Investasi Untuk Pemula

171
DAFTAR ISI I. INVESTASI UNTUK PEMULA Disusun Oleh :

Transcript of Investasi Untuk Pemula

Page 1: Investasi Untuk Pemula

DAFTAR ISII. INVESTASI UNTUK PEMULA

B u r s a

Disusun Oleh :

Page 2: Investasi Untuk Pemula

Arbitrase Pasar Modal Bursa Berjangka Jakarta Bursa Efek Indonesia Pusat Informasi Pasar modal

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

46

1011

Dasar Investasi Anuitas Apa Itu Investasi ? Dollar Cost Averaging ( DCA ) Jenis-jenis Investasi Mengapa Perlu Investasi ? Nilai Waktu Uang Portofolio

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

12131314161718

Ekonomi Inflasi Dan Investasi ……………………………... 19

Konsep Keuangan Apa sih, Insider Training Itu ? Efek Kalender Green Fund Mengenal Beta Panic Selling Teori Kecoak ( Cokroach Theory ) Teori Random Walk Pasar Saham Window Dressing

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

2122232424252626

II. JENIS-JENIS INVESTASI

Emas ……………………………... 28 Derivatif

Seluk Beluk option ……………………………... 30 Obligasi

Berinvestasi di Obligasi Jenis-jenis Obligasi Karakteristik Obligasi Membeli obligasi Obligasi VS Saham Pajak obligasi Peringkat Obligasi Yield Obligasi

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

3636373942434546

Pasar Uang Mengenal Carry Trade Pasar Uang

……………………………...……………………………...

4849

Reksadana Bagaimana Membeli Reksadana Bagaimana Mencairkan Reksadana

……………………………...……………………………...

5153

1

Page 3: Investasi Untuk Pemula

Memilih MI Reksadana Menakar Resiko Reksadana Reksadana sama dengan Deposito Yuk, Pilih – pilih Reksadana

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

55575962

Saham Biaya Main Saham Daftar Efek Syariah Fraksi Harga Saham Indeks Harry Potter Indeks Nikkei 225 Indeks Saham di AS Jenis Saham Berdasarkan Kinerja Mari Bermain Saham Mengenal Indeks-Indeks Saham Rasio Saham

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...………………………….......……………………………...……………………………...……………………………...

63646565666768697477

REIT ……………………………... 78

III. MACAM-MACAM REKSADANA

E T F Pendatang Baru Bernama ETF ……………………………... 81

Reksadana Campuran ……………………………... 82 Reksadana Indeks ……………………………... 83 Reksadana Pasar Uang ……………………………... 85 Reksadana Pendapatan Tetap ……………………………... 87 Reksadana Saham ……………………………... 88 Reksadana Terproteksi ……………………………... 90

IV. SELUK BELUK SAHAM

Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan Keuangan PE Ratio Rasio Aktivitas Rasio Leverage Rasio Likuiditas Rasio-rasio Laba

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

939395969797

Broker & Sistem Perdagangan Batas-batas Transaksi Material Kapitalisasi Pasar Mengenal Auto Rejection Online Trading Saham Pasar Bullish dan Bearish Rekomendasi Analis Seluk Beluk Transaksi Margin

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

9899

102102103103106

2

Page 4: Investasi Untuk Pemula

Short Selling Trading Saham Online

……………………………...……………………………...

108110

Dividen ……………………………... 112 Fundamental

Analisis Fundamental Laporan Arus Kas Laporan Rugi Laba Memahami Merger dan Akuisisi Neraca

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

114115117119124

I P O Catatan Penting Saham IPO Initial Public offering ( IPO ) Opsi Greenshoe Secondary Offering

……………………………...……………………………...……………………………...……………………………...

125126131132

Split & Reserve Split Reverse Stock Split Stock Split

……………………………...……………………………...

133133

Waran. Rights & Tender Offer Penawaran Tender ( Tender Offer ) Rights Issue Seluk Beluk Waran

……………………………...……………………………...……………………………...

134135136

I. INVESTASI UNTUK PEMULA

B U R S A

Arbitrase Pasar Modal

Sengketa perdata di pasar modal

Tak semua kasus persengketaan di pasar modal harus berujung dengan sanksi

3

Page 5: Investasi Untuk Pemula

Bapepam-LK atau pengadilan. Di Indonesia, juga ada Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) yang siap membantu penyelesaian berbagai sengketa pasar modal lewat jalur di luar pengadilan.

Lembaga BAPMI sudah berdiri sejak Agustus 2002. Pendiriannya melibatkan PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan 17 asosiasi yang di lingkungan pasar modal. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga mendukungnya. Jadi, posisi lembaga ini sangat kuat.

Tujuan pendirian BAPMI adalah untuk menyediakan wahana penyelesaian sengketa di luar pengadilan khusus di bidang pasar modal. Dengan jalur ini, para pendiri BAPMI berharap proses penyelesaian sengketa bisa berlangsung lebih cepat dan murah. Tentu, keputusannya tetap mengikat dan adil.

Tapi, tak semua sengketa dapat diselesaikan melalui BAPMI. Sengketa-sengketa itu harus memenuhi beberapa syarat. Misalnya, sengketa itu merupakan sengketa perdata di pasar modal. Selain itu, sengketa itu bukan kasus pidana seperti manipulasi, insider trading, serta pembekuan atau pencabutan izin usaha.

Selain memberikan solusi melalui pendapat mengingat, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) juga bisa memberikan jasa mediasi. Dalam kasus ini, BAPMI akan menyediakan mediator yang akan membantu upaya untuk mencapai perdamaian di antara pihak-pihak yang bersengketa. Dalam hal ini, BAPMI akan mengupayakan tercapainya win-win solution.

Mediasi BAPMI adalah cara penyelesaian masalah melalui perundingan di antara para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang independen. Pihak ketiga ini disebut mediator. Tapi, mediator tidak memberikan keputusan. Ia hanya menjadi fasilitator pertemuan dan membantu masing-masing pihak untuk memahami perspektif, posisi, dan kepentingan pihak lain. Ia juga akan membantu pihak yang bersengketa untuk mencari solusi.

Tujuan mediasi adalah untuk mencapai perdamaian di antara para para pihak yang bersengketa. Umumnya, orang menggunakan penyelesaian mediasi setelah musyawarah gagal, di tengah proses arbitrase, atau sebelum hakim pengadilan memulai persidangan perkara.

Tentu saja, penyelesaian melalui mediasi BAPMI ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan penyelesaian lewat jalur pengadilan. Misalnya, para pihak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan kesepakatan win-win solution. Selain itu, mereka juga bisa memperoleh solusi yang menjaga kepentingan jangka panjang. Jadi tidak sekedar mencari benar-salah menurut hukum. Terakhir, selain lebih murah, para pihak juga akan dibantu oleh mediator yang benar-benar memahami pasar modal.

Biaya administrasi mediasi ini sama dengan pendapat mengikat, yakni Rp 1,6 juta untuk biaya pendaftaran dan Rp 5 juta untuk deposit pemeriksaan. Adapun imbal jasanya bisa dua macam. Pertama, berdasarkan jumlah yang disepakati dengan nilai minimal Rp 60 juta. Kedua, antara 0,16% hingga 0,6% dari nilai tuntutan yang timbul.Ketika proses perundingan sudah mampat, para pihak yang bersengketa di pasar modal bisa memilih penyelesaian secara arbitrase Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI). Lewat jalur ini, mereka bisa memperoleh keputusan final yang

4

Page 6: Investasi Untuk Pemula

mengikat kedua belah pihak. Namun, para pihak yang bersengketa tak bisa mengajukan banding lagi.

ARBITRASE Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) adalah penyelesaian sengketa dengan cara menyerahkan kewenangan kepada pihak ketiga yang netral dan independen -- yang disebut arbiter -- untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut, pada tingkat pertama dan terakhir. Adapun keputusan yang dijatuhkan oleh arbiter tersebut bersifat final dan mengikat bagi para pihak. Artinya, para pihak yang bersengketa tidak bisa mengajukan banding.

Berdasarkan definisi tersebut, arbitrase BAPMI mirip dengan pengadilan. Adapun arbiter dalam proses arbitrase mirip hakim dalam pengadilan. Tapi, tetap saja ada beberapa perbedaan. Misalnya, arbitrase merupakan pilihan dan kesepakatan pihak-pihak yang bersengketa. Selain itu, proses arbitrase juga baru dapat terlaksana setelah ada permohonan dari pihak yang bersengketa kepada BAPMI.

Pihak yang bersengketa juga berhak menentukan apakah arbiter akan berjumlah satu (arbiter tunggal) atau lebih (majelis arbitrase). Perbedaan mencolok lainnya, putusan arbitrase tidak mengenal preseden atau yurisprudensi.Umumnya, para pihak yang bersengketa memilih penyelesaian arbitrase ini setelah mereka tidak bisa lagi melanjutkan perundingan. Selain itu, mereka juga menginginkan putusan yang final dan mengingat, tapi tanpa menempuh jalur litigasi dan pengadilan. Alasannya adalah untuk menghemat waktu dan biaya.

Tapi, tentu saja, proses penyelesaian melalui arbitrase di BAPMI ini juga tidak gratis. BAPMI memungut sejumlah imbal jasa. Saat ini, besarnya imbal jasa adalah antara 0,24% sampai 8% dari nilai tuntutan. 

Bursa Berjangka Jakarta  

Sampai saat ini, masih banyak orang belum mengenal Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Padahal, bursa yang menyediakan fasilitas perdagangan kontrak berjangka ini telah berdiri sejak tanggal 21 November 2000 lalu. Maklum, instrumen yang diperdagangkan di BBJ baru diminati oleh segelintir orang.

Sejatinya, BBJ lahir lantaran ada kebutuhan para pelaku pasar. Seperti kita tahu, tiap instrumen investasi harus memiliki tempat transaksi masing-masing. Misalnya, untuk saham, fasilitas transaksinya tersedia di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kemudian, media

5

Page 7: Investasi Untuk Pemula

bertransaksi obligasi tersedia di Bursa Efek Surabaya (BES). Nah, BBJ khusus menyediakan fasilitas transaksi produk investasi kontrak berjangka (futures).

Buat yang belum tahu, sesuai dengan namanya, transaksi berjangka adalah sebuah transaksi dengan metode penyerahan di masa yang akan datang. Ambil contoh, investor A membeli kakao dari investor B. Harga pembelian itu telah disepakati sejak sekarang, namun investor B baru akan menyerahkan barangnya di masa yang akan datang.

Pada prakteknya, kontrak-kontrak berjangka itu tidak hanya mencakup kontrak-kontrak berjangka untuk komoditi saja. Ada pula kontrak-kontrak berjangka keuangan seperti kontrak valuta asing (valas) dan indeks saham. Namun, BBJ tak bisa sembarangan menetapkan produk-produk yang bisa diperdagangkan di bursanya. Pasalnya, produk-produk itu harus memperoleh izin dari presiden terlebih dahulu.

Oh, ya, struktur pengawasan BBJ juga berbeda dengan BEJ dan BES. Bila BEJ dan BES berada di bawah pengawasan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), BBJ diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Instansi pemerintah yang membawahi masing-masing pengawas itu juga berbeda. Kalau Bapepam-LK di bawah Departemen Keuangan, Bappebti ada di bawah Departemen Perdagangan?

Pamor Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) masih kalah jauh dibandingkan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Bursa Efek Surabaya (BES). Padahal, dari segi manfaat, BBJ sama sekali tidak ketinggalan. Sebab, produk kontrak berjangka (futures) yang diperdagangkan di BBJ dapat digunakan sebagai sarana lindung nilai (hedging) dari fluktuasi harga aset.

PADA saat berdiri tahun 2000 silam, BBJ menyediakan lantai perdagangan (floor) berkapasitas 120 bangku (seat) dengan sambungan telepon langsung (direct line). Di dalam tiap seat itu juga tersedia komputer yang langsung terhubung dengan sistim BBJ yang bernama JAFeTS (Jakarta Futures Exchange Trading System).

Sayangnya, karena sepi peminat, floor BBJ itu sudah tidak diaktifkan lagi sejak awal tahun 2007 lalu. Alhasil, sekarang, para anggota bursa atau pialang yang ingin bertransaksi harus langsung melakukan jual-beli kontrak secara online melalui internet. Tapi, transaksinya tetap melalui sistem BBJ.

Dalam beroperasi, BBJ mengacu kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Tapi, patut diketahui, meski aturannya hanya berbicara tentang komoditas, dalam praktiknya BBJ juga memfasilitasi produk kontrak berjangka lain di luar komoditas. Misalnya kontrak berjangka keuangan yang terdiri dari kontrak valuta asing (valas) dan indeks saham. Khusus untuk kontrak-kontrak berjangka keuangan ini BBJ mengakomodasi lewat Sistem Perdagangan Alternatif (SPA).

Nah sejatinya, BBJ mampu menyediakan sarana hedging di tengah fluktuasi harga aset. Karena ia bursa, harga jual-beli yang terbentuk juga melalui proses yang transparan, kompetitif, dan terorganisasi. Sayang, hingga saat ini, masih belum banyak pihak yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Malahan, banyak investor kita lebih senang bertransaksi futures langsung di bursa berjangka yang ada di luar negeri. ?

6

Page 8: Investasi Untuk Pemula

Meski Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) kini juga mengakomodasi transaksi kontrak berjangka (futures) di keuangan, awalnya, BBJ sesungguhnya ingin menjadi bursa berjangka komoditas. BBJ mengawali kiprahnya dengan memperdagangkan futures komoditas kopi robusta dan olein pada perdagangan perdananya tanggal 15 Desember 2000 silam.

BEGITU mengantongi izin beroperasi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) pada tahun 2000 lalu, BBJ langsung serius mengembangkan produk-produknya. Setelah futures kopi robusta dan olein, pada tanggal 1 Februari 2002, meluncur kontrak komoditas emas (gold).Selanjutnya, kontrak emas itu berkembang lagi menjadi kontrak gulir emas dan kontrak indeks emas. Sayangnya, semakin lama, kontrak komoditas di BBJ semakin tidak diminati orang. Bahkan, futures kopi robusta kini sudah tidak diperdagangkan lagi. Masalahnya, modal yang dibutuhkan terlalu besar dan kalau salah perhitungan kerugiannya bisa selangit.

Likuiditas transaksi pun akhirnya semakin menipis karena tidak ada pihak yang mau melakukan jual-beli. Para investor yang menyukai transaksi futures komoditas, kemudian malah lebih memilih bertransaksi di bursa berjangka di luar negeri yang lebih likuid.

Investor lain memilih bertransaksi kontrak berjangka keuangan, yaitu kontrak valuta asing (valas) dan indeks saham di luar bursa atau over the counter (OTC). BBJ lantas mencari akal. Mulai tahun 2005, BBJ memutuskan untuk mengakomodasi transaksi kontrak valas dan indeks saham itu lewat Sistem Perdagangan Alternatif (SPA). Dengan demikian, BBJ bisa mengutip biaya (fee) dari tiap transaksi yang terjadi lewat sistem BBJ.?

Anda pastinya sudah mengetahui seluk beluk Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan produk-produk yang diperdagangkan di bursa tersebut. Bila Anda kemudian berminat untuk mencoba bertransaksi di BBJ, terlebih dahulu Anda harus menyimak beberapa kondisi yang menjadi syarat agar transaksi di BBJ bisa berjalan aman dan tidak melenceng dari koridor hukum.

Pertama, patut diketahui bahwa transaksi di bursa berjangka itu tidak bisa dilakukan secara langsung. Transaksi itu hanya bisa dilakukan oleh pialang atau broker, layaknya transaksi di pasar saham atau obligasi.Jadi, bila Anda berminat menjadi investor di BBJ, mulailah dengan menghubungi pialang atau sekuritas anggota bursa yang memiliki divisi perdagangan berjangka (futures). BBJ mencatat, dari 133 anggota bursa BBJ, per September 2007 ini, ada 73 pialang yang aktif melakukan transaksi via BBJ.

Namun, jangan asal memilih pialang. Sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa pialang tertentu, pastikan bahwa ia adalah anggota BBJ dengan menanyakan bukti keanggotaannya. Pialang tersebut juga harus memiliki lisensi serta izin usaha dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Agar lebih pasti, Anda juga mesti menghubungi BBJ dan Bappebti untuk mengecek keabsahan izin tersebut.

Setelah memilih pialang, kemudian, Anda akan diminta untuk membuka rekening atas nama anda di bank, yang bakal digunakan untuk rekening transaksi. Bacalah surat perjanjian yang ada dengan hati-hati dan seksama. Syarat pembukaan rekening baru biasanya adalah pengisian formulir yang disebut new account information form dan customer agreement.

7

Page 9: Investasi Untuk Pemula

Kemudian, pialang akan meminta data-data umum, seperti nama, alamat, dan nomor identitas. Ada juga permintaan laporan penghasilan tahunan dan rekening bank.? Setelah selesai membuka rekening dan menjadi nasabah di pialang perdagangan berjangka (futures), masih ada satu hal yang perlu Anda lakukan untuk bisa segera bertransaksi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Anda mesti menyetor margin awal (initial margin). Dana ini akan menjadi jaminan atas kewajiban yang timbul jika Anda memperdagangkan kontrak berjangka di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).

MARGIN awal adalah jaminan uang yang diperlukan oleh penjual maupun pembeli untuk menjamin kewajiban dari transaksi kontrak berjangka. Masing-masing pialang bisa meminta initial margin yang berbeda-beda.

Guna menjamin keamanan transaksi, biasanya, pialang juga akan menetapkan batasan minimum saldo margin (maintenance margin). Ini merupakan batasan margin yang harus dijaga atau dipelihara oleh nasabah dalam melakukan transaksi. Biasanya, pialang memberikan batasan saldo margin 80% dari initial margin.

Pada prakteknya, sangat mungkin posisi rekening nasabah berada di bawah maintenance margin apabila kerugian dari transaksi terus membengkak. Untuk kembali menstabilkan posisinya, nasabah harus menyetorkan dana lagi kepada pialang (margin calls).

Perlu diperhatikan bahwa setiap kontrak dilakukan dengan posisi terbuka. Konsekuensinya, rekening investor akan dinilai dengan sistem marked-to-market atau nilainya bakal dihitung pada setiap penutupan hari transaksi. Sementara, keuntungan dan kerugian akan disetor atau dibebankan secara langsung kepada rekening tersebut.

Selanjutnya, mari kita simak contoh transaksi di BBJ. Seorang investor membeli 1 kontrak kopi (5 ton kopi) dengan initial margin Rp 5 juta. Berarti, maintenance margin-nya adalah Rp 4 juta (80% dari Rp 5 juta). Spesifikasi kontrak mengatakan bahwa perubahan harga untuk 1 tik kontrak kopi adalah Rp 10 per kilogram (kg). Nah, pada hari ini, kontrak Desember kopi dibuka dengan harga Rp 2.800 per kg dan harga penutupan Rp 2.900 per kg.

Nah, jika pada hari ini investor itu membeli 1 kontrak Desember kopi di harga Rp 2.800 per kg, di akhir hari duitnya akan berbiak menjadi Rp 5,5 juta. Artinya, ia untung Rp 500.000. Hitungan keuntungan Rp 500.000 itu berasal dari Rp 2.900-Rp 2.800 dikalikan Rp 10 x 5.000 kg.Kondisi akan berbeda bila harga penutupan perdagangan hari ini harga kontrak itu justru turun di bawah Rp 2.800, misalnya menjadi Rp 2.700 per kg. Dengan modal Rp 5 juta, ia akan merugi Rp 500.000. Perhitungannya adalah: Rp 2.800-Rp 2.700 dikalikan Rp 10 x 5.000 kg. Bila duit investor terus tergerus hingga di bawah maintenance margin (Rp 4 juta), investor harus menambah duit di rekeningnya lagi agar posisinya kembali ke posisi initial margin Rp 5 juta.

Investor sebaiknya tak asal menceburkan diri dalam produk-produk investasi yang menggunakan embel-embel futures (berjangka). Sebab, belakangan ini, makin banyak penipuan investasi menggunakan kedok perusahaan pialang anggota Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Pemasar produk mengelabuhi investor dengan "menjual" nama perusahaan yang berizin resmi itu saat menjajakan produk investasi yang sejatinya ilegal.

8

Page 10: Investasi Untuk Pemula

KENYATAANNYA, seringkali, sebenarnya dana yang dikumpulkan oleh para pemasar itu dikelola oleh perusahaan yang berbeda, yang sama sekali tidak memiliki izin dari BBJ maupun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti).

Untuk menghindari hal ini, sekali lagi, Anda mesti memahami mekanisme transaksi di BBJ. Salah satu yang paling penting, menurut aturan, duit investasi Anda harus disetorkan ke rekening terpisah (segregated account) pialang berjangka di beberapa bank. BBJ sudah menentukan rekening-rekening itu, baik nomor rekeningnya maupun bank-banknya. Hingga 27 Agustus 2007, rekening-rekening terpisah itu tersebar di tiga bank yakni BCA, Bank Niaga, dan Bank Century. BBJ telah menentukan nomor rekening terpisah untuk masing-masing pialang berjangka. Anda bisa mengecek nomor-nomor rekening tersebut di situs resmi BBJ (www.bbj-jfx.com). Di sana, BBJ juga ] mencantumkan dengan lengkap nama pialang, alamat, dan nomor teleponnya.Asal tahu saja, rekening terpisah itu semata-mata hanya akan menampung dana nasabah dan selalu diawasi oleh BBJ.

Dengan begitu, pialang tak bisa mencampur dananya miliknya dengan dana nasabah. Karenanya, sebelum mentransfer dana, Anda mesti benar-benar mencermati nomor rekening yang ditunjuk oleh pialang berjangka Anda. Jika nomor rekening itu ternyata bukan nomor rekening terpisah resmi, jangan pernah mentransfer dana Anda.

 Bursa Efek Indonesia (BEI)

Senin (3/11) merupakan hari pertama Bursa Efek Indonesia (BEI) beroperasi. Tak ada banyak perubahan. Sebab, untuk tahap awal ini, BEI hanya sekadar penggabungan operasi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Cuma, yang pasti, investor akan menjadi lebih mudah bertransaksi. Sebab, kini, semuanya berada dalam satu atap.

Dalam tahap awal, Bursa Efek Indonesia (BEI) memang merupakan hasil merger atau penggabungan bulat-bulat antara Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Dus, kegiatan operasi yang tadinya berada di dua bursa yang terpisah, sekarang menjadi berlangsung di dalam satu institusi bursa.

Ini artinya, mulai kemarin, manajemen, karyawan, dan sistem BEJ dan BES beroperasi di bawah satu institusi BEI. Tapi, untuk sementara, lokasi kedua bursa itu masih terpisah. Untuk menyelesaikan proses merger secara keseluruhan, BEI memperkirakan butuh waktu hingga dua tahun.

9

Page 11: Investasi Untuk Pemula

Namun, bukan itu yang terpenting buat investor. Investor lebih berkepentingan dengan produk-produk, aturan, dan sistem transaksi yang tadinya ada di BEJ dan BES. Nah, kabar baiknya, untuk sementara ini, investor tidak perlu pusing. Sebab, BEI belum mengurangi atau menambah produk-produk maupun aturan-aturan baru. Semuanya masih persis sama dengan yang ada di BES dan BEJ selama ini. Hanya saja, kini, semua aturan, sistem transaksi, dan produk-produk itu berada di bawah satu payung Bursa Efek Indonesia.

Ambil contoh, saat ini, BEI akan menjadi bursa bagi perdagangan saham yang selama ini tercatat di BEJ maupun BES. Tapi, ada sedikit catatan. Ada sekitar 12 saham asal BES yang tidak bisa diperdagangkan di BEI untuk sementara waktu (suspend).

Selain itu, transaksi obligasi yang sebelumnya berlangsung di BES juga berpindah ke BEI. Dengan kata lain, obligasi-obligasi terbitan swasta maupun pemerintah (SUN) sekarang juga menjadi tercatat di BEI. Lantas, beberapa transaksi derivatif seperti kontrak opsi saham dan kontrak derivatif indeks LQ-45 juga masih tersedia di BEI. Di masa yang akan datang, BEI juga akan memperdagangkan produk-produk lain seperti reksadana (ETF) dan real estate investment trust (REIT).

Apa keuntungan merger, bursa ini untuk para investor? Yang pasti, bursa menjadi lebih terintegrasi. Cukup datang ke BEI, semua jenis investasi sudah tersedia. Cuma, risikonya juga makin besar. Semakin besar suatu bursa, jumlah pemain nakal juga pasti akan semakin banyak. Dus, jika pengawasan tidak ketat, investor kecil terancam jadi korban mereka.

 

 Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)  

Bursa Efek Jakarta (BEJ) memang sudah beroperasi cukup lama. Namun, hingga saat ini, jumlah investor lokal yang berinvestasi di bursa saham ini masih sangat minim, paling hanya ratusan ribu. Bandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai dua ratus juga lebih. Maklum saja, masih sedikit masyarakat yang paham seluk-beluk investasi di saham. Karenanya, BEJ makin gencar menggelar program sosialisasi.

SALAH satu cara BEJ untuk memberikan edukasi kepada investor adalah dengan mendirikan Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM). Ini adalah semacam "kantor perwakilan BEJ" yang berada di berbagai daerah. Awalnya, BEJ mendirikan PIPM ini untuk membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan sekuritas agar membuka cabang di daerah-daerah yang potensial.

Kini, PIPM juga ada di kota-kota yang telah terdapat cabang-cabang perusahaan sekuritas. Tentu saja, fungsi PIPM di kota-kota ini kemudian berubah menjadi sarana untuk mengembangkan pasar modal di sekitar daerah tersebut. Tujuan utamanya adalah meningkatkan jumlah pemodal dan perusahaan yang bersedia melantai di BEJ.

10

Page 12: Investasi Untuk Pemula

Namun, kantor PIPM di suatu daerah itu sifatnya tidak permanen. Ia bisa berpindah-pindah. Jika perkembangan pasar modal di daerah tersebut sudah baik, Bursa Efek Jakarta akan memindahkan PIPM tersebut ke daerah-daerah potensial yang baru. PIPM yang pernah dipindah adalah PIPM Denpasar, PIPM Medan, dan PIPM Semarang.

Saat ini, Bursa Efek Jakarta memiliki 7 PIPM yang tersebar di Balikpapan, Makassar, Malang, Manado, Palembang, Pekalongan, dan Pekanbaru. Nah, jika Anda berminat berinvestasi di bursa saham tapi merasa masih buta, Anda bisa mendatangi kantor-kantor PIPM tersebut. Di sana tersedia petugas-petugas BEJ yang akan menerangkan semua seluk-beluk investasi di bursa saham.

DASAR INVESTASI Anuitas  

Masih berhubungan erat dengan konsep nilai tunai (present value) dan nilai masa mendatang (future value), ada satu konsep lain yang tak kalah penting. Yakni, anuitas. Tanpa kita sadari, kita sebenarnya sering bersinggungan dengan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita membayar kredit mobil, kredit rumah, dan membayar uang sewa rumah.

KETIKA kita menabung rutin dalam jumlah yang tetap setiap periode, kita juga tengah menerapkan konsep anuitas itu. Lantas, apakah anuitas itu? Secara sederhana, anuitas adalah serangkaian pembayaran uang yang tetap jumlahnya dalam jangka waktu tertentu. Nah, kita bisa menerapkan konsep nilai waktu atas uang (time value of money) dan konsep anuitas ini secara bersamaan.

Anda bisa menghitung berapa nilai uang pada akhir beberapa periode yang akan datang jika mulai sekarang Anda menabung uang dalam jumlah yang sama setiap periode. Perhitungan inilah yang disebut dengan perhitungan nilai mendatang atas serangkaian anuitas (future value of annuities). Tentu saja, dalam hal ini, Anda juga harus melibatkan faktor bunga yang berlaku di pasar.

11

Page 13: Investasi Untuk Pemula

Ambil contoh, Anda secara rutin menabung Rp 1.000 setiap tahun dalam jangka waktu 10 tahun. Sementara, bunga tabungan yang berlaku adalah 9% per tahun. Pertanyaannya, berapa nilai tabungan Anda setelah tahun ke sepuluh?

Untuk menghitung ini Anda bisa menggunakan rumus: ?{A x [(1+i)n - 1]}/i. Huruf A mewakili anuitas, i bunga yang berlaku, dan n adalah jumlah periode. Nah, jika Anda memasukkan angka-angka tadi ke dalam rumus itu, Anda akan memperoleh hasil Rp 26.292,93.

Jika Anda perhatikan, hasilnya ternyata sangat besar. Jadi, tidak sekadar Rp 1.000 dikalikan 10 atau Rp 10.000. Pasalnya, ketika kita menabung secara rutin kita memperoleh bunga. Lalu, bunga itu juga bersama-sama dengan uang yang kita tabung akan memperoleh bunga dalam periode berikutnya, begitu seterusnya.

Sebaliknya, kita juga bisa menghitung nilai tunai saat ini dari arus kas tetap yang kita terima di masa mendatang. Rumusnya adalah: ?{A x (1 - [1/(1+i)n])} / i.

Dengan menggunakan angka yang sama, perhitungan ini akan menghasilkan angka yang lebih rendah dari 10.000 x 10. Soalnya, nilai arus kas yang kita terima di masa mendatang didiskon dengan bunga yang berlaku.

 Apa itu Investasi?  

Anda pasti sering mendengar kata investasi. Tapi, apakah Anda benar-benar paham arti kata investasi itu? Mungkin ada yang sudah paham, tapi banyak pula yang baru mengerti setengah-setengah. Nah, mulai hari ini, kita akan membahas seluk-beluk investasi; mulai dari pengertian investasi itu sendiri, tujuan investasi, sampai profil risiko investor, sampai macam-macam instrumen investasi.

Lantas, bagaimana cara untuk memperoleh uang lebih? Ya, mau tidak mau, kita harus bekerja lebih lama. Masalahnya, waktu yang tersedia untuk bekerja itu ada batasnya. Lagi pula, apa enaknya memiliki duit banyak kalau kita tidak memiliki waktu untuk menikmatinya?

Seandainya kita bisa membelah diri, barangkali masalah itu bisa teratasi. Tapi, tak perlu pusing berpikir membelah diri,  sebab sebenarnya Anda bisa mempekerjakan uang Anda agar memperoleh uang lebih banyak. Dengan cara ini, sembari Anda bekerja, tidur, atau pelesiran; uang yang Anda investasikan akan berbiak. Anda tetap akan memperoleh penghasilan lebih meskipun tidak naik gaji, atau lembur.

Ada banyak ladang investasi untuk membiakkan duit Anda. Misalnya, Anda bisa menginvestasikan duit Anda di saham, obligasi, reksadana, emas, properti, atau bahkan memulai bisnis sendiri. Setiap ladang investasi ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi, di mana pun investasinya, idenya

12

Page 14: Investasi Untuk Pemula

tetap sama. Yakni: menempatkan sebagian uang agar bisa memperoleh penghasilan lebih.

Tapi, jangan salah; investasi bukanlah berjudi. Berjudi adalah menempatkan uang dengan tujuan untuk memperoleh uang atau keuntungan yang belum pasti. Memang, ada yang bilang bahwa ketika kita berinvestasi di saham, kita sebenarnya seperti berjudi. Mungkin ini benar, jika Anda berinvestasi di saham hanya berdasar tebakan semata.

Tapi, investor yang asli tidak asal melemparkan duitnya sambil merem. Ia selalu melakukan analisis, dan hanya akan menempatkan duitnya jika memang ada potensi keuntungan yang masuk akal. Memang, akan tetap ada risiko ketika kita berinvestasi. Tapi, berinvestasi bukanlah sekadar berharap agar Dewi Fortuna mendekati kita.

 Dollar Cost Averaging (DCA)  

Banyak investor yang menginvestasikan dananya sekaligus dalam suatu instrumen investasi, pada waktu yang bersamaan. Jika harga instrumen ini kemudian naik, investor memang akan untung besar. Tapi, risikonya juga besar. Jika harga instrumen itu ternyata jatuh di bawah harga beli investor, ia pasti akan langsung merugi. Untuk mengurangi risiko ini, investor bisa menerapkan dollar cost averaging (DCA).

Salah satu pekerjaan yang paling sulit ketika berinvestasi di saham adalah menebak titik terendah (bottom) dan titik tertinggi (top) indeks atau harga suatu saham. Ya, berusaha menebak arah pasar dengan persis adalah sangat sulit. Idealnya, investor memang mesti membeli saham di harga paling murah dan menjualnya di harga paling tinggi. Tapi, dalam kenyataannya, hal ini hampir mustahil dilakukan.

Karena itulah, kemudian muncul strategi yang disebut dollar cost averaging (DCA). Sekilas, menilik namanya, strategi ini memang terdengar rumit. Padahal, sebenarnya DCA adalah strategi yang sangat sederhana. Tapi, strategi ini sangat berguna untuk investor, baik investor saham, obligasi, maupun reksadana.

DCA merupakan proses membeli produk investasi dengan modal yang tetap secara berkala dan terus-menerus, tanpa memperhatikan harga produk investasi itu. Untuk kasus di pasar saham, karena menggunakan dana yang jumlahnya tetap, artinya investor akan memperoleh saham yang lebih banyak saat harganya turun dan lebih sedikit saat harganya naik. Ujungnya, jika dihitung, rata-rata harga pembelian saham itu akan relatif murah.

Ambil contoh, Anda memperoleh warisan deposito Rp 100 juta. Anda bisa saja menginvestasikan dana ini sekaligus di waktu yang bersamaan dalam satu produk reksadana atau saham. Tapi, risikonya tinggi. Sebab, jika harga produk investasi itu turun, Anda sudah pasti rugi.

Lain halnya jika Anda secara bertahap menginvestasikan Rp 10 juta setiap bulan dalam jangka waktu 10 bulan. Jika harga produk investasi turun, Anda belum tentu akan langsung merugi. Sebab, bisa jadi rata-rata harga pembelian Anda masih lebih rendah dibandingkan harga saat itu.

  Jenis-Jenis Investasi

13

Page 15: Investasi Untuk Pemula

 

Ada banyak jenis-jenis instrumen investasi yang ada di pasar. Untuk memilih investasi yang paling cocok bagi Anda, Anda harus mengenal karakter masing-masing instrumen itu. Secara umum, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah. Ketika membeli obligasi, Anda meminjamkan uang kepada penerbit obligasi.

Imbalannya, penerbit akan memberikan bunga atas uang Anda tadi, dan pada akhirnya mengembalikan semua uang yang Anda pinjamkan. Faktor bunga yang dibayarkan secara tetap (tiap 3 bulan-6 bulan) itulah yang membuat obligasi masuk grup investasi berpendapatan tetap.

Daya tarik obligasi adalah ia relatif aman. Bahkan, jika membeli obligasi terbitan pemerintah - di Indonesia disebut Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara Ritel (ORI) - investasi Anda dijamin oleh pemerintah. Dus, investasi Anda nyaris bebas risiko (risk-free).

Tapi, keamanan itu ada biayanya. Karena risikonya rendah, potensi keuntungan obligasi juga tidak terlalu tinggi. Umumnya, tingkat keuntungan obligasi lebih rendah dibandingkan instrumen lainnya. Ketika Anda membeli saham suatu perusahaan, Anda ikut menjadi pemilik perusahaan itu. Karenanya, Anda juga memilik hak suara dalam rapat pemegang saham. Selain itu, Anda juga berhak menerima keuntungan yang dialokasikan perusahaan untuk pemegang saham. Inilah yang disebut sebagai dividen.

Jika obligasi memberikan arus pendapatan yang rutin, keuntungan saham sangat fluktuatif. Perlu dicatat, jika membeli saham, Anda tidak memperoleh jaminan apa pun. Bahkan, kadang kala saham pun tidak membagikan dividen. Dalam kasus ini, Anda hanya bisa berharap memperoleh keuntungan (capital gain) dari kenaikan harga saham yang Anda beli. Tapi, kenaikan harga saham ini juga tidak selalu terjadi. Yang menarik, saham memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan obligasi. Tapi, tentu saja ada risikonya: seluruh investasi Anda bisa hilang.

Pastinya, Anda harus mengetahui lebih dulu tentang instrumen investasi obligasi dan saham. Intinya, obligasi memberikan arus pendapatan yang rutin dan tetap berupa bunga. Selain itu, instrumen obligasi juga relatif aman, apalagi jika penerbit obligasi itu adalah pemerintah. Cuma, keuntungan obligasi relatif rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya.

Selain obligasi dan saham, investor juga bisa membiakkan duitnya di reksadana. Instrumen investasi ini menawarkan banyak kelebihan. Selain modal awal yang dibutuhkan tak terlalu besar, investor juga tak perlu meluangkan banyak waktu untuk memelototi investasi. Sudah begitu, Anda juga tak harus berpengalaman. Jika reksadana mengecewakan, Anda juga bisa menjajal instrumen-instrumen investasi alternatif.

Sementara, ketika membeli saham, Anda menjadi salah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Keuntungan saham bisa berupa pembagian keuntungan atau dividen dan kenaikan harga saham tersebut. Jika dibandingkan dengan obligasi, keuntungan saham ini relatif lebih tinggi. Tapi, risikonya, keuntungan saham ini bisa berfluktuasi tiap hari. Selain itu, modal investasi awal Anda juga bisa tergerus habis.

14

Page 16: Investasi Untuk Pemula

Reksadana adalah kumpulan saham, obligasi, atau instrumen-instrumen lainnya. Ketika Anda membeli reksadana, Anda mengumpulkan uang Anda bersama-sama dengan investor-investor lainnya. Lantas, sebagai sebuah kelompok Anda dan investor lainnya membayar manajer investasi untuk mengelola kumpulan dana itu. Berdasarkan fokus investasinya, reksadana itu ada banyak jenisnya. Ada reksadana saham, obligasi, campuran, pasar uang, terproteksi, dan reksadana indeks.

Kelebihan reksadana adalah bahwa Anda bisa menginvestasikan uang Anda tanpa harus meluangkan waktu atau berpengalaman terlebih dahulu. Secara teoritis, keuntungan investasi Anda pasti akan lebih tinggi jika Anda menyerahkannya kepada profesional ketimbang jika Anda menginvestasikannya sendiri.

Instrumen alternatif

Selain tiga instrument utama itu, ada juga instrumen-instrumen alternatif, seperti opsi, kontrak berjangka, valuta asing (valas), emas, properti, dan masih banyak lagi. Tapi, jika Anda sedang mulai untuk berinvestasi, tak perlu terlalu pusing memikirkan investasi-investasi alternatif itu. Sebab, meskipun memberikan keuntungan tinggi, investasi-investasi itu biasanya memiliki risiko yang sangat tinggi. Hanya properti dan emas yang risikonya relatif rendah. Selain itu, sebelum nyemplung ke instrumen-instrumen itu, Anda juga harus memiliki ilmu yang memadai terlebih dahulu. Jadi, jangan coba-coba cari masalah kalau belum siap.

Mengapa Perlu Investasi?

Setiap orang perlu berinvestasi karena nilai uang yang ia miliki akan selalu menyusut tergerus inflasi. Nah, agar uang kita selalu berbiak, kita harus mencari instrumen-instrumen investasi yang bisa mengalahkan inflasi itu. Karenanya, jangan berpuas diri jika Anda hanya menempatkan duit Anda di deposito. Sebab, deposito sering tak bisa mengalahkan inflasi.

Yang pertama, kita perlu melakukan investasi karena kita pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan (needs) maupun keinginan-keinginan (wants) yang jumlahnya sangat banyak. Nah, sebagian kebutuhan atau keinginan itu tak akan bisa terpenuhi jika kita hanya mengandalkan arus dana dari gaji saja. Kebutuhan atau keinginan inilah yang sering disebut sebagai tujuan investasi.

Tujuan investasi ini bisa berupa hal yang sangat sederhana, tapi bisa juga hal yang sangat muluk. Sebagai contoh, kita ambil tujuan yang tengah-tengah saja. Misalnya, Anda ingin membeli sebuah mobil baru seharga Rp 100 juta. Jika gaji Anda sebulan sekitar Rp 6 juta dan Anda hanya bisa menyisihkan dana Rp 1 juta per bulan, artinya Anda membutuhkan waktu 100 bulan untuk bisa mengumpulkan Rp 100 juta. Dengan menginvestasikan uang itu, misalnya di instrumen reksadana, mobil itu kemungkinan besar akan terbeli lebih cepat. Soalnya, duit yang kita investasikan itu tidak mandek, tapi terus berbiak.

Nah, agar investasi Anda lebih fokus, para perencana keuangan sering menganjurkan agar Anda menetapkan tujuan investasi terlebih dahulu sebelum benar-benar melakukan investasi. Tujuan investasi itu harus dirumuskan secara jelas; termasuk juga jangka waktunya. Misalnya: "Saya ingin membeli rumah seharga Rp 150 juta lima tahun lagi". Jika tujuan investasi sudah jelas, Anda tinggal mencari instrumen investasi yang paling pas untuk mencapai tujuan investasi itu.

15

Page 17: Investasi Untuk Pemula

Selain karena ada tujuan investasi, yang kedua, kita juga perlu berinvestasi karena duit kita selalu terpapar kepada inflasi. Selama ada inflasi atau kenaikan harga-harga, nilai uang akan selalu merosot. Nah, agar nilai uang kita tidak tergerus inflasi, kita harus melakukan investasi.

Idealnya tentu saja kita harus mencari instrumen investasi yang bisa memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi. Dengan begitu, nilai uang kita akan selalu tumbuh.

Karenanya, para pakar menilai deposito di bank tak masuk kategori investasi. Sebab, setelah dipotong pajak, bunga deposito itu biasanya belum mampu menutup inflasi. Ini berbeda dengan saham, obligasi, reksadana, atau properti yang sering bisa mengalahkan inflasi.

 Nilai Waktu Uang

Waktu adalah uang, time is money. Anda tentu sudah sering mendengar pepatah ini. Ya, waktu memang berharga. Bahkan, faktor waktu juga bisa mempengaruhi nilai uang yang kita miliki. Karena itulah muncul konsep nilai waktu uang atau time value of money. Setiap investor mesti memahami konsep ini karena ia menjadi salah satu dasar dalam investasi dan manajemen keuangan.

NILAI waktu uang atau time value of money adalah konsep yang menjabarkan bahwa uang yang tersedia pada saat ini lebih berharga dibandingkan uang dalam jumlah sama yang tersedia di masa yang akan datang. Soalnya, ada faktor bunga yang bisa membuat uang yang telah kita terima menjadi berbiak. Dus, semakin cepat uang itu kita terima, ia akan semakin berharga.

Karenanya, Anda harus hati-hati saat membandingkan nilai uang yang Anda terima dalam waktu yang berbeda. Dalam hal ini, Anda harus memperhatikan faktor waktu dan bunga.

Biar lebih jelas, mari kita ambil contoh. Mana yang lebih berharga uang Rp 1.000 yang Anda terima sekarang dan uang Rp 1.000 yang Anda terima tahun depan? Berdasarkan konsep nilai waktu uang, tentu saja uang Rp 1.000 yang Anda terima sekarang lebih berharga. Sebab, uang itu dapat menghasilkan bunga selama satu tahun ke depan. Misalnya, Anda membiakkan uang itu di deposito yang memberikan bunga 5% per tahun. Berarti tahun depan, uang Rp 1.000 itu sudah berkembang menjadi Rp 1.050.

Tapi, bagaimana jika yang dibandingkan adalah uang Rp 1.000 yang diterima saat ini dan uang Rp 1.050 yang diterima satu tahun lagi? Untuk membandingkan kedua angka yang berbeda itu, kita harus mencari kesetaraan nilai uang itu pada waktu yang sama. Kita bisa menggunakan waktu sekarang atau waktu satu tahun lagi. Jika kita menggunakan waktu yang akan datang, berarti kita harus membungakan uang yang diterima sekarang. Sebaliknya, jika kita menggunakan masa sekarang, kita

16

Page 18: Investasi Untuk Pemula

harus mendiskon atau memotong uang yang akan diterima setahun lagi menggunakan faktor bunga. Tentu saja semuanya bergantung pada bunga yang berlaku. Makin tinggi bunga, makin tinggi nilai uang Rp 1.000 di masa depan. Tapi, makin tinggi bunga, makin rendah nilai Rp Rp 1.050 yang akan diterima satu tahun mendatang.?

Untuk membandingkan nilai sejumlah uang yang kita terima saat ini dengan nilainya jika kita terima di masa yang akan datang, kita harus mencermati tingkat bunga yang berlaku di pasar. Semakin tinggi bunga, seperti bunga deposito perbankan, nilai uang yang kita terima saat ini akan semakin berharga. Sebab, dengan bunga yang tinggi, uang itu bisa berbiak lebih dengan cepat.

UNTUK menghitung nilai waktu uang (time value of money), ada dua konsep yang sering dipergunakan. Yakni, konsep nilai tunai atau present value (PV) dan nilai di masa mendatang atau future value (FV).Nah, berdasarkan dua konsep itu, kita bisa menghitung nilai di masa mendatang dari sejumlah uang tunai saat ini. Tentu saja, asumsinya, uang itu diinvestasikan atau didepositokan di bank dengan tingkat bunga tertentu.

Misalnya, uang tunai senilai Rp 1.000 saat ini Anda simpan di bank dengan bunga 10% per tahun. Pada akhir tahun, uang itu akan berbiak menjadi Rp 1.100 [1.000 x (1+10%)]. Nah, jika Rp 1.100 itu terus disimpan di dalam bank dalam beberapa periode, ia akan terus bunga. Inilah yang disebut bunga majemuk (compound interest). Nah, dalam menghitung nilai masa mendatang yang melibatkan investasi dalam beberapa tahun itu, kita bisa menggunakan rumus: PV (1+i)n, Huruf n adalah jumlah periode sedangkan huruf i adalah tingkat bunga tiap periode (dalam persen).

Selain itu, kita juga bisa menghitung nilai tunai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima dalam suatu periode di masa yang akan datang. Misalkan, Anda akan menerima Rp 1.100 satu tahun mendatang. Dengan bunga yang berlaku 10% per tahun, artinya nilai Rp 1.100 itu, saat ini, akan bernilai Rp 1.000 [1.100/(1+10%]. Nah, jika perhitungan itu melibatkan periode yang lebih dari satu periode, rumusnya menjadi: FV/(1+i)n. Dengan kata lain, present value adalah kebalikan dari future value.

Dus, bilang tingkat bunga adalah 5% per tahun, Rp 1.000 saat ini akan setara nilainya dengan Rp 1.050 yang kita terima setahun mendatang. Sebaliknya, nilai tunai Rp 1.050 yang kita terima satu tahun lagi, akan setara dengan uang Rp 1.000 yang kita terima di saat ini. Artinya, jika bunga yang berlaku lebih dari 5%, Rp 1.000 yang kita terima saat ini lebih tinggi Rp 1.050 yang kita terima satu tahun lagi.? 

Portofolio

Apa itu portofolio? Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai instrumen investasi itu juga menentukan tinggi risiko dan potensi keuntungan yang diperoleh portofolio tersebut. Isi portofolio itu bisa macam-macam; mulai dari properti, saham, instrumen pendapatan tetap seperti obligasi, sampai duit tunai atau setara kas. Tapi, untuk saat ini, kita akan fokus pada portofolio untuk aset investasi yang paling likuid yaitu: saham, instrumen pendapatan tetap, dan kas atau setara kas.

Nah, secara garis besar, ada tiga jenis portofolio. Yang pertama portofolio berdasarkan strategi investasi yang agresif. Ini adalah portofolio yang membidik

17

Page 19: Investasi Untuk Pemula

keuntungan tertinggi yang mungkin tercapai. Tentu saja, portofolio ini hanya cocok untuk investor yang rela memikul risiko yang tinggi demi memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya. Selain itu, kadang kala, jangka waktu investasinya juga harus lama. Portofolio yang agresif ini biasanya memiliki porsi investasi yang besar di instrumen saham.

Yang berikutnya adalah portofolio berdasarkan strategi investasi yang konservatif. Portofolio ini mengutamakan keamanan. Karena itu, portofolio konservatif lebih cocok untuk investor yang cenderung menghindari risiko dan memiliki horizon investasi tak terlalu lama. Portofolio ini biasanya terutama berisi aset kas dan setara kas atau instrumen pendapatan tetap yang berkualitas bagus. Tujuan utama portofolio konservatif adalah mempertahankan nilai uang agar tak tergerus inflasi. Terakhir adalah portofolio moderat. Portofolio ini paling pas untuk investor yang memiliki horizon investasi cukup panjang plus profil risiko yang sedang. Dalam kasus ini, investor biasanya mencari keseimbangan antara risiko dan keuntungan yang dihasilkan portofolio tersebut. Umumnya, portofolio itu berisi 50%-55% saham, 35%-40% obligasi, serta 5%-10% kas dan setara kas. Nah, utuk mencari portofolio yang paling cocok untuk Anda, terlebih dahulu Anda harus mengenali profil risiko dan menentukan tujuan investasi Anda secara saksama.

EKONOMI

Inflasi dan Investasi

Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, kita hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp 2 juta untuk membeli sebuah sepeda motor baru. Tapi, kini harga sepeda motor baru minimal sudah mencapai sekitar Rp 10 juta. Selain motor, harga rumah, mobil, minyak, bensin, bahkan sampai harga nasi bungkus juga makin mahal. Ini fakta bahwa kita telah mengalami inflasi yang sangat tinggi dalam 10 tahun terakhir.

Namun, apakah inflasi, apa yang memicu inflasi, dan apa dampaknya bagi investasi kita? Definisi inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus. Tingkat inflasi dinyatakan dalam persen setiap tahun. Jika inflasi meningkat, nilai uang kita juga akan menyusut. Sebab, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu membeli produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit.

Jenis atau variasi inflasi sendiri ada beberapa. Yang pertama adalah deflasi. Ini adalah lawan dari inflasi. Jadi, dalam deflasi, harga barang dan jasa justru turun. Kedua, adalah hiperinflasi. Ini terjadi jika inflasi menyentuh angka yang sangat tinggi. Hiperinflasi pernah terjadi di Jerman pada tahun 1923 ketika harga-harga melonjak sampai 2.500% dalam sebulan.

Ketiga adalah stagflasi. Ini adalah kombinasi antara inflasi, pertumbuhan ekonomi yang mandek, dan pengangguran yang tinggi. Banyak negara industri mengalami stagflasi pada tahun 1970-an ketika kondisi ekonomi diperparah oleh kebijakan OPEC menaikkan harga minyak. Saat ini, negara-negara maju berusaha menjaga inflasi mereka di angka 2%-3%. Sementara, di negara-negara berkembang biasanya tingkat inflasinya lebih tinggi.

Ada dua hal yang memicu inflasi itu. Yang pertama adalah peningkatan permintaan. Inflasi semacam ini disebut juga demand-pull inflation. Dalam kondisi ini, harga barang dan jasa meningkat karena permintaannya melonjak tinggi. Yang kedua, biaya produksi (cost-push inflation). Pada saat biaya produksi perusahaan naik,

18

Page 20: Investasi Untuk Pemula

biasanya ia juga akan meningkatkan harga produknya. Biaya produksi itu bisa mencakup gaji, pajak, harga bahan baku, dan lain-lain.?

Banyak orang yang mengatakan bahwa inflasi itu seperti hantu. Ia tak kelihatan tapi mengancam semua orang. Tak hanya orang miskin, orang kaya pun akan terkena dampak inflasi. Nilai uang yang mereka miliki akan sama-sama tergerus. Tapi, tentu saja, daya tahan masing-masing orang untuk bisa memikul dampak inflasi berbeda-beda. Orang miskin merasakan dampak paling pahit.

NAMUN, sebenarnya dampak inflasi juga bergantung pada jenis inflasinya, apakah masyarakat sudah mengantisipasi inflasi itu atau belum.

Jika suatu inflasi sudah diantisipasi (anticipated inflation), kita bisa bisa siap-siap untuk mengkompensasi inflasi itu. Misalnya, perbankan bisa mengubah bunganya atau karyawan bisa melakukan negosiasi dengan perusahaan untuk memberikan kenaikan gaji otomatis yang menyesuaikan dengan tingkat inflasi. Masalah menjadi rumit jika inflasi itu datang tiba-tiba atau tak bisa diantisipasi (unanticipated inflation).

Ambil contoh, pihak kreditur pasti akan rugi, sementara debitur atau pengutang untung jika kreditur itu tak bisa mengantisipasi inflasi dengan tepat. Ketidakpastian juga akan membuat perusahaan dan konsumen menunda konsumsinya. Ujung-ujungnya, ekonomi dalam jangka panjang akan terganggu. Selain itu, daya beli orang yang memiliki gaji tetap seperti pensiunan juga pasti akan merosot.

Namun demikian, jangan hanya melihat inflasi dari sudut pandang negatif. Sebab, sebenarnya inflasi juga memberikan sinyal-sinyal positif tentang perekonomian suatu negara. Sejatinya, adanya inflasi merupakan tanda bahwa ekonomi suatu negara sedang tumbuh. Bahkan, dalam kondisi tertentu, inflasi yang terlalu rendah (atau bahkan deflasi) sama buruknya dengan inflasi yang tinggi.

Inflasi yang rendah itu mungkin merupakan pertanda bahwa ekonomi sedang melemah. Misalnya, inflasi yang rendah itu muncul karena tingkat produksi perusahaan rendah atau konsumsi masyarakat melambat. Kesimpulannya, kita tak bisa selalu mengatakan bahwa inflasi merupakan hal yang buruk.?

Memahami seluk-beluk investasi sangat penting bagi para investor. Sebab, inflasi juga mempengaruhi nilai uang yang diinvestasikan oleh investor. Inflasi itu akan menggerus keuntungan investasi para investor. Jadi, investor harus hati-hati memilih produk investasi. Jika asal tubruk, alih-alih berbiak, dana yang ditanamkan oleh investor justru terancam menyusut.

DAMPAK inflasi terhadap portofolio investasi Anda sangat bergantung pada jenis instrumen investasi yang Anda miliki. Jika hanya berinvestasi di saham, Anda mestinya tak perlu terlalu khawatir.

Pasalnya, dalam jangka panjang, pendapatan dan laba emiten saham akan tumbuh mengikuti inflasi. Karenanya, dalam jangka panjang, inflasi juga akan membuat harga saham selalu naik. Jadi, Anda tak perlu khawatir inflasi itu akan menggerus investasi saham Anda. Namun, ada pengecualian, saat terjadi stagflasi. Kombinasi ekonomi yang buruk dan peningkatan biaya produksi membuat kinerja perusahaan itu juga memburuk.

Lain lagi ceritanya investor yang berinvestasi di instrumen pendapatan tetap. Mereka ini justru akan mengalami dampak paling buruk dari inflasi. Ambil contoh, setahun

19

Page 21: Investasi Untuk Pemula

yang lalu, seorang investor menginvestasikan Rp 1 miliar dalam sebuah obligasi yang memberikan imbal hasil 10% per tahun. Artinya, saat ini, nilai investasi investor itu telah berkembang menjadi Rp 1,1 miliar.

Tapi, apakah keuntungan yang Rp 100 juta itu benar-benar riil?Jawabannya tidak. Jika dalam setahun terakhir inflasi positif, nilai uang juga akan menyusut, termasuk keuntungan investor itu. Karenanya, kita juga harus memperhitungkan dampak inflasi. Jika inflasi satu tahun terakhir 6%, artinya keuntungan riil investor itu sebenarnya hanya 4%.

Contoh ini menunjukkan perbedaan antara bunga nominal dan bunga riil. Bunga nominal adalah tingkat pertumbuhan jumlah uang Anda. Adapun bunga riil adalah pertumbuhan riil dari daya beli Anda. Dengan kata lain, rumus bunga riil adalah: bunga nominal dikurangi dengan inflasi. ?

KONSEP KEUANGAN

Apa Sih, Insider Trading itu?  Anda mungkin sering kali mendengar istilah insider trading di pasar saham. Apalagi, beberapa waktu lalu muncul satu kasus yang membuat harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tiba-tiba anjlok. Sebelumnya, harga saham berkode PGAS ini duduk manis di harga Rp 9.650 per saham. Namun, dalam sehari, harga saham PGAS bisa melorot tajam sebesar 23,32% sehingga menjadi Rp 7.400 per saham. Banyak para pelaku pasar modal mengatakan bahwa anjloknya saham PGAS disebabkan oleh adanya praktik insider trading. Nah, apa, sih, yang dimaksud dengan insider trading itu?

Jika kita membuka Undang-Undang Pasar Modal (UU No. 8 Tahun 1995), kita akan menemukan aturan tentang perdagangan orang dalam atau insider trading ini dalam pasal 95 sampai 99 dan pasal 104. Aturan ini melarang orang dalam perusahaan publik yang memilik informasi orang dalam untuk membeli atau menjual saham perusahaan itu atau perusahaan lain yang bertransaksi dengan perusahaan tersebut. Orang dalam itu juga dilarang mempengaruhi pihak lain untuk menjual atau membeli saham tersebut. Ia dilarang pula membocorkan informasi orang dalam itu kepada pihak lain yang bisa menggunakannya untuk jual-beli saham tersebut.

Masih bingung? Ada dua istilah penting dalam rumusan ini, yakni "orang dalam" dan "informasi orang dalam". Nah, yang termasuk kategori orang dalam misalnya adalah: komisaris, direktur, pegawai perusahaan, dan pemegang saham utama perusahaan. Selain itu, orang di luar perusahaan -- bisa profesional atau pegawai perusahan lain yang jadi konsultan, kontraktor, pemasok -- juga merupakan orang dalam.

Adapun informasi orang dalam adalah informasi material tentang perusahaan yang belum diumumkan kepada publik. Sampai di sini, kita bisa menyimpulkan bahwa transaksi orang dalam atau insider trading adalah transaksi saham yang didasari informasi penting tentang perusahaan yang masih rahasia. Transaksi itu bisa dilakukan oleh orang dalam perusahaan maupun pihak luar.

Kembali kasus PGAS, banyak pengamat menduga ada pihak-pihak yang menjual saham PGAS karena memperoleh informasi negatif yang material dari orang dalam

20

Page 22: Investasi Untuk Pemula

PGAS. Informasi ini tak lain adalah penundaan penyelesaian proyek pipanisasi jalur Sumatra Selatan-Jawa Barat (SSWJ). Manajemen PGAS baru mengumumkan penundaan itu setelah sahamnya anjlok.

Nah, transaksi seperti ini jelas bisa merugikan investor publik lainnya. Karenanya, UU Pasar Modal memasang sanksi yang berat bagi pihak-pihak yang melakukan insider trading. Hukumannya bisa berupa penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak sebesar Rp 15 miliar. Sayang, hingga kini, kasus insider trading yang muncul di bursa saham kita lebih sering menguap daripada bisa tuntas. Dan, sampai sekarang, rasanya belum ada pihak-pihak yang dipenjara karena telah melakukan transaksi haram insider trading ini.

 

Efek Kalender  Selain kinerja emiten, rumor, sentimen, dan kondisi ekonomi, kepercayaan investor atas siklus peristiwa di pasar saham juga bisa mempengaruhi pergerakan harga saham. Ada teori yang mengatakan bahwa pada hari atau bulan tertentu dalam setiap tahun, harga saham akan cenderung bergerak lebih fluktuatif. Teori ini disebut efek kalender (calendar effect).

EFEK kalender (calendar effect) ini bisa menjadi peluang atau ancaman buat investor. Sebagian teori-teori itu tidak memiliki bukti yang cukup. Tapi, ada pula data-data statistik yang mampu membuat para investor saham mempercayainya. Ada beberapa teori yang masuk kategori efek kalender ini. Di antaranya efek Senin (Monday effect), efek akhir pekan (weekend effect), efek Oktober (October effect), efek liburan (holiday effect), dan efek Januari (January effect).

Teori efek Senin mengatakan bahwa pergerakan bursa saham pada hari Senin akan mengikuti tren pada hari Jumat pekan sebelumnya. Karenanya, jika indeks saham menguat pada hari Jumat, ia akan melanjutkan penguatannya di hari Senin pekan berikutnya. Beberapa studi telah membuktikan teori ini. Tapi, hingga kini, tidak ada yang bisa menerangkan mengapa efek Senin bisa terjadi.

Tapi, ada efek akhir pekan atau weekend effect yang agak berlawanan dengan teori pertama tadi. Teori ini bilang bahwa keuntungan saham di hari Senin akan lebih rendah dibandingkan keuntungan pada hari Jumat pekan sebelumnya.

Efek akhir pekan ini sering terjadi. Beberapa pengamat lantas berusaha memberikan penjelasan tentang perilaku bursa saham ini. Salah satunya, perusahaan-perusahaan cenderung mengumumkan kabar buruk setelah pasar tutup pada hari Jumat. Tujuannya adalah untuk meredam dampak kabar buruk itu pada harga sahamnya di bursa. Akibatnya, ketika pasar dibuka pada hari senin, penguatan indeks akan tertahan, atau bahkan turun.

Ada beberapa teori yang masuk kategori efek kalender atau calendar effect. Di antaranya adalah efek Senin (Monday effect), efek akhir pekan (weekend effect), efek Oktober (Oktober effect), efek liburan ( holiday effect), dan efek Januari (January effect). Tapi, tak semua teori-teori tersebut benar-benar terjadi atau terbukti. Berikut merupakan penjelasan mengenai efek Oktober atau October effect.

21

Page 23: Investasi Untuk Pemula

Efek Oktober adalah teori yang mengatakan bahwa indeks bursa saham akan cenderung turun pada bulan Oktober. Dasarnya, sebagian investor akan merasa cemas pada bulan Oktober karena di masa lalu peristiwa kehancuran pasar saham selalu terjadi pada bulan ini. Sebut saja peristiwa Black Monday, Black Tuesday, dan Black Thursday yang semuanya terjadi pada bulan Oktober 1929. Peristiwa itu kemudian diikuti oleh depresi ekonomi hebat di seluruh dunia (Great Depression).

Selain itu, pada tanggal 19 Oktober 1987, bursa saham juga mengalami kehancuran (great crash). Waktu itu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Amerika Serikat (AS) longsor 22,6% dalam satu hari.Namun, saat ini, momok efek Oktober itu sudah mulai memudar. Teori itu hanya memberikan efek psikologis kepada sebagian kecil investor saja. Sementara, peristiwa riilnya sendiri sudah sangat jarang terjadi.

Contoh yang paling jelas adalah yang terjadi pada bulan Oktober 2007 ini. Alih-alih melemah, bursa saham di dunia justru sedang bergairah. Indeks DJIA menguat, sementara indeks S&P 500 telah menembus rekor baru. Di Indonesia, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga sudah menembus angka keramat 2.500.

Hal yang serupa juga terjadi pada teori efek Januari atau January effect. Sejatinya, teori ini bilang bahwa harga saham-saham akan cenderung meningkat pada bulan Januari. Ini terjadi karena investor akan cenderung memburu saham-saham yang harganya telah jatuh pada akhir Desember tahun sebelumnya. Kejatuhan harga-harga saham di akhir tahun itu sendiri terjadi karena para investor menjual saham-sahamnya demi membukukan kerugian dan mengurangi kewajiban pajak. Namun, saat ini, peristiwa itu sudah jarang terjadi karena para investor telah melakukan penyesuaian.

 Green Fund

Di zaman sekarang, makin banyak orang yang peduli terhadap lingkungan. Karena itu, para manajer investasi (MI) di seluruh dunia mulai merilis produk reksadana baru bertajuk green fund atau reksadana sosial. Produk ini tak hanya menawarkan keuntungan semata.

Seuai dengan namanya, green fund adalah produk reksadana atau produk investasi lainnya yang hanya akan berinvestasi pada surat-surat berharga terbitan perusahaan-perusahaan yang ramah lingkungan. Secara umum, ada dua strategi utama yang bisa ditempuh oleh reksadana sosial ini.

Yang pertama adalah adalah strategi yang menghindari surat berharga terbitan perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori negatif. Misalnya, perusahaan pembuat senjata, alkohol, perusahaan judi, perusahaan pornografi, dan seterusnya. Yang kedua, ada pula reksadana yang menerapkan strategi memilih surat-surat berharga perusahaan yang ramah lingkungan. Contohnya, perusahaan yang memakai energi alternatif, menerapkan pengelolaan limbah, dan lain-lain.

Di Indonesia, salah satu manajer investasi yang gencar menjajakan produk green fund ini adalah PT Bahana TCW Investment Management. Bahana TCW mengelola empat produk reksadana sosial. Salah satunya adalah reksadana Kehati Lestari. Untuk memenuhi kriteria green fund, Kehati Lestari menginvestasikan 70% dananya di surat berharga perusahaan-perusahaan yang ramah lingkungan. Yayasan Kehati Lestari akan menjadi lembaga yang menentukan kriteria-kriteria perusahaan yang ramah lingkungan tersebut.

22

Page 24: Investasi Untuk Pemula

Selain itu, reksadana ini juga akan menyumbangkan sebagian keuntungan (return) investasi untuk program pelestarian lingkungan. Dalam hal ini, Bahana TCW akan bekerjasama dengan Yayasan Kehati Lestari.Sayang, hingga saat ini, belum ada cukup bukti bahwa reksadana sosial atau green fund ini bisa menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibanding jenis reksadana lain.

 Mengenal Beta  

Siapa pun pasti sepakat bahwa berinvestasi di saham bukan merupakan hal yang mudah. Selain butuh dana besar, instrumen investasi yang satu ini bisa bikin jantung deg-degan. Pasalnya, harga saham memiliki tingkat fluktuasi yang sangat tinggi. Tapi, jangan takut dulu. Investor sebenarnya memiliki satu instrumen yang bisa membantu mengukur tingkat risiko investasinya. Namanya adalah beta.Khalayak awam mungkin asing dengan istilah yang satu ini. Maklum, beta memang merupakan hasil dari hitungan analisis regresi yang cukup rumit. Dus, hitungan yang satu ini lazimnya hanya dikuasai oleh para analis-analis saham.

Meski demikian, seorang investor perlu memahami beta. Sebab, beta bisa membantu investor untuk memilih saham yang sesuai dengan profil risikonya.Secara sederhana, angka beta menunjukkan korelasi antara pergerakan harga satu saham dengan pergerakan pasar secara keseluruhan. Ukuran pergerakan pasar di sini adalah indeks. Jadi, di Indonesia, kita menggunakan acuan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bila beta suatu saham adalah 1, artinya harga saham itu bergerak sama persis dengan pergerakan IHSG. Jika IHSG naik 10%, harga saham itu juga akan naik 10%. Sebaliknya, jika indeks turun 10%, harganya juga turun 10%.

Sementara, bila beta suatu saham di bawah 1, berarti fluktuasi harga saham itu lebih rendah dibanding dengan fluktuasi IHSG. Kondisi sebaliknya berlaku bila beta suatu saham di atas 1. Contoh konkretnya, kalau suatu saham memiliki beta 1,2, berarti tingkat fluktuasinya 20% di atas indeks. Bila IHSG naik 10%, harganya bisa naik 12%. Tapi, risiko saham seperti ini juga tinggi. Sebab harganya juga bisa turun lebih dalam dibandingkan penurunan IHSG.

Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki Beta 1,1 dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 1,29. Sementara, yang beta-nya di bawah 1 misalnya saham PT Bumi Resources Tbk (0,89) dan PT Unilever Indonesia Tbk (0,83). Untuk mengetahui beta saham-saham yang ada di BEJ, Anda bisa menghubungi broker Anda. 

Panic Selling

Sebagian investor ritel pasar modal di seluruh dunia masih cenderung menjadi pengekor atau follower. Mereka akan mengikuti langkah investasi para bandar-bandar besar. Akibatnya, ketika para bandar melepas aset-asetnya, investor menjadi panik. Gulungan kepanikan ini bisa memicu penjualan massal atau panic selling.

Panic selling adalah penjualan surat berharga -misalnya saham- secara besar-besaran yang terjadi di pasar modal. Akibatnya, harga surat berharga akan longsor sangat dalam.

23

Page 25: Investasi Untuk Pemula

Dalam peristiwa panik jual yang terjadi tiba-tiba, para investor biasanya berlomba-lomba keluar dari pasar paling cepat. Akibatnya, mereka tidak memperhatikan harga jual surat-surat berharga yang mereka miliki. Masalah utamanya, dalam panic selling, investor lebih banyak membuat keputusan investasi berdasarkan emosi dan rasa takut. Jadi, mereka tidak menghitung lagi faktor-faktor fundamental yang lebih mendasar.

Pemicu panic selling bisa bermacam-macam. Yang paling sering, panic selling terjadi karena sebuah berita buruk muncul secara tiba-tiba di pasar. Misalnya, berita tentang perlambatan ekonomi, kredit macet yang sangat besar, kinerja perusahaan besar yang buruk, dan seterusnya. Contoh yang paling gres adalah berita tentang maraknya kredit macet perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage) di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini. Berita ini membuat pelaku pasar sangat sensitif. Ketika investor besar menjual surat berharganya, investor kecil yang lebih cenderung ikut-ikutan (follower) langsung panik dan ikut melepas investasinya.

Dalam kasus yang paling parah, panic selling itu bisa membuat pasar modal hancur (crash). Salah satu contoh paling tragis adalah peristiwa Black Monday yang terjadi pada 19 Oktober 1987. Pada waktu itu, akibat panic selling, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di bursa New York atau New York Stock Exchange (NYSE) rontok 22% dalam sehari. Peristiwa ini memicu indeks-indeks bursa saham di seluruh dunia ikut terseret longsor. Pada akhir bulan, indeks-indeks bursa besar dunia telah turun 20%. Untuk mengantisipasi peristiwa ini, bursa-bursa dunia telah menerapkan aturan-aturan untuk membatasi dampak panic selling. Misalnya, mereka menetapkan batasan maksimal perubahan harga saham. Ini mirip sekering yang bisa mencegah kebakaran saat ada korsleting listrik

 Teori Kecoak (Cokcroach Theory)  Dalam kondisi pasar modal yang tidak stabil seperti saat ini, para investor harus ekstra hati-hati. Anda harus mencermati setiap berita-berita baru yang bisa mempengaruhi pergerakan pasar modal. Jika tiba-tiba muncul berita buruk tentang satu perusahaan atau satu sektor, investor mesti waspada. Sebab, seringkali, berita buruk itu akan dikuti oleh berita-berita buruk dari perusahaan atau sektor-sektor lain.

DALAM ranah pasar modal, ada teori terkenal yang disebut teori kecoak (cokcroach theory). Menurut teori ini, ketika satu perusahaan mengumumkan kabar buruk ke publik, biasanya akan ada kabar-kabar buruk lainnya mengikutinya. Kabar-kabar negatif itu bisa berasal dari perusahaan-perusahaan publik di sektor yang sama atau sektor yang berlainan.

Mengapa kecoak? Pertama, kecoak adalah serangga yang menyebalkan, sama dengan berita-berita buruk itu. Kedua, umumnya, kecoak tidak pernah sendirian. Ia pergi secara berkelompok. Jika kita melihat ada satu kecoak, biasanya tak lama kemudian kita juga akan melihat kecoak-kecoak lain yang sebelumnya masih bersembunyi. Ada banyak contoh kejadian di pasar modal yang membuktikan teori kecoak ini. Yang terbaru adalah krisis kredit perumahan berisiko tinggi (KPR subprime) yang melanda Amerika Serikat baru-baru ini.

Pada bulan Februari 2007 lalu, untuk pertama kalinya, muncul kabar bahwa penyalur KPR subprime New Century Financial Corporation kesulitan likuiditas. Sebab, kian banyak peminjam KPR subprime yang gagal bayar (default), dan kerugian New Century pun langsung meningkat.

24

Page 26: Investasi Untuk Pemula

Tak lama kemudian, penyalur-penyalur KPR subprime lain seperti Bear Stearns dan Countrywide juga mengumumkan masalah serupa. Ujungnya, pasar KPR subprime AS benar-benar meleleh dan mengguncang pasar keuangan dunia

Teori Random Walk di Pasar Saham

Investor memiliki banyak pilihan strategi di pasar saham. Salah satunya, investor bisa membeli saham dan mengempitnya dalam jangka panjang. Adalah teori random walk yang mengajarkan strategi ini. Menurut teori ini, investor akan lebih untung jika ia berinvestasi di saham tertentu untuk jangka panjang. Dengan begitu, investor terhindar dari risiko fluktuasi harga jangka pendek yang tak terduga.

TEORI random walk atau disebut juga random walk hypothesis muncul tahun 1973. Saat itu, Burton G.Malkiel, dosen ekonomi Universitas Princeton, menulis buku bertajuk A Random Walk Down Wall Street. Random walk adalah teori pasar saham yang mengatakan bahwa harga saham di masa lampau serta arah harga saham atau pasar secara keseluruhan tidak bisa dipakai sebagai alat untuk meramal pergerakan harga saham di masa mendatang. Sebab, harga saham bergerak secara acak (random) dan tak bisa diprediksi. Peluangnya untuk naik sama dengan peluangnya untuk turun. Tapi, jangka panjang, harga saham akan cenderung meningkat.

Pengikut teori ini percaya bahwa investor tak mungkin menebak arah harga dengan tepat. Karenanya, analisis fundamental maupun teknikal sebenarnya tak ada gunanya. Karenanya, Malkiel bilang bahwa membeli saham dan menyimpannya dalam jangka panjang adalah strategi paling tepat untuk investor individu. Jangan mencoba mengalahkan pasar. Ia kemudian menunjukkan bahwa sebagian besar reksadana di Amerika gagal mengalahkan acuan indeks S&P.

Kini, masih banyak investor yang mengikuti strategi Malkiel. Tapi, investor lain bilang bahwa kondisi pasar saham saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan saat Malkiel menulis buku sekitar 30 tahun lalu. Saat ini, investor memiliki banyak akses terhadap berita pasar dan harga saham. Karenanya, investor memiliki semakin banyak alat untuk melakukan prediksi. Terserah, Anda percaya dengan pendapat yang mana. Tapi, jika Anda pengikut Malkiel, barangkali, saat ini adalah saat tepat untuk beli saham. Mumpung harganya murah. 

Window Dressing  Memasuki akhir tahun dan menjelang tahun baru, mal-mal biasanya sibuk menghias kaca-kaca jendela mereka (window dressing) dengan aneka ragam hiasan. Tujuannya, tentu saja, adalah untuk memikat pembeli sebanyak-banyaknya. Fenomena window dressing seperti ini juga sering terjadi di dunia keuangan. Manajer investasi melakukan window dressing menjelang pelaporan kinerja mereka.

SEPERTI kita tahu, umumnya, para manajer investasi (fund manager) yang memiliki produk reksadana secara rutin akan menyampaikan laporan hasil pengelolaan reksadananya kepada para investor. Dalam laporan yang dirilis tiap akhir triwulan atau akhir tahun ini, manajer investasi akan merinci surat-surat berharga yang ada di dalam portofolio investasi reksadana tersebut.

25

Page 27: Investasi Untuk Pemula

Nah, saat pelaporan ini, sebagian manajer investasi tak jarang melakukan praktik window dressing. Mirip dengan fenomena mal-mal yang berhias menjelang tahu baru tadi, para manajer investasi juga "mendandani" laporannya agar terlihat memikat. Caranya, mereka akan menjual surat-surat berharga yang harganya hancur dan kemudian membeli surat berharga yang harganya sedang melejit dan menjadi pembicaraan di pasar.

Dengan strategi seperti ini, manajer investasi bisa menyembunyikan kegagalan-kegagalan investasinya. Maklum, di dalam laporan kepada investor, yang tampil adalah portofolio yang berisi surat-surat berharga ngetop tadi. Dus, laporan manajer investasi kepada para investor akan terlihat cantik. Ujungnya, selain memuaskan investor lama, laporan seperti itu juga bisa memikat investor baru.

Karena aksi window dressing itu dilakukan oleh banyak manajer investasi, biasanya harga surat-surat berharga tertentu -seperti saham- akan cenderung meningkat menjelang akhir periode triwulan atau akhir tahun. Jika jeli, ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk memetik keuntungan.

Aksi window dressing yang dilakukan oleh para manajer investasi bisa menguntungkan dan sekaligus merugikan investor pasar modal. Investor yang berinvestasi langsung bisa memanfaatkan momen menjelang akhir periode pelaporan itu untuk menjaring keuntungan jangka pendek. Tapi, investor reksadana justru bisa tertipu.

INVESTOR yang berinvestasi langsung di surat berharga seperti saham atau obligasi memang bisa memanfaatkan dampak window dressing untuk memetik keuntungan. Pasalnya, aksi perburuan yang dilakukan oleh para manajer investasi menjelang pelaporan portofolio akan membuat harga beberapa saham atau obligasi melejit. Nah, investor yang jeli bisa mendompleng membeli saham-saham atau obligasi-obligasi itu dan menjualnya kembali sebelum harganya turun.

Namun, dampak bagi investor reksadana sendiri justru tak terlalu baik. Window dressing atau aksi permak laporan portofolio reksadana yang dilakukan para manajer investasi membuat para investor memperoleh informasi yang keliru tentang reksadana yang dimilikinya. Laporan portofolio reksadana yang mereka terima memang terlihat cantik. Reksadana itu berinvestasi di instrumen-instrumen investasi yang ngetop. Kalau saham, ya, pasti saham-saham unggulan; bukan saham gorengan.

Padahal, barang-barang premium itu mungkin hanya akan mejeng sementara saja di laporan itu. Sebab, sangat mungkin, manajer investasi akan menjual kembali aset-aset itu setelah masa pelaporan portofolio selesai. Karenanya, ketika menerima laporan reksadana, investor mesti lebih "cerewet". Misalnya, ia bisa menanyakan jangka waktu kepemilikan aset-aset yang ada di laporan itu.

Oh, ya, para emiten saham juga bisa melakukan window dressing. Misalnya, ia menggenjot penjualan sebelum laporan. Tapi, sebagian besar penjualan itu ternyata masih berupa piutang.

26

Page 28: Investasi Untuk Pemula

II. JENIS-JENIS INVESTASI

EMAS

Tak salah jika orang menyebut emas sebagai logam mulia. Selain rupanya nan elok, lonjakan harga logam yang satu ini juga bisa mendatangkan keuntungan berlipat-lipat bagi pemiliknya. Karena itulah, sejak zaman dahulu kala, banyak orang menggunakan emas sebagai salah satu alat untuk membiakkan duit mereka. Cuma, agar keuntungannya menjadi lebih maksimal, investor juga perlu mempelajari seluk-beluk investasi emas. Sebab, selain pilihan bentuk investasinya banyak, investasi emas juga butuh strategi khusus.

Di Indonesia, emas telah menjadi salah satu instrumen investasi favorit sepanjang masa. Maklum, secara umum, strategi berinvestasi emas juga sangat gampang. Investor tinggal membeli emas saat harganya murah dan menjualnya kembali saat harganya tinggi.

Nah, ada beberapa pilihan bentuk investasi emas yang bisa dimanfaatkan investor di Indonesia. Cara yang paling lazim adalah dengan membeli dan menyimpan perhiasan emas. Perhiasan ini bisa berupa kalung, cincin, giwang, anting-anting, dan seterusnya.

Kebetulan, perhiasan emas dengan mudah bisa dibeli di toko-toko perhiasan, mulai yang ada di pasar tradisional hingga ke toko perhiasan kelas modern. Bahkan, setiap kota besar di Indonesia biasanya memiliki pusat jual-beli emas sendiri-sendiri.

Investasi di dalam perhiasan emas juga memiliki kelebihan tersendiri. Sebab selain bisa menjadi alat investasi, perhiasan itu juga sekaligus bisa dipakai sebagai aksesori sehari-hari. Jadi, wajah makin cantik, dompet juga makin ciamik.

Tapi, menurut para pakar investasi, perhiasan emas sebenarnya tak terlalu cocok untuk investasi. Soalnya, ketika membeli perhiasan tersebut investor akan dikenai ongkos pembuatan. Maklum, untuk membuat perhiasan emas menjadi sedemikian elok perlu keahlian khusus.

Sementara, ketika menjualnya kembali ongkos itu tidak dihitung. Padahal, ongkos pembuatan itu bisa mencapai sekitar 20% dari harga suatu perhiasan. Jadi, misalnya Anda membeli gelang emas dan menjualnya lagi di hari yang sama, harga perhiasan itu paling tinggal sekitar 80%-nya. Ini membuat harga jual kembali perhiasan emas menjadi yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk-bentuk investasi emas lainnya.

Dus, kalau mau untung, kenaikan harga perhiasan emas tersebut harus lebih tinggi dari ongkos pembuatannya. Kalau harga perhiasan emas belum bagus, tapi sedang butuh duit bagaimana? Jangan memaksakan untuk menjualnya. Anda bisa menempuh jalan darurat untuk memperoleh dana sambil menunggu harga emas kembali membaik. Misalnya, dengan menggadaikan perhiasan itu.

Nah, agar tak melewatkan momen saat harga perhiasan emas melonjak tinggi, Anda harus rajin-rajin menanyakan perkembangan harga emas ke toko emas langganan Anda. Ada satu risiko tambahan untuk investor yang memilih berinvestasi di perhiasan emas, yaitu risiko hilang. Ya, investor harus benar-benar cermat dalam menyimpan perhiasan emasnya. Selain bisa terselip, perhiasan emas juga rawan pencurian. Jika perhiasan itu sampai hilang, hilanglah seluruh investasi Anda. ?

27

Page 29: Investasi Untuk Pemula

Selain perhiasan, investor juga bisa berinvestasi emas melalui produk koin-koin emas. Ada koin emas bikinan luar negeri, ada pula koin emas lokal. Di Indonesia, salah satu institusi yang memproduksi koin-koin emas itu adalah divisi peleburan logam mulia Aneka Tambang (Antam). Namun, investor juga mesti hati-hati. Sebab, di beberapa kasus koin emas ini sering menjadi media money game.

Selain perhiasan, pilihan investasi emas lainnya adalah dalam bentuk koin emas. Ini adalah koin-koin emas yang dibuat untuk mengenang peristiwa atau tokoh penting tertentu. Untuk membelinya, Anda bisa mengunjungi toko-toko emas yang agak besar. Ada koin bikinan Amerika, Inggris, dan Indonesia. Berat koinnya bermacam-macam, mulai dari 1 gram sampai sekitar 33,4 gram atau lebih.

Khusus di Indonesia, koin emas itu biasanya dibuat oleh divisi peleburan logam mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Asal tahu saja, Antam yang merupakan perusahaan pemerintah ini merupakan salah satu produsen emas terbesar di Indonesia.

Antam memiliki produk koin standar atau koin polos. Ukurannya sekitar 1 gram sampai 10 gram. Selain itu, divisi logam mulia Antam juga telah mengeluarkan berbagai seri koin eksklusif. Salah satu yang paling populer adalah koin simbol tahun berdasarkan kalender China, seperti tahun kuda, tahun naga, dan lain-lain. Selain itu Antam juga mengeluarkan seri badak, rumah Toraja, orang utan, dan seri kaligrafi. Cuma, ketika kita membeli koin-koin ini biasanya Antam akan memungut biaya pembuatan tambahan yang terpisah dari harganya.

Beberapa waktu lalu, Pegadaian juga pernah mengeluarkan koin ONH dengan ukuran 5 gram dan 10 gram. Tapi, koin ini tak terlalu diminati karena ketika membelinya, investor, harus membayar PPN sebesar 10%. Pegadaian pun menghentikan pembuatannya.

Nah, jika berminat, Anda tinggal membeli koin-koin emas itu. Patokan harga emas yang dipakai biasanya adalah harga di London Metal Exchange (LME). Tapi, di Indonesia, Anda juga bisa mengecek harga emas keluaran Antam melalui situs internet www.logammulia.com.?

Investasi dalam emas batangan mungkin memang membutuhkan modal awal yang lebih besar jika dibandingkan investasi di perhiasan atau koin. Namun, emas batangan merupakan bentuk investasi emas yang paling ideal. Selain investor tak terkena biaya pembuatan, emas batangan juga tak mengenal penyusutan. Hanya, hati-hati dengan risiko perubahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).Investasi emas yang paling tepat adalah dalam bentuk emas batangan atau emas lantakan. Sebab, kandungan nilainya tertinggi dan tak mengenal penyusutan nilai.

Selain itu, jika membeli emas batangan, investor juga tidak terkena biaya pembuatan. Karena itu, investor juga tak perlu khawatir keuntungannya bakal terpangkas oleh biaya pembuatan tersebut.

Di Indonesia, lagi-lagi, yang memproduksi emas batangan adalah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melalui divisi peleburan logam mulianya. Emas lantakan bikinan Antam ini terjamin keasliannya karena ia memiliki sertifikat dari London Bullion Market Association (LBMA) yang berbasis di London. Karena itu, saat membeli emas ini, jangan lupa untuk meminta sertifikat keasliannya.

Di mana membelinya? Anda bisa datang langsung ke kantor divisi logam mulai Aneka Tambang atau toko-toko emas yang besar. Cuma, untuk berinvestasi di emas batangan ini, investor mesti menyediakan dana yang lebih besar jika dibandingkan

28

Page 30: Investasi Untuk Pemula

investasi di koin maupun perhiasan. Sebab, ukuran berat emas batangan jauh lebih besar jika dibandingkan alat investasi emas lainnya.

Saat ini, emas lantakan yang tersedia memiliki berat 25 gram (gr), 50 gr, 100 gr, dan 1 kg. Dengan harga emas batangan Antam kemarin ( 19/7) yang Rp 194.250 per gram, artinya investor minimal harus menyediakan dana sebesar Rp 4,9 juta. Semakin berat ukuran emas batangannya, semakin besar pula modal yang harus disediakan. Strategi investasinya sama saja: beli saat murah, jual ketika mahal. Patokan harga emas yang umum dipakai adalah harga emas di London Metal Exchange (LME).

Tapi, hati-hati; harga yang ada di LME dinyatakan dalam dolar. Sementara, Anda berinvestasi di Indonesia dengan harga dalam rupiah. Karena itu, dalam rupiah, harga emas juga sangat bergantung pada pergerakan kurs rupiah dolar. Dalam dolar boleh saja harga emas meningkat; tapi jika di saat yang sama kurs rupiah juga menguat tinggi terhadap dolar, peningkatan itu mungkin tak akan terlalu besar dalam mata uang rupiah. ?

Seluk-Beluk Option  Saat ini, sebagian investor pasar modal cenderung berinvestasi di reksadana, saham, dan obligasi. Namun, selain instrumen ini sebenarnya ada instrumen investasi lain yang disebut option atau opsi. Produk ini membuat investor bisa menyesuaikan investasi dengan perubahan pasar. Tapi, karena produk ini rumit dan memiliki risiko tinggi, investor cenderung melupakannya.

Secara sederhana, option atau opsi adalah suatu kontrak yang memberikan hak, tapi bukan kewajiban, kepada pembeli untuk membeli atau menjual suatu aset. Harga beli atau penjualan aset ini sudah ditentukan. Harganya juga sudah disepakati di awal. Produk opsi, seperti halnya saham atau obligasi, merupakan surat berharga. Tapi, ia biasanya juga berwujud kontrak yang mengikat.

Masih bingung? Bentuk kontrak opsi ini sebenarnya bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ambil contoh, Anda menemukan rumah dan ingin membelinya. Sayangnya, Anda belum akan memiliki dana untuk membelinya sampai tiga bulan lagi. Karena itu, Anda berbicara dengan pemiliknya dan bernegosiasi.

Anda meminta agar Anda diberi pilihan atau opsi membeli rumah itu dalam tiga bulan mendatang dengan harga Rp 200 juta. Si pemilik setuju dengan opsi ini, tapi Anda harus membayar harga opsi itu sebesar Rp 3 juta.

Selanjutnya, ada dua skenario yang terjadi. Ternyata, rumah tersebut adalah tempat lahirnya seorang artis legendaris. Sebagai akibatnya, nilai pasar rumah itu melejit hingga Rp 1 miliar. Karena pemiliknya telah menjual opsi kepada Anda, ia wajib menjual rumah itu kepada Anda dengan harga Rp 200 juta. Pada akhirnya, Anda bisa untung Rp 797 juta.

Skenario yang kedua, Anda ternyata kemudian menemukan bahwa kualitas bangunan rumah itu sangat buruk. Selain itu, kamar utama rumah itu juga menjadi tempat bersemayam hantu "Suster Ngesot". Rumah itu juga jadi sarang tikus. Alhasil, kini, Anda menilai bahwa rumah ini tak layak dibeli. Tapi, karena Anda membeli opsi, Anda tidak wajib membeli rumah itu. Dengan kata lain, Anda tak perlu

29

Page 31: Investasi Untuk Pemula

melanjutkan transaksinya. Tapi, sebagai konsekuensinya, Anda tetap akan merugi Rp 3 juta yang merupakan harga opsi itu.

Contoh ini kembali menegaskan bahwa ketika membeli opsi, Anda memilik hak tapi tak wajib melakukan sesuatu. Setiap saat, Anda juga bisa membiarkan waktu tenggatnya lewat agar opsi itu tak berlaku lagi. Tapi, Anda akan merugi sebesar harga opsi itu.?

Ada dua pihak utama dalam transaksi option atau opsi, yakni pihak penerbit dan pihak pembeli opsi. Ketika Anda membeli opsi, Anda memiliki hak -- tapi bukan kewajiban -- untuk melakukan sesuatu. Adapun pihak penerbit atau penjual opsi harus melakukan kewajiban yang tercantum dalam kontrak opsi tersebut.

Dalam ranah investasi, produk option atau opsi masuk dalam kategori produk turunan atau produk derivatif. Sebab, opsi sebenarnya hanya sebuah kontrak yang berisi perjanjian transaksi sebuah aset. Opsi ini memiliki harga karena ada aset lain (underliying asset) yang lebih utama. Umumnya, aset dasar opsi ini berupa saham dan indeks.

Jenis opsi sendiri ada dua, yaitu call option dan put option. Call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli suatu aset di harga tertentu, pada periode yang telah ditetapkan. Pembeli call option ini umumnya berharap agar harga aset tersebut meningkat sebelum tanggal kedaluwarsa opsi itu.

Adapun put option memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual suatu aset pada harga tertentu dan dalam periode tertentu. Pembeli put option biasanya mengharapkan harga aset itu akan turun sebelum tanggal berlakunya opsi itu habis.

Karena itulah, pihak yang berpartisipasi dalam pasar option itu juga ada empat, bergantung pada posisi mereka masing-masing. Mereka adalah pembeli call, penjual call, pembeli put, dan penjual put.

Orang yang membeli opsi disebut holder; dan mereka yang menjual opsi lazim disebut writer. Sementara, pembeli sering disebut memiliki posisi long dan penjual opsi disebut memiliki posisi short.

Ada perbedaan utama antara pihak penjual dan pembeli opsi. Pembeli opsi call dan put tidak memiliki kewajiban untuk membeli atau menjual suatu aset. Mereka memiliki pilihan untuk mengambil (exercise) haknya atau tidak mengambilnya. Adapun penjual opsi call dan put wajib membeli atau menjual suatu aset jika pembeli masing-masing opsi itu mengambil haknya.

Tapi, untuk sementara, sebaiknya kita melihat investasi opsi ini dari sudut pandang pembelinya. Sebab, cara dan strategi untuk menjual opsi lebih rumit dibanding dengan membelinya. Selain itu, risikonya juga lebih tinggi. Untuk saat ini, cukup jika Anda telah memahami pihak ada dua pihak yang terlibat dalam transaksi option, yaitu pihak penjual (writer) dan pihak pembeli (holder).?

Buat investor awam, pasar option atau opsi memang agak asing. Maklum, pasar transaksi opsi yang merupakan pasar produk investasi derivatif memang memiliki segudang istilah-istilah khusus. Dengan kata lain, para pemain di pasar opsi ini memiliki "bahasa" sendiri. Karenanya, sebelum menjajal produk investasi opsi, investor harus benar-benar memahami istilah-istilah tersebut.

30

Page 32: Investasi Untuk Pemula

KITA sudah mempelajari bahwa ada dua jenis option atau opsi, yakni opsi untuk membeli atau call option dan opsi untuk menjual atau put option. Selain itu ada juga istilah writer untuk menyebut pihak yang menjual opsi dan holder untuk investor yang membeli opsi.

Tapi, itu belum semua. Masih ada setumpuk istilah lainnya. Salah satunya adalah strike price atau kita sebut saja harga pelaksanaan. Ini adalah harga pembelian atau penjual aset dasar (underlying asset) opsi tersebut yang telah disepakati oleh pembeli dan penjual opsi.

Mari kita kembali ke contoh opsi pembelian rumah. Taruh kata A telah membeli call option dari B seharga Rp 3 juta. Kontrak opsi itu mengatakan A berhak membeli rumah B dengan harga Rp 200 juta dalam jangka waktu dua bulan. Nah, yang disebut strike price adalah harga Rp 200 juta itu.

Agar pembeli call option untung, harga aset dasar itu -- dalam contoh: rumah -- harus bisa meningkat di atas strike price sebelum masa jatuh periode temponya (expiration date). Dalam kasus put option, harga aset dasar itu harus bisa turun di bawah harga strike price-nya sebelum masa jatuh tempo.

Berkaitan dengan ini, ada istilah in-the-money atau artinya kurang lebih: "telah menguntungkan". Opsi beli (call option) disebut in-the-money jika harga aset dasarnya telah melampaui strike price-nya. Ada pun in-the-money di opsi jual (put option) terjadi ketika harga aset dasarnya turun di bahwa strike price.

Terakhir, harga opsi sendiri sering disebut sebagai premium. Penentunya banyak mulai dari harga aset dasar saat ini, strike price, sisa masa jatuh tempo, fluktuasi harga, dan lain-lain.?

Transaksi option atau opsi bisa memberikan banyak keuntungan untuk investor. Pertama, investor bisa menggunakannya sebagi ajang spekulasi. Apalagi, dengan bermain opsi, investor bisa memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga opsi yang ia bayarkan. Selain itu, investor juga bisa memakai opsi itu sebagai alat untuk lindung nilai atau hedging investasi lainnya.

TUJUAN yang pertama berinvestasi di dalam option atau opsi adalah untuk spekulasi. Spekulasi di sini berarti, Anda bertaruh atas pergerakan suatu surat berharga atau aset yang menjadi aset dasar opsi.

Keuntungannya, dengan bermain option, Anda bisa memperoleh laba tidak hanya saat harga aset itu meningkat, tapi juga saat harganya turun. Jadi, peluang memperoleh keuntungannya lebih besar.

Namun, spekulasi selalu mengandung dua konsekuensi: keuntungan yang tinggi atau kerugian besar. Karena itulah, option disebut memiliki risiko yang tinggi. Ketika Anda membeli suatu opsi, tebakan atau ramalan Anda atas pergerakan harga underlying asset-nya harus tepat. Tak hanya itu, jangka waktu yang Anda pilih juga harus tepat dengan ramalan Anda itu. Dalam kasus kontrak opsi saham, Anda harus tepat meramalkan apakah harga saham itu akan naik atau turun. Anda juga harus menghitung potensi kenaikan atau penurunan harganya dan memperkirakan kapan perubahan harga itu akan terjadi.

Tapi, orang masih menyukai option karena ia memberi peluang keuntungan yang jauh lebih besar (leverage) di bandingkan harga kontraknya.

31

Page 33: Investasi Untuk Pemula

Selain itu, investor juga bertransaksi option untuk melakukan lindung nilai alias hedging. Ini seperti sebuah asuransi untuk posisi investasi Anda yang lain. Misalnya, Anda mungkin ingin memetik keuntungan dengan membeli saham-saham tambang. Tapi, di saat yang sama, Anda ingin mengurangi potensi kerugian jika tiba-tiba harga komoditi tambang merosot. Untuk itu, Anda bisa membeli saham-saham tambang, tapi di saat yang sama membeli kontrak opsi jual (put) untuk saham-saham yang sama. ?

Investor di indonesia juga sudah bisa menjajal instrumen option atau opsi. Sebab, Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah meluncurkan produk Kontrak Opsi Saham (KOS). Opsi dalam KOS menggunakan saham-saham di BEj sebagai aset dasarnya. Tapi, hanya saham-saham yang memenuhi syarat yang boleh jadi aset dasar.

KONTRAK opsi saham (KOS) merupakan produk yang relatif baru di BEJ. Hingga kini, jumlah investor yang bermain KOS juga belum banyak.

Sambil menunggu transaksi KOS di BEJ ramai, kita bisa mempelajari terlebih dulu seluk-beluknya. Sesuai dengan namanya, option dalam KOS menggunakan saham-saham yang tercatat di BEJ sebagai aset dasar (underliying asset).

Namun, tak sembarangan saham bisa menjadi underlying asset KOS. BEJ mematok persyaratan cukup ketat. Pertama, saham itu minimal sudah tercatat di BEJ selama 12 bulan. Selain itu, selama transaksi dalam 12 bulan terakhir, saham itu juga harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya, frekuensi transaksinya per bulan minimal harus 2.000 kali, pergerakan harganya dalam sehari minimal 0,5%, harga sahamnya minimal Rp 500 per saham, dan nilai kapitalisasi pasarnya minimal Rp 500 miliar.

Berdasarkan aturan itu, beberapa saham yang bisa menjadi aset dasar KOS antara lain saham PT Telkom Tbk (TLKM), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Astra International Tbk (ASII), dan saham PT Bank BCA (BBCA).

Transaksi KOS ini melibatkan dua pihak, yakni penerbit opsi (writer) dan pembeli opsi (taker/holder). Ada dua jenis opsi di KOS, yakni opsi beli (call option) dan opsi jual (put option). Dalam call option, taker mempunyai hak, tapi bukan kewajiban, untuk membeli saham tertentu pada harga yang sudah ditentukan di awal. Adapun writer wajib menjual saham itu. Dalam put option, taker berhak, tapi tidak wajib, menjual saham tertentu pada harga yang sudah disepakati dan writer memiliki kewajiban membelinya.?

Kontrak Opsi Saham (KOS) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) memberikan peluang bagi investor untuk bermain saham dengan modal yang lebih kecil dari nilai saham yang sebenarnya. Pasalnya, sebagai modal awal, investor hanya perlu membayar harga KOS yang jauh lebih kecil dari harga sahamnya di pasar. Sementara, jika strateginya tepat, investor bisa memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar.SELAIN ketentuan soal saham-saham yang bisa menjadi aset dasar (underlying asset), Kontrak Opsi Saham (KOS) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga menetapkan beberapa aturan lain. Salah satunya soal jangka waktu KOS.

BEJ memberikan tiga pilihan jangka waktu KOS. Yaitu, satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan. Oh, ya, berdasarkan jangka waktunya, sejatinya ada dua jenis opsi, yaitu opsi tipe Amerika (American option) dan opsi tipe Eropa (European option). Dalam opsi tipe Amerika, pembeli opsi (taker) bisa mengeksekusi haknya setiap saat, di antara tanggal pembelian dan tanggal jatuh tempo. Adapun European option hanya

32

Page 34: Investasi Untuk Pemula

mengizinkan pembeli opsi (taker) untuk mengeksekusi haknya pada tanggal jatuh tempo.

Di Indonesia, KOS keluaran BEJ mengikuti opsi tipe Amerika, tipe yang memang paling banyak dipakai di dunia. Artinya, para pembeli (taker) KOS bisa melaksanakan haknya (membeli atau menjual saham) setiap sampai masa jatuh temponya.

Kalau dalam transaksi jual beli saham investor bisa berpatokan pada harga pasar, bagaimana dengan harga KOS? Harga KOS atau yang disebut juga sebagai premium dihitung dengan rumus black scholes yang terdiri dari enam variabel. Salah satu variabelnya adalah harga rata-rata tertimbang saham acuan (saham induk) untuk setiap perdagangan selama 30 menit. Harga ini akan diumumkan BEJ setiap 15 menit.

Dengan metode penghitungan black scholes ini, harga KOS akan jauh lebih kecil dari harga saham yang menjadi aset dasarnya di pasar. Jadi, mestinya investor bisa bermain saham dengan modal yang lebih kecil dibanding dengan bermain saham biasa.?

Kontrak opsi saham (KOS) memberikan peluang bagi investor untuk memperoleh keuntungan berlipat-lipat di bursa saham. Apalagi modal untuk investasi di KOS ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jika investor berinvestasi langsung di saham yang menjadi aset dasarnya.

HARGA opsi saham yang disebut premium memang lebih rendah dibandingkan dengan harga saham yang menjadi aset dasarnya (underlying asset).Tapi, BEJ menetapkan satuan kontrak untuk kontrak opsi saham (KOS) yang lumayan besar, yaitu 10.000 saham per satuan kontrak. Jadi, bila premi per saham Rp 100, modal yang harus dikeluarkan untuk membeli satu kontrak KOS itu adalah Rp 1 juta.

Investor bisa memanfaatkan KOS untuk lindung nilai (hedging). Misalnya, investor bisa membeli kontrak put option ketika dia khawatir harga saham akan anjlok. Nah, bila harga saham yang dimilikinya benar-benar anjlok, dia akan terlindung dari kerugian yang sangat besar. Sebab, dia bisa menjual saham itu pada harga yang sudah disepakati di KOS, yang lebih tinggi dari harga pasar.

Investor juga bisa memakai KOS untuk spekulasi. Saat yakin harga saham terte ntu akan naik, ia bisa membeli call option-nya. Bila harga saham itu benar-benar naik, sebelum jatuh tempo, investor bisa menjual menjual KOS call option-nya kepada pihak lain, dan mengantungi keuntungan dari kenaikan harga KOS itu. Maklum, bila harga saham acuan naik, permintaan KOS call option saham itu juga akan banyak dan harganya naik.

Pilihan lain, investor bisa melaksanakan atau meng-exercise haknya untuk membeli harga saham tersebut dengan harga yang sudah disepakati dan menjualnya di pasar dengan harga yang lebih tinggi.?

Kunci untuk dalam sukses bermain KOS adalah kemampuan investor menebak pergerakan harga suatu saham. Sebab, jika salah meramalkan pergerakan harga saham, alih-alih untung, investor malah bisa buntung. Karena itu, sebelum benar-benar terjun bermain KOS ada baiknya investor berlatih dahulu atau melakukan simulasi transaksi KOS kecil-kecilan. SEBAGAI contoh, mari kita buat simulasi sederhana.

33

Page 35: Investasi Untuk Pemula

A. Call Option

Yakin harga saham Telkom (TLKM) akan naik, tanggal 6 Agutus 2007, Paul membeli call option yang dijual oleh writer Aman dengan premium Rp 100 dan harga pelaksanaan Rp 10.800 per saham. Harga saham TLKM pada hari itu Rp 10.600 per saham. Tanggal 10 Agustus 2007, harga saham TLKM naik menjadi Rp 12.000, dan harga kontrak call option TLKM naik menjadi Rp 200.Tanggal 10 Agustus, Paul punya tiga pilihan. Pertama, menahan posisinya dengan harapan saham TLKM terus naik. Kedua, menjual kontraknya dengan harga Rp 200. Keuntungan = (Rp 200 - 100) x 10.000 = Rp 1 juta. Ketiga, mengeksekusi kontraknya dengan keuntungan = {Rp 12.000 - (Rp 10.800 + Rp 100)} x 10.000 = Rp 11 juta.

B. Put Option

Karena khawatir harga saham Telkom akan turun, tanggal 6 Agutus 2007, Jono membeli put option yang dijual oleh writer Amin dengan premium Rp 100 dan harga pelaksanaan Rp 10.400 per saham. Harga TLKM pada hari itu Rp 10.600 per saham.Tanggal 10 Agustus, harga TLKM turun jadi Rp 9.000 per saham, dan harga kontrak naik menjadi Rp 200. Pada hari ini, Jono memiliki tiga pilihan.Pertama, menahan posisinya dengan harapan saham TLKM terus turun. Kedua, menjual kontraknya dengan harga Rp 200. Keuntungan = (Rp 200-100) x 10.000 = Rp 1 juta. Ketiga mengeksekusi kontraknya dengan keuntungan = {(Rp 10.400 - Rp 100) - Rp 9.000} x 10.000 = Rp 13 juta.Contoh ini memakai asumsi bahwa tebakan investor benar. Jika tebakannya salah, investor akan merugi minimal sebesar harga premiumnya.

 

OBLIGASI

Berinvestasi di Obligasi  Berinvestasi di surat utang atau obligasi mungkin bukan menjadi hal yang biasa bagi banyak orang. Ketika berbicara tentang investasi di pasar modal, instrumen pertama yang terbersit biasanya adalah saham. Selama ini, saham memang lebih seksi dibandingkan dengan obligasi.

Walau begitu, bukan berarti obligasi itu instrumen investasi yang tidak bisa memberi keuntungan tinggi.

34

Page 36: Investasi Untuk Pemula

Bila pintar memilih, obligasi berpotensi memberikan keuntungan yang cukup baik, terutama dalam jangka panjang. Secara sederhana, obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah.

Berarti, perusahaan atau pemerintah itu berperan sebagai peminjam atau pengutang. Ada pula obligasi terbitan pemerintah yang di di Indonesia disebut Surat Utang Negara (SUN).

Biasanya, perusahaan menerbitkan obligasi untuk membiayai ekspansi atau modal kerjanya. Sementara, SUN untuk membiayai infrastruktur dan proyek-proyek lain. Seperti lazimnya utang, dalam jangka waktu, pengutang akan membayar kembali pokok utang itu berikut bunga pinjamannya.

Bunga obligasi itu disebut juga kupon. Penentuan seberapa besarnya kupon sangat tergantung dari kualitas obligasi itu, yang tecermin dari rating atau peringkat yang dimilikinya. Biasanya, semakin tinggi peringkat, kuponnya semakin rendah.

Misalnya, ada investor membeli obligasi berjangka 5 tahun sebesar Rp 10 miliar dengan kupon 10%. Artinya, dalam lima tahun itu, setiap tahunnya investor itu akan menerima kupon Rp 1 miliar. Pada saat jatuh tempo, ia akan menerima kembali uang inves-tasinya sebesar Rp 10 miliar.

Cukup menarik, bukan?

 Jenis-Jenis Obligasi  Ada banyak jenis obligasi yang beredar di pasar saat ini. Sebut saja obligasi pemerintah, obligasi swasta, obligasi konversi, obligasi tanpa bunga, dan masih banyak lagi.

Masing-masing obligasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Ambil contoh, obligasi pemerintah memiliki risiko yang lebih rendah dibanding obligasi perusahaan. Tapi, obligasi perusahaan menawarkan keuntungan yang lebih tinggi.

Investor bisa membedakan obligasi ke dalam beberapa kategori. Yang pertama, berdasarkan penerbitnya, obligasi ada dua jenis. Yakni, obligasi terbitan perusahaan swasta dan obligasi terbitan pemerintah.

Perusahaan dapat menerbitkan obligasi seperti menerbitkan saham, jadi hampir tak ada batasnya. Obligasi swasta ini biasanya memberikan bunga maupun tingkat imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dari obligasi pemerintah.

Pasalnya, risiko gagal bayar (default) sebuah perusahaan lebih besar dibanding dengan pemerintah.

Nah, investor harus mencermati peringkat atau rating obligasi swasta ini. Sebab, semakin tinggi rating-nya, biasanya bunganya semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, bunganya semakin tinggi.

Ada beberapa variasi obligasi swasta ini. Salah satunya adalah obligasi konversi atau convertible bond (CB). Ini adalah obligasi yang bisa ditukarkan dengan saham perusahaan penerbitnya. Ada pula callable bonds, atau obligasi yang bisa dibeli kembali oleh penerbitnya sebelum jatuh tempo.

35

Page 37: Investasi Untuk Pemula

Adapun obligasi terbitan pemerintah, di Indonesia, ada dua jenis, yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). SUN ada jenis obligasi pemerintah yang memiliki masa jatuh tempo dalam jangka panjang, bisa sampai belasan tahun. Adapun SPN adalah obligasi pemerintah jangka pendek. Jangka waktu jatuh tempo SPN maksimal hanya 12 bulan.

Selain kedua jenis obligasi pemerintah ini, sebenarnya ada pula obligasi daerah atau obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah tertentu di Indonesia. Aturan untuk penerbitan obligasi ini sebenarnya sudah ada. Tapi, hingga kini, belum ada daerah yang berani menerbitkan obligasi ini. Maklum, untuk bisa menerbitkannya, daerah itu harus memenuhi banyak persyaratan.

Selain berdasarkan penerbitnya, obligasi juga dibedakan berdasarkan ada-tidaknya bunga. Ada obligasi yang memberikan bunga, ada pula obligasi tanpa bunga (zero coupon bond).

Karakteristik Obligasi  

Wajar jika obligasi memiliki tingkat keuntungan dan juga risiko yang berbeda jika dibandingkan dengan saham.

Sebab, obligasi memang memiliki beberapa karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh saham. Misalnya, obligasi membagikan bunga yang rutin untuk investornya. Selain itu, obligasi juga memiliki nilai pokok yang akan selalu tetap; dengan catatan penerbitnya tidak bangkrut.

Sebelum berinvestasi di obligasi, Anda perlu memahami beberapa karakteristik obligasi itu. Yang pertama, setiap obligasi memiliki nilai pari atau nilai pokok (face value).

Nilai pokok atau nilai pari adalah nilai yang akan diperoleh kembali oleh pemegang obligasi pada waktu obligasi itu jatuh tempo. Obligasi baru biasanya ditawarkan dengan harga yang sama persis dengan nilai parinya. Tapi, yang sering membingungkan, ternyata nilai pokok obligasi itu tidak selalu sama dengan harganya.

Harga obligasi bisa berfluktuasi mengikuti berbagai variabel (kita akan membahas topik ini kemudian). Jika obligasi itu dijual dengan harga di atas nilai parinya, artinya harga obligasi itu premium, sementara harga obligasi itu disebut terdiskon jika berada di bahwa nilai pokoknya.

Karakter yang kedua, obligasi umumnya memberikan bunga atau kupon. Mengapa disebut kupon? Sebab, dahulu ketika obligasi masih berwujud sertifikat atau warkat, obligasi itu biasanya memiliki kupon-kupon yang bisa disobek untuk menebus bunga obligasi tersebut. Tapi, sekali lagi, itu praktik lama, sebab sekarang pembelian maupun pembayaran kupon sudah menggunakan sistem elektronik (scripless).

Umumnya, penerbit membayarkan bunga obligasinya setiap enam bulan. Tapi, ada pula yang membayarkannya setiap bulan, tiga bulan, atau setiap tahun.

Kupon atau bunga itu biasanya merupakan persentase dari nilai pokok suatu obligasi. Jika suatu obligasi yang memiliki nilai pari Rp 100 miliar menawarkan kupon 10% per tahun, artinya ia akan membagikan bunga Rp 10 miliar setiap tahun. Jika tarif bunganya ini tetap, obligasinya sering disebut sebagai obligasi berbunga tetap. Tapi,

36

Page 38: Investasi Untuk Pemula

jika bunganya bisa berubah-ubah, obligasi itu disebut sebagai obligasi berbunga variabel.?

Selain tingkat bunga, dan masa jatuh tempo, investor juga harus memperhatikan kondisi pihak yang menjadi penerbit suatu obligasi. Sebab, kinerja penerbit obligasi itulah yang akan menentukan apakah ia akan bisa membayar kewajiban bunga maupun pokok obligasinya di masa mendatang. Selain itu, penerbit surat utang itu juga menentukan tingkat risiko dan keuntungan obligasi tersebut.

Selain memiliki nilai pokok (face value) dan bunga, obligasi umumnya juga memiliki jatuh tempo (maturity). Tanggal jatuh tempo merupakan tanggal di masa depan saat penerbit akan membayar nilai pokok obligasinya. Masa jatuh tempo obligasi itu bisa sangat bervariasi, mulai dari satu hari sampai 30 tahun. Bahkan, sudah pernah ada obligasi yang jatuh tempo sampai 100 tahun.

Obligasi yang memiliki masa jatuh tempo dalam satu tahun jelas lebih mudah diprediksi dan risikonya lebih rendah jika dibandingkan dengan obligasi yang jatuh tempo dalam 20 tahun. Karenanya, umumnya, semakin panjang masa jatuh temponya, suatu obligasi akan menawarkan bunga yang semakin tinggi pula. Selain itu, harga obligasi yang memiliki jatuh tempo panjang lebih fluktuatif.

Karateristik obligasi yang lainnya adalah menyangkut pihak penerbitnya (issuer). Penerbit obligasi merupakan faktor krusial yang harus diperhatikan oleh investor.

Sebab, stabilitas kinerja penerbit obligasi itulah yang akan menjamin kembalinya nilai pokok obligasi yang dimiliki oleh investor.

Contoh yang paling ekstrem, Pemerintah Indonesia jelas lebih aman jika dibandingkan dengan perusahaan apa pun di Indonesia ini. Sebab, kemungkinan pemerintah mengalami default atau tidak mampu membayar pokok obligasi yang diterbitkannya sangat kecil.

Karena itulah, instrumen investasi yang diterbitkan pemerintah ini sering disebut sebagai instrumen bebas risiko (risk-free asset).

Salah satu alasannya adalah karena pemerintah akan selalu bisa menghasilkan pendapatan di masa mendatang melalui pendapatan dari hasil penarikan pajak.

Sementara itu, di lain pihak, perusahaan yang menerbitkan obligasi harus terus-menerus menghasilkan untung agar bisa membayar kewajiban bunga maupun pokok obligasinya. Dan, perusahaan itu jelas tidak bisa menjamin 100% bahwa ia akan selalu untung.

Kenyataan itu menambah risiko yang ada pada obligasi terbitan perusahaan. Karenanya, biasanya obligasi perusahaan harus menawarkan tingkat imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dibanding dengan obligasi pemerintah untuk menarik investor. Hukum investasi kembali berbicara: investasi berisiko tinggi memberikan untung tinggi pula.?

Membeli Obligasi  Berinvestasi di obligasi ternyata tak semudah teorinya. Sebab, saat ini, para broker atau pialang hanya bersedia melayani transaksi obligasi dengan nilai minimal Rp 1 miliar.

37

Page 39: Investasi Untuk Pemula

Jadi, untuk bisa berinvestasi di obligasi secara langsung, investor harus menyediakan dana yang besar.

Buat sebagian orang, memahami seluk-beluk obligasi memang lebih rumit jika dibandingkan memahami saham. Dan, asal tahu saja, untuk benar-benar bisa berinvestasi di obligasi pun tak kalah rumitnya. Bukan, menakut-nakuti, lo. Tapi, memang demikianlah adanya.

Mirip dengan transaksi saham, investor mesti membeli obligasi melalui pialang atau broker. Tapi, tak sembarangan orang bisa membeli obligasi, baik obligasi swasta maupun Surat Utang Negara (SUN). Betul, obligasi perusahaan biasanya diterbitkan dalam pecahan Rp 1 juta. Namun, coba Anda datang ke perusahaan broker atau pialang dan minta untuk dibelikan obligasi Rp 1 juta. Pasti, mereka tak akan melayaninya.

Pasalnya, perusahaan pialang atau broker biasanya hanya mau melayani transaksi obligasi dengan nilai minimal tertentu. Menurut seorang analis obligasi, saat ini, mereka umumnya hanya mau melayani transaksi obligasi minimal Rp 1 miliar.

Alasannya sederhana saja. Broker atau pialang itu memperoleh pendapatan dari fee transaksi obligasi tersebut. Artinya, semakin tinggi nilai transaksi obligasinya, semakin tinggi pula pendapatan yang bisa diperoleh para broker. Sementara, jika transaksinya terlalu kecil, fee transaksi itu tak akan cukup untuk menutup biaya-biaya operasional para broker.

Jadi, harap maklum, jika ingin berinvestasi secara langsung di SUN atau obligasi swasta, Anda harus menyediakan dana minimal Rp 1 miliar. Tentu saja, agar keuntungannya lebih maksimal dan bisa aktif bertransaksi, seorang investor harus memiliki dana lebih dari angka itu.

Modal awal segitu jelas jauh lebih besar jika dibandingkan dengan modal awal untuk bermain saham yang paling-paling hanya Rp 25 juta atau Rp 50 juta. Dus, tak perlu heran jika, saat ini, sebagian investor obligasi adalah institusi. ?

KONTAN kemarin sudah menuliskan satu syarat penting bagi pemodal untuk bisa berinvestasi di pasar obligasi, khususnya Surat Utang Negara (SUN). Yaitu, modalnya tidak boleh kurang dari Rp 1 miliar. Walau begitu, sejak 1 Mei 2007 lalu, pemerintah punya solusi buat para pemodal ritel. Mereka boleh bertransaksi SUN melalui Bursa Efek Surabaya (BES) dengan modal cukup Rp 5 juta saja.

Transaksi SUN melalui bursa memang suatu terobosan baru dari pemerintah bekerjasama dengan BES. Karena biasanya ditransaksikan dalam volume besar, SUN menjadi instrumen investasi yang diperdagangkan di luar bursa atau over the counter (OTC).

Sayangnya, hingga kini transaksi SUN via bursa masih sepi peminat. Selain karena prosesnya yang lebih panjang dibandingkan OTC, bank selaku pemain besar SUN belum diperbolehkan bertransaksi langsung melalui bursa.

Padahal, dari 18 penyelenggara pasar (primary dealer) SUN yang bertugas membentuk harga acuan SUN, 14 di antaranya adalah bank.

38

Page 40: Investasi Untuk Pemula

Hal itu yang menjadi pemicu pro-kontra di sana sini. Padahal, transaksi SUN via bursa ini ingin mengekor kesuksesan perdagangan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang ditransaksikan lewat BES.

Syarat bagi investor untuk ikut berdagang SUN melalui BES sesungguhnya sangat mudah. Seperti perdagangan saham, ia hanya perlu membuka rekening di broker yang melayani perdagangan obligasi. Tapi, broker itu harus merupakan anggota bursa (AB) di BES. Dalam catatan BES, dari 90 AB yang menjadi anggotanya, baru sekitar 30 yang aktif melakukan transaksi obligasi.

Setelah itu, investor bersangkutan tinggal menyuruh broker itu untuk melakukan jual-beli SUN yang diinginkannya. Nilai satuan perdagangan per lotnya adalah Rp 5 juta. Adapun waktu penyelesaian pembayarannya (settlement) t+2 atau dua hari setelah transaksi terjadi.

Layaknya transaksi bursa, investor juga terkena biaya yang berbeda untuk tiap nilai transaksi. Jika nilai nominal transaksinya maksimal Rp 500 juta, biaya yang dikenakan adalah Rp 20.000 per transaksi. Sementara untuk nilai transaksi Rp 500 juta-Rp 10 miliar dan di atas Rp 10 miliar, biayanya masing-masing adalah 0,005% dan 0,00375% dari nilai transaksi (per transaksi).

Selain itu, ada biaya dana jaminan dan jasa broker. Biaya jaminan sama untuk semua nilai transaksi, yaitu 0,00125% dari nilai transaksi. Sementara, biaya jasa broker adalah antara 0,25%-1% untuk nilai nominal sampai Rp 500 juta.

Untuk transaksi Rp 500 juta-Rp 10 miliar dan di atas Rp 10 miliar, biaya brokernya masing-masing 0,15%-1% dan 0,10%-1%.?

Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) bisa menjadi alternatif buat investor yang ingin mencicipi hasil investasi di obligasi. Selama ini, ORI selalu menawarkan bunga di atas bunga deposito perbankan. ORI 2, misalnya, memberikan bunga 9,28% per tahun. Selain itu, laiknya obligasi lainnya, kenaikan harga ORI di pasar sekunder juga bisa menguntungkan investor.

Karena itu, nilai nominal pecahan ORI juga relatif kecil, yakni Rp 5 juta. Selain itu, pemerintah juga membatasi nilai maksimal pembeliannya yaitu Rp 5 miliar.

Nah, ORI bisa menjadi alternatif bagi investor bermodal cekak yang ingin berinvestasi di obligasi, terutama obligasi terbitan pemerintah. Tapi, jika ingin membeli ORI, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh investor.

Pertama, pemerintah memiliki jadwal sendiri dalam menerbitkan ORI. Ia sudah menerbitkan ORI 1 dan ORI 2, dan di masa yang akan datang mungkin akan menerbitkan ORI 3.

Nah, sebelum menerbitkan ORI itu, pemerintah biasanya akan membuka masa penawaran untuk menampung permintaan investor. Pada saat itulah, investor harus memasukkan pesanan ORI-nya.

Biasanya, sebelum menerbitkan ORI, pemerintah akan mengumumkan institusi-institusi yang telah ditunjuk untuk menjadi agen penjual ORI. Institusi itu bisa berupa bank atau perusahaan sekuritas.

39

Page 41: Investasi Untuk Pemula

Nah, investor harus memasukkan pesanan ORI-nya melalui agen-agen penjual itu. Syaratnya, umumnya, investor hanya diminta menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Setelah masa penawaran selesai, pemerintah akan melakukan penjatahan ORI. Selanjutnya, investor harus menyetorkan dana pembelian ORI tersebut kepada agen penjual. Jika seluruh proses telah selesai, tentu, investor akan menerima bukti kepemilikan ORI-nya.

Keuntungan utama investasi ORI adalah bunga. Dan, selama ini pemerintah selalu menawarkan bunga ORI di atas bunga deposito perbankan. Sebagai contoh, ORI 2 yang diterbitkan pada bulan Maret 2007 lalu menawarkan bunga sebesar 9,28% per tahun.

Selain itu, investor juga bisa memperoleh keuntungan dari kenaikan harga atau capital gain ORI. Sebab, ORI juga bisa diperjualbelikan di Bursa Efek Surabaya (BES). ?

Selain berinvestasi di obligasi pemerintah, ORI, atau obligasi swasta secara langsung; investor juga bisa berinvestasi di obligasi melalui produk reksadana pendapatan tetap. Enaknya, investor bisa mulai berinvestasi dengan modal awal yang minim, paling hanya ?Rp 5 juta. Selain itu, investor juga tak harus pusing memelototi pergerakan harga obligasi setiap hari. Sebab, sudah ada manajer investasi (MI) yang akan mengelola dana reksadana tersebut.

Jika Anda ingin mencicipi hasil investasi di obligasi dengan cara yang paling mudah dan modal paling minim, Anda bisa membeli reksadana pendapatan tetap.

Ini adalah salah satu jenis reksadana yang menginvestasikan sebagian besar dana investor di dalam instrumen obligasi. Karena itu, ia juga biasa disebut sebagai reksadana obligasi. Cara untuk membeli reksadana obligasi ini sangat gampang. Anda tinggal menghubungi perusahaan-perusahaan manajer investasi (MI) yang memiliki produk reksadana pendapatan tetap. Namun, saat ini sebagian manajer investasi hanya menjual reksadananya melalui agen-agen penjual reksadana. Agen ini umumnya berupa bank.

Enaknya, untuk membeli reksadana pendapatan tetap ini Anda tak perlu menyetorkan investasi awal puluhan juta atau bahkan miliaran rupiah. Beberapa agen penjual reksadana akan senang hati melayani Anda meskipun Anda hanya menyetorkan investasi awal sebesar Rp 5 juta.

Anda juga bebas memilih, reksadana obligasi macam apa yang sesuai dengan profil risiko Anda. Jika Anda termasuk berani menanggung risiko, mungkin Anda bisa membeli reksadana obligasi yang berinvestasi di obligasi swasta. Sementara, jika Anda cenderung menghindari risiko, Anda bisa membeli reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi di obligasi pemerintah.

Investor reksadana obligasi juga akan menikmati keuntungan dari bunga dan kenaikan harga obligasi. Keuntungan itu tercermin dalam peningkatan nilai aktiva bersih (NAB) unit penyertaan reksadananya. Cuma, sebagai pengelola, manajer investasi biasanya akan memungut fee pengelolaan. Meski kecil, fee ini mengurangi keuntungan investor. ?

40

Page 42: Investasi Untuk Pemula

Obligasi vs Saham  Baik instrumen obligasi maupun saham masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Saham memang menawarkan keuntungan jangka panjang yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obligasi. Namun, saham juga memiliki risiko yang lebih tinggi jika dibanding dengan obligasi. Sementara, meski keuntungannya tidak setinggi saham, obligasi menawarkan arus pendapatan yang tetap bagi investornya.

Obligasi adalah surat utang, sementara saham adalah ekuiti. Inilah perbedaan utama di antara dua surat berharga itu. Dengan membeli saham, seorang investor menjadi salah satu pemilik perusahaan. Artinya ia memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan hak memperoleh pembagian keuntungan (dividen).

Sementara, jika membeli surat utang atau obligasi, seorang investor menjadi kreditur bagi perusahaan atau pemerintah. Keuntungan utama sebagai kreditur adalah bahwa investor akan memperoleh klaim aset terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham. Artinya, jika perusahaan itu bangkrut, pemegang obligasi akan memperoleh pembayaran terlebih dahulu daripada pemegang saham.

Namun demikian, para investor obligasi tidak akan memperoleh pembagian keuntungan jika laba perusahaan itu ternyata melonjak tajam di kemudian hari. Mereka hanya berhak memperoleh pengembalian pokok obligasi plus bunganya.

Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa berinvestasi di obligasi risikonya lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi di saham. Namun, sebanding dengan risikonya yang rendah, tingkat keuntungan obligasi (return) juga tidak setinggi saham. Kalau begitu, mengapa investor perlu berinvestasi di obligasi? Betul, dalam jangka panjang, keuntungan investasi di saham memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obligasi. Tapi, ini tidak berarti bahwa investor tidak perlu berinvestasi di obligasi. Sebab, obligasi bisa menjadi pilihan ketika investor tidak bisa menerima fluktuasi jangka pendek pasar saham.

Jenis investor yang membutuhkan investasi di obligasi misalnya adalah investor yang ingin berinvestasi untuk keperluan pensiun. Harap dicatat, keuntungan bunga atau kupon yang diberikan obligasi cenderung tetap. Karenanya, obligasi disebut juga instrumen pendapatan tetap. Dengan berinvestasi di instrumen pendapatan tetap, dana pensiun seorang investor akan lebih aman. Sementara, jika berinvestasi di saham, risiko dana investasinya bakal hilang lebih besar. Jika ini terjadi, bagaimana investor itu akan mencukupi kebutuhannya sehari-hari?Investor yang memiliki tujuan investasi khusus juga bisa memanfaatkan obligasi. Misalnya, investor itu ingin berinvestasi untuk biaya sekolah S3 tiga tahun lagi.

Betul, dengan berinvestasi di saham mungkin ia akan memperoleh keuntungan tinggi. Tapi, ada risiko bahwa dana pendidikannya bakal hilang jika investasinya gagal. Dengan kata lain, impiannya untuk melanjutkan sekolah S3 bisa pupus. Nah, karena dana itu untuk tujuan khusus dalam waktu relatif pendek, investasi di instrumen pendapatan tetap lebih cocok.

 Pajak Obligasi  Pemerintah memungut pajak final 20% atas penghasilan bunga dan diskonto obligasi. Namun, pajak ini tidak berlaku jika yang berinvestasi di obligasi adalah bank, dana

41

Page 43: Investasi Untuk Pemula

pensiun, dan reksadana. Pengecualian ini membuat produk reksadana pendapatan tetap menjadi punya daya tarik sendiri. Sebab, tanpa pajak bunga dan diskonto, tingkat imbal hasil reksadana obligasi ini menjadi lebih menarik.

Pemerintah telah menerbitkan aturan khusus tentang pajak penghasilan atas keuntungan obligasi, yaitu berupa Peraturan Pemerintah (PP) No 6 tahun 2002.

Berdasarkan aturan itu, pemerintah mengenakan pajak atas bunga dan diskonto obligasi. Buat yang belum tahu, yang dimaksud diskonto obligasi adalah selisih antara harga beli dan harga jual obligasi serta selisih antara harga beli obligasi dengan nilai obligasi tersebut.

Intinya, selain memajaki pendapatan bunga obligasi tersebut, pemerintah juga memungut pajak atas keuntungan dari peningkatan atau diskon harga yang dinikmati oleh investor.

Tarif pajak untuk semua jenis keuntungan itu adalah sebesar 20% dan dikenakan secara final. Maksudnya, pihak penerbit obligasi, bank kustodian, atau pedagang perantara obligasi itu yang akan memungut pajak tersebut dan menyetorkannya ke Direktorat Jenderal Pajak.

Sebagai catatan, tarif pajak 20% ini berlaku untuk semua investor, baik investor individu maupun institusi; lokal maupun asing. Selain itu, tarif pajak ini juga berlaku untuk semua jenis obligasi, baik yang diterbitkan oleh swasta maupun pemerintah (pusat maupun daerah). Cuma, ada pengecualian yang menarik dalam aturan ini. Pemerintah tidak akan memungut pajak penghasilan atas bunga dan diskonto obligasi jika pihak yang membeli obligasi adalah bank, dana pensiun, dan reksadana.

Khusus untuk reksadana, ketentuan pembebasan pajak ini hanya berlaku untuk periode lima tahun sejak penawaran reksadana tersebut. Karena itulah, ketika reksadana pendapatan tetapnya akan "ulangtahun" kelima, para manajer investasi biasanya mengeluarkan produk baru untuk menggantikannya agar tetap bebas pajak. Pembebasan pajak obligasi ini yang membuat produk reksadana pendapatan tetap memiliki kelebihan khusus. Tanpa pajak, keuntungan (return) reksadana obligasi ini menjadi lebih tinggi.

Departemen Keuangan (Depkeu) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tengah membahas RUU Pajak Penghasilan (PPh) baru yang akan berlaku awal 2008. Menariknya, Depkeu mengusulkan perubahan yang cukup drastis, yaitu memajaki bunga obligasi yang diterima reksadana sejak awal tahun pertama. Selama ini, reksadana terbebas dari pajak ini selama 5 tahun.

ATURAN pajak penghasilan dari obligasi yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 139 Tahun 2000. Aturan ini lahir pada zaman Pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.Menurut aturan yang lahir di era euforia demokrasi ini, ada dua jenis penghasilan yang menjadi obyek pajak. Yang pertama adalah bunga dan diskonto obligasi yang diperoleh oleh investor. Umumnya, penerbit obligasi membayarkan bunga atau kupon ini secara rutin. Ada yang setiap tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun.

Lantas, apakah diskonto itu? Di bursa, ada jenis obligasi yang bernama obligasi tanpa bunga (zero coupon bond). Sesuai dengan namanya, obligasi jenis ini tidak membayarkan bunga bagi investor. Tapi, pada saat penerbitan, obligasi ini dijual dengan harga yang lebih rendah dari harga parinya. Misalnya, untuk membeli obligasi senilai Rp 100 miliar, investor hanya perlu membayar Rp 80 miliar. Artinya,

42

Page 44: Investasi Untuk Pemula

obligasi tanpa bunga ini memberikan diskonto sebesar 20%. Diskonto inilah yang menjadi keuntungan bagi investor.

Berikutnya, kita tinggal melihat berapa lama jangka waktu obligasi itu akan jatuh tempo. Jika dua tahun, artinya investor menikmati diskonto 10% per tahun. Nah, penghasilan inilah yang terkena pajak.

Selain bunga dan diskonto, pemerintah juga memajaki keuntungan modal (capital gain) obligasi yang diperoleh investor. Ini adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual obligasi. Dengan kata lain, capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga obligasi.

Tarif pajak bunga dan diskonto obligasi yang berlaku untuk wajib pajak dalam negeri adalah 15% (dari bunga atau diskonto). Adapun untuk wajib pajak luar negeri, tarifnya 20%.

Adapun tarif pajak yang berlaku untuk capital gain obligasi adalah 0,03%. Tarif pajak ini dihitung dari setiap nilai transaksi.?

Reksadana yang berinvestasi di obligasi, baik itu reksadana pendapatan tetap maupun reksadana campuran, selama ini menikmati fasilitas istimewa dari pemerintah. Reksadana-reksadana itu terbebas dari pajak bunga obligasi sebesar 15%. Fasilitas inilah yang membuat reksadana campuran dan pendapatan tetap bisa memberikan keuntungan yang lumayan tinggi.

MENURUT Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 139 Tahun 2000, ada beberapa lembaga yang dikecualikan dari pajak bunga dan diskonto obligasi sebesar 15%. Lembaga-lembaga yang memperoleh keistimewaan itu adalah: bank wajib pajak dalam negeri dan cabang bank wajib pajak luar negeri, dana pensiun, dan reksadana yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).Khusus untuk reksadana, fasilitas pembebasan pajak bunga dan diskonto obligasi itu hanya bisa dinikmati selama lima tahun pertama. Artinya, setelah ulang tahun kelima, suatu produk reksadana harus membayar pajak itu.

Fasilitas pembebas pajak inilah yang selama ini membuat reksadana pendapatan tetap dan campuran -- yang berinvestasi di obligasi -- mampu memberikan keuntungan atau return yang lumayan tinggi.

Yang menarik, para manajer investasi biasanya memiliki trik khusus untuk tetap mempertahankan fasilitas pembebasan pajak itu.

Menjelang ulangtahun kelima produk reksadana mereka, para manajer investasi akan menerbitkan reksadana baru yang skimnya sama persis dengan produk yang lama itu. Nah, begitu reksadana lama itu berumur lima tahun dan tidak bisa memperoleh fasilitas pajak lagi, para manajer investasi akan memindahkan duit investor -- tentu saja dengan seizin investor -- ke produk reksadana hasil "kloning" tadi.

Dengan cara seperti itu, seolah-olah para investor berinvestasi pada produk yang baru sehingga mereka tetap bisa menikmati fasilitas pembebasan pajak penghasilan bunga obligasi itu.

Nah, kini, pemerintah rupanya sudah tak ingin memberikan fasilitas pembebasan pajak itu kepada reksadana. Jika ini terjadi, daya tarik reksadana pendapatan tetap

43

Page 45: Investasi Untuk Pemula

dan campuran jelas akan merosot. Sebab, keuntungan yang dihasilkan oleh kedua reksadana itu akan merosot. Investor harus mencermati rencana pemerintah ini.?

 Peringkat Obligasi  

Peringkat atau rating obligasi bisa membantu investor dalam menentukan kualitas dan risiko suatu obligasi.

Semakin tinggi rating-nya, semakin aman pula obligasi tersebut. Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, semakin tinggi risikonya. Menurut konsensus para pelaku pasar, obligasi yang masuk dalam kategori layak investasi harus memiliki rating minimal BBB.

AGAR lebih mudah dalam menyeleksi obligasi, investor bisa memanfaatkan peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat atau rating agency.

Di kancah internasional, ada beberapa lembaga pemeringkat yang selalu menjadi acuan pelaku pasar, yakni Moody's, Standard & Poors (S&P), dan Fitch Rating.

Sementara, di Indonesia, ada dua lembaga pemeringkat yang saat ini aktif. Yakni, Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan Moody's Indonesia.

Dengan memperhatikan rating yang dikeluarkan lembaga-lembaga itu, investor bisa menentukan kualitas suatu obligasi. Dengan kata lain, investor juga bisa mengukur tingkat risiko suatu surat utang itu. Gampangnya, rating itu ibarat rapor yang menggambarkan kinerja dan prospek penerbit obligasi.

Perusahaan besar yang sudah mapan (blue chips), umumnya memiliki peringkat yang tinggi, sementara perusahaan kecil atau perusahaan yang kurang mapan rating-nya rendah. Semakin rendah peringkatnya, artinya semakin tinggi pula risiko suatu obligasi. Repotnya, masing-masing lembaga rating biasanya memiliki skala rating sendiri-sendiri. Tapi, sebagai gambaran, kita bisa menengok skala rating Moody's, S&P, dan Fitch internasional.

Menurut Moody's, obligasi yang yang kualitasnya paling bagus adalah obligasi yang memiliki peringkat Aaa. Adapun S&P dan Fitch memasang rating AAA untuk obligasi semacam ini.

Untuk obligasi dengan kualitas paling buruk, Moody's memasang peringkat C. Sementara, obligasi yang sama, di S&P dan Fitch, peringkat obligasi seperti ini adalah D. Untuk mempermudah investor, para analis biasanya menentukan batasan obligasi seperti apa yang masuk kategori layak investasi. Nah, saat ini, konsensus yang berlaku di pasar mengatakan bahwa obligasi baru layak investasi jika rating-nya minimal BBB. atau Baa.

 Yield Obligasi  

Banyak hal yang bisa menjadi pertimbangan penting bagi seorang pemodal untuk berinvestasi di obligasi. Salah satu faktor yang penting adalah yield. Secara umum,

44

Page 46: Investasi Untuk Pemula

yield berarti perolehan imbal hasil (return) dari investasi obligasi dalam jangka waktu setahun. Karenanya, yield dalam obligasi kadang kala juga setara dengan tingkat bunga obligasi itu dalam jangka 12 bulan.

Sejak kita belajar tentang obligasi, kita selalu membahas bahwa investor membeli obligasi untuk disimpan hingga jatuh tempo. Namun, sebenarnya, obligasi tidak harus dikempit dan ditunggui sampai jatuh tempo.

Asal tahu saja, setiap saat investor bisa menjual obligasinya di pasar. Sebab, harga obligasi juga bisa berfluktuasi di pasar. Tapi, sebelum membahas soal harga, terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep yield. Yield adalah angka yang menunjukkan tingkat imbal hasil atau keuntungan yang diperoleh investor dari obligasi.

Cara yang paling sederhana untuk menghitung yield adalah dengan rumus: nilai bunga dibagi dengan harga obligasinya. Karenanya, jika Anda membeli suatu obligasi di harga parinya, yield obligasi itu setara dengan tingkat bunganya. Nah, begitu harga obligasi itu berubah, yield-nya juga akan berubah.

Sebagai contohnya, jika Anda membeli obligasi berbunga 10% pada nilai parinya di Rp 100 miliar (bunga Rp 10 miliar), berarti yield obligasi itu 10% (Rp 10 miliar/Rp 100 miliar).

Tapi, jika harga obligasi itu turun menjadi Rp 80 miliar, yield-nya akan naik menjadi 12,5% (Rp 10 miliar/Rp 80 miliar). Sebaliknya, jika harga obligasi itu menjadi Rp 120 miliar, yield-nya menjadi 8,33% (Rp 10 miliar/Rp 120 miliar).

Kesimpulannya adalah: yield selalu berbanding terbalik dengan harga obligasi. Maksudnya, bila harga turun, yield obligasi akan naik. Demikian pula sebaliknya.?

Yield obligasi juga sangat bergantung pada harga obligasi tersebut. Sementara, harga obligasi sendiri sangat bergantung pada banyak faktor. Selain faktor permintaan dan penawaran, kondisi makro ekonomi dan tren suku bunga juga sangat mempengaruhi pergerakan harga obligasi di pasar.

Untuk memahami lebih mendalam tentang hubungan imbal hasil atau yield dengan harga obligasi, investor juga mesti memahami konsep harga obligasi itu sendiri.

Di pasar, harga obligasi dinyatakan dalam persentase terhadap nilai parinya. Pada saat awal penerbitan harga obligasi biasanya adalah sebesar 100. Artinya, untuk membeli obligasi itu investor harus membayar sebesar 100% dari nilai parinya.

Seiring mekanisme pasar, harga obligasi itu bisa naik atau turun. Taruh kata harga obligasi itu turun menjadi 95. Ini artinya, untuk membeli obligasi senilai Rp 100 miliar, investor cukup membayar Rp 95 miliar atau 95% dari nilai parinya.

Nah, pergerakan harga obligasi sendiri bergantung pada banyak faktor. Sesuai rumus pasar, semakin banyak permintaannya dan semakin sedikit pasokannya, harga suatu obligasi akan meningkat.

Selain itu, kondisi makro ekonomi dan tren suku bunga domestik dan luar negeri juga sangat mempengaruhi pergerakan harga obligasi.

45

Page 47: Investasi Untuk Pemula

Khusus berhubungan dengan bunga; jika suku bunga cenderung turun, harga obligasi akan cenderung naik. Ini terjadi karena investor cenderung memburu obligasi lama yang masih menawarkan bunga tinggi. Nah, investor bersedia memperoleh yield yang rendah untuk mengejar obligasi itu. Karenanya, di saat harga naik, yield obligasi justru turun.

Jika suku bunga naik, harga obligasi yang beredar di pasar justru akan turun. Ini terjadi karena investor menginginkan imbal hasil (yield) yang tinggi dari obligasi yang ada di pasar untuk mengimbangi kenaikan bunga. Nah, yield yang tinggi ini hanya bisa tercapai jika investor membeli obligasi itu di harga yang rendah. ?

Selain konsep imbal hasil atau yield yang sederhana ada pula konsep yield to maturity (YTM) yang lebih rumit.

Tapi, konsep YTM lebih laku karena menggambarkan yield obligasi secara lengkap. Selain dari bunga obligasi, YTM juga menghitung potensi keuntungan atau kerugian dari pergerakan harga obligasi.

Kita telah membahas bahwa imbal hasil atau yield obligasi yang sederhana bisa dihitung dengan membagi total bunga dalam setahun dengan harga obligasi tersebut. Yield yang dihasilkan dengan rumus seperti ini sering disebut sebagai current yield karena hanya berdasarkan pada harga pasar obligasi saat ini.

Namun, sekali lagi, ini adalah rumus imbal hasil yang sederhana. Masih ada lagi yield yang rumus perhitungannya lebih rumit, yaitu yield to maturity (YTM). Nah, jika berbicara tentang yield, para investor dan analis biasanya lebih mengacu pada YTM ini.

YTM adalah imbal hasil yang bisa diberikan sebuah obligasi dengan asumsi bahwa investor akan tetap mengempit obligasi itu hingga saat jatuh tempo. Selain itu ada sederet asumsi yang lainnya. Yaitu bahwa penerbit obligasi membayarkan semua kupon obligasi itu dan investor menginvestasikan kembali pendapatan bunga itu dengan tingkat keuntungan yang sama dengan current yield. Tak cuma itu, YTM ini juga mencakup potensi keuntungan dari kenaikan harga obligasi atau capital gain ( jika Anda membeli obligasi itu di harga diskon) maupun kerugian akibat penurunan harga obligasi (jika Anda membeli obligasi di harga tinggi atau premium).

Singkat kata, YTM menghitung semua keuntungan obligasi jika ia dipegang hingga jatuh tempo. Namun, YTM biasanya ditampilkan dalam tingkat keuntungan efektif dalam satu tahun.

Terdengar rumit? Karena itulah, biasanya investor dan analis menghitung YTM dengan menggunakan sistem penghitung yang sudah terpasang di komputer atau kalkulator. ?

 PASAR UANG

Mengenal Carry Trade  Sejak awal tahun ini, istilah carry trade begitu sering muncul di berbagai media ekonomi dan investasi. Asal tahu saja, strategi ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1980-an. Tapi, baru belakangan ini saja, ia tiba-tiba menjadi terkenal. Maklum, sejak awal tahun

46

Page 48: Investasi Untuk Pemula

2007, praktik carry trade memang semakin marak terjadi di pasar keuangan internasional. Dampaknya juga sangat besar di pasar keuangan.

Instilah carry trade, umumnya, mengacu pada strategi carry trade dalam perdagangan mata uang. Tak perlu pusing, sejatinya, ini adalah strategi yang sederhana saja. Dalam carry trade, investor meminjam uang dari negara berbunga rendah dan membiakkannya di negara lain yang masih memasang bunga tinggi. Jadi, ini mirip dengan strategi "beli di harga rendah dan jual di harga tinggi".Praktik yang paling sering terjadi, investor meminjam dana dari perbankan Jepang dan kemudian membiakkan dana itu di negara-negara lainnya seperti Australia, Selandia Baru, Amerika, dan juga Indonesia. Maklum, saat ini bunga di Jepang adalah yang paling rendah, hanya 0,5%.

Ambil contoh, misalnya, seorang investor, meminjam dana di Jepang sebesar 1.000 yen, mengonversinya menjadi rupiah, dan menginvestasikan di Indonesia. Dengan kurs Rp 73,9 per yen, artinya dalam rupiah dana itu setara dengan Rp 73.900.

Nah, cukup dengan menginvestasikan dana itu di Sertitikat Bank Indonesia (SBI) yang berbunga 8,25%, investor itu sudah akan langsung menikmati keuntungan bunga 7,75%. Jika ia menginvestasikan dana ini di saham atau obligasi, tentu, keuntungannya bisa berlipat-lipat.

Namun, praktik carry trade ini menghadapi risiko perubahan nilai tukar atau kurs. Misalnya, ternyata mata uang yen kemudian menguat terhadap rupiah. Jika ini terjadi, ketika berniat mengembalikan pinjaman dana yen-nya tadi, investor harus membeli yen dengan harga yang lebih mahal. Untuk menghindari risiko ini, pelaku carry trade biasanya telah melakukan lindung nilai (hedging).

Buat mata uang seperti yen, praktik ini cenderung membuat yen melemah, sebab investor menjual yen. Sebaliknya, mata uang negara sasaran investasi seperti Indonesia cenderung menguat karena investor itu membeli rupiah.

Pasar Uang  Anda ingin tetap membiakkan duit yang akan Anda gunakan dalam jangka pendek? Untuk memenuhi hasrat ini, Anda bisa mencoba menginvestasikan dana Anda di dalam instrumen pasar uang (money market). Instrumen ini mirip dengan instrumen surat uang atau obligasi, tapi jangka waktu jatuh temponya sangat pendek. Karenanya, ia memiliki sifat sangat konservatif dan risikonya rendah.

Betul, bursa saham dan obligasi memang bisa mendatangkan untung tinggi untuk investor. Tapi, ibarat roller coaster, fluktuasinya sering membuat sebagian investor sakit perut. Nah, sebagai alternatif, investor bisa menjajal investasi di pasar uang.

Sebenarnya, pasar uang ini lebih banyak dimanfaatkan oleh perusahaan besar atau pemerintah untuk mengatur kebutuhan dana tunai jangka pendeknya. Namun, investor individu bisa mencicipi investasi di pasar uang melalui berbagai instrumen. Sejatinya, pasar uang merupakan salah satu bagian pasar pendapatan tetap alias fixed income. Umumnya, kita menganggap bahwa instrumen pendapatan tetap sama dengan obligasi. Padahal, obligasi hanyalah salah satu bentuk instrumen pendapatan tetap.

Nah, instrumen pasar uang juga masuk kategori ini. Bedanya, pasar uang hanya mencakup surat utang berjangka sangat pendek (di bawah satu tahun).

47

Page 49: Investasi Untuk Pemula

Investasi di pasar uang sering disebut juga investasi tunai (cash investment) karena jangka waktu jatuh tempo investasi itu sangat pendek. Instrumen ini umumnya berbentuk surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah, institusi keuangan, dan perusahaan besar.

Instrumen ini juga sangat likuid dan sangat aman. Namun, karena sifatnya sangat konservatif, tingkat keuntungannya (return) biasanya kalah jauh jika dibandingkan berbagai surat berharga lainnya. Salah satu perbedaan instrumen pasar uang dan saham adalah bahwa ia umumnya diperdagangkan dalam nilai nominal yang besar. Hal inilah yang sering membuat investor individu agak sulit memilikinya.?

Pasar uang merupakan dealer market. Maksudnya, para investornya bertransaksi langsung tanpa broker atau pialang. Selain itu, transaksinya lebih sering terjadi di luar bursa (over the counter). Namun, ada reksadana pasar uang yang bisa menjadi solusi bagi investor yang ingin mencicipi investasi di pasar uang. Melalui produk ini, investor awam pun bisa berinvestasi di instrumen investasi pasar uang. Kemarin, kita sudah membahas bahwa investor harus menyediakan dana yang besar jika ingin berinvestasi di instrumen pasar uang. Selain itu, Anda juga mesti memahami bahwa pasar uang merupakan dealer market. Maksudnya, pihak-pihak yang berinvestasi di pasar itu melakukan jual-beli sendiri.

Ini berbeda dengan pasar saham. Di bursa saham, investor bertransaksi melalui para pialang atau broker. Selain itu, dalam dealer market, transaksi lebih sering terjadi melalui telepon atau di luar bursa (over the counter). Tapi, ada cara gampang bagi investor ritel untuk berinvestasi di instrumen pasar uang, yaitu melalu reksadana. Ya, saat ini telah banyak beredar reksadana pasar uang. Sesuai dengan namanya, reksadana ini menginvestasikan sebagian besar dana investor di instrumen pasar uang seperti deposito, obligasi jangka pendek, dan lain-lain.

Seperti halnya berinvestasi di reksadana lainnya, investor tak perlu menyediakan modal terlalu besar jika ingin berinvestasi di reksadana pasar uang. Anda bisa mulai dengan dana Rp 5 juta atau Rp 10 juta. Enaknya lagi, meski tidak berinvestasi langsung di instrumen pasar uang, investor tetap dapat menikmati sifat likuid instrumen pasar uang lewat reksadana ini.

Pasalnya, jika berinvestasi di reksadana pasar uang, investor bisa keluar-masuk setiap saat tanpa dipungut biaya. Ini berbeda dengan reksadana lain yang biasanya memungut biaya masuk (subscription fee) dan keluar (redemption fee). Karena itulah, di antara reksadana-reksadana lainnya, reksadana pasar uang juga memiliki risiko paling rendah. Sebagi gambaran, saat ini reksadana pasar uang bisa memberikan keuntungan (return) riil sekitar 6%-10% dalam setahun.?

Saat ini, di Indonesia, ada banyak jenis instrumen pasar uang yang beredar di pasar. Selain obligasi yang sudah akan jatuh tempo, ada pula sertifikat deposito dan commercial paper. Sejak beberapa bulan lalu, Pemerintah Indonesia juga telah menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

Sesuai dengan namanya, instrumen investasi pasar uang adalah instrumen-instrumen investasi berjangka pendek. Dengan kata lain, instrumen-instrumen itu dengan mudah bisa diuangkan setiap saat. Salah satu bentuk instrumen pasar uang adalah sertifikat deposito atau certificate of deposit (CD). Produk ini sebenarnya mirip dengan deposito berjangka perbankan. Bedanya, investor bisa membeli CD melalui broker. Jangka waktu CD ini biasanya pendek, yakni sekitar tiga bulan. Tapi, ada juga CD yang berjangka waktu di atas satu tahun.

48

Page 50: Investasi Untuk Pemula

Selain CD, bentuk instrumen pasar uang lainnya adalah commercial paper atau CP. Ini adalah surat utang jangka pendek yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan. CP ini biasanya tidak berjaminan. Jangan waktu surat utang jangka pendek ini umumnya tak lebih dari sembilan bulan. Bahkan rata-rata jatuh tempo CPO adalah sekitar dua sampai tiga bulan.

Banyak investor menyukai CP ini karena relatif aman. Sebab, investor bisa memprediksikan kondisi keuangan perusahaan penerbitnya dalam beberapa bulan ke depan dengan mudah. Tapi, investor sebaiknya hanya beli CP dari perusahaan besar. Sebab, banyak juga kasus CP yang gagal bayar atau default. Ada pula instrumen pasar uang terbitan pemerintah, yakni Surat Perbendaharaan Negara atau SPN. Jangka waktu SPN ini maksimal hanya 12 bulan. Pemerintah Indonesia menerbitkan SPN ini setiap sebulan sekali. Cuma, investor tak bisa membelinya langsung, melainkan harus melalui para dealer utama.?

REKSADANA

Bagaimana Membeli Reksadana  membeli reksadana itu gam-pang, kok. Pada dasarnya Anda tinggal mendatangi kantor ma-najer investasi atau agen pen-jual untuk membeli unit penyer-taan reksadana, kecuali ETF.

Setelah kita bahas satu per satu jenis reksadana yang saat ini ada di Indonesia, apakah Anda sudah menemukan jenis reksadana yang paling pas untuk Anda? Kalau sudah, mungkin Anda sudah tak sabar ingin menjajalnya. Baiklah, agar Anda tak tambah penasaran, mari kita telusuri seluk-beluk membeli reksadana, mulai dari menyiapkan modal, apa saja persyaratannya, hingga di mana saja kita bisa membelinya.

Berdasar data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), saat ini ada 109 manajer inves-tasi yang terdaftar resmi. Se-mentara, agen penjual yang te-lah memperbaharui izinnya ada 21 perusahaan. Selain itu masih ada 4 perusahaan lagi sedang dalam proses mendapatkan izin jadi agen penjual reksadana.

Sekadar informasi, belakangan Bapepam mengetatkan ke-tentuan bagi pengelola dan penjual reksadana. Di antaranya mewajibkan agen mendaftar ulang perizinannya. Alhasil, jumlah manajer investasi dan agen penjual reksadana menciut dari sebelumnya.

Tujuan pengetatan aturan tersebut tak lain agar industri reksadana menjadi lebih sehat dan kuat. Dengan demikian, para investor diharapkan bisa merasa lebih tenang menaruh duitnya di reksadana.

Nah, untuk mengetahui siapa saja manajer investasi dan agen penjual yang berhak memasarkan produk reksadana, investor bisa melongoknya di situs Bapepam-LK (www.bapepam.go.id ataupun www.bapepam.go.id).

Lantaran manajer investasi dan agen penjual sama-sama berhak menjual produk reksadana, semestinya investor punya pilihan ke mana membeli suatu produk reksadana.

Sayangnya, sekarang ini hanya segelintir perusahaan manajer investasi yang bersedia menerima pembelian langsung dari investor. Kebanyakan mereka malah

49

Page 51: Investasi Untuk Pemula

memilih bekerja sama dengan bank yang menjadi agen penjual un-tuk memasarkan reksadananya.

Akibatnya, bank-bank yang menjadi agen penjual itu biasa-nya menetapkan minimal inves-tasi yang lumayan tinggi. Berdasarkan penelusuran KONTAN, ada sebuah bank yang menetapkan investasi minimal Rp 1 juta per produk reksadana. Namun, kebanyakan bank mematok minimal investasi di atas Rp 5 juta per produk. Bahkan ada yang minimal Rp 100 juta.

Meski tidak banyak, saat ini masih ada perusahaan manajer investasi yang melayani pembelian unit penyertaan secara langsung dengan mematok minimal investasi Rp 250.000 per produk.

Sejatinya, reksadana merupakan instrumen investasi untuk pemodal kecil atau ritel. Karena itu, sebetulnya manajer investasi mematok setoran awal yang relatif terjangkau. Namun, belakangan banyak manajer investasi menjual produk lewat bank. Nah, bank yang jadi agen penjual itulah yang kemudian menetapkan minimal investasi yang lumayan besar, seperti sudah kita bahas pada edisi sebelum ini.

Selain setoran awal minimal, investasi dalam satu produk reksadana juga ada batasan maksimalnya. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mem-batasi kepemilikan maksimal atas suatu produk reksadana sebanyak 1% dari total unit pe-nyertaan satu produk reksadana. Misalnya, manajer investasi menerbitkan maksimal satu miliar unit penyertaan reksadana, maka seorang investor ha-nya bisa membeli paling ba-nyak 10 juta unit penyertaan.

Tujuan pembatasan ini agar portofolio reksadana bersangkutan tidak terlalu terganggu ketika si investor besar menjual kembali unit penyertaannya.Bayangkan saja bila seorang investor menguasai setengah dari total unit penyertaan yang diterbitkan. Nilai aktiva bersih (NAB) yang tersisa pasti akan langsung rontok jika ia menjual kembali unit penyertaannya.

Saat membeli unit penyertaan reksadana, investor diwajibkan mengisi formulir penjualan, dilengkapi dengan identitas diri. Fotokopi KTP untuk inves-tor individu atau anggaran da-sar untuk investor institusi. Formulir ini kemudian diserahkan kepada manajer investasi, baik secara langsung atau lewat agen penjual.

Selanjutnya, investor akan mendapat surat konfirmasi yang berisi rincian pembelian unit penyertaan. Surat konfirmasi ini merupakan bukti kepemilikan atas sejumlah unit penyertaan reksadana.

Namun, jangan gusar bila An-da tidak menerima surat konfir-masi. Bukan berarti manajer in-vestasi hendak menipu Anda. Sebab, memang tidak semua manajer investasi mengirimkan surat konfirmasi seperti itu. Ta-pi, sebagai bukti kepemilikan si investor, manajer investasi akan mengirimkan laporan bu-lanan tentang perkembangan hasil investasinya, yang berupa rincian nilai aktiva bersih per unit penyertaan reksadana yang dibeli si investor.

Dus, waspadalah bila ada manajer investasi atau agen penjual reksadana yang meminta duit Anda itu. Pada saat membeli unit penyertaan reksadana, harap dicatat baik-baik, investor tidak menyerahkan secuil pun dana untuk pembelian unit penyertaan ini kepada agen penjual ataupun manajer investasi. Melainkan, investor mesti menyetornya ke dalam rekening produk reksadana tersebut yang terdapat di bank kustodian.

50

Page 52: Investasi Untuk Pemula

Adapun cara menyetor duit ke bank kustodian juga gampang. Anda bisa datang langsung ke salah satu kantor cabangnya. Kadang, Anda juga bisa menyetor dana itu lewat mesin ATM atau memindahbukukan (transfer) dari rekening Anda ke rekening reksadana tadi. Di luar itu, hal penting lain yang mesti diperhatikan investor kala membeli reksadana adalah penentuan harga beli per unit penyertaan dan biaya pembeliannya.

Seperti sudah dijelaskan, harga atau nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan bisa berubah setiap hari. Nah, harga beli ini bergantung pada waktu Anda mengembalikan formulir pembelian plus menyetor dana ke bank kustodian. Saat inilah Anda dianggap telah resmi membeli unit penyertaan reksadana.

Biasanya, jika formulir dan dana pembelian investasi diterima sebelum pukul 12.00 WIB, investor akan mendapatkan harga unit penyertaan pada hari bursa yang bersangkutan. Namun, bila formulir dan dana pembelian disetor setelah jam itu, investor akan mendapat patokan harga unit penyertaan pada hari bursa berikutnya. Hari bursa di Indonesia berlaku mulai Senin hingga Jumat, kecuali ada hari libur resmi nasional.

Adapun, biaya pembelian masing-masing produk reksadana bisa dilihat dalam prospektusnya. Biasanya, tidak lebih dari 3%. Cara menghitungnya begini. Katakanlah, Anda menyetor dana Rp 5 juta dan biaya pembelian dipatok 2%. Harga saat Anda membeli Rp 2.000 per unit. Maka, harga per unit setelah biaya adalah Rp 2.000 ditambah 2% dari Rp 2.000. Hasilnya, Rp 2.040 per unit.

Jadi, unit penyertaan yang Anda miliki adalah Rp 5 juta dibagi Rp 2.040, yaitu 2.450,98 unit penyertaan. Nilai inilah yang nanti bertambah atau berkurang selama masa investasi Anda.

Berarti, jika dihitung-hitung, nilai investasi bersih Anda pada masa awal investasi itu sejatinya hanya Rp 4.901.960,78, bukan Rp 5 juta. Sementara, biaya pembeliannya sebesar Rp 98.039,22.

Ada baiknya juga, sebelum membeli reksadana, Anda mencermati biaya-biaya lain yang dibebankan pada investor. Biasanya, selain biaya penjualan, ada biaya pengalihan dan biaya penjualan kembali. ?

Bagaimana Mencairkan Reksadana?  Sudah merasa cukup puas dengan hasil investasi reksadana Anda? Atau, tiba-tiba Anda butuh dana ekstra? Atau, justru Anda merasa tidak puas dengan imbal hasil produk reksadana pilihan Anda? Mungkin, kini, saatnya Anda menjual atau mencairkan kembali unit penyertaan Anda untuk merealisasikan keuntungan investasi Anda atawa mencegah kerugian lebih lanjut. Caranya juga segampang membelinya, kok.

Biasanya, saat Anda membeli unit penyertaan reksadana, si agen penjual atau manajer investasi sudah langsung memberi Anda formulir penjualan. Tujuannya, bila sewaktu-waktu ingin menjual kembali unit penyertaan reksadana, Anda tinggal mengisi dan mengirimkannya via mesin faksimili. Dus, Anda tidak perlu repot lagi datang ke gerai agen penjual atawa manajer investasi.

Bila belum mempunyai formulir itu, Anda bisa meminta si agen atau manajer investasi untuk mengirimkannya. Tapi, bila sedang senggang, tak ada salahnya Anda

51

Page 53: Investasi Untuk Pemula

langsung mendatangi gerai mereka. Sekalian mengisi dan menyerahkannya kembali. Dus, permohonan Anda akan langsung tercatat pada hari yang sama.

Waktu masuknya formulir itu penting, lo. Sebab, itu bisa menentukan total hasil investasi Anda. Bila formulir permohonan itu tercatat masuk ke meja manajer investasi sebelum pukul 12.00, Anda akan memperoleh harga per unit penyertaan pada penutupan perdagangan hari yang sama. Tapi, bila data itu masuk setelah pukul 12.00, Anda akan memperoleh harga per unit penyertaan pada penutupan perdagangan pada hari bursa berikutnya.

Nah, untuk mengetahui berapa besar kira-kira hasil investasi Anda selama ini, Anda bisa melihat harga per unit penyertaan (nilai aktiva bersih per unit penyertaan) di surat kabar. Harap diingat, angka yang tercantum tersebut merupakan harga per unit penyertaan pada sehari bursa sebelumnya. Jangan lupa juga untuk menghitung biaya penjualan ketika Anda ingin menjual kembali unit penyertaan reksadana.

Tapi, kebanyakan reksadana membebaskan biaya penjualan setelah dana investasi mengendap dalam periode tertentu; biasanya, setelah mencapai satu tahun. Biar lebih gamblang, mari kita pakai ilustrasi yang sama seperti saat membahas pembelian reksadana beberapa waktu lalu. Singkat cerita, ketika itu Anda menginvestasikan dana sebesar Rp 5 juta. Dengan harga Rp 2.000 per unit penyertaan dan biaya pembelian sebesar 2%, Anda memiliki 2.272,73 unit penyertaan.

Setelah 12 bulan, harganya mencapai Rp 2.500 per unit penyertaan. Anda juga terbebas dari biaya penjualan kembali. Artinya, dana Anda sudah berbiak menjadi Rp 5.681.825. Jadi, selama 12 bulan itu, Anda mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 681.825 atau sekitar 13,6%.

Ketentuan batas saldo minimal tersebut dibuat lantaran manajer investasi ingin menghindari pengelolaan yang tidak efisien. Pembatasan ini juga membantu agar perkembangan dana si investor bisa sebanding dengan hasilnya.

Seperti halnya pembelian unit penyertaan, dalam pencairan atawa penjualan kembali unit penyertaan reksadana, manajer investasi terkadang menerapkan aturan batas minimal pencairan dana. Biasanya, manajer investasi juga menentukan batas minimal nilai saldo unit penyertaan suatu produk reksadana. Dus, jika batas ini tercapai, manajer investasi berhak secara otomatis mencairkan dana milik Anda.

Bayangkan saja, bila dana si investor kelewat kecil, manajer investasi akan kerepotan dalam mengelola dan membuat pelaporannya. Bisa-bisa biayanya lebih besar ketimbang hasil investasinya. Dus, bukannya bertambah, nilai investasi itu justru bisa tergerus. Di samping itu, manajer investasi juga berhak membatasi jumlah penjualan maksimal setiap harinya. Biasanya, paling pol hingga 20% dari total nilai aktiva bersih (NAB).

Hal seperti itu pernah terjadi ketika terjadi aksi redemption alias pencairan besar-besaran pada medio September 2005 dan masih terasa hingga Januari 2006. Seperti pernah kita bahas sebelumnya, kejadian yang dipicu kenaikan suku bunga ini sempat membuat industri reksadana oleng.

Dengan membatasi maksimal pencairan hingga 20% dari total dana kelolaan per hari, paling tidak, manajer investasi bisa mengambil nafas untuk menyediakan dananya. Plus, mencegah aksi jual aset portofolio secara buru-buru yang bisa

52

Page 54: Investasi Untuk Pemula

membuat harganya jatuh terlalu murah. Berarti pula, ini mencegah atau mengerem jatuhnya nilai aktiva bersih per unit penyertaan.

Lantas, bila skenario terburuk itu terjadi? Andaikata, satu produk reksadana memiliki total dana kelolaan sebesar Rp 1 triliun. Nah, ternyata dalam satu hari terjadi pengajuan permohonan pencairan unit penyertaan reksadana sebesar Rp 500 miliar alias 50% dari total dana kelolaan.

Pada situasi seperti itu, manajer investasi hanya akan memproses pencairan dengan kuota 20% dari total dana kelolaan alias Rp 200 miliar. Caranya, berlaku prinsip first-come-first-served. Artinya, formulir yang masuk duluan akan lebih dulu diproses. Sisanya, baru akan diproses esok harinya sesuai urutan. Begitu seterusnya sampai semua permohonan pencairan diproses.

Harap diingat, Anda tidak bisa menjual kembali unit penyertaan reksadana seperti mencairkan deposito yang dananya langsung bisa Anda terima hari itu juga. Dalam aturan main reksadana yang ditetapkan Bapepam, Anda mesti menunggu paling lambat 7 hari bursa sejak manajer investasi menerima permohonan pencairan. Biasanya, dana tersebut langsung ditransfer ke rekening Anda.

Nah, bila ingin mengalihkan investasi ke produk reksadana lain yang diterbitkan oleh manajer investasi yang sama, lagi-lagi Anda harus mengisi formulir. Plus, Anda akan dikenakan biaya pengalihan. Jangan khawatir, biasanya biaya pengalihan ini lebih kecil nilainya ketimbang biaya penjualan kembali atau biaya pembelian.

Memilih MI Reksadana  Kita sudah membahas berbagai jenis reksadana, mulai dari reksadana pendapatan tetap sampai exchange trade fund (ETF). Tapi, hanya tahu tentang jenis-jenis produk itu tidak lah cukup. Sebelum berinvestasi di reksadana, Anda juga kudu pintar-pintar memilih perusahaan manajer investasi (MI) yang mengelola reksadana-reksadana tersebut.

Ada banyak faktor yang harus diperhatikan ketika seorang investor hendak memilih manajer investasi (MI) reksadana. Misalnya, investor harus mempelajari integritas dan track record para MI itu. Investor juga kudu mengetahui gaya investasi, jumlah nasabah, dan jumlah dana yang dikelola manajer investasi. Terakhir, investor pun mesti mempelajari kualitas pelayanan dan tarif biaya-biaya MI tersebut.

Sekedar mengingatkan, reksadana adalah produk investasi yang berciri tiga well: well managed, well diversified, dan well regulated. Nah, dari ketiganya well managed dan well diversified adalah tanggung jawab manajer investasi. Dari kemampuan mengatur dan menanam investasi dalam jenis-jenis instrumen investasi yang tepat itulah kita dapat mengukur kualitas manajer investasi. Di samping itu, kita juga harus mengukur integritas manajer investasi itu.

Oleh sebab itu, sekecil apa pun uang yang Anda tanamkan dalam investasi reksadana, janganlah malu untuk bertanya soal kredibilitas manajer investasi yang hendak Anda percayai mengelola uang Anda.

Selain bertanya pada teman dan kolega yang mengerti dunia reksadana, Anda juga bisa mencari di situs www.bapepamlk.depkeu.go.id untuk memastikan bahwa MI yang Anda percaya telah mengantongi izin dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam-LK).

53

Page 55: Investasi Untuk Pemula

Selain itu, ada beberapa faktor yang patut Anda cermati saat memilih manajer investasi. Pertama adalah pengalamannya. Ini berkaitan dengan lamanya perusahaan MI tersebut berdiri. Asal tahu saja, beberapa manajer investasi yang beroperasi di Indonesia merupakan afiliasi dari grup keuangan internasional yang beroperasi di berbagai negara dan telah beroperasi selama puluhan tahun. Sekadar patokan, kalau MI itu sudah tujuh tahun berdiri dan produknya memberikan keuntungan (return) yang bagus itu bisa dibilang bahwa track record-nya baik. Informasi ini biasanya tercantum dalam prospektus produk reksadana yang mereka kelola.

Kedua adalah kinerja historis manajer investasi. Walaupun bukan menjadi jaminan, tapi keandalan manajer investasi mengelola reksadana akan tampak dari kinerja reksadana yang pernah mereka kelola pada masa sebelumnya. Manajer investasi yang baik akan menjaga konsistensi kinerjanya, sehingga bisa menjadi petunjuk bagi investor tentang potensi keuntungan yang bisa diperoleh.

Dalam melihat kinerja historis, yang patut mendapat perhatian bukan cuma return yang dihasilkan, tapi juga risikonya. Untuk mengukur risiko ini kita bisa memperhatikan fluktuasi keuntungan reksadana yang dikelola si MI. Jika fluktuasinya tinggi, artinya risikonya juga tinggi. Sebaliknya jika fluktuasinya kecil, atau kinerjanya cenderung anteng, artinya risikonya rendah.

Artinya, investor juga harus mempelajari gaya investasi masing-masing MI. Selanjutnya, investor harus menimbang apakah gaya investasi itu sesuai dengan target dan profil risiko mereka masing-masing. Ketika memilih manajer investasi (MI) reksadana, investor seringkali cenderung mencari MI yang bisa memberikan keuntungan paling tinggi. Padahal, investor juga kudu mengenal gaya investasi MI tersebut. Siapa tahu, hasil keuntungan itu diperoleh dengan gaya investasi yang terlalu berani. Artinya, risikonya tinggi.

Gaya berinvestasi atau investment style manajer investasi dapat dipelajari dari isi portofolio yang dilaporkan dalam laporan keuangannya. Yang patut diperhatikan adalah jenis obligasi atau saham yang ada di dalam portofolionya. Apakah lebih banyak obligasi atau saham perusahaan-perusahaan kecil namun tingkat pertumbuhannya cukup besar, atau lebih banyak saham atau obligasi perusahaan mapan dengan pertumbuhan lebih pelan. Kita juga bisa melihat, apakah portofolionya terdiri dari saham atau obligasi perusahaan di sektor tertentu atau merata di semua sektor.

Keempat, kita juga harus mencermati ada tidaknya dukungan grup perusahaan. Umumnya, masyarakat sangat memperhatikan dukungan grup perusahaan untuk meyakinkan diri bahwa MI yang akan dipilihnya akan berumur panjang. Artinya, semakin besar grupnya semakin bagus.

Yang kelima, cermati juga besar aset kelolaan para MI. Ibarat mesin produksi yang bisa menghasilkan barang lebih murah bila membuatnya dalam jumlah banyak, makin besar aset yang dikelola manajer investasi juga banyak memberikan keuntungan. Biaya investasi bisa lebih efisiensi. Mereka juga memiliki kekuatan tawar yang baik karena mengelola uang dalam jumlah besar. Artinya, mereka bisa mendapatkan harga lebih baik saat bertransaksi, khususnya untuk instrumen pasar uang dan pendapatan tetap.

Keenam, investor pun kudu mempelajari jumlah nasabah yang sudah berinvestasi di manajer investasi tersebut.Banyaknya nasabah menunjukkan tingkat kepercayaan yang besar pada investor. Selain mengelola reksadana, banyak manajer investasi

54

Page 56: Investasi Untuk Pemula

juga mengelola portofolio nasabah secara terpisah (discretionary fund). Nasabah discretionary fund umumnya nasabah besar seperti dana pensiun atau asuransi. Nah, semakin banyak investor yang mempercayakan dananya kepada suatu manajer investasi, berarti MI itu dipercaya oleh banyak orang.

Terakhir, investor harus mempelajari pula struktur biaya yang dipungut oleh MI. Biaya-biaya itu mencakup biaya pembelian reksadana, pengelolaan, dan penarikan reksadana. Semakin murah biayanya tentu semakin hemat. Satu lagi, investor juga harus melihat kualitas pelayanan MI tersebut.

Menakar Risiko Reksadana  Ingat! Tidak ada investasi yang bebas dari risiko. Contohnya, Anda berinvestasi di properti, ada risiko harganya tidak kunjung naik atau bahkan melorot lantaran lokasi properti yang Anda beli ternyata rawan banjir. Eh, mau menjual ternyata juga susahnya minta ampun. Nah, bagaimana dengan investasi di reksadana?

Seperti sudah pernah kita bahas, NAB reksadana itu bisa naik dan bisa turun. Nah, jika kebetulan NAB per unit reksadana Anda ternyata turun lebih rendah ketimbang NAB per unit pada waktu Anda membelinya, berarti ada indikasi Anda akan merugi.

Penurunan NAB per unit penyertaan reksadana disebabkan adanya penurunan dari harga atau nilai efek alias surat berharga yang ada dalam portofolio reksadana Anda. Misalnya, bunga deposito, bila sebagian dana reksadana itu ditaruh di deposito. Bisa juga, turunnya harga saham serta obligasi, bila dana kelolaan reksadana itu ditempatkan pada kedua instrumen ini.

Lantas, apa yang bisa membuat harga atau nilai efek turun? Pertama, harga atau nilai efek bisa turun karena ada perubahan kondisi ekonomi, politik, atau keamanan baik di dalam maupun luar negeri - yang bisa memengaruhi kinerja penerbit efek.

Misalnya, lantaran inflasi cukup rendah dan perekonomian secara makro membaik, Bank Indonesia menurunkan suku bunganya. Contoh lain, ketika pekan lalu pasar saham Shanghai dan Shenzhen di China anjlok, bursa saham kita ikut runtuh. Alhasil, karena harga saham-saham turun, NAB per unit penyertaan reksadana yang penempatan dananya di dalam instrumen saham otomatis juga turun.

Risiko kedua: terjadi wanprestasi dari salah satu atau beberapa pihak yang terlihat dalam penerbitan dan pengelolaan surat berharga. Tidak tertutup kemungkinan, si penerbit atau emiten surat berharga itu mengalami gagal bayar atau kebangkrutan usaha. Akibatnya, emiten tidak bisa memenuhi kewajibannya, sehingga harga efek yang dia terbitkan langsung jatuh.

Biar lebih jelas, mari kita pakai perumpamaan. Taruh kata, sebuah produk reksadana menempatkan sebagian besar dananya ke efek obligasi korporasi yang memberi tingkat kupon tinggi. Sudah prinsip dasar investasi, instrumen yang memberikan keuntungan tinggi biasanya mempunyai risiko yang juga tinggi.

Terbukti kemudian, kinerja perusahaan dari beberapa efek obligasi itu jeblok. Proyek-proyek usahanya gagal sehingga kesehatan keuangannya terganggu. Malah, ia terancam bangkrut. Walhasil, kinerja obligasinya pun jelek. Diawali dengan keterlambatan pembayaran kupon, penurunan harga obligasi, hingga akhirnya pembayaran kupon dan pokok obligasi itu macet alias gagal bayar. MI akan

55

Page 57: Investasi Untuk Pemula

memasukkan kejadian tersebut dalam penghitungan NAB per unit penyertaan reksadana. Akibatnya, investor akan melihat NAB per unit di reksadana itu berkurang. Kalau porsi investasi di obligasi itu besar, reksadana Anda pun akan merugi.

Jumat lalu (2/3), kita telah membahas tentang risiko fluktuasi nilai aktiva bersih (NAB) dan risiko wanprestasi reksadana. Kini, kita akan mempelajari risiko yang ketiga: yakni, risiko likuiditas. Ini adalah risiko menyangkut cepat-lambatnya investor dapat mencairkan investasinya di reksadana.

Selain risiko fluktuasi NAB dan wanprestasi, reksadana punya risiko likuiditas. Intinya, manajer investasi (MI) itu mirip dengan bank. Jika investor secara bersama-sama menarik dananya (rush) dari satu produk, si MI juga bisa kolaps. Karena itu, investor harus benar-benar selektif memilih MI. Selain kinerjanya, perhatikan juga kekuatan modalnya. Semakin kuat cadangan modal yang dimilikinya, semakin baik dia.

Saat ini, hampir semua jenis reksadana memang mengizinkan investornya untuk keluar-masuk setiap saat. Satu-satunya jenis reksadana yang masih memasang batasan waktu penarikan dana adalah reksadana terproteksi. Ini bisa dimaklumi, karena skim investasi reksadana terproteksi memang mengharuskan adanya pembatasan waktu penarikan dana. Ia bahkan memiliki waktu jatuh tempo.

Tapi, reksadana yang lain tak mengenal periode jatuh tempo. Ini artinya, jika menginginkan, investor bisa menjual unit penyertaan reksadananya setiap saat. Hanya, jangan salah. Ada kalanya proses penarikan dana itu ternyata tidak bisa berjalan lancar. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) bilang bahwa manajer investasi (MI) harus membayarkan dana yang ditarik investor paling lambat dalam 7 hari kerja bursa. Tapi, kadang kala, MI tak bisa memenuhi tenggat waktu ini.

Peristiwa ini bisa terjadi jika seluruh investor yang menempatkan dananya dalam suatu produk reksadana menarik dananya secara bersama-sama. Taruh kata ada 1.000 investor yang membiakkan duitnya di reksadana A yang dikelola oleh Manajer Investasi X. Nah, suatu ketika pasar reksadana tiba-tiba gonjang-ganjing. Akibatnya, semua investor reksadana A itu menarik dananya secara bersama-sama.

Keadaan ini memaksa Manajer Investasi X untuk menjual instrumen-instrumen portofolio yang ada di dalam reksadana A. Berikutnya, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Kemungkinan pertama: MI berhasil menjual seluruh instrumen portofolio sehingga langsung mengantongi dana dan membagikannya kepada para investor sesuai dengan jumlah investasi mereka.

Kemungkinan kedua: MI tidak bisa menjual instrumen investasinya sekaligus. Alasannya, di pasar memang belum ada pembeli yang mau membeli instrumen investasi tersebut. Atau, kalaupun ada, si calon pembeli menawarkan harga yang sangat murah. Dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau, MI harus menjual instrumen investasinya secara bertahap. Ujung-ujungnya investor pun telat menerima dananya. Syukur kalau cuma telat. Mungkin saja, dana investor juga benar-benar macet lantaran MI gagal menjual instrumen investasinya di pasar.

Kalau diperhatikan, MI reksadana agak mirip dengan bank. Kalau secara bersama-sama investor menarik (rush) dananya, MI juga bisa kolaps. Akibatnya, duit investor juga bisa nyangkut atau tak bisa ditarik.

56

Page 58: Investasi Untuk Pemula

Reksadana sama dengan Deposito?  

Parahnya lagi, mereka pun beranggapan, risiko berinvestasi di instrumen reksadana sama saja dengan deposito; nyaris atau bahkan tidak ada. Sebab, nilai investasi mereka dijamin oleh penerbit atau si agen penjual reksadana.

Persepsi tersebut tentu saja salah kaprah. Reksadana tidaklah sama dengan deposito. Memang, ada juga persamaan mendasar antara deposito dengan produk reksadana. Pertama, baik deposito maupun reksadana merupakan sarana atawa instrumen investasi bagi para pemilik modal untuk membiakkan duit kekayaannya.

Kedua, deposito dan reksadana sama-sama merupakan jenis investasi yang terbentuk lewat pengumpulan dana publik. Oleh pengelola, dana ini kemudian disalurkan kembali ke dalam suatu portofolio investasi. Dalam kasus deposito, kumpulan dana itu disalurkan dalam bentuk kredit. Tapi, jangan terkecoh. Ada banyak perbedaan di antara reksadana dan deposito. Perbedaan pertama, terletak pada pengelola dananya. Deposito dikelola oleh bank.

Sementara, pengelola reksadana ada dua pihak, yaitu manajer investasi dan bank kustodian. Manajer investasi bertanggung jawab atas seluruh kegiatan investasi; mulai dari analisa dan evaluasi portofolio investasi, pemilihan jenis investasi, serta pengambilan keputusan investasi. Ia juga memonitor perkembangan pasar dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk kepentingan investor.

Karena itu, secara berkala, manajer investasi wajib melaporkan kepada setiap investor ke mana saja dana tersebut ditempatkan dan bagaimana perkembangan investasinya.

Sementara itu, bank kustodian bertindak sebagai penyimpan dana sekaligus administrator reksadana. Lantaran sifat dan tanggung jawabnya seperti itu, dana kelolaan tadi bukanlah bagian dari kekayaan manajer investasi maupun bank kustodian. Dana yang terkumpul dalam produk reksadana ini tetaplah kekayaan para investor. Cuma, kekayaan ini disimpan atas nama produk reksadana tadi di bank kustodian.

Agar tidak terjadi kongkalingkong, manajer investasi dilarang keras punya afiliasi atau hubungan dengan bank kustodian. Cara pengelolaan seperti itu tentu berbeda dengan deposito. Dalam pengelolaan deposito, bank sepenuhnya bertanggung jawab atas segala kegiatan administrasi maupun kebijakan investasinya. Dana masyarakat yang tersimpan di deposito ini akan terhitung sebagai kekayaan bank. Bank mencatat dana deposito di posisi pasiva atau kewajiban. Setelah dana ini disalurkan dalam bentuk kredit, bank akan mencatatnya di posisi aktiva atau kekayaan. Tidak seperti dalam pengelolaan reksadana, pihak bank juga tidak perlu melaporkan penempatan dana ini kepada setiap deposan alias investor depositonya .

Nah, berdasarkan bentuk hukumnya, ada dua macam reksadana, yaitu reksadana berbentuk perseroan terbatas (PT) dan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK). Namun, yang lazim kita kenal saat ini baru reksadana berbentuk KIK. Kita akan membahas mengenai topik ini di lain kesempatan.

57

Page 59: Investasi Untuk Pemula

Perbedaan antara reksadana dengan deposito tak hanya terletak pada siapa pengelola dananya. Hukumnya pun berbeda. Deposito semata merupakan produk perbankan yang bisa langsung dijual oleh si bank. Tapi, reksadana mesti melewati suatu proses sebelum dijual; mulai dari pendaftaran hingga mendapat pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).Penempatan investasi deposito dan reksadana juga berbeda. Ketika kita menempatkan dana dalam deposito, kita mesti menyetorkan sejumlah dana kita ke bank. Tapi, ketika kita hendak menempatkan dana kita ke reksadana, kita membeli unit penyertaan atau saham.

Unit penyertaan menggambarkan satuan nilai investasi dalam reksadana. Harga per unit penyertaan reksadana sewaktu pertama kali dijual biasanya dipatok sebesar Rp 1.000. Selanjutnya, harga per unit penyertaan ini bisa berubah sesuai dengan hasil investasi portofolio yang dikelola manajer investasi.

Konsekuensinya, bila kita membeli produk reksadana bukan pada awal penerbitannya, kita mesti membeli tiap unit penyertaan sesuai dengan harganya saat itu. Contohnya begini; pada waktu awal sebuah produk reksadana dipasarkan, Anda memutuskan membeli sebanyak 1.000 unit penyertaan. Harga perdananya Rp 1.000 per unit penyertaan. Jadi, fulus yang mesti Anda keluarkan sebesar Rp 1.000.000. Setelah berjalan setahun, Anda memutuskan untuk membeli sebanyak 1.000 unit penyertaan lagi. Tapi, waktu itu harga per unit penyertaannya sudah mencapai Rp 1.500. Alhasil, Anda mesti mengeluarkan dana Rp 1.500.000.

Perbedaan lain antara deposito dengan reksadana adalah bukti kepemilikan atas investasi kita. Ketika menempatkan dana dalam deposito, bank akan memberikan kita sebuah sertifikat deposito. Sedangkan, dalam berinvestasi di reksadana, bank kustodian akan mengirimkan sebuah surat konfirmasi kepemilikan unit penyertaan.

Memang, tak semua reksadana melakukan hal itu. Tapi, mereka wajib menerbitkan dan mengirimkan laporan bulanan mengenai perkembangan investasi per unit penyertaan itu kepada investor. Laporan ini juga dapat berfungsi sebagai bukti atas kepemilikan unit penyertaan tersebut.

Namun, perbedaan yang paling mendasar antara deposito dengan reksadana adalah imbal hasilnya. Seperti kita tahu, produk deposito menjanjikan imbal hasil pasti berupa bunga dengan tingkat yang sudah ditentukan atas pokok investasi kita.

Sebaliknya, keuntungan reksadana tidak bisa ditentukan sebelumnya. Berapa imbal hasilnya tergantung pada selisih harga pada saat membeli unit penyertaan dengan saat menjualnya. Bisa untung, bisa pula tekor. Dus, reksadana dilarang keras menjanjikan tingkat hasil investasinya. Ia hanya boleh mencantumkan kinerja masa lalunya.

Pada produk deposito, investor menerima hasil investasinya berupa dana pokok plus bunga yang sudah ditentukan pada awal investasi. Berbeda dengan deposito, reksadana dilarang keras menjanjikan keuntungan di muka. Alhasil, hasil investasi yang diterima investor pun berbeda.

Sementara, hasil investasi reksadana berupa hasil penjualan kembali unit penyertaan milik investor kepada manajer investasinya. Selisih antara harga jual dengan harga beli unit penyertaan tadi menentukan berapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor. Biar mudah dibayangkan, mari kita buat simulasinya. Taruh kata, dua tahun lalu, Anda membeli 1.000 unit penyertaan reksadana dengan harga Rp 1.200 per unit. Artinya, total investasi Anda Rp 1.200.000.

58

Page 60: Investasi Untuk Pemula

Sekarang, Anda menjual kembali alias melakukan redemption atas unit penyertaan milik Anda itu. Tapi, kini harganya Rp 2.000 per unit penyertaan. Jadi, kini total investasi Anda Rp 2.000.000. Inilah hasil investasi reksadana Anda. Jika dihitung, selama dua tahun berinvestasi di reksadana, Anda mendapat untung sebesar Rp 800.000 atau 66,7%.

Kesimpulannya, indikasi keuntungan investasi di deposito berbeda dari reksadana. Di deposito, indikasinya adalah bunga. Di reksadana, indikasinya adalah perhitungan harga unit penyertaan yang disebut nilai aktiva bersih (NAB).Tingkat bunga deposito bersifat tetap dan pasti untuk jangka waktu yang sudah ditentukan. Sementara, NAB reksadana bisa berubah-ubah, tergantung dari harga instrumen-instrumen investasi di dalam portofolionya. Saat ini, NAB berbagai reksadana bisa dilihat di situs Bapepam (www.bapepam.go.id) dan di beberapa harian nasional, termasuk KONTAN.

Umumnya, reksadana membolehkan investornya untuk menjual kembali unit penyertaannya sewaktu-waktu. Tentu, dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang berbeda untuk setiap jenis reksadana.

Reksadana memberikan kesempatan berinvestasi untuk jangka yang lebih panjang, tergantung dari jenisnya. Saat ini, setidaknya ada enam jenis reksadana di Indonesia. Yaitu, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pasar uang, reksadana terproteksi, dan reksadana indeks. Kebanyakan reksadana memiliki masa atau horizon investasi lebih dari setahun.

Berkaitan dengan jangka waktu ini, hanya ada satu jenis reksadana yang memiliki waktu jatuh tempo, yakni reksadana terproteksi. Jika investor menarik dananya sebelum jatuh tempo, ia akan terkena penalti. Tapi, selain reksadana terproteksi, aturannya sama: boleh keluar-masuk setiap saat tanpa denda.

Sementara, jangka waktu investasi di deposito tergolong pendek dan sudah dikunci. Yaitu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun. Jangka waktu ini biasanya menentukan tingkat bunganya. Umumnya, semakin lama jangka waktunya, semakin tinggi juga bunganya. Meskipun, tidak selalu begitu. Jika investor deposito mencairkan dana sebelum jatuh tempo yang sudah ditentukan, sanksinya pun jelas. Yaitu, berupa denda atau penalti dengan besaran yang juga sudah ditentukan. Biaya yang dikenakan pada deposito dan pada reksadana juga berbeda. Dalam deposito, biaya yang dikenakan kepada investor paling-paling biaya meterai atau adminstrasi. Besarnya, tergantung dari jumlah pokok investasi Anda.

Sementara, untuk biaya-biaya pada reksadana, kita pernah membahas sebelumnya dalam tulisan Apa, sih, Reksadana?. Biaya itu antara lain biaya pembelian dan penjualan kembali unit penyertaan reksadana yang dipatok dengan prosentase tertentu atas nilai aktiva bersih (NAB) reksadana. Di samping itu, sebenarnya ada biaya pengelolaan dana. Besarnya ditentukan dalam persentase atas nilai aset reksadana yang dikelola. Tapi, investor sering kali tidak menyadarinya lantaran si manajer investasi (MI) sudah langsung mengurangkannya dari hasil investasi. Dus, investor hanya melihat NAB per unit penyertaan yang dicantumkan di laporan MI.

Biaya pengelolaan dana itulah yang menjadi pendapatan bagi MI. Sementara, bank yang mengelola deposito mendapat keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada nasabah kredit (debitur) dengan bunga yang diberikan untuk nasabah deposito (deposan).

59

Page 61: Investasi Untuk Pemula

Satu hal lagi. Dalam deposito, investor atau nasabah akan dikenai pajak final atas bunga yang diterima sebesar 20%. Sementara, reksadana masih menikmati kemudahan pajak. Semua jenis reksadana jika berinvestasi pada instrumen obligasi akan bebas pajak. Pajak yang dimaksud di sini adalah pajak 20% terhadap bunga maupun keuntungan harga (capital gain) obligasi tersebut.

Nah, sampai di sini, sepatutnya investor benar-benar paham perbedaan reksadana dan deposito. Perbedaan yang paling mendasar: keuntungan deposito tetap, sementara keuntungan reksadana bisa naik-turun sesuai kondisi pasar.

Yuk, Pilih-pilih Reksadana  Jangan sembarang membeli reksadana. Anda sudah mengetahui jenis-jenisnya. Anda juga sudah mengetahui jenis-jenis reksadana berikut risiko-risiko investasinya. Kini, Anda juga mesti menentukan, produk reksadana mana yang paling pas dengan profil risiko, horizon investasi, serta kebutuhan dan tujuan investasi Anda. Dengan begitu, reksadana akan menjadi mesin pembiak uang yang efektif untuk Anda.

Dalam reksadana juga sering berlaku prinsip itu. Sebelum mengenal manajer investasi, investor umumnya melihat dulu produk reksadana yang terpampang di koran. Lantas, investor pun memilih yang memberikan tingkat keuntungan paling tinggi.

Boleh saja bertindak seperti itu. Tapi, sebelum mengumpulkan produk reksadana yang tingkat keuntungannya tertinggi, sebaiknya Anda menimbang dan mengukur dulu, seberapa besar risiko yang bisa Anda tanggung. Plus, berapa lama horizon investasi Anda.

Jika Anda tergolong orang yang jantungan dan suka khawatir atau sudah cukup berumur, Anda sebaiknya berinvestasi di reksadana yang memberikan imbal hasil relatif stabil. Jika horizon investasi Anda cukup panjang, Anda bisa memilih reksadana pendapatan tetap. Namun, bila horizon investasi Anda relatif pendek alias kurang dari setahun, reksadana pasar uang bisa jadi pilihan.

Sebaliknya, bila Anda masih muda dan berani ambil risiko, Anda bisa memilih reksadana saham dan reksadana campuran sebagai alternatif. Tapi ingat, untuk berinvestasi di dua jenis reksadana tadi, Anda mesti punya orientasi investasi jangka menengah sampai jangka panjang. Sebab, bila horizon investasi Anda pendek, kedua reksadana ini mungkin belum memberikan hasil yang memuaskan tujuan investasi Anda.

Tujuan investasi juga akan sangat menentukan jenis produk reksadana yang Anda pilih. Dalam berinvestasi, tentu Anda mempunyai bayangan berapa tingkat imbal hasil yang Anda inginkan dalam kurun waktu tertentu. Semakin besar dan agresif, jenis investasi yang cocok biasanya mengandung risiko yang tinggi pula. Dalam hal ini, mungkin Anda akan memilih reksadana saham.

Sementara, jika tujuan investasi Anda mendapatkan imbal hasil investasi yang tidak kelewat besar asalkan tidak terlalu fluktuatif, reksadana pendapatan tetap bisa jadi pilihan. Anda sebaiknya juga tak sekedar melihat kinerjanya sebuah produk reksadana pada saat ini.

60

Page 62: Investasi Untuk Pemula

Demi amannya, sebaiknya Anda menengok ke belakang. Artinya, melihat kinerja historisnya. Produk reksadana yang baik umumnya memiliki kinerja yang relatif tidak terlalu fluktuatif. Artinya bila dicermati lewat grafik, grafiknya akan bergerak naik kendati tidak mencolok.

Perlu Anda sadari pula bahwa dalam berinvestasi lewat reksadana, Anda tidak berinvestasi langsung ke suatu perusahaan. Tapi, Anda berinvestasi ke sejumlah portofolio efek. Dus, hasil yang Anda peroleh merupakan gabungan atau agregat dari seluruh portofolio itu. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui apa saja portofolio reksadana itu sebelum memutuskan membelinya.

Tentu, Anda tidak bisa mengetahui seluruh portofolio efek secara rinci. Tapi, setidaknya Anda bisa minta diterangkan garis besarnya. Misalnya, untuk reksadana saham, berapa banyak yang ditempatkan di saham unggulan atau lapis dua.

S A H A M Biaya Main Saham  

Dengan menjadi nasabah perusahaan sekuritas, investor bisa memperoleh banyak manfaat. Fungsi utama perusahaan sekuritas atau broker itu adalah menjadi perantara investor dalam bertransaksi saham di bursa. Tapi, untuk memperoleh semua jasa ini, investor harus membayarkan sejumlah fee kepada broker. Broker biasanya juga meminta setoran deposit sebagai modal awal investasi.

Untuk bisa melakukan transaksi jual beli saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), investor harus menjadi nasabah salah satu broker atau pialang. Jangan salah, broker itu harus merupakan broker anggota bursa BEJ. Sebab, ada juga broker yang bukan anggota bursa.

Namun, untuk bisa menjadi nasabah suatu broker, biasanya investor harus menyetorkan sejumlah dana sebagai setoran awal atau deposit. Gampangnya, duit ini akan menjadi modal investor untuk bermain saham.

Nilai deposit yang diminta oleh broker atau perusahaan sekuritas itu berbeda-beda. Ada yang meminta deposit hanya sekitar Rp 25 juta, ada pula yang meminta deposit awal lebih dari Rp 100 juta. Semakin besar sekuritasnya, biasanya ia menerapkan minimal deposit yang semakin tinggi.

Selain modal awal atau deposit, investor juga harus siap-siap membayar biaya perantara (brokerage fee) kepada brokernya. BEJ menentukan maksimal imbal jasa biaya broker itu adalah 1% dari setiap nilai transaksi jual dan beli.

Pada praktiknya, para broker menerapkan biaya yang jauh di bawah patokan itu. Menurut data BEJ, untuk transaksi beli, broker memungut fee sekitar 0,25% sampai 0,3% dari nilai setiap transaksi. Adapun untuk transaksi jual, broker memungut fee sekitar 0,35% sampai 0,4% dari setiap nilai transaksi.

Mengapa fee jual lebih mahal? Sebab, ketika menjual saham, setiap investor saham akan terkena pajak final sebesar 0,1% dari setiap nilai transaksi.

61

Page 63: Investasi Untuk Pemula

Nah, pajak inilah yang baru-baru ini sempat dikabarkan akan naik jadi 0,3%

Daftar Efek Syariah  Tak semua investor berinvestasi demi memburu keuntungan semata. Ada investor yang hanya mau berinvestasi di produk-produk yang halal. Untuk memenuhi kebutuhan investor seperti ini, 31 Agustus lalu, Bapepam-LK menerbitan aturan tentang Daftar Efek Syariah (Syaria List). Daftar efek halal ini juga bisa menjadi acuan manajer investasi yang menerbitkan reksadana syariah.

SECARA sederhana, Daftar Efek Syariah (DES) adalah daftar yang berisi efek-efek atau surat berharga yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

Menurut aturan terbaru Bapepam-LK, ada beberapa jenis surat berharga yang bisa masuk ke dalam daftar ini. Misalnya: surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia, efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah, obligasi syariah (sukuk) yang diterbitkan oleh perusahaan, dan efek beragun aset (EBA) syariah. Jika kita perhatikan, semua surat berharga itu memang sudah halal sejak diterbitkan karena penerbitnya telah menyatakan mereka menerapkan prinsip syariah.

Tapi, saham, hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), dan waran, yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak menyatakan telah mengelola usaha sesuai prinsip syariah juga bisa masuk DES. Cuma, perusahaan itu harus memenuhi beberapa kriteria.

Sebutlah, ia tak boleh memiliki produk atau melaksanakan bisnis yang haram, seperti perjudian, memproduksi dan menjual minuman keras, dan seterusnya.

Yang tak kalah penting, ia juga harus memenuhi beberapa rasio keuangan. Pertama, total utang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82%. Dengan kata lain, rasio utang berbunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45%:55%. Kedua, total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal dibandingkan dengan total pendapatan tidak lebih dari 10%. Tapi harap sabar, hingga kini, Bapepam-LK belum menerbitkan daftar efek halal ini.

 

Fraksi Harga Saham  

Harga saham di bursa ternyata tak bisa bergerak liar tanpa aturan. Para investor pun tak bisa asal memasang harga jual-beli. Ada rambu-rambu yang wajib dipatuhi. Salah satunya adalah fraksi harga, atau perubahan harga yang diperbolehkan dalam transaksi jual-beli saham.

62

Page 64: Investasi Untuk Pemula

Besaran fraksi harga itu berbeda-beda, bergantung pada harga masing-masing saham yang ditransaksikan. SEJAK 2 Januari 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) memberlakukan lima fraksi harga. Pertama, untuk saham berharga kurang dari Rp 200, BEJ menetapkan fraksi perubahan harga Rp 1 dan maksimum perubahan harga Rp 10. Kedua, saham berharga Rp 200-Rp 495, memakai fraksi perubahan harga Rp 5 dan maksimum perubahan harga Rp 50.

Ketiga, saham yang harganya Rp 500-Rp 1.990, menggunakan fraksi perubahan harga Rp 10 dan maksimum perubahan Rp 100. Keempat, saham berbanderol Rp 1.990-Rp 4.975, fraksi perubahan harganya Rp 25, dengan maksimum perubahan harga Rp 250. Terakhir, untuk saham berharga Rp 5.000 ke atas, BEJ menetapkan fraksi perubahan harga Rp 50 dan maksimum perubahan Rp 500.

Apa artinya dari aturan itu? Fraksi perubahan harga menentukan besaran perubahan harga yang diperbolehkan pada satu saham. Berdasar aturan itu, artinya saham yang berharga di bawah Rp 200 boleh berubah dengan pecahan Rp 1. Jadi saham X yang berharga Rp 150, misalnya, bisa berubah menjadi Rp 151, ?Rp 152, dan seterusnya.

Namun, begitu harga saham itu mencapai Rp 200, pecahan perubahan harganya menjadi Rp 5. Artinya, ketika memberikan penawaran jual atau beli, investor hanya boleh memasang harga Rp 205, Rp 210, dan seterusnya. Ia tidak bisa memasang harga Rp 201, ?Rp 203, dan seterusnya. Selanjutnya, begitu harga saham itu menjadi Rp 500, pecahan perubahan harganya menjadi Rp 10.

Adapun ketentuan maksimum pergerakan harga membatasi pergerakan harga saham dalam setiap kali transaksi. Ambil contoh saham berharga Rp 500-Rp 1.990 yang hanya bisa berubah maksimum ?Rp 100 setiap kali transaksi. Artinya, jika sebelumnya harga saham itu Rp 500, harga saham itu hanya bisa berubah maksimal jadi Rp 600 dalam transaksi berikutnya. Selanjutnya, jika ada transaksi lagi, ia hanya boleh naik paling pol sampai Rp 700, dan seterusnya. Jadi, harga saham tidak bisa asal melompat.

Oh, ya, aturan itu berlaku saat kenaikan harga maupun penurunan harga.

 Indeks Harry Potter  Demam Harry Potter benar-benar telah menyihir dunia. Maklum, sejak buku pertama J.K. Rowling yang berjudul Harry Potter and The Sorcerer's Stone meluncur ke pasar, bisnis Harry Potter benar-benar telah merasuk ke berbagi industri; mulai buku, film, games, dan pernak-pernik lainnya. Pada pertengahan Juli lalu, bahkan telah muncul juga indeks saham bernama Indeks Harry Potter.

Indeks Harry Potter atau Harry Potter Stock ada indeks saham yang berisi saham-saham perusahaan yang menggeluti bisnis di seputar tokoh Harry Potter. Indeks ini dikeluarkan oleh situs investasi kondang stockpickr (www. stockpickr.com) pertengahan Juli 2007 lalu.

Tujuan pembuatan indeks ini adalah untuk menangkap keuntungan yang bisa diraup investor jika berinvestasi di saham-saham perusahaan yang memiliki bisnis di seputar Harry Potter. Maklum, kini, jumlah perusahaan yang menggeluti bisnis Harry Potter sangat banyak. Nilai bisnisnya juga mencapai miliaran dolar.

63

Page 65: Investasi Untuk Pemula

Stockpickr memasukkan 13 saham perusahaan dari berbagai negara ke dalam indeks ini. Misalnya, ada saham Bloombury (penerbit Harry Potter di Inggris), Scholastic (penerbit Harry Potter di Amerika), Time Warner (Film Harry Potter), Amazon, Electronic Arts (games), dan saham Coca Cola yang berhak menggunakan merek Harry Potter di produknya.

Apakah indeks ini indeks resmi seperti IHSG? Ternyata bukan. Ini hanyalah indeks yang muncul sesaat ketika bisnis merek tertentu mengalami booming. Jadi, umurnya akan bergantung pada umur ketenaran merek tersebut. Bukan tidak mungkin di Indonesia, suatu saat mungkin juga akan muncul indeks saham dadakan seperti ini.

Kembali ke indeks Harry Potter, sayang sejak pertama kali muncul 16 Juli 2007 lalu, keuntungan saham-saham yang ada di dalamnya ternyata belum terlihat. Malah rata-rata keuntungan saham-saham anggotanya minus alias merugi 1,75%. Yang memberikan keuntungan tinggi hanya saham Electronic Arts yang sudah melonjak sekitar 7,86% sejak 16 Juli lalu.

Indeks Nikkei 225  Ekonomi negara Jepang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi dunia. Maklum, dengan nilai Produk Domestik Bruto US$ 2,6 triliun (2006), ekonomi Jepang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia. Karenanya, indeks saham di Jepang juga sangat mempengaruhi pergerakan bursa di kawasan Asia.

Indeks bursa Jepang yang sering menjadi patokan adalah indeks Nikkei 225. Indeks ini sebenarnya muncul pertama kali pada tahun 1950. Tapi, koran ekonomi Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) baru menghitungnya secara harian sejak tahun 1971.

Sesuai namanya, indeks ini beranggotakan 225 saham-saham perusahaan besar yang tercatat di Bursa Saham Tokyo ( Tokyo Stock Exchange). Anggota indeks ini bisa berubah. Sebab, setahun sekali, Nikkei melakukan evaluasi atas anggota indeks ini. Dalam daftar yang dirilis Oktober 2006, indeks Nikkei mencakup saham-saham perusahaan top seperti Toyota Motor Corp, Honda Motor Co, Bridgestone Corp, The Bank of Yokohama, dan masih banyak lagi.

Adapun angka indeks Nikkei sendiri merupakan angka rata-rata tertimbang harga saham-saham anggotanya. Nah, kini, indeks Nikkei merupakan indeks yang paling diperhatikan oleh investor-investor saham di Asia.

Sebabnya, ya itu tadi, ekonomi Jepang memang masih yang terbesar di Asia. Jadi, pergerakan indeks Nikkei sangat mempengaruhi indeks bursa-bursa saham lain di Asia.

Investor saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebaiknya mencermati pergerakan Nikkei setiap hari. Enaknya, waktu yang berlaku di Jepang lebih cepat dua jam dari waktu di Jakarta. Karenanya, setiap hari, waktu buka bursa Jepang juga lebih cepat sekitar dua jam dari bursa Jakarta.

Nah, pagi-pagi, sebelum pasar saham di Jakarta buka pada pukul 09.30, investor bisa mengintip dahulu pergerakan indeks Nikkei. Jika ia menguat, biasanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ juga menguat. Demikian pula sebaliknya.

64

Page 66: Investasi Untuk Pemula

Indeks Saham di AS  Investor bisa menggunakan banyak hal sebagai acuan ketika berinvestasi di saham. Tapi, ada satu acuan utama yang wajib dilihat, yaitu indeks saham. Seperti kita tahu, indeks saham mencerminkan pergerakan harga saham-saham yang ada di dalamnya. Nah, di luar negeri, ada beberapa indeks saham yang bisa punya pengaruh besar terhadap pergerakan indeks di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mereka adalah indeks-indeks saham di Amerika Serikat (AS).

Mengapa kita perlu memperhatikan indeks saham di AS? Jawabannya sederhana: saat ini ekonomi Amerika masih menjadi ekonomi terbesar di dunia. Alhasil, pergerakan indeks saham Negara Uwak Sam itu juga bisa mempengaruhi pergerakan indeks saham di negara lain. Bila indeks di AS naik, hal itu akan menjadi sentimen positif yang turut mendongkrak indeks di negara lain, termasuk di Indonesia. Demikian juga terjadi sebaliknya.

Kendati demikian, tidak semua indeks saham AS itu memiliki pengaruh kuat di pasar. Dari 57 indeks yang bisa dijadikan acuan, hanya tiga yang terhitung cukup besar dan banyak diperhatikan. Mereka adalah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), indeks National Association of Securities Dealers Automated Quotations (Nasdaq), dan indeks Standard&Poor's (S&P) 500. DJIA adalah indeks saham AS yang tertua. Pada tahun 1896, Charles Dow membuat indeks ini untuk untuk mengukur kinerja industri di AS.

Menurut pengamatan beberapa analis, indeks AS yang satu ini memiliki pengaruh terbesar bagi pergerakan indeks di belahan dunia lain. Bahkan, seorang analis di Jakarta pernah menghitung bahwa pengaruh DJIA terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) bisa mencapai 65%. Artinya, hampir pasti IHSG akan naik bila indeks yang sering disebut sebagai "Dow" itu naik. Demikian juga sebaliknya.

Hal itu wajar. Sebab, DJIA berisi saham 30 perusahaan yang paling top di Amerika. Misalnya saja, American Express, Citigroup, General Electric, Disney, Microsoft, dan Coca Cola. Pasar menilai perekonomian AS tecermin di dalam kinerja perusahaan-perusahaan itu. Setelah DJIA, indeks saham kedua yang cukup diperhitungkan adalah S&P 500. Indeks saham ini berisi 500 perusahaan bermodal besar yang mayoritas berasal dari AS. Seluruh saham yang terdaftar dalam indeks ini adalah perusahaan publik besar dan diperdagangkan di bursa saham utama AS, seperti New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq. Sementara, indeks Nasdaq juga sering menjadi acuan. Nasdaq adalah indeks saham terbesar di AS yang berisi sekitar 3.200 saham di Amerika. Cuma, tak semua anggotanya adalah perusahaan besar. 

Jenis-jenis saham berdasarkan kinerjanya  Berdasarkan kinerjanya, saham-saham yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ) bisa digolongkan dalam sempat kelompok. Mereka adalah: saham blue chip atau saham unggulan, saham pembagi dividen, saham pertumbuhan, dan saham spekulatif. Saham blue chip cocok untuk investor yang cenderung menghindari risiko, sementara saham spekulatif cocok untuk investor yang berani memikul risiko tinggi. Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) telah mencapai 340 saham. Karena itu, wajar jika investor baru sering kebingungan ketika harus memilih saham-saham yang akan

65

Page 67: Investasi Untuk Pemula

dijadikan ladang investasinya. Tapi, tak perlu bingung. Sebab, sebenarnya, berdasarkan kinerjanya, kita bisa memilah-milah saham ke dalam beberapa kategori.

Kategori yang pertama adalah saham blue chip atau saham unggulan. Yang masuk dalam kategori ini adalah saham-saham perusahaan besar yang kinerjanya kuat. Perusahaan-perusahaan itu umumnya mampu mencetak untung besar dan rutin membagikan dividen. Saham ini juga memiliki kapitalisasi pasar yang besar (di BEJ, kapitalisasinya di atas Rp 500 miliar) dan likuid atau mudah diperjualbelikan. Contoh saham yang masuk golongan ini misalnya: saham PT Telkom Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan saham PT Astra International Tbk (ASII). Selain itu, ada pula saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Investor pemula atau investor yang nyali risikonya tipis sebaiknya bermain di saham-saham blue chips. Sebab, fundamentalnya kuat dan bila turun harganya biasanya segera naik lagi.

Cuma, modal yang dibutuhkan untuk bermain di saham-saham ini lumayan besar. Sebab, harga saham-saham unggulan ini biasanya sudah tinggi. Ambil contoh saham Telkom (TLKM) yang kini harganya sudah Rp 10.300 per saham. Jadi, untuk membeli satu lot (500 saham) saja Anda harus menyediakan dana Rp 5,15 juta.

Yang kedua adalah income stock atau saham dividen. saham yang masuk dalam kelompok ini adalah saham-saham perusahaan yang rajin membagikan dividen dalam setiap tahunnya. Selain itu, nilai dividennya juga lebih tinggi dibanding dengan rata-rata dividen saham-saham lainnya. Contoh saham-saham yang masuk kategori income stocks adalah saham PT Unilever Tbk (UNVR) dan saham-saham perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).

Yang ketiga adalah saham pertumbuhan atau growth stock. Emiten penerbit saham-saham ini umumnya selalu membukukan pertumbuhan penjualan atau pendapatan yang tinggi. Soalnya, perusahaan-perusahaan ini umumnya menjadi pemimpin pasar di industrinya. Karena pendapatannya cenderung naik, harga saham-saham perusahaan ini biasanya juga cenderung terus meningkat. Yang terakhir adalah saham-saham spekulatif. Yaitu, saham-saham perusahaan yang tidak mampu memperoleh pendapatan secara konsisten dari tahun ke tahun. Tapi, meskipun belum pasti, ia memiliki potensi untuk bisa menghasilkan pendapatan tinggi di masa depan. Saham ini cocok untuk investor yang bisa memikul risiko tinggi.

Mari Bermain Saham  Pasar saham sudah lama ada di Indonesia. Sayang, hingga kini, jumlah investornya masih sangat terbatas. Padahal, potensi keuntungannya sangat tinggi. Selain itu, cara investasinya sebenarnya juga tidak sulit-sulit amat.

Yang terpenting, investor harus tebal nyali karena risiko bermain saham sangat tinggi. Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang bisa diperjualbelikan di pasar modal. Saham juga menjadi bukti kepemilikan atau penyertaan modal dalam sebuah perusahaan.

Sebagai pemegang saham, Anda memiliki hak untuk memberikan suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Dus, Anda akan ikut menentukan keputusan strategis menyangkut perusahaan itu. Semakin besar porsi saham Anda, tentu saja semakin besar pula kekuatan suara Anda saat RUPS.

66

Page 68: Investasi Untuk Pemula

Salah satu kelebihan saham dibanding dengan instrumen lainnya adalah bahwa saham sangat likuid. Artinya, Anda mudah memperjual-belikannya di pasar yang disebut bursa saham. Di Indonesia, ada dua bursa saham yang beroperasi saat ini, yakni: Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

Ada dua jenis keuntungan yang bisa Anda peroleh dengan memiliki saham. Keuntungan pertama berupa pembagian laba perusahaan atau dividen. Contoh: PT Bank Mandiri Tbk membagikan dividen Rp 500 per saham. Jika Anda punya 1 lot (500 saham) saham Mandiri, Anda akan memperoleh total dividen senilai Rp 250.000Keuntungan kedua berupa kenaikan harga saham yang Anda miliki. Ini sering disebut sebagai capital gain. Contoh: Anda membeli saham PT Bank BCA Tbk di harga Rp 5.300 per saham, lalu menjual kembali di harga Rp 6.000 per saham. Nah, keuntungan atau capital gain yang Anda peroleh adalah Rp 700 per saham atau 13,2%.

Tapi, sebanding dengan potensi keuntungannya yang tinggi, risiko saham juga tinggi. Risiko yang pertama adalah risiko tidak memperoleh dividen. Perusahaan umumnya membagikan dividen pada saat kinerjanya meningkat. Sebaliknya, jika kinerja perusahaan menurun atau bahkan merugi, kemungkinan besar ia tak akan membagikan dividen.

Dengan membeli saham, Anda ikut menjadi juragan yang memiliki perusahaan penerbit saham tersebut. Artinya, Anda berhak menerima pembagian keuntungan atau dividen. Tapi, jika perusahaan bangkrut, Anda tidak bisa buru-buru mengklaim hak Anda. Perusahaan akan melunasi kewajibannya kepada pemerintah, karyawan, dan kreditur dahulu. Jika ada sisa, baru pemegang saham memperoleh jatah terakhir.

sebanding dengan potensi keuntungannya yang tinggi, risiko berinvestasi di saham juga tinggi. Risiko yang pertama adalah risiko tidak memperoleh dividen. Perusahaan umumnya membagikan dividen pada saat kinerjanya meningkat atau labanya tinggi. Sebaliknya, jika kinerja perusahaan menurun atau bahkan merugi, kemungkinan besar ia tak akan membagikan dividen.

Risiko yang kedua adalah risiko penurunan harga saham. Contoh, Anda membeli saham BCA di harga Rp 5.300 per saham. Jika ternyata harga saham BCA justru turun menjadi Rp 5.000, artinya Anda menderita kerugian Rp 300 per saham atau 5,7%. Jika penurunan harga saham itu sangat parah, ada risiko nilai pokok investasi yang Anda tanamkan bisa ludes atau habis tak tersisa (capital loss).

Ada kalanya, perusahaan penerbit saham juga melanggar aturan pasar modal. Jika ini terjadi, biasanya otoritas bursa akan menghentikan perdagangan saham itu untuk sementara (suspend). Akibatnya, selama masa penghentian perdagangan, pemegang saham kehilangan kesempatan untuk memperdagangkan sahamnya di pasar.

Jika pelanggarannya parah, bisa juga otoritas bursa seperti BEJ menendang saham itu keluar dari bursa (delisting). Jika ini terjadi, praktis, Anda tidak bisa lagi memperdagangkan saham itu di bursa saham. Untuk bisa menjual saham yang Anda miliki, Anda harus mencari pembeli di luar bursa. Akibatnya, harga jualnya pun tidak memiliki patokan yang pasti. Hasil tawar-menawar dengan pihak pembeli itulah yang akan menentukan tinggi rendahnya harga jual saham Anda.

Selain itu, ada pula risiko likuidasi. Dalam kondisi tertentu, mungkin saja perusahaan yang sahamnya Anda miliki ternyata bangkrut di belakang hari. Bisa juga perusahaan

67

Page 69: Investasi Untuk Pemula

itu dibangkrutkan atau dipailitkan pihak lain melalui pengadilan. Jika ini terjadi, hak dan klaim pemegang saham menjadi prioritas terakhir.

Dalam proses likuidasi, biasanya perusahaan akan menjual aset-asetnya. Nah, dari hasil penjualan asset-asetnya itu, pertama-tama perusahaan itu harus membayar kewajibannya kepada negara. Selanjutnya, ia juga harus melunasi kewajibannya kepada karyawan dan pihak-pihak yang memberikan pinjaman atau kreditur. Terakhir, jika masih ada dana atau aset tersisa, baru sisa itu dibagikan secara proporsional kepada para pemegang saham. Tapi, jika tak ada sisanya, Anda sebagai pemegang saham tak akan memperoleh apa-apa.

Risiko-risiko itu tentu saja bisa dihindari. Caranya, sebagai investor Anda harus selektif dalam memilih saham-saham yang akan Anda jadikan wahana investasi. Misalnya, Anda bisa memilih perusahaan yang besar, keuntungannya tinggi, namanya terkenal, dan seterusnya.

Ada tiga cara membeli saham. Yakni, di pasar perdana, pasar sekunder, dan melalui reksadana. Khusus di pasar sekunder, Anda hanya bisa memperjualbelikan saham melalui pedagang perantara atau broker. Untuk itu, Anda harus menjadi nasabah salah satu broker anggota bursa di BEJ maupun BES. Broker itu akan meminta setoran dana awal kepada Anda. Nilainya sekitar Rp 25 juta sampai Rp 50 juta.

Ada tiga cara untuk membeli saham. Yang pertama adalah di pasar perdana. Ini adalah pasar ketika perusahaan penerbit saham atau emiten mulai menawarkan sahamnya ke investor publik. Istilah kerennya adalah initial public offering atau IPO. Untuk membeli saham saat IPO ini, Anda tinggal memesan saham tersebut melalui perusahaan sekuritas yang menangani IPO tersebut.

Cara yang kedua adalah dengan membeli saham-saham yang sudah tercatat di bursa saham. Untuk membedakan dengan pasar perdana, pasar ini sering disebut sebagai pasar sekunder. Di Indonesia, saat ini, ada dua bursa saham yang beroperasi, yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Asal tahu saja, saat ini jumlah saham yang sudah tercatat di kedua bursa itu sudah sangat banyak, mencapai lebih dari 300 saham. Jadi, Anda tinggal memilihnya.

Yang terakhir, Anda bisa membeli saham melalui reksadana. Tapi, pembelian saham ini tidak langsung. Anda menyerahkan duit Anda kepada manajer investasi reksadana, dan selanjutnya si manajer investasi yang akan membeli sahamnya.

Kembali ke pembelian saham di pasar sekunder, ada serangkaian proses yang harus Anda lakukan untuk bisa membeli -- dan menjual -- saham di pasar sekunder. Untuk bisa membeli saham di bursa, terlebih dahulu Anda harus menjadi nasabah broker atau pialang yang menjadi anggota BEJ atau BES. Khusus di BEJ, saat ini sudah ada sekitar 120 broker saham yang akan melayani transaksi jual-beli saham Anda di BEJ. Sebut saja nama Danareksa Sekuritas, Trimegah Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Kim Eng Securities, BNI Securities, dan masih banyak lagi. Untuk bisa menjadi nasabah broker itu, biasanya Anda harus menyerahkan fotokopi KTP yang berlaku.

Selanjutnya, Anda juga harus mengisi formulir pendaftaran nasabah. Tapi, yang terpenting, Anda juga harus menyetorkan deposit dana awal ke rekening broker yang sudah ditentukan. Dana ini akan menjadi modal awal investasi Anda.

Berapa deposit awalnya? Masing-masing sekuritas biasanya mematok setoran dana awal yang berbeda-beda. Tapi, umumnya, dana yang diminta lumayan besar, yaitu sekitar Rp 25 juta sampai Rp 50 juta. Nah, setelah menyetorkan dana itu, Anda

68

Page 70: Investasi Untuk Pemula

sudah bisa mulai bertransaksi. Cuma, Anda tidak bisa bertransaksi langsung ke bursa saham. Untuk membeli atau menjual saham Anda harus menyampaikan pemesanan beli maupun jual kepada broker. Selanjutnya, baru broker yang meneruskannya ke lantai bursa.

Meskipun demikian, keputusan untuk membeli adalah menjual saham tertentu sepenuhnya ada di tangan Anda. Analis atau pengamat saham di broker itu mungkin saja memberikan rekomendasi atau saran, tapi sarannya itu tak mutlak harus Anda ikuti.

Investor hanya bisa menjual atau membeli saham di pasar sekunder melalui broker saham. Jadi, tidak bisa masuk langsung ke bursa. Karena itu ada proses yang harus diikuti oleh investor ketika ia melakukan transaksi jual-beli saham. Aturan ini di satu sisi memberikan keuntungan karena investor tak perlu pusing mencari sendiri lawan transaksinya di pasar. Tapi, konsekuensinya, ada fee broker yang kudu dibayar.

Setelah resmi menjadi nasabah salah satu broker anggota bursa, Anda sudah bisa membeli saham di pasar sekunder. Tapi semua proses pembelian itu harus Anda laksanakan melalui broker atau pialang Anda. Caranya, pertama-tama Anda harus menentukan saham yang akan Anda beli. Idealnya, tentu saja, Anda harus memilih saham yang memberikan keuntungan paling tinggi. Tapi proses penentuan pilihan saham ini lumayan rumit.

Karenanya, kita akan membahasnya di tulisan yang lain. Untuk sekarang, sebagai contoh, misalnya Anda memilih untuk membeli saham PT Telkom Tbk. Simbol atau ticker saham ini di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah TLKM.Selanjutnya, tentu saja Anda harus menentukan jumlah saham TLKM yang ingin Anda beli. Oh, ya, satuan pembelian saham adalah lot. Adapun satu lot terdiri dari 500 saham. Jadi, kalau ingin membeli 10.000 saham Telkom, Anda cukup bilang beli 20 lot.

Yang paling penting, Anda juga harus menyampaikan pada harga berapa Anda ingin membeli saham TLKM itu. Taruh kata, karena yakin harga saham TLKM akan naik di masa depan, Anda membeli saham TLKM ini di harga Rp 10.000.

Nah, semua informasi itu wajib Anda sampaikan kepada petugas dealer sekuritas atau broker tersebut. Selajutnya dealer akan meneruskan pesanan anda kepada petugas yang ada di lantai bursa, sering disebut floor trader. Berikutnya, trader akan mencarikan penjual saham Telkom yang cocok dengan harga yang Anda tawarkan. Jika ketemu atau oder Anda terpenuhi, broker akan menyampaikannnya kepada Anda paling telat dalam jangka waktu 1 X 24 jam.

Tapi, Anda tidak bisa menerima bukti kepemilikan saham TLKM Anda saat itu juga. Pasalnya masih perlu proses administrasi. Transaksi itu baru akan selesai dalam jangka waktu 3 hari atau sering disebut T+3. Saat itulah, Anda akan resmi menjadi salah satu pemegang saham Telkom. Tapi, di lain pihak, Anda juga kudu menyerahkan duit pembelian sesuai dengan harga yang disepakati.

Nah, Saat Anda ingin menjual saham tersebut, Anda juga musti melalui proses yang sama. Anda tinggal pasang order jual dengan menyampaikan informasi soal saham yang ingin dijual, jumlah saham yang ingin dijual, dan harga jualnya. Begitu ketemu pembeli yang cocok, dealer akan menyampaikannya kepada Anda. Selanjutnya, dalam periode T+3 Anda sudah bisa menerima duit Anda.

69

Page 71: Investasi Untuk Pemula

Kadangkala, seorang pembeli saham tidak bisa menyerahkan uang pembelian saham sampai batas waktu 3 hari itu. Jika ini terjadi, investor itu disebut telah melakukan gagal bayar. Karena Anda menggunakan jasa perantara broker, tentu saja Ada biaya jasa broker yang harus Anda bayarkan. Biaya atau fee untuk transaksi beli umumnya sekitar 0,25% sampai 0,3% dari nilai transaksi. Sementara untuk transaksi jual, biaya brokernya adalah sekitar 0,35% sampai 0,4%. Mungkin Anda bertanya kenapa fee transaksi jual lebih mahal 0,1%. Jawabannya: soalnya penjualan saham memang dikenai pajak penghasilan (PPh) sebesar 0,1% dari nilai transaksi.

Agar keuntungannya lebih maksimal, idealnya Anda kudu mencari broker yang memasang fee paling murah. Tapi, fee juga buka pertimbangan satu-satunya. Ada hal-hal penting lainnya yang harus Anda perhatikan seperti fasilitas dan rekam jejak mereka.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi naik-turunnya harga saham suatu perusahaan. Tapi, Anda baru harus tahu bahwa investor saham biasanya bereaksi lebih dahulu sebelum peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi harga saham itu benar-benar terjadi. Istilahnya: buy on rumors sell on fact. Karena itulah, jika tak ingin ketinggalan kereta, investor harus rajin-rajin mengikuti berita di pasar.

Harga saham perusahan bisa naik atau turun. Penyebab yang tertama adalah factor permintaan (demand) dan penawaran (supply). Jika dalam satu hari lebih banyak investor yang ingin membeli saham A dari pada yang ingin menjualnya, otomatis harga saham A itu akan naik. Soalnya barang yang tersedia sedikit, tapi yang menginginkannya banyak.

Adapun permintaan dan penawaran saham sendiri dipengaruhi oleh banyak hal. Yang pertama adalah pergerakan suku bunga. Pada saat suku bunga cenderung naik, harga saham-saham akan cenderung turun. Pasalnya, sebagian investor mungkin akan menjual sahamnya dan kemudian memindahkan uangnya ke deposito perbankan yang bunganya ikut naik. Harap diingat bahwa risiko membiakkan duit di deposito jauh lebih rendah jika dibandingkan risiko investasi di saham. Nah, kalau deposito yang risikonya rendah itu memberikan keuntungan yang semakin tinggi, wajar jika investor memburunya.

Sebaliknya, jika suku bunga turun- seperti sekarang - harga saham-saham akan cenderung meningkat. Soalnya investor menarik dananya dari deposito yang bunganya layu dan mencari investasi lain yang lebih menguntungkan; termasuk saham. Ujungnya, permintaan akan saham-saham naik dan harganya juga terkerek. Masih berhubungan erat dengan suku bunga, inflasi - atau kenaikan harga barang dan jasa- juga bisa membuat harga saham-saham turun. Contoh yang paling riil adalah yang terjadi baru-baru ini. Karena inflasi di China naik tinggi, harga saham-saham di bursa Shanghai merosot cukup dalam. Penyebabnya karena inflasi yang tinggi itu membuat pelaku pasar meramalkan bunga di China akan naik.

Selain dua faktor makro ekonomi itu, ada faktor lain yang sangat mempengaruhi harga saham, yakni kinerja perusahaan penerbit saham tersebut. Semakin tinggi penjualan dan terutama laba bersih perusahaan itu, investor akan semakin memburunya dan harga sahamnya akan cenderung naik. Pasalnya, laba bersih adalah modal utama bagi sebuah perusahaan untuk bisa berkembang. Tak mungkin sebuah

perusahaan bisa maju jika ia tidak pernah membukukan untung. Adapun harga saham pada dasarnya ada cermin dari nilai perusahaan. Jadi, semakin tinggi nilai perusahaan, akan semakin tinggi pula harga sahamnya. Jangan lupa pula bahwa,

70

Page 72: Investasi Untuk Pemula

semakin tinggi keuntungan suatu perusahaan, akan semakin tinggi pula dividen atau pembagian keuntungan yang bisa dibagikan kepada investor.

Harga saham kadangkala juga dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, dan keamanan. Contohnya ketika terjadi ledakan bom di berbagai wilayah Indonesia beberapa waktu lalu, harga saham-saham cenderung turun. Ketidakpastian soal kebijakan pemerintah, kerusuhan, dan banjir juga bisa mempengaruhi harga saham-saham.Anda pasti sudah mafhum bahwa harga saham bisa naik atau turun. Nah, perubahan harga saham itu bisa terjadi setiap menit, atau bahkan setiap detik. Karenanya, investor -- terutama investor yang ingin menangguk keuntungan dari naik-turunnya harga saham jangka pendek -- harus memantau harga saham-saham yang dimilikinya. Bahkan, kalau bisa, investor harus memantaunya setiap saat.

Tujuannya adalah tentu saja agar keuntungan atau cuan yang Anda peroleh bisa lebih maksimal. Dengan memantau harga saham, Anda bisa tahu saham-saham mana saja yang sedang murah harganya dan layak dibeli. Anda juga bisa segera menjual saham-saham yang harganya sudah naik tinggi untuk memetik keuntungan.

Sebaliknya, dengan memantau harganya, Anda bisa mengantisipasi kalau-kalau harga saham itu merosot. Jika Anda tidak mengamatinya, mungkin Anda akan terkaget-kaget begitu melihat harga saham Anda ternyata sudah merosot sangat dalam dibandingkan harga belinya. Artinya, kerugian Anda sudah sangat besar. Kalau Anda sudah memantau penurunan harga saham itu, Anda bisa cepat-cepat menjualnya untuk mengurangi kerugian (cut loss).Ada banyak cara jika Anda ingin memantau sendiri harga saham di pasar. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat data harga saham di koran-koran bisnis dan investasi, termasuk Harian KONTAN. Setiap hari, koran-koran itu menampilkan harga semua saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) di hari sebelumnya. Data itu juga menampilkan besar kenaikan atau penurunan masing-masing harga saham. Cuma kelemahannya, informasi di koran hanya menampilkan harga penutupan saham di hari sebelumnya. Artinya, Anda tidak bisa mencermati pergerakan harga saham dalam satu hari melalui koran.

Nah, untuk mencermati pergerakan harga saham secara terus-menerus (real time), mau tidak mau Anda harus berlangganan informasi harga saham. Kebetulan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang "menjual" data transaksi dan harga saham real time di BEJ. Misalnya, ada RTI, IMQ, dan Limas. Harga langganannya bervariasi, antara Rp 100.000 sampai Rp 2 juta per bulan; bergantung pada kelengkapan data yang Anda minta. Enaknya, beberapa perusahaan itu juga sudah menyediakan jasa pemantauan saham melalui telepon genggam. Jadi, sambil memancing atau bertamasya pun Anda tetap bisa memantau harga saham.

Jika Anda tak mau mencermati harga saham secara mandiri, Artinya Anda harus bergantung pada broker atau pialang Anda. Setiap hari, broker biasanya aktif memberikan informasi kepada nasabahnya tentang kondisi pasar saham. Bahkan, broker yang bagus biasanya setiap hari juga memberikan rekomendasi saham-saham apa saja yang layak untuk dibeli atau harus segera dijual.

 Mengenal Indeks-Indeks Saham  Jika ingin bermain saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), terlebih dahulu investor harus mengenal indeks-indeks saham yang ada di BEJ. Ada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), indeks sektoral, indeks individual. Indeks-

71

Page 73: Investasi Untuk Pemula

indeks ini merupakan cerminan arah pergerakan harga-harga saham. Investor juga bisa menggunakan indeks saham sebagai alat pengukur tingkat keuntungan.

Indeks harga saham merupakan indikator atau alat ukur paling penting yang menggambarkan pergerakan harga saham di bursa. Secara teori, untuk investor, indeks harga saham itu bisa mempunyai tiga manfaat utama. Yaitu: sebagai penanda arah pasar, tongkat pengukur tingkat keuntungan, dan tolok ukur kinerja portofolio.

Nah, di Bursa Efek Jakarta (BEJ), saat ini, sebenarnya ada lima indeks. Yaitu: indeks individual, indeks sektoral, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII).

Di antara indeks-indeks itu, indeks yang paling utama adalah IHSG. Sebab, indeks ini dihitung berdasarkan harga hampir semua saham yang tercatat di BEJ.

Indeks ini pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Tapi, hari dasar perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100, dan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu sebanyak 13 saham.

Karena menggunakan harga hampir semua saham di BEJ dalam perhitungannya, IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama. Gampangnya, jika ingin melihat kondisi bursa saham saat ini, kita tinggal melihat pergerakan angka IHSG.

Jika IHSG cenderung meningkat seperti yang terjadi akhir-akhir ini, artinya harga-harga saham di BEJ sedang meningkat. Jika kondisi peningkatan indeks ini terjadi secara terus-menerus, orang sering bilang bahwa pasar sedang bergairah atau bullish. Cuma, yang ideal, selain IHSG-nya yang naik, saat bullish, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan ketenagakerjaan juga mestinya meningkat.

Pada saat bullish ini biasanya investor mempunyai banyak peluang untuk mencetak untung. Sebab, harga sebagian besar saham memang tengah meningkat tinggi.

Sebagian analis menilai, kondisi bursa saham kita saat ini sedang memasuki fase bullish. Sebab, beberapa tahun terakhir, IHSG terus naik tinggi sehingga sudah melampaui angka psikologis 2.000. Nah, menurut para analis saham, saat IHSG naik tinggi adalah saat yang baik untuk memetik keuntungan (profit taking).

Sebaliknya, jika IHSG cenderung turun, artinya harga-harga saham di BEJ sedang merosot. Jika kondisi penurunan indeks harga saham ini terjadi secara terus-menurus, pemain saham sering menyebut bahwa pasar sedang lesu atau bearish.

Cuma, jangan salah, kondisi ini sebenarnya juga memberikan banyak peluang untuk investor. Sebab, mereka memiliki kesempatan untuk membeli saham-saham saat harganya murah.

Oh, ya, sekadar catatan; persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda dibanding dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham. Kadang kala ada harga saham yang peningkatan atau penurunannya jauh melampaui pergerakan angka IHSG.

Selain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ45 bisa digunakan sebagai alat untuk memantau kinerja pasar saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tapi, indeks ini tidak mencerminkan pergerakan harga semua saham-saham di BEJ.

72

Page 74: Investasi Untuk Pemula

Saham-saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 adalah saham-saham pilihan. Selain memiliki kapitalisasi pasar besar, saham-saham itu juga merupakan saham paling likuid di BEJ. Indeks LQ45 hanya beranggotakan 45 saham pilihan. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk memilih saham-saham anggota Indeks LQ45 ini.

Yang pertama, saham-saham itu minimal sudah harus tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dalam jangka waktu tiga bulan. Saham-saham itu juga harus masuk dalam ranking 60 besar saham-saham yang memiliki total transaksi terbesar di pasar reguler Bursa Efek Jakarta (BEJ). Selain itu, dalam 12 bulan terakhir, rata-rata kapitalisasi pasar (harga dikalikan jumlah saham) saham itu juga harus masuk dalam ranking 45 saham tertinggi. Yang tak kalah pentingnya, kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan penerbit saham itu juga harus bagus.

Saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 itu tidak tetap. BEJ akan terus memantau kinerja masing-masing saham. Tiap tiga bulan sekali, BEJ akan melihat kembali ranking saham-saham anggota LQ45. Selain itu, setiap enam bulan, yaitu bulan Februari dan Agustus, BEJ juga akan melakukan penggantian anggota Indeks LQ45 jika memang diperlukan.

Jika ada saham yang tidak memenuhi kriteria lagi, saham itu akan didepak dari anggota LQ45 dan diganti dengan saham-saham baru yang lebih memenuhi syarat.

Selama ini, pergerakan Indeks LQ45 cenderung selalu searah dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ. Jika LQ45 naik, IHSG juga naik. Begitu pula sebaliknya; jika ia merosot, IHSG juga cenderung merosot. Ini terjadi karena semua saham-saham yang menjadi anggota Indeks LQ45 juga menjadi anggota IHSG. Sudah begitu, saham-saham yang menjadi anggota LQ45 sebenarnya juga merupakan lokomotif utama penggerak IHSG. Sebab, Indeks LQ45 menampung saham-saham yang paling likuid, paling besar kapitalisasinya, dan paling baik kinerjanya.

Karena itulah, LQ45 juta bisa digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja pasar saham di BEJ. Secara khusus, investor yang fokus investasi di saham-saham top juga lebih tepat jika menggunakan indeks ini sebagai acuan jika dibandingkan dengan IHSG.

Anda termasuk investor yang hanya mau berinvestasi di instrumen-instrumen investasi syariah? Tenang, Anda bisa memilih saham-saham yang menjadi anggota Jakarta Islamic Index (JII) jika ingin berinvestasi di saham. BEJ dan Danareksa Manajemen Investasi sengaja membentuk indeks ini untuk menyediakan tolok ukur (benchmark) bagi investor yang berinvestasi di saham-saham halal.

Selain Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks LQ45, ada pula Indeks Islami Jakarta atau Jakarta Islamic Index.

Ini merupakan indeks termuda di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diluncurkan pada 3 Juli 2000. Penyusunnya adalah BEJ dan Danareksa Manajemen Investasi (DMI).

JII ini merupakan indeks yang spesial karena anggotanya adalah 30 saham-saham halal, atau saham-saham yang sesuai dengan syariah islam. Karena itu, tentu saja Dewan Pengawas Syariah DIM dan BEJ tidak sembarangan memilih dalam memilih saham-saham yang bisa masuk dalam perhitungan JII.

Tentu saja perusahaan-perusahaan yang menjalankan kegiatan yang bertentangan dengan syariah Islam tidak bisa masuk JII. Kegiatan-kegiatan yang masuk dalam

73

Page 75: Investasi Untuk Pemula

kategori haram ini adalah: perjudian, lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem bunga (ribawi), usaha yang memproduksi dan memperdagangkan makanan dan minuman haram, serta usaha-usaha yang yang menyediakan barang atau jasa yang merusak moral atau mudarat.

Untuk memilih saham-saham yang layak menjadi anggota JII, DIM dan BEJ melaksanakan urutan seleksi khusus. Pertama, BEJ memilih kumpulan saham yang memiliki usaha utama yang tidak bertentangan dengan syariah islam. Saham ini harus sudah tercatat di BEJ lebih dari 3 bulan, kecuali jika saham itu masuk dalam kelompok 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar.

Kedua, BEJ dan DIM memilih saham yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva tidak melebihi 90%, berdasarkan laporan tahunan atau semesteran terakhir.

Ketiga, mereka memilih 60 saham dari saham-saham itu yang memiliki rata-rata kapitalisasi pasar terbesar dalam setahun terakhir.

Keempat, BEJ dan DIM akan memilih 30 saham dari saham-saham tadi yang memiliki nilai likuiditas perdagangan reguler rata-rata paling tinggi dalam setahun terakhir.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa selain halal, saham-saham yang masuk dalam JII juga merupakan saham-saham yang paling besar kapitalisasi pasarnya, dan paling likuid.

Karena usaha perusahaan, kapitalisasi pasar, maupun likuiditas saham bisa berubah-ubah; BEJ dan DIM akan terus mencermati saham-saham anggota JII. Jika ada yang perlu diganti, setiap enam bulan - pada bulan Januari dan Juli - BEJ akan melakukan penggantian dan mengumumkan daftar anggota JII yang baru.

Investor bisa menggunakan JII sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja portofolio investasi yang berinvestasi di saham-saham syariah. Contohnya adalah reksadana syariah. Selain itu, investor JII memudahkan investor yang memang hanya mau berinvestasi di saham-saham halal. Investor ini tinggal memilih saja satu atau beberapa saham yang jadi anggota JII itu.

Rasio Saham  Rasio saham merupakan salah satu rasio yang paling penting. Investor bisa menggunakan price-earning ratio (PE), misalnya, untuk mengukur mahal-murahnya suatu saham. Semakin rendah PE, semakin murah saham tersebut. Investor juga bisa mengukur tingkat keuntungan dividen yang bisa diperolehnya dari suatu saham. Jadi, rasio ini tak boleh dilewatkan.

Rasio saham menunjukkan bagian dari laba bersih perusahaan, dividen, dan modal yang dibagikan kepada setiap saham. Ada beberapa rasio saham yang bisa Anda cermati. Yang pertama adalah rasio harga terhadap laba per saham atau price earning ratio (PE). Rumusnya adalah harga per saham dibagi dengan laba per saham, adapun hasilnya dinyatakan dalam "kali".

Tapi, perhatikan, laba di sini bukanlah laba total tapi laba per saham. Ini adalah total laba bersih perusahaan yang telah dibagi dengan total rata-rata jumlah saham perusahaan. Dengan rumus seperti itu kita bisa mengukur mahal-murahnya suatu saham. Jika PE suatu saham sudah tinggi, biasanya, para analis mengatakan bahwa harga saham itu itu sudah mahal. Tapi, agar lebih

74

Page 76: Investasi Untuk Pemula

akurat, investor harus membandingkan PE perusahaan tersebut dengan PE perusahaan-perusahaan lain yang ada di dalam industri yang sama.

Ambil contoh PE saham Bank Untung adalah 2 kali. Dengan PE segitu, saham Bank Untung bisa dikatakan mahal jika PE rata-rata saham perbankan lainnya ternyata hanya 1,5 kali.Selanjutnya ada dividen per saham dan imbal hasil dividen atau dividend yield. Dividen per saham dihitung dengan membagi total dividen yang dibayarkan perusahaan dengan total jumlah saham yang beredar. Angka ini menggambarkan nilai dividen yang akan diterima oleh setiap pemilik satu saham perusahaan.

Adapun dividend yield adalah hasil pembagian dividen per saham dengan harga per saham. Dari rasio ini kita bisa mengukur berapa besar tingkat keuntungan dividen yang bisa kita peroleh dari suatu saham. Semakin tinggi dividend yield, semakin bagus saham tersebut.

Rasio harga saham terhadap nilai buku per saham atau price to book value (PBV) sama pentingnya dengan price-earning ratio (PE). Dengan menggunakan PBV, investor juga bisa mengukur apakah harga suatu saham masih murah atau sudah kemahalan.

Karenanya, selain price earning ratio (PE), investor juga harus mencermati rasio nilai buku per saham atau book value per share (BV). Untuk menghitungnya, kita harus membagi ekuitas dengan rata-rata jumlah saham yang beredar. Hasilnya dinyatakan dalam rupiah. Misalnya total ekuitas PT Maju Jaya Rp 100 miliar sedangkan jumlah rata-rata saham beredarnya 1 miliar. Dengan kondisi seperti ini artinya nilai buku (BV) per saham Maju Jaya adalah Rp 100 per saham (100/1).

Lantas apa bedanya BV yang Rp 100 per saham itu dengan harga saham Maju Jaya di bursa saham yang, misalnya, Rp 300 per saham? Hati-hati, nilai buku (BV) memang bisa jadi sangat berbeda dengan harga saham di pasar. Nilai buku per saham menggambarkan nilai setiap saham tersebut dalam hitungan akuntansi. Adapun harga saham menggambarkan ekspektasi investor atas nilai setiap saham.

Nah, dengan membandingkan harga saham suatu perusahaan di pasar dengan nilai buku per sahamnya, kita juga bisa mengukur apakah suatu saham sudah kemahalan (overvalued) atau justru terlalu murah (undervalued).Karena itulah ada rasio yang disebut rasio harga terhadap nilai buku per saham atau price to book value (PBV). Rumusnya sederhana yaitu harga per saham dibagi dengan nilai buku per saham (Price/Book Value).

Hasilnya dinyatakan dalam "kali" Semakin tinggi PBV suatu saham, analis biasanya menganggap harganya semakin mahal. Sebaliknya, semakin rendah PBV semakin murah saham tersebut. Namun, mirip dengan PE, agar lebih akurat kita juga harus membandingkan PBV suatu saham dengan PBV rata-rata saham-saham lain yang ada di dalam industri yang sama. Jika PBV saham itu di atas rata-rata PBV pasar, biasanya, analis akan mengatakan harga saham itu sudah mahal.

Seluk-beluk REIT  Dalam dua hari terakhir, KONTAN menulis berita tentang penawaran investasi REIT oleh Lippo-Mapletree Retail Trust (LMIR). Perusahaan patungan grup Lippo dan Mapletree Investment itu menawarkan 645,5 juta unit REIT dan akan mencatatkannya di bursa Singapura. Lantas, apa sebenarnya REIT itu? Mengapa di bursa Singapura?SELAMA ini, banyak orang salah kaprah menyebut real estate investment trust (REIT)

75

Page 77: Investasi Untuk Pemula

sebagai sebuah produk investasi. Pendapat ini sebenarnya tak sepenuhnya salah, hanya saja kurang tepat.

Pasalnya, aslinya, REIT -atau REITs dalam bentuk jamak - merupakan sebuah lembaga perusahaan properti atau real estat. Perusahaan ini lantas menjual sahamnya -seperti layaknya perusahaan lain- kepada publik. Mirip saham pada perusahaan lain, saham ini juga mewakili kepemilikan dalam operasi dan bisnis perusahaan REIT itu.

Cuma, perusahaan ini memang memiliki beberapa keistimewaan. Pertama, bisnis utama REIT adalah mengelola atau berinvestasi pada sekelompok properti, umumnya properti sewa. Kedua, REIT membagikan hampir semua keuntungannya dalam bentuk dividen. Nah, para investor pembeli saham REIT tadi akan menikmati keuntungan dari dividen ini.

Menurut praktek internasional, untuk bisa masuk golongan REIT ini, perusahaan realestat itu harus bersedia membagikan dividen minimal 90% dari laba kena pajaknya. Namun, dengan mengantongi status sebagai REIT itu, perusahaan tersebut tak perlu membayar pajak penghasilan.

Ini berbeda dengan perusahaan biasa yang membayar pajak dari seluruh total labanya. Setelah itu, ia baru memutuskan alokasi sisa laba untuk dividen maupun investasi. Adapun REIT langsung membagi hampir semua labanya dan bebas dari pajak penghasilan. Ujungnya, investor yang menikmati dividen itu yang harus membayar pajak penghasilan.

Jenis REIT ada tiga, yakni equity REIT, mortgage REIT, dan hybrid REIT.?

Secara umum, ada tiga jenis real estate investment trust (REIT) yang ada di pasar saat ini. Mereka adalah: equity REIT, mortgage REIT, dan hybrid REIT. Jenis-jenis REIT ini dikelompokkan berdasarkan strategi dan portofolio investasi mereka. Ada yang berinvestasi langsung di properti, ada pula yang membeli aset-aset kredit properti.JIKA berbicara mengenai REIT, umumnya, sebagian besar orang mengacu kepada bentuk equity REIT. Maklum, sejauh ini, REIT jenis ini memang paling banyak jumlahnya di dunia.

Equity REIT merupakan jenis REIT yang berinvestasi langsung dengan membeli properti. Jadi, ia menjadi pemilik properti tersebut dan bertanggung jawab atas nilai atau equity realestat itu. Karena memiliki aset properti secara langsung, pendapatan utama REIT jenis ini juga berasal dari pendapatan sewa properti tersebut.

Ambil contoh REIT Lippo-Mapletree Investment Trust (LMIR). REIT ini berinvestasi langsung di aset-asset properti dan ruang ritel yang dimiliki oleh PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Jadi, LMIR membeli aset-aset properti itu.

Jumlahnya total ada 14 aset properti bernilai sekitar S$ 1 miliar. Selanjutnya, LMIR akan membagikan keuntungan (dividen) kepada investor dari pendapatan sewa mal-mal dan ruang ritel itu.

Jenis REIT yang kedua adalah mortgage REIT. Sesuai dengan namanya, REIT ini meminjamkan dana kepada konsumen untuk membeli properti atau realestat. Alternatif lain, REIT ini membeli piutang kredit properti (mortgage) dari pihak lain. Karenanya, sebagian besar pendapatan mortgage REIT ini berasal dari bunga kredit atau pinjaman yang disalurkannya.

76

Page 78: Investasi Untuk Pemula

Yang terakhir adalah hybrid REIT. Ini adalah REIT yang menggabungkan strategi equity REIT dan mortgage REIT. Artinya, ia berinvestasi di dua jenis aset, yakni aset properti dan aset kredit properti.

Investor bisa berinvestasi di real estate invesment trust (REIT) dengan membeli unit-unit REIT itu, layaknya membeli saham. Hanya saja, saat ini, untuk bisa berinvestasi di REIT, investor harus pergi ke bursa di luar negeri. Sebab, Indonesia masih belum memiliki aturan soal tata-cara penerbitan REIT itu. Artinya, belum ada REIT di Indonesia.

CARA untuk bisa berinvestasi di REIT sebenarnya tak jauh berbeda dibandingkan berinvestasi di saham. Pertama, investor bisa membeli unit REIT itu ketika pengelola menawarkan produk itu di pasar perdana atau initial public offering (IPO). Jangan bingung, perusahaan REIT memang melakukan IPO layaknya sebuah perusahaan yang menawarkan saham perdana. Selain itu, karena REIT tercatat di bursa, investor juga bisa membeli REIT itu dari investor lain di bursa atau di pasar sekunder.

Keuntungan utama investasi REIT ini adalah dividen. Bedanya, perusahaan REIT membagikan sebagian besar labanya menjadi dividen secara rutin. Dus, mestinya, tingkat keuntungan dividennya (dividend yield) relatif tinggi.

Enaknya, sebagian REIT juga telah menyediakan program dividend reinvesment plans atau DRIPs. Maksudnya, ia telah menyiapkan mekanisme agar dividen tunai yang diterima investor bisa diubah menjadi tambahan investasi di REIT tersebut.

Sayangnya, saat ini, investor Indonesia baru bisa membeli unit-unit investasi REIT itu di bursa luar negeri. Misalnya, untuk membeli REIT Lippo-Mapletree Indonesia Retail Trust (LMIR), Anda harus pergi ke bursa Singapura. Sebab, REIT itu baru tercatat di sana.

Di Indonesia, praktis perusahaan-perusahaan belum bisa menerbitkan REIT. Pasalnya, aturannya memang belum ada. Cuma ada sedikit harapan. Pasalnya, beberapa waktu lalu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah mulai mensosialisasikan rancangan aturan REIT tersebut.?

Mirip dengan reksadana, di Indonesia, realestate investment trust (REIT) juga akan berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) seperti reksadana. Tapi, REIT hanya boleh berinvestasi di aset-aset properti yang benar-benar telah menghasilkan. Jadi, ia tidak boleh berinvestasi di tanah kosong atau proyek yang baru dibangun.

BADAN Pengawas Pasar Modal dan Lembang Keuangan (Bapapepam-LK) memilih menggunakan nama dana investasi realestat atau realestate investment fund (REIF) untuk menamai REIT.

Berdasarkan rancangan aturan Bapepam-LK, prosedur penerbitan, pengelolaan, dan investasi REIF itu sebenarnya tak jauh berbeda dengan REIT di luar negeri. Misalnya, REIF itu boleh berinvestasi di aset-aset properti secara langsung, surat berharga perusahaan realestat, maupun aset kas atau setara kas.

Batasannya, minimal investasi di aset properti langsung adalah 50% dari dana kelolaan REIF. Adapun minimal nilai investasi untuk aset properti langsung plus surat berharga perusahaan realestat adalah 80%. REIF juga boleh berinvestasi di aset yang tidak berkaitan dengan realestat. Tapi, porsi maksimal hanya boleh sebesar 20% dari dana kelolaan.

77

Page 79: Investasi Untuk Pemula

Yang menarik, rancangan aturan ini juga jelas-jelas melarang dana investasi realestat untuk berinvestasi di proyek-proyek properti yang masih dalam proses pembangunan dan tanah kosong. Dus, proyek atau aset properti yang ada di dalam portofolionya harus proyek properti yang sudah menghasilkan. Tentu saja, tujuannya adalah untuk melindungi para investor REIF tersebut.

Cuma, untuk bisa mencicipi REIT atau REIF di Indonesia, para investor masih harus bersabar. Sebab, saat ini, masih ada aturan perpajakan dan pertanahan yang menghalangi penerbitan REIT itu. Misalnya, di Indonesia, orang asing masih belum bisa memiliki properti atau tanah. Selain itu, REIT terancam terkena pajak ganda.?

III. MACAM-MACAM REKSADANA Pendatang Baru Bernama ETF  Sejatinya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sudah menyiapkan aturan soal ETF sejak 4 Desember 2006. Tapi, hingga kini belum satu pun produk ETF meluncur di pasar.

Di luar reksadana yang sudah kita kenal, belakangan ini meluncur reksadana varian baru. Si pendatang baru ini bernama exchange trade fund (ETF). Uniknya, reksadana jenis baru ini bakal diperdagangkan di bursa. Dus, penentuan harganya bakal lebih transparan. Biaya transaksinya pun lebih murah ketimbang reksadana biasa. Tapi, investor sebaiknya tetap mencermati risikonya.

Hanya, beberapa manajemen investasi sudah bersiap-siap meluncurkan reksadana ini. Di antaranya, Bahana TCW Investment Management dan Kresna Securities. Seperti pernah ditulis KONTAN, Bahana akan mendaftarkan sebuah reksadana indeks obligasinya ke bursa pada April nanti. Lalu, Kresna akan menyusul pada paruh kedua tahun ini, tapi masih merahasiakan format ETF-nya.

Secara sederhana, ETF adalah reksadana yang unit penyertaannya diperjualbelikan di bursa efek; misalnya Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jadi, jenis reksadana yang diperdagangkan di bursa itu bisa jadi reksadana yang sudah lama kita kenal. Bisa reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran atau reksadana indeks. Bedanya, unit penyertaannya diperdagangkan di bursa.

Untuk bisa diperdagangkan di bursa, produk ETF harus melewati proses layaknya pencatatan perdana saham perusahaan. Manajer investasi pun harus menawarkan prospektusnya. Maka, rincian portofolio yang selama ini menjadi rahasia dapur manajer investasi mestinya menjadi lebih transparan dalam penawaran ETF.

Setelah dana investor terkumpul, manajer investasi menginvestasikannya ke portofolio yang sesuai dengan ketentuan di prospektusnya. Selain itu, perbedaan ETF dengan reksadana biasa adalah cara membeli dan menjualnya. Kita membeli dan menjual unit penyertaan reksadana biasa lewat bank yang menjadi agen penjual atau langsung ke manajer investasi. Tapi, kita membeli dan menjual unit penyertaan ETF lewat pialang yang jadi anggota bursa.

78

Page 80: Investasi Untuk Pemula

Agar sama-sama untung, pialang dan manajer investasi kemungkinan akan mematok minimal investasi dan transaksi unit penyertaan ETF. Praktek ini lazim dilakukan pada jual-beli saham.

Dalam reksadana biasa, setiap kali investor mencairkan unit penyertaannya, manajer investasi mesti menjual sebagian portofolio investasi reksadana tersebut. Dana hasil penjualan ini dipergunakan untuk membayar investor. Mekanisme ETF bukan saja menguntungkan bagi investor dari segi transparansi dan biaya yang mungkin lebih murah.

Bagi manajer investasi, mekanisme ETF yang diperdagangkan melalui bursa efek juga menguntungkan. Pasalnya, mereka tidak perlu lagi pusing dengan urusan penjualan portofolio setiap kali ada investor yang mencairkan unit penyertaannya.

Akibat dari tindakan itu, manajer investasi harus menghitung ulang nilai aktiva bersih per unit penyertaan reksadana. Jadi, nilai aktiva bersih per unit penyertaannya bisa bertambah atau berkurang -- yang tergantung dari aktivitas investasi, kondisi pasar, dan kemampuan manajer investasi dalam mengelola dana.

Dalam ETF, manajer investasi tak perlu terlalu pusing memikirkan jual-beli portofolio seperti itu. Mereka bisa lebih fokus pada pengelolaan portofolio. Sebab, investor tidak menjual unit penyertaannya pada manajer investasi, melainkan kepada investor lain yang bersedia membelinya lewat pialang di bursa. Proses ini tidak akan mempengaruhi komposisi portofolio efek ETF.

Jadi, yang bisa naik atau turun adalah harga per unit penyertaan ETF yang diperdagangkan tadi. Naik-turunnya harga unit penyertaan inilah yang menentukan tingkat untung atau ruginya investor.

Namun, jangan salah sangka. Nilai aktiva bersih ETF tetap berpotensi untuk bertambah atau berkurang. Dus, manajer investasi tetap wajib melaporkan perubahan nilai aktiva bersih per unit penyertaan ETF pada Bapepam-LK.Lantaran unit penyertaan tadi diperjualbelikan di bursa, bagaimana bila saat akan dijual itu tidak ada investor lain yang berminat membeli? Mau tak mau, investor mesti menunggu hingga ada pembeli. Inilah risiko likuiditas yang mesti Anda sadari betul.

Pada tahap awal, para pakar memperkirakan risiko likuiditas itu akan sangat besar. Untuk mengurangi risiko ini, manajer investasi sebaiknya bekerjasama dengan pialang yang berperan sebagai market maker. Yaitu, semacam bandar yang memastikan selalu penjual dan pembeli, plus selalu siap menampung penjualan. Selain itu, mesti ada sponsor yang membeli sejumlah tertentu unit penyertaan ETF pada penawaran perdana.

Dengan demikian, likuiditas diharapkan bisa tetap terjaga. Dus, investor tidak keburu kapok dan kabur gara-gara produk ETF tidak likuid. ?

Mari Mengenal Reksadana Campuran  Secara definisi, reksadana campuran merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya pada efek ekuitas (saham) dan efek utang (obligasi dan deposito) dengan komposisi yang tidak termasuk kategori reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, maupun reksadana pasar uang.

79

Page 81: Investasi Untuk Pemula

Yang paling membedakan reksadana campuran dengan reksadana jenis lain adalah tingkat fleksibilitasnya dalam mengatur alokasi penempatan dana serta pemilihan portofolio. Seperti kita tahu, jenis reksadana lain memiliki batasan spesifik yang tak boleh dilanggar soal pengalokasian dana kelolaannya. Pada reksadana pendapatan tetap, misalnya, alokasi dananya pada obligasi tidak boleh kurang kurang dari 80%.

Gampangnya, ini reksadana gado-gado. Penempatan dananya bisa di saham, surat utang atawa obligasi, deposito, dan instrumen investasi lainnya. Komposisinya pun bisa sangat fleksibel.

Alokasi penempatan dana alias komposisinya pun bisa sangat bervariasi. Pun begitu, manajer investasi (MI) wajib memberikan gambaran mengenai kebijakan investasi reksadana campuran yang diterbitkannya. Misalnya, berapa porsi minimal dan maksimal untuk penempatan di efek ekuitas, surat utang, dan pasar uang.

Tapi, MI lebih leluasa untuk mengelolanya; kapan menjual, membeli, atau menata ulang komposisi portofolionya. Syaratnya, semua masih sesuai dengan kebijakan investasi yang sudah digariskan di prospektus reksadana.

Dengan membeli reksadana campuran, investor berkesempatan memperoleh imbal hasil dari berbagai macam instrumen investasi. Dus, biasanya tingkat keuntungan yang diberikan reksadana campuran bisa lebih tinggi ketimbang reksadana pasar uang dan pendapatan tetap.

Bahkan, ia seringkali hampir menyamai imbal hasil di reksadana saham. Tapi risikonya, boleh dibilang tidak sebesar reksadana saham. Karena itu, investor bisa memilih reksadana campuran ini sebagai alternatif reksadana saham.

Pun begitu, investor mesti jeli memilih mana produk reksadana campuran yang memiliki komposisi portofolio yang paling sesuai dengan kebutuhan investasinya serta profil risikonya. Soalnya, produk reksadana campuran yang sekarang ini beredar di pasaran memiliki komposisi portofolio yang sangat bervariasi. Satu dengan yang lain mungkin sangat berbeda.

Bisa jadi, sebuah reksadana campuran menempatkan 50% dananya pada instrumen saham, sementara yang lain hanya 25%. Sudah pasti, kedua reksadana campuran ini akan memberikan keuntungan yang berbeda. Setelah memahami karakteristiknya, investor sebaiknya tidak menilai reksadana campuran semata dengan melihat keuntungannya.

Mengenal Seluk-Beluk Reksadana Indeks  Sebelum membentuk reksadana indeks, MI menentukan satu indeks tertentu yang akan dipakai sebagai acuan. Indeks acuan ini sebenarnya bisa indeks apa saja; tapi umumnya indeks yang dipakai sebagai patokan adalah indeks saham. Selanjutnya, MI akan menginvestasikan duit investor ke dalam saham-saham yang menjadi anggota indeks tersebut.

Porsi investasi di dalam masing-masing saham tidak asal, melainkan harus sama dengan bobot masing-masing saham di salam indeks acuannya. Selain reksadana saham dan campuran, ada satu jenis reksadana lagi yang memiliki porsi investasi yang besar di dalam instrumen saham. Namanya reksadana indeks.

80

Page 82: Investasi Untuk Pemula

Sekilas, reksadana ini memang mirip dengan reksadana saham karena manajer investasi (MI) menginvestasikan dana investor ke dalam instrumen saham. Tapi reksadana ini memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki reksadana saham.

Bingung? Biar lebih jelas, mari kita bedah contoh produk reksadana indeks yang ada di pasar yakni: Danareksa Indeks Syariah (DINAR). Produk keluaran PT. Danareksa Investment Management ini memilih Jakarta Islamic Index (JII) sebagai acuan DINAR. Sekedar mengingatkan, JII adalah indeks yang beranggotakan 30 saham halal paling likuid di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Karena memilih JII sebagai acuan, DINAR menginvestasikan mayoritas dana investor di saham-saham yang menjadi anggota JII. Ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) bilang bahwa reksadana indeks harus berinvestasi minimal di dalam 80% saham yang menjadi anggota indeks. Dus, karena anggota JII ada 30 saham, DINAR harus membeli minimal 24 saham anggota JII.

Komposisi portofolio investasi DINAR juga disesuaikan dengan bobot masing-masing saham di salam JII. Taruh kata, bobot saham Telkom di dalam JII adalah 30%, DINAR juga berinvestasi di saham Telkom dengan porsi sekitar 30% dari total nilai asetnya.

Dengan skim seperti itu, MI tak perlu bekerja keras. Yang penting, ia paham bobot masing-masing saham anggota indeks yang menjadi acuan dan menyusun portofolio yang komposisinya mirip dengan bobot masing-masing saham tersebut. MI juga tak perlu melakukan jual-beli saham harian. MI hanya perlu membeli atau menjual saham jika ada investor baru masuk, investor keluar, atau jika bobot suatu saham di dalam indeks berubah. Strategi seperti ini disebut passive investment strategy atau strategi investasi pasif. Karena strateginya pasif, umumnya, biaya pengelolaan reksadana indeks sangat rendah. Inilah kunci kelebihan reksadana indeks; biayanya murah.

Berbeda dengan reksadana lainnya, manajer investasi (MI) reksadana indeks mengelola portofolio reksadana indeks secara pasif (passive investment strategy).Risiko reksadana indeks masih lebih tinggi ketimbang risiko reksadana pendapatan tetap, campuran, maupun reksadana pasar uang. Karena itu, reksadana ini tak cocok untuk semua tipe investor. Investor yang berinvestasi di reksadana ini harus siap menghadapi fluktuasi imbal hasil (return) yang tinggi setiap harinya. Tapi, risiko ini sebanding dengan potensi keuntungannya yang juga tinggi dalam jangka panjang.

Karena strateginya pasif, umumnya, biaya pengelolaan (management fee) reksadana indeks sangat rendah. Inilah kunci kelebihan reksadana indeks: biayanya murah. Jika biaya pengelolaan reksadana umum sekitar 1%-1,5%, biaya reksadana indeks biasanya di bawah 1%.

Gambaran keuntungannya? Tentu saja, hasil investasi reksadana indeks ini akan berfluktuasi mengikuti pergerakan indeks acuannya. Tapi, pada prakteknya, kita akan sulit menemukan kinerja reksadana indeks yang sama persis dengan kinerja indeks acuannya. Karena ada biaya-biaya, kinerja reksadana indeks biasanya sedikit lebih rendah ketimbang kinerja indeks acuannya. Selisih inilah yang sering disebut dengan tracking error. Semakin kecil tracking error suatu reksadana indeks dengan indeks acuannya, semakin bagus.

Karena tingkat keuntungannya fluktuatif, reksadana indeks ini termasuk jenis reksadana yang mengandung risiko tinggi. Risikonya di atas risiko reksadana campuran, pendapatan tetap, pasar uang, maupun reksadana terproteksi. Tapi, risiko reksadana indeks masih sedikit lebih rendah ketimbang reksadana saham. Sebab,

81

Page 83: Investasi Untuk Pemula

umumnya, komposisi portofolio reksadana indeks lebih tersebar dibandingkan dengan reksadana saham.

Tapi, karena risikonya masih masuk kategori tinggi, produk reksadana indeks ini tak cocok untuk semua orang. Hanya tipe investor yang agresif dan bandel yang boleh berinvestasi di sini. Artinya, demi memperoleh keuntungan yang tinggi, investor itu harus siap menghadapi risiko fluktuasi dalam jangka pendek.

Cuma, asalkan investor kuat memikul risiko fluktuasi seperti itu, dalam jangka panjang ia bisa memperoleh untung yang tinggi dari reksadana indeks. Sebab, dalam jangka panjang, suatu indeks saham kemungkinan besar akan naik.

Sayangnya, jumlah reksadana indeks yang beredar di pasar saat ini masih sangat terbatas. Yang pertama Danareksa Indeks Syariah (DINAR) yang mengacu pada indeks saham halal Jakarta atau Jakarta Islamic Index (JII). Selain itu, ada pula produk Asian Bond Fund-Indonesia Bond Index Fund (ABF-IBF) keluaran Bahana TCW Investment yang mengacu pada indeks obligasi.

Mengenal Reksadana Pasar Uang  Apa itu instrumen pasar uang? Instrumen pasar uang adalah efek utang jangka pendek yang usianya tak lebih dari setahun. Misalnya, sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito atau obligasi yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Jangan terkecoh dengan namanya. Reksadana pasar uang bukan berarti reksadana yang menempatkan dana investornya pada berbagai mata uang. Yang benar, reksadana pasar uang adalah reksadana yang menempatkan seluruh atawa 100% dana kelolaannya pada instrumen pasar uang.

Dengan karakteristik seperti itu, reksadana pasar uang sangat cocok bagi mereka yang terbiasa berinvestasi di deposito, tapi ingin mulai menjajal berinvestasi di reksadana. Produk ini pas juga buat investor yang mementingkan likuiditas dan orientasi investasinya jangka pendek.

Lantaran sifatnya yang seperti itu, tentu saja para investor mesti maklum bila hasil investasinya tak berbeda jauh dari bunga deposito. Soalnya, ya itu tadi, reksadana pasar uang menempatkan menempatkan sebagian dana investor ke deposito.

Lo, lalu apa nilai lebihnya ketimbang menaruh dana langsung di deposito? Keunggulan pertama adalah soal kebebasan waktu penarikan. Sudah aturan main yang jamak, jika investor mencairkan deposito sebelum jatuh tempo yang disepakati, ia akan kena penalti alias denda. Besarnya bisa mencapai 10% atas bunga. Artinya, untuk menghindari denda ini, si pemilik dana mesti merelakan dananya ngendon di bank minimal satu bulan.

Enaknya, jika berinvestasi di reksadana pasar uang, investor bisa mencairkan dananya kapan pun ia inginkan tanpa kena denda. Menurut aturan Badan Pengawas Pasar Modal, paling lambat 7 hari setelah pengajuan permohonan pencairan, si investor sudah bisa menerima dananya.

Investor juga bisa menentukan sendiri jumlah dana yang ingin ia cairkan. Sementara, di deposito, investor mesti menarik seluruh dana plus imbal hasilnya.Nilai lebih yang lain: investor berpeluang mendapat hasil investasi yang lebih tinggi

82

Page 84: Investasi Untuk Pemula

ketimbang bunga deposito. Soalnya, selain di deposito, reksadana pasar uang juga berinvestasi di SBI atau obligasi jangka pendek. Nah, investasi di obligasi jangka pendek ini masih bebas pajak.

Dus, wajar kalau gabungan investasi di deposito plus instrumen lainnya itu mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi di atas bunga deposito. Berkat cukup besarnya dana yang terkumpul lewat reksadana pasar uang, investor pun berpeluang melakukan diversifikasi aset secara tidak langsung. Sebagai gambaran, dengan dana terbatas, katakanlah Rp 20 juta, Anda hanya bisa menyebarnya paling banter ke empat deposito. Itu pun, Anda tidak bisa menawar bunganya agar sedikit lebih tinggi.

Ketika menempatkan dana di deposito, reksadana pasar uang memiliki posisi tawar lebih kuat ketimbang deposan individual. Sebab, melalui reksadana pasar uang bisa terkumpul dana yang cukup besar untuk mendapatkan bunga yang lebih baik. Kebetulan, bank biasanya mau memberikan bunga di atas bunga konter untuk setoran di atas Rp 1 miliar.

Tapi, lewat reksadana pasar uang, dana investor yang terkumpul mungkin akan mencapai miliaran rupiah. Ini membuat manajer investasi (MI) bisa menempatkan dana di lebih banyak deposito dan instrumen pasar uang lain. Walhasil, keuntungan investor pun lebih optimal.

Tapi, mungkin Anda akan bertanya: jika menaruh sendiri dana kita di deposito, potensi untuk rugi boleh dibilang tidak ada. Bagaimana bila dana itu ditempatkan di reksadana pasar uang?

Harus diakui, memang ada kemungkinan imbal hasil reksadana pasar uang minus. Namun, potensinya sangat kecil. Soalnya, nilai instrumen pasar uang yang berjangka pendek itu relatif tetap atau tidak banyak bergerak lagi. Ini berbeda dengan instrumen saham atau obligasi yang masih panjang jatuh temponya.

Satu hal lagi; ketika berinvestasi di reksadana pasar uang, Anda tidak akan melihat penambahan nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan seperti pada reksadana lain. Angkanya tetap Rp 1.000 per unit penyertaan.

Cara menghitung keuntungan pada reksadana pasar uang memang berbeda dengan reksadana jenis lain. Hasil investasi reksadana pasar uang tecermin pada penambahan unit penyertaan, bukan peningkatan harga per unit penyertaan.

Biar lebih gampang dipahami, mari kita pakai perumpamaan. Misalnya, Anda membeli 1.000 unit penyertaan reksadana pasar uang dengan harga Rp 1.000 per unit. Ini artinya investasi awal milik Anda sebesar Rp 1.000.000.

Nah, dalam perkembangannya, penempatan dana reksadana pasar uang itu memberikan imbal hasil hingga 10%. Jadi, investasi Anda berbiak menjadi Rp 1.100.000. Logikanya, harga NAB per unitnya kini menjadi Rp 1.100. Tapi, bila Anda lihat laporan hasil investasi yang dikirimkan manajer investasi, harga NAB per unit tetap Rp 1.000. Tapi, tidak berarti investasi Anda tidak bertambah. Sebab, kalau Anda cermati, jumlah unit penyertaan Anda akan bertambah; dari 1.000 unit menjadi 1.100 unit

Mengenal Reksadana Pendapatan Tetap

83

Page 85: Investasi Untuk Pemula

 Jenis reksadana yang pertama adalah reksadana pendapatan tetap atau reksadana obligasi. Sesuai dengan namanya, reksadana ini membiakkan sebagian besar dana investor di dalam instrumen surat utang atau obligasi.

Reksadana merupakan alternatif investasi yang tepat bagi investor yang punya dana terbatas. Masalahnya, berdasarkan instrumen investasinya, ada banyak jenis reksadana di pasar yang memiliki profil imbal hasil maupun risiko berbeda-beda. Biar tidak salah pilih, investor harus mempelajari seluk-beluk berbagai jenis reksadana tersebut.

Sebagian besar itu berapa, sih? Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah memberikan rambu-rambunya. Peraturan Bapepam-LK bilang bahwa yang masuk kategori reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang menempatkan minimal 80% dana investor di instrumen obligasi.

Jadi, kalau ada reksadana yang porsi investasinya di obligasi di bawah 80%, ia tidak termasuk reksadana obligasi. Sebaliknya, ada reksadana obligasi yang porsi investasinya di obligasi sampai 100%.

Ada dua jenis pendapatan yang menjadi sumber keuntungan (return) reksadana obligasi. Pendapatan yang pertama berasal dari bunga atau kupon yang diberikan oleh obligasi-obligasi yang ada di dalam reksadana tersebut.

Sifat pendapatan ini tetap. Soalnya, para penerbit obligasi membayarkan kupon obligasi mereka secara rutin dalam jangka waktu tertentu -- biasanya tiga bulan -- dan nilainya juga tetap. Karena ada aliran pendapatan yang tetap inilah, reksadana ini kemudian dinamai reksadana pendapatan tetap.

Tapi, jangan sampai terjebak. Karena namanya reksadana pendapatan tetap, banyak orang berpikir bahwa tingkat keuntungan reksadana jenis ini akan selalu tetap mirip deposito. Parahnya, malah ada investor yang beranggapan bahwa investasi awal di reksadana pendapatan tetap juga tak bisa berkurang, alias selalu tetap.

Presepsi yang telanjur latah ini salah besar! Sebab, aslinya tingkat keuntungan reksadana pendapatan tetap juga bisa naik-turun. Dalam satu bulan tertentu, misalnya, ia bisa memberikan keuntungan 2% per bulan.

Tapi, di saat lain, keuntungan reksadana yang sama bisa cuma 1% per 30 terakhir. Bahkan, bukan tidak mungkin keuntungan reksadana pendapatan tetap ini justru minus atau merugi. Kalau kerugian ini terjadi secara terus-menerus, pada akhirnya investasi awal investor juga akan termakan.

Asal tahu saja, akhir 2005, industri reksadana kita pernah geger akibat fluktuasi return reksadana pendapatan tetap yang berlebihan. Bayangkan, waktu itu, suatu reksadana pendapatan tetap bisa merugi 20% atau lebih dalam sehari doang.

Kok, bisa? Bisa, karena selain ditentukan oleh bunga, keuntungan reksadana pendapatan tetap juga ditentukan oleh perubahan harga obligasi yang menjadi ladang investasinya.Ya, di pasar, harga obligasi -- yang dinyatakan dalam persentase dari nilai pokoknya -- memang bisa naik-turun. ?

KONTAN edisi Rabu kemarin (7/3) sudah membahas seluk-beluk reksadana pendapatan tetap. Intinya, keuntungan reksadana pendapatan tetap yang berbasis

84

Page 86: Investasi Untuk Pemula

obligasi bisa naik turun mengikuti harga obligasi di pasar. Ada banyak hal yang mempengaruhi harga obligasi.

Reksadana pendapatan tetap sebaiknya digunakan sebagai ladang investasi jangka panjang. Dengan cara ini, investor akan terhindar dari kerugian akibat gejolak harga obligasi dalam jangka pendek.

Faktor penentu yang paling utama adalah suku bunga pasar (BI rate). Pada saat bunga naik, harga obligasi yang menjadi tempat investasi reksadana obligasi akan turun. Akibatnya, keuntungan reksa-dana obligasi juga akan ikut turun. Sebaliknya, pada saat bunga turun, harga obligasi di pasar justru akan naik. Akibatnya, return reksadana obligasi juga ikut terkerek. Karena itulah, reksadana obligasi tergolong memiliki risiko menengah; bukan rendah.

Nah, investor yang berniat berinvestasi di obligasi pendapatan tetap harus memiliki nyali yang cukup agar siap menghadapi fluktuasi keuntungan yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Kalau suatu saat keuntungan reksadana pendapatan tetap tiba-tiba bergejolak, apa yang harus dilakukan oleh investor?

Para pakar investasi menganjurkan agar investor tak panik dan buru-buru menjual unit reksadananya. Pasalnya, tindakan menjual reksadana secara panik hanya akan memperburuk keadaan. Jika aksi jual itu dilakukan oleh banyak investor, MI pun terpaksa harus menjual sebagian besar obligasi yang ada di dalam portofolio investasinya.

Akibatnya, mungkin, ia harus menjual obligasi itu dengan harga yang murah. Ujung-ujungnya, penjualan secara obral ini bikin keuntungan reksadana pendapatan tetap itu semakin anjlok.

Selain itu, para pakar investasi juga menganjurkan agar investor menggunakan reksadana pendapatan tetap ini sebagai wahana investasi jangka panjang (di atas 3 tahun). Dengan strategi seperti ini, investor reksadana pendapatan tetap akan terhindar dari kerugian akibat fluktuasi harga obligasi dalam jangka pendek.

Mari Mengenal Reksadana Saham  Dari semua jenis reksadana yang telah diperkenalkan pada investor di Indonesia, reksadana saham sanggup memberikan imbal hasil paling tinggi. Tapi, jangan lantas asal tubruk. Dalam investasi selalu berlaku prinsip: hasil investasi yang tinggi sepadan dengan risiko yang tinggi pula. Karena itu, sebelum memutuskan membeli reksadana saham, kenali dan pahami dulu seluk beluknya.

Nah, menurut ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), penempatan dana pada ekuitas tadi paling tidak mesti mencapai 80% dari total dana kelolaan. Dus, manajer investasi (MI) boleh menempatkan sampai 100% dana kelolaannya pada saham. Tapi, bila penempatannya pada saham kurang dari 80%, namanya bukan lagi reksadana saham.

Intinya, reksadana saham membuka jalan bagi orang yang ingin membeli saham tapi duitnya terbatas. Maklum, untuk berinvestasi langsung ke saham perlu dana yang gede.

85

Page 87: Investasi Untuk Pemula

Coba kita hitung. Untuk berinvestasi di saham, Anda mesti membeli minimal 1 lot atau setara 500 saham. Taruh kata, Anda ambil saham yang murah, harganya Rp 500 per saham. Berarti, Anda mesti menyediakan dana Rp 250.000 untuk membeli satu jenis saham saja. Pasti Anda pikir, masih enteng kan?

Namun, jangan salah. Dengan hanya memiliki satu jenis saham, nilai investasi Anda akan sangat terpapar oleh naik-turunnya harga saham tersebut. Maksudnya, saat harganya naik, nilai investasi Anda sontak naik. Sebaliknya, saat harganya sangat jatuh, nilai investasi Anda juga langsung terjun. Jadi, tidak ada penyebaran risiko.

Karena itu, orang yang ingin berinvestasi di saham sebaiknya melakukan diversifikasi dengan membeli beberapa jenis saham. Selain itu, ia mesti memiliki kemampuan menganalisa dan memilih saham. Ia juga mesti punya waktu untuk memantau perkembangan pasar yang fluktuatif.

Ada lagi masalah lain. Bila ingin berinvestasi di saham, Anda mesti membelinya melalui broker alias pialang. Nah, perusahaan broker biasanya menetapkan setoran dana awal minimal Rp 50 juta. Sekalipun, Anda hanya ingin membeli 1 lot! Syukurlah, ada reksadana saham yang bisa mengatasi masalah-masalah tadi. Bagaimana bisa? Kita akan bahas di edisi besok.

Banyak faktor yang membuat orang berpikir seribu kali sebelum memutuskan untuk berinvestasi langsung di saham. Besarnya modal yang mesti disiapkan mungkin tak begitu soal bagi sebagian orang. Tapi, investor juga mesti mampu menganalisis dan memilih saham. Belum lagi, ia tak boleh lengah untuk senantiasa memonitor perkembangan pasar yang sering kali fluktuatif.

Nah, reksadana saham bisa menjadi solusi persoalan itu. Dengan reksadana, orang tidak perlu khawatir soal modal berinvestasi saham yang cukup besar. Reksadana memang dirancang sebagai sarana investasi bagi orang yang tidak punya kantong tebal. Setidaknya, gagasan idealnya seperti itu. Jadi, sekumpulan investor yang duitnya terbatas itu bisa berinvestasi beramai-ramai lewat reksadana.

Dengan demikian, fulus yang terkumpul cukup untuk diinvestasikan di sejumlah saham. Lantaran penempatan investasinya tersebar di banyak saham, risiko yang mesti dihadapi investor otomatis juga tersebar. Boleh saja harga satu-dua saham anjlok, tapi harga saham-saham yang lain dalam keranjang investasi reksadana itu naik atau stabil. Alhasil, nilai aktiva bersih (NAB) per unit reksadana boleh jadi hanya sedikit tergerus atau malah masih meningkat. Tapi, tentu kinerja NAB per unit penyertaan itu sangat tergantung dari saham-saham yang dipilih oleh si MI.

Nah, satu lagi kelebihan reksadana saham, investor tidak perlu puyeng memikirkan saham mana yang mesti dipilih. Tidak perlu pula melakukan analisis-analisis saham yang njelimet. Sebab, semua itu menjadi tugas dan tanggung jawab MI. MI juga yang akan menyelesaikan segala urusan dalam bertransaksi saham dengan pialang. Dus, tugas investor tinggallah memilih MI alias pengelola reksadana yang baik dan bisa dipercaya. Ini penting. Soalnya, pemilihan MI ini bisa menentukan kinerja reksadana kita.

Keuntungan reksadana saham lebih tinggi ketimbang reksadana pendapatan tetap yang berorientasi pada bunga. Keuntungan reksadana saham berasal dari kenaikan harga portofolio sahamnya yang disebut capital gain atau selisih antara harga jual dengan harga beli saham. Keuntungan lain diperoleh bila perusahaan penerbit saham membagi dividen atau bagian dari laba perusahaan kepada pemegang saham.

86

Page 88: Investasi Untuk Pemula

Namun, karena harga saham fluktuatif, investor reksadana saham sebaiknya punya horizon investasi jangka panjang. Sebab, umumnya, harga saham akan terus meningkat sesuai kinerja perusahaan.

Meneliti Reksadana Terproteksi  Sejak awal tahun 2006 lalu, muncul jenis reksadana baru yang memberikan iming-iming setinggi langit kepada investor. Namanya reksadana terproteksi atau capital protected fund (CPF).

Belakangan ini, penawaran produk-produk reksadana terproteksi semakin marak. Total nilai dana yang telah diinvestasikan di reksadana jenis ini sudah mencapai Rp 11,9 triliun. Jangan heran. Reksadana terproteksi memang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan reksadana-reksadana lainnya, yakni ia bisa melindungi investasi awal investor. Tapi, ia juga mengandung banyak risiko.

Sesuai dengan namanya, reksadana terproteksi memang memberikan proteksi atawa perlindungan kepada investor. Apa yang diproteksi? Yang diproteksi adalah nilai investasi awal yang disetorkan oleh investor. Jadi, pokok investasi awal investor akan tetap 100%. Taruh kata Anda menginvestasikan uang Rp 20 juta; duit itu tidak akan berkurang sampai reksadana itu bisa dicairkan. Inilah yang membuat CPF agak mirip deposito.

Yang menarik, ada pula beberapa produk CPF yang memberikan proteksi tambahan berupa tingkat keuntungan tertentu. Jadi, yang dilindungi bukan cuma investasi awalnya, tapi juga keuntungannya. Sebagai contoh ada reksadana terproteksi yang memberikan proteksi sebesar 108%. Ini artinya selain memperoleh proteksi investasi awal sebesar 100%, investor juga bakal memperoleh keuntungan minimal sebesar 8%.

Perlindungan yang diberikan oleh reksadana terproteksi itu tentu saja bukan datang dari langit. Tapi, jaminan atas keutuhan investasi awal investor itu juga bukan datang dari sebuah institusi penjamin; baik asuransi, bank sentral, atau yang lainnya. Yang memberikan proteksi, tak lain, adalah skim investasi reksadana terproteksi itu sendiri. Maksudnya, manajer investasi akan menyusun portofolio tertentu yang bisa melindungi investasi awal investor.

Yang paling ideal, MI reksadana terproteksi umumnya menerapkan strategi static portfolio hedging. Dalam strategi ini, MI menyusun sebuah portofolio investasi yang memberikan lindung nilai (hedging) atas investasi awal investor. Caranya adalah dengan menginvestasikan sebagian besar dana investor di instrumen obligasi tanpa bunga (zero coupon bond).

Ambil contoh, sebuah MI mengelola dana sebesar Rp 100 miliar di CPF-nya. Ia lantas menggunakan Rp 80 miliar (80%) dana itu untuk membeli zero coupon bond perusahaan X yang kebetulan harganya juga 80% (untuk menggantikan bunga, biasanya zero coupon bond dijual dengan harga diskon). Sisa dana yang Rp 20 miliar diinvestasikan di instrumen investasi lain; bisa deposito, saham, valuta asing (valas), dan lain-lainnya. ?

Sabtu lalu kita sudah membahas contoh pengelolaan portofolio reksadana terproteksi secara statis (static portfolio hedging); yaitu dengan menginvestasikan 80% duit investor di obligasi bebas bunga (zero coupon bond).

87

Page 89: Investasi Untuk Pemula

Umumnya manajer investasi menginvestasikan sebagian besar dana investor reksadana terproteksi atau capital protected fund (CPF) di dalam obligasi atau surat utang. Tapi, tidak seperti di reksadana pendapatan tetap, MI tidak memperdagangkan obligasi ini; melainkan menyimpannya sampai jatuh tempo.

Nah, selain alokasinya khusus, cara pengelolaan portofolionya juga spesial. Obligasi bebas bunga yang sudah dibeli itu tidak boleh diperdagangkan; tapi harus disimpan saja hingga jatuh tempo.

Dengan portofolio dan strategi seperti itu, pada saat zero coupon bond jatuh tempo, duit yang 80% itu akan berbiak menjadi 100%. Pasalnya, ketika jatuh tempo obligasi itu akan dibayar penuh 100%. Praktis, nilai investasi awal CPF yang Rp 100 miliar pun tetap utuh.

Jika 20% duit yang diinvestasikan di instrumen lain juga berbiak, investor juga bisa mengantongi keuntungan lebih. Sayangnya, suplai zero coupon bond di pasar obligasi Indonesia sangat minim. Jadi, jangan heran kalau nyaris tak ada MI di Indonesia yang menerapkan strategi static portfolio hedging tersebut.

Sebagai alternatif, para MI kemudian mengganti obligasi bebas bunga itu dengan obligasi biasa. Tapi, tentu saja, mereka tidak asal comot obligasi. Obligasi yang mereka pilih umumnya adalah obligasi pemerintah atau obligasi swasta yang memiliki rating BBB atau lebih tinggi. Karena digunakan untuk melindungi investasi awal para investor, porsi investasi obligasi ini biasanya sangat besar; sekitar 80%-100% dari total dana.

Tapi, jangan asal tubruk. Meskipun namanya terproteksi; reksadana ini tetap memiliki banyak risiko. Risiko yang pertama adalah risiko likuiditas. Pihak MI biasanya melarang investor menarik duitnya sewaktu-waktu. Kalaupun bisa menarik, pihak MI biasanya akan memungut biaya penarikan (redemption fee) yang tinggi.

Agar terbebas dari biaya penarikan tersebut, investor harus bersabar menunggu sampai saat jatuh tempo. Jangan bingung, sebab reksadana terproteksi ini memang memiliki jatuh tempo; bisa 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, atau sampai 5 tahun. Karena MI berinvestasi di obligasi, reksadana terproteksi juga mengandung risiko kredit (credit risk). Ketika jatuh tempo, mungkin saja emiten obligasi itu ternyata gagal bayar (default).

Dalam edisi Selasa (20/3), kita sudah membahas bahwa, mirip dengan reksadana pendapatan tetap, reksadana terproteksi juga memiliki risiko likuiditas dan risiko kredit. Selain kedua risiko itu, ada lagi yang disebut risiko akselerasi. Maksudnya, dalam kondisi tertentu, misalnya terjadi krisis ekonomi lagi atau tiba-tiba pemerintah mengenakan pajak atas bunga obligasi yang dibeli reksadana, mungkin saja manajer investasi (MI) melikuidasi reksadana terproteksinya di tengah jalan.

Jika ini terjadi, investasi awal investor pun belum tentu akan kembali utuh. Variasi produk reksadana terproteksi semakin lama semakin banyak saja. Akibatnya, tingkat risiko masing-masing produk pun menjadi sangat beragam. Agar tak salah pilih, investor harus memperhatikan beberapa aspek penting ketika memilih produk reksadana terproteksi. Aspek-aspek itu adalah: profil risiko investor, tingkat proteksi produk, dan masa jatuh temponya.

Nah, jika siap memikul risiko-risiko itu, Anda boleh mencoba untuk membeli produk reksadana terproteksi. Kebetulan, reksadana jenis ini saat ini memang sedang marak ditawarkan.

88

Page 90: Investasi Untuk Pemula

Tapi, Anda tidak bisa membeli reksadana terproteksi tersebut setiap saat. Soalnya, berbeda dengan reksadana pada umumnya, reksadana terproteksi hanya ditawarkan dalam jangka waktu yang terbatas. Umumnya, lama masa penawaran itu adalah sekitar satu bulan. Setelah masa penawaran selesai, investor tidak bisa masuk lagi.

Nah, agar tak salah pilih, secara umum, ada beberapa tip yang harus Anda perhatikan pada saat akan memilih produk reksadana terproteksi.

Pertama, kenali dahulu profil risiko Anda. Jika Anda termasuk orang yang cenderung menghindari risiko tinggi (risk averter), belilah reksadana terproteksi yang alokasi investasi terbesarnya di obligasi pemerintah. Biar lebih aman, akan lebih baik lagi jika Anda bisa menemukan produk yang telah bekerjasama dengan pihak ketiga sebagai pembeli siaga. Tugas pihak ketiga ini adalah menjadi penampung jika ada nasabah yang menjual unit-unit reksadananya sebelum jatuh tempo.

Kedua, perhatikan tingkat proteksi yang diberikan. Proteksi ini dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi persentase proteksinya, semakin menguntungkan.

Ketiga, pilih reksadana terproteksi yang masa jatuh temponya sesuai dengan kebutuhan dana Anda. Jangan menginvestasikan dana yang akan dibutuhkan dalam jangka pendek ke dalam reksadana terproteksi jangka panjang. Ingat dana Anda akan dikunci, dan tak bisa ditarik setiap saat.

Keempat, baca prospektus reksadana terproteksi sebelum membelinya. Perhatikan klausul-klausul yang bisa membuat proteksi reksadana tersebut gugur.

IV. SELUK BELUK SAHAM

Analisis Laporan Keuangan  Laporan keuangan sebuah perusahaan, baik neraca, rugi-laba, maupun laporan arus kas, menyajikan banyak data untuk investor. Ibarat bahan baku masakan, jika investor pintar mengolahnya, ia akan bisa meneropong prospek masing-masing perusahaan dengan lebih jelas. Cara yang termudah, investor bisa menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan tersebut.

Belum cukup jika investor hanya sekedar melihat angka-angka yang tercantum di dalam laporan keuangan sebuah perusahaan. Selanjutnya, kita harus melakukan

89

Page 91: Investasi Untuk Pemula

analisis atas laporan-laporan keuangan tersebut. Salah satu teknik dalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis atas rasio-rasio keuangan perusahaan. Secara garis besar, rasio-rasio keuangan itu bisa dikelompokkan ke dalam lima macam rasio. Yang pertama adalah rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.

Selanjutnya, ada pula rasio utang atau rasio leverage. Dengan rasio ini, investor bisa mengukur seberapa banyak sebuah perusahaan membiayai perusahaan dengan utang atau dana dari pihak luar. Lalu, ada rasio aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan.

Rasio yang tak kalah pentingnya adalah rasio profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba baik dari penjualan, aset, maupun laba dari modalnya.

Yang terakhir adalah rasio saham. Rasio ini banyak manfaatnya. Selain bisa mengukur mahal-murahnya atau valuasi suatu saham, investor juga bisa mengukur potensi keuntungan dividen yang bisa dipetiknya. Jadi, rasio ini sangat berguna saat investor mencari saham yang memiliki potensi keuntungan terbesar

PE Ratio  Ibarat pisau bedah, rasio harga terhadap laba bersih per saham atau price/earning ratio (PE) sangat sering dipakai oleh analis saham dalam menganalisa mahal-murahnya suatu saham. Tapi, hati-hati, PE sendiri ada berbagai jenis. Ada yang berdasarkan data historis, ada yang menggunakan data proyeksi.

Beberapa waktu lalu, kita telah menyinggung soal rasio harga terhadap laba bersih per saham atau price/earning ratio(PE). Tapi, alangkah baiknya jika kita membahasnya secara lebih mendalam. Sebab, rasio PE merupakan rasio yang paling tua dan paling sering dipakai oleh investor untuk menimbang suatu saham. Meskipun merupakan indikator yang nampaknya sederhana, PE terkadang tak gampang dipahami. Rasio ini bisa sangat informatif dan berguna, tapi di lain waktu, bisa pula ia hampir tak ada gunanya. Akibatnya, investor sering salah menggunakan PE.

Sesuai namanya, PE adalah rasio harga saham suatu perusahaan terhadap laba bersih per sahamnya. Untuk menghitungnya, kita tinggal membagi harga per saham dengan laba bersih per saham. Adapun laba bersih per saham atau earning per share (EPS) sendiri diperoleh dari membagi laba bersih dengan rata-rata jumlah saham beredarnya.

Harga saham yang dipakai untuk menghitung PE adalah harga saham pada saat ini. Sementara, laba bersih per saham atau EPS-nya, umumnya, menggunakan EPS perusahaan dalam periode sebelumnya, misalnya satu tahun terakhir. Hasil perhitungan seperti ini sering disebut sebagai trailing PE atau gampangnya kita sebut saja PE historis. Nah, sebagian besar PE yang dipublikasikan adalah PE jenis ini. Namun, kadang kala EPS yang digunakan adalah EPS estimasi untuk periode satu tahun yang akan datang. PE yang menggunakan hitungan seperti ini sering disebut dengan PE proyeksi atau projected PE.

90

Page 92: Investasi Untuk Pemula

Tidak ada perbedaan sangat besar dari variasi PE itu. Tapi, harus Anda paham bahwa PE yang pertama menggunakan data historis. Sementara, PE proyeksi menggunakan ramalan analis - yang belum tentu tepat -- sebagai dasar.?

Jangan terkecoh dengan pecahan harga saham yang tinggi. Saham dengan harga Rp 2.000 per saham belum tentu lebih mahal jika dibandingkan saham berbanderol Rp 1.000 per saham. Untuk bisa menentukan saham mana yang lebih mahal atau lebih murah, investor bisa menggunakan rasio harga terhadap laba per saham atau PE saham tersebut sebagai salah satu alat ukurnya.

Secara teori, PE memberikan gambaran kepada kita seberapa besar investor bersedia untuk membayar setiap rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Jadi, jika rasio PE PT Murah sebesar 20 kali, artinya investor bersedia membayar dengan harga Rp 20 untuk setiap Rp 1 laba bersih yang dihasilkan oleh PT Murah. Cuma penjelasan seperti ini sebenarnya sangat sederhana karena tidak bisa menangkap prospek pertumbuhan PT Murah tersebut.

Meskipun laba per saham atau earning per share (EPS) yang digunakan untuk menghitung PE umumnya berasal dari EPS dalam 12 bulan terakhir, PE sebenarnya lebih dari sekadar alat untuk mengukur kinerja perusahaan di masa lalu. PE sebenarnya juga menggambarkan ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan kinerja perusahaan di masa mendatang.

Ingat, harga saham mencerminkan ekspektasi investor atas nilai suatu perusahaan di masa mendatang. Jadi, sebenarnya PE juga bisa mencerminkan seberapa besar optimisme pasar atas prospek pertumbuhan suatu perusahaan.Jika PE suatu perusahaan lebih tinggi dibandingkan PE perusahaan-perusahaan lain yang ada di industrinya, artinya investor mengharapkan sesuatu yang besar - yang positif tentunya- akan terjadi dalam perusahaan itu dalam beberapa bulan atau beberapa tahun lagi.

Rasio PE juga bisa menjadi indikator mahal-murahnya suatu saham. Secara sederhana, saham seharga Rp 100 dengan PE 20 kali lebih mahal dibandingkan saham berharga Rp 200 yang memiliki PE 10 kali. Tapi, analisis seperti ini memiliki kelemahan karena kita tidak bisa membandingkan saham perusahaan hanya berdasarkan PE-nya.?

Investor tidak bisa sembarangan membandingkan PE saham perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Ia harus melihat dahulu, apakah perusahaan itu memang berada dalam industri yang sama atau sejenis. Sebab, jika industrinya berbeda, membandingkan PE saham tak akan banyak berguna.

Memang, secara sederhana, investor bisa menilai mahal-murahnya suatu saham dengan membandingkan rasio harga terhadap laba bersih per saham atau PE-nya. Namun, analisis seperti ini memiliki kelemahan. Sebab, sebenarnya kita tidak bisa membandingkan harga saham perusahaan semata-mata berdasarkan besar-kecil PE-nya.Agar analisisnya lebih komprehensif, ada beberapa faktor tambahan yang harus diperhatikan oleh investor. Yang pertama, adalah tingkat pertumbuhan perusahaan yang umumnya diukur dengan tingkat pertumbuhan penjualan atau pendapatannya. Investor harus mencermati seberapa cepat suatu perusahaan mampu tumbuh di masa lalu dan mengukur apakah tingkat pertumbuhan itu masih akan berlanjut atau meningkat di masa mendatang.

91

Page 93: Investasi Untuk Pemula

Kita patut hati-hati jika suatu perusahaan memiliki pertumbuhan yang rendah di masa lalu, misalnya hanya 5%, tapi PE-nya sangat tinggi. Jika kita sudah memperhitungkan ekspektasi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang dan tetap menilai bahwa PE perusahaan itu terlalu tinggi, kemungkinan besar saham perusahaan itu memang sudah kemahalan.

Yang kedua, kita juga harus melihat industrinya. Membandingkan PE saham beberapa perusahaan hanya akan bermanfaat jika perusahaan-perusahaan itu itu memang berada dalam industri yang sama. Misalnya, kita harus membandingkan PE saham perusahaan telekomunikasi dengan PE saham perusahaan telekomunikasi lainnya. Sebab, masing-masing industri memiliki tingkat pertumbuhan dan ciri-ciri yang berbeda-beda, sehingga PE-nya juga berbeda.?

Rasio Aktivitas  Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Misalnya, kita mengukur efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan.

Rasio aktivitas yang pertama adalah rasio perputaran aset atau aktiva (asset turnover). Cara menghitungnya adalah dengan membagi total pendapatan atau penjualan dengan total aset atau aktiva perusahaan. Rasio ini sangat berguna untuk menghitung nilai penjualan yang dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Sebagai contoh jika sebuah perusahan memiliki total penjualan Rp 50 miliar dan total aset Rp 100 miliar, artinya rasio perputaran asetnya sebesar 0,5 kali.

Perusahaan yang memiliki margin keuntungan rendah biasanya memiliki rasio asset turnover tinggi, sementara yang margin keuntungannya tinggi memiliki asset turnover rendah. Dalam beberapa industri, misalnya industri ritel, rasio perputaran aset biasanya tinggi karena dalam industri ini ada persaingan harga yang sengit. Dengan kata lain, untuk bisa memperoleh penjualan yang tinggi sebuah perusahaan harus bekerja keras memutar asetnya.

Rasio yang kedua adalah rasio perputaran persediaan atau inventory turnover. Cara menghitungnya adalah dengan membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan dalam satu tahun. Adapun cara menghitung rata-rata persediaan adalah dengan menambahkan persediaan di awal tahun dengan persediaan di akhir tahun dan kemudian dibagi dua [( persediaan awal+persediaan akhir)/2].

Makin tinggi inventory turnover, semakin efisien perusahaan itu. Tapi, jika inventory turnover-nya rendah, ini pertanda buruk. Sebab, sebagian persediaannya hanya ngendon di gudang.

Rasio Leverage  Ibarat alat pendongkrak, di satu sisi, utang bisa membuat pertumbuhan sebuah perusahaan menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan modalnya sendiri. Namun, jika terlalu besar nilainya, utang yang sama juga bisa

92

Page 94: Investasi Untuk Pemula

membuat kondisi keuangan perusahaan kepayahan atau menjadi tidak sehat. Karenanya, investor perlu mempelajari rasio leverage yang dimiliki oleh setiap perusahaan.

Rasio leverage menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang dari luar untuk membiayai operasi maupun ekspansi dirinya. Oh, ya, buat yang belum tahu, leverage sering diartikan sebagai pendongkrak kinerja perusahaan dan identik dengan utang. Pasalnya, utang maupun pinjaman memang bisa mendongkrak kinerja perusahaan, ketimbang jika perusahaan itu hanya mengandalkan kekuatan modalnya sendiri.

Rasio leverage yang pertama adalah rasio utang (debt ratio). Rumusnya: total utang dibagi dengan total aktiva dan hasilnya dinyatakan dengan persent. Kembali ke contoh PT Ratrinata, jika total utang Ratrinata Rp 25 miliar sementara total asetnya Rp 100 miliar, artinya rasio utangnya adalah 25%. Jika rasio utang rata-rata industri barang konsumsi yang digeluti Ratrinata sudah 40%, artinya rasio utang perusahaan ini termasuk rendah.

Semakin rendah rasio utang, semakin bagus kondisi perusahaan itu. Sebab, artinya hanya sebagian kecil aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Buat calon kreditur atau pemberi pinjaman, informasi rasio utang ini juga penting. Sebab, melalui rasio utang, mereka bisa mengukur seberapa tinggi risiko utang yang diberikan kepada suatu perusahaan.

Rasio leverage berikutnya adalah rasio utang terhadap modal atau debt to equity ratio (DER). Rasio ini sebenarnya mirip dengan rasio utang, tapi kita ingin membandingkan total utang dengan modal sendiri perusahaan itu. Cara menghitungya adalah membagi total utang dengan total modal dan hasilnya juga dalam persen. Ambil contoh Ratrinata memiliki utang Rp 25 miliar, sementara modalnya Rp 75 miliar. Dengan komposisi seperti ini, debt to equity ratio Ratrinata adalah 33%.

Semakin rendah DER perusahaan, semakin bagus kondisi perusahaan tersebut. Para analis menilai, tingkat DER yang aman adalah kurang dari 50%.

Rasio Likuiditas  Seperti tecermin dari namanya, rasio ini berguna untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Yang dimaksud dengan likuiditas di sini adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban atau utang-utang jangka pendeknya. Ada beberapa rasio yang masuk dalam kelompok rasio likuiditas ini.

Yang pertama adalah current ratio. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah aset lancar dibagi dengan utang lancar (aset lancar/utang lancar). Hasilnya dinyatakan dalam "kali". Misalnya, PT Ratrinata yang memproduksi barang konsumsi memiliki aset lancar Rp 100 miliar dan utang lancar Rp 50 miliar. Artinya, current ratio PT Ratrinata adalah 2 kali (100 dibagi 50).

Jika pada saat yang sama, current ratio perusahaan-perusahaan lain di bidang barang konsumsi hanya 1,5 kali, berarti Ratrinata tergolong memiliki kemampuan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi current ratio, artinya semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

93

Page 95: Investasi Untuk Pemula

Tapi, jangan salah, current ratio ini tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang likuiditas suatu perusahaan. Ada hal-hal lain yang harus diperhatikan, misalnya seberapa likuid piutang-piutang (account receivables) perusahaan dan persediaannya (inventory).

Masih berkatian dengan current ratio ini ada pula yang disebut rasio modal kerja bersih atau net working capital. Rumusnya adalah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar (aktiva lancar-utang lancar).

Dengan rasio ini kita bisa mengukur seberapa besar aktiva lancar bersih yang tersedia untuk modal kerja perusahaan. Current ratio memiliki kelemahan, karena aktiva lancar yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut masih mencakup persediaan. Padahal, tak semua persediaan, misalnya bahan baku dan bahan baku yang masih dalam proses produksi, bisa seketika diuangkan.

Karena itu, banyak analis yang lebih suka mengurangkan persediaan itu dari aktiva lancar sebelum membaginya dengan kewajiban atau utang lancar (aktiva lancar-persediaan/utang lancar).

Hasil rumus ini disebut dengan quick ratio atau acid-test ratio. Rasio ini memberikan gambaran lebih pasti tentang kemampuan perusahaan membayar utang-utang jangka pendeknya.

Rasio-Rasio Laba  Investor memang perlu mencermati angka-angka penjualan, laba kotor, laba operasi, dan laba bersih suatu perusahaan yang disajikan dalam laporan rugi-labanya. Tapi, yang lebih penting lagi, investor juga harus mengolah angka-angka itu sehingga bisa mengukur kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Alat untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah rasio-rasio laba.

Rasio laba menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan penjualannya, menggunakan asetnya, maupun memutar modalnya. Para investor dan analis sangat memperhatikan rasio laba ini karena ia berkaitan dengan harga saham dan dividen perusahaan.

Rasio laba yang pertama ialah margin laba kotor atau gross profit margin. Rumus margin yang mengukur tingkat keuntungan kotor perusahaan ini laba kotor dibagi dengan penjualan (laba kotor/penjualan). Adapun laba kotor sendiri diperoleh dari penjualan dikurangi biaya produksi.

Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Rasio yang berikutnya adalah margin laba operasi atau operating profit margin. Margin ini mengukur tingkat keuntungan perusahaan dari kegiatan operasi utamanya. Rumusnya adalah laba operasi (penjualan dikurangi biaya operasi) dibagi dengan penjualan (laba operasi/penjualan). Semakin tinggi margin laba operasi perusahaan, semakin bagus perusahaan itu.

Selanjutnya ada margin laba bersih atau net profit margin. Seperti namanya, margin ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua biaya dan pajak). Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan

94

Page 96: Investasi Untuk Pemula

penjualan (laba bersih/penjualan). Semakin tinggi margin laba bersih semakin bagus karena itu berarti perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi. Ujung-ujungnya, ia juga bisa membagikan dividen yang tinggi pula untuk pemegang saham.

Selain margin-margin itu ada pula rasio pengembalian investasi atau return on investment (ROI) dan rasio pengembalian modal atau return on equity (ROE). ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total investasinya. Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan total investasi atau total aset perusahaan (laba bersih/total aset).

Adapun ROE mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham. Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan total modal sendiri (laba bersih/modal sendiri). Semakin tinggi ROI dan ROE semakin bagus perusahaan tersebut.

BROKER DAN SISTEM PERDAGANGAN Batas-Batas Transaksi Material  Sebuah perusahaan yang sahamnya sudah dimiliki oleh publik dan terdaftar di bursa saham tidak bisa seenaknya melakukan transaksi. Apalagi jika transaksi itu bersifat material atau akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara signifikan. Sebelum melakukan transaksi material seperti ini, sebuah perusahaan wajib harus mengikuti serangkaian proses tertentu.

Anda pasti sering mendengar berita tentang perusahaan ini dan itu melakukan transaksi material. Tapi, tahukah Anda apa yang dimaksud dengan transaksi material itu? Kata "material" sejatinya merupakan istilah akuntansi yang berarti "penting" atau "mempengaruhi kinerja perusahaan". Karena itu, secara sederhana, kita bisa menyimpulkan bahwa transaksi material dan informasi material adalah semua transaksi dan informasi yang sangat penting dan bisa berpengaruh besar kinerja suatu perusahaan. Transaksi di sini bisa mencakup transaksi pembelian, penjualan, pengalihan, maupun penyertaan saham.

Tapi, bagaimanakah menentukan suatu transaksi atau informasi itu material atau tidak? Nah, untuk mengatur hal ini, masing-masing negara mempunyai rambu-rambu sendiri. Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengatur rambu-rambu transaksi material itu dalam Peraturan No IX.E.2.

Dalam aturan itu, Bapepam-LK menetapkan bahwa yang termasuk dalam transaksi material adalah transaksi yang nilainya sama atau lebih besar dari: 10% dari pendapatan perusahaan atau 20% dari modal perusahaan.

Perhatikan penggunaan kata "atau" di sini. Artinya, sebuah transaksi sudah bisa tergolong dalam transaksi material jika sudah memenuhi salah satu kriteria tersebut. Jadi, tidak harus memenuhi kedua-duanya.

Nah, jika sebuah perusahaan berniat melaksanakan sebuah transaksi material seperti itu, ada serangkain proses yang harus ia lakukan. Misalnya, ia harus meminta pendapat dari penilai independen, mengumumkan secara rinci rencananya itu di

95

Page 97: Investasi Untuk Pemula

media cetak nasional, dan memperoleh persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham atau RUPS.

Kapitalisasi Pasar  Selain berdasarkan sektor dan sifatnya, investor saham juga sering membedakan saham-saham yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ) berdasarkan kapitalisasi pasarnya (market capitalization). Ada saham berkapitalisasi pasar besar, menengah, dan saham berkapitalisasi kecil. Masing-masing tentu punya karakter serta kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.

KAPITALISASI pasar atau market capitalization atau market cap adalah nilai sebuah perusahaan berdasarkan perhitungan harga pasar saham dikalikan dengan jumlah sahamnya yang beredar. Ambil contoh, kemarin, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 217,73 triliun. Soalnya, jumlah saham TLKM yang beredar mencapai 20,16 miliar, adapun harganya di pasar adalah Rp 10.800 per saham.

Melihat data itu, kita bisa mengatakan, investor menilai bahwa perusahaan Telkom bernilai Rp xxx triliun. Inilah konsensus investor tentang nilai perusahaan Telkom.Tapi, kita harus hati-hati menggunakan data market cap ini. Pasalnya, seperti sudah disinggung, kapitalisasi pasar dihitung menggunakan komponen harga pasar saham. Sementara, harga pasar saham itu ditentukan oleh banyak hal.

Lazimnya, harga saham jauh di atas nilai buku per saham perusahaan karena harga pasar itu mencerminkan ekspektasi investor atas prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, investor juga memasukkan prospek ekonomi di masa mendatang.

Masalahnya, terkadang, harga saham juga sangat ditentukan oleh faktor spekulasi dan esti-masi prospek perusahaan yang berlebihan. Jika ini terjadi, harga suatu saham biasanya akan naik amat tinggi, jauh meninggalkan nilai bukunya. Akibatnya, market cap saham perusahaan itu akan menggelembung secara berlebihan jauh melewati prospek perusahaan yang sebenarnya.

Inilah yang disebut bubble atau gelembung. Karenanya, ketika melihat market cap, investor juga harus melihat kewajaran harga saham itu.? Jika Anda adalah tipe investor yang cenderung menghindari risiko, sebaiknya Anda berinvestasi di saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap). Sebab, risiko kebangkrutan maupun fluktuasi harga di saham-saham perusahaan big cap relatif rendah. Cuma, investor harus menyediakan modal yang lebih besar untuk bisa bermain di saham-saham ini. Soalnya, umumnya, pecahan harga saham big cap lumayan besar.

SAHAM-SAHAM berkapitalisasi pasar besar (big cap) umumnya didominasi oleh saham-saham perusahaan besar yang telah mapan.

Di Bursa Efek Jakarta (BEJ), misalnya, saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar paling besar adalah saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau Telkom. Kamis lalu (13/9), saham perusahaan berkode TLKM ini memiliki nilai kapitalisasi pasar Rp 217,7 triliun. Kapitalisasi pasar saham Telkom ini mencapai 13,82% dari total nilai kapitalisasi seluruh saham-saham di BEJ yang mencapai Rp 1.575,8 triliun per Kamis lalu (13/9).

96

Page 98: Investasi Untuk Pemula

Beberapa saham lain yang masuk kategori 10 besar big cap di BEJ misalnya: saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 76,2 triliun, saham PT Astra International Tbk (ASII) Rp 72,9 triliun, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 72,6 triliun, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 64,5 triliun, saham PT Bumi Resources Tbk Rp 57,2 triliun, dan saham PT Perusahaan Gas negara Tbk ((PGAS) sebesar Rp 47,4 triliun.

Nah, risiko berinvestasi di saham-saham berkapitalisasi pasar besar seperti itu biasanya relatif lebih rendah dibanding dengan saham-saham small cap. Maklum, pertama, seperti sudah disinggung tadi, sebagian besar big cap itu merupakan perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan. Jadi, sangat kecil kemungkinan bahwa perusahaan-perusahaan itu akan bangkrut.

Kedua, karena nilai kapitalisasi pasarnya sangat besar, harga saham-saham itu juga tak mudah dipermainkan. Sebab, para bandar akan memerlukan dana yang sangat besar untuk bisa mempengaruhi harga saham big cap. Jadi, risiko fluktuasi harganya juga lebih kecil.? Di bursa saham Indonesia memang belum ada batasan yang resmi tentang kategori saham-saham berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya. Tapi, yang pasti, investor yang tak mampu memikul risiko tinggi sebaiknya tak mendekati saham-saham berkapitalisasi pasar kecil.

SAHAM-SAHAM yang masuk kelompok kapitalisasi pasar menengah adalah saham-saham perusahaan kelas menengah. Sementara yang berkapitalisasi pasar kecil (small cap) adalah saham-saham perusahaan kecil.

Di Amerika Serikat (AS), ada batasan yang jelas tentang kategori saham-saham berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya. Misalnya, saham yang masuk kelompok big cap adalah saham berkapitalisasi pasar sekitar US$ 10 miliar atau lebih. Adapun yang masuk kelompok kapitalisasi pasar menengah (mid-cap) nilai kapitalisasi pasarnya sekitar US$ 1 miliar sampai US$ 10 miliar.

Kategori small cap mencakup saham-saham berkapitalisasi pasar antara US$ 250 juta sampai US$ 1 miliar. Jika nilai kapitalisasi pasar saham itu di bawah US$ 250 juta, ia biasanya masuk kategori micro-cap. Sayangnya, di Indonesia belum ada pengelompokan yang jelas seperti itu. Tapi, yang pasti, makin kecil nilai kapitalisasi pasar suatu saham, semakin tinggi risikonya. Sebab, harga saham-saham berkapitalisasi pasar kecil itu biasanya gampang dipermainkan oleh bandar-bandar. Maklum, mereka tidak membutuhkan banyak dana untuk menggerakkan harga saham tersebut.

Sebagai contoh, mari kita tengok beberapa saham yang memiliki nilai kapitalisasi pasar kecil di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sebut saja saham PT Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW) yang hanya memiliki nilai kapitalisasi pasar Rp 8,7 miliar. Selain itu, ada pula saham PT Toko Gunung Agung Tbk (TKGA) yang nilai kapitalisasi pasarnya cuma Rp 13 miliar. Nah, para bandar hanya membutuhkan dana beberapa miliar saja untuk bisa menggerakkan harga saham-saham seperti itu.

Ironisnya, jika tidak ada bandar yang mendekati, harga saham-saham small cap tersebut biasanya juga akan cenderung tak bergerak atau hanya menjadi saham tidur.Karena itulah, investor cenderung menghindari saham-saham berkapitalisasi pasar kecil tersebut. Atau, mereka baru masuk jika harga saham-saham itu tiba-tiba bergerak. Itu pun, para investor harus segera merealisasikan keuntungan jika telah memperoleh keuntungan. Sebab, bisa saja harga saham seperti itu tiba-tiba berhenti lagi.?

97

Page 99: Investasi Untuk Pemula

Gejolak pasar finansial yang terjadi sejak akhir Juli lalu telah membuat bursa-bursa saham di berbagai negara merosot cukup dalam. Di antara bursa-bursa itu, indeks saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi salah satu indeks yang turun paling dalam. Salah satu penyebabnya adalah nilai kapitalisasi pasar di BEJ masih kecil. Selain itu, investor asing juga masih dominan di BEJ. Jika kita menjumlahkan kapitalisasi pasar seluruh saham-saham yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ), kita akan memperoleh angka yang menggambarkan ukuran bursa saham di Indonesia.

Menurut data Bloomberg, hingga kemarin, total nilai kapitalisasi pasar saham-saham di BEJ mencapai US$ 167,4 miliar dolar atau sekitar Rp 1.565,2 triliun. Sekilas, nilai kapitalisasi ini memang terlihat sangat besar. Namun, jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar bursa saham seluruh dunia, kapitalisasi pasar BEJ masih amat kecil. Hingga kemarin, nilai kapitalisasi pasar bursa saham dunia mencapai US$ 56,7 triliun. Jika dibandingkan dengan angka ini, nilai kapitalisasi pasar saham-saham di BEJ tadi hanya sekitar 0,3%.

Bandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar bursa saham Amerika yang mencapai US$ 18,1 triliun atau 32% dari nilai kapitalisasi pasar bursa saham dunia. Di Asia, kita juga bisa melihat nilai kapitalisasi pasar bursa saham Jepang yang mencapai US$ 4,6 triliun atau 8% dari nilai kapitalisasi pasar dunia. Contoh lain adalah nilai kapitalisasi pasar bursa saham Malaysia yang telah mencapai US$ 276, 7 miliar atau 0,49% dari kapitalisasi pasar bursa dunia. Karena nilai kapitalisasi pasar BEJ masih kecil dan pemain asing masih mendominasi, bursa saham di Indonesia lebih rentan terpengaruh pergeseran dana-dana di pasar saham dunia. Jika dana-dana investor asing keluar dari BEJ, IHSG di BEJ akan cenderung merosot lebih dalam dibanding indeks bursa negara lain.

Mengenal Auto Rejection  Bursa saham memang merupakan wahana investasi yang bisa memberikan keuntungan tinggi. Tapi, karena terlalu semangat mencari keuntungan tinggi, para pelaku pasar sering kali lupa akan etika bertransaksi. Akibatnya, harga satu saham bisa tiba-tiba naik atau turun tinggi. Itu sebabnya, Bursa Efek Jakarta (BEJ) memberi pagar yang disebut auto rejection.

Bursa Efek Jakarta telah mengeluarkan surat edaran yang mengatur penolakan otomatis (auto rejection) terhadap harga penawaran jual dan beli saham yang telah melewati batas. BEJ telah memasang sistem di dalam sistem transaksi saham elektronik yang dipakai BEJ yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS).

BEJ menetapkan kisaran auto rejection antara 20% hingga 50%, bergantung pada harga sahamnya. Intinya, semakin murah harga saham tersebut, semakin tinggi batasan auto rejection-nya.

Misalnya, untuk saham berharga maksimum Rp 100 per saham, JATS akan langsung menolak tawaran harga yang melebihi 50% di atas atau di bawah harga penutupan hari sebelumnya. Sementara, untuk saham yang berharga di atas Rp 5.000, batas auto rejection-nya adalah 20%.

Ketentuan yang berbeda berlaku pada saat penawaran umum perdana (IPO). Karena reaksi pasar terhadap saham IPO biasanya lebih istimewa, BEJ menetapkan penerapan auto rejection sebesar dua kali dari batasan auto rejection yang berlaku dalam kondisi yang normal

98

Page 100: Investasi Untuk Pemula

Online Trading Saham  Kini, investor saham memiliki cara bertransaksi saham yang semakin banyak. Selain dengan cara konvensional, investor juga bisa bertransaksi saham secara langsung dengan memanfaatkan sistem transaksi online yang dimiliki beberapa broker BEJ. Masing-masing metode, baik yang konvensional maupun online, memiliki plus-minus.

SAAt ini, sebagian besar investor memang masih bertransaksi saham secara konvensional. Maksudnya, untuk menyampaikan order jual atau beli suatu saham melalu broker, investor tersebut masih menggunakan telepon.

Cara ini, tentu saja, memiliki banyak kelemahan. Pertama, jumlah saluran telepon perusahaan sekuritas biasanya terbatas. Artinya, di dalam waktu yang bersamaan, ia hanya bisa melayani order jual atau beli dari beberapa investor saja. Investor lain harus rela mengantre. Tentu saja, kondisi ini bisa membuat investor kehilangan kesempatan untuk menangguk keuntungan.

Maklum saja, harga saham terus bergerak setiap detik. Dus, ketika si investor menunggu antrean telepon, bisa-bisa harga saham yang dibelinya sudah terbang tinggi. Belum lagi, jika sudah tersambung dengan broker pun, broker masih membutuhkan waktu untuk memasukkan order tersebut ke dalam sistem transaksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang disebut Jakarta Automated Trading System (JATS).

Selain itu, investor konvensional juga masih menggunakan cara-cara lama untuk mengikuti harga saham di bursa. Misalnya, ia masih melihat harga saham di koran. Artinya, informasi harga saham itu bisa menjadi telat bin basi.

Tapi, tak perlu khawatir. Jika merasa tak nyaman dengan cara transaksi lama ini, kini, investor bisa memanfaatkan sistem transaksi online yang dimiliki oleh beberapa broker BEJ. Sesuai dengan namanya, melalui sistem transaksi canggih ini, investor bisa langsung melakukan order beli atau jual saham sendiri. Jadi, proses order jadi lebih cepat.?

Pasar Bullish dan Bearish  Istilah bullish dan bearish digunakan untuk menggambarkan kondisi pasar yang tengah bergairah atau sebaliknya sedang lesu. Ketika pasar sedang bullish, ada banyak kesempatan untuk investor. Tapi, ketika pasar bearish, investor harus hati-hati.

Anda mungkin sering mendengar analis bilang bahwa pasar saham sedang bullish atau sedang bearish. Apa, sih, maksudnya? Kondisi pasar disebut tengah berada dalam kondisi bullish jika harga-harga surat berharga atau efek meningkat, dan investor berharap harga-harganya akan meningkat lebih tinggi lagi. Istilah ini bisa diterapkan untuk semua instrumen yang diperdagangkan, seperti obligasi, mata uang, maupun komoditi. Tapi, yang paling umum, ia diterapkan di pasar saham.

Saat bullish, pasar umumnya dipenuhi optimisme dan investor juga sangat yakin. Tapi, tentu saja, pasar tidak akan selamanya bullish. Cepat atau lambat pasar akan akan mulai turun dan memasuki kondisi bearish. Ini adalah kondisi pasar pada saat harga-harga surat berharga merosot atau akan merosot. Meskipun angka

99

Page 101: Investasi Untuk Pemula

penurunannya bisa bervariasi, jika indeks sudah turun sekitar 15%-20%, biasa analis mengatakan pasar sudah mulai memasuki masa bearish.

Namun, hampir tidak mungkin, kita bisa menebak dengan tepat kapan tren pergerakan pasar itu akan berubah dari bullish ke bearish atau sebaliknya. Salah satu sebabnya adalah faktor psikologi investor dan spekulasi kadang kala sangat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan. Pada titik ekstrem, pasar yang bullish akan mengarah ke harga-harga yang terlalu mahal atau bubble. Sementara, kondisi bearish akan mengarah ke kehancuran pasar atau crash.

Istilah "bull" dan "bear" diambil dari perilaku banteng dan beruang ketika menyerang lawannya. Seekor banteng akan mendongakkan tanduknya. Sementara, begitu menyerang, beruang akan mengayunkan cakarnya ke arah bawah.

Rekomendasi Analis  Investor baru biasanya gamang ketika harus menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk membeli, menyimpan, atau menjual suatu saham. Padahal, keputusan-keputusan itu sangat menentukan tingkat keuntungan mereka. Agar tidak bingung, investor bisa berpatokan pada rekomendasi-rekomendasi para analis.

KARENA memperoleh pendidikan yang khusus, para analis saham biasanya menguasai teknik-teknik perhitungan dan peramalan untuk menentukan kapan harus membeli, menyimpan, atau menjual suatu saham tertentu.

Hebatnya, rekomendasi para analis itu terkadang juga bisa mempengaruhi pergerakan harga saham-saham di bursa. Di Indonesia, misalnya, rekomendasi analis dari sekuritas asing besar seperti Merrill Lynch bisa sangat mempengaruhi pergerakan harga saham yang direkomendasikannya.

Bagaimana cara memperoleh rekomendasi itu? Jika telah menjadi nasabah di perusahaan sekuritas, secara rutin Anda akan memperoleh rekomendasi rutin dari para analis di perusahaan sekuritas itu. Anda juga bisa memperoleh rekomendasi analis dari koran.

Masalahnya, rekomendasi-rekomendasi para analis itu kadangkala juga tidak mudah untuk dicerna. Apalagi, jenis rekomendasi yang mereka berikan juga sangat banyak dan berbeda-beda. Mungkin Anda pernah mendengar analis yang memberikan rekomendasi beli atau buy. Tapi, analis lain ada pula yang memberikan rekomendasi overweight, outperform, buy on weakness, dan seterusnya.

Secara garis besar, kita bisa membedakan rekomendasi-rekomendasi para analis itu menjadi dua kategori besar, yakni rekomendasi berdasarkan alasan-alasan kinerja fundamental dan rekomendasi berdasarkan alasan-alasan teknikal.

Dalam rekomendasi fundamental, analis menggunakan kinerja perusahaan di masa lampau dan prospek kinerja di masa yang akan datang sebagai dasar. Dalam rumpun rekomendasi fundamental ini ada tiga kelompok rekomendasi, yakni rekomendasi berdasarkan target harga saham, rekomendasi yang dikaitkan dengan kenaikan indeks, dan rekomendasi atas bobot sektoral atau negara.

Untuk membuat rekomendasi berdasarkan target harga saham, para analis akan meramalkan kinerja emiten saham di masa mendatang. Berdasarkan prospek kinerja

100

Page 102: Investasi Untuk Pemula

itu, mereka lantas menentukan target harga wajar untuk saham tersebut. Dalam kelompok rekomendasi ini ada rekomendasi beli (buy), tahan (hold), dan jual (sell).?

Dalam menyusun rekomendasi fundamental yang menggunakan dasar target harga, analis terlebih dahulu akan meramalkan kinerja suatu emiten saham. Analis itu lantas akan menentukan target harga wajar untuk saham tersebut. Dengan membandingkan target harga itu dengan harga saham di pasar saat ini, selanjutnya analis itu akan menentukan untuk memberikan rekomendasi beli, tahan, atau jual.

REKOMENDASI buy, add, atau pun beli merupakan rekomendasi untuk membeli saham suatu perusahaan. Biasanya, para analis memberikan rekomendasi beli ini untuk satu saham yang masih memiliki potensi kenaikan harga minimal 10%. Tapi, ada juga para analis yang memasang patokan potensi kenaikan harga lebih besar.

Terkadang, ada pula analis yang memberikan rekomendasi strong buy. Ini rekomendasi tertinggi yang diberikan analis untuk saham-saham yang masih memiliki potensi kenaikan harga sangat tinggi. Salah satu pemicunya, misalnya, karena analis itu optimistis bahwa perusahaan itu akan membukukan lonjakan laba bersih yang tinggi. Adapun rekomendasi hold atau tahan merupakan rekomendasi untuk tidak membeli maupun menjual suatu saham.

Maksudnya, jika Anda telah memiliki saham itu sebaiknya Anda tidak menjualnya, tapi Anda juga tidak perlu menambah porsi saham itu. Sementara, jika Anda belum memilikinya, sebaiknya Anda tidak membelinya.

Rekomendasi ini umumnya diberikan untuk saham-saham yang memiliki potensi kenaikan harga di bawah 10%. Atau, harga saham itu sudah mendekati target harga. Terakhir adalah rekomendasi sell atau jual. Ini adalah rekomendasi untuk menjual suatu saham. Umumnya, analis memberikan rekomendasi ini untuk saham yang harganya cenderung turun. Ada juga mungkin analis yang memberikan rekomendasi strong sell karena ia meramalkan potensi penurunan harga yang parah.?

Indeks harga saham merupakan ukuran kinerja suatu bursa saham. Karena itu, investor juga bisa menggunakan prospek kinerja indeks saham itu sebagai patokan untuk menentukan saham-saham yang layak beli. Investor bisa memburu saham-saham yang memiliki prospek kinerja melampaui kinerja indeks.

PARA analis juga sering membuat rekomendasi yang dikaitkan dengan kinerja indeks. Maklum, seperti sudah disinggung, indeks saham merupakan ukuran kinerja bursa saham.

Ada dua rekomendasi utama yang berkaitan dengan kinerja indeks ini. Yang pertama adalah outperform atau rekomendasi untuk saham yang potensi kenaikan harganya lebih besar dari potensi kenaikan indeks. Misalnya, analis meramal harga saham A tahun ini bisa naik 50%, sementara potensi kenaikan IHSG hanya 30%. Kedua, underperform atau rekomendasi untuk saham yang potensi kenaikan harganya di bawah potensi kenaikan IHSG.

Para analis juga mengeluarkan rekomendasi berdasarkan bobot sektoral atau negara. Ada pula rekomendasi atas sebuah sektor bisnis atau investasi di sebuah negara. Yang masuk kategori ini adalah overweight, underweight, dan marketweight.

Overweight diberikan kepada sektor yang prospeknya sangat bagus dan para emiten yang di sektor itu berpeluang mencetak kenaikan kinerja. Di sini para analis menyarankan investor mengalokasikan dana yang lebih besar dibandingkan dengan

101

Page 103: Investasi Untuk Pemula

bobot sektor tersebut terhadap indeks. Jika overweight diberikan pada suatu negara, investor disarankan memberi bobot yang lebih besar dibandingkan dengan patokannya, misalnya indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI).

Adapun underweight adalah kebalikan dari overweight. Sementara, marketweight atau neutral adalah saran pengalokasian investasi di saham atau di sebuah negara sesuai bobotnya terhadap indeks atau bobot dalam MSCI.?

Selain rekomendasi berdasarkan faktor-faktor fundamental perusahaan, ada pula rekomendasi yang menggunakan pergerakan harga saham sebagai dasarnya. Rekomendasi saham ini dikenal sebagai rekomendasi teknikal. Cuma, berbeda dengan rekomendasi fundamental yang berorientasi jangka panjang, rekomendasi teknikal umumnya lebih bersifat jangka pendek.

ADA beberapa rekomendasi yang masuk kelompok rekomendasi teknikal ini. Yang pertama, ada rekomendasi buy on weakness. Ini adalah saran membeli saham yang harganya sedang turun atau melemah. Namun, analis yakin harga saham itu bakal kembali menguat.

Ada pula rekomendasi buy on support. Ini mirip buy on weakness. Tapi, dalam buy on support, analis menyarankan untuk membeli sebuah saham pada saat harganya sudah berada di level support atau ketika penurunan harga sebuah saham secara teknikal sudah mencapai harga terendah dan cenderung kembali naik. Dalam buy on weakness, investor mesti membeli saham saat harganya masih berada di atas level support-nya.

Buy on speculative adalah rekomendasi lain yang menyarankan untuk membeli saham yang kinerjanya diragukan, namun ada kabar spekulatif yang bisa mengerek harganya.

Selain itu ada trading buy, yakni rekomendasi untuk membeli sebuah saham dengan harapan harganya naik dalam jangka pendek. Setelah target harga tercapai, investor mesti langsung menjualnya. Berkebalikan dengan rekomendasi ini ada pula rekomendasi trading sell.

Yang terakhir adalah sell on strength. Ini merupakan rekomendasi untuk menjual sebuah saham yang secara teknikal harganya sudah mendekati level resisten. Resisten adalah kebalikan support, yakni posisi ketika harga saham sudah naik tinggi dan mendekati titik tertingginya. Selanjutnya, harga saham itu cenderung turun.?

Seluk-Beluk Transaksi Margin  Perusahaan sekuritas punya solusi untuk para investor bermodal cekak. Mereka menyediakan fasilitas margin atau pinjaman duit ke nasabahnya untuk bertransaksi saham.

Dengan fasilitas ini, investor bisa bertransaksi dengan nilai yang lebih besar dari depositnya. Tapi, itu bukan pinjaman cuma-cuma. Sebab, fasilitas margin ini memungut bunga yang cukup tinggi, lebih tinggi dari bunga bank.

Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang terus- menerus terjadi belakangan ini memang sangat menggoda. Sayangnya, tidak

102

Page 104: Investasi Untuk Pemula

semua orang bisa bertransaksi langsung di saham mengingat dana yang dibutuhkan tidak sedikit.

Saat pertama mendaftar sebagai nasabah perusahaan sekuritas saja, deposit yang mesti ditaruh investor bisa sekitar Rp 10 juta-Rp 50 juta. Tapi, dana segitu sebenarnya termasuk pas-pasan. Jika keuntungannya ingin lebih maksimal, investor harus menyediakan lebih besar.

Tapi, jangan khawatir. Bila ingin memiliki dana transaksi lebih besar dari deposit, investor bisa meminjam uang kepada perusahaan sekuritas. Fasilitas itu disebut margin.

Hanya, tidak semua perusahaan sekuritas bisa memberikan fasilitas itu. Sesuai peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sekuritas yang bisa memberikan fasilitas margin adalah mereka yang memiliki saldo modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) Rp 5 miliar. Saat ini, ada 53 sekuritas yang memenuhi syarat ini.

Kemampuan modal sekuritas memang merupakan faktor penting. Pasalnya, mereka memberikan pinjaman yang tidak sedikit. Bapepam-LK mengatur rasio pinjaman sebesar 1:1. Ini artinya, investor yang memiliki deposit Rp 50 juta bisa mendapat pinjaman sampai Rp 50 juta juga. Dus, investor itu bisa bertransaksi saham hingga Rp 100 juta.

Tapi, itu bukan pinjaman cuma-cuma. Sekuritas bisa memasang bunga di atas bunga bank. Berdasarkan penelusuran KONTAN, saat ini, sekuritas memasang bunga margin itu sekitar 17%-18% per tahun. Malah, ada yang bunganya mencapai 25% per tahun. ?

Bunga yang selangit terbukti tidak menyurutkan minat investor untuk melakukan transaksi dengan fasilitas margin. Bahkan, seiring tokcernya bursa saham saat ini, banyak perusahaan sekuritas yang mengaku kebanjiran permintaan margin dari nasabahnya. Tapi, menurut aturan Bapepam-LK, hanya nasabah dengan kekayaan bersih Rp 1 miliar dan pendapatan tahunan Rp 200 juta yang bisa menikmati fasilitas ini.

Fasilitas margin memang terlihat menggiurkan. Sebab, dengan pinjaman dari sekuritasnya, nasabah bisa bertransaksi saham dalam nilai yang lebih besar berlipat-lipat dari deposit miliknya. Keuntungannya, bila bisa memilih saham yang tepat, keuntungannya pun menjadi lebih besar.

Tapi, bila harga saham bidikan hancur, alih-alih untung, investor malah buntung. Taruh kata, investor A memiliki deposit Rp 10 juta. Dengan rasio margin 1:1, ia bisa mendapat utang sebesar Rp 10 juta. Jadi, ia bisa bertransaksi saham hingga Rp 20 juta. Ini membuat ia bisa beli 200 saham yang harganya Rp 100.000 per saham. Jika dengan modal Rp 10 juta, ia hanya bisa membeli 100 saham.Setahun berselang, harga saham itu ternyata naik 25%. Berarti nilai investasi itu sekarang sudah menjadi Rp 25 juta. Setelah menjual sahamnya, A tinggal mengembalikan uang broker Rp 10 juta ditambah bunga plus biaya transaksi. Bila bunga margin itu 20%, A masih mengantungi Rp 13 juta.

Hasilnya, deposit A Rp 10 juta utuh, plus dapat untung lebih kurang Rp 3 juta. Sementara, jika ia hanya membeli saham itu senilai Rp 10 juta, keuntungan A hanya Rp 2,5 juta. Tapi, ingat, jika harga sahamnya turun, kerugian investor juga lebih besar.

103

Page 105: Investasi Untuk Pemula

Tiap bulan, Bursa Efek Jakarta (BEJ) menentukan saham-saham yang boleh ditransaksikan dengan fasilitas margin. Per bulan Juni 2007 ini, ada 72 saham yang masuk kriteria BEJ.

Selain menguntungkan buat investor, transaksi margin ini juga menguntungkan buat perusahaan sekuritas. Selain mendapat keuntungan bunga, ia juga bisa menikmati biaya transaksi (fee) yang lebih besar seiring bertambahnya transaksi sang nasabah. Tapi, ia juga memikul risiko, terutama jika kurang berhati-hati dalam menyalurkan maupun mengelola rasio marginnya.?

 Short Selling  Bursa saham memberikan banyak peluang bagi investor untuk bisa memetik keuntungan. Tak hanya saat harga saham-saham sedang naik; di saat harga saham di bursa sedang rontok seperti saat ini pun, investor juga bisa memetik keuntungan. Salah satu caranya adalah dengan menjalankan strategi short selling. Cuma, jika melakoni strategi ini investor kudu hati-hati. Maklum, risikonya tinggi.

UMUMNYA, orang memahami investasi di saham sebagai kegiatan membeli saham, menyimpan, dan menjualnya saat harganya naik. Dengan cara itu, investor akan memperoleh keuntungan (profit). Tapi, jangan salah, ketika harga saham turun pun, investor sebenarnya juga bisa mencetak profit. Caranya adalah dengan menerapkan strategi short selling. Kebalikan dengan strategi investasi yang umum, dengan strategi ini, investor baru akan untung justru jika harga saham turun.

Sebelumnya, kita perlu mengenal istilah long dan short di ranah investasi saham. Ketika seorang investor membeli saham karena yakin harga saham itu akan naik, ia memiliki posisi long. Sebaliknya, jika investor justru mengantisipasi bahwa harga suatu saham akan turun, ia disebut memiliki posisi short.

Nah, dalam short selling, investor menjual saham yang sebenarnya tidak ia miliki. Meski sekilas membingungkan, konsep ini sebenarnya cukup simpel.

Bingung? Ini kuncinya: dalam short selling, Anda bisa menjual suatu saham karena perusahaan sekuritas atau broker akan meminjamkan saham itu kepada Anda. Saham itu bisa berasal dari cadangan sekuritas itu sendiri atau saham milik nasabah lain di sekuritas itu. Saham pinjaman itu akan dijual, dan hasilnya akan dimasukkan ke dalam rekening Anda. Belakangan, tentu saja, Anda harus menutup (close) posisi short itu dengan membeli saham yang sama di pasar -- disebut covering -- dan mengembalikannya kepada broker Anda.

Nah, jika harga saham itu turun, Anda akan membeli kembali saham itu di harga yang lebih rendah dibanding harga jualnya. Selisihnya merupakan keuntungan Anda.?

Dalam short selling, investor menjual saham pinjaman. Karena itu, tentu saja, investor short selling tidak memiliki hak yang melekat di saham-saham itu. Jika ada pembagian dividen, misalnya, investor harus menyerahkan dividen itu kepada

104

Page 106: Investasi Untuk Pemula

pemilik sahamnya. Karena itu, investor kudu memperhatikan peristiwa-peristiwa yang akan muncul selama periode peminjaman atau short selling.

KETIIKA bermain short selling, investor bisa mempertahankan posisi short-nya selama yang ia inginkan. Namun, kadang kala, investor terpaksa harus mengembalikan saham yang dipinjamnya (cover). Untuk mengatasi hal ini, investor bisa mencari pinjaman saham lain yang sama atau terpaksa harus membeli di pasar.

Selain itu, ada catatan penting untuk investor yang bermain saham dengan strategi short selling. Karena investor hanya meminjam saham yang ia jual, ia harus membayarkan dividen yang dibagikan saham itu dalam periode pinjaman kepada pemilik saham yang sebenarnya.

Contoh lainnya, jika saham itu menerbitkan rights, misalnya hak untuk membeli saham baru, investor juga harus menyerahkan hak itu kepada pemilik saham.Jika selama periode peminjaman terjadi pemecahan nilai nominal saham atau stock split, otomatis jumlah saham yang dipinjam investor juga bertambah.

Lantas, untuk apa short selling? Pertama, investor bisa memakai short selling untuk sarana spekulasi. Caranya, ia harus memasang posisi short di saham-saham atau aset-aset lain yang sudah kemahalan. Contoh yang paling terkenal adalah ketika George Soros bertaruh di mata uang pounsterling pada tahun 1992. Waktu itu, ia memasang posisi short untuk pounsterling senilai US$ 10 miliar. Ia yakin bahwa poun akan jatuh, dan ternyata ia benar. Malam berikutnya, ia untung US$ 1 miliar dari transaksi itu. Bahkan, akhirnya keuntungannya mencapai US$ 2 miliar.Kedua, investor bisa memakai short selling sebagai sarana lindung nilai (hedging). Singkatnya, investor bisa menggunakan posisi short-nya untuk melindungi investasi sahamnya.?

Transaksi short selling memang bisa mendatangkan keuntungan tinggi. Tapi, sejatinya transaksi jenis ini sebenarnya berisiko, bahkan sangat berisiko. Sebab, potensi kerugian investor ternyata bisa tak terbatas karena potensi kenaikan harga saham juga tak terbatas. Sementara, potensi labanya justru terbatas. Maklum, harga suatu saham tak mungkin berada di bahwa Rp 0 per saham.MEKANISME transaksi short selling membuat transaksi ini memiliki risiko-risiko yang unik. Pertama, dalam jangka panjang, harga-harga saham akan selalu meningkat. Artinya, sejelek apa pun perusahaan itu, adanya inflasi akan tetap membuat harga sahamnya meningkat. Jadi, jika Anda melakukan short selling, Anda bertaruh melawan arah pasar.

Yang kedua, potensi kerugian dari short selling tak terbatas, sementara keuntungannya terbatas. Sekadar mengingatkan, short selling merugi jika harga saham ternyata justru naik. Masalahnya, potensi kenaikan harga saham itu tak terbatas. Di sisi lain, harga suatu saham tak mungkin berada di bawah Rp 0. Inilah yang membuat potensi keuntungan investor yang melakukan short selling terbatas. Jadi, kesimpulannya, Anda hanya akan untung 100% dari short selling jika emiten saham itu benar-benar bangkrut. Sementara, kerugian Anda bisa jauh melampaui nilai investasi yang Anda tanamkan.

Ketiga, dalam transaksi short selling, biasanya investor juga meminjam dana dari pialang atau sekuritas. Ini lazim disebut margin trading atau transaksi margin. Di transaksi margin ini, biasanya investor harus menjaga minimal nilai depositnya sebagai jaminan pinjaman. Nah, jika nilai deposit Anda -- yang juga mencakup saham yang Anda miliki -- berada di bawah ketentuan, Anda biasanya akan terkena margin call. Maksudnya, Anda harus menyetorkan dana tambahan atau melikuidasi posisi Anda. Keempat, jika harga suatu saham meningkat dan para pemain short selling

105

Page 107: Investasi Untuk Pemula

berlomba-lomba meng-cover posisinya pada saat yang sama, harga saham itu akan melonjak makin tinggi lagi. Fenomena ini sering disebut sebagai "short squeeze".

Umumnya, berbagai berita yang beredar di pasar bisa memicu terjadinya short squeeze ini. Karena itulah, sebaiknya, investor tidak melakukan short selling di saham-saham yang telah banyak menjadi sasaran short selling investor lain. Jika investor nekat, risikonya ia bisa kehilangan duitnya dalam waktu yang sangat cepat. Kelima, prediksi investor tak akan selalu tepat. Maklum, meski sudah kemahalan, terkadang, harga suatu saham tidak akan langsung turun. Nah, jika saat itu investor sudah pasang posisi short, ia bisa terkena margin call. Sementara, ia juga tetap harus membayar bunga pinjaman dari sekuritas. Contohnya adalah yang terjadi dalam fenomena dot-com bubble. Sejak tahun 1.999, analis sudah bilang bahwa indeks Nasdaq sudah kemahal-an. Tapi, ternyata indeks ini perlu waktu tiga tahun untuk turun ke level sebelum bubble.?

Trading Saham Online  Sistem transaksi saham secara online memberikan banyak manfaat bagi investor. Yang pasti, transaksi saham bisa dilakukan oleh investor sendiri secara lebih cepat. Artinya, investor bisa cepat bereaksi jika ada informasi atau peristiwa yang bisa mendatangkan peluang baru atau mengancam portofolio sahamnya.

SETELAH peranti transaksi online saham seperti HOT dan IPOT terpasang di komputer atau laptop, investor sudah bisa bertransaksi saham secara langsung. Ibaratnya, investor seperti sudah benar-benar berada di lantai Bursa Efek Jakarta (BEJ). Maklum, sistem itu sudah tersambung langsung dengan sistem transaksi Jakarta Automated Trading System (JATS) di BEJ.

Jika ingin menjual atau mem-beli saham, investor tinggal masuk ke menu transaksi (market trading) yang ada di program transaksi online itu.Lalu, dia bisa memasukkan sendiri kode saham yang ingin dibeli atau dijual, jumlah lotnya (1 lot = 500 saham), dan harga pembelian atau harga jualnya.

Selanjutnya, jika order beli atau jual itu sudah menemukan pasangan order yang cocok dari investor lain, transaksi itu akan selesai atau ditutup. Si investor tinggal menyelesaikan transaksi itu tiga hari kemudian (T+3). Namun jika order itu belum bertemu "jodoh", posisi itu akan tetap terbuka (open).Betul, setiap order transaksi itu tetap akan melewati sistem yang dimiliki oleh broker. Tapi, broker tidak akan mengubah apa-apa. Ia hanya memeriksa persyaratan administrasi investor dan mencatat transaksi itu.

Misalnya, ketika seorang nasabah melakukan transaksi pembelian saham, broker akan memeriksa apakah saldo dana yang dimiliki nasabah itu di rekeningnya masih cukup untuk melakukan transaksi itu.Yang pasti, proses ini tak akan memakan waktu terlalu lama. Sebab, semuanya sudah dilakukan oleh sistem komputer broker. Jadi, dengan memakai sistem trading secara online ini, investor bisa melakukan transaksi dengan lebih cepat, paling-paling dalam hitungan detik saja.

Dengan memanfaatkan sistem transaksi online saham milik perusahaan sekuritas, investor juga bisa mengawasi semua transaksi dan informasi yang ada bursa saham saham secara terus-menerus. Namun, investor harus menyediakan biaya ekstra untuk bisa menikmati berbagai kemudahan transaksi saham secara online tadi.

106

Page 108: Investasi Untuk Pemula

DENGAN memanfaatkan sistem transaksi online saham, investor bisa cepat bereaksi bila ada informasi atau peristiwa yang bisa memberikan peluang baru. Jika ada peristiwa yang mengancam portofolio sahamnya, investor juga bisa cepat bereaksi.

Apalagi, sistem online trading itu biasanya juga menyediakan menu pemantauan pasar atau market monitoring. Artinya, secara langsung (real time), investor bisa mencermati pergerakan semua saham-saham, indeks-indeks, maupun informasi-informasi lain yang ada di BEJ. Dengan kata lain, investor bisa lebih cepat mengakses semua informasi dan peristiwa yang ada di pasar modal.

Namun, tentu saja, semua layanan ekstra ini tidak gratis. Setiap perusahaan sekuritas yang mempunyai sistem online trading biasanya akan memungut biaya dari para nasabahnya. Ambil contoh PT Indo Premier Securities yang memiliki sistem transaksi online IPOT (Indopremier Online Trading).

Untuk setiap transaksi beli saham melalui IPOT, Indo Premier memungut biaya 0,19% dari nilai transaksi beli tersebut. Sementara untuk transaksi jual saham, biayanya 0,29% dari nilai transaksi jual. Biaya transaksi PT eTrading Securities yang memiliki sistem Home & Office Trading System (HOTS) sedikit lebih tinggi. Ia memungut 0,25% untuk transaksi beli dan 0,35% untuk transaksi jual melalui HOTS.

Selain itu, investor juga harus membayar biaya Rp 33.000 per bulan kepada sekuritas untuk penggunaan aplikasi transaksi online itu. Namun, jika pengguna sistem itu terus bertambah banyak dan semakin aktif, biaya bulanan ini bisa saja suatu saat dihapuskan.?

Transaksi saham via telepon maupun melalui sistem transaksi online memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang pasti, transaksi saham secara online lebih cepat. Namun, sebelum bertransaksi melalui sistem ini, sebaiknya investor memahami seluk-beluk bursa saham. Maklum, ia benar-benar akan mengontrol transaksinya sendiri.

METODE transaksi saham dengan cara lama, yakni dengan mengandalkan telepon, memang tetap nyaman buat sebagian investor. Para investor baru, misalnya, belum terlalu percaya diri untuk membuat keputusan jual-beli saham sendiri.

Nah, dengan menggunakan telepon, ia masih bisa berkonsultasi langsung dengan perusahaan broker. Namun, sekali lagi, cara ini memiliki cukup banyak risiko. Yang pasti, proses transaksi saham bisa menjadi lebih lambat. Apalagi kalau investor harus antre untuk bisa tersambung dengan telepon broker.Selain itu, kadang-kadang broker juga salah menangkap kode saham, jumlah saham, maupun harga jual atau beli yang diinginkan investor. Kesalahan seperti ini tentu bisa berakibat fatal.

Nah, dengan menggunakan sistem transaksi saham online, investor bisa langsung memasukkan sendiri kode saham, harga saham, dan jumlah saham itu. Jadi, ia bisa mengontrol transaksinya secara langsung. Walaupun, kasus salah ketik angka nol atau kode saham masih saja bisa terjadi.

Kelebihan yang paling menonjol, proses transaksi saham secara online ini bisa jauh lebih cepat dibandingkan dengan melalu telepon.Namun, untuk bisa bertran-saksi dengan sistem online ini si investor sebaiknya telah benar-benar menguasai seluk beluk bursa saham. Karenanya, menurut sebagian pengamat, sistem cocok untuk investor saham yang sudah lumayan canggih pengetahuannya.Adapun investor yang masih gres bisa mencoba transaksi via telepon dahulu sambil belajar. Kalau sudah jago, baru lewat sistem online.

107

Page 109: Investasi Untuk Pemula

Seluk-Beluk Dividen  Selain memetik keuntungan dari kenaikan harga saham atau capital gain, investor saham juga bisa memetik keuntungan dari pembagian laba atau dividen yang dibagikan perusahaan. Namun, tidak semua perusahaan rajin membagikan dividen.

Di Indonesia, ada beberapa jenis perusahaan yang cukup royal membagikan dividen. Jenis perusahaan yang pertama adalah perusahaan plat merah atau badan usaha milik negara (BUMN).

Setiap tahun, hampir semua perusahaan BUMN yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selalu membagikan dividen. Selain karena sebagian BUMN kinerja keuangannya bagus, mereka rajin membagikan dividen karena memang "ditodong" oleh pemerintah yang menjadi pemegang saham mayoritasnya.

Selain BUMN, perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan biasanya juga rajin membagikan dividen. Maklum, selain laba bersih perusahaan ini tinggi, perusahaan yang sudah mapan seperti ini biasanya juga tidak membutuhkan dana yang besar besar untuk ekspansi.

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang terkenal rajin membagikan dividen adalah PT Unilever Tbk (UNVR). Sebelum jauh, bentuk dividen sendiri sebenarnya ada beberapa jenis. Yang pertama adalah dividen tunai. Sesuai dengan namanya, dividen ini berupa uang tunai yang dibagikan kepada setiap pemegang saham. Dividen tunai ini biasanya dinyatakan dalam rupiah per saham. Misalnya, perusahaan A membagikan dividen Rp 25 per saham. Selain dividen tunai, ada pula dividen saham. Artinya, bukannya uang tunai, perusahaan akan menerbitkan saham baru dan membagikannya kepada para investor yang menjadi pemegang sahamnya. Dividen ini sering disebut juga sebagai scrip dividend.

Dividen saham ini biasanya dibagikan oleh perusahaan karena ia tidak memiliki kas yang cukup untuk membagi dividen tunai. Besar dividen saham sendiri biasanya dinyatakan dalam fraksi atau pecahan dari sahamnya. Misalnya, perusahaan membagikan dividen 0,05 saham untuk setiap saham perusahaan tersebut. Artinya, jika Anda memiliki 1.000 saham, Anda akan memperoleh 50 saham?

Tidak semua investor yang memiliki saham suatu perusahaan berhak untuk memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan itu. Sebab, demi kerapian administrasi, perusahaan biasanya menentukan tanggal-tanggal tertentu untuk menentukan investor-investor yang berhak menikmati dividennya. Nah, agar tidak gigit jari, investor harus memperhatikan tanggal-tanggal penting itu.

JIka investor berniat memburu dividen suatu perusahaan, investor harus mencermati cum date dividen perusahaan itu. "Cum" berasal dalam bahasa Lain yang berarti "dengan" (dividen). Jadi, cum date adalah batas tanggal yang menentukan investor-investor yang berhak untuk memperoleh dividen. Artinya, hanya investor yang tercatat memiliki saham tersebut sampai dengan tanggal cum date yang berhak memperoleh dividen. Ambil contoh PT ABC mengumumkan bahwa tahun ini ia akan membagikan dividen sebesar Rp 100 per saham. Cum date-nya adalah tanggal 20 Juni 2007. Dalam kasus ini, artinya semua investor yang tercatat memiliki saham PT

108

Page 110: Investasi Untuk Pemula

ABC sampai dengan tanggal 20 Juni 2007 itu berhak untuk memperoleh dividen yang dibagikan oleh PT ABC.

Karena aturan inilah, ada fenomena yang menarik menjelang cum date dividen suatu perusahaan. Sampai dengan cum date dividennya itu biasanya saham suatu perusahaan akan melonjak cukup tinggi. Ini terjadi karena para investor memburu saham perusahaan tersebut demi untuk memperoleh pembagian dividen. Jadi, menjelang pembagian dividen, investor bisa memperoleh keuntungan dobel, yakni dari kenaikan harga sahamnya dan pembagian dividennya.

Selain cum date, ada tanggal yang disebut sebagai ex-date. Investor yang membeli atau memiliki saham perusahaan mulai pada tanggal yang ditentukan sebagai ex-date ini tidak berhak untuk memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Karena itulah, jika ingin memburu dividen, investor harus mencermati tanggal cum date dan ex-date dividen tersebut.?

Tentu saja investor lebih menyukai perusahaan yang royal dalam membagikan dividen. Untuk memilihnya, investor harus melihat rasio pembagian dividen perusahaan itu terhadap laba bersihnya. Namun, itu saja belum cukup. Investor juga harus melihat tingkat imbal hasil dividen atau dividend yield yang akan dibagikan oleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi dividend yield, tentu semakin menguntungkan.

Untuk menentukan royal-tidaknya perusahaan dalam membagikan dividen, investor bisa menyimak rasio pembagian dividen atau dividend payout ratio. Rasio ini menunjukkan persentase dividen yang dibagikan terhadap laba bersih perusahaan. Jadi, rumusnya adalah: total dividen dibagi laba bersih atau dividen per saham dibagi dengan laba per saham.

Ambil contoh, tahun ini, perusahaan XYZ membagikan dividen Rp 50 per saham. Sementara, laba per saham atau earning per share-nya (EPS) Rp 100. Artinya, rasio pembagian dividen XYZ adalah 50% (= Rp 50 : Rp 100). Semakin besar suatu perusahaan, biasanya ia akan semakin royal dalam membagikan dividennya. Atau, khusus untuk kasus di Indonesia, emiten-emiten saham badan usaha milik negara (BUMN) umumnya juga memiliki dividend payout ratio yang tinggi. Tahun ini, misalnya, sebagian besar BUMN membagikan dividen hingga 50% dari laba bersihnya.

Tapi, rasio pembayaran dividen saja tidak cukup. Agar keuntungan investor lebih maksimal, ia juga harus memperhatikan tingkat imbal hasil dividen atau dividend yield-nya. Rumusnya adalah nilai dividen per saham dibagi dengan harga per sahamnya di pasar (dividen per saham : harga per saham).

Ambil contoh perusahaan ABC membagikan dividen sebesar Rp 100 per saham. Jika harga saham ABC saat ini baru Rp 500, artinya dividend yield ABC adalah 20% (= Rp 100 : Rp 500 x 100%). Tapi, jika harga saham ABC sudah Rp 1.500 per saham, dividend yield-nya cuma 6,7%.

Dalam contoh ini, tentu saja kondisi pertama, saat harga saham ABC Rp 500 per saham, lebih menguntungkan buat investor daripada kondisi kedua. Jadi, sebelum mengejar dividen suatu perusahaan, lihat dulu berapa modal yang harus Anda keluarkan untuk membeli saham perusahaan itu.?

109

Page 111: Investasi Untuk Pemula

 FUNDAMENTAL

Analisis Fundamental  Untuk mencari saham-saham yang layak masuk keranjang investasi, investor bisa menggunakan analisis fundamental. Ini adalah analisis yang mempelajari faktor-faktor di dalam maupun di luar perusahaan yang bisa mempengaruhi laba perusahaan; dan ujung-ujungnya mempengaruhi juga harga saham perusahaan.

Ada dua jenis analisis yang lazim digunakan oleh para analis maupun investor ketika mereka mencari saham-saham untuk dimasukkan ke dalam keranjang investasinya. Dua analisis itu adalah analisis fundamental dan analisis teknikal.

Analisis fundamental adalah analisis berdasarkan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Beberapa faktor utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham itu misalnya: penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, rapat umum pemegang saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan.

Secara umum, faktor-faktor itu bisa dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu faktor-faktor yang bisa dikendalikan perusahaan dan faktor-faktor yang di luar kendali perusahaan. Faktor-faktor yang bisa dikendalikan perusahaan mencakup faktor-faktor yang berhubungan dengan operasional perusahaan, seperti penjualan, laba, teknologi, karyawan, dan lain-lain.

Sedangkan faktor-faktor yang di luar kendali perusahaan misalnya: tingkat suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi, serta inflasi. Selain itu, ada pula kebijakan-kebijakan pemerintah -- seperti peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) -- yang bisa mempengaruhi kinerja perusahaan. Nah, dalam melakukan analisis fundamental, para analis biasanya mempelajari semua semua faktor-faktor itu, dan kemudian membuat taksiran harga saham suatu perusahaan di masa mendatang.

Agar tidak ada yang terlewat, biasanya para analis melakukan beberapa tahap analisis. Yang pertama, mereka mempelajari kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar. Selanjutnya, para analis melakukan analisis atas industri yang digeluti oleh perusahaan penerbit saham. Terakhir, analis kemudian menilai kondisi spesifik perusahaan tersebut.

Di tahap terakhir ini ada beberapa hal utama yang tak boleh terlewatkan, yaitu: mempelajari tren perkembangan laporan keuangan perusahaan, mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan, dan mengukur rasio harga per saham dengan laba per saham perusahaan. Nah, untuk mempelajari laporan keuangan, analis biasanya mencermati neraca, laporan rugi laba, dan arus kas perusahaan.

Perlu mencermati semua laporan keuangan. Ibarat cermin, laporan keuangan memberikan gambaran yang utuh tentang kinerja operasional dan keuangan sebuah perusahaan.

Karenanya, laporan keuangan juga bisa digunakan untuk mengukur prospek saham perusahaan tertentu. Semakin bagus laporan keuangannya, tentu saja, semakin bagus prospek saham perusahaan itu di masa mendatang. Artinya, semakin besar

110

Page 112: Investasi Untuk Pemula

pula keuntungan yang bisa diperoleh investor. Membeli saham adalah membeli prospek perusahaan.

Pasalnya, semakin bagus prospek perusahaan penerbit saham atau emiten saham tersebut, semakin besar pula kemungkinan pembeli saham atau investor bisa menangguk untung.

Keuntungan yang bisa dinikmati investor saham sendiri ada dua. Yaitu, keuntungan berupa kenaikan harga saham atawa capital gain dan keuntungan yang berupa pembagian keuntungan atawa dividen. Nah, semakin bagus prospek suatu emiten saham, tentu semakin besar pula kemungkinan bagi harga sahamnya untuk meningkat. Dengan demikian, semakin bagus prospek emiten saham itu, semakin besar pula potensi pembagian dividennya.

Lantas, bagaimana cara mengukur prospek emiten saham tersebut? Salah satu cara mengukur prospek si emiten adalah dengan melihat laporan keuangannya. Setiap tiga bulan sekali (triwulan) dalam periode satu tahun, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mewajibkan semua emiten saham yang mencatatkan dan memperdagangkan sahamnya di bursa untuk menyampaikan laporan keuangan.

Nah, ibarat cermin, laporan keuangan ini memberikan gambaran secara utuh tentang kinerja operasional dan keuangan perusahaan.

Karena itulah, kinerja keuangan perusahaan ini sering disebut sebagai "faktor fundamental" yang menentukan harga saham. Adapun analisis saham berdasarkan laporan keuangan disebut "analisis fundamental". Laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari empat komponen yang tak bisa dipisahkan. Yaitu: necara (balance sheet), laporan rugi-laba (income statement), laporan arus kas (statement of cash flow), dan catatan atas laporan keuangan.

Agar analisis fundamental itu lengkap, kita harus mencermati semua jenis laporan keuangan itu. Jadi, tidak cukup kita hanya melihat neraca saja, laporan rugi-laba saja, atau arus kas saja. Soalnya, masing-masing jenis laporan keuangan itu memberikan informasi yang berbeda-beda tentang kondisi perusahaan.

Neraca, misalnya, memberikan gambaran tentang posisi aset, modal, dan kewajiban perusahaan. Sementara itu, laporan rugi-laba memberikan gambaran tentang kinerja operasional perusahaan, mulai dari pertumbuhan penjualan, biaya produksi, sampai kemampuan perusahaan dalam mencetak untung. Jadi, perlu membaca secara lengkap.

Laporan Arus Kas  Suatu perusahaan bisa saja membukukan laba bersih yang tinggi di dalam laporan rugi-labanya. Tetapi, perusahaan itu tetap akan menghadapi masalah jika sebagian besar pendapatan atau penjualannya ternyata berupa piutang. Artinya, jumlah arus uang tunai atau kas yang masuk ke kantong perusahaan sangat terbatas. Karenanya, investor juga harus meneliti laporan arus-kas suatu perusahaan.

Laporan arus kas (cash flow) menunjukkan jumlah uang tunai yang masuk dan keluar dari perusahaan dalam periode tertentu. Sekilas, laporan arus kas ini mirip dengan

111

Page 113: Investasi Untuk Pemula

laporan rugi-laba. Tetapi, sebenarnya terdapat perbedaan yang besar di antara keduanya.

Perbedaan yang paling besar terjadi karena adanya sistem akuntansi akrual (accrual) di dalam laporan rugi-laba. Dengan sistem itu, laporan rugi-laba mencatat pendapatan dan biaya-biaya pada saat sebuah transaksi terjadi, bukan pada saat ada perpindahan duit tunai. Selain itu, laporan rugi-laba biasanya juga mencatat pendapatan yang tidak menimbulkan penerimaan uang tunai (non-cash revenues). Sementara, laporan arus kas tidak mencatat pendapatan semacam ini.

Laporan rugi-laba bisa saja melaporkan bahwa sebuah perusahaan membukukan laba bersih Rp 1 juta. Tetapi, ini tidak otomatis berarti bahwa pos kas (duit tunai) dalam neraca perusahaan itu akan meningkat sebesar Rp 1 juta. Sementara, jika laporan arus kas melaporkan arus kas masuk bersih senilai Rp 1 juta, memang demikianlah yang terjadi sebenarnya. Duit Rp 1 juta tunai benar-benar masuk ke perusahaan.

Karena arus kas menunjukkan nilai uang tunai sebenarnya yang dihasilkan perusahaan, laporan arus kas ini menjadi sangat penting ketika investor ingin mempelajari kondisi fundamental suatu perusahaan. Laporan arus kas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar biaya operasinya dan pertumbuhannya di masa mendatang.

Nah, jika Anda ingin mencari saham yang berprospek bagus, Anda harus melihat kemampuan perusahaan itu dalam menghasilkan kas. Sebab, walaupun perusahaan membukukan laba bersih di dalam laporan rugi-labanya, bukan berarti ia tidak akan menghadapi masalah jika tidak memiliki arus kas yang cukup. ?

Jika Anda ingin mencari saham perusahaan yang memiliki prospek bagus, Anda harus melihat kemampuan perusahaan itu dalam menghasilkan uang tunai atau kas. Sebab, ibarat darah, kas itulah yang akan menjaga perusahaan tetap hidup. Mempelajari arus kas secara saksama akan membuat investor bisa meramalkan dengan lebih jernih bagaimana sebuah perusahaan akan tumbuh di masa mendatang.

Setiap perusahaan menghasilkan dan membelanjakan uang tunai atau kas dengan cara yang berbeda-beda. Karenanya, laporan arus kas umumnya dibagi ke dalam tiga bagian; yakni: arus kas dari operasi, arus kas dari pembiayaan, dan arus kas dari investasi. Secara sederhana, bagian arus kas dari operasi dan pembiayaan menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan memperoleh kasnya. Sedangkan bagian arus kas investasi menunjukkan bagaimana perusahaan itu membelanjakan kasnya.

Arus kas dari operasi menunjukkan nilai kas bersih yang diperoleh dari hasil penjualan barang maupun jasa perusahaan setelah dikurangi kas yang harus dikeluarkan untuk memproduksi dan menjual produk ataupun jasa itu. Investor umumnya lebih menyukai perusahaan yang membukukan arus kas operasi bersih. Perubahan di dalam arus kas operasi biasanya memberikan sinyal bahwa akan ada perubahan dalam laba bersih perusahaan di masa mendatang. Semakin tinggi peningkatan arus kas bersihnya, semakin bagus.

Namun, investor harus berhati-hati jika melihat selisih yang makin besar antara nilai pendapatan dengan arus kas dari operasinya. Sebab, ini bisa berarti perusahaan itu terlalu cepat mencatatkan pendapatannya atau telat membukukan biayanya.

112

Page 114: Investasi Untuk Pemula

Adapun arus kas dari kegiatan investasi menunjukkan jumlah kas atau uang tunai yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli barang-barang modal sepert alat baru dan mesin baru. Bagian ini juga mencakup akuisisi bisnis lainnya atau investasi dalam berbagai instrumen investasi; misalnya, ke dalam reksadana.

Sementara, arus kas dari kegiatan pembiayaan menggambarkan pergerakan kas akibat adanya pembiayaan dari luar. Pos kas masuk biasanya berisi: hasil penjualan saham, obligasi, atau pinjaman bank. Adapun angsuran utang, pembayaran dividen, dan pembelian kembali saham masuk ke pos kas keluar.?

Laporan Rugi-Laba  Selain neraca atau balance sheet, investor juga harus mencermati laporan rugi-laba perusahaan. Laporan rugi-laba ini menunjukkan seberapa besar uang yang bisa dihasilkan perusahaan, seberapa besar biaya yang dikeluarkan, dan seberapa besar laba yang dihasilkan. Sebuah perusahaan harus bisa menghasilkan laba agar dia tetap hidup dalam jangka waktu yang lama.

Laporan rugi-laba atau income statement merupakan laporan keuangan yang paling banyak dicermati oleh investor dan analis. Pasalnya, laporan ini memuat informasi-informasi penting tentang hasil operasional perusahaan dalam jangka waktu tertentu, seperti: pendapatan, laba operasional, laba bersih, dan laba bersih per saham.

Pada dasarnya, laporan rugi-laba menunjukkan seberapa banyak uang yang bisa dihasilkan perusahaan, seberapa besar biaya yang dikeluarkan, dan selisih dari pendapatan dan biaya tersebut (laba).

Dalam konteks analisis fundamental, dengan mencermati laporan rugi-laba investor akan mengetahui seberapa baik kinerja operasional perusahaan dan seberapa banyak uang yang dihasilkannya. Ini penting, karena sebuah perusahaan harus bisa menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biayanya agar tetap bisa hidup. Perusahaan yang biayanya jauh lebih rendah dari pendapatannya - atau memiliki laba tinggi - memiliki fundamental yang kuat untuk tumbuh.

Pos pendapatan atau sering disebut penjualan merupakan hal pertama yang harus diperhatikan dalam laporan rugi-laba. Pos ini, umumnya, hanya berisi satu angka saja; tapi mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan uang dalam periode tertentu. Cara terbaik bagi perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencetak laba adalah dengan meningkatkan pendapatannya. Penjualan yang baik adalah penjualan yang terus-menerus meningkat setiap periode. Peningkatan penjualan yang temporer -- misalnya dari promosi - kurang bernilai jika dibandingkan dengan peningkatan pendapatan yang terjadi secara terus-menerus tadi.

Karena itulah, dalam mencermati laporan rugi-laba, kita tak boleh hanya melihat angka penjualan di satu periode saja. Untuk memperoleh gambaran tentang tren pertumbuhan penjualan, kita juga harus membandingkan angka itu dengan penjualan di periode sebelumnya. Dengan begitu, kita bisa melihat pertumbuhan atau justru penurunan.

Angka-angka di dalam laporan rugi-laba akan lebih "berbicara" jika Anda membandingkannya dengan angka-angka pada periode sebelumnya. Karenanya, ketika melihat angka di laporan keuangan triwulan I tahun 2007, misalnya, Anda

113

Page 115: Investasi Untuk Pemula

harus membandingkannya dengan angka yang sama di triwulan I 2006. Dengan cara itu, kita bisa melihat tren pertumbuhannya.

Ada beberapa pos utama yang harus Anda perhatikan dalam laporan rugi-laba. Yang pertama adalah pertumbuhan penjualan atau pendapatan. Angka pertumbuhan penjualan ini sangat penting, karena penjualan merupakan ujung tombak pertumbuhan. Semakin tinggi angka pertumbuhan perusahaan dari periode ke periode, semakin bagus prospek perusahaan itu.

Yang kedua adalah pertumbuhan laba operasional atau laba usaha. Angka ini memberikan gambaran besarnya pertumbuhan keuntungan dari bisnis inti (operasional) perusahaan. Kita juga harus melihat margin keuntungan operasional.

Caranya adalah dengan membagi keuntungan operasional dengan penjualan (hasilnya dalam persen). Margin operasional ini bisa diterjemahkan: persentase penjualan perusahaan yang menjadi keuntungan.

Pertumbuhan margin keuntungan atau laba operasional juga penting dilihat. Penjualan bisa saja tumbuh tinggi, tapi kalau biaya operasionalnya tinggi, laba operasionalnya akan jadi kecil.

Ketiga adalah pendapatan dan biaya lain-lain. Angka ini menggambarkan aktivitas perusahaan di luar bisnis intinya. Pos ini bisa menguntungkan atau merugikan. Yang menguntungkan, misalnya, jika perusahaan memperoleh pendapatan bunga karena meminjamkan uang. Yang merugikan, misalnya, jika perusahaan harus membayar biaya bunga yang besar dari utang-utangnya atau jika membukukan rugi kurs karena mempunyai utang dolar. Laba operasional bisa tinggi, tapi kalau biaya lain-lainnya besar, laba itu akan tergerus.

Yang terakhir adalah pos laba bersih atau sering disebut juga bottom line. Laba bersih ini (termasuk juga tingkat pertumbuhannya) sangat penting diperhatikan investor karena menggambarkan kemampuan perusahaan secara menyeluruh untuk mencetak laba. Semakin tinggi pertumbuhan laba bersih, semakin bagus tentunya suatu perusahaan.

Akan lebih bagus pula jika margin laba bersihnya (laba bersih dibagi penjualan) juga semakin tinggi. Pasalnya, laba bersih inilah yang nantinya dibagikan perusahaan dalam bentuk pembagian keuntungan dalam wujud dividen kepada investor.

 Memahami Merger dan Akuisisi  Sejak awal tahun ini, berita tentang merger dan akuisisi perusahaan semakin sering muncul di berbagai media massa. Transaksi yang populer dengan singkatan M&A itu tidak hanya terjadi di kancah bisnis internasional, tapi juga banyak terjadi di Indonesia. Contoh yang sedang hangat adalah langkah agresif PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengakuisisi PT PP London Sumatera Tbk (LSIP).

114

Page 116: Investasi Untuk Pemula

Nah, apa sebenarnya definisi merger dan akuisisi itu? Apa pula dampak M&A bagi pemegang saham atau investor? Satu ditambah satu sama dengan tiga. Itulah rumus dasar yang mendasari aksi merger dan akuisisi atau M&A.

Perusahaan melakukan kedua transaksi itu untuk meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham. Targetnya, nilai tambah perusahaan hasil M&A itu harus lebih tinggi dibandingkan total nilai tambah dari dua perusahaan yang terpisah.

Alasan itu makin kuat ketika kondisi perekonomian sedang sulit. Perusahaan yang kuat cenderung membeli perusahaan lain untuk meningkatkan daya saing dan menghemat biaya. Kedua perusahaan itu berharap bisa memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dan efisiensi biaya. Demi alasan ini, perusahaan yang merasa tidak bisa bertahan sendirian biasanya merelakan diri untuk menjadi target akuisisi.

Lantas, apa perbedaan merger dan akuisisi? Walau sering dipakai bersamaan, arti keduanya sedikit berbeda. Ketika sebuah perusahaan membeli perusahaan lain dan secara terang-terangan menyatakan dirinya menjadi pemilik baru, pembelian itu disebut akuisisi. Dari sudut pandang legal, perusahaan sasaran akuisisi bisanya melebur ke pihak yang mengakuisisi. Dengan kata lain, perusahaan pembeli "menelan" perusahaan sasarannya.

Adapun merger terjadi ketika dua perusahaan sepakat untuk bergabung dan membentuk perusahaan baru. Konsekuensinya, kedua perusahaan menyerahkan saham mereka dan perusahaan baru itu akan menerbitkan saham sebagai gantinya.

Contohnya, Daimler-Benz dan Chrysler sepakat untuk melebur ke dalam perusahaan baru ketika melaksanakan merger. Dengan kata lain, entitas kedua perusahaan itu ditutup, dan DaimlerChrysler, perusahaan yang mereka bentuk, tampil sebagai pengganti.?

Sinergi adalah kata sakti yang menjadi asalan perusahaan-perusahaan untuk melakukan merger. Dengan melakukan sinergi, mereka berharap bisa memperoleh banyak manfaat. Ini bisa mencakup banyak hal, mulai dari penghematan biaya, perluasan pasar, penguasaan teknologi, akses dana yang lebih besar, dan masih banyak lagi. Namun, tak selamanya proses merger itu sukses menciptakan sinergi.

Akibatnya, bukannya tumbuh, perusahaan itu justru malah mandek.DENGAN melakukan sinergi, perusahaan yang melakukan merger berharap bisa meningkatkan pendapatannya dan menghemat berbagai biaya secara bersamaan. Secara lebih rinci, keuntungan merger itu bisa berasal dari beberapa hal.

Yang pertama adalah pengurangan tenaga kerja. Bukan hal yang aneh jika merger diikuti oleh pengurangan karyawan. Misalnya, jika perusahaan melakukan merger, akan ada pengurangan karyawan di bagian keuangan, pemasaran, dan bagian-bagian lainnya. Belum lagi, pengurangan tenaga kerja itu kadang-kadang merembet sampai bos-bos yang bergaji besar.

Kedua, dari pencapaian tingkat skala ekonomi (economies of scale). Contohnya, semakin besar suatu perusahaan, ia akan memiliki daya beli yang makin besar pula. Akibatnya, ketika membeli bahan baku atau perlengkapan, misalnya, jumlah pembeliannya jauh lebih besar. Ujungnya, ia memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh harga pembelian yang murah dari pemasok.

Ketiga, dari penguasaan teknologi baru. Merger juga mencakup sinergi penguasaan teknologi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan merger. Karenanya, proses

115

Page 117: Investasi Untuk Pemula

ini juga mempercepat penguasaan teknologi perusahaan. Terutama, jika teknologi salah satu perusahaan yang melakukan merger jauh lebih canggih dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.

Keempat, sinergi juga bisa meningkatkan jangkauan pasar perusahaan. Dengan bergabung dengan perusahaan lain, suatu perusahaan bisa memperoleh pasar baru secara lebih cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri. Ujungnya, pendapatan dan laba perusahaan juga akan meningkat. Harap dicatat pula, merger juga meningkatkan jangkauan pemasaran dan distribusi perusahaan.

Kelima, dari peluang memperoleh pembiayaan yang lebih besar. Perusahaan yang besar biasanya lebih mudah memperoleh pinjaman jika dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Selain itu, nilai pinjamannya juga menjadi jauh lebih besar. Dengan dana yang lebih besar ini, ia juga memiliki "bahan bakar" yang lebih banyak untuk ekspansi. Alhasil, perusahaan juga bisa tumbuh lebih cepat.

Tapi, sejatinya, sinergi tak mudah dilakukan. Sinergi ini juga tak langsung tercapai ketiga dua perusahaan melakukan merger. Bahkan, kadang-kadang merger juga justru membawa dampak buruk. Jadi, satu ditambah satu ternyata malah kurang dari dua.?

Variasi merger yang terjadi di pasar keuangan dunia bisa sangat banyak. Maklum, setiap perusahaan biasanya memilik posisi yang unik di dalam industri. Alhasil, ada merger yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang dahulu bersaing, ada merger pemasok dan konsumen, merger antara perusahaan-perusahaan yang memiliki bisnis sangat berbeda, dan masih banyak lagi.

BERDASARKAN struktur bisnisnya, jenis merger bisa sangat banyak. Sebut saja, merger horizontal, merger vertikal, konglomerasi, dan masih banyak lagi.Merger horizontal adalah merger yang melibatkan dua perusahaan yang sebelumnya saling berkompetisi langsung. Tak hanya menjual jenis produk yang sama, mereka juga beroperasi di pasar yang sama.

Adapun merger vertikal dilakukan oleh dua perusahaan yang sebelumnya telah memiliki hubungan produsen dan konsumen. Misalnya, sebelumnya yang satu menjadi pemasok bagi perusahaan lainnya. Merger antara produsen ban dan produsen motor adalah contohnya.

Ada pula merger perluasan pasar (market-extension merger). Ini terjadi ketika merger itu melibatkan dua perusahaan yang selama ini memproduksi produk yang sama tapi beroperasi di pasar yang berbeda. Selanjutnya, ada merger untuk perluasan produk (produk-extension merger).

Ini melibatkan dua perusahaan dengan produk berbeda yang berhubungan. Tapi, mereka menggarap pasar yang sama. Satu lagi yang tak boleh ketinggalan adalah konglomerasi. Ini adalah merger yang melibatkan dua ada beberapa perusahaan yang beroperasi di bidang yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya.

Sementara, berdasarkan pembiayaan merger itu, ada dua tipe merger. Keduanya mendatangkan implikasi yang berbeda untuk perusahaan yang terlibat dalam merger maupun investor.

Yang pertama adalah merger dengan pembelian (purchase merger). Sesuai namanya, dalam merger ini, salah satu perusahaan membeli perusahaan lainnya. Pembelian itu bisa dibiayai dengan tunai maupun penerbitan surat utang. ?

116

Page 118: Investasi Untuk Pemula

Perbedaan antara merger dan akuisisi sejatinya sangat tipis. Bahkan, di zaman sekarang ini, bisa jadi keduanya hanya berbeda nama saja. Merger dan akuisisi ingin mencapai tujuan yang sama, yakni sinergi. Melalui sinergi, perusahaan-perusahaan berharap bisa meningkatkan nilai, mengembangkan pasar, menghemat biaya, dan seterusnya. Ujung-ujungnya mereka berharap bisa meningkatkan laba.

SEPERTI sudah disinggung dalam tulisan sebelumnya, variasi pola merger bisa sangat banyak. Misalnya, berdasarkan, pembiayaannya ada merger dengan pembelian (purchase merger).

Sesuai dengan namanya, dalam merger ini, salah satu perusahaan membeli perusahaan lainnya. Perusahaan sering memiliki pola merger ini karena mereka bisa memperoleh manfaat pajak. Pihak yang menjadi pembeli dalam proses merger itu bisa membukukan harga pembelian pada harga pasar. Nah, selisih antara harga pasar ini dengan nilai bukunya bisa disusutkan (depresiasi) setiap tahun.

Ujungnya, akumulasi biaya penyusutan seperti ini tentu akan mengurangi beban pajak.Selain itu, ada pula yang disebut sebagai merger konsolidasi. Ini terjadi ketika dua perusahaan dibeli dan digabungkan ke dalam satu perusahaan yang baru.

Setelah mencermati semua penjelasan itu, kita dapat melihat bahwa perbedaan merger dan akuisisi sangat tipis. Bahkan, di zaman sekarang, merger dan akuisisi hanya berbeda namanya saja. Seperti halnya merger, akuisisi perusahaan juga bertujuan mencari tingkat skala ekonomi, efisiensi, dan memperluas pasar. Tapi, tidak seperti merger, dalam akuisisi selalu ada satu perusahaan yang membeli perusahaan lainnya. Proses akuisisi sendiri bisa berlangsung secara damai, tapi juga terjadi secara paksa (hostile).

Di dalam akuisisi, perusahaan juga bisa membeli perusahaan lainnya dengan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya. Kemungkinan lainnya, salah satu perusahaan membeli seluruh aset perusahaan lain. Akibatnya, perusahaan sasaran pembelian itu akan menjadi kosong tanpa aset dan kemudian tutup atau berganti bisnis.

Pola lain akuisisi adalah reverse merger. Ini terjadi ketika satu perusahaan tertutup ingin mencatatkan sahamnya di bursa saham secara cepat dengan membeli perusahaan lain yang telah tercatat di bursa. Transaksi ini sering juga disebut sebagai back door listing.

Setelah transaksi ini, perusahaan tertutup itu menjadi perusahaan publik, dan sahamnya diperdagangkan di bursa. Kesimpulannya, pola merger atau akuisisi bisa berbeda-beda. Tapi, umumnya mereka memiliki tujuan yang serupa.

Mereka ingin menciptakan sinergi. Mereka ingin mewujudkan keyakinan mereka bahwa penggabungan dua perusahaan jauh lebih bernilai dibandingkan jika merek beroperasi sendiri-sendiri. Satu ditambah satu sama dengan tiga.?

Sebagai pemegang saham perusahaan, investor saham harus lebih peduli terhadap aksi merger atau akuisisi yang dilakukan emiten saham. Maklum, langkah merger atau akuisisi bisa sangat mempengaruhi keuntungan investor di masa mendatang. Misalnya, jika biaya akuisisi itu terlalu mahal, peluang keuntungan dividen investor akan berkurang. Setali tiga uang, harga saham perusahaan itu juga bisa melemah.

117

Page 119: Investasi Untuk Pemula

BAIK merger maupun akuisisi sendiri sering melibatkan pembelian satu perusahaan atas perusahaan lain. Dalam kasus ini, tentu saja investor yang menjadi pemegang saham harus mengukur apakah pembelian itu akan menguntungkan bagi dirinya. Untuk itu, investor juga harus mengukur apakah harga pembelian itu cukup wajar jika dibandingkan dengan prospek perusahaan yang dibeli.

Masalahnya, pihak penjual dan pembeli dalam merger dan akuisisi bisanya memiliki pendapat yang berbeda tentang nilai perusahaan. Penjual tentu akan cenderung memasang harga yang setinggi mungkin, sementara pembeli berusaha memperoleh harga semurah mungkin.

Ada banyak cara untuk mengukur apakah suatu pembelian perusahaan layak atau tidak. Salah satunya adalah dengan membandingkan dengan harga perusahaan sejenis di dalam industri. Untuk itu, perusahaan yang akan menjadi pembeli biasanya menerapkan beberapa metode untuk mengukur nilai perusahaan yang menjadi targetnya.

Salah satunya, mereka biasa menggunakan perbandingan rasio. Salah satu rasio yang dipakai adalah rasio harga saham terhadap laba per saham atau price-earning ratio (P/E). Dengan rasio ini, biasanya, perusahaan menawarkan harga pembelian yang bisa mencapai beberapa kali lipat laba per sahamnya. Untuk memperoleh harga yang wajar, calon pembeli itu bisa membandingkan dengan P/E perusahaan lain yang sejenis. Investor juga bisa menggunakan rasio P/E itu untuk mengukur apakah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terlalu mahal, wajar, atau terlalu murah. Jika terlalu mahal, akuisisi itu kemungkinan besar merugikan investor.?

Seorang pemilik perusahaan tidak akan menjual perusahaannya jika ia tidak memperoleh keuntungan lebih dibandingkan jika ia tidak menjual perusahaannya. Karenanya, meski menggunakan berbagai rumus untuk menilai harga wajar perusahaan, perusahaan yang akan melakukan akuisisi cenderung membeli perusahaan lain dengan harga premium. Salah satu alasannya: pembelian itu akan menciptakan sinergi.

SEPERTI sudah dibahas dalam tulisan sebelumnya, perusahaan yang akan membeli perusahaan lain sering menggunakan rasio harga terhadap keuntungan per saham atau price-earning ratio (P/E) sebagai patokan. Selain itu masih ada metode penentuan harga lain.

Ambil contoh, ada perusahaan yang menggunakan patokan biaya penggantian atau replacement cost. Dalam banyak kasus, perusahaan menghargai perusahaan sasaran akuisisinya dengan menghitung biaya seandainya ia membentuk perusahaan sejenis dengan ukuran yang sama dengan perusahaan itu.

Misalnya, secara sederhana, nilai perusahaan adalah total nilai aset dan biaya karyawan. Nah, perusahaan yang akan melakukan akuisisi tinggal menawarkan harga pembelian yang setara dengan total nilai aset-aset itu. Sebab, jika perusahaan tidak mau menerima tawaran itu, ia dengan gampang bisa membuat perusahaan sendiri dengan modal harga yang ditawarkannya.

Selain itu, yang lebih canggih, ada pula perusahaan yang menentukan harga perusahaan target menggunakan rumus discounted cash flow (DCF). Rumus ini terhitung rumit untuk orang awam. Tapi secara sederhana, DCF menentukan nilai perusahaan pada saat ini berdasarkan perkiraan penerimaan arus kas perusahaan itu di masa yang akan datang.

118

Page 120: Investasi Untuk Pemula

Nah, berdasarkan patokan-patokan itu, biasanya perusahaan akan menawarkan harga yang lebih tinggi dari harga saham di pasar (premium). Alasannya adalah pembelian tersebut akan memberikan sinergi bagi perusahaan. Merger kedua perusahaan itu akan menguntungkan bagi pemegang saham karena harga saham perusahaan setelah merger berpotensi meningkat.? Seperti sifat manusia, perusahaan sering memiliki kebiasaan buruk menelan perusahaan lain yang sebenarnya berada di luar kemampuannya. Akibatnya, belakangan hari, perusahaan itu akan kesulitan menciptakan sinergi. Belum lagi, terkadang perusahaan juga membayarkan harga yang terlalu mahal. Akibatnya, alih-alih memetik efisiensi, akuisisi semacam itu hanya akan sia-sia. Investor harus mencermati hal ini.

SEBENARNYA, bukan hal yang aneh jika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dengan harga di atas harga pasar (premium). Maklum, perusahaan itu biasanya melihat potensi perusahaan targetnya di masa mendatang. Selain itu, ia juga memasukkan faktor manfaat sinergi di antara dua perusahaan itu ke dalam harga pembeliannya. Namun, tetap saja, investor tak boleh tutup mata dengan harga akuisisi yang disepakati oleh kedua perusahaan. Memang tidak gampang bagi investor untuk mengukur apakah suatu harga akuisisi cukup wajar. Pada akhirnya, manajemen perusahaan-lah yang harus membuktikan bahwa harga yang mereka bayarkan cukup layak. Tapi, investor bisa mempergunakan beberapa kriteria dan hal-hal sederhana untuk mengukur apakah suatu akuisisi plus merger akan berhasil.

Pertama, harga akuisisi atau pembelian itu harus masuk akal. Umumnya, para analis menilai harga premium hingga sekitar 10% masih wajar. Tapi, kalau ada harga akuisisi yang mencapai 50% di atas harga pasar, jelas tidak wajar. Lebih baik, investor mengindari saham perusahaan yang melakukan akuisisi terlalu berani seperti itu.

Kedua, perusahaan yang membayar akuisisi menggunakan dana kas biasanya akan lebih berhati-hati dalam menghitung harga akuisisi. Sebaliknya, perusahaan yang membayar dengan saham cenderung kurang berhati-hati.

Ketiga, sebuah perusahaan semestinya membidik perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan itu sebaiknya juga mengenal bisnis perusahaan yang dibidiknya. Sebab, perusahaan itu akan sulit melakukan sinergi jika tak mengenal bisnis perusahaan yang dibelinya.?

Neraca  Dalam neraca berlaku rumus: aktiva=utang+modal. Ini menjelaskan bahwa setiap aset yang dimiliki oleh perusahaan bisa dibiayai dengan uang yang bisa diperoleh dari dua sumber, yakni: utang dan modal. Jika ada aset perusahaan tumbuh tinggi, lihat dahulu sisi utangnya. Jika utangnya juga naik tinggi, perusahaan itu membiayai asetnya dengan menumpuk utang.

Seperti namanya, neraca memberikan gambaran tentang "keseimbangan" antara total aset (aktiva) perusahaan di satu sisi dibandingkan dengan pasiva - yang terdiri dari utang dan modal -- perusahaan di sisi yang lain.

Mengapa modal dikelompokkan bersama dengan kewajiban? Penjelasannya sederhana, yaitu bahwa modal sebenarnya juga merupakan kewajiban bagi perusahaan. Soalnya, modal perusahaan itu berasal dari para pemegang sahamnya. Jadi, gampangnya, modal merupakan kewajiban perusahaan terhadap pemegang sahamnya.

119

Page 121: Investasi Untuk Pemula

Sebagaimana bentuk neraca yang selalu seimbang, jumlah nilai total aktiva dan total pasiva itu juga pasti akan selalu sama atau seimbang. Dalam akuntansi berlaku persamaan: aktiva = utang + modal.

Rumus ini menjelaskan bahwa setiap aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai atau dibeli dengan uang yang diperoleh dari dua sumber: utang atau modal.

Secara sederhana bisa dikatakan bahwa semakin besar total aset perusahaan, semakin besar pula ukuran bisnis perusahaan tersebut. Karena itu, penting untuk selalu melihat pertumbuhan nilai total aset perusahaan setiap tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun. Untuk melihat pertumbuhannya, bandingkan dengan angka di tahun sebelumnya. Misalnya, periode triwulan I 2007 dibandingkan triwulan III 2006.

Tetapi, ketika melihat aset perusahaan melonjak tinggi, jangan langsung mengatakan perusahaan itu bagus. Lihat dulu sisi utang dan modalnya. Kalau pertumbuhan aset yang tinggi itu diikuti pertumbuhan jumlah utang yang tinggi pula, itu tidak bagus. Sebab, itu artinya si perusahaan membiayai pertumbuhan asetnya dengan menumpuk utang.

Kalau yang meningkat adalah modalnya, itu baru bagus. Ada satu catatan penting soal neraca. Data yang ada dalam neraca perusahaan hanya menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam satu hari tertentu saja; yaitu pada tanggal neraca tersebut. Ibarat sebuah film, ia hanya satu cuplikan adegan saja. Ini berbeda dengan data laporan rugi-laba yang mencerminkan operasional perusahaan dalam periode tertentu. Laporan rugi laba ibarat sebuah film.

Ada beberapa jenis saham yang bisa diterbitkan oleh sebuah perusahaan. Yang paling umum, perusahaan menerbitkan saham biasa (common stock). Tapi, tak jarang pula ia menerbitkan saham spesial yang disebut preferred stock. Selain itu, perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) biasanya juga menerbitkan saham dwiwarna untuk pemerintah. Saham ini memberikan hak istimewa kepada pemerintah.

Ada dua jenis saham yang utama, yaitu: saham biasa (common stock) dan preferred stock. Yang pertama, mari kita pelajari dahulu tentang saham biasa. Jika bicara soal saham, umumnya orang mengacu pada saham jenis ini. Sebagian besar perusahaan juga menerbitkan saham biasa ini. Saham biasa ini mewakili kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Artinya, pemiliknya berhak memperoleh bagian dividen dari keuntungan perusahaan.

Investor yang memiliki saham ini juga memiliki satu hak suara untuk setiap saham, termasuk ketika memilih anggota direksi dan menentukan keputusan-keputusan penting perusahaan.

Umumnya, dalam jangka panjang, saham biasa ini memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen lainnya. Tapi, keuntungan yang tinggi ini juga diikuti risiko yang tinggi. Soalnya, jika perusahaan bangkrut, pemilik saham biasa tidak akan memperoleh uang sampai kewajiban perusahaan kepada pemerintah, kreditur, dan pemegang preferred stock terpenuhi.

Sesuai dengan namanya, preferred stock adalah saham spesial. Perusahaan biasanya menetapkan hak-hak khusus untuk saham jenis ini. Umumnya, perusahaan menjamin bahwa pemegang saham jenis ini akan menerima pembagian dividen yang tetap. Ini

120

Page 122: Investasi Untuk Pemula

berbeda dengan pemilik saham biasa yang dividennya berubah-ubah dan tidak dijamin.

Keuntungan lainnya, jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham spesial ini memperoleh duit (hasil penjualan aset) lebih dahulu daripada pemegang saham biasa. Tapi, haknya tetap di bawah pemerintah dan kreditur. Kadang kala, saham spesial ini juga bisa ditarik kembali oleh perusahaan. Artinya, perusahaan memiliki opsi untuk membeli saham-saham itu dari pemegang sahamnya. Karena itulah, banyak orang yang bilang bahwa preferred stock ini lebih mirip surat utang ketimbang saham.

Selain saham biasa dan preferred stocks, kadang kala, perusahaan juga menerbitkan saham-saham jenis lainnya. Hak-hak yang melekat pada saham itu bisa sangat bervariasi, tergantung dari kemauan perusahaan. Untuk membedakan, biasanya mereka menyebut saham itu sebagai saham seri A, seri B, dan seterusnya.

Di Indonesia, badan usaha milik negara (BUMN) - termasuk yang sudah menjadi perusahaan publik -- biasanya menerbitkan saham dwiwarna khusus untuk pemerintah. Sebagai pemilik saham ini, pemerintah memiliki hak istimewa. Misalnya, setiap pemilihan direksi harus melalui persetujuan pemerintah.

 I P O

Catatan Penting Saham IPO  Pada tahun ini, Bursa Efek Jakarta (BEJ) benar-benar kebanjiran emiten baru. Total, bakal ada sekitar 25 perusahaan baru yang melantai di bursa saham itu. Dalam dua bulan ke depan saja, ada sekitar 12 perusahaan yang akan menawarkan saham perdananya ke publik. Penawaran saham perdana (IPO) ini merupakan peluang bagi investor. Namun, investor juga tak boleh asal mencomot saham IPO.

SEBELUM Anda membeli saham IPO, ada beberapa catatan penting yang harus Anda perhatikan. Pertama, pada dasarnya tidak mudah menganalisis kinerja dan prospek calon emiten IPO. Sebab, ia tidak menyajikan banyak informasi historis. Sumber informasi utama Anda adalah prospektus ringkas IPO. Jadi, benar-benar cermati informasi yang ada di dalamnya. Perhatikan juga tim manajemen perusahaan tersebut dan juga rencana penggunaan dana IPO.

IPO yang sukses biasanya juga didukung oleh underwriter yang besar. Jadi, Anda mesti lebih hati-hati jika yang menjadi penjamin emisi adalah perusahaan sekuritas tak terkenal. Sebab, perusahaan semacam ini biasanya kurang selektif dalam memilih perusahaan yang akan IPO.

Beberapa bulan setelah IPO, harga saham IPO biasanya cenderung turun. Ini terkadang terjadi karena ada lock-up period. Artinya, pihak di dalam perusahaan itu tidak boleh menjual saham dalam periode tertentu. Masalahnya, ketika periode itu telah lewat, semua pihak di dalam perusahaan boleh menjual sahamnya. Akibatnya, jika karyawan maupun pejabat perusahaan ramai-ramai menjual sahamnya, akan terjadi kelebihan pasokan sehingga harganya turun.

Ada juga fenomena yang disebut flipping. Maksudnya, investor cenderung menjual sahamnya di hari pertama perdagangan saham IPO untuk memetik keuntungan jangka pendek. Sebab, di hari pertama itu, biasanya harga saham IPO memang

121

Page 123: Investasi Untuk Pemula

melonjak tinggi. Tidak ada larangan untuk melakukan flipping, tapi biasanya broker Anda tak terlalu menyukai tindakan seperti ini. Tapi, investor-investor institusi besar banyak juga yang melakukan praktek ini.

Akibatnya, ketika investor institusi menjual sahamnya untuk memetik keuntungan, harga saham IPO itu bisa terjun bebas. Karenanya, jika Anda tidak berniat menyimpan saham itu, sebaiknya Anda memang segera melepasnya di hari pertama

Initial Public Offering (IPO)  Dalam waktu dekat, ada beberapa perusahaan yang bakal menawarkan saham perdananya atau melaksanakan initial public offering (IPO) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pasti Anda sudah mendengar atau membaca rencana IPO dari PT Sampoerna Agro, PT Bisi Internasional, dan PT Multimedia Nusantara Citra (MNC). Sebenarnya, apa, sih, IPO itu?Istilah IPO mulai terkenal tahun 1990-an ketika pasar modal Amerika Serikat (AS) melonjak akibat masuknya saham-saham perusahaan teknologi. Waktu itu, setiap hari ada berita tentang miliarder-miliarder baru bisnis dotcom di Sillicon Valley yang menghasilkan uang dari IPO-nya.

Jadi, apa sebenarnya IPO itu? Mengapa IPO bisa membuat orang jadi kaya raya dalam sekejap? Tak perlu berpikir terlalu rumit. IPO itu sebenarnya penjualan perdana saham perusahaan kepada masyarakat atau publik. Sebuah perusahaan bisa mendapatkan dana dari masyarakat dengan menjual surat utang atau menjual sahamnya. Nah, jika perusahaan menjual sahamnya kepada publik, proses itulah yang disebut sebagai IPO.

Kita bisa mengelompokkan perusahaan ke dalam dua jenis perusahaan. Yang pertama adalah perusahaan tertutup (private) yang jumlah pemegang sahamnya lebih sedikit dan perusahaan itu tidak wajib melaporkan banyak informasi tentang dirinya. Kebanyakan perusahaan kecil adalah perusahaan tertutup. Tetapi, perusahaan-perusahaan besar juga bisa menjadi perusahaan tertutup. Contohnya, IKEA, Domino Pizza, atau Hallmark Cards.

Sebenarnya, tidak mustahil bagi kita untuk membeli saham di perusahaan swasta. Anda bisa mendekati pemilik perusahaan. Tetapi, pemilik perusahaan tidak wajib menjual sahamnya. Adapun perusahaan publik memang harus menjual sebagian sahamnya kepada publik dan memperdagangkannya di bursa efek. Ini sebabnya, proses IPO juga disebut sebagai go public.

Perusahaan publik memiliki pemegang saham yang jumlahnya ribuan dan terikat pada peraturan dan perundang-undangan yang ketat. Mereka harus memiliki jajaran direksi dan melaporkan kinerja keuangannya per kuartal.

Saham perusahaan publik yang telah IPO diperdagangkan di bursa saham secara terbuka. Artinya, asalkan memiliki uang yang cukup, semua orang bisa ikut berinvestasi di saham perusahaan tersebut. Buat para perusahaan sendiri, dengan menjual sahamnya ke publik melalui IPO, mereka bisa mengeruk dana segar dari masyarakat investor untuk membiayai ekspansi bisnisnya.

Perusahaan publik harus memenuhi banyak peraturan. Ketika mau melaksanakan rencana penting atau berdampak besar (material), misalnya, ia harus melaporkannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

122

Page 124: Investasi Untuk Pemula

Bagi investor, yang paling menarik, saham perusahaan publik itu diperdagangkan di bursa saham yang terbuka. Di Indonesia ada dua bursa saham yang menjadi "pasar" saham-saham perusahaan publik itu yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Jakarta. (Nantinya kedua bursa ini akan bergabung menjadi satu bursa).

Nah, karena saham-saham perusahaan yang telah IPO diperdagangkan di bursa efek yang terbuka, setiap orang dengan mudah bisa ikut berinvestasi di saham-saham itu. Asalkan memiliki duit yang cukup, Anda bisa ikut berinvestasi. Pengurus atau direksi suatu perusahaan bisa saja tidak menyukai Anda, tapi tetap saja ia tidak bisa menghalangi niat Anda untuk membeli saham perusahaan tersebut.

Tapi, mengapa perusahaan go public? Sederhana saja, perusahaan melakukan penjualan saham ke publik karena ingin memperoleh dana. Dan, biasanya mereka bisa mengeruk dana yang besar lewat IPO. Selain itu, menjadi perusahaan publik juga membuka "pintu" finansial untuk beberapa peluang. Pertama, karena lebih terbuka, perusahaan publik biasanya memperoleh peringkat atau rating yang lebih baik ketika mereka menerbitkan surat utang atau obligasi.

Kedua, selama masih ada permintaan di pasar, perusahaan publik bisa selalu menerbitkan saham baru. Karenanya biasanya merger dan akuisisi juga lebih mudah dilakukan karena perusahaan bisa menggunakan saham baru sebagai salah satu alat untuk memperlancar prosesnya.

Bagi sebuah perusahaan, menjadi perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek juga merupakan prestise. Apalagi, di masa lalu, hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja keuangan atau fundamental bagus yang bisa melakukan initial public offering (IPO). Singkatnya, tidak gampang sebuah perusahaan bisa go public dan mencatatkan sahamnya di bursa saham.

Tapi, booming dotcom telah mengubah semuanya. Kini, perusahaan tidak harus memiliki catatan kinerja keuangan yang bagus untuk go public. Sekarang, perusahaan yang baru memulai bisnisnya dan bahkan masih merugi pun bisa melantai di bursa saham.

Di Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga menyediakan papan khusus untuk menampung saham-saham perusahaan kecil dan perusahaan yang kinerja keuangannya belum bagus.

Namanya adalah papan pengembangan (development board). Syarat untuk tercatat di papan pengembangan ini relatif longgar. Misalnya, perusahaan yang baru berusia 12 bulan sudah bisa masuk. Papan pengembangan juga hanya mensyaratkan minimal aset bersih berwujud Rp 5 miliar.

Walaupun masih merugi, suatu perusahaan juga boleh IPO dan mejeng di papan pengembangan. Cuma, BEJ menentukan dalam jangka waktu 2 tahun sampai 6 tahun (tergantung dari jenis usahanya) setelah IPO, perusahaan itu sudah harus bisa membukukan laba usaha dan laba bersih.

Adapun untuk menampung perusahaan-perusahaan yang sudah besar dan mapan secara keuangan, BEJ menyediakan pencatatan di papan utama (main board). Syarat untuk bisa tercatat di papan utama ini lebih berat. Misalnya, perusahaan sudah harus beroperasi minimal 36 bulan atau 3 tahun. Selain itu, nilai aset berwujud bersih perusahaan itu juga harus sudah mencapai minimal Rp 100 miliar.

123

Page 125: Investasi Untuk Pemula

Karena bursa memang membuka peluang masuknya perusahaan-perusahaan baru, investor harus hati-hati. Sebab, ada saja pemilik perusahaan yang menyalahgunakan bursa saham hanya untuk mengeruk dana masyarakat semata.

Artinya, setelah IPO, mereka tidak melakukan usaha sama sekali untuk bisa mencetak keuntungan. Jadi, mereka tidak berusaha untuk memberikan keuntungan bagi investor yang telah membeli sahamnya saat IPO. Cara seperti inilah yagn sering disebut sebagai exit strategi. Dan, jika ini terjadi, IPO justru akan menjadi sebuah akhir bukan awal.?

Sebelum membahas tentang tata cara membeli saham saat penawaran perdana atau IPO, ada baiknya calon investor mempelajari terlebih dahulu proses IPO itu sendiri.

Sebab, sejatinya, untuk bisa melaksanakan IPO, sebuah perusahaan harus melalui proses yang lumayan panjang. Dan, proses ini sangat menentukan peluang investor untuk membeli saham saat IPO.

Jika ingin go public atau menggelar IPO, pertama-tama sebuah perusahaan harus menyewa sebuah atau beberapa sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi. Secara teori, sebenarnya sebuah perusahaan bisa saja menjual sahamnya secara langsung. Tapi, kenyataannya, penjamin emisi itu kini sangat diperlukan.

Nah, dalam IPO, ada suatu proses yang disebut underwriting yang melibatkan calon perusahaan yang akan IPO dan penjamin emisinya. Karena itulah, penjamin emisi sering disebut juga underwriter. Secara umum, underwriting adalah proses untuk mengumpulkan dana, baik dengan menerbitkan surat utang atau menerbitkan saham.

Anda bisa membayangkan underwriter sebagai orang yang berada di antara perusahaan dan investor publik.

Sebelum IPO, perusahaan dan penjamin emisi bertemu untuk membicarakan perjanjian di antara mereka. Beberapa topik penting yang dibahas adalah target dana yang akan dikumpulkan perusahaan lewat IPO, jenis saham yang diterbitkan, dan detail-detail lainnya yang termuat dalam perjanjian underwriting.

Struktur penjaminan emisinya bisa bermacam-macam. Misalnya, dalam perjanjian full commitment, penjamin emisi menjamin bahwa dana dalam jumlah tertentu akan diperoleh perusahaan. Untuk itu, penjamin emisi berjanji akan menjual semua saham yang diterbitkan perusahaan.

Bahkan, terkadang penjamin emisi itu harus membeli dahulu sebagian saham perusahaan dan kemudian baru menjual kembali ke publik.

Ada lagi perjanjian best effort. Dalam perjanjian ini, underwriter menjual saham perusahaan tapi tidak menjamin jumlah dana tertentu. Dalam kasus ini, biasanya, penjamin emisi juga tidak bersedia memikul risiko IPO sendirian.

Karenanya, ia biasanya menggandeng perusahaan sekuritas lain dan membentuk sindikasi.?

Sebagai perusahaan terbuka, emiten bursa saham harus mengungkapkan semua informasi penting perusahaannya. Prospektus menjadi wadah untuk menampung semua informasi itu.

124

Page 126: Investasi Untuk Pemula

Setelah calon emiten saham yang mau IPO dan penjamin emisinya menyetujui perjanjian underwriting, mereka bisa mengajukan permohonan pencatatan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Tentu, mereka harus menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan.

Jika dokumen dan informasi yang disediakan calon emiten lengkap, BEJ memerlukan waktu sekitar 10 hari bursa untuk memberikan persetujuan. Jika memenuhi syarat, BEJ memberikan surat persetujuan prinsip pencatatan yang bernama: Perjanjian Pendahuluan Pencatatan Efek.

Setelah mengantongi perjanjian itu, calon emiten bisa mulai mengajukan Pernyataan Pendaftaran (PP) kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk melakukan penawaran umum saham. Dalam tahap ini, perusahaan itu harus menyerahkan berbagai dokumen, seperti jumlah saham yang akan ditawarkan, profil perusahaan, laporan keuangan, latar belakang manajemen, rencana penggunaan dana IPO, dan juga masalah-masalah hukum jika ada.

Bapepam-LK, kemudian, akan meminta adanya masa tenang atau cooling off period. Selama periode ini, Bapepam-LK akan melakukan investigasi dan memastikan bahwa semua informasi yang penting atau material telah disampaikan calon emiten. Jika Bapepam-LK sudah menyetujui penawaran perdana itu, calon emiten akan menetapkan tanggal penawaran saham itu ke publik.

Dalam masa tenang itu, penjamin emisi atau underwriter mulai mengumumkan apa yang disebut red herring. Ini adalah sebuah prospektus IPO awal yang berisi semua informasi tentang perusahaan. Yang belum tercantum hanya harga penawaran sahamnya dan tanggal penawarannya. Dengan red herring itu, calon emiten saham dan underwriter-nya mulai "berkampaye" untuk mempromosikan sahamnya. Mereka akan berkeliling di dalam negeri maupun ke luar negeri (roadshow) untuk menjajakan saham tersebut. Biasanya, dalam tahap ini, mereka lebih fokus membidik investor-investor institusi yang besar.

Menjelang tanggal penawaran, calon emiten saham dan penjamin emisinya akan duduk bersama untuk menentukan harga jual sahamnya. Penentuan harga ini tidak mudah karena sangat bergantung pada kondisi perusahaan, hasil roadshow, dan kondisi pasar.

Tentu, baik perusahaan maupun penjamin emisinya ingin memperoleh harga yang maksimal. Nah, kalau semua sudah siap, calon emiten saham itu akan menjual sahamnya kepada publik?

Kita telah melihat bahwa proses IPO suatu perusahaan ternyata lumayan panjang. Dan, investor individual hampir tidak dilibatkan. Ini terjadi karena baik calon emiten IPO maupun penjamin emisinya (underwriter) cenderung mendahulukan untuk menggarap investor-investor institusi.Selain agar lebih cepat memperoleh dana, investor institusi umumnya adalah investor jangka panjang yang tidak terlalu sensitif terhadap fluktuasi harga saham. Dengan demikian, perusahaan bisa mengurangi tekanan jual (profit taking) dalam perdagangan awal.

Nah, karena permintaan saham IPO itu biasanya berlebih (oversubscribed), kemungkinan investor individu untuk memperoleh saham yang diincarnya sangat terbatas. Karena ini, sebaiknya, investor membuka rekening saham pada penjamin emisi saham tersebut.

125

Page 127: Investasi Untuk Pemula

Investor juga harus mengikuti beberapa proses untuk bisa ikut membeli saham IPO tersebut. Pertama-tama, di masa penawaran yang sudah ditetapkan underwriter, dapatkan lembar formulir pemesanan pembelian saham penawaran umum, disebut Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS).

Formulir ini biasanya dibendel jadi satu dengan prospektus ringkas. Cara mudah mendapatkan formulir ini, datang saja ke agen penjualan yang ditunjuk oleh penjamin pelaksana emisi IPO.

Berikutnya, isi formulir dan lengkapi dengan fotokopi KTP. Tentu, dalam pengisian formulir ini, Anda harus menyebutkan jumlah saham yang ingin Anda pesan.

Selanjutnya, lakukan pembayaran atas pemesanan yang Anda. Pembayaran bisa secara tunai, giro, atau transfer ke rekening agen penjualan. Simpan bukti pembayaran itu.

Jika sudah lengkap, kembalikan formulir pemesanan ke agen penjualan tepat waktu. Lengkapi dengan bukti pembayaran ke agen penjualan. Hari terakhir masa penawaran umum merupakan batas akhirnya. Masa penawaran umum sendiri berlangsung selama minimal tiga hari. ?

Pada dasarnya IPO adalah sebuah kegiatan "pemasaran". Penjamin emisi akan berusaha menarik investor sebanyak-banyaknya. Nah, investor harus tetap selektif dalam memilih saham-saham IPO.

Setelah memperoleh Surat Saham Kolektif (SSK) yang menjadi bukti investasi, Anda resmi menjadi salah satu pemilik saham IPO.

Tapi, sebelum benar-benar membeli saham IPO, ada beberapa catatan penting yang harus Anda perhatikan. Hal pertama, tidak mudah menganalisis kinerja dan prospek calon emiten IPO. Sebab, ia tidak menyajikan banyak informasi historis. Sumber informasi utama Anda hanya prospektus ringkas IPO (red herring). Jadi, cermatilah informasi yang ada. Perhatikan juga tim manajemen perusahaan tersebut dan juga rencana penggunaan dana hasil IPO.

IPO yang sukses biasanya juga didukung oleh underwriter yang besar. Anda mesti lebih hati-hati jika yang menjadi underwriter adalah sekuritas tak terkenal. Sebab, biasanya ia kurang selektif dalam memilih emiten IPO. Beberapa bulan setelah IPO, harga saham IPO biasanya cenderung turun. Ini terjadi karena ada lock-up period.

Underwriter membuat perjanjian lock-up period dengan karyawan maupun pejabat perusahaan tersebut. Isinya, pihak di dalam perusahaan tidak boleh menjual saham dalam periode tertentu. Masalahnya, ketika periode itu telah lewat, semua pihak boleh menjual sahamnya. Akibatnya, jika mereka ramai-ramai menjual sahamnya akan terjadi kelebihan pasokan di pasar dan harganya cenderung turun.

Ada juga fenomena flipping. Maksudnya, investor cenderung menjual sahamnya di hari pertama perdagangan saham IPO. Sebab, di hari pertama, biasanya harga saham IPO melonjak tinggi. Investor-investor institusi besar banyak yang melakukan praktik ini. Akibatnya, ketika mereka menjual sahamnya, harga saham IPO itu bisa terjun bebas.

Terakhir, ingatlah bahwa underwriter adalah salesman. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menarik investor. Karenanya, jangan terlalu mempercayai

126

Page 128: Investasi Untuk Pemula

underwriter. Jangan membeli saham hanya karena ia saham IPO, belilah karena saham itu memang merupakan investasi yang bagus?

Opsi Greenshoe  Sebuah perusahaan memang tidak bisa sembarangan saja melepas sahamnya ke publik. Agar bisa mendapat hasil maksimal, calon emiten bersama penjamin pelaksana emisi (underwriter) perlu menggodok strategi yang tepat. Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah penggunaan opsi penjatahan lebih atau yang lazim disebut greenshoe.SECARA umum, greenshoe adalah suatu hak bagi underwriter untuk menambah lagi jumlah saham yang akan dilepas ke publik. Umumnya, jumlah saham greenshoe tidak boleh melebihi 15% dari jumlah saham utama yang akan dilepas.

Nama greenshoe dipilih karena perusahaan pertama yang menggunakan opsi ini bernama Green Shoe Company. Bila akan diterapkan, opsi ini sudah harus tertulis secara hitam putih dalam perjanjian underwriter antara perusahaan dan penjamin emisi. Opsi ini juga harus tercantum dalam prospektus penawaran saham. Contoh penawaran saham dengan opsi greenshoe adalah divestasi saham Bank Negara Indonesia (BNI).

Penawaran saham kedua (secondary offering) bank pelat merah ini akan melepas saham sebanyak 3,95 miliar. Termasuk di dalamnya adalah saham greenshoe sebanyak 474 juta saham. Menurut prospektusnya, underwriter akan melakukan opsi greenshoe ini untuk stabilisasi harga saham BNI selama 30 hari pascapelepasan saham.

Salah satu kegunaan greenshoe memang untuk stabilisasi harga. Sebab, underwriter bisa menambah pasokan saham untuk meredam fluktuasi harga apabila permintaan terus melonjak. Lazimnya, opsi ini digunakan dalam penjualan saham yang kemungkinan besar bakal mengalami kelebihan permintaan. Walau begitu, bila permintaan ternyata minim, opsi ini bisa menjadi dalih underwriter untuk menghabiskan pasokan saham miliknya.

Sejauh ini, memang tidak banyak perusahaan yang menggunakan opsi ini saat melepas sahamnya. Apalagi, bila perusahaan itu ternyata tidak membutuhkan dana yang terlalu besar dari hasil penawaran saham itu.

Secondary Offering  Penawaran saham kedua atau secondary offering memang tidak memberikan keuntungan secara langsung buat investor. Tapi, setelah hajatan ini, jumlah saham yang dimiliki oleh investor publik akan semakin banyak. Artinya, transaksi sahamnya pun akan semakin likuid dan menarik.

Para emiten saham di bursa saham Indonesia, sangat jarang melangsungkan hajatan penawaran saham kedua atau secondary offering. Karenanya, wajar jika banyak orang tak terlalu memahami aksi korporasi yang satu ini.Secondary offering adalah penawaran saham kedua yang dilakukan oleh perusahaan yang sebelumnya telah menggelar penawaran saham perdana atau initial public

127

Page 129: Investasi Untuk Pemula

offering (IPO). Salah satu contohnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNII). BNI telah melakukan IPO pada 1996 lalu. Nah, awal Agustus nanti, BNI akan menawarkan sahamnya ke publik untuk kedua kalinya. Karena itulah, BNI mengusung slogan "BNI Go Public Lagi" dalam hajatannya kali ini. Pemrakarsa penawaran kedua ini biasanya adalah pemegang saham yang memiliki saham yang besar. Dalam kasus BNI, Pemerintah Indonesia ingin melepas sebagian sahamnya di BNI yang kini masih mencapai 99,11% hingga nantinya tinggal tersisa 73,26%.

Karena yang melepas saham adalah pemegang saham, duitnya tentu saja juga akan masuk ke kantong pemegang saham. Ini berbeda dengan penerbitan saham baru atau rights issue yang akan menghasilkan uang buat perusahaan. Tapi, enaknya, berbeda dengan penerbitan saham baru, penawaran kedua ini tidak menimbulkan efek dilusi. Artinya, porsi kepemilikan pemegang saham lainnya tidak akan berkurang. Sebab, jumlah saham yang beredar tetap sama.

Keuntungan langsung buat investor memang tidak ada. Tapi, setelah secondary offering, saham perusahaan itu mestinya menjadi lebih likuid. Ini artinya sahamnya lebih mudah diperdagangkan dan akan lebih sering terjadi transaksi di pasar. Sebab, jumlah saham yang dimiliki oleh publik menjadi lebih banyak.Oh, ya, mekanisme penawaran saham kedua ini persis sama dengan IPO. Ada proses penawaran, penjatahan, dan seterusnya. Karenanya, investor yang berminat tak boleh melewatkan tanggal penawaran tersebut.

SPLIT & REVERSE SPLIT

Reverse Stock Split  Kebalikan dari stock split atau pemecahan nominal saham, kadang kala ada juga perusahaan yang melakukan reverse stock split atau penggabungan nilai nominal saham. Sejatinya, hajatan ini juga tidak akan berpengaruh banyak terhadap investor, sebab nilai investasinya tidak akan berubah. Jika ada perusahaan melakukan reverse stock split, investor justru harus waspada.

Sesuai dengan namanya, reverse stock split adalah kebalikan dari stock split. Jika dalam stock split perusahaan memecah nilai nominal sahamnya, dalam reverse stock split atau penggabungan saham, perusahaan menggabungkan nilai nominal sahamnya dengan rasio tertentu.

Ambil contoh perusahaan A melakukan reverse stock split atas sahamnya yang memiliki nilai nominal Rp 100 dan harga pasar Rp 500 per saham dengan rasio 1:2. Ini artinya, setiap dua saham akan digabungkan menjadi satu. Jadi, setelah reverse stock split, nilai nominal saham A akan menjadi Rp 200. Sementara, harga sahamnya di pasar menjadi Rp 1.000 per saham.

Akibat lainnya, jumlah saham perusahaan itu juga akan menyusut. Taruh kata saham perusahaan A itu awalnya berjumlah 2 miliar; setelah reverse stock split dengan rasio 1:2, jumlah sahamnya akan tinggal 1 miliar saham.Seperti halnya stock split, penggabungan saham juga tidak akan membawa dampak yang signifikan untuk investor.

Sebab, nilai investasinya akan tetap saham. Kembali ke kasus perusahaan A; misalnya investor C awalnya memiliki 1.000 saham, artinya sebelum reverse stock split nilai investasinya adalah Rp 500.000 (Rp 500 x 1.000). Setelah reverse stock

128

Page 130: Investasi Untuk Pemula

split, jumlah saham yang dimiliki investor C memang tinggal 500 saham, tapi harganya menjadi Rp 1.000. Dus, nilai investasinya tetap sama Rp 500.000.

Hajatan reverse stock split sering mengundang respons negatif. Pasalnya, perusahaan biasanya menggunakannya sebagai taktik untuk mengangkat harga sahamnya. Dengan penggabungan, seolah-olah sahamnya menjadi lebih bernilai. Padahal, sebenarnya, tak ada faktor fundamental yang berubah. Kadang kala, perusahaan juga menggunakan penggabungan saham agar tidak ditendang dari bursa (delisting).

 Stock Split  Kebijakan perusahaan untuk memecah nominal sahamnya atau stock split memang tidak akan mempengaruhi nilai investasi para investor. Namun, langkah ini akan membuat harga saham perusahaan itu menjadi lebih terjangkau dan lebih likuid.

Setelah mejeng di bursa saham, perusahaan publik sering melakukan berbagai aksi korporasi (corporate action) yang berdampak terhadap sahamnya. Salah satunya adalah stock split. Sesuai dengan namanya, dalam hajatan ini, perusahaan memecah nilai nominal sahamnya dengan rasio tertentu sehingga menjadi lebih kecil. Dampak stock split ini: jumlah saham perusahaan akan menjadi lebih banyak dan pecahan harga sahamnya di pasar juga menjadi lebih kecil.

Sebagai contoh, perusahaan B memiliki 10 juta saham dengan harga nominal Rp 100. Harga saham B di pasar adalah Rp 200 per saham. Kemudian, B stock split dengan rasio 1:2 atau satu saham dipecah menjadi dua. Setelah pemecahan, harga nominal saham perusahaan B menjadi Rp 50 (Rp 100 : 2). Sementara, jumlah sahamnya menjadi 20 juta (10 juta x 2). Adapun harga saham B di pasar menjadi Rp 100 per saham (Rp 200 : 2).

Apa dampaknya untuk investor? Jika Anda memiliki 1.000 saham perusahaan B, sebelum stok split, nilai investasi Anda Rp 200.000 (1.000 x Rp 200). Setelah pemecahan, jumlah saham yang Anda miliki menjadi Rp 2.000, tapi harganya menjadi Rp 100 per saham. Dus, nilai investasi Anda tetap Rp 200.000. Dengan kata lain, stock split sebenarnya tidak mempengaruhi nilai investasi.

Tapi, dengan pemecahan itu, saham perusahaan B lebih menarik buat investor. Sebab, dengan pecahan harga yang lebih kecil, saham itu menjadi lebih terjangkau untuk semua kalangan investor, termasuk investor kecil.

Nah, jika banyak investor tertarik dengan saham ini, potensi harganya untuk naik lebih besar. Stock split juga akan membuat jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak. Artinya, saham itu memiliki peluang lebih besar untuk lebih sering diperdagangkan atau lebih likuid.

WARAN. RIGHTS & TENDER OFFER

Penawaran Tender (Tender Offer)  Transaksi akuisisi atas perusahaan terbuka semakin banyak terjadi. Akuisisi ini bisa dilakukan oleh perusahaan lokal maupun perusahaan asing. Nah, aturan pasar modal mewajibkan perusahaan yang melakukan akuisisi sehingga menjadi pemegang saham

129

Page 131: Investasi Untuk Pemula

pengendali baru itu untuk melakukan penawaran tender. Hajatan ini bisa memberikan rezeki dadakan untuk para investor minoritas atau investor publik.

Menurut aturan yang berlaku di pasar modal Indonesia, yang disebut pemegang saham pengendali adalah pemegang saham yang memiliki 25% saham atau lebih dalam satu perusahaan.

Nah, investor besar yang membeli saham suatu perusahaan terbuka sehingga memiliki 25% atau lebih saham perusahaan itu wajib melakukan penawaran tender atau tender offer. Aturan soal kepemilikan ini tidak hanya berlaku untuk kepemilikan langsung, tapi juga untuk kepemilikan tak langsung.

Seperti namanya, dalam penawaran tender itu, si pemegang saham pengendali baru harus membuka tawaran secara terbuka untuk membeli seluruh sisa saham perusahaan yang dimiliki para pemegang saham lainnya. Pemegang saham ini mencakup pemegang saham institusi maupun pemegang saham individu atau investor minoritas.

Ada serangkaian aturan yang harus diikuti oleh perusahaan yang berniat melakukan tender offer. Yang pertama, karena penawaran ini bersifat tender, pemegang saham pengendali itu harus mengumumkan rencana tender offer-nya dalam dua media massa.

Namun, aturan yang paling penting adalah soal harga. Peraturan Bapepam-LK mewajibkan agar harga pembelian saham dalam tender offer itu lebih tinggi dari harga tertinggi saham tersebut dalam kurun 90 hari sebelum pengumuman tender offer tersebut.

Ada investor yang menawarkan harga pas-pasan atau sedikit lebih tinggi dari patokan itu. Ini indikasi bahwa ia tak berminat memborong seluruh saham yang tersisa di pasar. Tapi, jika investor itu berniat membeli seluruh saham yang tersisa, biasanya ia menawarkan harga yang jauh lebih tinggi dari patokan itu. Ini rezeki nomplok untuk investor lain.

Rights Issue  Akhir-akhir ini sering kita mendengar ada emiten yang melakukan penerbitan saham baru (rights issue) untuk menggalang dana. Ambil contoh, PT Summarecon Agung Tbk dan PT Bhakti Investama Tbk. Sebenarnya apa, sih, rights issue itu? Mengapa sejumlah emiten saham melakukan aksi korporasi ini?

Rights issue merupakan penerbitan hak untuk memesan saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten. Rights atau hak ini diberikan secara cuma-cuma, dan biasanya perusahaan memberikannya kepada pemegang saham yang telah memiliki saham biasa perusahaan itu.

Sebenarnya, ada beberapa istilah yang harus diketahui seputar penerbitan saham baru ini. Yang pertama, persetujuan pemegang saham. Rights issue hanya bisa dilaksanakan jika ada persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Setelah mendapatkan persetujuan, emiten harus menawarkan saham barunya tersebut kepada para pemilik saham lama terlebih dahulu. Nah, penawaran ini juga disesuaikan dengan proporsi kepemilikan sahamnya (preemptive rights). Artinya,

130

Page 132: Investasi Untuk Pemula

pemilik saham dalam jumlah besar mendapatkan hak untuk membeli saham baru yang lebih banyak.

Kedua, tujuan dari rights issue. Pada umumnya, tujuan rights issue adalah untuk menghimpun dana segar yang bakal digunakan untuk ekspansi usaha, membayar pinjaman, atau untuk modal kerja. Ada juga tujuan yang lain, misalnya untuk meningkatkan porsi kepemilikan pemegang saham. Bisa juga untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar agar perdagangan sahamnya di bursa menjadi lebih likuid.

Ketiga, ada penjamin emisi yang menjamin dana hasil rights issue diterima emiten. Ia biasanya adalah perusahaan sekuritas yang ditunjuk oleh emiten. Keempat, standby buyer atau pembeli siaga, yaitu pemegang saham lama atau investor lain yang berkomitmen membeli saham baru itu?

Penerbitan hak untuk membeli saham baru atau rights issue ibarat buah simalakama buat investor. Jika mengambil hak itu dan membeli saham baru, artinya investor harus menyetorkan modal tambahan kepada perusahaan. Tapi, jika tidak membelinya, porsi kepemilikan saham investor akan menyusut atau terdilusi. Karena itulah, rights issue biasanya akan membuat saham perusahaan turun.

Menjelang penerbitan hak untuk membeli saham baru (rights issue), investor harus memperhatikan tanggal cum date dan ex date.

Cum date adalah tanggal yang menentukan pemegang saham yang memperoleh hak (rights) untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan. Investor yang tercatat sebagai pemilik saham perusahaan sampai dengan tanggal cum date berhak untuk memperoleh rights tersebut. Adapun investor yang memiliki saham perusahaan dalam periode ex-date tidak memperoleh hak untuk membeli saham baru perusahaan tersebut.

Hal yang lain yang harus diperhatikan adalah efek dilusi atau berkurangnya porsi kepemilikan saham investor dari kegiatan rights issue itu.

Ya, investor memang bisa saja tidak mengambil haknya untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan. Namun, konsekuensinya, porsi kepemilikan saham investor tersebut akan tergerus. Sebab, setelah rights issue total saham perusahaan menjadi bertambah sementara jumlah saham yang dimiliki oleh investor yang tidak membeli saham baru tetap.

Karena itulah, investor publik umumnya tidak terlalu suka jika sebuah perusahaan melakukan rights issue. Sebab, itu artinya perusahaan itu menyodorkan buah simalakama untuk investor. Jika investor membeli saham baru itu, artinya ia harus menyetorkan modal tambahan. Tapi, jika ia tidak membeli saham baru itu, porsi kepemilikannya akan tergerus atau terdilusi.

Karena itulah, aksi penerbitan saham baru atau rights issue biasanya akan membuat harga saham suatu perusahaan turun. Apalagi jika dana rights issue itu hanya akan dipakai untuk membayar utang, bukan untuk ekspansi.

Seluk-Beluk Waran  

131

Page 133: Investasi Untuk Pemula

Bursa saham menyediakan banyak peluang bagi investor untuk membiakkan duitnya. Instrumen investasi yang paling utama tentu saja adalah saham itu sendiri. Tapi, selain melalui saham, investor juga bisa berinvestasi melalui instrumen-instrumen turunan saham. Salah satunya adalah instrumen waran. Menariknya, karena harga waran lebih rendah daripada saham, modal yang diperlukan juga lebih kecil.

Wajar jika semakin lama semakin banyak orang yang kepincut ingin berinvestasi di pasar saham. Pasalnya, selain saham itu sendiri, di bursa saham, ada pula instrumen investasi lainnya yang bisa menjadi wahana investasi. Salah satunya adalah waran yang merupakan produk turunan dari saham. Secara sederhana, waran adalah surat berharga yang memberi hak kepada pemiliknya untuk membeli suatu saham di masa mendatang pada harga yang sudah ditetapkan di muka.

Umumnya, emiten saham menerbitkan waran sebagai pemanis untuk menyukseskan hajatannya. Misalnya, ketika menawarkan saham perdana (IPO), sebuah perusahaan biasanya juga memberikan bonus waran kepada investor yang mau membeli sahamnya. Selain itu, perusahaan sering kali juga memberikan hadiah waran untuk investor yang mau membeli saham baru yang diterbitkannya (right issue).Karena sifatnya sebagai pemanis, waran biasanya menawarkan harga pembelian saham - sering disebut harga pelaksanaan (strike price) - yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar.

Ambil contoh perusahaan ABC memberikan satu waran kepada setiap pembeli satu sahamnya dalam right issue. Perusahaan ABC memasang harga pelaksanaan waran sebesar Rp 1.500 per saham. Padahal, saat itu, harga saham ABC di pasar sudah mencapai Rp 1.700 per saham. Dus, harga pelaksanaan waran itu Rp 200 lebih murah dibanding dengan harga saham ABC di pasar.

Selain menentukan harga pelaksanaannya, perusahaan juga menentukan tanggal jatuh tempo yang menjadi tanggal pelaksanaan hak membeli saham yang melekat pada waran. Jadi, pada tanggal jatuh tempo itu, pemilik waran bisa membeli harga saham ABC dengan harga Rp 1.500. Waran seperti ini disebut European warrant. Ada pula model waran yang disebut sebagai American warrant. Pemilik American warrant bisa mengeksekusi haknya untuk membeli saham perusahaan penerbit waran setiap saat sebelum jatuh tempo. Tapi, produk ini belum ada di Indonesia.

Lantas, mengapa waran bisa menjadi alat investasi? Soalnya, layaknya saham yang menjadi induknya, waran juga bisa diperdagangkan di bursa saham, termasuk di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Secara teori, harga waran itu adalah selisih antara harga pasar dan harga pelaksanaannya. Jadi, dalam contoh perusahaan ABC itu, harga warannya adalah Rp 200 per waran. Nah, harga waran ini bisa bergerak naik-turun mengikuti induk sahamnya. Artinya, investor memiliki peluang untuk menangguk untung dari pergerakan harga waran tersebut.

Karena harga awalnya murah dan pergerakan harga waran mengikuti harga induk sahamnya, potensi keuntungan waran bisa sangat tinggi. Tapi, sebaliknya, risiko waran ini juga selangit. Karenanya, waran lebih disukai oleh tipe investor yang agresif dan gemar berspekulasi.

Mirip dengan saham, waran juga bisa diperjualbelikan. Transaksi dan pergerakan harganya pun tercatat di papan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Untuk membedakan dengan saham induknya, biasanya waran menggunakan simbol induknya plus tanda -W di belakangnya. Misalnya, kalau simbol saham PT Central Korporindo Internasional Tbk adalah CNKO, simbol warannya adalah CNKO-W.Tapi, berbeda dengan saham, waran lebih disukai oleh investor yang gemar

132

Page 134: Investasi Untuk Pemula

berspekulasi . Soalnya, waran ini bisa memberikan keuntungan yang lebih tinggi ketimbang saham. Sudah begitu, modal yang diperlukan untuk bermain saham juga tidak sebesar modal untuk bermain saham.

Biar lebih jelas, mari kita bikin sebuah ilustrasi. Ambil contoh saham perusahaan XYZ harganya adalah Rp 1.500. Artinya, untuk membeli 1.000 saham itu, Anda membutuhkan duit Rp 1,5 juta. Tapi, jika investor memilih untuk membeli waran XYZ - yang misalnya harganya Rp 200 per waran - dengan duit Rp 1,5 juta, ia sudah memperoleh 7.500 waran. Nah, uniknya, pergerakan harga waran biasanya persis mengikuti pergerakan harga saham induknya. Jadi, pada saat harga saham XYZ naik Rp 100 menjadi Rp 1.600, harga waran itu juga naik menjadi Rp 300. Dengan skenario seperti ini, tentu saja potensi keuntungan waran menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saham. Buat waran XYZ, kenaikan Rp 100 itu setara dengan 50%. Sementara, untuk sahamnya kenaikan segitu hanya setara dengan 6,6%.Rasio harga saham dibagi harga warannya sering disebut sebagi faktor pendongkrak. Dalam contoh tadi, besar faktor pendongkraknya adalah 7,5. Semakin tinggi faktor ini semakin potensi keuntungannya. Keuntungan waran itu akan semakin tinggi jika pasar saham sedang bergairah.

Tapi hati-hati, dalam kondisi sebaliknya, faktor pendongkrak keuntungan itu juga bisa menjadi faktor penambah kerugian. Jadi, risiko waran ini selangit.

 

133