Investmentincarbonstocksin!the!easternbufferzone ... fileUndang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang...
Transcript of Investmentincarbonstocksin!the!easternbufferzone ... fileUndang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang...
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 1
Investment in carbon stocks in the eastern buffer zone of Lamandau River Wildlife Reserve, Central Kalimantan province, Indonesia: a REDD+ feasibility study
PART TWO: ANNEXES
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 2
Table of Contents Ann 3
Annex 2: Component .
0
Annex 4: Component 1
Annex 5: Component . 3
Annex 6: Component . 5
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008
TENTANG
PENYELENGGARAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES PENGURANGAN EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Keputusan para pihak Konvensi Perubahan Iklim ketigabelas di Bali, Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk mengurangi emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk menyelenggarakan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan dengan Peraturan Menteri Kehutanan.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557;
3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
4. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
2
Tahun 2004 Nomor 86 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa Tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonnesia Nomor 4403);
7. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
11. Peraturan Presiden No 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali disempurnakan terakhir dengan Nomor P.64/Menhut-II/2008.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENYELENG-GARAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES PENGURANGAN EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN.
3
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah pengujian dan pengembangan metodologis, teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi emisi karbon.
2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber-daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
4. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. 5. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kehutanan. 6. Pemrakarsa adalah pemerintah, pemegang izin pemanfaatan hasil hutan kayu,
pemegang/pengelola hutan hak, pengelola hutan adat, kepala kesatuan pengelola hutan yang bertanggungjawab atas pelaksanaan demonstration activities.
7. Mitra adalah pemerintah, badan internasional, swasta dan perorangan yang memiliki kemampuan untuk mendanai penyelenggaraan demonstration activities.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud penyelenggaraan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah untuk menguji dan mengembangkan metodologi, teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi emisi karbon melalui pengendalian deforestasi dan degradasi hutan.
(2) Tujuan penyelenggaraan demonstration activities pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan adalah untuk mendapatkan desain pengelolaan hutan terkait pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan.
BAB III
LOKASI DAN PELAKSANA
Pasal 3
Demonstration activities dapat dilaksanakan pada hutan negara dan/atau hutan hak.
4
Pasal 4
(1) Demonstration activities dilaksanakan oleh pemrakarsa. (2) Dalam pelaksanaan demonstration activities sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pemrakarsa dapat bekerja sama dengan mitra.
BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN DAN PERSETUJUAN
Pasal 5
(1) Pemrakarsa mengajukan permohonan tertulis pelaksanaan demonstration activities kepada Menteri, dengan melampirkan : a. Rancangan demonstration activities yang materinya antara lain status dan
lokasi berikut peta lokasi calon areal, bentuk dan jangka waktu kerja sama, perkiraan nilai kegiatan, manajemen resiko dan rencana alokasi distribusi pendapatan.
b. Dalam hal pemrakarsa adalah perorangan yang pembiayaannya bersumber dari dana sendiri (swadana), maka pemrakarsa wajib melampirkan surat pernyataan kesediaan untuk membiayai pelaksanaan demonstration activities.
c. Dalam hal pemrakarsa bekerja sama dengan mitra dan seluruh atau sebagian pembiayaannya bersumber dari mitra, maka pemrakarsa wajib melampirkan dokumen kerja sama.
(2) Menteri menugaskan Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan untuk melakukan penilaian terhadap kelayakan permohonan demonstration activities sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas.
(3) Kriteria dan indikator kelayakan pelaksanaan demonstration activities akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
(4) Berdasarkan hasil penilaian Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan, Menteri dapat menyetujui, atau menyetujui dengan syarat, atau menolak permohonan pemrakarsa.
(5) Konsep persetujuan atau penolakan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di atas, disiapkan oleh Ketua Kelompok Kerja Pengendalian Perubahan Iklim di Lingkungan Departemen Kehutanan.
(6) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) di atas harus mencantumkan : a. penetapan areal dan luasan demonstration activities berikut peta yang
menunjukkan batas lokasi kegiatan. b. jangka waktu kegiatan paling lama 5 tahun. c. ketentuan yang berkaitan dengan resiko, dan distribusi alokasi pendapatan.
5
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan ini berlaku sejak ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 2008
MENTERI KEHUTANAN ttd H.M.S. K A B A N
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR : 94 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd SUPARNO, SH NIP. 080068472
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK. 21/Menhut-II/2009
TENTANG
PENUNJUKKAN NARASUMBER PADA KELOMPOK KERJA PERUBAHAN IKLIM LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan, dipandang perlu untuk menunjuk Narasumber Pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dengan Keputusan Menteri Kehutanan.
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3557);
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Kerangka Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4403);
- 2 -
4. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
5. Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor 3419);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. SK.13/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan
10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali disempurnakan terakhir dengan Nomor P.64/Menhut-II/2008.
- 3 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERTAMA : Menunjuk pejabat-pejabat :
1. Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Kelembagaan 2. Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Lingkungan 3. Staf Khusus Menteri Kehutanan Bidang Pengamanan
sebagai narasumber pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan.
KEDUA : Tugas Narasumber adalah sebagai berikut :
a. memberikan masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan kebijakan, strategi, program dan kegiatan pengendalian perubahan iklim.
b. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan-kegiatan adaptasi, mitigasi, dan alih teknologi.
c. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan berkaitan dengan evaluasi kebijakan pengendalian perubahan iklim yang meliputi kegiatan-kegiatan adaptasi, mitigasi, dan alih teknologi Lingkup Departemen Kehutanan.
d. memberi masukan kepada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dalam rangka memfasilitasi inisiatif para pihak dalam mitigasi perubahan iklim di bidang kehutanan, meliputi mekanisme pembangunan bersih dan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan
KETIGA : Segala pembiayaan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
Narasumber Pada Kelompok Kerja Perubahan Iklim Lingkup Departemen Kehutanan dibebankan kepada Anggaran Departemen Kehutanan.
- 4 -
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 27 Januari 2009
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd
ttd
SUPARNO, SH. H.M.S. K A B A N NIP. 19500514 198303 1 001
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth :
1. Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan 2. Yang bersangkutan
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 24
Annex 2 (Component A)
L ist of informants for in-depth interviews in socio-economic activities
No Village Informants
1 Tanjung Putri
Village head Imam Solihin Nurhayati R
Subali (Serumpun) M. Kasim Joko Susanto
2 Tanjung Terantang (RT 7 and 8)
Rahmat Basuki Darmawan
Jaman Muridhun
3 Mendawai (RT 23)
Asri Iwan
Sukardi Kusmawadi
4 Mendawai Seberang (RT 4 and 5)
Lurah Ahmad Sani
Jastanudin
5 Jelutung tappers Mastur Ipah
6 Floating net culture farmers Idris (Mendawai Seberang) Yasri (Banjarese)
Yunus (Banjarese) M. Sahrudin (Mendawai)
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 25
Semi-Structured Interview guide
Carbon Offset Assessment
Lamandau River Wildlife Reserve and Neighboring Area
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah Province, Indonesia
Kajian Sosial Ekonomi
KAWASAN SMSL
1. Sejarah singkat SMSL termasuk kawasan penyangga: a. Kapan mulai ditetapkan, b. Pertimbangan penetapan manjadi SM c. Usaha-‐usaha dilakukan selama ini dan badan apa saja terlibat d. Tantangan yang ada setelah penetapan dan upaya mengatasinya e. Siapa saja Pemangku kepentingan utama dan apa perannya (adakah
kelembagaan local terlibat) f. Tantangan yang masih ada / bepotensi mengancam keberadaannya
2. Sejarah singkat kawasan hutan yang sekarang manjdi SMSL a. Kapan pertama kali kegiatan logging dilakukan secara resmi di kawasan ini
(tahun) dan sampai kapan b. Berapa perusahaan HPH terlibat saat itu
STUDI ARAS DESA
Data umum desa
1. Identifikasikan nama desa (administratif) di sekitar Kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau (SMSL). [Konfirmasikan nama masing-‐masing desa dengan catatan pada tingkat Kecamatan dan catatan statistik desa lainnya]
2. Luas wilayah desa dan penggunaan lahannya [Gunakan Monografi Desa yang ada. Usahakan mendapatkan data terbaru]
3. Demografi a. Jumlah penduduk
i. Total, Penduduk Pria dan Penduduk Wanita ii. Kelompok Umur dengan cohort lima tahunan (0-‐4; 5-‐9; 10-‐14) iii. Kelompok Umur Pendidikan (Usia Sekolah : 4-‐6; 6-‐12; 13-‐15; 16-‐20)
b. Pertumbuhan penduduk (dibutuhkan data time series) c. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan utama d. Kepadatan penduduk (orang/km2) e. Kepadatan agraris (orang/ha lahan usaha tani yang tersedia) f. Pendidikan Dasar
i. Jumlah sekolah (SD)
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 26
ii. Jumlah ruang dan guru iii. Jumlah murid iv. Enrolment rate (jumlah anak usia SD/jumlah murid SD) v. Tingkat kecukupan ruang dan guru
4. Infrastruktur a. Pendididkan : SD/MI, SLTP/MTs dan SLTA/MA (ketersediaan di dalam desa dan
jumlahnya; jika tidak ada di dalam desa, di mana fasilitas pendidikan ada, berapa km jarak dari desa, dan apa moda transportasi yang digunakan)
b. Kesehatan i. Ketersediaan Bidan desa (ada / tidak ada; jika tidak ada kemana
biasanya penduduk memperoleh pelayanan dari bidan) ii. Ketersediaan Dukun bayi (ketersediaannya di dalam desa, jenis
pelayanan kesehatan yang tersedia, siapa yang melayani) iii. Ketersediaan Dukun yang melayani kesehatan (ketersediaannya di
dalam desa, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia, siapa yang melayani)
iv. Posyandu (ketersediaannya di dalam desa, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia, siapa yang melayani)
v. Puskesmas terdekat dimana penduduk sering berobat, pelayanan yang tersedia, ada/tidaknya dokter, jika ada frekuensi dokter melayani per minggu, per bulan
5. Aksesibilitas dan bentuk jasa yang diperlukan a. Akses ke Pangkalan Bun
i. Jarak dari pusat desa (km) ii. Moda transportasi yang tersedia, waktu tempuh dan biaya iii. Untuk keperluan apa saja penduduk harus ke Pangkalan Bun
b. Akses ke Kota Kecamatan (sebutkan kota kecamatan yang dimaksudkan) i. Jarak dari pusat desa (km) ii. Moda transportasi yang tersedia, waktu tempuh dan biaya iii. Untuk keperluan apa saja penduduk harus ke kota kecamatan yang
dimaksudkan
6. Kegiatan ekonomi yang ada di desa a. Pasar
i. Adakah pasar desa ? Jika ada, dimana lokasinya, frekuensi hari pasar (harian, mingguan)
ii. Barang apa saja yang biasa dijual dan dibeli di pasar (SAPROTAN, sandang, hasil usaha tani, HHBK, peralatan pertanian dll)
b. Warung i. Jumlah warung ii. Barang yang dijual iii. Siapa pemilik warung (orang dalam desa, luas desa, orang dari kota)
c. Jasa keuangan i. Adakah jasa perbankan yang beroperasi di dalam desa (nama bank,
frekuensi pelayanan) ii. Jika tidak ada jasa perbankan, kemana penduduk mendapatkan
pelayanan perbankan iii. Adakah usaha simpan pinjam yang beroperasi di dalam desa
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 27
apa namanya bentuk organisasinya skala operasi (lokal desa, tingkat kecamatan, atau diatasnya
iv. Adakah jasa perkreditan informal Bagaimana persyaratanannya
d. Identifikasikan kegiatan ekonomi lainnya : i. koperasi, ii. usaha bersama, iii. kegiatan kerajinan iv. Kegiatan terkait PKK
7. Kegiatan Pertanian dan Perkebunan
a. Sistem usaha tani tanaman pangan yang sering dilakukan oleh kebanyakan penduduk desa
i. Jenis sistem usaha tani yang ada (misalnya: padai sawah, padi tadah hujan, pada ladang, palawija, sayuran, kebun, agroforestri, plasma, dan lain sebagainya)
ii. Sejauh relevan, kapan usaha tani itu dilakukan (kelender musim) iii. Di mana bisanya mereka melakukan sistem usaha tani tersebut iv. Produksi yang biasanya dihasilkan dan orientasi produksi (subsisten,
atau investas jangka panjang) v. Bagaimana dan dari mana mereka mendapatkan benih dan bibit vi. Tingkat pemupukan secara umum vii. Masalah-‐masalah pertanian yang dihadapi
b. Sistem usaha tani tanaman tahunan/perkebunan yang ada atau dilakukan oleh
penduduk i. Jenis sistem usaha tani yang ada (karet, cokelat, buah-‐buahan, kebun
campur, agroforestry, dan lain sebagainya) ii. Lokasi kebun-‐kebun penduduk iii. Produksi yang biasanya dihasilkan (jenis) dan orientasi produksi
atau investas jangka panjang) iv. Bagaimana dan dari mana mereka mendapatkan benih dan bibit v. Tingkat pemupukan secara umum
c. Perkebunan skala sedang dan besar yang ada di sekitar desa
i. Jenis perkebunan yang ada (komoditas), luas, jarak dari desa ii. Nama Pengelola / operator iii. Adakah keterlibatan penduduk desa dalam usaha perkebunan
tersebut, dan sebagai apa ? Karyawan tetap perusahaan, fungsi dan jabatan Buruh harian; sebagai apa dan berapa upah yang diterima; jika
Adakah keterlibatan masyarakat desa dalam bentuk kelompok
yang terorganisasikan (kontrak panen; kontrak tanam; kontrak penyiapan lahan dan lain sebagainya)
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 28
KAJIAN MENYANGKUT KAWASAN PENYANGGA (BUFFER ZONE) SMSL
1. Identifikasikan nama-‐nama permukiman yang berdekatan dengan buffer zone a. Nama permukiman dan kedudukan dalam administrasi desa (RT, Nama Desa,
Kecamatan) b. Jika tidak ditemukan kejelasan status permukiman dalam administrasi desa,
gali informasi dari mana penduduk dalam permukiman tersebut berasal c. Etnis apa saja yang ada
2. bagaimana permukiman
tersebut terbangun: i. tahun berapa mulai dibuka ii. mengapa penduduk tinggal di sana, iii. apakah tumbuhnya permukiman tersebut terkait dengan kegiatan
ekonomi yang berlangsung disekitarnya; jika ada kegiatan ekonomi apa saja?
iv. apakah permukiman tersebut terkait dengan kebijakan transmigrasi
3. Jumlah keluarga yang aktif melakukan ekstraksi di bufferzone atau memanfaatkan lahan di buffer zone [kelompokkan berdasarkan permukiman/kampong/desa]
4. Aktivitas sosial ekonomi di dalam buffer zone: a. Apa aktivitas tersebut dan komoditas terkait b. Di bagian mana aktivitas tersebut dilakukan c. Bagaimana intensitasnya (frekuensi, jumlah penduduk yang terlibat) d. Kapan kegiatan itu biasanya dilakukan e. Berapa nilai ekonomi dari aktivitas tersebut
i. Berapa harga komoditas HHBK yang dipungut dijual? ii. Jika komoditas hanya dikonsumsi sendiri, berapa curahan tenaga kerja
diperlukan perunit komoditas yang di dapat (contoh : 1 HOK/100 liter air, dibutuhkan 5000 liter/minggu, salam musim kemarau/4 bulan setahun)
5. Alternatif sumber penghidupan lain jika bufferzone dinyatakan terlarang atau berubah fungsi.
6. Alternatif lahan usaha tani yang akan dibuka jika bufferzone dinyatakan terlarang atau berubah fungsi.
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 29
PELUANG EKONOMI DAN ANCAMAN BAGI KAWASAN PENYANGGA JIKA ADA PEMBUKAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KAWASAN KUMAI DAN KUBU
Informasi ini dikumpulkan dari sumber-‐sumber yang cukup mampu dan mengetahui persoalan dengan baik. LAKUKAN DENGAN SANGAT HATI-‐HATI
1. Aktivitas apa saja dari budidaya kelapa sawit yang bisa melibatkan masyarakat a. Penyedia tenaga kerja untuk penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan b. Keputusan penentuan tata batas lahan c. Skema pengusahaan kelapa sawit: PIR atau ada skema lain ?
2. Apakah ada kelompok masyarakat di desa-‐desa sekitar kawasan penyangga yang memiliki potensi sebagai partner usaha budidaya kelapa sawit?
3. Identifikasikan potensi ancaman perambahan kawasan penyangga SMSL 4. Berapa kebutuhan tenaga kerja untuk kelapa sawit?
KELEMBAGAAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
Informasi ini diperlukan sebagai pelengkap dan dikumpulkan jika informasi utama di atas sudah lengkap
1. Identifikasikan kelembagaan local yang ada, apa perannya dalam kehidupan masyarakat, dan seberapa penting peran tersebut bagi masyarakat;
2. Apakah kelembagaan itu bisa menjadi pendorong perubahan
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 50
Annex 3 (Component B)
L ist of participants in focus group discussion (F G D) on tenure assessment
No Village Village representative Responsibility within village 1 Tanjung terantang (RT 7)
Muridhun Darmawansyah Turi
Head of RT 7 Village elders Chief of farmers groups
2 Mendawai seberang
H. Ismail Hadiriansyah
Village elders Head of RT 5
3 Mendawai (RT 23) Yohanes Village elders 4 Pendulangan/Tanjung putri
Subali M. Kasim
Village elders (Serumpun) Village officer
L ist of stakeholders interviewed on tenure assessment
No Institute Contact Name 1 Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Kotawaringin Barat Ir. Wayan
2 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah
Eko Novi Setiawan, M.Si (Kepala Seksi Wilayah II)
3 Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat Ir. Juni Gultom, ST. MP. (Kepala Bidang Sarana dan Prasarana)
4 Dinas Kehutanan Kabupaten Kotawaringin Barat Evy Andryani, SP. MM. (Kepala Bidang Tata Guna Hutan)
5 Dinas Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Barat M. Robian Nor, SP. MP. (Kepala Seksi Tata Guna Lahan)
6 Orangutan Foundation (UK) and KPEL June M Rubis (Programme Manager) and M. Zakir
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 51
Annex 4 (Component C)
Plot level carbon stock measured in L R W R
No Landcover Soil type Depth (cm)
Latitude Longitude ABG C-‐Stock (tonne/ha)
BG C-‐Stock (tonne/ha)
1 Fern Peat 100 2.72655 111.5038 7.07 98.74
2 Grassland Mineral 30 2.5991 111.5088 1.54 17.58
3 Grassland Mineral 30 2.71496 111.5698 0.52 16.10
4 Grassland Peat 48 2.59871 111.5068 1.54 52.69
5 Grassland Mineral 30 2.70694 111.5313 0.68
6 LOF-‐ high density Mineral 30 2.6373 111.5284 65.15 22.95 7 LOF-‐ high density Mineral 30 2.66878 111.4704 64.60 119.72
8 LOF-‐ high density Mineral 30 2.71585 111.569 90.16 19.55
9 LOF-‐ high density Peat 113 2.73226 111.5214 68.45 110.96
10 LOF-‐ high density Peat 16 2.72584 111.4779 68.47 11.72
11 LOF-‐ low density Mineral 30 2.63763 111.5282 16.88 12 LOF-‐ low density Peat 115 2.82389 111.4815 18.00 80.42 13 LOF-‐ low density Peat 239 2.66409 111.4411 23.76 154.73 14 LOF-‐ low density Peat 150 2.83791 111.4703 26.05 101.03 15 LOF-‐ low density Peat 100 2.76211 111.506 30.00 75.57 16 LOF-‐ low density Peat 91 2.6665 111.5008 37.87 91.99 17 LOF-‐ low density Peat 48 2.76249 111.5182 32.14 21.15 18 LOF-‐ low density Peat 31 2.76259 111.5073 21.15 22.64 19 LOF-‐ low density Peat 197 2.85149 111.4631 17.13 142.80
20 LOF-‐ medium density
Mineral 30 2.57337 111.4871 45.60 45.95
21 LOF-‐ medium density
Mineral 30 2.70201 111.528 40.30 23.25
22 LOF-‐ medium density
Mineral 30 2.72505 111.479 43.82 47.88
23 LOF-‐ medium density
Peat 209 2.60007 111.5022 42.89 139.98
24 LOF-‐ medium density
Peat 144 2.59921 111.5031 37.44 111.58
25 LOF-‐ medium density
Peat 39 2.57412 111.4843 50.80 29.56
26 LOF-‐ medium density
Peat 140 2.57642 111.4789 45.91 92.07
27 LOF-‐ medium density
Peat 274 2.65969 111.4445 50.20 182.98
28 LOF-‐ medium density
Peat 450 2.66158 111.4428 40.84 336.38
29 LOF-‐ medium density
Peat 116 2.7971 111.4901 59.56 74.93
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 52
30 LOF-‐ medium density
Peat 89 2.76297 111.5189 56.32 41.58
31 LOF-‐ medium density
Peat 71 2.7526 111.5272 47.59 48.93
32 LOF-‐ medium density
Peat 38 2.75188 111.5281 44.54 24.06
33 LOF-‐ medium density
Peat 207 2.70776 111.4459 37.08 108.90
34 LOF-‐ medium density
Peat 192 2.70834 111.4442 55.97 162.70
35 Nypa Mineral 28.37
36 Old-‐RAF Mineral 2.67176 111.4991 77.10
37 Pandan Peat 2.71739 111.4574 68.09
38 Shrub Peat 2.70323 111.5461 0.53
39 Young RAF Mineral 2.6737 111.4996 26.10
40 Young RAF Mineral 2.67267 111.4992 21.52
Note: LOF = logged-‐over forest RAF = rubber agroforest ABG = aboveground BG = belowground
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 53
Annex 5 (Component D)
L ist of GPS points for carbon stock measurement and accuracy assessment
ID DATE/TIME POSITION ALTITUDE (m) LAND-‐USE SYSTEM
1 05-‐JUL-‐09 16:15:10 S2.72654 E111.50381 18 Fern
2 08-‐JUL-‐09 13:04:45 S2.71492 E111.56978 14 Grassland (Grassing area for cow)
5 08-‐JUL-‐09 15:04:39 S2.70691 E111.53123 11 Grassland (Grassing area for cow)
7 10-‐JUL-‐09 9:14:59 S2.63730 E111.52840 15 Logged over forest-‐high density
9 09-‐JUL-‐09 14:36:22 S2.66880 E111.47040 10 HD-‐Logged over
11 08-‐JUL-‐09 13:49:13 S2.71589 E111.56900 14 HD-‐Logged over
13 05-‐JUL-‐09 13:12:55 S2.73226 E111.52129 17 HD-‐Logged over
15 05-‐JUL-‐09 14:32:26 S2.72583 E111.47786 15 HD-‐Logged over
17 10-‐JUL-‐09 9:40:21 S2.63764 E111.52818 11 LD-‐Logged over
19 04-‐JUL-‐09 14:51:03 S2.82389 E111.48148 16 LD-‐Logged over
21 09-‐JUL-‐09 12:29:27 S2.66410 E111.44113 16 LD-‐Logged over
23 06-‐JUL-‐09 12:26:49 S2.71052 E111.44527 28 LD-‐Logged over
25 07-‐JUL-‐09 13:07:26 S2.76250 E111.51817 11 LD-‐Logged over
27 05-‐JUL-‐09 11:02:14 S2.76261 E111.50729 19 LD-‐Logged over
29 04-‐JUL-‐09 13:05:59 S2.83790 E111.47027 15 LD-‐Logged over
31 04-‐JUL-‐09 9:45:59 S2.85150 E111.46312 12 LD-‐Logged over
33 10-‐JUL-‐09 10:51:29 S2.60005 E111.50223 16 LD-‐Logged over
35 10-‐JUL-‐09 11:20:45 S2.59919 E111.50315 16 MD-‐Logged over
37 10-‐JUL-‐09 14:31:45 S2.57411 E111.48425 15 MD-‐Logged over
39 10-‐JUL-‐09 15:09:10 S2.57647 E111.47898 17 MD-‐Logged over
41 10-‐JUL-‐09 15:57:41 S2.57334 E111.48708 18 MD-‐Logged over
43 09-‐JUL-‐09 10:02:49 S2.65968 E111.44450 13 MD-‐Logged over
45 09-‐JUL-‐09 10:43:55 S2.66158 E111.44268 21 MD-‐Logged over
47 04-‐JUL-‐09 15:50:50 S2.79710 E111.49009 10 MD-‐Logged over
49 08-‐JUL-‐09 15:38:47 S2.70201 E111.52800 17 MD-‐Logged over
51 05-‐JUL-‐09 10:14:24 S2.76210 E111.50596 13 MD-‐Logged over
53 07-‐JUL-‐09 12:20:25 S2.76298 E111.51881 7 MD-‐Logged over
55 07-‐JUL-‐09 14:12:49 S2.75259 E111.52715 21 MD-‐Logged over
57 07-‐JUL-‐09 14:52:08 S2.75190 E111.52810 14 MD-‐Logged over
59 05-‐JUL-‐09 15:10:40 S2.72505 E111.47897 25 MD-‐Logged over
61 06-‐JUL-‐09 10:37:45 S2.70774 E111.44595 19 MD-‐Logged over
63 06-‐JUL-‐09 11:32:16 S2.70836 E111.44423 23 MD-‐Logged over
65 04-‐JUL-‐09 16:49:03 S2.85071 E111.46511 3 Nypa Fruticans
67 06-‐JUL-‐09 9:46:53 S2.71740 E111.45743 13 Rasau (Pandanus Helicopus)
69 09-‐JUL-‐09 15:48:42 S2.67367 E111.49955 15 Rubber Agroforest
75 08-‐JUL-‐09 14:34:35 S2.70322 E111.54612 13 Shrub (Mikania sp. 1 year burnt)
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 54
77 10-‐JUL-‐09 11:48:44 S2.59871 E111.50680 19 Young rubber plantation
79 10-‐JUL-‐09 12:07:58 S2.59909 E111.50875 13 Young rubber plantation
Accuracy assessment calculation
ERROR MATRIX: Reference data in column, classification data in rows ID ID NAME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SUM
1 Cropland on peat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Estate on peat 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
3 Grass on peat 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
4 Logged over mangrove 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
5 Logged over swamp forest on peat 0 0 0 0 26 0 0 0 0 26
6 Shadow 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
7 Shrub 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
8 Shrub on peat 1 0 0 0 0 0 0 5 0 6
9 Undisturbed swamp forest on peat 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
SUM 1 2 0 0 28 1 1 5 2 40
PROPORTION ERROR MATRIX: Reference data in column, classification data in rows ID ID NAME 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SUM
1 Cropland on peat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Estate on peat 0 0.05 0 0 0 0 0 0 0 0.05
3 Grass on peat 0 0 0 0 0.025 0 0 0 0 0.025
4 Logged over mangrove 0 0 0 0 0.025 0 0 0 0 0.025
5 Logged over swamp forest on peat
0 0 0 0 0.65 0 0 0 0 0.65
6 Shadow 0 0 0 0 0 0.025 0 0 0 0.025
7 Shrub 0 0 0 0 0 0 0.025 0 0 0.025
8 Shrub on peat 0.025 0 0 0 0 0 0 0.125 0 0.15
9 Undisturbed swamp forest on peat
0 0 0 0 0 0 0 0 0.05 0.05
SUM 0.025 0.05 0 0 0.7 0.025 0.025 0.125 0.05 1
ACCURACY REPORT ID PRODUCER USER SPECIFICITY PRED.
POWER ID NAME
1 0 0 1 0.97 Cropland on peat
2 1 1 1 1 Estate on peat
3 0 0 0.97 1 Grass on peat
4 0 0 0.975 1 Logged over mangrove
5 0.92 1 1 0.85 Logged over swamp forest on peat
6 1 1 1 1 Shadow
7 1 1 1 1 Shrub
Annexes to Lamandau River Wildlife Reserve Project Report 55
8 1 0.83 0.97 1 Shrub on peat
9 1 1 1 1 Undisturbed swamp forest on peat