IPS Sejarah kls 8
-
Upload
laila-amalia-fadhilah -
Category
Documents
-
view
18.686 -
download
7
description
Transcript of IPS Sejarah kls 8
IPS SEJARAH
PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERALISME DI INDONESIA
Kelompok 1:Amar Makrifah Saefudin (02)Dindha Aulia Rachmaa (14)Fajar Vila Fadhila (17)
Laila Amalia Fadhilah (23)Rodli Nazal Akhsan (33)
Kelas VIII DTapel 2011/2012
1. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Upaya Perdagangan Portugis
1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis
Keberhasilan Aceh untuk memperhatankan diri dari
ancaman Portugis disebabkan:
a. Aceh berhasil bersekutu dengan Turki, Persia, dan India.
b. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari
pedagang muslim di Pulau Jawa.
c. Kapal Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan prajurit
yang tangguh.
Di antara raja-raja Kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah:
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1528)
b. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537–1568)
c. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
2) Ternate melawan Portugis
Perlawanan ini terjadi karena sebab-sebab berikut ini:
a) Portugis melakukan monopoli perdagangan.
b) Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan.
c) Portugis ingin menyebarkan agama Katholik, yang berarti
bertentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat Ternate.
d) Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham
dengan mereka.
e) Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
f) Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
2. Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Upaya Perdagangan Belanda
1) Perlawanan Mataram (Perlawanan Sultan Agung)
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Agung (1613–1645). Cita-cita Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan
Jawa di bawah pimpinan Mataram.
Adapun sebab-sebab Mataram menyerang Batavia adalah:
(1) Mengusir Belanda dari tanah air Indonesia.
(2) Belanda sering merintangi perdagangan Mataram di Malaka.
(3) Belanda melaksanakan monopoli perdagangan.
Pada saat perlawanan Mangkubumi, terjadi kesepakatan damai dengan Belanda
dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (1755) yang isinya:
(1) Mataram dibagi menjadi dua yaitu Mataram Barat (Jogja) dan Mataram Timur
(Surakarta).
(2) Mangkubumi berkuasa di Mataram Barat dan Paku Buwono berkuasa di
Mataram Timur (Surakarta).
2) Banten melawan VOC
VOC dalam menghadapi Sultan Ageng Tirtayasa menggunakan
politik devide et impera, yaitu mengadu domba antara Sultan
Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji
yang dibantu oleh VOC.
Setelah pertempuran selesai, Sultan Haji melakukan
perundingan dengan VOC yang isinya:
a) Sultan Haji harus mengganti biaya perang.
b) Banten harus mengakui di bawah kekuasaan VOC.
c) Kecuali VOC, pedagang lain dilarang berdagang di Banten.
d) Kepulauan Maluku tertutup bagi pedagang Banten.
3) Makassar melawan VOC
Dalam perang tahun 1667 VOC melaksanakan politik devide et impera,
yaitu mengadu domba antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka
(Raja Bone).
Akhirnya, pada waktu itu Sultan Hasanudin dipaksa menandatangani
perjanjian Bongaya (1667) yang isinya:
a) Makassar mengakui kekuasaan VOC.
b) VOC memegang monopoli perdagangan di Makassar.
c) Aru Palaka dijadikan Raja Bone.
d) Makassar harus melepaskan Bugis dan Bone.
e) Makassar harus membayar biaya perang VOC.
Karena kegigihannya melawan VOC, Sultan Hasanuddin
dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”.
4) Perlawanan Diponegoro (1825–1830)
Sebab-sebab umum Perang Diponegoro:
a) Penderitaan rakyat sangat berat karena adanya bermacam macam pajak.
b) Raja dan kalangan istana benci kepada Belanda karena wilayah
Mataram makin dipersempit.
c) Ulama kecewa karena peradaban Barat mulai memasuki kalangan Islam.
d) Bangsawan kecewa karena tidak boleh menyewakan tanahnya.
e) Belanda ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Adapun sebab-sebab khusus perang Diponegoro adalah
rencana pembuatan jalan yang melintasi tanah makam leluhur
pengeran Diponegoro tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada
Pangeran Diponegoro.
Belanda menggunakan siasat benteng stelsel dalam melumpuhkan
perlawanan Pangeran Diponegoro. Tujuan dari sistem
benteng stelsel adalah:
a) Mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro.
b) Memecah belah pasukan Diponegoro.
c) Mencegah masuknya bantuan untuk pasukan Diponegoro.
d) Bagi Belanda sendiri dapat memperlancar hubungan antara
Belanda jika mendapat serangan dari pasukan Diponegoro.
e) Memperlemah pasukan Diponegoro.
Pada tahun 1830 Belanda mengadakan tipu
muslihat dengan mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding.
Dalam perundingan itu Pangeran Diponegoro ditangkap.
5) Perang Padri (1821–1837)
Sebab umum terjadinya perang Padri adalah
a) Pertentangan antara kaum Padri dan kaum adat.
b) Belanda membantu kaum adat.
Perang yang terjadi dapat dibagi menjadi dua tahap.
a) Tahap pertama (1821–1825)
b) Tahap kedua (1830–1837)
Mula-mula kaum Padri mendapat banyak kemenangan. Pada tahun 1834
Belanda mengerahkan pasukan untuk menggempur pusat pertahanan
kaum Padri di Bonjol. Pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam
Bonjol tertangkap, kemudian diasingkan di Minahasa sampai wafatnya.
Dengan menyerahnya Imam Bonjol bukan berarti perang selesai, perang
tetap berlanjut walaupun tidak lagi mengganggu usaha Belanda untuk
menguasai Minangkabau.
Perlawanan-Perlawanan di Daerah Lainnya
1) Perlawanan Aceh (1873–1904).
2) Perlawanan Pattimura.
3) Perlawanan Bali/puputan margarana (1846–1849).
4) Perlawanan di Batak (Tapanuli) dipimpin Sisingamangaraja XII pada
tahun 1878–1907.
5) Perlawanan di Lampung dilakukan oleh Raden Intan I (1826) dan
Imba Kusuma. (1832), serta Raden Intan II (1834).
6) Perlawanan di Palembang tahun 1819–1825 dipimpin oleh Sultan
Najamudin dan Sultan Badarudin.
7) Perlawanan di Bone di bawah pimpinan Raja Bone Supa dan Ternate.
Silakan yang mau bertanya ?????