IRIGASI BANGUNAN AIR

10
BAB I PEMBAHASAN 1. Potongan memanjang saluran Potongan memanjang saluran di gambar sesuai dengan pengukuran poligon yaitu setiap 50 m atau 100 m data pengukuran harus di cantumkan. Data yang dicantumkan meliputi data: a. Topografi dalam jumlah yang memadai b. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m di luar as saluran irigasi c. Saluran kwarter harus memberiair ke sawah (MA diatas medan) d. Saluran tersier, sebagai saluran pembawa (diusahakan MA sama/dibawah medan e. Pembuang kwater,tersier diusahakan ada f. Jalan inspeksi atau jalan petani minimum 0,50 m diatas permukaan sawah g. Kedalaman pondasi (bila ada), dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli. h. Jika saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, elevasi tanggulnya harus diukur i. Beda elevasi yang ada antara elevasi sawah dengan elevasi air di jaringan utama harus diukur

description

disini teman-teman bisa melihat tentang pengetahuan irigasi

Transcript of IRIGASI BANGUNAN AIR

Page 1: IRIGASI BANGUNAN AIR

BAB I

PEMBAHASAN

1. Potongan memanjang saluran

Potongan memanjang saluran di gambar sesuai dengan pengukuran

poligon yaitu setiap 50 m atau 100 m data pengukuran harus di cantumkan.

Data yang dicantumkan meliputi data:

a. Topografi dalam jumlah yang memadai

b. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m di luar as saluran irigasi

c. Saluran kwarter harus memberiair ke sawah (MA diatas medan)

d. Saluran tersier, sebagai saluran pembawa (diusahakan MA

sama/dibawah medan

e. Pembuang kwater,tersier diusahakan ada

f. Jalan inspeksi atau jalan petani minimum 0,50 m diatas permukaan

sawah

g. Kedalaman pondasi (bila ada), dikaitkan langsung dengan elevasi

sawah asli.

h. Jika saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, elevasi

tanggulnya harus diukur

i. Beda elevasi yang ada antara elevasi sawah dengan elevasi air di

jaringan utama harus diukur

Perhitungan elevasi muka air di intake bangunan sadap diperhitungkan

dari muka tanah sawah yang tertinggi yang akan dialiri

Gambar 4.5 Parameter Potongan Memanjang

(KP 0.5)

Page 2: IRIGASI BANGUNAN AIR

P= A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

Dimana:

P = muka air di saluran primer atau sekunder

A = elevasi di sawah

a = lapisan air di sawah, = 10 cm

b = kehilangan tinggi di energi di saluran kuarter ke sawah = 5

cm

c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5 cm/boks

d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran

irigasi

= kemiringan kali panjang atau I x L (di saluran tesier)

e =kehilangan tinggi energi di boks bagi = 5 cm/boks

f =kehilangan tinggi energi di gorong-gorong = 5 cm per ban

gunan

g =kehilangan tinggi energi di bangunan sadap

h =variasi tinggi muka air, 0,18 h100 (kedalaman rencana)

z =kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier

yang lain (jembatan, gorong-2)

Contoh: menghitung elevasi muka air di bangunan sadap yang terkait dari petak

tersier pada Gambar: 3.7 Situasi baru dengan data yang ada sebagai berikut:

A = elevasi di sawah (368.40)

a = lapisan air di sawah, = 10 cm

b = kehilangan tinggi di energi di saluran kuarter ke sawah = 5 cm

c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter = 5 cm/boks

d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi tersier

setelah bangunan sadap = kemiringan kali panjang atau I x L (di

saluran tesier), data = 200 m dan I = 0,001 (maks daerah terjal)

maka d = 200 x 0,001 = 0,2

e = kehilangan tinggi energi di boks bagi = 5 cm/boks

f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong = 5 cm per bangunan

g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap (pintu dan bangunan

ukur =0,10)

Page 3: IRIGASI BANGUNAN AIR

h = variasi tinggi muka air, 0,18 h100 (kedalaman rencana misalkan h=

0,50 m maka 0,18 h =0,10 m)

z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain

(jembatan, gorong-2 tidak ada)

P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

= 368.40 + 0.10 + 0,05 +0+ 0,05 + 0,05 +0.05+0,20+0,10+0,10

= 369.10 m diartikan elevasi muka air di bangunan sadap.

Bila di lapangan lebih rendah harus ada koreksi apakah tidak ada

penurunan “d”, kalau tidak bisa diturunkan untu daerah datar kususnya saluran

kuarter dibangunan bangunan akhir untuk menaikan elevasi.

4.4 Perencanaan Hidrolis bangunan

4.4.1 Bangunan Pengatur Muka Air.

a) Pengatur muka air dengan mercu tetap.

Gambar 4.6 Bangunan Pengatur Mercu Tetap.

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt

Cd = Koefisien debit, ambang lebar = 1.03, ambang

bulat = 1.48

g = Percepatan gravitasi

b = Lebar dasar saluran, m

H = Tinggi energi di hulu mercu,m (h+v2/2g)

h = Tinggi air di hulu mercu, m

v = Kecepatan aliran, m/dt.

Q = 2/3 Cd b H1.5 2/3 g

Page 4: IRIGASI BANGUNAN AIR

b) Pengatur muka air dengan skot balok.

Gambar 4.9. Bangunan pengatur skot balok.

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt

Cd = Koefisien debit, (lampiran 1)

g = Percepatan gravitasi

b = Lebar dasar saluran, m

H = Tinggi energi di hulu mercu,m (h+v2/2g)

h = Tinggi air di hulu mercu, m

v = Kecepatan aliran, m/dt.

c) Pengatur muka air dengan pintu

a. Aliran tenggelam b. Aliran bebas

Gambar 4.7. Bangunan Pintu Pengatur.

a. Aliran tenggelam b. Aliran bebas

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt

Q = 2/3 Cd b H1.5 2/3 g

Q = b a 2 g z Q = 0.6 b a 2 g (h - 0.6a)

Page 5: IRIGASI BANGUNAN AIR

b = Lebar pintu, m

= koefisien debit (0.80)

a = Tinggi bukaan, m

g = Percepatan gravitasi

z = Kehilangan tinggi energi pada pintu, m

h = Tinggi air di hulu pintu, m

4.4.2 Bangunan Pengukur Debit.

Agar pembagian air menjadi efektif, maka air air yang masuk ke saluran

pembawa harus diketahui besarnya debit yang mengalir, untuk itu

diperlukan bangunan pengukur debit. Macam-macam bangunan pengukur

debit yaitu :

a. Bangunan Ukur Cipoleti.

Gambar 4.8. Potongan bangunan ukur Cipoleti.

Q = 1.86 b h2/3

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt.

b = Lebar ambang, m

h = Tinggi air di hulu ambang, m

b. Bangunan Ukur Ambang Lebar.

1) Tipe Drempel

Gambar 4.9. Bangunan Ukur Drempel.

Page 6: IRIGASI BANGUNAN AIR

Q = 1.71 b h2/3

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt.

b = Lebar ambang, m

h = Tinggi air di hulu ambang, m

2) Pintu Romijn.

Gambar 4.13. Pintu Romijn.

Q = 1.71 b h2/3

Dimana :

Q = Debit rencana, m3/dt.

b = Lebar ambang, m

h = Tinggi air di hulu ambang, m

3) Flume Tenggorok Panjang.

Gambar 4.10. Bangunan Ukur Flume

Page 7: IRIGASI BANGUNAN AIR

Gambar 4.5 Perhitungan Bangunan Ukur Flum