INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI...
-
Upload
nguyennguyet -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI...
INVESTASI BERKEBUN EMAS
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)
Skripsi Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
RINDY ANTIKA ROSNIA 206046103869
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah) telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat.
Jakarta, 24 September 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. M. Amin Suma. SH., MA., MM
NIP. 195505051982031012
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA
NIP. 195510151979031002 (.....................................)
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
NIP. 196404121994031004 (......................................)
Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
NIP. 196404121994031004 (.......................................)
Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA
NIP. 195510151979031002 (.....................................)
Penguji II : Mu’min Rauf, MA
NIP. 150.281.979 (.......................................)
INVESTASI BERKEBUN EMAS
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
(Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)
Skripsi
Diajukan pada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh
Rindy Antika Rosnia
206046103869
Dibawah Bimbingan
Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag.
NIP : 196404121994031004
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1431 H
ABSTRACT
Name : Rindy Antika Rosnia
NIM : 206046103869
Gold gardening investment is a new trend in gold investment emerging hailed
by gold investors. Gold gardening is the technique of investing gold with a minimum
initial capital but can earn gold in large amounts by utilizing funds from the loan at
the bank sharia's mortgage products or pegadaian. mortgage product (ar-rahn) is the
main instrument of this investment.
One way that can be done in the garden of investment gold is buying gold
which is smaller than that can be purchased, then immediately pawned. Fresh funds
transaction result is buy gold bullion another, and then mortgaged again. And so on
until the limit of financial capability. When funds run out, the last gold held in the
hand are not pawned, but stored until the price goes up exorbitant.
Purpose of this study is to determine how the investment application
gardening gold by making use of mortgage products iB Sharia BRI to BRI Syariah,
how is the increase in margin for investors to invest in gold garden, and analyze
investment gold gardening in the Islamic economic perspective.
This research use descriptive research methodologies that describe and
explain the problems of gardening gold investment, particularly on investment
applications gardening gold by making use of mortgage products iB BRIS on the BRI
i
Sharia, the calculation of margin improvement for investors in gold estate investing
and investment analysis are reviewed in the perspective of Islamic economics.
Besides that, this research is the research field, including by conducting interviews
and includes literature study. This is a qualitative research data, by describing how
the mortgage application iB BRIS, investment gold garden using mortgage products
on the BRI Syariah and analysis of data obtained on gold estate investments in the
Islamic economic perspective
Results of research that has been done is to date gardening investment gold is
still can said that in accordance with Islamic sharia rule because it does not conflict
with the signs to invest in Sharia, among others: (1)free from usury element, (2) avoid
the illegitimate element, (3) protected from the elements gharar, (4) avoid gambling
element (maysir) and (5)protected from the elements doubtful. However, if in future
investment gold garden can not be controlled, it is feared this investment will contain
more harm than benefits.
Keyword : Gold gardening investment
ii
ABSTRAK
Nama : Rindy Antika Rosnia
NIM : 206046103869
Investasi berkebun emas adalah trend baru dalam investasi emas yang sedang
marak digeluti oleh para investor emas. Berkebun emas adalah teknik berinvestasi
emas dengan modal awal yang minimal namun dapat memperoleh emas dalam
jumlah yang banyak dengan cara memanfaatkan dana pinjaman dari produk gadai
(ar-rahn) di bank syariah atau pegadaian. Produk gadai (ar-rahn) merupakan
instrumen utama dari investasi ini.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil
dari yang mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi
gadai tersebut dibelikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi.
Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas
terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai harganya
naik selangit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi
berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB BRI Syariah pada BRI
Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam
melakukan investasi berkebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas dalam
perspektif ekonomi Islam.
iii
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif yakni
menggambarkan dan menjelaskan permasalahan investasi berkebun emas, khususnya
mengenai aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai iB
BRIS di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam
melakukan investasi kebun emas dan menganalisis investasi berkebun emas ditinjau
dalam perspektif ekonomi Islam. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian
lapangan yakni dengan melakukan wawancara dan termasuk studi kepustakaan. Data
penelitian ini bersifat kualitatif, dengan menjelaskan bagaimana aplikasi Gadai iB
BRIS, aplikasi investasi kebun emas dengan memanfaatkan produk Gadai di BRI
Syariah serta analisis dari data-data yang diperoleh mengenai investasi kebun emas
dalam perspektif ekonomi Islam.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sampai dengan saat ini
investasi berkebun emas masih dapat dikatakan investasi yang sesuai dengan kaidah
syariah Islam karena tidak bertentangan dengan rambu-rambu berinvestasi dalam
syariah, antara lain: (1) Terbebas dari unsur riba, (2) Terhindar dari unsur haram, (3)
Terhindar dari unsur gharar, (4) Terhindar dari unsur judi (maysir), (5) Terhindar
dari unsur syubhat. Namun, apabila di masa yang akan datang investasi kebun emas
ini tidak terkendali, maka dikhawatirkan investasi ini akan lebih banyak mengandung
mudharat daripada maslahatnya.
Keyword: Investasi Berkebun Emas
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan
segala nikmat iman Islam karena atas kehendak dan kuasanya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia
Syariah)” dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan
kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dalam aktivitas kehidupan, serta kepada
para keluarga dan sahabatnya.
Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
baik secara moril maupun materil.
Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan
skripsi ini. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif,
v
MA,g, selaku sekretaris Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., selaku Ketua Program Non-Reguler
Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai
dosen penguji Muunaqasah yang telah memberikan waktu, bimbingan dan
pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini dapat tereselesaikan dengan sebaik-
baiknya..
4. Bapak Drs. Ahmad Yani, MA., selaku Sekretaris Progaram Non-Reguler
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai
dosen pembibing yang telah sabar membimbing, memberikan waktu luang,
tenaga dan fikiran untuk memberikan ilmu dan bimbingan serta pengarahan
kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Mu’min Rauf, MA., selaku dosen penguji Muunaqasah yang telah
memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini
dapat tereselesaikan dengan sebaik-baiknya..
6. Seluruh Dosen Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang
telah banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh Staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan fasilitas berupa sumber-sumber yang berkaitan dengan skripsi
penulis.
vi
8. Pihak Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Pusat-Abdul Muis, terutama Ibu
Maryana dan mba Ela yang telah memberikan data-data yang penulis perlukan
dan memberikan waktu serta arahan kepada penulis selama proses penelitian di
Bank Rakyat Indonesia Syariah.
9. Ayahanda Sidik Afidin dan Ibunda Ma’rifa. Terima kasih atas segala kasih
sayang, perhatian, pengertian dan motivasinya baik moril maupun materil yang
sangat berperan dalam dalam hidup, semoga Papa dan Mama selalu diberikan
kesehatan, kebahagian dan umur yang panjang sehingga ananda diberi
kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian. Kepada
abangku, Fandy Hakim, yang dengan sabar mengantar penulis ke tempat
penelitian dan adik-adikku tercinta, Achmad Vickry dan Dhita Annisavira, yang
selalu memberikan semangat, membantu menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
atas motivasi dan dukungan kalian.
10. Teman-teman PS NR 2006 khususnya PS A, Yuli, Ista, Syifa, Audit, Acy, Mey,
Isti, Iroh, Reni, Novi, Fauki, Robby, Acid, Togar, Kurniawan, Badru, Ical, dan
yang lainnya yang tak mungkin disebutkan satu persatu. Makasih atas
kebersamaannya selama 4 tahun kita saling mengenal, berbagi dan menjalin
persahabatan bahkan persaudaraan.
11. Teman-teman Selowsin, yang sudah memberikan semangat, doa, dan selalu
memberikan keceriaan.
vii
12. Tak lupa pula teman-teman seperjuangan yang dengan sepenuh hati
mencurahkan dan membantu penulis dengan memberikan motivasi, saran dan
bantuan sehingga terselesaikan skripsi ini.
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan,
penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang
telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Amin.
Pamulang, 06 September 2010
Rindy Antika Rosnia
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8
F. Review Studi Terdahulu ................................................................. 9
G. Metodologi Penelitian ................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Investasi Syariah ........................................................................... 16
B. Gadai Syariah (Ar-Rahn) .............................................................. 34
C. Ekonomi Islam .............................................................................. 42
ix
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BRI SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Bank Rakyat Indonesia Syariah ....................... 48
B. Visi dan Misi .................................................................................. 49
C. Struktur Organisasi ........................................................................ 50
D. Produk – Produk BRI Syariah ....................................................... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Aplikasi Investasi Kebun Emas dengan Memanfaatkan
Instrumen Gadai di BRI Syariah .................................................... 62
B. Perhitungan Peningkatan Margin bagi Para Investor dalam
Melakukan Investasi Kebun Emas .................................................. 69
C. Analisis Investasi Kebun Emas dalam Perspektif Ekonomi
Islam .............................................................................................. 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 91
B. Saran ....................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 95
LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir ............................. 30
Gambar 1.2 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir ............................ 31
Gambar 1.3 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir ............................ 31
Gambar 1.4 Grafik Harga Emas Rp/Gram – 10 Tahun Terakhir .......................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir,
mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau
komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif
berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ibadah maupun
muamalat. Adapun muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game atau
aturan main manusia dalam kehidupan sosial.1
Salah satu kegiatan muamalat yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat adalah sektor ekonomi. Kegiatan usaha yang paling
dominan, sangat dibutuhkan keberadaannya dan sebagai motor pembangunan
ekonomi di suatu negara adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan.
Pada mulanya operasional perbankan hanya masih bersifat menabung,
meminjam dan investasi. Dimana proses transaksinya menggunakan sistem
bunga yang hingga saat ini masih menjadi eleman terpenting dalam
perekonomian.2
1Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press,2001), Cet 1, h. 4.
2 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet 1 h.120.
1
2
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai
tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga moralitasnya.3
Sistem ekonomi Islam mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia ditandai
dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah,
pegadaian syariah, serta lembaga ekonomi syariah lainnya. Perkembangan
perbankan syariah saat ini semakin baik, hingga saat ini terdapat 8 Bank Umum
Syariah (BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 143 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).4
Bank syariah mempunyai sistem operasional yang tidak berbeda dengan
bank konvensional pada umumnya, yakni masih bersifat menabung, meminjam
dan investasi.
Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia
ini dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual
maupun sosial.5 Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan cara berinvestasi.
Salah satu tujuan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak
3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Ekonisia : Kampus Fakultas Ekonomi
UII,2004), cet.I., h. 195. 4Artikel diakses pada tanggal 04 Mei 2010 dari www.bi.go.id
5 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h.1.
3
di masa yang akan datang.6 Ada bermacam-macam cara orang melakukan
investasi, di antaranya adalah investasi saham syariah, reksadana syariah,
investasi sukuk, investasi asuransi syariah, investasi emas, investasi properti
maupun investasi dalam bentuk lainnya.
Islam mengatur rambu-rambu yang harus dipenuhi dalam melakukan
investasi, yaitu: terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur haram, terhindar
dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi (maysir), dan terhindar dari unsur
syubhat.7
Mayoritas penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan investasi emas,
karena tidak sulit, dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, mudah dibeli
dan investasi emas ini termasuk ke dalam investasi yang ”aman”, karena harga
emas cenderung stabil bahkan mengalami kenaikan serta investasi emas bukan
spekulasi karena investasi ini bersifat jangka panjang. Investasi emas umumnya
dilakukan dengan cara membeli sejumlah emas sesuai dengan modal yang kita
miliki, dapat berupa emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas. Emas
tersebut kemudian disimpan untuk beberapa saat. Ketika harga emas naik, emas
tersebut dijual. Selisih harga pembelian dan penjualan merupakan keuntungan
dari investasi emas ini.
6 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta), cet. 1, h.47. 7 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta), cet. 1, h.42-
43.
4
Namun, semakin berkembangnya zaman, maka investasi emas ini pun
mengalami perkembangan, yakni adanya metode investasi berkebun emas.
Metode kebun emas ini pertama kali dikenalkan oleh Rully Kustandar, seorang
investor emas. Ia adalah mantan manajer teknologi informasi pada salah satu
perusahaan. Ia menyebut jurusnya sebagai”Berkebun emas”. Metode yang dia
temukan pada tahun 2007 lalu itu melibatkan perbankan syariah dan pegadaian.
Metode Rully cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama
investor harus menggadaikan emas itu ke bank syariah atau pegadaian. Di bank
syariah metode kebun emas ini memanfaatkan produk gadai syariah, yang
merupakan instrumen utama dari investasi ini.
Dari berbagai pembiayaan yang terdapat di BRI Syariah, salah satunya
adalah gadai emas syariah atau disebut GADAI BRIS iB yaitu merupakan
pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan barang berharga, termasuk
penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi.8
Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip dengan jasa
konvensional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh pinjaman uang
dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional dikenakan beban
bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan. Sementara dalam
gadai syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap, yang dipungut dari nasabah
adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang yang
8Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2010 dari www.brisyariah.co.id
5
digadaikan. Perbedaan utama antara biaya gadai emas syariah dan bunga
pegadaian konvensional adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan
berlipat ganda, sementara biaya gadai emas syariah hanya sekali dan ditetapkan
di muka.
Sistem gadai emas ini banyak diminati oleh masyarakat, karena
persyaratan mudah dan proses yang cepat. Nasabah datang ke bank dengan
membawa emas yang akan digadaikan, kemudian emas akan melalui proses
penaksiran oleh juru taksir. Setelah dilakukan penaksiran harga emas, maka
pembiayaan dari nilai taksir logam mulia (emas) yang dibutuhkan oleh nasabah
tersebut akan cair dipotong biaya gadai emas syariah.
Pada prinsipnya, dalam invetasi berkebun emas ini, investor berusaha
memiliki emas yang lebih banyak dengan jumlah modal yang sama. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang
mampu dibeli, kemudian langsung digadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai
tersebut belikan emas batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian
seterusnya hingga batas kemampuan keuangan. Pada saat dana habis, emas
terakhir yang dipegang di tangan tidak digadaikan, tetapi simpan sampai
harganya naik selangit.9
Invetasi berkebun emas di bank-bank syariah saat ini sedang menjadi
trend investasi baru. Perkembangan investasi ini pun cukup pesat di kalangan
9 Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!, (Jakarta:visimedia, 2010), h.
70.
6
para investor emas. Investasi ini merupakan bentuk investasi kontemporer yang
pada zaman Rasulullah belum diatur mengenai hukumnya. Bahkan sampai saat
ini pun DSN MUI belum mengeluarkan fatwa yang mengatur khusus mengenai
investasi berkebun emas ini. Padahal sudah banyak masyarakat muslim yang
melakukan investasi berkebun emas ini dan invetasi ini pun dilakukan di bank
syariah. Sebenarnya, apakah investasi ini sudah sesuai dengan rambu-rambu atau
bertentangan dengan investasi secara syariah? Dan bagaimana pandangan
ekonomi Islam terhadap investasi berkebun emas yang merebak dalam
masyarakat?
Berdasarkan uraian tersebut di atas, topik ini menjadi sangat menarik
untuk dibahas. Sehingga diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai
masalah ini. Dengan demikian maka penulis ingin membahasnya lebih lanjut
dalam bentuk skripsi dengan judul:
“INVESTASI BERKEBUN EMAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI
ISLAM (Studi Pada PT Bank Rakyat Indonesia Syariah)”.
B. Identifikasi Masalah
Investasi berkebun emas ini adalah sebuah metode baru dalam melakukan
investasi emas. Investasi ini sedang marak digeluti oleh para investor emas yang
dilakukan di bank-bank syariah dan pegadaian. Sehingga masih banyak kajian-
kajian yang dapat diteliti dari investasi ini, seperti ; apakah investasi ini sesuai
dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam? Bagaimana mekanisme untuk melakukan
7
investasi ini? Bagaimana perhitungan dari investasi ini? Bagaimana cara
meningkatkan keuntungan bagi para investor dalam melakukan investasi
berkebun emas ini? Serta Apakah ada kewajiban membayar zakat dari investasi
berkebun emas, jika ada bagaimana perhitungannya?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat wilayah yang dibahas sangat luas dan untuk menghindari
terjadinya tumpang tindih dengan masalah lain di luar wilayah penelitian, maka
penulis membatasi wilayah yang akan menjadi objek pembahasan pada penelitian
ini, yaitu mengenai aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan
produk Gadai iB di BRI Syariah, bagaimana perhitungan peningkatan margin
bagi para investor dalam melakukan investasi berkebun emas dan bagaimana
investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
D. Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini teratur dan sistematis, maka perlu
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan memanfaatkan produk
Gadai iB di BRI Syariah?
2. Bagaimana perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam
melakukan investasi kebun emas?
3. Bagaimana investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam?
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi investasi berkebun emas dengan
memanfaatkan produk Gadai iB di BRI Syariah
b. Untuk mengetahui cara perhitungan peningkatan margin bagi para investor
dalam melakukan investasi kebun emas
c. Untuk mengetahui dan mengkaji investasi berkebun emas dalam perspektif
ekonomi Islam
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian skripsi ini ditujukan untuk kalangan praktisi dan
akademisi:
a. Bagi Penulis, penelitian ini sangat bermanfaat karena dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang investasi berkebun emas,
gadai syariah dan investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi
Islam.
b. Bagi pihak BRI Syariah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat agar
lebih baik lagi dalam pemberian pembiayaaan gadai syariah dan investasi
berkebun emas kepada nasabahnya dan diharapkan agar dengan
dilaksanakannya penelitian ini di BRI Syariah dapat lebih mengenalkan
produk gadai syariah serta investasi berkebun emas kepada masyarakat
serta diharapkan skripsi ini dapat menjadi salah satu acuan dalam hal
investasi berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam.
9
c. Bagi nasabah BRI Syariah, juga bemanfaat agar mempunyai informasi
yang cukup dalam melakukan gadai syariah serta investasi berkebun emas
dengan memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB di BRI
Syariah, dan dapat mengikuti semua prosedur yang berlaku dengan baik.
d. Bagi kalangan akademisi, dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih
bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan
yang jelas dalam masalah investasi berkebun emas dalam perspektif
ekonomi Islam.
e. Bagi masyarakat, adanya skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sumber
refrensi atau acuan dalam mengenalkan produk ar-rahn di BRI Syariah
maupun investasi berkebun emas dengan memanfaatkan dana pinjaman
dari produk Gadai iB BRI Syariah.
F. Review Studi Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai investasi. Tetapi hanya
berkisar pada konsep atas investasi itu sendiri. Ada pula yang membahas lebih
jauh, yaitu membahas investasi dinar dan investasi dana asuransi syariah.
Seperti beberapa penelitian sebagai berikut:
1. Skripsi yang ditulis oleh Anna Madania pada tahun 2009, dengan judul skripsi
“ANALISIS INVESTASI DINAR (Studi Pada Gerai Dinar)”. Skripsi ini
membahas mengenai mekanisme pengelolaan dinar di gerai dinar, analisis
10
return and risk investasi dinar, dan investasi SWBI untuk melihat keunggulan
diantara keduanya.
2. Skripsi yang ditulis oleh Sumarna pada tahun 2009, dengan judul “SISTEM
INVESTASI DANA ASURANSI SYARIAH PADA AJB BUMIPUTERA
1912 DIVISI SYARIAH”. Skripsi ini membahas mengenai sitem investasi
dana asuransi syariah, strategi investasi yang dilakukan Perusahaan Asuransi
AJB BUMIPUTERA Divisi Syariah, pada sektor apa saja perusahaan
menginvestasikan dananya dan tantangan apa saja yang dihadapi perusahaan
dalam berinvestasi.
Pada penelitian-penelitian terdahulu, fokus penelitian berbeda dengan
isi skripsi yang ditulis oleh penulis. Penulis memfokuskan kajian mengenai
aplikasi investasi kebun emas di BRI Syariah, perhitungan peningkatan margin
bagi para investor dalam melakukan investasi kebun emas dan investasi kebun
emas dalam perspektif ekonomi Islam.
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian,
yang dapat dilihat dari sudut:
11
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini memakai pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.10
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)
dimaksudkan untuk mendapatkan data primer, dilakukan penulis sebagai
pelengkap data dalam hasil penelitian kelak yaitu dengan melakukan
wawancara dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di
BRI Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Selain itu, penelitian ini juga merupakan penelitian kepustakaan
(library research). Penulis akan mendapatkan data dari literature berupa
buku-buku, makalah, artikel, internet dan tulisan-tulisan lainnya yang
membahas mengenai perbankan syariah, pembiayaan gadai emas syariah,
investasi syariah, investasi berkebun emas, ekonomi Islam serta bahasan-
bahasan yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
3. Data Penelitian
a. Sumber Data:
10 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2007) h.234.
12
1) Primer
Penulis akan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara
dengan Ibu Maryana Yunus selaku Fin Prod Dev Dept Head di BRI
Syariah Kantor Pusat untuk memperoleh data yang benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2) Sekunder
Penulis akan mengumpulkan data dengan studi dokumentasi yaitu
berdasarkan data-data seperti brosur gadai di BRI Syariah, profil BRI
Syariah dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini termasuk kedalam data
kualitatif. Data kualitatif adalah jenis data yang mempunyai sifat non-
angka.11 Dalam penelitian ini berupa mekanisme dan aplikasi gadai emas
syariah pada BRI Syariah, mekanisme investasi berkebun emas yang
diterapkan pada BRI Syariah, profil dari BRI Syariah dan data-data atau
bacaan-bacaan yang berhubungan dengan ekonomi Islam.
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi
dokumentasi (studi pustaka) dan studi lapangan dengan teknik wawancara.
11 Purbayu Budi Santosa dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS,
(Yogyakarta : ANDI, 2005), h. 3.
13
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah –
Kantor Pusat. Jl. Abdul Muis No. 2-4. Jakarta Pusat, 10160.
6. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui
library research maupun field research, data diperiksa kembali satu per
satu agar tidak terjadi kekeliruan dan sesuai dengan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini.
b. Klasifikasi Data: setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk
dan jenis tertentu agar lebih sistematis.
c. Analisis data: setelah data diklasifikasikan lalu dilakukan analisis yang
sesuai dengan data-data yang ada.
d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis
7. Metode Analisis Data
Penulis menganalisis data dengan menggunakan penelitian kualitatif. Dalam
metode kualitatif, penganalisaan dilakukan dengan mengunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menelaah semua data yang diperoleh baik dari sumber primer maupun
sumber sekunder.
b. Melakukan klasifikasi terhadap data yang terkumpul sesuai dengan
masalah yang diteliti.
14
c. Menghubungkan data yang terpilih dengan teori yang sudah
dikemukakan dalam kerangka pemikiran.
d. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis.
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Pedoman Penulisan skripsi kali ini menggunakan atau berpedoman
kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis merasa perlu
menetapkan suatu kerangka dasar penulisan. Secara garis besar dapat
memberikan gambaran sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori yang mana sub bab nya menjelaskan
mengenai teori-teori berdasarkan tinjaun pustaka dan literature
mengenai investasi syariah, gadai syariah (Ar-Rahn) dan ekonomi
Islam.
15
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANK RAKYAT INDONESIA
SYARIAH
Bab ini menggambarkan sejarah singkat, visi dan misi, struktur
organisasi, dan produk-produk Bank Rakyat Indonesia Syariah
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan aplikasi pelaksaaan investasi berkebun emas
dengan memanfaatkan produk Gadai iB pada BRI Syariah,
perhitungan peningkatan margin bagi para investor dalam melakukan
investasi kebun emas dan analisis investasi berkebun emas dalam
perspektif ekonomi Islam.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini mengemukakan kesimpulan yang diperoleh pada bab-
bab sebelumnya disertai dengan pemberian saran-saran yang
konstruktif sehubungan dengan masalah yang ditemui sebagai bahan
pertimbangan bagi perusahaan dan penulis lainnya untuk perbaikan
lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi Syariah
1. Pengertian Investasi Syariah
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dalam kamus lengkap
ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-
bentuk kekayaan lain, seperti saham atau harta tidak bergerak yang
diharapkan dapat ditahan selama periode tertentu supaya menghasilkan
pendapatan.1 Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi
pada asset financial dan investasi pada asset riil.
1 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 28.
16
17
Dalam literatur Islam memang tidak ditemukan adanya terminologi
investasi, akan tetapi kegiatan investasi keuangan menurut syariah dapat
berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, dimana
kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk
atau aset maupun jasa. Namun yang pasti, investasi keuangan syariah harus
berkaitan dengan kegiatan sektor-sektor yang berbasis syariah.
Dalam al-Quran surat at-Taubah ayat 34 menjelaskan tentang larangan
bagi umat islam terhadap penimbunan harta atau dana yang menganggur
(idle), yang berbunyi sebagai berikut:
⌧
)34:التوب ( Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari
orang-orang alim yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah/9:34)
18
Didalam ayat tersebut terkandung sebuah himbauan untuk
memutarkan uang supaya tidak beredar dikalangan tertentu saja, yaitu
dengan cara menginvestasikan hartanya dengan cara melakukan bisnis yang
halal. Investasi secara syariah harus berdasarkan konsep transaksi keuangan
syariah. Transaksi keuangan non syariah dengan transaksi keuangan syariah
tidak dapat dibeda-bedakan semata-mata dalam keadaan riba yang
diterjemahkan secara mutlak dalam bentuk bunga bank. Disamping riba,
suatu transaksi baru dapat dikatakan transaksi syariah bila juga telah
menghindari keadaan gharar (ketidak jelasan) dan maisir (spekulasi murni)
yang dilarang serta apabila pemilik harta juga mengambil resiko atas potensi
hasil yang diperoleh. Karena itu untuk memahami konsep investasi syariah
harus dikembangkan dahulu pengertian transaksi keuangan menurut syariah
Islam.
Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:
⌧ ): النساء ( ☺
Artinya:
19
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.an-Nisaa/4:29)
Yang dimaksud dengan perniagaan adalah berbagai jenis transaksi
niaga dan tidak terbatas pada jual beli atau perdagangan saja. Termasuk
transaksi-transaksi yang tidak secara tunai dan dapat memberi efek
pembiayaan dari suatu pihak kepada pihak lain. Bilamana dalam perniagaan
tersebut tidak dilakukan secara tunai, harus dibuat perjanjian/kontrak secara
tertulis. Para pihak yang mengadakan akad tersebut memiliki kewajiban
legal dan moral untuk memenuhi perjanjian/kontrak tersebut.
2. Landasan Investasi Syariah
Menurut al-Quran tujuan dari semua aktifitas manusia diniatkan untuk
memperoleh keridhaan Allah, karena aktivitas yang mencari keridhaan Allah
ini merupakan yang lebih besar dari seluruh aktifitas.
Hal tersebut diterangkan dalam firman Allah Swt:
):البقرة ( Artinya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (al-Baqarah : 207)
20
Dengan demikian maka investasi kepemilikan dan kekayaan seseorang
itu dalam hal-hal yang benar tidak mungkin untuk dilewatkan penekanannya.
Investasi yang baik adalah ditujukan untuk mencapai ridha Allah. Karena
kekayaan Allah itu adalah tanpa batas dan tidak pernah habis.
Jika pemborosan dalam belanja tidak diinginkan, menyimpan uang
‘tidur’ dengan tegas juga dikecam dalam al-Quran dan sunnah. Berbagai
sumber daya yang diberikan oleh Allah dimaksudkan untuk digunakan bagi
kemanfaatan seseorang (dalam batas-batas yang diizinkan oleh Islam),
maupun bagi kemanfaatan orang lain.
3. Prinsip dan Tujuan investasi Syariah
a. Landasan investasi Islam
Ada dua hal yang menjadi landasan dalam ekonomi Islam, yaitu al-
Quran dan Hadits. Hukum-hukum yang diambil dari kedua sumber
tersebut secara konseptual dan prinsip adalah hukum yang tidak dapat
diubah-ubah. Setidaknya ada empat landasan normatif dalam etika
islami, yang dapat dipresentasikan dalam aksioma etika yaitu :2
1) Landasan Tauhid
Landasan tauhid merupakan landasan filosofis yang dijadikan
sebagai fondasi bagi setiap muslim dalam melangkah menjalankan
fungsi hidupnya, diantaranya adalah menjalankan fungsi aktivitas
2 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 28-30.
21
ekonomi. Makna tauhid dalam konteks ekonomi Islam adalah
kepercayaan penuh dan murni terhadap ke-Esaan Tuhan, yang secara
khusus menunjukkan dimensi vertikal.
2) Landasan Keadilan dan Kesejajaran
Adil merupakan salah satu nilai-nilai ekonomi yang ditetapkan
dalam Islam. Landasan keadilan dalam ekonomi berkaitan dengan
pembagian manfaat kepada semua komponen dan pihak yang
terlibat dalam usaha ekonomi. Landasan kesejajaran berkaitan
dengan kewajiban terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua anggota
mayarakat dan mencegah terjadinya konsentrasi ekonomi hanya
pada segelintir orang.
3) Landasan Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam, manusia secara sunnatullah terlahir dengan
memiliki kehendak bebas, yakni potensi menentukan pilihan yang
beragam. Oleh karena kebebasan manusia tidak dibatasi, maka
manusia memiliki kebebasan pula untuk menentukan pilihan yang
salah ataupun yang benar.
4) Landasan Pertanggungjawaban
Aksioma tanggung jawab ini erat kaitannya dengan aksioma
kebebasan, karena kedua aksioma tersebut merupakan pasangan
alamiah. Dalam hal ini pemberian segala kebebasan usaha yang
22
dilakukan manusia tidak terlepas dari pertanggungjawaban atas apa
yang telah dilakukannya.
b. Tujuan investasi syariah
Didalam investasi konvensional, memperoleh untung sebesar-
besarnya dengan meminimalkan pengorbanan merupakan sebuah tujuan
yang diimpikan atau merupakan tujuan utama dalam berinvestasi karena
investasi konvensional dilakukan demi mendapatkan keuntungan
maksimal untuk kepentingan pribadi atau kelompok tanpa
memperdulikan nasib orang lain. Sampai-sampai banyak cara yang
ditempuh untuk meraih tujuan tersebut, bahkan kadang sampai
menghalalkan berbagai cara demi tujuannya tersebut.
Berbeda dengan tujuan investasi konvensional, investasi syariah
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terkandung dalam al-
Quran maupun sunah. Alasan mengapa seseorang atau suatu perusahaan
melakukan investasi antara lain:
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
datang. Setiap orang pasti ingin meningkatkan taraf hidup atau
setiap perusahaan pasti ingin memajukan perusahaannya dimasa
yang akan datang.
23
2) Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang
atau perusahaan dapat menghindarkan kekayaannya agar tidak
merosot nilainya dikarenakan inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang
diberikan kepada seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan
investasi.3
4. Prinsip-Prinsip Umum Investasi Syariah
a. Prinsip halal dan thayyib
Allah SWT berfirman dalam (QS. Al-Baqarah : 168) yang berbunyi:
☺
⌧
)168:البقرة (
Artinya: “Hai Sekalian manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168) Dengan dasar ayat di atas maka pembiayaan dan invetasi hanya dapat
dilakukan pada asset atau kegiatan usaha yang halal, tahir, spesifik tidak
3 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 47.
24
membahayakan, bermanfaat dan merupakan kegiatan usaha yang
spesifik dan dapat dilakukan bagi hasil dari manfaat yang timbul.
b. Prinsip transparasi guna menghindari kondisi yang gharar (sesuatu yang
tidak diketahui pasti akan keberadaannya) dan berbau maysir. Praktek
gharar dan spekulatif dalam berinvestasi akan menimbulkan kondisi
keraguan yang dapat menyebabkan kerugian, dikarenakan tidak dapat
memperlihatkan secara transparan mengenai proses dan keuntungan
(laba) yang diperoleh. Dengan demikian pemilik harta (investor) dan
pemilik usaha (emiten) tidak boleh mengambil resiko yang melebihi
kemampuannya yang dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya
dapat dihindari.
c. Prinsip keadilan dan persamaan bisnis merupakan suatu keharusan,
dalam hal memilih jenis investasi, kebijakan pengambilan
keuntungannya agar senantiasa diarahkan pada suatu kegiatan bisnis
yang berorientasi pada pendekatan proses dan cara yang benar dalam
memperoleh keuntungan, dan bukan pendekatan yang semata
mengedepankan besaran nominal hasil keuntungan yang diperoleh. Oleh
karenanya, Islam melarang segala macam usaha yang berbasis pada
praktek riba, karena riba merupakan instrumen transaksi bisnis yang
bersifat tidak adil, diskriminatif dan eksploitatif.
d. Dari segi penawaran (supply) maupun permintaan (demand), pemilik
harta (investor) dan pemilik usaha (emiten) maupun bursa dan self
25
regulating organization lainnya tidak boleh melakukan hal-hal yang
menyebabkan gangguan yang disengaja mekanime pasar.4
5. Norma Berinvestasi Syariah
Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang
ditawarkan adalah sebagai berikut:
a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan, dimana
fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan
daya beli suatu barang atau harta.
b. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau
unsur penipuan di salah satu pihak, baik sengaja maupun tidak sengaja.
c. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan
menghindari setiap transaksi yang zalim.
d. Dalam transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung
risiko.
e. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan
risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko.
4 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 39-40.
26
f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak
mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta
menjaga kelestarian lingkungan hidup.5
6. Rambu-Rambu Investasi Syariah
a. Terbebas dari unsur riba
Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang tidak
dibenarkan syariah yang diisyaratkan oleh satu dari dua orang yang
berakad. Adapun jenis barang ribawi ada 6(enam), barang-barang
tersebut adalah emas, perak, garam, tepung, gandum, dan kurma. Uang
dikategorikan dalam kategori emas dan perak, sedangkan bahan
makanan pokok selain yang tersebut diatas adalah seluruh bahan
makanan pokok yang berlaku pada setiap negeri tempat tinggal.
b. Terhindar dari unsur haram
Haram merupakan sesuatu yang disediakan hukuman bagi yang
melakukan dan disediakan pahala bagi yang meninggalkannya karena
diniatkan untuk menjalankan syariatnya.
5 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 41-42.
27
Haram secara garis besar dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu pertama,
haram secara zatnya seperti: babi, khamr, darah, bangkai, perjudian
adalah contoh sesuatu yang haram secara zat. Kedua, haram selain
karena bendanya yaitu suatu kegiatan yang obyek dari kegiatan tersebut
bukan merupakan benda-benda yang diharamkan karena zatnya; artinya
benda-benda tersebut benda-benda yang dibolehkan (dihalalkan), akan
tetapi benda tersebut menjadi diharamkan disebabkan adanya unsur;
tadlis, taghrir/ gharar, riba dan terjadinya ; ikhtikar dan bay najash.
c. Terhindar dari unsur gharar
Gharar termasuk salah satu unsur yang membuat suatu benda jadi
haram. Gharar lebih dikenal dengan ketidakpastian atau risiko. Gharar
dalam ilmu fiqh muamalah berarti melakukan sesuatu secara membabi
buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risisko tanpa
mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko
tanpa memikirkan konsekuensinya.
d. Terhindar dari unsur judi (maysir)
Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai tempat
untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena
seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan
tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang
28
dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai
serta aturan syariah.
e. Terhindar dari unsur syubhat
Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur (antara halal dan
haram) akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang
halal atau haram, dan apakah ia hak ataukah batil. Seorang investor
muslim disarankan menjauhi aktivitas investasi yang beraroma syubhat,
karena jika hal tersebut tetap dilakukan, maka pada hakikatnya telah
terjerumus pada suatu yang haram, sebagaimana apa yang telah
dinyatakan oleh para ulama dan fuqaha.6
7. Investasi Emas
Emas merupakan logam mulia yang sangat diminati oleh banyak
orang. Orang rela mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendapatkan
logam mulia yang memiliki beragam bentuk ini. Pada umumnya orang
memilih berinvestasi dalam bentuk emas untuk memperoleh keuntungan
dalam jangka panjang. Emas juga bisa digunakan untuk koleksi dan
perhiasan. Investasi emas juga bisa dibilang praktis karena bisa dilakukan
semua golongan mulai dari ibu rumah tangga, pekerja bergaji pas-pasan atau
profesional karena emas bisa dibeli mulai dari 1 gram.
6 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet.I,
h. 42-43.
29
Ada beberapa alasan emas menjadi sebuah investasi yang banyak
diminati masyarakat, antara lain:
a. Keamanan (Security)
Uang di Bank akan hilang secara perlahan oleh karena biaya
administrasi, biaya-biaya lainnya, pajak bunga 20%, tingkat suku bunga
rendah dan terbatas, jaminan dari pemerintah (LPS) yang terbatas hanya
Rp. 100 juta/nomor rekening. Pada Lembaga Investasi lainnya dikenakan
biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya.
b. Perlindungan (Protection)
Inflasi, deflasi adalah perampok yang tidak kelihatan, masalah klasik
yang sudah berabad-abad namun secara perlahan tapi pasti akan
mengerosi aset. Semakin tinggi laju inflasi berpengaruh pada semakin
tingginya harga emas. Seluruh dunia mengalami inflasi rata-rata 2-3%
pertahun, di USA 3 – 4%/th di Indonesia 5 – 6%/th. Menurut data
statistik bila inflasi 10% maka harga emas naik 13%, bila inflasi 20%
maka harga emas naik 30%, bila inflasi 100% maka harga emas naik
300%. Jika di Indonesia rata-rata inflasi 6%/th maka dapat dipastikan
harga Emas 5 tahun mendatang setidaknya naik 50% dari harga saat ini,
bandingkan dengan deposito yang hanya 30%/ 5th dikurangi pajak.
c. Mudah dicairkan (Liquiditas tinggi)
30
Investasi properti, deposito, saham, obligasi, kendaraan, karya seni
memerlukan waktu lebih dari satu hari untuk dicairkan karena pembeli
dan peminatnya terbatas dan nilainya pun ada kemungkinan menyusut
oleh inflasi, brokers fee, tax dan administrasi, tetapi dengan emas dapat
segera dicairkan di ribuan toko emas, pegadaian, lembaga keuangan
(sebagai jaminan) dengan mudah dan nilainya mengikuti harga pasaran
internasional yang terus menguat.
d. Menguntungkan (Profitable)
Nilai emas itu stabil dan cenderung menguat nilainya. Emas cocok untuk
disimpan jangka menengah-jangka panjang. Tahun 2001 harga Logam
Mulia .9999 rata-rata US$ 272 / troy ounce = 31,103 gram. Sekarang
Januari 2010 dikisaran US$ 1000-1100 / troy ounce bahkan sempat
menyentuh US$ 1200 / troy ounce seiring dengan kenaikan harga
minyak dunia.
e. Resiko rendah (Low Risk)
Emas tidak ada biaya penyusutan nilai, hanya beban untuk biaya safe
deposit box jika disimpan di bank. Nilai emas untuk jangka pendek
berfluktuasi namun sejak 7 tahun terakhir nilainya terus menaik, lebih
dari 260% atau 37.5%/tahun dan akan terus naik. Resiko terburuk dari
31
Investasi Emas yaitu hilang (jika menyimpannya tidak benar) dicuri atau
dirampok, namun ini pun kemungkinannya kecil sekali.7
Emas adalah investasi yang sangat menarik, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada pada grafik berikut:
Gambar 1.1
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 6 Bulan Terakhir
Gambar 1.2
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 1 Tahun Terakhir
Gambar 1.3
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 5 Tahun Terakhir
7Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http: //www.semuasaudara.com
/emas/2010/02/11-alasan-ber-investasi-emas/
32
Gambar 1.4
Grafik Harga Emas Rp/Gram – 10 Tahun Terakhir
Untuk menguatkan alasan bahwa emas adalah investasi yang sangat
menarik yang mampu menjaga harta dari perampokan yang tidak terlihat
“inflasi”, terdapat kutipan sebuah hadits Rasulullah SAW:
عروةالبارقيرضي اهللا رضي ا هللا عنه ان النبي صلي ا هللا عليه عنطا ه د ينا را ليشتر ي اضحية اوشاة فا شتري به شا تين فبا ع وسام اع
احدا هما بدينارفدعا له با لبرآة في بيعه فكا ن لو ا ستري تر ا با لر مج حد وقرا خر مه ا لبخاري في ضمي . رواه ا لخمسة االا لنسا ء. (فيه
ذ ي له تا هدا من عد بت حكيم بن يث و لم يسه لفظ و ا و ر د التر م)هزا م
33
Dari Urwah Al-Bariqi r.a. (katanya): Sesungguhnya Nabi saw. Memberinya uang satu dinar untuk dia belikan hewan qurban atau seekor kambing; Lalu dengan uang itu dia membeli dua ekor kambing, kemudian dia menjual salah satu dari keduanya dengan harga satu dinar, lalu dia mendatangi Rasulullah saw. dengan membawa seekor kambing dan uang satu dinar; Maka Nabi saw. Mendo’akan baginya supaya dalam jual belinya dia mendapat berkah (tambahan kebaikan); Urwah itu seandainya dia membeli tanahpun dia selalu mendapat keuntungan dalam jual belinya. Diriwayatkan oleh: Al Khamsah selain An Nasa’I (jadi hanya: Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah); Dan Al Bukhari telah meriwayatkan Hadits yang sama kandungan isinya dengan Hadits itu tetapi beliau tidak menyusun matan seperti itu. At Tirmidzi meriwayatkan Hadits penguat bagi Hadits tersebut, dari Hadits bin Hizam.8
Dapat disimpulkan bahwa nilai emas selalu terjaga sepanjang masa.9
f. Keuntungan berinvestasi emas antara lain:
1. Perlindungan Nilai Asset
Bila inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi. Semakin tinggi
inflasi, semakin tinggi kenaikan harga emas. Jika kurs dollar naik,
harga emas juga akan naik.
2. Sarana Menabung Paling Efektif Untuk Tujuan Tertentu
Karena harga emas berkembang menurut kenaikan inflasi, maka
emas aman dipakai sebagai sarana menabung untuk keperluan naik
haji, pernikahan, uang muka rumah maupun pendidikan anak.
8 Terjemahan Kitab Subulus Salam h.106-107. 9Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 pada http://karangan.web.id/ 2010/07/24/
investasi-emas.html
34
3. Emas gampang diperoleh dan sangat liquid
Emas mudah untuk dibeli dan dijual kembali dimana saja. Harga
emas di seluruh indonesia juga relatif sama. Kita bisa membeli emas
di Jakarta dan dijual kembali di Makasar dengan harga yang sama.10
g. Kekurangan investasi emas antara lain:
1. Kekurangannya terutama pada segi storage dan handling.
Menyimpan “hard asset” seperti emas relatif beresiko dan mahal.
Selain itu, apabila penyimpanan kurang baik, walau dibungkus
protective cover, memungkinkan terjadinya oksidasi dan perubahan
warna. Khusus emas berbentuk koin, kalau jatuh, penyok, atau cuil
(chipped), sulit untuk di-treatment ulang dan bisa mengurangi harga.
Emas kurang cocok untuk para investor yang ceroboh.
2. Return-nya relatif stabil dan kalah menggairahkan bila
dibandingkan saham atau properti. Juga, sangat tidak disarankan
untuk berinvestasi emas hanya dalam jangka pendek (1 tahun atau
kurang).
B. Gadai Syariah (Ar-Rahn)
1. Definisi Gadai Syariah
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150, gadai
adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu
barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang
10 Artikel diakses pada tanggal 29 Agustus 2010 dari http://www.kebun-emas.info.
35
berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas
nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut
memberikan kekuasaan kepada orang yang memberi utang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.11
Dalam istilah fiqh, gadai disebut al- rahn, yang menurut bahasa
artinya adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercaaan.
Sedangkan menurut syara’, gadai adalah menyandera sejumlah harta yang
diserahkan sebagai tebusan.12
Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap,kekal, dan jaminan. Akad
al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan.
Ada beberapa defiisi ar-Rahn yang dikemukakan para ulama fiqh. Ulama
Malikiyyah mendefiniskannya dengan: Harta yang dijadikan pemilikya
sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.13
Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu
(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak (piutang) itu , baik seluruhnya maupun sebagian.
11Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Bulerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ps. 1150.
12 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h.
156. 13 A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154.
36
Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan:
Menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan
pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar
utangnya itu.
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh
dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak
termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang
jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah
pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya
terkait dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu
melunasinya.14
2. Dasar Hukum Gadai Syariah
a. Landasan Syariah
Boleh tidaknya transaksi gadai menurut islam, diatur dalam Al-
Qur’an, dan ijma’:
1). Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian
gadai adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 283:15
⌧ ⌧
14 A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 154.
15 A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat,h. 154.
37
⌦
⌧ ☺
☺
☺ ⌦
☺ ☺ )283: البقرة (
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperolah seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah/2:283) Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial,
barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau
objek pegadaian. 16
2). Ijma’
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad al-rahn dibolehkan
dalam Islam berdasarkan al-Qur’an dan sunnah Rasul. Mereka
16 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h. 128.
38
sepakat dalam perjalanan ataupun tidak, asalkan barang jaminan
itu bisa langsung dikuasai (al-qabdh) secara hukum oleh pemberi
piutang. Ar-rahn dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang
terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan antar sesama
manusia.
b. Landasan Hukum Positif
Aturan mengenai rahn telah diatur dalam Fatwa DSN No.25/DSN-
MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk
rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ketentuan Umum:
1) Murtahin (penerima barang) memiliki hak untuk menahan
marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang
menyerahkan barang) dilunasi.
2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada
prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin
kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan
dan perawatannya.
3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi
kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,
39
sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahin.
4) Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
5) Penjualan Marhun;
a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin
untuk segera melunasi utangnya.
b) Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun
dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar
serta biaya penjualan.
d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan
kekurangannya menjadi kewajiban rahin.
b. Ketentuan Penutup
1) Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
40
Sedangkan untuk gadai emas syariah, menurut Fatwa DSN-
MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 gadai emas syariah harus
memenuhi ketentuan umum berikut :
1) Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn (lihat Fatwa
DSN nomor : 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn).
2) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung
oleh penggadai (rahin).
3) Ongkos sebagaimana dimaksud dalam butir b besarnya
didasarkan pada pengeluran yang nyata-nyata diperlukan.
4) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan
akad ijarah.17
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah
a. Rukun Ar-Rahn, antara lain:
1) Orang yang berakad: (1) Yang Berhutang (Rahin) dan
(2) Yang Berpiutang (Murtahin)
2) Sighat (Ijab qabul)
3) Harta yang diRahn-kan (Marhun)
4) Pinjaman (Marhun Bih)18
b. Syarat-Syarat ar-Rahn, antara lain:
17 Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian
Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h. 3-4.
18 Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h. 6.
41
1) Syarat al-marhun bih (utang) adalah: (1) merupakan hak yang wajib
dikembalikan kepada yang berutang, (2) utang itu boleh dilunasi
dengan agunan itu, (3) utang itu jelas dan tertentu;
2) Syarat al-marhun (barang yang dijadikan agunan), menurut para
pakar fiqh, adalah: (1) barang jaminan (agunan) itu boleh dijual dan
nilainya seimbang dengan utang, (2) barang jaminan itu bernilai dan
dapat dimanfaatkan, (3) barang jaminan itu jelas dan tertentu, (4)
agunan itu milik sah orang yang berutang, (5) barang jaminan itu
tidak terkait dengan hak orang lain, (6) barang jaminan itu
merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa
tempat, dan (7) barang jaminan itu boleh diserahkan baik materinya
maupun manfaatnya.19
Di samping syarat-syarat di atas, para ulama fiqh sepakat
menyatakan bahwa ar-rahn itu baru dianggap sempurna apabila
barang yang dirahn-kan itu secara hukum sudah berada di tangan
pemberi utang, dan uang yang dibutuhkan telah diterima peminjam
uang.
Sesuai dengan landasan konsep ar-Rahn, pada dasarnya ar-
Rahn berjalan diatas dua akad transaksi syariah yaitu :
1. akad rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik harta
si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya,
19 A.H. Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, h. 155
42
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini bank
syariah menahan barang bergerak sebagai jaminan atas uang
nasabah.
2. akad ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan
atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Malalui akad ini
dimungkinkan bagi bank untuk menarik sewa atas penyimpanan
barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.20
C. Ekonomi Islam
1. Definisi Ekonomi Islam
Para ahli fiqh telah banyak mendefinisikan tentang apa yang dimaksud
dengan ekonomi Islam. Berbagai argumen ini meskipun saling berbeda
formulasi kalimatnya, tetapi mengandung pengertian yang sama. Pada
dasarnya suatu ilmu pengetahuan yang berupaya memandang, meninjau,
meneliti yang pada akhirnya menyimpulkan dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara islami merupakan
bagian dari definisi ekonomika islami itu sendiri.21
20 Rudy Kurniawan, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan Pegadaian
Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, h.6.
21 Sholahuddin, Asas-asas ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.4.
43
Secara substansial ekonomi Islam tidak jauh berbeda dengan ekonomi
secara umum, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi
kebutuhannya dengan perlengkapan yang terbatas sifatnya dan sumber daya
yang terbatas pula. Hanya, dalam ekonomi Islam, teori dan prakteknya harus
sesuai dengan ketentuan syariah, yang bersumber pada ajaran al-Quran dan
Hadits. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia
melakukan kegiatan-kegiatan seperti produksi, distribusi dan konsumsi. Tiga
model inilah yang menjadi pokok kegiatan dalam ekonomi.
Dr.Yusuf Qardhawi mengemukakan, bahwa ekonomi Islam adalah
ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah,
bertujuan akhir kepada Allah dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari
syariat Allah. Aktifitas ekonomi seperti produksi, distribusi, konsumsi,
import dan eksport tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir
untuk Tuhan.22
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari
ekonomi Islam adalah studi tentang problema-problema ekonomi dan
institusi yang berkaitan dengannya. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata kehidupan kemasyarakatan dalam memenuhi
kebutuhan untuk mencapai ridha Allah.
2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam
22 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
cet.II, h. 31.
44
Dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata
karena fitrah keduanya. Antara keduanya harus ada keselarasan dan
keserasian, bukan persaingan. Jika seorang individu mengambil kekayaan
masyarakat untuk dirinya sendiri tanpa mengindahkan hal-hal yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa mengindahkan hal-hal
yang berhubungan dengan kepentingan umum dan tanpa memperhatikan
ketika ia menyimpan dan menyalurkannya kecuali untuk kepentingan
pribadinya, maka bahayanya pun tidak hanya menimpa individu sendiri,
tetapi pada akhirnya kembali menimpa masyarakat.
Adapun secara rinci dapat dikemukakan beberapa nilai-nilai dasar
ekonomi Islam. Nilai-nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk membangun
teori-teori ekonomi Islami. Rinciannya:
a. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid manusia
menyaksikan bahwa “Tiada sesuatu pun yang layak disembah selain
Allah,” dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain daripada
Allah” karena Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan
sekaligus pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh
sumberdaya yang ada.
Oleh karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya
diberi amanah untuk “memiliki” untuk sementara waktu, sebagai ujian
45
bagi mereka. Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan
dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
b. ‘Adl (Keadilan)
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya
adalah adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-
Nya secara zalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus
memelihara hukum Allah di bumi, dan menjamin bahwa pemakaian
segala sumberdaya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya
semua mendapat manfaat daripadanya secara adil dan baik.
Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat
adil. Dalam Islam adil didefinisikan sebagai ”tidak menzalimi dan tidak
dizalimi.” Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku
ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal
itu merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia
akan terkelompok-kelompok dalam berbagai golongan.
c. Nubuwwah (Kenabian)
Karena rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak
dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu
diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah
kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan benar di dunia,
dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubah) ke asal muasal segala,
Allah. Fungsi Rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani
46
manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat
Islam, Allah telah mengirimkan “manusia model” yang terakhir dan
sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, Nabi Muhammad Saw.
Sifat-sifat yang patut diteladani antara lain seperti: shiddiq (benar,jujur),
amanah (tanggung jawab, kepercayaan, kredibilitas), fathanah
(kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh (komunikasi,
keterbukaan, pemasaran).
d. Khilafah (Pemerintahan)
Dalam al-Qur’an, Allah berfirman bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi khilafah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan
pemakmur bumi. Oleh karena itu, pada dasarnya setiap manusia adalah
pemimpin. Nabi bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan
akan dimintai pertangungjawaban terhadap yang dipimpinnya.” Ini
berlaku bagi semua manusia. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan
kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya
adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar kelompok-
termasuk dalam bidang ekonomi-agar kekacauan dan keributan dapat
dihilangkan, atau dikurangi.
Semua ini dalam kerangka mencapai maqashid al-syari’ah
(tujuan-tujuan syariah), yang menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk
memajukan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan melindungi
keimanan, jiwa, akal, kehormatan, dan kekayaan manusia.
47
e. Ma’ad (Hasil)
Walaupun seringkali diterjemahkan sebagai “kebangkitan,” tetapi
secara harfiah berarti “kembali”. Karena kita semua akan kembali
kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus
berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan dunia yang
khas dari seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan
sebagai : “dunia adalah ladang akhirat.” Artinya, dunia adalah wahana
bagi manusia untuk bekerja dan beraktifitas (beramal soleh). Namun
demikian akhirat lebih baik daripada dunia, karena itu Allah melarang
kita untuk terikat pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan
kesenangan akhirat, kesenangan dunia tidaklah seberapa.
Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan di dunia untuk
berjuang. Perjuangan akan mendapat ganjaran, baik di dunia maupun di
akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-lipat,
perbuatan jahat akan dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena
itu, ma’ad diartikan juga sebagai imbalan/ganjaran. Implikasi nilai ini
dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya, diformulasikan oleh
Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa motivasi para pelaku bisnis
adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan laba akhirat. Karena itu
konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam. 23
23 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.
34.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya Bank Rakyat Indonesia Syariah
Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada
tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari
Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank
umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank
umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut
dengan nama BRISyariah) pada tanggal 17 November 2008.
Nama BRISyariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung
hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya
disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di
Indonesia. BRI Syariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat
Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakat Indonesia
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008,
telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta
pemisahan telah dilakukan oleh Bp. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank
Rakyat Indonesia dan Bp. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRI Syariah,
48
49
sebagaimana akta pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di
hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta.
Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI
Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi
pemegang saham BRI Syariah adalah
1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967%
2. Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%
B. Visi dan Misi
Dalam menjalankan roda perusahaan, manajemen dan karyawan Bank
Rakyat Indonesia (BRI) Syariah mengacu kepada visi dan misi perusahaan
sebagai berikut :
1. Pernyataan Visi BRI Syariah:
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan
yang lebih bermakna.
2. Menterjemahkan visi menjadi sebuah misi untuk:
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah;
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip - prinsip Syariah;
50
c. Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana
kapanpun, dimanapun;
d. Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas
hidup dan ketentraman pikiran.
C. Struktur Organisasi
1. Dewan Komisaris
Komisaris Utama Randi Anto
Komisaris Musthafa Zuhad Mughni
Komisaris Sunarsip
Komisaris Nasrah Mawardi
2. Dewan Direksi
Direktur Utama Ventje Rahardjo
Direktur Ari Purwandono
Direktur Eko B. Suharno
Direktur Budi Wisakseno
3. Dewan Pengawas
Ketua Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman
Anggota Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc
Anggota Gunawan Yasni,SE,MM
51
D. Produk – Produk Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
BRI Syariah menitikberatkan pada individu dan bisnis wirausaha kecil
dan menengah dengan menyediakan serangkaian produk dan jasa perbankan
berbasis Syariah bagi kedua segmen tersebut, yang terdiri dari 3 (tiga) kategori:
Funding Lending Akses
Produk Penghimpunan
Dana, terdiri atas :
1. Tabungan BRI
Syariah
2. Giro iB
3. Deposito iB
4. Tabungan Haji iB
5. Tabungan
Perencanaan iB
Produk Penyaluran
Dana, terdiri atas :
1. Pembiayaan Komersil
2. Pembiayaan Ritel
3. Mikro iB
4. Pembiayaan
Linkage/Kemitraan
5. Pembiayaan
Konsumer
Produk Akses terdiri
atas :
1. Remittance BRI
Syariah
2. Mini Banking
3. Mobile Banking/
SMS Banking
4. Internet Banking
5. ATM/EDC/
Telephone Banking
Berikut akan dijelaskan mengenai produk-produk BRISyariah :
1. Produk Funding
Produk penghimpunan dana terdiri atas:
52
a. Tabungan BRI Syariah iB
Tabungan BRISyariah iB merupakan tabungan dari BRISyariah bagi
nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâah yad
dhamanah), dipersembahkan untuk Nasabah yang menginginkan
kemudahan dalam transaksi keuangan Nasabah.
1) Manfaat
a) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan
pemerintah
b) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRI
Syariah
c) Dengan kartu ATM BRI Syariah, Nasabah mudah melakukan
transaksi di lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia
2) Fasilitas
Fasilitas Kartu ATM BRI Syariah, yaitu: Informasi saldo, ganti
PIN, tarik tunai, transfer ke BRI Syariah atau BRI, pembayaran
tagihan PLN (khusus pulau Jawa), pembayaran tagihan Telkom,
pembayaran tagihan Flexi.
b. Tabungan Haji iB
Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah bagi
calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil
(Mudharabah al-Muthlaqoh).
53
1) Manfaat
a) Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji
b) Aman dan sesuai syariah
c) Bagi hasil yang kompetitif
d) Gratis asuransi jiwa & kecelakaan
2) Fasilitas
Fasilitas tabungan haji antara lain: bebas biaya administrasi, dapat
dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang
didapatkan, setoran ringan, dan dapat dilakukan diseluruh cabang
BRI Syariah.
c. Deposito iB
Usaha Nasabah dalam mengembangkan dana terbaik sewajarnya
dikelola dengan cara yang terbaik. Deposito iB adalah salah satu jenis
simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh)
yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo.
1) Manfaat
a) Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan
pemerintah
b) Memberikan bagi hasil yang kompetitif
c) Dikelola dengan prinsip sesuai syariah
2) Fasilitas
54
Fasilitas yang terdapat dalam deposito iB; pilihan jangka waktu 1,
3, 6 dan 12 bulan, dapat diperpanjang secara otomatis dengan
nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan pada saat jatuh tempo, dapat
dilakukan potongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang
Nasabah dapatkan, pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari
bagi hasil yang didapat ke rekening Tabungan atau Giro di BRI
Syariah, dan dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
d. Giro iB
Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis
dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâah yad
dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan Cek atau Bilyet Giro.
1) Manfaat
a) Kemudahan dalam transaksi bisnis
b) Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku
c) Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan
pemerintah
2) Fasilitas
Fasilitas dalam produk ini; mendapatkan buku cek dan bilyet giro
sebagai media penarikan, pemindahbukuan antar cabang BRI
Syariah secara online.
55
2. Produk Lending
Produk Penyaluran Dana, terdiri atas :
a. KKB iB BRIS
Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) BRI Syariah iB Kini
hadir sebagai sarana untuk memperoleh pembiayaan mobil baik
kondisi baru maupun bekas pakai secara cepat, syarat mudah dan
sesuai syariah.
KKB BRI Syariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil
yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang anda
inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan
Nasabah.
1) Manfaat
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil
secara syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan
cepat.
2) Keunggulan
a) Kemudahan pembayaran cicilan
b) Kenyamanan Kendaraan yang terasuransi
c) Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan
d) Uang muka ringan
56
e) Biaya administrasi terjangkau
f) Pelunasan sebagian atau seluruhnya sebelum akhir masa
pembiayaan tidak dikenakan denda/pinalti
b. KMG iB BRIS
Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah
fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia
Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan
barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran
secara angsuran / mencicil dalam jangka waktu yang disepakati.
c. KPR iB BRIS
Kepemilikan Rumah (KPR) BRI Syariah iB dengan skim
pembiayaan secara jual beli (murabahah) mewujudkan keinginan
nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relatif
cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah.
Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi
dengan KPR BRI Syariah iB, nasabah dapat menikmati fasilitas yang
diberikan untuk pembelian, pembangunan, renovasisi
rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka
57
waktu pembiayaan.
d. Gadai BRIS iB
Menghadapi keperluan dana tunai yang mendadak dan mendesak
bukan menjadi masalah lagi untuk Nasabah. Kini BRI Syariah
memberikan layanan Gadai iB untuk memenuhi kebutuhan dana tunai
Gadai iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan
barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan
berasuransi.
1) Keunggulan
a) Proses lebih cepat, aman dan nyaman karena sesuai syariah dan
lebih berkah
b) Persyaratan sangat mudah
c) Jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari dan dapat
diperpanjang
d) Penyimpanan yang aman dan berasuransi
e) Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman
f) Biaya administrasi dan biaya sewa tempat yang terjangkau
2) Syarat & Ketentuan
58
a) Memiliki Emas asli minimal 2 Gram
b) Memiliki KTP/SIM yang masih berlaku
c) Biaya-biaya yang dikenakan: Biaya administrasi dibayar di
muka, biaya sewa tempat dibayar saat pelunasan, biaya terkait
proses lelang (jika emas dilelang).
d) Mengisi form aplikasi Gadai Syariah (Tersedia di BRIS) dan
form lainnya
e) Jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan
f) Pelunasan dan biaya sewa tempat dibayar pada saat pelunasan
g) Menandatangani akad-akad terkait gadai
3) Objek Gadai
Emas dalam bentuk perhiasan dan Goldbar minimal 16 Karat
dengan berat minimal 2 gram.
4) Jangka Waktu Gadai
a) Maksimal 120 hari (4 Bulan)
b) Jangka waktu dapat diperpanjang dengan akad dan sewa tempat
baru
5) Pembiayaan Gadai
59
Perhitungan Maksimal pembiayaan berdasarkan jenis emas
Jenis Perhiasan = 90% dari Nilai Taksir BRIS
Jenis Lempengan/Goldbar = 93% dari Nilai Taksir BRIS
6) Cover Resiko
Jika barang Nasabah hilang/rusak dalam penyimpanan Bank,
maka Bank akan mengganti nilai barang berdasarkan penggantian
dari perusahaan asuransi rekanan BRI Syariah
7) Biaya Administrasi
a) Besarnya biaya dapat berubah sewaktu-waktu
b) Dibayar sekaligus saat akad gadai ditandatangani
c) Berjenjang sesuai berat emas, yaitu:
Gol Berat Emas Biaya Administrasi (Rp)
I 2 gram s.d <50 gram Rp 12.500
II 50 gram s.d < 100 gram Rp 25.000
III 100 gram s.d < 500 gram Rp 50.000
IV >= 500 gram Rp 60.000
8) Biaya Sewa Tempat
60
a) Besarnya biaya dapat berubah sewaktu-waktu
b) Biaya sewa tempat sudah termasuk biaya asuransi emas
c) Biaya sewa tempat dibayar bersamaan dengan pelunasan
pembiayaan dan saat pelunasan
d) Nilai biaya sewa tempat berjenjang sesuai berat emas, karat dan
dihitung per 10 harian
e) Perhitungan biaya sewa tempat berdasarkan lama hari
pembiayaan digunakan/penyimpanan dihitung per 10 harian
f) Tabel biaya sewa tempat sebagai berikut:
No Kadar Emas Biaya Sewa Tempat per Gram (Rp)
Per 10 hari Per bulan Per 4 bulan 1 Gold Bar 24 Karat 2.000 6.000 24.000 2 24 Karat 1.950 5.850 23.400 3 23 Karat 1.850 5.550 22.200 4 22 Karat 1.800 5.400 21.600 5 21 Karat 1.750 5.250 21.000 6 20 Karat 1.650 4.950 19.800 7 19 Karat 1.550 4.650 18.600 8 18 Karat 1.500 4.500 18.000 9 17 Karat 1.400 4.200 16.800 10 16 Karat 1.300 3.900 15.600
9) Syarat lainnya :
61
a) Tanggal lelang sudah dicantumkan dalam Sertifikat Gadai
Syariah
b) Jika saat tanggal lelang, nasabah tidak melunasi pinjaman,
maka barang akan dilelang untuk melunasi pembiayaan
gadai dan biaya-biayanya.
10) Ilustrasi Biaya Gadai iB
Perhiasan emas yang digadai dan telah ditaksir seberat 5 gram,
24 Karat, Standar Taksiran Logam Mulia (STLE) 24 Karat = Rp
323.000,-
Nilai Pinjaman, Biaya administrasi, Biaya Sewa Tempat:
a) Nilai taksiran :
5 gram x Rp 323.000,- = Rp 1.615.000,-
b) Nilai maksimum pinjaman :
90 % x Rp 1.615.000,- = Rp 1.453.500,-
c) Biaya administrasi :
< 100 gram = Rp 12.500,-
Biaya sewa tempat (lihat tabel) : 5 gram x Rp 1.950,- = Rp 9.750,- per hari
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Aplikasi Investasi Berkebun Emas dengan Memanfaatkan Instrumen Gadai
iB di BRISyariah
Investasi berkebun emas adalah sebuah trend baru cara investasi emas
yang sedang marak digeluti oleh para investor emas. Metode kebun emas ini
pertama kali dikenalkan oleh Rully Kustandar, seorang investor emas. Ia adalah
mantan manajer teknologi informasi pada salah satu perusahaan. Ia menyebut
jurusnya sebagai”Berkebun emas”. Nama yang cukup unik dan membuat orang
yang mendengarnya tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut. Metode yang dia
temukan pada tahun 2007 lalu itu melibatkan perbankan syariah dan pegadaian.
Metode Rully cukup sederhana. Setelah membeli batang emas yang pertama
investor harus menggadaikan emas itu ke bank syariah atau pegadaian. Di bank
syariah metode kebun emas ini menggunakan produk gadai syariah, yang
merupakan instrumen utama dari investasi ini.
Investasi berkebun emas merupakan modifikasi dari sistem gadai di bank
syariah maupun pegadaian. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah
membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu kita beli, kemudian langsung
kita gadaikan. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut kita belikan emas
62
63
batangan yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas
kemampuan keuangan kita. Pada saat dana habis, emas terakhir yang kita pegang
di tangan tidak kita gadaikan, tetapi kita simpan sampai harganya naik selangit.1
Salah satu bank syariah yang banyak didatangi oleh para investor adalah
BRISyariah. Pihak BRI Syariah mengadakan kerjasama langsung dengan
penemu metode investasi berkebun emas, Rully Kustandar, yakni dengan
mengadakan seminar-seminar investasi kebun emas di berbagai kota. Pihak
BRISyariah melihat investasi berkebun emas sebagai salah satu teknik
pemasarannya guna meningkatkan produk Gadai iB BRIS. Jadi, investasi ini
bukan merupakan sebuah produk yang terdapat di BRI Syariah, namun BRI
Syariah hanya memberikan fasilitas Gadai iB BRIS sebagai instrumen utama dari
metode investasi berkebun emas ini.
Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang
minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara
memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRIS. Menurut Ibu Maryana
(Fin Prod Dev Dept Head BRISyariah), produk gadai awalnya merupakan
kebutuhan atau jalan keluar dari masalah keuangan masyarakat yang dibutuhkan
jika dalam mendesak, namun pada zaman sekarang anggapan itu tidak lagi
1 Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!, (Jakarta:visimedia, 2010), h.
70.
64
menjadi sebuah kemutlakan. Produk gadai ini berubah menjadi sebuah metode
investasi emas baru.2 Di bawah ini akan dijelaskan aplikasi Gadai iB BRIS :
1. Aplikasi pelaksanaan Gadai iB BRIS
Aplikasi operasional Gadai iB BRISyariah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Melalui akad rahn, nasabah datang ke BRI Syariah dengan menyerahkan
emas (bisa berbentuk emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas) atau
berlian dan logam mulia lainnya. Kemudian BRI Syariah menyimpan dan
merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh BRI Syariah. Akibat yang
timbul dari penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai
investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi bank syariah mengenakan biaya
sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati kedua belah pihak.
BRI Syariah akan memperoleh keuntungan hanya dari bea saja sewa
tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang
diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga disini dapat dikatakan proses
pinjam meminjam uang hanya sebagai “lipstick” yang akan menarik minat
konsumen untuk menyimpan barangnya di bank syariah.
2 Maryana Yunus, Fin Prod Dev Dept Head BRI Syariah Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta,
23 Agustus 2010.
65
Untuk dapat memperoleh layanan Gadai BRIS iB dari BRI Syariah,
masyarakat hanya cukup datang ke BRI Syariah dan menyerahkan harta
geraknya (emas,berlian ataupun logam mulia lainnya) untuk dititipkan disertai
dengan copy tanda pengenal. Staf BRI Syariah kemudian akan menjelaskan
mekanisme, biaya-biaya yang harus dikeluarkan, serta kemungkinan yang
mungkin terjadi apabila nasabah tidak mampu membayar yakni dilakukan
lelang sesuai dengan syariah. Jangka waktu gadai maksimal 120 hari (4
bulan), apabila ingin dilakukan perpanjangan waktu, maka dilakukan dengan
akad baru.
Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang yang
digadaikan tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan
pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang
dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsic dan
harga pasar yang telah ditetapkan oleh BRI Syariah. Maksimum uang
pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 93 % untuk logam mulia.
Setelah melalui proses tersebut, maka uang pinjaman yang dibutuhkan
nasabah akan segera cair. Setelah itu, nasabah akan mendapatkan sertifikat
gadai guna menebus harta geraknya.3
3 Maryana Yunus, Fin Prod Dev Dept Head BRI Syariah Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta,
23 Agustus 2010.
66
2. Mekanisme pelaksanaan investasi berkebun emas
Metode investasi berkebun emas melibatkan perbankan syariah dan
pegadaian. Produk gadai di bank syariah merupakan instrumen utama untuk
dapat melakukan investasi berkebun emas ini, harus ditekankan bahwa
investasi ini bukanlah produk dari bank syariah, bank syariah hanya
menyedikan fasilitas untuk investor agar dapat melakukan investasi kebun
emas. Namun, agar bisa memanen untung dari jurus investasi ala kebun emas
ini, calon investor harus siap berinvestasi jangka panjang, paling tidak selama
dua sampai tiga tahun.
Rully (penemu metode kebun emas) menyarankan, sebaiknya investor
berinvestasi emas batangan berkadar 24 karat dengan tingkat kemurnian 99,99
%. Pasalnya, dia menilai keabsahan kualitas dan kadar emas batangan sangat
terjamin dengan adanya sertifikat.4
Sebenarnya, metode Rully cukup sederhana. Kalau mau meniru dia,
setelah membeli batang emas yang pertama investor harus menggadaikan
emas itu ke bank syariah atau Pegadaian. Tentu investor harus memilih tempat
gadai yang memasang biaya gadai paling murah. Maklum, setiap bank syariah
atau pegadaian memiliki ketentuan dan biaya yang berbeda atas layanan gadai
emas ini. Setelah menggadaikan emas tadi, investor akan mendapatkan dana
segar dari bank. Dana tersebut harus investor pakai untuk membeli emas yang
kedua, ini juga harus digadaikan. Tentu investor harus merogoh kocek
4 “Menyemai Bibit Emas, mengalahkan Inflasi”, Kontan, Edisi 14-20 Desember 2009, h. 16.
67
tambahan karena dana gadai dari bank hanya berkisar 60-80 % harga emas
yang digadaikan. Langkah ini harus dilakukan berulang-ulang hingga merasa
cukup.
Tapi perlu diingat, investor tak boleh menggadaikan emas yang terakhir.
Sebab, emas terakhir ini akan menjadi modal investor untuk menebus satu
demi satu emas yang telah digadaikan. Karena itu, Rully menyebutnya sebagai
kunci harta karun. Rully menyarankan saat yang tepat untuk memanen kebun
emas ketika penjualan kunci harta karun dan emas emas sebelumnya baru
dilakukan setelah ada kenaikan harga minimal 30 %.5
Rully merumuskan investasi berkebun emas ini dengan formula sebagai
berikut:
a. Langkah Pertama
Investor harus membeli emas untuk investasi awal. Saran Rully, emas
untuk investasi ini adalah emas batangan murni produksi unit Logam Mulia
PT Aneka Tambang yang memiliki sertifikat.
b. Langkah Kedua
Setelah memiliki sebatang emas, investor harus menggadaikannya ke bank
syariah atau pegadaian. Silahkan pilih mana yang menawarkan biaya
penitipan paling murah dan memberikan nilai pembiayaan paling tinggi.
5 “Menyemai Bibit Emas, mengalahkan Inflasi”, Kontan, Edisi 14-20 Desember 2009, h. 16.
68
c. Langkah Ketiga
Investor akan menerima dana hasil gadai kurang lebih 60%-80% nilai emas
yang digadaikan. Ini menjadi modal baru investor untuk membeli emas
lagi. Tentu, investor harus mengeluarkan tambahan uang agar bisa membeli
emas seberat emas yang pertama. Emas kedua nanti juga harus digadaikan
untuk mendapatkan modal baru lagi. Begitu seterusnya, sampai investor
merasa cukup. Emas yang terakhir jangan digadaikan karena akan menjadi
modal menebus emas-emas yang lain saat harganya naik.6
Sebagai contoh, suatu waktu, harga emas adalah Rp350.000 per
gram dan nilai taksir bank tersebut adalah 93 % dari harga pasar. Kita
anggap bahwa kita akan melakukan sistem kebun emas ini sebanyak 50
gram. Berikut ini cara yang harus dilakukan:7
1) Beli emas batangan 10 gram di pasar / PT Aneka Tambang.
2) Gadaikan emas yang kita miliki tersebut.
3) Belilah emas batangan 10 gr di pasar/ PT Aneka Tambang dengan dana
pinjaman ditambah dana segar baru dari kantong kita.
4) Gadaikan emas yang telah kita beli tersebut. Jadi, jumlah emas yang
telah kita gadaikan adalah 20 gr.
6 “Menyemai Bibit Emas, mengalahkan Inflasi”, Kontan, Edisi 14-20 Desember 2009, h. 16-
17 7 Joko Salim, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!, (Jakarta:visimedia, 2010), h.
71.
69
5) Belilah 10 gr emas batangan baru lagi dari dana pinjaman ditambah
dana segar baru lagi dari kantong kita.
6) Gadaikan emas yang baru saja kita beli tersebut sehingga emas yang
kita gadaikan menjadi 30 gr.
7) Belilah 10 gr emas batangan baru lagi dari dana pinjaman ditambah
dana segar baru lagi dari kantong kita
8) Gadaikan emas yang baru saja kita beli tersebut sehingga emas yang
kita gadaikan menjadi 40 gr.
9) Belilah emas baru lagi dari dana pinjaman yang telah ditambah dana
segar baru.
10) Simpan emas batangan yang baru saja kita beli (jangan digadaikan lagi)
dan tunggulah hingga harga emas naik.
B. Perhitungan Peningkatan Margin bagi para Investor dalam melakukan
Investasi Kebun Emas
Untuk semakin memperjelas pemahaman mengenai langkah-langkah
melakukan transaksi kebun emas, penulis akan melakukan simulasi perhitungan.
BRI Syariah adalah bank yang melakukan kerjasama langsung dengan penemu
metode investasi kebun emas, Rully Kustandar, dengan mengadakan seminar
kebun emas di berbagai kota. Diharapkan setelah menghadiri dan mendapat ilmu
metode kebun emas, maka calon nasabah akan mencoba memulai investasi ini
70
dengan memanfatkan produk gadai di BRI Syariah. Selain itu, BRI Syariah
memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia sehingga memudahkan para calon
investor untuk dapat melakukan investasi ini.
Berikut simulasi perhitungan investasi berkebun emas dengan memanfaatkan
produk gadai di BRI Syariah:
Asumsikan bahwa investor akan melakukan pembelian emas batangan
seberat 10 gram. Lalu, investor akan menggadaikannya serta melakukan
transaksi kebun emas hingga jumlah emas yang investor miliki mencapai 50
gram. Saat ini investor memiliki modal awal sebesar Rp 5.500.000,-. Harga
beli emas per batang adalah Rp350.000 per gram. Untuk membeli emas
batangan 10 gram @ Rp 350.000,- = Rp 3.500.000,-. Sisa uang (5.500.000-
3.500.000) = Rp 2.000.000,-. Sisa uang ini digunakan untuk biaya-biaya:
1) Sewa tempat
Sewa tempat 1 x gadai = Rp 1.335,-/gr/10 hari atau Rp 4.005,- /gr/bulan
atau Rp 48.060.- /gr/tahun x 10 gr = Rp 480.600,-/10 gr/tahun
Untuk 40 gr emas, maka biaya sewa tempat adalah = 4 x gadai = 4 x Rp
480.600,- = Rp 1.922.400,- /40gr/tahun.
2) Biaya Administrasi
Rp 12.500,- /4 bulan x 3 = Rp 37.500/tahun.
Di BRI Syariah nilai pinjaman yang bisa didapatkan adalah sebesar 93
% dari nilai taksir. Diasumsikan bahwa nilai taksir saat ini di BRI Syariah
adalah sebesar Rp 343.900,-. Berikut ini perhitungannya :
71
1) Dana yang dibutuhkan kali pertama untuk membeli emas batangan 10 gr
di pasar adalah Rp 3.500.000,-. Perhitungan ini berdasarkan asumsi harga
emas adalah Rp 350.000,- dan investor membeli satu batang, dengan
berat 10 gr.(lihat ilustrasi di atas).
Dana keluar emas tahap ke-1 = Rp 3.500.000,-
2) Setelah memiliki emas batangan 10 gr, emas batangan tersebut investor
gadaikan di BRI Syariah dengan perhitungan sebagai berikut :
a) Harga Taksir = 10 gr x Rp 343.900,-
= Rp 3.439.000,-
b) Hasil gadai emas tahap ke-1 = 93 %x Harga taksir
= 93 % x Rp 3.439.000,-
= Rp 3.198.270,-
c) Misal meminjam kepada BRI Syariah tidak semua dana sisa emas,
namun pinjaman hanya sebesar Rp 3.000.000,-.
3) Dengan dana yang ada di tangan, investor harus menambahkan dana segar
lagi untuk bisa membeli emas batangan ukuran 10 gr yang baru.
Dana keluar emas tahap ke-2 = Harga emas – dana pinjaman
Tahap ke-1
= 3.500.000 – 3.000.000
= Rp 500.000,-
4) Investor harus ke BRI Syariah dan gadaikan emas tersebut. Sehingga akan
mendapatkan perhitungan seperti ini.
72
a) Harga Taksir = 10 gr x Rp 343.900,-
= Rp 3.439.000,-
b) Hasil gadai emas tahap ke-2 = 93 % x Rp Harga taksir
= 93 % x Rp 3.439.000,-
= Rp 3.198.270,-
c) Misal meminjam kepada BRI Syariah tidak semua dana sisa emas,
namun pinjaman hanya sebesar Rp 3.000.000,-.
5) Belilah emas ketiga dengan kembali menambahkan dana segar.
Dana keluar emas tahap ke-3 = Harga emas – dana pinjaman
Tahap ke-2
= 3.500.000 – 3.000.000
= Rp 500.000,-
6) Gadaikan kembali emas tersebut di BRI Syariah. Investor akan mendapat
perhitungan seperti ini.
a) Harga Taksir = 10 gr x Rp 343.900,-
= Rp 3.439.000,-
b) Hasil gadai emas tahap ke-3 = 93 % x Rp Harga taksir
= 93 % x Rp 3.439.000,-
= Rp 3.198.270,-
c) Misal meminjam kepada tidak semua dana sisa emas, namun pinjaman
hanya sebesar Rp 3.000.000,-.
73
7) Belilah emas keempat dengan kembali menambahkan dana segar
Dana keluar emas tahap ke-4 = Harga emas – dana pinjaman
Tahap ke-3
= 3.500.000 – 3.000.000
= Rp 500.000
8) Gadaikan kembali emas tersebut di BRI Syariah. Investor akan
mendapatkan perhitungan seperti ini.
a) Harga Taksir = 10 gr x Rp 343.900,-
= Rp 3.439.000,-
b) Hasil gadai emas tahap ke-4 = 93 % x Rp Harga taksir
= 93 % x Rp 3.439.000,-
= Rp 3.198.270,-
3) Misal meminjam kepada tidak semua dana sisa emas, namun pinjaman
hanya sebesar Rp 3.000.000,-.
9) Belilah emas kelima dengan kembali menambahkan dana segar.
Dana keluar emas tahap ke-5 = Harga emas – dana pinjaman
Tahap ke-4
= 3.500.000 – 3.000.000
= Rp 500.000,-
10) Saat ini, investor sudah memiliki emas batangan ukuran 10 gram
sebanyak 5 batang. Empat batang dalam status gadai dan 1 batang
berada di tangan kita. Simpanlah emas batangan yang ada di tangan
74
hingga investor butuh dana mendesak atau hingga harga emas naik
minimal 20% -30%.
Berikut perhitungan jumlah total biaya yang kita keluarkan :
a) Total Investasi = modal awal (dana keluar emas tahap ke-1+
biaya Administrasi dan biaya sewa) + Tahap
ke-2 + Tahap ke-3 + Tahap ke-4 +Tahap ke-5
= 5.500.000 + 500.000 + 500.000 + 500.000 +
500.000
= Rp 7.500.000,-
b) Total Pinjaman = Hasil gadai tahap ke-1 + tahap ke-2 +tahap
ke-3 + ke-4
= 3.000.000 + 3.000.000 + 3.000.000 +
3.000.000
= Rp 12.000.000,-
c) BEP = Total investasi + Total pinjaman
= 7.500.000 + 12.000.000 = Rp 19.500.000,-
75
Dalam simulasi perhitungan di atas, diketahui bahwa titik BEP (Break
Event Point) atau titik impas akan terjadi ketika hasil penjualan semua emas
yang kita miliki adalah Rp 19.500.000,-. Jika hasil penjualan berada di atas
angka tersebut, investor akan mengalami keuntungan, tetapi jika hal yang
terjadi malah sebaliknya, berarti investor mengalami kerugian. Penulis akan
melakukan beberapa contoh perhitungan untuk mengetahui di angka berapa
persen kenaikan emas investor akan mendapatkan peningkatan keuntungan
dalam melakukan investasi kebun emas ini.
1) Contoh Ketika Harga Emas Naik 10 %
Diasumsikan bahwa harga emas naik sebesar 10 %. Setelah satu
tahun, harga emas yang semula Rp 350.000,- per gram mengalami
kenaikan menjadi Rp 385.000,- per gram.
Dalam situasi tersebut, investor akan menjual satu per satu emas
yang dimiliki, mulai dari yang saat ini ada di tangan.
a) Jual emas yang ada di tangan. Seandainya emas tersebut terjual Rp
380.000,- per gram, investor akan mendapatkan dana segar sebesar
Rp 3.800.000,-
b) Gunakan dana segar tersebut untuk menebus emas yang pertama
yang sedang digadaikan sehingga investor memiliki sisa dana.
Sisa dana tahap ke-1 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-1
= 3.800.000 – 3.000.000
76
= Rp 800.000
c) Saat ini, di tangan investor, telah ada emas batangan dengan ukuran
10 gr lagi. Jual emas tersebut dan gunakan hasil penjualannya untuk
menebus emas yang kedua yang sedang digadaikan sehingga akan
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-2 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-2
= 3.800.000 – 3.000.000
= Rp 800.000
d). Saat ini investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10 gr di
tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasil untuk menebus emas
yang ketiga yang sedang digadaikan sehingga akan mendapatkan sisa
dana.
Sisa dana tahap ke-3 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-3
= 3.800.000 – 3.000.000
= Rp 800.000
e) Pada tahap ini, investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10
gr di tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasilnya untuk
menembus emas keempat yang sedang digadaikan sehingga investor
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-4 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-4
= 3.800.000 – 3.000.000
= Rp 800.000
77
f) Saat ini, di tangan investor, ada emas terakhir yang baru saja ditebus.
Juallah emas tersebut. Dengan demikian, investor akan mendapatkan
dana hasil penjualan yang utuh karena sudah tidak ada emas yang
harus ditebus.
Dana hasil penjualan emas = Rp 3.800.000,-
Total dana segar yang ada di tangan investor adalah :
Total Dana = Hasil penjualan emas terakhir +Sisa dana tahap ke-1
+ Tahap ke-2 + tahap ke-3 + Tahap ke-4
= 3.800.000+800.000+800.000+800.000+800.000
= Rp 7.000.000,-
Dana tersebut adalah dana segar yang saat ini ada di tangan. Ingat
bahwa untuk melakukan sistem kebun emas ini, investor telah
mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 7.500.000. Ternyata dana
segar yang ada di tangan investor hanya Rp 7.000.000. Berarti,
investor mengalami kerugian meskipun harga emas naik 10 %.
Kerugian = Modal – Dana Segar
= 7.500.000 – 7.000.000
= Rp 500.000,-
78
2) Contoh Ketika Harga Emas Naik 21 %
Kita asumsikan bahwa harga emas naik sebesar 21 %. Setelah satu
tahun, harga emas yang semula Rp 350.000,- per gram mengalami
kenaikan menjadi Rp 423.500,- per gram.
Dalam situasi tersebut, investor akan menjual satu per satu emas
yang dimiliki, mulai dari yang saat ini ada di tangan.
a) Jual emas yang ada di tangan. Seandainya emas tersebut terjual Rp
420.000,- per gram, investor akan mendapatkan dana segar sebesar
Rp 4.200.000,-.
b) Gunakan dana segar tersebut untuk menebus emas yang pertama yang
sedang digadaikan sehingga investor memiliki sisa dana.
Sisa dana tahap ke-1 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-1
= 4.200.000 – 3.000.000
= Rp 1.200.000
c) Saat ini, di tangan investor, telah ada emas batangan dengan ukuran
10 gr lagi. Jual emas tersebut dan gunakan hasil penjualannya untuk
menebus emas yang kedua yang sedang digadaikan sehingga investor
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-2 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-2
= 4.200.000 – 3.000.000
= Rp 1.200.000
79
d) Saat ini investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10 gr di
tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasil untuk menebus emas
yang ketiga yang sedang digadaikan sehingga investor mendapatkan
sisa dana.
Sisa dana tahap ke-3 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-3
= 4.200.000 – 3.000.000
= Rp 1.200.000
e) Pada tahap ini, investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10
gr di tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasilnya untuk
menembus emas keempat yang sedang digadaikan sehingga investor
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-4 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-3
= 4.200.000 – 3.000.000
= Rp 1.200.000
f ) Saat ini, di tangan investor, ada emas terakhir yang baru saja ditebus.
Juallah emas tersebut. Dengan demikian, investor akan mendapatkan
dana hasil penjualan yang utuh karena sudah tidak ada emas yang
harus ditebus.
Dana hasil penjualan emas = Rp 4.200.000,-
Total dana segar yang ada di tangan kita adalah :
Total Dana = Hasil penjualan emas terakhir +Sisa dana tahap ke-1
+ Tahap ke-2 + tahap ke-3 + Tahap ke-4
80
= 4.200.000 + 1.200.000 + 1.200.000 + 1.200.000 +
1.200.000
= Rp 9.000.000,-
Dana tersebut adalah dana segar yang saat ini ada di tangan.
Ingat bahwa untuk melakukan sistem kebun emas ini, investor telah
mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 7.500.000. Berarti, saat ini,
investor mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.500.000,-.
Persentase keuntungan = ( keuntungan : investasi) x 100 %
= (1.500.000 : 7.500.000) x 100 %
= 0.2 x 100%
= 20 %.
3) Contoh Ketika Harga Emas Naik 30 %
Diasumsikan bahwa harga emas naik sebesar 30 %. Setelah satu
tahun, harga emas yang semula Rp 350.000,- per gram mengalami
kenaikan menjadi Rp 455.000,- per gram.
Dalam situasi tersebut, investor akan menjual satu per satu emas
yang dimiliki, mulai dari yang saat ini ada di tangan.
a) Jual emas yang ada di tangan. Seandainya emas tersebut terjual Rp
450.000,- per gram, investor akan mendapatkan dana segar sebesar
Rp 4.500.000,-
81
b) Gunakan dana segar tersebut untuk menebus emas yang pertama
yang sedang digadaikan sehingga investor memiliki sisa dana.
Sisa dana tahap ke-1 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-1
= 4.500.000 – 3.000.000
= Rp 1.500.000
c) Saat ini, di tangan investor, telah ada emas batangan dengan ukuran
10 gr lagi. Jual emas tersebut dan gunakan hasil penjualannya untuk
menebus emas yang kedua yang sedang digadaikan sehingga investor
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-2 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-2
= 4.500.000 – 3.000.000
= Rp 1.500.000
d). Saat ini investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10 gr di
tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasil untuk menebus emas
yang ketiga yang sedang digadaikan sehingga investor mendapatkan
sisa dana.
Sisa dana tahap ke-3 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-3
= 4.500.000 – 3.000.000
= Rp 1.500.000
e) Pada tahap ini, investor kembali memiliki emas batangan ukuran 10 gr
di tangan. Jual emas tersebut dan gunakan hasilnya untuk menembus
82
emas keempat yang sedang digadaikan sehingga investor
mendapatkan sisa dana.
Sisa dana tahap ke-4 = dana segar – Pinjaman gadai tahap ke-4
= 4.500.000 – 3.000.000
= Rp 1.500.000
f) Saat ini, di tangan investor, ada emas terakhir yang baru saja ditebus.
Juallah emas tersebut. Dengan demikian, investor akan mendapatkan
dana hasil penjualan yang utuh karena sudah tidak ada emas yang
harus ditebus.
Dana hasil penjualan emas = Rp 4.500.000,-
Total dana segar yang ada di tangan investor adalah :
Total Dana = Hasil penjualan emas terakhir +Sisa dana tahap ke-1
+ Tahap ke-2 + tahap ke-3 + Tahap ke-4
= 4.500.000 + 1.500.000 + 1.500.000 + 1.500.000 +
1.500.000
= Rp 10.500.000,-
Dana tersebut adalah dana segar yang saat ini ada di tangan. Ingat
bahwa untuk melakukan sistem kebun emas ini, investor telah
mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 7.500.000. Berarti, saat ini,
investor mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3.000.000,-.
Persentase keuntungan = {keuntungan : investasi} x 100 %
= {3.000.000 : 7.500.000} x 100 %
83
= 0.4 x 100%
= 40 %.
C. Analisis Investasi Berkebun Emas dalam Perspektif Ekonomi Islam
Investasi berkebun emas adalah sebuah trend baru cara investasi emas yang
sedang marak digeluti oleh para investor emas. Bahkan beberapa toko emas pun
melakukan investasi kebun emas ini di bank-bank syariah.8 Investasi berkebun
emas merupakan modifikasi dari sistem gadai di bank syariah maupun pegadaian.
Berkebun emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang
minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara
memanfaatkan dana pinjaman dari produk ar-rahn di bank syariah atau
pegadaian. Produk gadai syariah merupakan instrumen utama dari investasi ini.
Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah membeli emas yang lebih
kecil dari yang mampu kita beli, kemudian langsung kita gadaikan. Dana segar
hasil transaksi gadai tersebut kita belikan emas batangan yang lain, kemudian
digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas kemampuan keuangan kita.
Pada saat dana habis, emas terakhir yang kita pegang di tangan tidak kita
gadaikan, tetapi kita simpan sampai harganya naik selangit.
Teknik investasi emas dengan cara ‘Berkebun Emas’ memerlukan kajian
yang lebih mendalam mengenai kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip syariah.
8 Maryana Yunus, Fin Prod Dev Dept Head BRI Syariah Pusat, Wawancara Pribadi, Jakarta,
23 Agustus 2010
84
Dalam Bab II telah dibahas mengenai rambu-rambu berinvestasi dalam syariah,
yakni:
1. Terbebas dari unsur riba
Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang tidak
dibenarkan syariah yang diisyaratkan oleh satu dari dua orang yang berakad.
Adapun jenis barang ribawi ada 6(enam), barang-barang tersebut adalah emas,
perak, garam, tepung, gandum, dan kurma.
Dari pernyataan di atas, emas termasuk dalam barang ribawi. Dalam
kaitannya dengan ekonomi syariah, implikasi ketentuan tukar-menukar antar
barang-barang ribawi dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jual beli antara barang-barang ribawi sejenis hendaklah dalam jumlah
dan kadar yang sama. Barang tersebut pun harus diserahkan saat
transaksi jual beli.
b) Jual beli antara barang-barang ribawi yang berlainan jenis
diperbolehkan dengan jumlah dan kadar yang berbeda dengan syarat
barang diserahkan pada saat akad jual beli.
c) Jual beli barang ribawi dengan barang bukan ribawi tidak disyariatkan
untuk sama dalam jumlah maupun untuk diserahkan pada saat akad.
85
d) Jual beli antara barang-barang yang bukan ribawi diperbolehkan tanpa
persamaan dan diserahkan pada waktu akad. 9
Di Indonesia, emas saat ini belumlah menjadi sebuah kebutuhan pokok.
Indonesia masih menggunakan uang kertas dan logam sebagai mata uang.
Apabila emas dijadikan mata uang dalam bentuk uang dinar dan dirham,
sehingga menjadi sebuah kebutuhan pokok, maka komoditas emas akan
semakin dibutuhkan oleh banyak orang dan pemerintah. Para investor
yang melakukan investasi kebun emas, secara tidak langsung mereka
menyimpan emas di bank, dan bank banyak meyimpan emas-emas dari
para investor. Apabila investor memang berniat investasi, tidak untuk
melakukan penimbunan maka investasi ini sesuai dengan prinsip syariah.
2. Terhindar dari unsur haram
Terhindar dari unsur haram baik dari zat nya maupun disebabkan adanya
unsur; tadlis, taghrir/ gharar, riba dan terjadinya ; ikhtikar dan bay najash.
Secara zatnya jelas bahwa emas bukanlah barang yang diharamkan oleh
Islam. Dari unsurnya sampai saat ini pun investasi kebun emas masih tidak
termasuk ke dalam kategori haram, karena jelas, tidak mengandung penipuan,
selama para pihak yang melakukan investasi ini saling mempunyai dan
memberikan informasi yang cukup. Para investor yang melakukan investasi
ini diharapkan agar benar-benar mempunyai niat untuk melakukan investasi,
9 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 42.
86
yakni jangka panjang bukan untuk spekulasi atupun melakukan penimbunan
yang dapat mengganggu mekanisme pasar dan peredaran jumlah emas di
masyarakat.
3. Terhindar dari unsur gharar
Gharar dalam ilmu fiqh muamalah berarti melakukan sesuatu secara
membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi, atau mengambil risiko
tanpa mengetahui dengan persis apa akibatnya, atau memasuki kancah risiko
tanpa memikirkan konsekuensinya.
Dalam investasi berkebun emas, tidak termasuk gharar sepanjang
investor memiliki pengetahuan yang cukup baik sebelum melakukan investasi
ini, seperti (1) fluktuasi harga emas; (2) biaya-biaya pada produk gadai di
bank syariah yang bersangkutan, seperti biaya administrasi dan biaya sewa
tempat; (3) ketentuan dan penetapan tanggal lelang sudah ditentukan pada saat
akad.
Selain itu, pihak bank syariah juga mempunyai kewajiban untuk
menginformasikan risiko-risiko di produk gadai dan risiko fluktuasi harga
emas sehingga investor tidak hanya memiliki pengetahuan tentang
kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh tetapi juga memiliki gambaran
mengenai kemungkinan kerugian yang akan timbul.
87
Dalam transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung
risiko. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak
menimbulkan risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuannya yang
dapat menimbulkan kerugian yang sebenarnya dapat dihindari.
4. Terhindar dari unsur judi (maysir)
Maysir merupakan suatu bentuk objek yang diartikan sebagai tempat
untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena
seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi
mencari jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki,
walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.
Investasi kebun emas ini tidak termasuk ke dalam kategori maysir, karena
tidak ada unsur spekulasi, dimana investor mengetahui bahwa dalam investasi
barang berupa emas memerlukan jangka waktu lama minimal 2 tahun atau
kenaikan harga sebesar 20-30 %.
5. Terhindar dari unsur syubhat
Syubhat adalah sesuatu perkara yang bercampur (antara halal dan haram)
akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang halal atau
haram, dan apakah ia hak ataukah batil.
88
Investasi kebun emas adalah sesuatu yang halal. Tidak tercampur antara
antara halal dan haram. Karena emas adalah barang yang dihalalkan dan tidak
bertentangan dengan syariah.
Dari pernyataan-pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa sampai dengan saat ini investasi berkebun emas masih dapat
dikatakan investasi yang sesuai dan tidak bertentangan dengan kaidah syariah
islam.
Namun, jika perkembangan investasi ini ke depannya tidak dapat
terkendali, investasi ini memungkinkan untuk dikatakan kurang atau tidak lagi
memenuhi kaidah syariah Islam antara lain karena :
1. Dalam prinsip-prinsip umum investasi syariah terdapat larangan tidak boleh
melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja mekanisme
pasar. Dalam investasi kebun emas ini, semakin banyak emas yang dijadikan
jaminan atau digadaikan di bank syariah, maka semakin banyak emas yang
mengendap di bank-bank syariah. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya
kelancaran sistem peredaran emas di masyarakat. Keadaan ini dapat
menimbulkan berkurangnya pasokan emas dan sedikitnya jumlah emas yang
beredar di masyarakat sehingga dapat menimbulkan harga emas menjadi naik
dan berakibat masyarakatpun susah untuk mendapatkan emas.
2. Sampai saat ini, Indonesia memang belum menggunakan emas sebagai mata
uang, namun apabila Indonesia ke depannya menggunakan emas sebagai
mata uang dinar dan dirham, maka tentu saja investasi ini perlu kajian yang
89
lebih mendalam lagi karena emas akan menjadi sebuah kebutuhan pokok.
Pemerintah harus dapat mengendalikan laju dari investasi kebun emas. Emas
termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun
Indonesia memiliki banyak tambang emas, tetap saja harus dilakukan
pengendalian dan pengawasan. Memang akan berbeda cara, emas yang akan
dijadikan koin (mata uang dinar dan dirham) dengan emas yang dijadikan alat
untuk investasi (perhiasan, emas lantakan), namun dengan adanya investasi
kebun emas ini dapat merangsang masyarakat untuk terjun ke dalam investasi
ini karena iming-iming memiliki emas yang lebih banyak dengan modal awal
yang minim sehingga bukan tidak mungkin para penambang emas melakukan
penggalian emas yang dieksploitasi dari lingkungan tanpa terkendali. Hal ini
akan bertentangan dengan norma berinvestasi syariah khususnya dalam hal
menjaga kelestarian lingkungan hidup.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian penulisan skripsi,
dari pembahasan didalamnya yang merupakan pokok inti mengenai investasi
berkebun emas dalam perspektif ekonomi Islam. Berdasarkan pembahasan,
maka penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Investasi berkebun emas merupakan modifikasi dari sistem gadai di bank
syariah maupun pegadaian. Investasi ini bukanlah sebuah produk dari
bank syariah dan pegadaian, bank syariah hanya memberikan fasilitas
gadai kepada para investor. Salah satu bank yang banyak didatangi oleh
para investor kebun emas adalah BRI Syariah, karena BRI Syariah
melakukan kerjasama dengan penemu metode kebun emas, Rully
Kustandar, dengan melakukan seminar di berbagai kota. Mekanisme yang
dapat dilakukan adalah membeli emas yang lebih kecil dari yang mampu
kita beli, kemudian langsung digadaikan di BRI Syariah, kemudian kita
akan mendapatkan pinjaman dari gadai emas setelah dikurangi biaya-biaya
gadai. Dana segar hasil transaksi gadai tersebut kita belikan emas batangan
yang lain, kemudian digadaikan lagi. Demikian seterusnya hingga batas
kemampuan keuangan kita. Pada saat dana habis, emas terakhir yang kita
90
91
pegang di tangan tidak kita gadaikan, tetapi kita simpan sampai harganya
naik selangit.
2. Dari simulasi perhitungan invetasi kebun emas yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa meskipun harga emas naik 10% selama setahun,
investor akan mengalami kerugian bukan keuntungan disebabkan karena
dalam investasi kebun emas menggunakan fasilitas gadai sehingga ada
biaya-biaya gadai yang wajib dikeluarkan selama investasi berlangsung.
Para investor harus mengetahui informasi mengenai hal ini agar tidak
terjadi spekulasi dalam investasi ini. Strategi yang dapat dilakukan ketika
mengalami risiko dalam ”berkebun emas” adalah menerima kerugian dan
berhenti melakukan transaksi kebun emas atau dapat melakukan
perpanjangan kontrak gadai selama satu tahun lagi. Sedangkan jika
investor ingin mengalami keuntungan maka strategi yang harus dilakukan
adalah menjual kembali emas yang disimpan pada saat kenaikan harga
emas di atas 20%, ideal nya adalah 30%.
3. Sampai dengan saat ini investasi berkebun emas masih dapat dikatakan
investasi yang sesuai dengan kaidah syariah Islam karena tidak
bertentangan dengan rambu-rambu berinvestasi dalam syariah, antara lain
: (1) Terbebas dari unsur riba, (2) Terhindar dari unsur haram, (3)
Terhindar dari unsur gharar, (4) Terhindar dari unsur judi (maysir), (5)
Terhindar dari unsur syubhat. Namun, jika perkembangan investasi ini ke
depannya tidak dapat terkendali, investasi ini memungkinkan untuk
92
dikatakan kurang atau bahkan tidak lagi memenuhi prinsip investasi
syariah Islam antara lain karena dikhawatirkan investasi ini lebih banyak
mengandung mudharat daripada maslahatnya.
B. Saran
1. BRISyariah harus bisa memberikan informasi yang jelas kepada calon
investor, baik mengenai produk Gadai iB BRIS, biaya-biaya yang harus
dikeluarkan, risiko terjadinya fluktuasi harga emas, dan ikut serta berperan
dalam mengingatkan nasabah untuk tidak berspekulasi karena hal ini
bertentangan syariah Islam, informasi yang diberikan dengan maksud
untuk menghindari unsur gharar.
2. Para investor yang berkecimpung dalam investasi kebun emas ini
diharapkan memiliki niat untuk berinvestasi sesuai dengan kaidah syariah
Islam. Investasi yang baik adalah investasi yang bertujuan untuk mencapai
ridha Allah. Apabila niat dari investor sudah baik, yakni investasi emas
bukan untuk spekulasi, maka diharapkan akan dapat menghasilkan sesuatu
yang baik pula.
3. Metode investasi berkebun emas adalah sebuah trend baru dalam investasi
emas. Investasi ini berkembang dengan pesat di kalangan investor. Bukan
tidak mungkin, pada beberapa tahun ke depan investasi ini menjadi
investasi yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu,
DSN-MUI sebagai lembaga payung dari lembaga keuangan Islam di
93
Tanah Air, diharapkan dapat lebih memperhatikan dan mengeluarkan
fatwa yang mengatur mengenai investasi kebun emas ini.
4. Investasi berkebun emas ini adalah sebuah metode baru dalam melakukan
investasi emas. Sehingga masih banyak kajian-kajian yang dapat diteliti
oleh peneliti lain dari investasi ini seperti; Bagaimana strategi
meningkatkan margin bagi para investor dalam melakukan investasi
berkebun emas ini? Serta Apakah ada kewajiban membayar zakat dari
investasi berkebun emas, jika ada bagaimana perhitungannya?
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-karim Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press,2001, Cet 1. Arikunto , Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2007. Brosur Gadai iB BRI Syariah http ://www.bi.go.id http://www.brisyariah.co.id http://karangan.web.id/ 2010/07/24/ investasi-emas.html http://www.kebun-emas.info http: //www.semuasaudara.com /emas/2010/02/11-alasan-ber-investasi-emas/ Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Bulerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti
dan R. Tjitrosudibio, Ps. 1150. Kurniawan, Rudy, Pegadaian Syariah, makalah disampaikan pada Pelatihan
Pegadaian Syariah di Fakultas Syariah dan Hukum,UIN Jakarta, Lathief , A.H. Azharudin, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Press, 2005. “Menyemai Bibit Emas, mengalahkan Inflasi”, Kontan, Edisi 14-20 Desember 2009. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia : Kampus Fakultas Ekonomi
UII,2004, cet.I.
95
96
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Qardhawi, Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press,
1997, cet.II. Rodoni, Ahmad, Investasi Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009,
cet 1. Salim, Joko, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini!,Jakarta:visimedia, 2010. Santosa, Purbayu Budi dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS, Yogyakarta : ANDI, 2005. Sholahuddin, Asas-asas ekonomi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2007. Yunus, Maryana, Fin Prod Dev Dept Head BRI Syariah Pusat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 23 Agustus 2010.
LAMPIRAN
Draft wawancara dengan Ibu Maryana Yunus Fin Prod Dev Dept Head BRI
Syariah Pusat pada tanggal 23 Agustus 2010
PRODUK GADAI SYARIAH DI BRI SYARIAH
1. Sejak kapan BRI Syariah membuka layanan gadai syariah?
Pada Bulan Maret 2009
2. Bagaimana perkembangan dan respon dari masyarakat akan produk layanan gadai
syariah?
Respon dari masyarakat sangat baik, karena pembiayaan gadai syariah ini sangat
membantu masyarakat yang sedang membutuhkan dana dengan cepat, gadai
syariah ini pun sesuai dengan prinsip syariah Islam, sehingga masyarakat muslim
dapat merasa lebih tenang. Awalnya, produk gadai iB BRIS ini merupakan
sebuah kebutuhan yang mendesak, namun belakangan ini berubah menjadi sebuah
metode investasi emas dengan cara baru, yakni dengan metode investasi berkebun
emas. Dimana, produk Gadai iB BRIS ini merupakan instrumen utama untuk
dapat melakukan investasi kebun emas ini. Awalnya, pembiayaan dari Gadai iB
BRIS hanya sebesar 100 juta rupiah, namun sekarang dapat mencapai angka 5
Milyar rupiah.
3. Bagaimana mekanisme dan aplikasi gadai syariah di BRI Syariah? Mulai dari
permohonan nasabah hingga proses pencairan dana?
Untuk dapat memperoleh layanan GADAI BRIS iB dari BRISyariah,
masyarakat hanya cukup datang ke BRISyariah dan menyerahkan harta geraknya
(emas,berlian ataupun logam mulia lainnya) untuk dititipkan disertai dengan copy
tanda pengenal. Staf BRI Syariah kemudian akan menjelaskan mekanisme, biaya-
biaya yang harus dikeluarkan, serta kemungkinan yang mungkin terjadi apabila
nasabah tidak mampu membayar yakni dilakukan lelang sesuai dengan syariah.
Jangka waktu gadai maksimal 120 hari (4 bulan), apabila ingin dilakukan
perpanjangan waktu, maka dilakukan dengan akad baru.
Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang yang
digadaikan tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan
sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan.
Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsic dan harga pasar yang telah
ditetapkan oleh BRISyariah. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan
adalah sebesar 93 % untuk logam mulia. Setelah melalui proses tersebut, maka
uang pinjaman yang dibutuhkan nasabah akan segera cair. Setelah itu, nasabah
akan mendapatkan sertifikat gadai guna menebus harta geraknya
4. Apakah nasabah harus memiliki/membuka rekening BRI Syariah? Berapa saldo
minimal yang harus dimiliki nasabah?
Nasabah tidak harus memiliki rekening di BRI Syariah, namun apabila ingin
membuka rekening maka diperbolehkan untuk membantu transaksi pembayaran,
misalnya bank bisa langsung memotong jumlah tabungan nasabah sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, tanpa nasabah repot-repot untuk
datang ke bank.
5. Barang apa saja yang dapat digadaikan di Bri Syariah? Apakah tanah, rumah atau
kendaraan bermotor dapat digadaikan? Jika iya, apakah yang digadaikan barang
atau BPKB/sertifikat saja?
BRI Syariah hanya menerima emas, perak, intan, berlian atau logam mulia lain.
Inilah perbedaan antara BRI Syariah dengan pegadaian.
6. Upaya apa yang akan dilakukan oleh BRI Syariah apabila nasabah tidak dapat
melunasi hutangnya?
Apabila sudah jatuh tempo pembayaran, nasabah belum melunasi kewajibannya
maka pihak BRI akan mengingatkan nasabah untuk segara membayar
kewajibannya. Apabila sudah diingatkan dan nasabah belum mampu membayar
maka barang yang digadaikan akan dilelang sesuai dengan tanggal yang sudah
ditetapkan pada saat akad dan lelang dilakukan sesuai dengan kaidah syariah.
Apabila dari hasil lelang terdapat kelebihan setelah dipotog biaya-biaya yang
diperlukan maka kelebihan tersebut menjadi milik nasabah, begitupun jika hasil
lelang belum mencukupi kewajiban yang harus dibayar oleh nasabah, maka
nasabah tersebut wajib memberikan tambahan dari kekurangan tersebut.
7. Bagaimana cara serta perhitungan biaya-biaya apabila nasabah ingin melakukan
perpanjangan waktu pelunasan?
Apabila nasabah ingin melakukan perpanjangan waktu gadai, maka dilakukan
dengan akad baru. Tidak ada biaya tambahan selain biaya seperti saat melakukan
akad gadai untuk pertama kalinya.
INVESTASI BERKEBUN EMAS SYARIAH
1. Apa yang dimaksud dengan investasi berkebun emas?
Berkebun Emas adalah teknik berinvestasi emas dengan modal awal yang
minimal namun dapat memperoleh emas dalam jumlah yang banyak dengan cara
memanfaatkan dana pinjaman dari produk Gadai iB BRIS.
2. Apakah ini termasuk produk BRI Syariah atau hanya layanan yang terdapat di
BRI Syariah?
Investasi berkebun emas bukanlah produk dari BRI Syariah. Pihak BRI Syariah
hanya memfasilitasi dengan produk Gadai iB BRIS. Karena untuk melakukan
investasi kebun emas instrumen utama yang dibutuhkan adalah produk gadai di
bank syariah. Adanya investasi kebun emas dijadikan BRIS sebagai salah satu
teknik pemasaran guna meningkatkan produk Gadai iB.
3. Bagaimana perkembangan investasi berkebun emas sampai saat ini? Sudah berapa
jumlah nasabah yang melakukan investasi berkebun emas di BRI Syariah?
Perkembangan investasi kebun emas ini cukup baik bahkan berkembang dengan
pesat. Salah satu cara yang dilakukan BRISyariah adalah melakukan kerjasama
dengan penemu metode kebun emas, Rully Kustandar, dengan melakukan
seminar-seminar investasi kebun emas yang dilakukan di berbagai kota. Cara ini
dirasa baik, karena biasanya para calon investor setelah menghadiri seminar,
maka besoknya langsung datang ke BRI Syariah untuk langsung mempraktikkan
hasil yang didapat dari seminar kebun emas. Hingga saat ini nasabah Gadai iB
BRIS sudah mencapai sekitar 9.900 nasabah.
4. Dari nasabah yang ada sampai saat ini, berapa jumlah emas yang terbanyak yang
dimiliki nasabah dalam investasi ini, dalam jangka waktu berapa lama dan berapa
keuntungan yang diperoleh nasabah tersebut?
Wah, saya tidak tahu pastinya, karena investasi ini tidak hanya digeluti oleh orang
per orang saja, bahkan beberapa toko emas pun melakukan investasi ini.Jadi
mereka menyimpan sebagian emasnya untuk mendapatkan tambahan modal.
Investasi ini berkembang dengan pesat. Ada yang sudah mencapai 1 Milyar
rupiah, jika harga 1 gram emas diumpamakan Rp 350.000,-, maka artinya ia
sudah menyimpan emasnya sekitar 2.857 kg di bank. Produk Gadai sebagai
instrumen utama dari investasi ini, dahulunya bisa dibilang lebih sering
dimanfaatkan oleh golongan menengah ke bawah karena mereka membutuhkan
dana untuk kebutuhan yang mendesak. Namun sekarang, produk Gadai ini tidak
hanya sering dimanfaatkan oleh golongan menengah ke bawah, tetapi lebih
banyak golongan menengah ke atas yang memanfaatkan produk Gadai untuk
melakukan investasi kebun emas.
5. Bagaimana mekanisme serta aplikasi investasi berkebun emas di BRI Syariah?
Beli emas batangan 25 gram di pasar / PT Aneka Tambang.Gadaikan emas yang
kita miliki tersebut di BRIS.Belilah emas batangan 25 gr di pasar/ PT Aneka
Tambang dengan dana pinjaman ditambah dana segar baru dari kantong
kita.Gadaikan emas yang telah kita beli tersebut. Jadi, jumlah emas yang telah
kita gadaikan adalah 50 gr.Belilah 25 gr emas batangan baru lagi dari dana
pinjaman ditambah dana segar baru lagi dari kantong kita.Gadaikan emas yang
baru saja kita beli tersebut sehingga emas yang kita gadaikan menjadi 75
gr.Belilah emas baru lagi dari dana pinjaman yang telah ditambah dana segar
baru.Simpan emas batangan yang baru saja kita beli (jangan digadaikan lagi) dan
tunggulah hingga kebutuhan mendesak atau hingga harga emas naik.
Hasil dari investasi ini juga dapat digunakan untuk sarana mempersiapkan
tabungan haji, pendidikan anak, dan keperluan lainnya.
6. Apakah ada syarat-syarat tertentu atau sesuai dengan aplikasi gadai?
Sesuai dengan syarat dan ketentuan dari produk Gadai iB BRIS.
8. Bagaimana melakukan perpanjangan akad rahn dalam investasi ini?(setiap berapa
bulan 1x atau tahunan)?
Jangka waktu untuk satu kali akad adalah 120 hari (4 bulan) sekali. Setelah 4
bulan, investor harus melakukan perpanjangan akad dengan melakukan akad baru.
9. Apakah dalam melakukan investasi ini, Bank juga menyediakan (menjual) emas
yang diinginkan nasabah, atau hanya menerima gadai?
Bank tidak menjual emas yang diinginkan nasabah, namun apabila nasabah
membutuhkan atau ingin membeli emas, maka BRI Syariah juga bekerjasama
dengan toko emas. BRI Syariah dapat memanggil atau memesankan kepada toko
emas tersebut sesuai dengan emas yang diinginkan nasabah.
10. Apakah ada biaya-biaya khusus yang dibebankan untuk melakukan investasi
berkebun emas ini atau hanya membayar biaya dari gadai syariah saja?
Tidak ada biaya yang dikelurkan untuk melakukan investasi kebun emas di
BRISyariah selain biaya yang dikenakan pada produk Gadai iB BRIS
11. Apakah ada ketentuan mengenai batas waktu dari investasi berkebun emas ini?
Pihak Bank menyarankan untuk melakukan investasi ini minimal 2 tahun.
12. Jenis emas apa yang dapat dijadikan investasi berkebun emas? Emas Perhiasan,
Koin Emas atau Emas Lantakan?
Disarankan emas lantakan agar tidak mengurangi harga jual
13. Bagaimana contoh perhitungan investasi berkebun emas di BRI Syariah?
Dapat dibaca pada lampiran berikutnya
14. Apa pertimbangan dan alasan DPS BRI menyetujui investasi berkebun emas
merupakan sebuah layanan yang terdapat di BRI Syariah?
Berdasarkan rencana Bank BRI Syariah dalam meningkatkan produk Gadai iB,
maka salah satu teknik pemasarannya adalah menggunakan teknik ‘Berkebun
Emas’. Opini DPS tentang ‘Berkebun Emas’ adalah tatacara atau teknik investasi
emas melalui teori ‘Berkebun Emas’ tidak bertentangan dengan kaidah syariah
Islam. Sepanjang investor mengetahui risisko-risiko dalam berinvestasi
emas,seperti : (1) fluktuasi harga emas; (2) biaya-biaya pada produk gadai iB
BRIS; (3) ketentuan dan penetapan tanggal lelang di Sertifikat Gadai Syarah.
Pihak BRIS juga menginformasikan risiko-risiko di produk Gadai iB BRIS dan
risiko fluktuasi harga emas. Investasi ini tidak ada unsur spekulasi, dimana
investor mengetahui bahwa dalam investasi barang berupa emas memerlukan
jangka waktu lama minimal 2 tahun atau kenaikan harga emas sebesar 30 %.
15. Apakah selama ini ada kendala-kendala yang terjadi dalam menyalurkan investasi
ini?
Pernah suatu saat terjadi, nasabah menggadaikan emas dan ternyata emas yang
digadaikan adalah emas palsu.