ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun...

26

Transcript of ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun...

Page 1: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding
Page 2: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

iii

ISBN: 978-602-294-092-0

E d i t o r

Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEng.Sc., PhD. Ni Ketut Agusintadewi, ST., MT., PhD.

Ni Made Swanendri, ST., MT.

Page 3: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

iv

ISBN: 978-602-294-092-0

Page 4: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

v

ISBN: 978-602-294-092-0

KATA PENGANTAR

Ide pelestarian menjadi sebuah keharusan di era pembangunan yang pesat ini, di belahan bumi manapun kita berada. Pelestarian bentang alam, sumber daya alam, energi, peninggalan bernilai historis, tata nilai budaya dan sosial, identitas, dan lain-lain menjadi kegiatan-kegiatan yang tidak boleh tidak harus diagendakan. Tujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat telah mendorong komponen-komponen serta para pelaku pembangunan untuk memanfaatkan sumberdaya pendukung yang ada secara maksimal atau malahan secara berlebihan. Seringkali langkah ini tidak atau belum disertai pertimbangan untuk menjaga keberlangsungan serta ketersediaan sumberdaya yang sama untuk generasi di masa yang akan datang. Kadang kala, ketika kita menyisakan sumber daya untuk anak cucu kita di masa yang akan datang, kualitas serta kuantitasnya kemungkinan tidak pada kondisi prima lagi.

Kota sebagai wadah beragam aktivitas pembangunan secara langsung dipengaruhi oleh situasi di atas. Ini direfleksikan oleh kondisi lingkungan binaan, dimana kita hidup dan berinteraksi. Timpangnya aktivitas pembangunan antara desa dan kota telah mendorong laju urbanisasi yang sangat pesat, khususnya di negara-negara di Asia. Kondisi ini diperparah oleh tingginya laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkontrol. Seringkali sudah didengungkan jika kota-kota kita mengalami masalah kemacetan yang kronis; kebanjiran yang menahun; polusi pada level yang membahayakan; tingkat kepadatan yang melumpuhkan pergerakan dalam maupun antar kota; menurunnya level livabilitas kota; kualitas-kualitas ruang kota yang menurun; dominasi dalam pemanfaatan kawasan strategis oleh kepentingan tertentu; konversi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya; merupakan beberapa tantangan dalam pertumbuhan kota saat ini. Sangat sering jika sebuah kota tumbuh dan berkembang tanpa ada rencana. Atau, jikapun blueprint pembangunan spasialnya ada, implementasi serta pengendaliannya yang bermasalah. Atau pada sirkumstansi yang berbeda, dimana terjadi koalisi anatar korporasi dengan para pengambil keputusan (pemerintah), produk perencanaan yang sudah jelas implementasinya bisa dibeli oleh para pemilik modal.

Dengan didasari oleh kondisi-kondisi inilah maka Program Studi Magister Arsitektur, Universitas Udayana dan Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali berkolaborasi untuk menyelenggarakan seminar tahunan dengan tema Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Binaan di tahun 2015 ini. Kepada Ibu dan Bapak Pembicara Kunci, saya ucapkan terima kasih atas waktu serta kesediaannya untuk berbagi di melalui Seminar ini. Kepada Ibu dan Bapak Pemakalah dan Peserta Seminar, saya ucapkan terima kasih atas partisipasinya. Akhirnya, kepada Ibu dan Bapak Panitia Pelaksana Seminar, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kerja kerasnya, sehingga Seminar tahun ini bisa terlaksana dengan sukses. Sebagai penutup, saya mohon maaf untuk kekurangan dan kesalahan.

Terima kasih.

Gusti Ayu Made Suartika Desember 2015

Page 5: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

vi

ISBN: 978-602-294-092-0

Page 6: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

vii

ISBN: 978-602-294-092-0

R I N G K A S A N

Proseding Seminar ini merupakan kumpulan paper-paper yang dipresentasikan dan dipublikasi dalam Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun yang diselenggarakan oleh Program Magister Arsitektur: Program Keahlian Perencanaan dan Manajemen Pembangunan Desa/Kota dan Program Keahlian Manajemen Konservasi, di Aula Pascasarjana, Lt III Gedung Pascasarjana Universitas Udayana, Kampus Denpasar pada hari Selasa, tanggal 22 Desember 2015.

Adapun sub tema yang diangkat dalam Seminar adalah: 1. Permukiman etnik 2. Permukiman informal 3. Tradisi, arsitektur, dan makna 4. Pelestarian arsitektur-tantangan dan potensi 5. Pusaka kota dan pembangunan kota berbudaya 6. Perencanaan kawasan strategis: ekowisata, pesisir, lindung, pendidikan, bersejarah,

rentan bencana, ramah anak, pedestrians kota, dll

Masing-masing paper telah dipresentasikan, baik dalam sesi presentasi untuk para pembicara kunci maupun sesi pararel untuk para pemakalah. Partisipan dan presenter dalam Seminar ini berasal dari para akademisi, mahasiswa program pascasarjana, para pemerhati keberlanjutan lingkungan terbangun maupun bentang alamiah. Besar harapannya jika Seminar ini bisa menjadi ajang diskusi dan berbagi pengetahuan, pengalaman, ide berkenaan pembagunan lingkungan binaan serta pelestariannya. Ini termasuk pembangunan mekanisme terkait perencanaan tatanan spasial kota/daerah serta pelestarian legasi, potensi, serta sumber-sumber daya alamiah, dan non-alamiah yang ada di sekitar kita. Semoga aktivitas ini bisa dijadikan bagian kegiatan rutin, yang penyelenggaraannya dijadwal secara berkelanjutan.

Terima kasih

Page 7: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

viii

ISBN: 978-602-294-092-0

Page 8: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

ix

ISBN: 978-602-294-092-0

DAFTAR ISI

Halaman muka ……………………………………………………………………………………………………..…………. i Editor ……………………………………………………………………………………………………..………………………. iii Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………………….……………. v Ringkasan ………………………………………………………………………………………………………………….…….. vii Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………. ix Daftar Pemakalah

Sesi Paralel 1: Permukiman Etnik Karakteristik Permukiman Tradisional Gampong Lubok Sukon ……………………………………… 1 Ahmad Sidiq Pelestarian Pola Permukiman Tradisional Suku Lio Dusun Nuaone, Kabupaten Ende ……. 11 Alfons Mbuu Struktur Organisasi dan Tata Zonasi Permukiman di Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli ……………………………………………………………………………………………………………. 25 I Gusti Ayu Canny Utami Konsep Pola Desa dan Tata Hunian Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bali ……………… 33 Nyoman Siska Dessy Krisanti Perkembangan Fisik Bangunan pada Permukiman Tradisional Desa Bayung Gede ………… 39 Ida Rayta Wira Pratami Kenyamanan Thermal pada Rumah Tinggal Masyarakat Desa Pekraman Bugbug, Kabupaten Karangasem ………………………………………………………………………………………………….. 47 Ida Bagus Gde Primayatna, Ida Bagus Ngurah Bupala Konsepsi Tri Hita Karana pada Pola Perumahan Utama Desa Pekraman Gunung Sari …………………………………………………………………………………………… 59 Gusti Ayu Cantika Putri

Sesi Paralel 2: Permukiman Informal Karakteristik dan Faktor Penyebab Kekumuhan pada Permukiman Jalan Cok Agung Tresna I, Denpasar ……………………………………………………………………………….. 67 Ni Putu Diah Agustin Permanasuri Potensi Internalisasi Sektor Informal dalam Rencana Tata Ruang …………………………………. 74 Ida Bagus Gede Agung Prayudha

Page 9: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

x

ISBN: 978-602-294-092-0

Sesi Paralel 3: Tradisi, Arsitektur, dan Makna Mandala Mamargi dalam Arsitektur Tradisional Bali Pengalaman pada Peristiwa Nuntun Bhatara Hyang di Denpasar, Bali …………………………… 83 Anak Agung Ayu Oka Saraswati Peran dan Makna Arsitektur Vernakular Indonesia sebagai Jatidiri Menuju Arsitektur Nusantara ………………………………………………………………………………………… 90 Anak Agung Gde Djaja Bharuna S. Kajian Elemen Arsitektur Gereja Tua Sikka sebagai Bangunan Bersejarah Peninggalan Belanda ……………………………………………………………………………………………………… 98 Yohanes Pieter Pedor Parera Konsep Bentuk Uma Pangembe Melalui Pendekatan Kearifan Lokal dan Budaya Setempat ……………………………………………………………………………………………………… 107 Ignatius Nugroho Adi Fungsi dan Estetika dalam Arsitektur Tradisional Bali ……………………………………………………. 115 I Wayan Gomudha Tradisi Meruang Masyarakat Tradisional Sasak Sade di Lombok Tengah ……………………….. 127 Ni Ketut Agusinta Dewi

Sesi Paralel 4: Pelestarian Arsitektur-Tantangan dan Potensi Eksistensi Teba sebagai Ruang Penampung Sampah Organik di Kecamatan Ubud ………… 141 I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Putra Pengembangan Desa Wisata di Desa Adat Pengotan Kabupaten Bangli …………………………... 150 Ishak Ferdiansyah Transformasi Pemanfaatan Ruang di Sekitar Pura Kahyangan Tiga, Desa Pakraman Peliatan ………………………….................................................................................................... 158 I Putu Hartawan Puri Kanginan Singaraja: Konsep, Filosofi, dan Tipologi Bangunan ………………………………… 167 Rohana Veramyta Usaha Pelestarian Kearifan Lokal dalam Awig-Awig Penangkapan Ikan (Studi Kasus Masyarakat Nelayan Desa Kedonganan) …………………………...................................... 176 Anak Agung Ayu Dyah Rupini Dasar Pertimbangan Pengelolaan Karang Bengang di Desa Tegallalang Gianyar …………… 184 Made Prarabda Karma Pelestarian Hutan Bambu sebagai Bentuk Kearifan Lokal di Desa Adat Penglipuran, Bangli ….................................................................................................................. 191 Ni Luh Made Marini Pelestarian Taman Nasional Bali Barat …………………………...................................................................... 197 Bimo Firizki Diadi

Page 10: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

xi

ISBN: 978-602-294-092-0

Sesi Paralel 5: Pusaka Kota dan Pembangunan Kota Berbudaya Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Catuspatha Desa Kesiman Melalui Pemaknaan Lingkungan Sekitar ……………………………………………………………………………………… 205 I Gede Artha Dana Jaya Strategi Menumbuhkan Kesadaran Masyarakat sebagai Upaya Pelestarian Aset Pusaka Kota Denpasar ……………………………………………………………………………………………………………….. 215 Anak Agung Ayu Sri Ratih Yulianasari Mewujudkan Kota Pusaka Yang Berkelanjutan ……………………………………………………………….. 222 Nyoman Ary Yudya Prawira Pengaruh Perkembangan Pariwisata terhadap Fungsi Karang Desa di Banjar Nyuhkuning, Ubud ………………………………………………………………………………………….. 229 Made Bayu Indra Yudha Pembangunan Denpasar Kota Berbudaya: dari Kota Kerajaan hingga Kota Kolonial ……… 237 Putu Ayu Hening Wagiswari Identifikasi Stakeholder dan Peranannya dalam Menyelesaikan Persoalan Pelestarian Kawasan ………………………………………………………………………………………. 244 Gede Windu Laskara 226 Tahun Kuatkan Posisi Denpasar sebagai Kota Pusaka ………………………………………………. 255 Putu Rumawan Salain

Sesi Paralel 6: Perencanaan Kawasan Strategis Pengaruh Parkir terhadap Infrastruktur Transportasi Jalan di Kota Lama Singaraja ……… 263 I Putu Edy Rapiana Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Menuju Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Pariwisata Ubud …………………………………………………………………………………………… 271 Anak Agung Ayu Sara Kusumaningsih Infrastruktur Manajemen Air sebagai Antisipasi Banjir di Tukad Buleleng, Pusat Kota Lama Singaraja ……………………………………………………………………………………………… 278 Anak Agung Ngurah Ardhyana Kajian Implementasi Tata Ruang dan Bangunan pada Bangunan Hotel di Kawasan Pesisir Sawangan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ………………… 287 Putu Gede Wahyu Satya Nugraha Optimalisasi Moda Transportasi sebagai Antisipasi Rencana Pembangunan Bandar Udara Bali Utara dan dalam Upaya Pemerataan Pembangunan ………………………… 292 Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani Faktor dan Aspek Keberadaan Perumahan Gated Community di Kota Denpasar ……………… 301 I Gede Hariwangsa Wijaya

Page 11: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

xii

ISBN: 978-602-294-092-0

Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Kota Denpasar …………… 308 Wayan Daton Yudhyanggara Implementasi Konsep Green Architecture pada Bangunan Four Season Tent Camp ………. 315 Kadek Bayu Dwi Laksana Konsep Penyediaan Taman Kota sebagai Perwujudan Fungsi Sosial Ruang Terbuka Hijau di Kota Mangupura ……………................................................................................... 323 Kadek Ary Wibawa Patra Pengaruh Kebijakan Penataan Ruang Tukad Badung terhadap Perilaku Masyarakat di Desa Pemogan ……………....................................................................................................................................... 332 I Ketut Adi Widiadinata Pengembangan Infrastruktur yang Terintegrasi dengan Kondisi Iklim pada Lingkungan Pantai Boom Banyuwangi ……………………………..…………………………………….. 339 Abu Sufyan Hutan Kota ………………………………………………………………………………………………………………………. 349 Cokorda Gede Putra Danendra Sistem Subak di Desa Jatiluwih, Tabanan dalam Konsep Lingkungan Berkelanjutan ……… 356 L.G. Rara Bianca Sarasaty Perubahan Fungsi Kawasan di Sekitar Kali Semarang Dari Era Kolonial hingga Modern (Studi Kasus Kawasan Kali Semarang dari Gang Lombok hingga Kebon Dalem) …………….. 362 Yudistira Nugroho Potensi Pengembangan Kawasan Pesisir Pantai Air Sanih Sebagai Objek Pariwisata Perencanaan Berbasis Sustainable Development di Kabupaten Buleleng ……………………… 369 Untung Bagiotomo Konsepsi Pengembangan Wilayah Agropolitan di Kabupaten Karangasem …………………… 380 Putu Indra Yoga Sariasa Kontroversi “Datu Swing” sebagai Salah Satu Objek Pariwisata di Gili Trawangan ………… 389 Putu Bayu Aji Krisna Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan Fungsi Ekologis di Kawasan Perkotaan Kabupaten Badung ……………………………………………………………………… 396 Afriyanti Noorwahyuni Potensi Kawasan Pesisir Pemuteran …………………………………………………………………………….…. 404 Ayu Mega Silvia Lukitasari Keragaman Budaya dalam Mewujudkan Sustainabilitas Pembangunan Ekonomi …………… 410 Gede Surya Pramana Kawasan Wisata Seni dan Budaya Berbasis Ekonomi Kreatif di Kecamatan Sukawati …… 420 Kadek Wira Wibawa Integrasi Kebijakan Perencanaan dan Prioritas Pembangunan yang Berbasis Masyarakat di Kawasan Pesisir Pantai Amed ……………………………………………………………………………………… 428 Kurnia Dwi Prawesti Ekonomi Hijau sebagai Solusi untuk Mengatasi Dampak Negatif Pengembangan Sarana Akomodasi Wisata di Ubud ………………………………………………………… 436 Agung Angga Wira Raditya

Page 12: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

xiii

ISBN: 978-602-294-092-0

Perencanaan Kawasan Pesisir Pantai Soka: Identifikasi Potensi dan Permasalahan Makro Kawasan Pantai Soka …………………………………………………………….. 444 Mutiara Nandya Putri Narendra Anom Perkembangan Ruas Pesisir Pantai Geger-Nusa Kecil sebagai Kawasan Wisata di Kabupaten Badung ……………………………………………………………………………………………………… 450 Ida Ayu Catur Maharani Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian pada Kawasan Jalur Hijau di Subak Kedampang ……… 459 I Putu Anom Widiarsa

Perilaku Teritorialitas Pengunjung Monumen Bom Bali di Legian, Kuta ………………………… 467 I Wayan Yogik Adnyana Putra Teritorialitas Pedagang di Selasar Pertokoan Tekstil Jalan Sulawesi Denpasar ……………..... 475 Ida Ayu Kade Paramita Pradnyadewi Pemanfaatan Ruang Greenfield di Kecamatan Ubud, Gianyar …………………………………………. 483 Anak Agung Ayu Kasmarina Telaah Kritis terhadap Diagram Model Penelitian pada Thesis di Program Pascasarjana Unud: Suatu Usulan Pemikiran ……………..………………………………… 491 Syamsul Alam Paturusi Menjaga Eksistensi Wilayah Pesisir Bali: Antara Teori dan Tradisi ………………………………… 498 I Ketut Mudra Pemberdayaan Petani Lokal dalam Pengembangan Restoran Organik di Ubud sebagai Contoh Penerapan Green Development ………………………………………………………………. 508 Made Agastya Kertanugraha Pendidikan Melalui Pendekatan Perilaku: Menanamkan Sikap Ramah Lingkungan Dari Anak-Anak Sekolah Dasar Di Desa Bedulu (Gianyar), dalam Menanggulangi Permasalahan Sampah …………………………………………………………………………… 514 Gusti Ayu Made Suartika

Susunan Panitia Pelaksana Seminar ……………………….……………………………………………………….. xiv

Page 13: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

xiv

ISBN: 978-602-294-092-0

SUSUNAN PANITIA PELAKSANA SEMINAR

Ketua Panitia Pelaksana : Gusti Ayu Made Suartika, ST., MEngSc., PhD. Wakil Ketua Panitia Pelaksana : Ni Ketut Agusintadewi, ST., MT., PhD. Sekretaris : Ni Made Swanendri, ST., MT. Seksi Acara : Dr. Ir. Ni Ketut Ayu Siwalatri, MT. Seksi Seminar Kit : Dr. Ir. Widiastuti, MT. Seksi Sertifikat : Dr. I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT. Seksi Proseding : I Wayan Yuda Manik, ST., MT. Seksi Perlengkapan : Dr. Eng. I Wayan Kastawan, ST., MA. Seksi Transportasi : Ir. I Gusti Bagus Budjana, MT. Seksi Publikasi dan Kepesertaan : I Kadek Prana, ST., MT, IAI I Gde Suryawinata, ST., IAI Seksi Konsumsi : I G.A. Dewi Indira Sari, SE. Seksi Dokumentasi : I Gusti Ngurah Putu Eka Putra Desain Cover : I Putu Sutama Mandala

Page 14: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

47

TINGKAT KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL MASYARAKAT DESA PEKRAMAN BUGBUG

DI KABUPATEN KARANGASEM

Ida Bagus Gde Primayatna Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Udayana

Email: [email protected]

Ida Bagus Ngurah Bupala Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Udayana

Abstract Bugbug pakraman-village in Karangasem is an old traditional village in Bali. “Bugbug” means center. The central bond of ‘Krama’ Bugbug village from the religious side is in the ‘Penataran Desa Bale Agung’ with its unique ceremony named ‘usabha manggung’. An unique arrangement of the people houses. The land area and the design of the yard is almost the same and separated by ‘penyengker’ wall. The access is through narrow alley. It is using a grid with the central corridor as the main axis. This was started with 120 ‘ngarep’ householder; however, the current situation is very dense. It can be seen through the imbalance of the open space (natah) with the building. The change is suspected to affect the thermal comfort. The purpose of this research is to understand the effects of the change in the condition of the house toward the thermal comfort of the users. Descriptive and quantitative research methods are used, along by correlating the diversity of houses with temperature, humidity and wind speed. It is known that the air temperature in the houses show the condition of "cozy warm" which leads to the upper threshold level (31°C). This is due to the lack of air circulation, media of shade and the ‘natah’ surface is made of concrete material. In the future, the people are expected to make the ventilation bigger and plant trees to make the houses comfortable. Creating a comfortable Bugbug -village based on eco architecture. Keywords: yard, users, thermal comfort

Abstrak Desa Pakraman Bugug di Kabupaten Karangasem, merupakan desa tradisional di Bali. Kata “Bugbug” berarti pusat (pemusatan). Pusat ikatan Krama Desa Bugbug dari sisi spirit spiritualnya adalah di Pura Penataran Desa Bale Agung sebagai fungsi utpatti stithi dengan upacara khas usabha manggung setiap purnamaning sasih kasa. Spirit tersebut juga terlihat pada penataan huniannya pekarangannya yang khas dan unik. Luasan dan bentuk hampir sama, dibatasi oleh dinding penyengker. Aksesibility melalui gang sempit. Menggunakan pola grid dengan koridor tengah sebagai sumbu utama. Permukiman awalnya dihuni sekitar 120 KK krama desa ngarep, (Anonim, 1982), namun keadaan sekarang sangat padat. Terlihat perbandingan ruang terbuka (natah) dengan bangunannya semakin tidak seimbang. Perubahan tersebut diduga mempengaruhi kenyamana thermal rumah tinggal mereka. Memperhatikan hal tersebut, maka dipandang perlu melakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan bentuk, natah beserta fasilitas pendukungnya terhadap kenyamanan thermal untuk penggunanya. Penelitian ini bersifat deskriptif, kuantitatif. Inti dari penelitian ini adalah mengkategorikan dan mengkorelasikan variasi/keanekaragaman rumah tinggal terhadap kenyamanan thermal. Diketahui bahwa suhu udara pada hunian rumah tinggal tersebut menunjukkan pada tingkat hangat nyaman dan mengarah pada tingkat ambang atas (31°C). Hal ini karena kurangnya sirkulasi udara dan media peneduh. Luarannya ingin mengajak masyarakat secara holistik untuk menjaga kenyamanan pada huniannnya dengan gerakan menanam pepohonan. Menciptakan Desa Bugbug tetap sejuk, nyaman, sehat berbasis Arsitektur ramah lingkungan. Kata kunci: kondisi dan bentuk pekarangan rumah tinggal, pengguna, kenyamanan thermal

Page 15: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

48

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Desa Pakraman Bugug di Kabupaten Karangasem merupakan salah satu desa tradisional tua di Bali yang dibangun pada jaman pengembaraan bangsa Austronesia. Beberapa sumber/purana menyebutkan kata “Bugbug” berarti pusat, menjadi kata kerja pemusatan. Sebagai pusat ikatannya Krama Desa Bugbug dari sisi spirit spiritualnya adalah di Pura Penataran Desa Bale Agung sebagai fungsi utpatti stithi tempat Ki Taruna Bali Mula. Upacara khas setiap purnamaning sasih kasa diadakan upacara usabha Nini, yang dikenal dengan nama usabha manggung. Spirit pemusatan tersebut juga di ejawantahkan sangat khas dan unik pada penataan huniannya. Dapat diketahui permukiman desa pakraman Bugbug ditata sangat seragam. Luasan dan bentuk pekarangan hampir sama dan dibatasi oleh dinding penyengker yang masif. Aksesibility melalui gang yang sempit (lebar sekitar 90 cm). Menggunakan pola grid dengan koridor tengah sebagai sumbu utamanya. Permukiman ini pada awalnya dihuni sekitar 120 kepala keluarga krama desa ngarep, namun keadaan sekarang sangat padat. Terlihat perbandingan ruang terbuka (natah) dengan bangunannya semakin tidak seimbang. Perubahan tersebut diduga mempengaruhi kenyamana thermal rumah tinggal mereka. Disamping itu perubahan suhu, kelembapan dan kecepatan angin dewasa ini semakin meningkat (Global Warming). Memperhatikan hal tersebut, maka dipandang perlu melakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan bentuk, material bangunan, elemen natah beserta fasilitas pendukungnya misal pepohonan, material lapisan tanah terhadap kenyamanan thermal untuk penggunanya.

Gambar 1. Pola Desa Bugbug. Sumber: (Ardi, P. 1986).

Page 16: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

49

Foto 2. Desa Pakraman Bugbug, Foto Google earth, Diunduh tgl 10-2- 2015

Permasalahan yang diteliti adalah hubungan rumah tinggal masyarakat Desa Pakraman Bugbug beserta elemen huniannya seperti natah, pepohonan (vegetasi perindang), penutup permukaan natah terhadap suhu udara, kelembaban, aliran udara yang diakumulasikan menjadi tingkat kenyamanan termal di satu lingkungan huniannya.

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui berapa besar pengaruh variasi bentuk, material dan elemen natah rumah tinggal terhadap tingkat kenyamanan termal yang terjadi saat sekarang di Desa Pakraman Bugbug. Indonesia beriklim tropis lembab Kondisi iklim demikian membutuhkan kiat tersendiri dalam suatu rekayasa atau gubahan bentuk hunian khusus berbasis kenyamanan. Beberapa hasil penelitian terdahulu seperti: 1. Rancangan hemat energi dalam bidang arsitektur adalah meminimalkan penggunaan

energi tanpa membatasi atau mengubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Hal ini juga sejalan dengan pokok pikiran dalam Arsitektur Bioklimatik (Bioclimatic Architec-ture). Misalnya mengupayakan potensi alam dengan mengadakan bukaan ke langit minimal 1 x 5 meter, atau minimal 10% dari luas lantai. Untuk sirkulasi udara dibutuhkan minimal 0,35% dari luas lantai atau 20% dari seluruh luas jendela. Sempadan samping dan belakang minimal 1 meter (Sastra & Marlina, 2006). Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh LPMB-PU membagi suhu nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian sebagai berikut:

Tabel 1. Suhu Nyaman menurut Standar Tata Cara PerencanaanTeknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung

Tingkat Kenyamanan Temperetur Efektif (TE) Kelembaban (RH) Sejuk - Nyaman 20,5°C - 22,8°C 50 % Ambang atas 24°C Nyaman - Optimal 22,8°C - 25,8°C 80% Ambang atas 28°C 70% Hangat - Nyaman 25,8C – 27,1°C 60% Ambang atas 31°C

Page 17: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

50

2. Mansur dan Istianto (2000) mengatakan pada suhu 25o Celsius menghasilkan performance yang paling maksimal, Kondisi kenyamanan termal tercapai bila suhu tubuh dapat berhubungan timbal balik dengan suhu udara sekitarnya, dimana panas yang hilang sama dengan panas tubuh yang terjadi (heat gain = heat loss) (Grandjean, 1988; Bridger, 1995; Musyafa, 2000). Nilai ambang batas (NAB) suhu terendah 21o Celsius dan tertinggi 30o Celsius. Suhu udara nyaman dengan fermormance yang optimal sekitar 25 – 27o Celsius (Musyafa, 2000). Standar kelembapan pada ruangan adalah: 70 – 80% (Sastra & Marlina, 2006).

3. Spangenberg (2008) menyebutkan bahwa di daerah Sao Paulo, pepohonan mengurangi kecepatan angin hingga 45%, tetapi memperbaiki kenyamanan termal karena physiologically equivalent temperature (PET) berkurang hingga 12oC.

4. Sonne (2006) melakukan penelitian di University of Central Florida terhadap atap bangunan lantai dua dengan perlakuan setengah dari seluruh luas atap tersebut (307m2) ditanami pepohonan (green roof) dengan ketinggian 60 cm dan tebal media tanam sekitar 15 – 20 cm.

5. Gaudet dalam Feriadi & Frick,( 2007). Menyebutkan bahwa bayang-bayang pohon dapat mengurangi suhu udara lingkungan sekitar 6oC dan berpengaruh terhadap penggunaan energy penyejukan sebesar 50 – 70%.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Landasan Penelitian ini adalah deskriptif, kuantitatif. Inti dari penelitian ini yaitu mengkategorikan dan mengkorelasikan variasi/ keanekaragaman rumah tinggal beserta elemen yang ada didalamnya terhadap tingkat kenyamanan termal yang ditimbulkannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran dilaksanakan pada sampel penelitian (5 unit rumah tinggal) beserta persepsi penghuninya terhadap kenyamana thermal yang dirasakan. Pengukuran variabel kenyamanan meliputi suhu ruangan, kelembapan, kecepatan angin. Sedangkan faktor pencahayaan alamiah yang diakumulasikan sebagai terang langit di persepsikan sebagai variabel perancu.

a. Aspek kenyamanan thermal lingkungan rumah tinggal. Sampel 1. Rumah tinggal di daerah utara Desa Bugbug. Luas lahan sekitar 225 m2, dengan komposisi bangunan bale meten, bale dangin, dan bale delod.(dapur). Sebagian bangunan (bale dauh dan bale delod) telah di renovasi. Kondisi natah tetap di tengah dengan ukuran lebar (timur-barat) 3,25 meter, panjang (utara- selatan) 5,10 meter. Pepohonan sangat minim. Permukaan natah hampir seluruhnya ditutup dengan beton.

Page 18: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

51

Foto 2. Rumah Tinggal dengan permukaan natah dengan beton batu sikat

Tabel 1. Rerata hasil pengukuran yang dilakukan setiap jam (jam 10.15 - 17.15)

Tempat pengukuran pada rumah tinggal

Variabel Kenyamanan thermal Suhu

udara (oC) Kelembapan (%)

Kec.Angin (m/dt)

Terang langit(Lx)

Di dalam ruangan (meten) 28,06 70,45 0.0 9,87 Di hlmn luar(pd.bayangan bgn) 27,98 62,41 0,1 – 0,4 793,55 Di halaman terbuka 29,26 60,27 0,1 – 0,5 1671,8

Sampel 2. Rumah tinggal di daerah utara Desa Bugbug. Luas lahan sekitar 200 m2,). Seluruh bangunannya telah direnovasi (bale gede bentuk dan fungsinya tetap dipertahankan). Kondisi natah tetap di tengah dengan ukuran lebar (timur-barat) 3,25 meter, panjang (utara- selatan) 4.50 meter. Pepohonan sangat jarang. Jumlah sekitar 2 pohon dengan ketinggian sekitar 120 cm. Permukaan natah hampir seluruhnya ditutup dengan beton cetak.

Foto 3. Rumah Tinggal dengan permukaan natah dengan beton dan pepohonan yang sangat minimal

Kecepatan angin perubahannya sangat cepat, saat pengukuran

tercatat 0,7 m/s.

Terang langit tercatat 818 lux. Angka ini juga sangat cepat

berubah-ubah sesuai keadaan awan pada langit

Bale Meten dan bale dauh telah di renovasi, di ganti

dengan saka 4

Bale gede/bale dangin beserta natah di depannya

Bale delod sebagai dapur telah di renovasi

Page 19: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

52

Tabel 2 Rerata hasil pengukuran yang dilakukan setiap jam (jam 10.15 - 17.15)

Tempat pengukuran pada rumah tinggal

Variabel Kenyamanan thermal Suhu

udara (oC) Kelembapan (%)

Kec.Angin (m/dt)

Terang langit(Lx)

Di dalam ruangan 27,87 66,80 0.0 11,01 Di hlmn luar(pd.bayangan bgn) 28,62 60,54 0,1 – 0,5 814,37 Di halaman terbuka 31,26 59,61 0,1 – 0,5 1273,2

Sampel 3. Rumah tinggal terletak di tengah perumahan desa. Luas lahan sekitar 225 m2. Bale meten dan bale dangin atapnya dengan seng gelombang, namun masih bisa menunjukkan keasliannya. Bale dauh di bongkar. Bale delod di ubah menjadi ruang tidur dan dapur. Kondisi natah tetap di tengah dengan ukuran lebar (timur-barat) sekitar 4,50 meter, panjang (utara- selatan) 4,40 meter. Vegetasi dengan pohon belimbing waluh. Permukaan natah ditutup tanah dan sebagian rerumputan.

Kelembapan udara tercatat 52,2% pada suhu30,9oC.

Foto pengukuran terang langit di dalam ruangan.

Arah masuk (pintu angkul-

angkul masih asli).

Bale Meten dan bale Gede dengan pohon perindangnya.

Natah dengan permukaan tanah

Foto 4. Rumah tinggal tua, kondisi masih asli. Natah dgn permukaan tanah

Tabel 3. Rerata hasil pengukuran yang dilakukan setiap jam (jam 10.15 - 17.15)

Tempat pengukuran pada rumah tinggal

Variabel Kenyamanan thermal Suhu

udara (oC) Kelembapan (%)

Kec.Angin (m/dt)

Terang langit(Lx)

Di dalam ruangan 27,57 60,78 0.0 8,17 Di halaman luar (dibwh pohon) 27,98 57,88 0,1 – 0,8 989,41 Di halaman terbuka 29,14 52,37 0,1 – 1,1 2147,4

Sampel 4. Rumah tinggal terletak di tengah perumahan desa. Luas lahan sekitar 250 m2. Hanya Bale dangin yang dipertahankan. Bale delod di ubah berbentuk jineng. Difungsikan sebagai ruang bersama, ruang makan dan dapur. Kondisi natah tetap di tengah dengan ukuran lebar (timur-barat) sekitar 3,30 meter, panjang (utara- selatan) 6,10 meter. Vegetasi, tidak ada pohon perindang. Permukaan natah ditutup beton batu sikat. Vegetasi pepohonan tidak ditemukan.

Page 20: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

53

Bale delod yang telah di renovasi. Bentuknya menyerupai jineng. Fungsi untuk ruang makan

dan memasak

Bale dangin, bentuk dan fungsinya masih

dipertahankan. Natah dengan perkerasan beton batu sikat.

Pengukuran mikro iklim di ruang terbuka (natah) pada siang hari

Pengukuran terang langit di dalam ruangan

(ruang tidur)

Foto 5. Rumah Tinggal dengan permukaan natah dengan beton dan pepohonan yang sangat minimal

Tabel 4. Rerata hasil pengukuran yang diukur setiap jam (jam 10.15 - 17.15)

Tempat pengukuran pada rumah tinggal

Variabel Kenyamanan thermal Suhu

udara (oC) Kelembapan (%)

Kec.Angin (m/dt)

Terang langit(Lx)

Di dalam ruangan (r. Tidur) 27,81 66,51 0.0 14,02 Di hlmn luar(pd.bayangan bgn) 28,52 62,42 0,1 – 0,6 1086,3

2 Di halaman terbuka 29,57 58,67 0,1 – 0,6 1877,2

Sampel 5. Rumah tinggal bagian selatan desa. Pemilik Pan Sirn. Luas lahan sekitar 200 m2. Sebagian bangunan ini telah di renovasi terutama untuk bale daje dan bale dauh dengan bentuk bangunan “kantoran”. Kondisi natah di tengah dengan ukuran timur-barat sekitar 3,5 meter, arah utara - selatan 4,2 meter. Vegetasi bergerombol dan menyebar. Terdapat 2 pohon peneduh cukup besar dan tinggi dimana cukup berperan untuk memberikan bayangan sehingga halaman (natah) terasa lebih sejuk. Permukaan natah ditutup dengan beton batu sikat.

Page 21: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

54

. Penghuni duduk di bale dauh,

berpakian tropis, dan beraktivitas ringan. Natah dengan permukaan

beton yang dilengkapi pepohonan.

Bale daja dan bale dauh sudah di renovasi, berbentuk bangunan “kantoran” namun natah tetap

dipertahan kan

Bentuk dan fungsi bale dangin tetap dipertahankan

Foto 6. Rumah Tinggal dengan permukaan natah beton, namun disertai pepohonan yang banyak,

sehingga membuat suasana lebih sejuk

Tabel5. Rerata hasil pengukuran yang di ukur setiap jam (jam 10.15 - 17.15)

Tempat pengukuran pada rumah tinggal

Variabel Kenyamanan thermal Suhu uda

ra (oC) Kelembapa

n (%) Kec.Angin

(m/dt) Terang

langit(Lx) Di dalam ruangan (r. Tidur) 27,05 69.01 0.0 10.95 Di hlmn luar(di bawah pohon) 27,08 67.98 0,1 – 0,4 987,48 Di halaman terbuka 28,16 67.01 0,1 – 0,6 1007,52

b. Persepsi Penghuni terhadap kenyaman thermal lingkungan rumah tinggalnya Kuesioner di sebarkan pada pengguna, dimana setiap rumah tinggal diberikan pada empat orang penghuni sehingga memperoleh 20 (dua puluh) responden. Hasil kuesioner menunjukkan: a. Pendidikan responden : tidak tamat SD 20%; tamat SD 35%; tamat SMP20%; tamat

SMA15%; tamat Perguruan Tinggi 10%. b. Jumlah penghuni dalam satu pekarangan rumah antara 4 – 7 orang. c. Luas areal satu unit pekarangan rumah sekitar 2.25 m2. d. Kondisi rumah: sebagian besar (75%) telah mengalami perubahan bentuk dan bahan

bangunannya. Terutama terjadi pada bale dauh, bale delod (dapur) dan juga meten. Sedangkan fungsi bale tersebut tetap dipertahankan seperti bale dangin (bale gede) untuk kegiatan adat dan keagamaan.

e. Natah, posisinya tetap berada ditengah pekarangan, sebagai pusat orientasi kegiatan. Permukaan natah sebagian besar menggunakan beton rabat dan beton batu sikat.

f. Vegetasi, pepohonan sangat jarang terlihat pada pekarangan tersebut. (< 10%).

Page 22: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

55

PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran ini akan memberi makna untuk dibahas lebih lanjut sebagai berikut: a. Aspek Kenyamanan Responden merasa nyaman (nyaman dalam arti menyeluruh, sesuai persepsi responden) sebesar 60%; sangat nyaman 30% dan tidak nyaman 10%. Hal ini memberi makna: Responden telah terbiasa dengan keadaan lingkungannya (suhu udara, kelembapan, gerakan angin, serta penerangan alami untuk ruangannya) sedemikian rupa. Dihubungkan dengan tabel simulasi Sangkertadi (2014); menunjukkan batas kenyamanan pada kelembapan 70%, suhu 28o C, dan kecepatan angin minimal 0,7 m/detik atau bisa pada suhu 27o C dengan kecepatan angin 0,4 m/detik. Pengguna dengan berat badat 60 kg; tinggi 170 cm berpakaian tropis (0,5 clo); beraktivitas sedang (act=1 met). Untuk beberapa rumah (rumah no 3, data pengukuran di bawah pohon dan rumah no 5) dapat di nilai nyaman (sesuai dengan tabel kenyamanan termal di atas). Sedangkan rumah yang lainnya tergolong agak tidak nyaman. Dari kajian matematis ini dihubungkan dengan respon pengguna menunjukkan bahwa benar nilai kenyamanan sesorang sangat subyektif.

b. Aspek Suhu Grandjean, 1988; Bridger, 1995; Musyafa, (2000) menyebutkan kondisi kenyamanan termal tercapai bila suhu tubuh dapat berhubungan timbal balik dengan suhu udara sekitarnya, dimana panas yang hilang sama dengan panas tubuh yang terjadi (heat gain = heat loss). (Nilai ambang batas (NAB) suhu terendah 21o Celsius dan tertinggi 30o Celsius. Suhu udara nyaman dengan fermormance yang optimal sekitar 25 – 27o Celsius (Musyafa, 2000). Suhu di dalam ruangan dan di luar ruangan dibawah pohon atau di bawah bayangan bangunan serta di halaman terbuka menunjukkan perbedaan yang nyata. (berkisar antara 27,0°C hingga 31,2°C). Sesuai Tabel 1. Sejuk - Nyaman (20,5°C-2,8°C). Suhu nyaman optimal 22,8°C-25,8°C; Hangat – Nyaman 25,8C–27,1°C, dengan ambang atas 31°C. Dari tabel ini dapat dikategorikan suhu ruangan tersebut pada tingkat hangat – nyaman, dan mengarah pada tingkat ambang atas (31°C). Kondisi mengarah pada tingkat ambang atas (31°C). jika dikaitkan dengan respon pengguna bahwa 95% menyatakan panas dan 5% menyatakan sangat panas. 70% merasa terganggu, 10% merasakan sangat terganggu akibat paparan suhu matahari. Hal ini juga dapat terlihat pada sampel rumah no 2. menata rumahnya dengan peneduh jaring tali plastik hitam (paranet), untuk mengurangi paparan panas matahari langsung. Dapat disimpulkan sementara bahwa suhu ruangan masih dalam tingkat hangat nyaman namun telah mengarah pada tingkat ambang atas (31°C). c. Aspek Kecepatan Angin Hasil pendataan menunjukkan kisaran kecepatan angin antara 0,0 hingga 1,1 m/det. Kecepatan 0,0 terjadi di dalam ruang tidur (bale dauh dan beberapa bale meten). Hal ini disebabkan pada kegiatan renovasi rumahnya, kurang memperhitungkan bukaan samping atau belakang untuk sistem kros ventilasinya. Sehingga aliran udara menjadi tidak lancar (mengantong). Kondisi ini akan berpeluang terjadi peningkatan kelembapan dan juga kurang menyehatkan. Menurut Sastra & Marlina, (2006) Untuk sirkulasi udara dibutuhkan minimal 0,35% dari luas lantai, atau 20% dari seluruh luas jendela. Untuk hal ini peran gang sebagai

Page 23: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

56

sarana sirkulasi manusia juga sebagai sarana sirkulasi udara. Disamping itu ada salah satu awig yang harus diterapkan oleh seluruh masyarakat Desa Pakraman Bugbug bahwa untuk membangun atau merenovasi rumahnya agar tetap memperhatikan konsep “galeng kahuluan”. Yaitu konsep dimana suatu bangunan bisa membuang air cacapan ke tetangga di sebelah timur dan utaranya (ke huluan) dan tetangga yang di timur dan di utara tidak boleh membangun nempel pada rumah di sebelah barat atau di selatannya (teben). Harus ada jarak sepanjang “1 hasta musti”, (setengah panjang siku atau sekitar 40 cm). Sumber: hasil wawancara dengan Jro Mangku Petilik. (2015) di Desa Bugbug. Sehingga di dalam areal perumahan masyarakat Desa Pakraman Bugbug tetap ada urat-urat saluran sirkulasi udara yang disebut “orok-orok”.

d. Aspek Kelembapan Kelembapan terukur pada kondisi normal. Sesuai dengan kondisi iklim di Bali dengan kategori iklim tropis lembap.

e. Aspek Terang langit (Penerangan alamiah dari terangnya langit) Variabel tidak termasuk pada penelitian ini. Namun dalam menentukkan kenyamanan suatu ruangan variabel ini sering mempengaruhi tingkat kenyamanan seseorang. Penerangan suatu ruangan sangat berpengaruh pada rasa nyaman seseorang (kenyamanan visual). Namun demikian dari data diatas diketahui hampir seluruh ruang dalam atau ruang tidurnya mempunyai tingkat penerangan yang sangat rendah (kurang dari standar yang direkomendasikan misalnya 80 lux untuk jenis pekerjaan kasar).

f. Faktor Kondisi Lingkungan seperi jumlah Vegetasi (pepohonan), permukaan natah - Vegetasi (pepohonan) pada natah. Terlihat pada natah yang tidak memiliki pepohonan menunjukkan suhu yang lebih tinggi

(data rumah no 2 yaitu sebesar 31,26oC), dibandingkan rumah no. 5 sebesar 28,16oC. Ini berarti ada perbedaan sebesar 3,13oC. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gaudet dalam Feriadi & Frick, (2007) bahwa bayang-bayang pohon dapat mengurangi suhu udara lingkungan sekitar 6oC dan berpengaruh terhadap penggunaan energy penyejukan sebesar 50 – 70%.

- Permukaan natah. Data yang diperoleh dari 5 rumah tinggal sebagai sampel menunjukkan bahwa

permukaan natah dengan lapisan beton rabat dan beton batu sikat menunjukkan suhu yang lebih tinggi (31,26oC) dibandingkan dengan natah dengan permukaan tanah (28,16). Hal ini sesuai dengan hasil percobaan Sangkertadi (2014) bahwa permukaan beton memiliki radiasi panas yang tertinggi dibandingkan lapisan permukaan dengan material lain (lihat lampiran2).

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Sesuai dengan permasalahan yang di angkat pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan rumah tinggal masyarakat Desa Pakraman terhadap tingkat kenyamanan termal nya dapat disimpulkan:

Page 24: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015

57

1. Pada umumnya masyarakat Desa Pakraman Bugbug dalam kehidupan sehariannya merasa nyaman tinggal pada huniannya. (Nyaman dalam arti sudah terbiasa)

2. Meskipun terasa nyaman namun beberapa orang merasakan pada tingkat kenyamanan hangat dan agak panas.

3. Suhu udara pada hunian rumah tinggal tersebut menunjukkan tingkat hangat nyaman yang mengarah pada tingkat ambang atas (31°C).

4. Suhu udara pada hunian rumah tinggal tersebut sangat berkaitan dengan gerakan udara, keberadaan pepohonan, lapisan permukaan natah dan bentuk serta luasan natah.

5. Gerakan udara di dalam ruangan sangat rendah bahkan diam (nol), karena sarana ventilasi yang kurang memadai.

6. Tingkat Kenyamanan thermal di Desa Pakraman Bugbug juga dilandasi oleh awig-awig desa yaitu konsep “galeng kahuluan”.

Saran Untuk meningkatkan kenyamanan ke arah nyaman yang optimal, diupayakan untuk mengadakan beberapa perbaikan antara lain: 1. Perlu di adakan gerakan menanam pohon di halaman rumah. 2. Memperlancar aliran udara di dalam ruangan dengan mengadakan bukaan jendela lebih

luas. 3. Konsep “galeng kahuluan” tetap dilaksanakan dan dilestarikan, karena sangat penting

perannya di dalam menciptakan dan menjaga kenyamanan thermal hunian secara menyeluruh melaui sirkulasi udaranya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih banyak penulis ucapkan pada semua pihak (salah satunya adalah Bpk Jro Mangku Petilik di Desa Bugbug) yang mendorong dan membantu baik moril maupun materiil selama proses hingga akhir penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, P. Parimin 1986. Environmental Hierarchy of Sacred – Profane Concept in Bali. Fundamental Study on Spatial Formation of Island Village

Fakultas Teknik UNUD. 1981 – 1982. Pemukiman Tradisional Desa Adat Bugbug Karangasem. Laporan Penelitian Institusional.

Grandjean, E. 1988. Fitting The Task To The Man. A Taxbook Of Occupational Ergonomics. London: Taylor & Francis Ltd.29 – 37.

Hakim, Rustam. 2003. Unsur-Unsur Perancangan Dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta

Klasen, Winand. 1990. Architecture And Philosophy. University Of San Carlos, Cebu City, Philippines.

Lippsmeier, Georg. 1994. Bangunan Tropis. Jakarta : Penerbit Erlangga. Mansur, A. Dan Istianto, P. 2000. Perbandingan kecepatan reaksi dan tingkat kesalahan yang

terjadi pada tiga model display berbasis warna pada berbagai kondisi temperatur ruangan kerja. Dalam Sritomo W. (ed.), Procceedengs Seminar Nasional Ergonomi 2000, 224 – 228. Surabaya: Guna Jaya.

Page 25: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding

58

Musyafa, A. 2000. Tinjauan Parameter Termal Ergonomis terhadap kenyamanan lingkungan kerja. Dalam Sritomo W. (ed.), Procceedengs Seminar Nasional Ergonomi 2000, 224 – 228. Surabaya: Guna Jaya.

Sangkertadi 2012. Kenyamana Termis di Ruang Luar Beriklim Tropis Lembab. Alfabeta. Bandung

Sastra S.M. dan Marlina E. 2005. Perencanaan dan Pembangunan Perumahan. Sebuah Konsep, Pedoman, dan Strategi Perencanaan dan Pengembangan Pemukiman. Andi. Yogyakarta.

Satwiko P. 2010. Memahami dan Mengendalikan Faktor Penentu Kenyamanan Termal Perkotaan. Proceedings Seminar Urban Thermal Comport. SCAN 2010. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Wonoharjo dan Koerniawan. 2008, dalam Proceding Seminar Nasional Peran Arsitektur Perkotaan dalam mewujudkan Kota Tropis,

Page 26: ISBN: 978-602-294-092-0 · 2017. 6. 4. · Seminar Perencanaan dan Pelestarian Lingkungan Terbangun - Bali, 22 Desember 2015 vii ISBN: 978-602-294-092-0 R I N G K A S A N Proseding