Investmentincarbonstocksin!the!easternbufferzone ... fileUndang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang...

107
Investment in carbon stocks in the eastern buffer zone of Lamandau River Wildlife Reserve, Central Kalimantan province, Indonesia: a REDD+ feasibility study PART TWO: ANNEXES

Transcript of Investmentincarbonstocksin!the!easternbufferzone ... fileUndang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang...

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     1  

 

Investment  in  carbon  stocks  in  the  eastern  buffer  zone  of  Lamandau  River  Wildlife  Reserve,  Central  Kalimantan  province,  Indonesia:  a  REDD+  feasibility  study  

 

PART  TWO:  ANNEXES

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     2  

Table of Contents Ann 3

Annex 2: Component .

0

Annex 4: Component 1

Annex 5: Component . 3

Annex 6: Component . 5

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     3  

Annex 1 Government policy on REDD

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008

TENTANG

PENYELENGGARAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES PENGURANGAN EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Keputusan para pihak Konvensi Perubahan Iklim ketigabelas di Bali, Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk menyelenggarakan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan dengan Peraturan Menteri Kehutanan.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557;

3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

4. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

2

Tahun 2004 Nomor 86 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonnesia Nomor 4403);

7. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

11. Peraturan Presiden No 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim;

12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali disempurnakan terakhir dengan Nomor P.64/Menhut-II/2008.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENYELENG-GARAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES PENGURANGAN EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN.

3

BAB I

PENGERTIAN

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah pengujian dan pengembangan metodologis, teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi emisi karbon.

2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber-daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.

4. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. 5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kehutanan. 6. Pemrakarsa adalah pemerintah, pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu,

pemegang/pengelola hutan hak, pengelola hutan adat, kepala kesatuan pengelola hutan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan demonstration activities.

7. Mitra adalah pemerintah, badan internasional, swasta dan perorangan yang memiliki kemampuan untuk mendanai penyelenggaraan demonstration activities.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud penyelenggaraan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah untuk menguji dan mengembangkan metodologi, teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi emisi karbon melalui pengendalian deforestasi dan degradasi hutan.

(2) Tujuan penyelenggaraan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah untuk mendapatkan desain pengelolaan hutan terkait pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan.

BAB III

LOKASI DAN PELAKSANA

Pasal 3

Demonstration activities dapat dilaksanakan pada hutan negara dan/atau hutan hak.

4

Pasal 4

(1) Demonstration activities dilaksanakan oleh pemrakarsa. (2) Dalam pelaksanaan demonstration activities sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) pemrakarsa dapat bekerja sama dengan mitra.

BAB IV

TATA CARA PERMOHONAN DAN PERSETUJUAN

Pasal 5

(1) Pemrakarsa mengajukan permohonan tertulis pelaksanaan demonstration activities kepada Menteri, dengan melampirkan : a. Rancangan demonstration activities yang materinya antara lain status dan

lokasi berikut peta lokasi calon areal, bentuk dan jangka waktu kerja sama, perkiraan nilai kegiatan, manajemen resiko dan rencana alokasi distribusi pendapatan.

b. Dalam hal pemrakarsa adalah perorangan yang pembiayaannya bersumber dari dana sendiri (swadana), maka pemrakarsa wajib melampirkan surat pernyataan kesediaan untuk membiayai pelaksanaan demonstration activities.

c. Dalam hal pemrakarsa bekerja sama dengan mitra dan seluruh atau sebagian pembiayaannya bersumber dari mitra, maka pemrakarsa wajib melampirkan dokumen kerja sama.

(2) Menteri menugaskan Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan permohonan demonstration activities sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas.

(3) Kriteria dan indikator kelayakan pelaksanaan demonstration activities akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

(4) Berdasarkan hasil penilaian Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan, Menteri dapat menyetujui, atau menyetujui dengan syarat, atau menolak permohonan pemrakarsa.

(5) Konsep persetujuan atau penolakan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di atas, disiapkan oleh Ketua Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan.

(6) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) di atas harus mencantumkan : a. penetapan areal dan luasan demonstration activities berikut peta yang

menunjukkan batas lokasi kegiatan. b. jangka waktu kegiatan paling lama 5 tahun. c. ketentuan yang berkaitan dengan resiko, dan distribusi alokasi pendapatan.

5

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 6

Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 2008

MENTERI KEHUTANAN ttd H.M.S. K A B A N

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ANDI MATTALATTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR : 94 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd SUPARNO, SH NIP. 080068472

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK. 21/Menhut-II/2009

TENTANG

PENUNJUKKAN NARASUMBER PADA KELOMPOK KERJA PERUBAHAN IKLIM LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan, dipandang perlu untuk menunjuk Narasumber Pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dengan Keputusan Menteri Kehutanan.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557);

2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Kerangka Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4403);

- 2 -

4. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

5. Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 3419);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK.13/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan

10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali disempurnakan terakhir dengan Nomor P.64/Menhut-II/2008.

- 3 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERTAMA : Menunjuk pejabat-pejabat :

1. Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Kelembagaan 2. Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Lingkungan 3. Staf Khusus Menteri Kehutanan Bidang Pengamanan

sebagai narasumber pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan.

KEDUA : Tugas Narasumber adalah sebagai berikut :

a. memberikan masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim.

b. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan-kegiatan adaptasi, mitigasi, dan alih teknologi.

c. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan evaluasi kebijakan pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan-kegiatan adaptasi, mitigasi, dan alih teknologi Lingkup Departemen Kehutanan.

d. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dalam rangka memfasilitasi inisiatif para pihak dalam mitigasi perubahan iklim di bidang kehutanan, meliputi mekanisme pembangunan bersih dan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan

KETIGA : Segala pembiayaan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

Narasumber Pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dibebankan kepada Anggaran Departemen Kehutanan.

- 4 -

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 27 Januari 2009

Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN,

Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd

ttd

SUPARNO, SH. H.M.S. K A B A N NIP. 19500514 198303 1 001

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth :

1. Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan 2. Yang bersangkutan

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     24  

Annex 2 (Component A)

L ist of informants for in-depth interviews in socio-economic activities

No   Village   Informants  

1  Tanjung  Putri  

 

Village  head     Imam  Solihin   Nurhayati  R  

Subali  (Serumpun)   M.  Kasim   Joko  Susanto  

2  Tanjung  Terantang  (RT  7  and  8)  

Rahmat  Basuki   Darmawan  

Jaman   Muridhun  

3  Mendawai    (RT  23)  

Asri   Iwan    

Sukardi   Kusmawadi  

4  Mendawai  Seberang    (RT  4  and  5)  

Lurah   Ahmad  Sani  

Jastanudin  

5   Jelutung  tappers     Mastur   Ipah  

 

6   Floating  net  culture  farmers   Idris  (Mendawai  Seberang)   Yasri  (Banjarese)  

Yunus  (Banjarese)   M.  Sahrudin  (Mendawai)  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     25  

Semi-Structured Interview guide

Carbon  Offset  Assessment  

Lamandau  River  Wildlife  Reserve  and  Neighboring  Area  

Kotawaringin  Barat,  Kalimantan  Tengah  Province,  Indonesia  

 

Kajian  Sosial  Ekonomi    

KAWASAN  SMSL  

1. Sejarah  singkat  SMSL  termasuk  kawasan  penyangga:    a. Kapan  mulai  ditetapkan,    b. Pertimbangan  penetapan  manjadi  SM  c. Usaha-­‐usaha  dilakukan  selama  ini  dan  badan  apa  saja  terlibat    d. Tantangan  yang  ada  setelah  penetapan  dan  upaya  mengatasinya  e. Siapa  saja  Pemangku  kepentingan  utama  dan  apa  perannya  (adakah  

kelembagaan  local  terlibat)  f. Tantangan  yang  masih  ada  /  bepotensi  mengancam  keberadaannya  

2. Sejarah  singkat  kawasan  hutan  yang  sekarang  manjdi  SMSL  a. Kapan  pertama  kali  kegiatan  logging  dilakukan  secara  resmi  di  kawasan  ini  

(tahun)  dan  sampai  kapan  b. Berapa  perusahaan  HPH  terlibat  saat  itu  

STUDI  ARAS  DESA  

Data  umum  desa  

1. Identifikasikan  nama  desa  (administratif)  di  sekitar  Kawasan  Suaka  Margasatwa  Sungai  Lamandau  (SMSL).  [Konfirmasikan  nama  masing-­‐masing  desa  dengan  catatan  pada  tingkat  Kecamatan  dan  catatan  statistik  desa  lainnya]    

2. Luas  wilayah  desa  dan  penggunaan  lahannya  [Gunakan  Monografi  Desa  yang  ada.  Usahakan  mendapatkan  data  terbaru]  

3. Demografi  a. Jumlah  penduduk  

i. Total,  Penduduk  Pria  dan  Penduduk  Wanita  ii. Kelompok  Umur  dengan  cohort  lima  tahunan  (0-­‐4;  5-­‐9;  10-­‐14)  iii. Kelompok  Umur  Pendidikan  (Usia  Sekolah  :  4-­‐6;  6-­‐12;  13-­‐15;  16-­‐20)  

b. Pertumbuhan  penduduk  (dibutuhkan  data  time  series)  c. Jumlah  penduduk  berdasarkan  pekerjaan  utama    d. Kepadatan  penduduk  (orang/km2)  e. Kepadatan  agraris  (orang/ha  lahan  usaha  tani  yang  tersedia)  f. Pendidikan  Dasar  

i. Jumlah  sekolah  (SD)  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     26  

ii. Jumlah  ruang  dan  guru  iii. Jumlah  murid  iv. Enrolment  rate  (jumlah  anak  usia  SD/jumlah  murid  SD)  v. Tingkat  kecukupan  ruang  dan  guru  

4. Infrastruktur  a. Pendididkan  :  SD/MI,  SLTP/MTs  dan  SLTA/MA  (ketersediaan  di  dalam  desa  dan  

jumlahnya;  jika  tidak  ada  di  dalam  desa,  di  mana  fasilitas  pendidikan  ada,  berapa  km  jarak  dari  desa,  dan  apa  moda  transportasi  yang  digunakan)  

b. Kesehatan    i. Ketersediaan  Bidan  desa  (ada  /  tidak  ada;  jika  tidak  ada  kemana  

biasanya  penduduk  memperoleh  pelayanan  dari  bidan)  ii. Ketersediaan  Dukun  bayi  (ketersediaannya  di  dalam  desa,  jenis  

pelayanan  kesehatan  yang  tersedia,  siapa  yang  melayani)  iii. Ketersediaan  Dukun  yang  melayani  kesehatan  (ketersediaannya  di  

dalam  desa,  jenis  pelayanan  kesehatan  yang  tersedia,  siapa  yang  melayani)  

iv.  Posyandu  (ketersediaannya  di  dalam  desa,  jenis  pelayanan  kesehatan  yang  tersedia,  siapa  yang  melayani)  

v. Puskesmas  terdekat  dimana  penduduk  sering  berobat,  pelayanan  yang  tersedia,  ada/tidaknya  dokter,  jika  ada  frekuensi  dokter  melayani  per  minggu,  per  bulan    

5. Aksesibilitas  dan  bentuk  jasa  yang  diperlukan  a. Akses  ke  Pangkalan  Bun    

i. Jarak  dari  pusat  desa  (km)  ii. Moda  transportasi  yang  tersedia,  waktu  tempuh  dan  biaya  iii. Untuk  keperluan  apa  saja  penduduk  harus  ke  Pangkalan  Bun  

b. Akses  ke  Kota  Kecamatan  (sebutkan  kota  kecamatan  yang  dimaksudkan)  i. Jarak  dari  pusat  desa  (km)  ii. Moda  transportasi  yang  tersedia,  waktu  tempuh  dan  biaya    iii. Untuk  keperluan  apa  saja  penduduk  harus  ke  kota  kecamatan  yang  

dimaksudkan    

6. Kegiatan  ekonomi  yang  ada  di  desa  a. Pasar  

i. Adakah  pasar  desa  ?  Jika  ada,  dimana  lokasinya,  frekuensi  hari  pasar  (harian,  mingguan)  

ii. Barang  apa  saja  yang  biasa  dijual  dan  dibeli  di  pasar  (SAPROTAN,  sandang,  hasil  usaha  tani,  HHBK,  peralatan  pertanian  dll)  

b.  Warung  i. Jumlah  warung  ii. Barang  yang  dijual  iii. Siapa  pemilik  warung  (orang  dalam  desa,  luas  desa,  orang  dari  kota)  

c. Jasa  keuangan  i. Adakah  jasa  perbankan  yang  beroperasi  di  dalam  desa  (nama  bank,  

frekuensi  pelayanan)  ii. Jika  tidak  ada  jasa  perbankan,  kemana  penduduk  mendapatkan  

pelayanan  perbankan  iii. Adakah  usaha  simpan  pinjam  yang  beroperasi  di  dalam  desa  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     27  

apa  namanya     bentuk  organisasinya     skala  operasi  (lokal  desa,  tingkat  kecamatan,  atau  diatasnya  

iv. Adakah  jasa  perkreditan  informal     Bagaimana  persyaratanannya  

d. Identifikasikan  kegiatan  ekonomi  lainnya  :    i. koperasi,    ii. usaha  bersama,    iii. kegiatan  kerajinan  iv. Kegiatan  terkait  PKK    

 7.  Kegiatan  Pertanian  dan  Perkebunan    

a. Sistem  usaha  tani  tanaman  pangan  yang  sering  dilakukan  oleh  kebanyakan  penduduk  desa  

i. Jenis  sistem  usaha  tani  yang  ada  (misalnya:  padai  sawah,  padi  tadah  hujan,  pada  ladang,  palawija,  sayuran,  kebun,  agroforestri,  plasma,  dan  lain  sebagainya)    

ii. Sejauh  relevan,  kapan  usaha  tani  itu  dilakukan  (kelender  musim)  iii. Di  mana  bisanya  mereka  melakukan  sistem  usaha  tani  tersebut  iv. Produksi  yang  biasanya  dihasilkan  dan  orientasi  produksi  (subsisten,  

 atau  investas  jangka  panjang)    v. Bagaimana  dan  dari  mana  mereka  mendapatkan  benih  dan  bibit  vi. Tingkat  pemupukan  secara  umum    vii. Masalah-­‐masalah  pertanian  yang  dihadapi  

 b. Sistem  usaha  tani  tanaman  tahunan/perkebunan  yang  ada  atau  dilakukan  oleh  

penduduk    i. Jenis  sistem  usaha  tani  yang  ada  (karet,  cokelat,  buah-­‐buahan,  kebun  

campur,  agroforestry,  dan  lain  sebagainya)    ii. Lokasi  kebun-­‐kebun  penduduk    iii. Produksi  yang  biasanya  dihasilkan  (jenis)  dan  orientasi  produksi  

 atau  investas  jangka  panjang)    iv. Bagaimana  dan  dari  mana  mereka  mendapatkan  benih  dan  bibit  v. Tingkat  pemupukan  secara  umum    

 c. Perkebunan  skala  sedang  dan  besar  yang  ada  di  sekitar  desa  

i. Jenis  perkebunan  yang  ada  (komoditas),  luas,  jarak  dari  desa  ii. Nama  Pengelola  /  operator  iii. Adakah  keterlibatan  penduduk  desa  dalam  usaha  perkebunan  

tersebut,  dan  sebagai  apa  ?   Karyawan  tetap  perusahaan,  fungsi  dan  jabatan     Buruh  harian;  sebagai  apa  dan  berapa  upah  yang  diterima;  jika  

   Adakah  keterlibatan  masyarakat  desa  dalam  bentuk  kelompok  

yang  terorganisasikan  (kontrak  panen;  kontrak  tanam;  kontrak  penyiapan  lahan  dan  lain  sebagainya)  

   

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     28  

KAJIAN  MENYANGKUT  KAWASAN  PENYANGGA  (BUFFER  ZONE)  SMSL    

 

1. Identifikasikan  nama-­‐nama  permukiman  yang  berdekatan  dengan  buffer  zone  a. Nama  permukiman  dan  kedudukan  dalam  administrasi  desa  (RT,  Nama  Desa,  

Kecamatan)  b. Jika  tidak  ditemukan  kejelasan  status  permukiman  dalam  administrasi  desa,  

gali  informasi  dari  mana  penduduk  dalam  permukiman  tersebut  berasal    c. Etnis  apa  saja  yang  ada  

 2.  bagaimana  permukiman  

tersebut  terbangun:    i. tahun  berapa  mulai  dibuka  ii. mengapa  penduduk  tinggal  di  sana,    iii. apakah  tumbuhnya  permukiman  tersebut  terkait  dengan  kegiatan  

ekonomi  yang  berlangsung  disekitarnya;  jika  ada  kegiatan  ekonomi  apa  saja?  

iv. apakah  permukiman  tersebut  terkait  dengan  kebijakan  transmigrasi      

3. Jumlah  keluarga  yang  aktif  melakukan  ekstraksi  di  bufferzone  atau  memanfaatkan  lahan  di  buffer  zone  [kelompokkan  berdasarkan  permukiman/kampong/desa]    

4. Aktivitas  sosial  ekonomi  di  dalam  buffer  zone:    a. Apa  aktivitas  tersebut  dan  komoditas  terkait  b. Di  bagian  mana  aktivitas  tersebut  dilakukan    c. Bagaimana  intensitasnya  (frekuensi,  jumlah  penduduk  yang  terlibat)  d. Kapan  kegiatan  itu  biasanya  dilakukan    e. Berapa  nilai  ekonomi  dari  aktivitas  tersebut  

i. Berapa  harga  komoditas  HHBK  yang  dipungut  dijual?  ii. Jika  komoditas  hanya  dikonsumsi  sendiri,  berapa  curahan  tenaga  kerja  

diperlukan  perunit  komoditas  yang  di  dapat  (contoh  :  1  HOK/100  liter  air,  dibutuhkan  5000  liter/minggu,  salam  musim  kemarau/4  bulan  setahun)      

5. Alternatif  sumber  penghidupan  lain  jika  bufferzone  dinyatakan  terlarang  atau  berubah  fungsi.    

6. Alternatif  lahan  usaha  tani  yang  akan  dibuka  jika  bufferzone  dinyatakan  terlarang  atau  berubah  fungsi.  

 

   

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     29  

PELUANG  EKONOMI  DAN  ANCAMAN  BAGI  KAWASAN  PENYANGGA  JIKA  ADA  PEMBUKAAN  PERKEBUNAN  KELAPA  SAWIT  DI  KAWASAN  KUMAI  DAN  KUBU  

 

Informasi  ini  dikumpulkan  dari  sumber-­‐sumber  yang  cukup  mampu  dan  mengetahui  persoalan  dengan  baik.  LAKUKAN  DENGAN  SANGAT  HATI-­‐HATI  

1. Aktivitas  apa  saja  dari  budidaya  kelapa  sawit  yang  bisa  melibatkan  masyarakat  a. Penyedia  tenaga  kerja  untuk  penyiapan  lahan,  penanaman,  pemeliharaan,  

pemanenan  b. Keputusan  penentuan  tata  batas  lahan  c. Skema  pengusahaan  kelapa  sawit:  PIR  atau  ada  skema  lain  ?  

2. Apakah  ada  kelompok  masyarakat  di  desa-­‐desa  sekitar  kawasan  penyangga  yang  memiliki  potensi  sebagai  partner  usaha  budidaya  kelapa  sawit?  

3. Identifikasikan  potensi  ancaman  perambahan  kawasan  penyangga  SMSL    4. Berapa  kebutuhan  tenaga  kerja  untuk  kelapa  sawit?  

KELEMBAGAAN  LOKAL  DALAM  PENGELOLAAN  SUMBERDAYA  ALAM  

Informasi  ini  diperlukan  sebagai  pelengkap  dan  dikumpulkan  jika  informasi  utama  di  atas  sudah  lengkap  

1. Identifikasikan  kelembagaan  local  yang  ada,  apa  perannya  dalam  kehidupan  masyarakat,  dan  seberapa  penting  peran  tersebut  bagi  masyarakat;    

2. Apakah  kelembagaan  itu  bisa  menjadi  pendorong  perubahan      

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     50  

Annex 3 (Component B)

L ist of participants in focus group discussion (F G D) on tenure assessment

No   Village   Village  representative   Responsibility  within  village  1   Tanjung  terantang  (RT  7)  

 

Muridhun   Darmawansyah   Turi    

Head  of  RT  7  Village  elders  Chief  of  farmers  groups  

2   Mendawai  seberang  

 

H.  Ismail   Hadiriansyah  

Village  elders  Head  of  RT  5  

3   Mendawai  (RT  23)   Yohanes   Village  elders  4   Pendulangan/Tanjung  putri  

 

Subali   M.  Kasim  

Village  elders  (Serumpun)  Village  officer  

L ist of stakeholders interviewed on tenure assessment

No   Institute   Contact  Name  1   Badan  Pertanahan  Nasional  (BPN)  Kabupaten  

Kotawaringin  Barat  Ir.  Wayan  

2   Balai  Konservasi  Sumber  Daya  Alam  (BKSDA)  Kalimantan  Tengah    

Eko  Novi  Setiawan,  M.Si  (Kepala  Seksi  Wilayah  II)  

3   Bappeda  Kabupaten  Kotawaringin  Barat   Ir.  Juni  Gultom,  ST.  MP.  (Kepala  Bidang  Sarana  dan  Prasarana)  

4   Dinas  Kehutanan  Kabupaten  Kotawaringin  Barat   Evy  Andryani,  SP.  MM.  (Kepala  Bidang  Tata  Guna  Hutan)  

5    Dinas  Perkebunan  Kabupaten  Kotawaringin  Barat   M.  Robian  Nor,  SP.  MP.  (Kepala  Seksi  Tata  Guna  Lahan)  

6   Orangutan  Foundation  (UK)  and  KPEL   June  M  Rubis  (Programme  Manager)  and  M.  Zakir  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     51  

Annex 4 (Component C)

Plot level carbon stock measured in L R W R

               

No   Landcover   Soil  type  Depth  (cm)  

Latitude   Longitude  ABG  C-­‐Stock  (tonne/ha)  

BG  C-­‐Stock  (tonne/ha)  

1   Fern   Peat   100   2.72655   111.5038   7.07   98.74  

2   Grassland   Mineral   30   2.5991   111.5088   1.54   17.58  

3   Grassland   Mineral   30   2.71496   111.5698   0.52   16.10  

4   Grassland   Peat   48   2.59871   111.5068   1.54   52.69  

5   Grassland   Mineral   30   2.70694   111.5313   0.68    

6   LOF-­‐  high  density   Mineral     30   2.6373   111.5284   65.15   22.95  7   LOF-­‐  high  density   Mineral     30   2.66878   111.4704   64.60   119.72  

8   LOF-­‐  high  density   Mineral     30   2.71585   111.569   90.16   19.55  

9   LOF-­‐  high  density   Peat   113   2.73226   111.5214   68.45   110.96  

10   LOF-­‐  high  density   Peat   16   2.72584   111.4779   68.47   11.72  

11   LOF-­‐  low  density   Mineral     30   2.63763   111.5282   16.88    12   LOF-­‐  low  density   Peat   115   2.82389   111.4815   18.00   80.42  13   LOF-­‐  low  density   Peat   239   2.66409   111.4411   23.76   154.73  14   LOF-­‐  low  density   Peat   150   2.83791   111.4703   26.05   101.03  15   LOF-­‐  low  density   Peat   100   2.76211   111.506   30.00   75.57  16   LOF-­‐  low  density   Peat   91   2.6665   111.5008   37.87   91.99  17   LOF-­‐  low  density   Peat   48   2.76249   111.5182   32.14   21.15  18   LOF-­‐  low  density   Peat   31   2.76259   111.5073   21.15   22.64  19   LOF-­‐  low  density   Peat   197   2.85149   111.4631   17.13   142.80  

20  LOF-­‐  medium  density  

Mineral     30   2.57337   111.4871   45.60   45.95  

21  LOF-­‐  medium  density  

Mineral     30   2.70201   111.528   40.30   23.25  

22  LOF-­‐  medium  density  

Mineral     30   2.72505   111.479   43.82   47.88  

23  LOF-­‐  medium  density  

Peat   209   2.60007   111.5022   42.89   139.98  

24  LOF-­‐  medium  density  

Peat   144   2.59921   111.5031   37.44   111.58  

25  LOF-­‐  medium  density  

Peat   39   2.57412   111.4843   50.80   29.56  

26  LOF-­‐  medium  density  

Peat   140   2.57642   111.4789   45.91   92.07  

27  LOF-­‐  medium  density  

Peat   274   2.65969   111.4445   50.20   182.98  

28  LOF-­‐  medium  density  

Peat   450   2.66158   111.4428   40.84   336.38  

29  LOF-­‐  medium  density  

Peat   116   2.7971   111.4901   59.56   74.93  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     52  

30  LOF-­‐  medium  density  

Peat   89   2.76297   111.5189   56.32   41.58  

31  LOF-­‐  medium  density  

Peat   71   2.7526   111.5272   47.59   48.93  

32  LOF-­‐  medium  density  

Peat   38   2.75188   111.5281   44.54   24.06  

33  LOF-­‐  medium  density  

Peat   207   2.70776   111.4459   37.08   108.90  

34  LOF-­‐  medium  density  

Peat   192   2.70834   111.4442   55.97   162.70  

35   Nypa     Mineral         28.37    

36  Old-­‐RAF   Mineral     2.67176   111.4991   77.10    

37   Pandan   Peat     2.71739   111.4574   68.09    

38   Shrub   Peat     2.70323   111.5461   0.53    

39  Young   RAF     Mineral     2.6737   111.4996   26.10    

40  Young   RAF   Mineral     2.67267   111.4992   21.52    

Note:  LOF  =  logged-­‐over  forest  RAF  =  rubber  agroforest  ABG  =  aboveground  BG  =  belowground  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     53  

Annex 5 (Component D)

L ist of GPS points for carbon stock measurement and accuracy assessment

ID   DATE/TIME   POSITION   ALTITUDE  (m)   LAND-­‐USE  SYSTEM  

1   05-­‐JUL-­‐09  16:15:10   S2.72654  E111.50381   18   Fern  

2   08-­‐JUL-­‐09  13:04:45   S2.71492  E111.56978   14   Grassland  (Grassing  area  for  cow)  

5   08-­‐JUL-­‐09  15:04:39   S2.70691  E111.53123   11   Grassland  (Grassing  area  for  cow)  

7   10-­‐JUL-­‐09  9:14:59   S2.63730  E111.52840   15   Logged  over  forest-­‐high  density  

9   09-­‐JUL-­‐09  14:36:22   S2.66880  E111.47040   10   HD-­‐Logged  over  

11   08-­‐JUL-­‐09  13:49:13   S2.71589  E111.56900   14   HD-­‐Logged  over  

13   05-­‐JUL-­‐09  13:12:55   S2.73226  E111.52129   17   HD-­‐Logged  over  

15   05-­‐JUL-­‐09  14:32:26   S2.72583  E111.47786   15   HD-­‐Logged  over  

17   10-­‐JUL-­‐09  9:40:21   S2.63764  E111.52818   11   LD-­‐Logged  over  

19   04-­‐JUL-­‐09  14:51:03   S2.82389  E111.48148   16   LD-­‐Logged  over  

21   09-­‐JUL-­‐09  12:29:27   S2.66410  E111.44113   16   LD-­‐Logged  over  

23   06-­‐JUL-­‐09  12:26:49   S2.71052  E111.44527   28   LD-­‐Logged  over  

25   07-­‐JUL-­‐09  13:07:26   S2.76250  E111.51817   11   LD-­‐Logged  over  

27   05-­‐JUL-­‐09  11:02:14   S2.76261  E111.50729   19   LD-­‐Logged  over  

29   04-­‐JUL-­‐09  13:05:59   S2.83790  E111.47027   15   LD-­‐Logged  over  

31   04-­‐JUL-­‐09  9:45:59   S2.85150  E111.46312   12   LD-­‐Logged  over  

33   10-­‐JUL-­‐09  10:51:29   S2.60005  E111.50223   16   LD-­‐Logged  over  

35   10-­‐JUL-­‐09  11:20:45   S2.59919  E111.50315   16   MD-­‐Logged  over  

37   10-­‐JUL-­‐09  14:31:45   S2.57411  E111.48425   15   MD-­‐Logged  over  

39   10-­‐JUL-­‐09  15:09:10   S2.57647  E111.47898   17   MD-­‐Logged  over  

41   10-­‐JUL-­‐09  15:57:41   S2.57334  E111.48708   18   MD-­‐Logged  over  

43   09-­‐JUL-­‐09  10:02:49   S2.65968  E111.44450   13   MD-­‐Logged  over  

45   09-­‐JUL-­‐09  10:43:55   S2.66158  E111.44268   21   MD-­‐Logged  over  

47   04-­‐JUL-­‐09  15:50:50   S2.79710  E111.49009   10   MD-­‐Logged  over  

49   08-­‐JUL-­‐09  15:38:47   S2.70201  E111.52800   17   MD-­‐Logged  over  

51   05-­‐JUL-­‐09  10:14:24   S2.76210  E111.50596   13   MD-­‐Logged  over  

53   07-­‐JUL-­‐09  12:20:25   S2.76298  E111.51881   7   MD-­‐Logged  over  

55   07-­‐JUL-­‐09  14:12:49   S2.75259  E111.52715   21   MD-­‐Logged  over  

57   07-­‐JUL-­‐09  14:52:08   S2.75190  E111.52810   14   MD-­‐Logged  over  

59   05-­‐JUL-­‐09  15:10:40   S2.72505  E111.47897   25   MD-­‐Logged  over  

61   06-­‐JUL-­‐09  10:37:45   S2.70774  E111.44595   19   MD-­‐Logged  over  

63   06-­‐JUL-­‐09  11:32:16   S2.70836  E111.44423   23   MD-­‐Logged  over  

65   04-­‐JUL-­‐09  16:49:03   S2.85071  E111.46511   3   Nypa  Fruticans  

67   06-­‐JUL-­‐09  9:46:53   S2.71740  E111.45743   13   Rasau  (Pandanus  Helicopus)  

69   09-­‐JUL-­‐09  15:48:42   S2.67367  E111.49955   15   Rubber  Agroforest  

75   08-­‐JUL-­‐09  14:34:35   S2.70322  E111.54612   13   Shrub  (Mikania  sp.  1  year  burnt)  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     54  

77   10-­‐JUL-­‐09  11:48:44   S2.59871  E111.50680   19   Young  rubber  plantation  

79   10-­‐JUL-­‐09  12:07:58   S2.59909  E111.50875   13   Young  rubber  plantation  

Accuracy assessment calculation

ERROR  MATRIX:  Reference  data  in  column,  classification  data  in  rows  ID   ID  NAME   1   2   3   4   5   6   7   8   9   SUM  

1    Cropland  on  peat   0   0   0   0   0   0   0   0   0   0  

2    Estate  on  peat   0   2   0   0   0   0   0   0   0   2  

3    Grass  on  peat   0   0   0   0   1   0   0   0   0   1  

4    Logged  over  mangrove   0   0   0   0   1   0   0   0   0   1  

5    Logged  over  swamp  forest  on  peat   0   0   0   0   26   0   0   0   0   26  

6    Shadow   0   0   0   0   0   1   0   0   0   1  

7    Shrub   0   0   0   0   0   0   1   0   0   1  

8    Shrub  on  peat   1   0   0   0   0   0   0   5   0   6  

9    Undisturbed  swamp  forest  on  peat   0   0   0   0   0   0   0   0   2   2  

  SUM   1   2   0   0   28   1   1   5   2   40  

 PROPORTION  ERROR  MATRIX:  Reference  data  in  column,  classification  data  in  rows  ID    ID  NAME   1   2   3   4   5   6   7   8   9   SUM  

1   Cropland  on  peat   0   0   0   0   0   0   0   0   0   0  

2   Estate  on  peat   0   0.05   0   0   0   0   0   0   0   0.05  

3   Grass  on  peat   0   0   0   0   0.025   0   0   0   0   0.025  

4   Logged  over  mangrove   0   0   0   0   0.025   0   0   0   0   0.025  

5   Logged  over  swamp  forest  on  peat  

0   0   0   0   0.65   0   0   0   0   0.65  

6   Shadow   0   0   0   0   0   0.025   0   0   0   0.025  

7   Shrub   0   0   0   0   0   0   0.025   0   0   0.025  

8   Shrub  on  peat   0.025   0   0   0   0   0   0   0.125   0   0.15  

9   Undisturbed  swamp  forest  on  peat  

0   0   0   0   0   0   0   0   0.05   0.05  

  SUM   0.025   0.05   0   0   0.7   0.025   0.025   0.125   0.05   1  

 ACCURACY  REPORT  ID   PRODUCER   USER   SPECIFICITY   PRED.  

POWER  ID  NAME  

1   0   0   1   0.97    Cropland  on  peat  

2   1   1   1   1    Estate  on  peat  

3   0   0   0.97   1    Grass  on  peat  

4   0   0   0.975   1    Logged  over  mangrove  

5   0.92   1   1   0.85    Logged  over  swamp  forest  on  peat  

6   1   1   1   1    Shadow  

7   1   1   1   1    Shrub  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     55  

8   1   0.83   0.97   1    Shrub  on  peat  

9   1   1   1   1    Undisturbed  swamp  forest  on  peat  

Annexes  to  Lamandau  River  Wildlife  Reserve  Project  Report     56  

Annex 6 (Component E)