

transaksional meliputi 3 unsur, yaitu keterlibatan emosi yang tinggi yang

berkesinambungan atas pertukaran pesan, berkatitan dengan masa lalu, kini dan

yang akan datang dan berpartisipasi dalam komunikasi antarbudaya untuk

menjalankan suatu peranan (Liliweri, 2004:24-25).

II.1.3 Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya

Unsur pertama dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikator.

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya merupakan pihak yang mengawali

proses pengiriman pesan terhadap komunikan. Baik komunikator maupun

komunikan ditentukan oleh faktor-faktor makro seperti penggunaan bahasa

minoritas dan pengelolaan etnis, pandangan tentang pentingnya sebuah

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 4: ishak.pdf

percakapan dalam konteks budaya, orientasi terhadap konsep individualitas dan

kolektivitas dari suatu masyarakat, orientasi terhadap ruang dan waktu. Sedangkan

faktor mikronya adalah komunikasi dalam konteks yang segera, masalah

subjektivitas dan objektivitas dalam komunikasi antarbudaya, kebiasaan

percakapan dalam bentuk dialek dan aksen, dan nilai serta sikap yang menjadi

identitas sebuah etnik (Liliweri, 2004: 25-26).

Unsur kedua dalam proses komunikasi antarbudaya adalah komunikan.

Komunikan merupakan penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Dalam komunikasi antarbudaya, komunikan merupakan seorang yang berbeda

latar belakang dengan komunikator. Tujuan komunikasi yang diharapkan ketika

komunikan menerima pesan dari komunikator adalah memperhatikan dan

menerima secara menyeluruh. Ketika komunikan memperhatikan dan memahami

isi pesan, tergantung oleh tiga bentuk pemahaman, yaitu kognitif, afektif dan overt

action. Kognitif yaitu penerimaan pesan oleh komunikan sebagai sesuatu yang

benar, kemudian afektif merupakan kepercayaan komunikan bahwa pesan tidak

hanya benar namun baik dan disukai, sedangkan overt action merupakan tindakan

yang nyata, yaitu kepercayaan terhadap pesan yang benar dan baik sehingga

mendorong suatu tindakan yang tepat (Liliweri, 2004:26-27).

Unsur yang ketiga adalah pesan atau simbol. Pesan berisi pikiran, ide atau

gagasan, dan perasaan yang berbentuk simbol. Simbol merupakan sesuatu yang

digunakan untuk mewakili maksud tertentu seperti kata-kata verbal dan simbol

nonverbal. Pesan memiliki dua aspek utama, yaitu content (isi) dan treatment

(perlakuan). Pilihan terhadap isi dan perlakuan terhadap pesan tergantung dari

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 5: ishak.pdf

keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem sosial

dan kebudayaan (Liliweri, 2004: 27-28).

Unsur keempat yaitu media. Dalam proses komunikasi antarbudaya, media

merupakan saluran yang dilalui oleh pesan atau simbol. Terdapat dua tipe saluran

yang disepakati para ilmuwan sosial, yaitu sory channel, yakni saluran yang

memindahkan pesan sehingga akan ditangkap oleh lima indera manusia. Lima

saluran dalam channel ini yaitu cahaya, bunyi, tangan, hidung dan lidah. Saluran

kedua yaitu institutionalized channel yaitu saluran yang sudah sangat dikenal

manusia seperti percakapan tatap muka, material percetakan dan media elektronik.

Para ilmuwan sosial menyimpulkan bahwa komunikan akan lebih menyukai pesan

yang disampaikan melalui kombinasi dua atau lebuh saluran sensoris (Liliweri,

2004:28-29).

Unsur proses komunikasi antarbudaya yang kelima adalah efek atau umpan

balik. Tujuan manusia berkomunikasi adalah agar tujuan dan fungsi komunikasi

dapat tercapai. Tujuan dan fungsi komunikasi antarbudaya, antara lain

memberikan informasi, menerangkan tentang sesuatu, memberikan hiburan dan

mengubah sikap atau perilaku komunikan. Didalam proses tersebut, diharapkan

adanya reaksi atau tanggapan dari komunikan dan hal inilah yang disebut umpan

balik. Tanpa adanya umpan balik terhadap pesan-pesan dalam proses komunikasi

antarbudaya, maka komunikator dan komunikan sulit untuk memahami pikiran

dan ide atau gagasan yang terkandung didalam pesan yang disampaikan. Unsur

keenam dalam proses komunikasi antarbudaya adalah suasana. Suasana

merupakan salah satu dari 3 faktor penting (waktu, tempat dan suasana) didalam

komunikasi antarbudaya (Liliweri, 2004:29-30).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 6: ishak.pdf

Unsur ketujuh dalam proses komunikasi antarbudaya adalah gangguan.

Gangguan didalam komunikasi antarbudaya merupakan segala sesuatu yang

menghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dan komunikan dan

dapat juga mengurangi makna pesan antarbudaya. Gangguan tersebut

menghambat penerimaan pesan dan sumber pesan. Gangguan yang berasal dari

komunikator bersumber akibat perbedaan status sosial dan budaya, latar belakang

pendidikan dan keterampilan berkomunikasi. Gangguan yang berasal dari pesan

disebabkan oleh perbedaan pemberian makna pesan yang disampaikan secara

verbal dan perbedaan tafsir atas pesan non verbal. Sedangkan gangguan yang

berasal dari media, yaitu karena kesalahan pemilihan media yang tidak sesuai

dengan konteks komunikasi sehingga kurang mendukung komunikasi

antarbudaya. De Vito (1997) menggolongkan tiga macam gangguan, yaitu fisik,

psikologis dan semantik. Gangguan fisik berupa interfensi dengan transmisi fisik

isyarat atau pesan lain, gangguan psikologis berupa interfensi kognitif atau

mental, sedangkan gangguan semantik berupa pembicara dan pendengar memiliki

arti yang berlainan (Liliweri, 2004:30-31).

II.1.4 Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merupakan salah satu kajian ilmu komunikasi.

Hammer (1995) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya telah memenuhi

syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi. Hal ini

dikarenakan sebagai berikut :

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 7: ishak.pdf

1. secara teoritis memindahkan fokus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang dibandingkan.

2. membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan. 3. menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi. 4. membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi

perilaku (Liliweri, 2004:14). Asumsi teori komunikasi antarbudaya merupakan seperangkat pernyataan

yang menggambarkan sebuah lingkungan tempat yang valid dimana teori-teori

komunikasi antarbudaya itu dapat diterapkan. Dalam rangka memahami kajian

komunikasi antarbudaya maka dikenal beberapa asumsi, yaitu :

1. komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.

2. dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi. 3. gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi. 4. komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian. 5. komunikasi berpusat pada kebudayaan. 6. efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya

(Liliweri, 2004:15).

II.1.5 Dimensi-Dimensi Komunikasi Antarbudaya

Dalam mencari kejelasan dan mengintegrasi berbagaii konsep kebudayaan

dalam komunikasi antarbudaya, terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan,

yaitu tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan, konteks sosial

dimana terjadinya proses komunikasi antarbudaya, dan saluran yang dilalui oleh

pesan-pesan komunikasi antarbudaya baik secara verbal dan nonverbal. Dimensi

pertama dalam komunikasi antarbudaya merujuk pada bermacam tingkatan

lingkup dan kompleksitas organisasi sosial. Dimensi kedua dalam komunikasi

antarbudaya merujuk pada konteks sosial komunikasi antarbudaya yang meliputi

organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, difusi inovasi, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya komunikasi didalam semua konteks sosial memiliki persamaan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 8: ishak.pdf

dalam unsur-unsur dasar dan proses komunikasi, namun dengan pengaruh

kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk

pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan verbal dan perilaku nonverbal dan

hubungan yang ada didalamnya. Pada dimensi ketiga berkaitan dengan saluran

komunikasi. Saluran tersebut dibagi atas saluran antarpribadi/perorangan dan

media massa. Bersama dengan dua dimensi sebelumnya, dimensi ketiga ini

mempengaruhi proses dari hasil keseluruhan proses komunikasi antarbudaya.

Ketiga dimensi ini dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan (Senjaya,

2007:7.12-7.14).

II.2. Identitas Etnis

II.2.1 Pengertian Identitas Etnis

Alasan utama manusia cenderung untuk bereaksi daripada merespon

adalah karena melihat kesamaan absolut atau disebut juga dengan identitas.

Identitas berkaitan dengan dua konstruk didalam teori general semanticsi, yaitu

nonallness yang berarti bahwa manusia tidak dapat mengatakan sesuatu secara

tentang segala hal dan nonadditivity memberikan gambaran bahwa terdapat hal-

hal yang tidak diketahui tentang sesuatu pada saat berbicara (Senjaya, 2007:6.43-

6.44).

Identitas merupakan suatu konsep abstrak, kompleks dan dinamis.

Identitas memiliki banyak gambaran oleh ahli komunikasi, karena identitas tidak

mudan untuk diartikan. Gardiner dan Kosmitzki melihat identitas sebagai suatu

definisi dari seseorang sebagai individu berbeda dan terpisah baik perilaku,

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 9: ishak.pdf

kepercayaan dan sikap. Ting Tomey beranggapan bahwa identitas merupakan

gambaran seorang individu atau konsep diri individu yang direfleksikan. Pada

dasarnya identitas merujuk kepada pandangan refletif tentang diri sendiri maupun

persepsi orang lain tentang gambara diri kita. Bagi Matthews, identitas

didefinisikan sebagai bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Fong menjelaskan

identitas budaya sebagai berikut :

“Identitas komunikasi dari sistem perilaku simbolis verbal dan non-verbal yang memiliki arti dan yang dibagikan di antara anggota kelompok yang memiliki rasa saling memiliki dan yang membagi tradisi, warisan, bahasa, dan norma-norma yang sama. Identitas budaya merupakan konstruksi sosial” (Samovar,dkk , 2010:184).

Identitas adalah suatu hal yang dinamis dan beragam, yang berarti bahwa

identitas bukan merupakan suatu yang yang statis, tetapi berubah menurut

pengalaman hidup manusia. Identitas sosial merupakan perwakilan dari kelompok

dimana seseorang bergabung, misalnya etnisitas, ras, umur, pekerjaan, kampung

halaman dan kehidupan dimana seseorang berada. Masyarakat menggambarkan

identitas mereka didalam suatu lingkungan secara pribadi. Identitas etnis atau

disebut juga etnisitas, berasal dari sejarah, tradisi, warisan, nilai, kesamaan

perilaku, asal daerah dan bahasa yang sama. Masyarakat yang memiliki etnis yang

sama didaerah tempat perpindahan akan membentuk komunitas etnisnya sendiri.

Pada komunitas etnis ini, identitas etnis cenderung tetap kuat, hal ini dikarenakan

praktik, kepercayaan, dan bahasa dari bahasa tradisional yang dipertahankan dan

dipelihara (Samovar, dkk, 2010:189). Identitas etnis merupakan bentuk spesifik

dari identitas budaya. Ting Toomey mendefinisikan identitas kultural sebagai

perasaan (emotional significance) dari seseorang untuk turut memiliki (sense of

belonging) atau berafiliasi terhadap kultur tertentu (Rahardjo, 2005:1-2).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 10: ishak.pdf

II.2.2 Pendekatan Objektif dan Subjektif terhadap Identitas Etnis

Terdapat dua pendekatan didalam identitas etnis, yaitu pendekatan objektif

(struktural) dan pendekatan subjektif (fenomenologis). Pendekatan objektif

melihat sebuah kelompok etnis sebagai kelompok yang dapat dibedakan dari

kelompok lainnya berasarkan ciri-ciri budaya seperti bahasa, agama maupun asal

usul kebangsaan. Sedangkan pendekatan subjektif merumuskan identitas etnis

sebagai proses orang-orang menjadi bagian dari suatu kelompok etnis dan

memusatkan perhatiannya kepada kelompok etnis yang diteliti (Mulyana &

Jalaludin, 2005:152).

Pendekatan subjektif (fenomenologis) mengkritik pendekatan positivistik

dalam arti bahwa ia membatasi kemungkinan perilaku manusia dapat dipelajari.

Menurut Barth, ciri-ciri penting dari suatu kelompok etnis adalah atribusi yang

diberikan oleh kelompok internal dan kelompok eksternal (Mulyana & Jalaludin,

2005:156). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan subjektif

sebagai dasar teori karena sesuai dengan penelitian.

II.3 Interaksi Simbolik

II.3.1 Pengertian Teori Interaksi Simbolik

Didalam proses manusia berkomunikasi, simbol merupakan ekspresi yang

mewakili suatu hal yang lain. Salah satu dari karakteristik simbol adalah bahwa

simbol tidak memiliki hubungan langsung dengan yang diwakilinya. Simbol dapat

berbentuk suara, tanda pada kertas, gerakan dan lain sebagainya. Manusia

menggunakan simbol tidak hanya sebagai alat untuk berinteraksi, namun simbol

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 11: ishak.pdf

digunakan dalam menyampaikan suatu budaya dari generasi ke generasi. Menurut

Gudykunst dan Kim, hal yang penting yang harus diingat yaitu simbol dijadikan

ketika orang sepakat untuk menjadikannya suatu simbol (Samovar, dkk: 2010:18-

20).

Partisipan komunikasi menyampaikan pesan dengan menggunakan

simbol-simbol dan lambang-lambang yang dibentuk berdasarkan kesepakatan

bersama. Pesan diartikan sebagai isi, pikiran, idea tau gagasan yang dikirim

kepada penerima dengan tujuan mempengaruhi pikiran dan gagasan orang lain.

Pesan diwujudkan dalam bentuk pesan verbal dan perilaku nonverbal.

Komunikasi juga merupakan suatu sistem simbolik, karena disepakati bersama

sebagai wahana pertukaran pesan. Bahasa merupakan alat utama berkomunikasi

dalam mengungkapkan pikiran, idea tau gagasan, pengalaman-pengalaman, tujuan

agar komunikasi berjalan secara alami. De Saussure menyatakan bahasa sebagai

simbol-simbol komunikasi dengan sebuah tanda. Tanda merupakan representasi

abstrak yang berubah-ubah, bersifat bebas dan didefinisikan sebagai sesuatu yang

ambigu dan memiliki makna sesuai latar budaya. Bahasa tidak saja berinteraksi

antarsesama sebagai alat komunikasi, tetapi digunakan juga sebagai alat untuk

menggalang kekuasaan, ideologi, hegemoni dan imperialisme (Purwasito,

2003:206-208).

Kebudayaan adalah suatu sistem simbolik yang mempunyai makna. Para

sosiolog seperti Mead, Cooley, Thomas member premis sebagai landasan teori

sebagai berikut: “Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang

diberikan oleh berbagai hal kepada mereka”. Dengan premis ini orang-orang yang

berinteraksi selalu didasarkan atas dasar makna yang terkandung dalam berbagai

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 12: ishak.pdf

hal itu. Premis kedua, mengutip Blumer (1969), adalah interaksionisme simbolik

yang mengatakan bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari

interaksi sosial seseorang dengan orang lain”. Dengan kata lain, kebudayaan

merupakan sistem makna yang dimiliki bersama, dipelajari, diperbaiki,

dipertahankan dan didefinisikan dalam konteks orang yang berkomunikasi.

Premis ketiga, dari interaksionisme simbolik tersebut “makna digunakan dan

dimodifikasi melalui proses penafsiran yang dirangsang oleh persoalan yang

dihadapi” (Purwasito, 2003:208,210).

Proses dimana manusia secara arbiter menjadikan hal-hal tertentu untuk

mewakili hal-hal lainnya disebut dengan proses simbolik. Kebebasan untuk

menciptakan simbol-simbol dengan nilai-nilai tertentu menciptakan simbol-

simbol bagi simbol-simbol lainnya penting bagi proses simbolik. Proses simbolik

menembus kehidupan manusia dalam tingkatan paling primitif dan tingkat paling

beradab (Mulyana dan Rahmat, 2005:101-102).

II.3.2 Pesan Verbal, Perilaku Non Verbal dan Bahasa

II.3.2.1 Pesan Verbal

Komunikasi verbal yaitu penyampaian pesan yang disampaikan secara

oral/ lisan serta dalam bentuk tertulis. Terdapat beberapa teori didalam

komunikasi verbal, yaitu pendekatan natural (nature approach), pendekatan

nurtural (nurture approach) dan teori fungsional tentang bahasa (general

semantics). Pada teori pendekatan natural terdapat tiga struktur dalam sebuah

bahasa, yaitu hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara kata kerja

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 13: ishak.pdf

dengan objek yang mengekspresikan hubungan sebab akibat dan modifikasi yang

menunjukan pertautan kelas. Pada teori pendekatan nurtural, Edward Sapir dan

Benyamin Whorf mengemukakan bahwa teori ini menentang teori pendekatan

alamiah. Pusat kajian teori ini adalah makna dari kata suatu teori kultural

mengenai bahasa. Sedangkan pada teori fungsional tentang bahasa hanya

difokuskan pada makna dari kata dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi

perilaku manusia. Dalam teori ini, harus dipahami sifat-sifat dari simbol dan

bagaimana menggunakan simbol tersebut (Senjaya, 2007:6.38-6.41).

II.3.2.2 Perilaku Non Verbal

Yang dimaksud dengan komunikasi non verbal, yaitu :

1. Komunikasi non verbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seseorang kepada orang lain bagi pertukaran makna, yang selalu dikirimkan dan diterima secara sadar oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu. (Burgoon and Saine 1978).

2. Komunikasi non verbal meliputi ekspresi wajah, nada suara, gerakkan anggota tubuh, kontak mata, rancangan ruangan, pola-pola peradaban, gerakan ekspresif, perbedaan budaya dan tindakan tindakan non verbal lain yang tak menggunakan kata-kata. Pelbagai penelitian menunjukkan bahwa komunikasi non verbal itu sangat penting untuk memahami perilaku antarmanusia daripada memahami kata-kata verbal yang diucapkan atau yang ditulis, pesan-pesan non verbal memperkuat apa yang disampaikan secara verbal.

3. Studi tersendiri untuk menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi melalui perilaku fisik, tanda-tanda vokal dan relasi ruang atau jarak. Akibatnya penelitian tentang komunikasi non verbal acapkali menekankan pada dimensi beberapa aspek tertentu dari bahasa. (Terrence A. [email protected] June 20, 2001 00:59:56).

4. Komunikasi non verbal merujuk pada variasi bentuk-bentuk komunikasi yang meliputi bahasa. Bagaimana seorang itu berpakaian, bagaimana seseorang melindungi dirinya, menampilkan eskpresi wajah, gerakan tubuh, suara, nada dan kontak mata dll. (Eugene Matusov-Email: [email protected], University of California at Santa Cruz-1996).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 14: ishak.pdf

5. Komunikasi non verbal meliputi semua stimuli non verbal dalam setting komunikatif digeneralisasikan oleh individu dan lingkungan yang memakainya.

6. Komunikasi non verbal meliputi pesan non verbal yang memiliki tujuan ataupun tidak memiliki tujuan tertentu (Purwasito, 2003:138-139).

Dari definisi diatas disimpulkan bahwa komunikasi non verbal merupakan

cara berkomuikasi melalui pernyataan wajah, nada suara, isyarat-isyarat, kontak

mata, dan lain-lain (Purwasito, 2003:140). Menyangkut kepada interaksi non

verbal, Beamer dan Varnet menyatakan bahwa komunikasi non verbal

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah latar belakang budaya,

latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, gender, usia, kecenderungan pribadi

dan indionkrasi. Banyak perilaku non verbal manusia dilaksanakan secara tidak

sadar dan spontan. Kesamaan budaya dan perilaku non verbal yaitu keduanya

dikerjakan melalui naluri dan dipelajari. Dengan memahami budaya dalam perilau

non verbal, manusia dapat memahami pesan dalam proses interaksi dan

mengumpulkan petunjuk mengenai tindakan serta nilai yang disadarinya.

Komunikasi non verbal terkadang menunjukkan sifat dasar suatu budaya

(Samovar, dkk, 2010:296-298).

III.3.2.3 Bahasa

Bahasa setiap hari digunakan oleh manusia di seluruh dunia. Tanpa

bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi. Bahasa berperan penting secara

langsung sebagi bentuk pernyataan dan pertukaran pemikiran ataupun pandangan

mengenai orang lain. Penggunaan bahasa berperan untuk mengatur manusia

sesuai dengan faktor-faktor usia, jenis kelamin dan bahkan sosial-ekonomi.

Bahasa adalah sejumlah simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh

sekelompok orang untuk mengahasilkan suatu arti atau makna (Samovar,

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Page 15: ishak.pdf

2010:268). Bahasa merupakan medium untuk menyatakan kesadaran dalam suatu

konteks sosial. Dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari kita diperkenalkan

oleh istilah-istilah seperti bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa jarak

dan lain sebagainya (Liliweri, 2004:130).

Ohoiwutun (1997) menulis dalam bukunya yang berjudul Sosio-Linguistik,

Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan, bahwa bahasa

dipelajari dua dimensi, yaitu dimensi penggunaan dan dimensi struktur. Dimensi

penggunaan menjadi kepedulia berbagai bidang studi, salah satunya komunikasi.

Dalam kajian penggunaan dimensi ini yaitu yang dimaksudkan dengan yang

dituturkan oleh mereka. Bahasa merupakan cara khusus kata-kata diseleksi dan

digabung menjadi ciri khas seseorang, satu kelompok atau masyarakat tertentu.

Sedangkan dimensi struktur, bahasa diberi definisi dan tergantung pendekatan

yang dilakukan. Didalam studi kebudayaan, bahasa ditempatkan sebagai unsur

penting seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat, kesenian,

sistem peralatan hidup, dan lain sebagainya. Bahasa digunakan sebagai unsur

kebudayaan yang berbentuk non material selain nilai, norma, dan kepercayaan

(Liliweri, 2004:132-133).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara