INVENTARISASI TUMBUHAN LIANA YANG …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL...
Transcript of INVENTARISASI TUMBUHAN LIANA YANG …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL...
INVENTARISASI TUMBUHAN LIANA YANG TERDAPAT
DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
Nova Welda1, Destien Atmi Arisandy,M.Pd.
2, Mareta Widiya,M.Pd.Si.
3
1Mahasiswa Program Studi Pend. Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau
2Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau
3Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pend. MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan liana yang
terdapat di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan juni 2017 di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Pengambilan data pada
penelitian ini yaitu Purposive Sampel dilaksanakan pada 3 lokasi penelitian
dengan 11 plot. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
tumbuhan liana yang ditemukan di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau yaitu 3 Devisi,
11 Genus, dan 11 Spesies. Jenis tumbuhan liana dari Divisi Magnoliophyta terdiri
dari 5 Ordo yaitu: Asterales, Ranunculales, Rubiales, Dioscoreales, dan Vitales.
Jenis tumbuhan liana dari Divisi Eukaryota terdiri dari 1 Ordo yaitu: Solanales.
Selanjutnya Divisi Tracheophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Piperales,
Ranunculales, Fahales, Cucurbitales, dan Arecales. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan liana pada penelitian ini adalah Temperatur (Suhu), Keasaman (pH),
kelembaban.
Kata Kunci: Inventarisasi, Tumbuhan Liana, Bukit Sulap.
LATAR BELAKANG
Indonesia suatu negara yang menghasilkan keragaman flora cukup melimpah
yang terdapat di berbagai daerah seperti di Sumatera. Sumatera merupakan salah
satu wilayah yang kaya akan sumber daya alam khususnya hutan ialah salah satu
sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan sehingga ekosistem didalamnya
harus tetap terjaga. Untuk menjaga dan melestarikan sumber daya alam tersebut
dilakukan dengan membuat taman nasional yang khususnya di Sumatera yaitu
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dimana TNKS ini mencakup beberapa
provinsi di Sumatera, seperti Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Bengkulu (Kausar 2010:133). Dalam hal ini Bukit Sulap yang berada di Kota
Lubuklinggau termasuk kawasan TNKS yang dijadikan zona pemanfaatan dan
pengembangan bagi ekosistem.
Bukit Sulap yaitu hutan lindung yang di jadikan objek wisata mempunyai
vegetasi yang bervariasi mulai dari lereng hingga puncak bukit. Bukit Sulap ini
memiliki ketinggian ± 470 meter sehingga kawasan hutan hujan tropis memiliki
kelembaban yang cukup tinggi (TNKS, 2013:8). Berdasarkan letak geografis
dan kondisi yang tersebut di atas, diperkirakan kawasan wisata Bukit Sulap
memiliki kekayaan tumbuhan liana yang cukup tinggi. Namun, hingga saat ini
belum banyak data tentang keanekaragaman tumbuhan liana yang dilaporkan.
Pemanfaatan Bukit Sulap sebagai sebuah kawasan hutan masih sebatas
pemanfaatan kepariwisataan. Sehingga untuk inventarisasi data mengenai
tumbuhan liana sangat penting dilakukan untuk mengetahui bidang keilmuan
tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman hutan merupakan proses yang
dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun
abiotik. Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah
tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan, liana,
herba dan semak belukar. Dengan demikian, tumbuhan liana termasuk kedalam
tumbuhan bawah pada ekosistem tumbuhan di hutan.
TINJAUAN UMUM TUMBUHAN LIANA
Liana merupakan spesies tumbuhan merambat. Tumbuhan ini memiliki
batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak mampu mendukung
tajuknya (Indriyanto, 2012:117). Liana merupakan tumbuhan yang merambat,
memanjat, atau menggantung. Menurut Iji, dkk (2015) istilah liana bukan
merupakan suatu pengelompokan dalam taksanomi tumbuhan melainkan suatu
pendeskripsian bagaimana suatu tanaman itu tumbuh. Liana merupakan tumbuhan
pemanjat, banyak ditemukan dihutan hujan tropis dan keberadaannya menambah
keragaman jenis pada struktur vertikal hutan hujan tropis (Setia, 2009:55).
Liana besar dihutan merupakan bagian vegetasi yang membentuk lapisan
tajuk hutan dan mampu mendesak tajuk pohon tempat bertumpu. Tajuk tumbuhan
liana juga mengisi lubang-lubang tajuk hutan di antara beberapa pohon dalam
tegakan hutan agar mendapatkan sinar matahari sebanyaknya, sehingga liana akan
memperapat dan mempertebal lapisan tajuk pohon penyangganya (Indriyanto,
2012:117). Tumbuhan liana merupakan salah satu ciri hutan tropika basah dengan
peran ekologis yang sangat besar tetapi terkadang berdampak negatif. Liana
menyumbang 2% dari bimasa per hektar dihutan tropis (Sirami, dkk. 2016:82-83).
Tumbuhan memanjat atau dikenal dengan nama liana adalah salah satu
jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis.
Liana merupakan tumbuhan yang tumbuh dengan cara menempel pada batang
pohon kemudian mendaki ke atas pohon tersebut. Tumbuhan ini menempel di
pohon inang tanpa menyerap sari-sari makanan. (Fitriana, 2008:44). Liana
merupakan tumbuhan merambat atau tidak dapat tumbuh tegak dengan sendiri
untuk mendukung pertumbuhannya, tumbuhan liana ini biasanya memanfaatkan
berbagai jenis pohon untuk merambat, tumbuhan liana sebagian dapat mencapai
lapisan tajuk dan menutupi tajuk inangnya.
CIRI-CIRI TUMBUHAN LIANA
Liana merupakan habitus tumbuhan yang dalam pertumbuhannya memerlukan
kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari.
Melimpahnya liana disuatu hutan dapat memenuhi pakan bagi hewan yang
menjadikan liana sebagai sumber pakan (Kasimin, 2014:3). Liana merupakan
tumbuhan memanjat, tidak dapat berdiri tegak tanpa penopang, tumbuhan liana ini
mempunyai diameter batang mencapai 15 cm dan panjang mencapai 70 m,
tumbuhan liana memanjat pohon lain sebagai penopangnya. Liana bersifat
komensal, yaitu mengambil keuntungan tetapi tidak merugikan tumbuhan
iinangnya (Setia, 2009:57-58).
Indriyanto (2012:92-93) tumbuhan liana sangat beranekaragam dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Perambat (leaners), yaitu liana yang tidak mempunyai perlengkapan
khusus untuk berpegangan pada tumbuhan penopang, contohnya
Plumbago capensis.
2. Liana berduri (Thorn lianas) yaitu liana yang mempunyai duri atau
penusuk pada batangnya untuk membantu liana menjangkau tumbuhan
penopangnya, contoh Bogainvillea sp.
3. Liana pembelit (Twiner) yaitu liana yang berupa herba (Herbaceous)
seluruh batangnya membelit mengelilingi batang tumbuhan penopangnya
contoh Ipomoea sp.
4. Liana bersulur (Tendril lianas) yaitu liana yang mempunyai sulur-sulur
yang dihasilkan secara khusus untuk membantu liana memanjat pada
tumbuhan penopang, contoh Cucurbitaceae sp dan Leguminosae sp.
Tumbuhan liana memanjat dan menopang pada batang tumbuhan lain
dengan bergelantungan atau melilit untuk mencapai suatu kanopi dengan
ketinggian tertentu (Setia, 2009:55). Tumbuhan liana membelit menggunakan
cabang pembelitnya berupa sulur daun, liana menggunakan sulur dahan agar dapat
memanjat pada pohon akan tumbuh dengan baik kondisi lingkungan yang lebih
lembab yakni 89% di dekatnya. Tujuan liana memanjat di pohon adalah untuk
mendapatkan sinar matahari yang cukup sebagai sumber utama pada proses
fotosintesis. Liana dan suhu 280 (Kasimin, 2014:7-8).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Deskriptif Kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan situasi atau peristiwa
tertentu dengan mengamati secara cermat dan hati-hati agar lebih akurat dan tepat
(Morissan, 2012:37). Data yang terkumpul diklasifikasikan menurut jenis, sifat,
atau kondisinya (Arikunto, 2010:3). Penelitian ini bersifat kualitatif karena data
yang telah terkumpul melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Margono, 2007:36).
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Bukit Sulap, Kelurahan Ulak surung
Kecamatan Lubuklinggau Utara II kota Lubuklinggau Propinsi Sumatera Selatan.
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017.
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali raffia, alat tulis,
pasak, meteran, kamera, Hygrometer, Soil Tester, Thermometer, Peta lokasi
wilayah bukit sulap. Bahan penelitian semua jenis tumbuhan liana yang tersebar
di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.
PROSEDUR PENELITIAN
langkah-langkah kerja dalam penelitian ini, yaitu:
1. Observasi pendahuluan untuk menentukan batas-batas lokasi penelitian
yang akan digunakan untuk penelitian di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.
20 m x 20 m
Area Objek Telkom
wisata pintu masuk
Salter 1 salter 2
2. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan, selanjutnya menghitung
luas wilayah yang akan di teliti, yaitu luas keseluruhan bukit sulap 210 ha
di ambil 0,2% sehingga luas lokasi penelitian adalah 0,42 ha atau 4200
(Simamora, 2013:33).
3. Menentukan luas 3 lokasi penelitian, terdiri lokasi A, B dan C yang akan
di amati seluas 0,42 ha = 4200 .
4. Menentukan lokasi penelitian A dibuat 4 plot, lokasi penelitian B dibuat
4 plot dan lokasi penelitian C dibuat 3 plot, jadi jumlah keseluruhan plot
ada 11 plot. Skema disajikan pada Gambar 3.1 dibawah ini
Area Objek Telkom
wisata pintu masuk
Salter 1 salter 2
Gambar 3.1 Skema Plot penelitian (Sumber: Desain Peneliti, 2017)
5. Mencatat nama tumbuhan liana yang ditemukan berdasarkan buku Flora
(Stennis, 2013)
6. Mengukur faktor lingkungan pada masing-masing lokasi yang meliputi
suhu udara, kelembaban udara, kelembaban tanah, pH tanah. Untuk
mengetahui kandungan unsur tersebut, diambil sampel tanah pada masing
masing lokasi penelitian.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengambilan sampel tumbuhan dalam penelitian ini dengan penentuan
petak ukur (plot) untuk mempermudah peneliti dalam penelitian tumbuhan liana
di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau dengan menggunakan teknik sampel secara
purposive yaitu meletakkan plot pada bagian hutan yang dianggap paling
mewakili habitat-habitat liana yaitu dengan peletakan sejumlah plot yang
berukuran 20 x 20 m pada 3 lokasi di kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau
Plot 10
Plot 11
Plot 9
Plot 5
Plot 6
Plot 7
Plot 8
Plot 1 Plot 2
Plot 3
Plot 4
yang secara kasat mata terlihat memiliki banyak tumbuhan liana yang menutupi
dengan jenis yang berbeda (Asrianny, 2008:24).
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif
kualitatif untuk menggambarkan macam-macam serta manfaat tumbuhan liana
sebagai buku acuan yaitu buku Flora karangan G. C. C. J. van Steenis (2013).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bukit Sulap kota
Lubuklinggau, hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
Hasil observasi awal terlihat secara kasat mata oleh peneliti banyak terdapat
tumbuhan liana yang berada di bukit sulap karena tujuan saat dilakukan observasi
peneliti untuk mengetahui kondisi lapangan jadi peneliti belum melakukan
penelitian yang sebenarnya setelah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui sepesies yang terdapat dibukit sulap maka hasil penelitian
menunjukkan bahwa tumbuhan liana yang ditemukan di Bukit Sulap Kota
Lubuklinggau tersebut terdiri dari 11 family, 11 genus, 11 spesies.
Table 4.1
Jenis Tumbuhan Liana di Kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau
No Gambar Klasifikasi dan Ciri-ciri
1
Mikania (Mikania micrantha)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Mikania
Spesies : Mikania micrantha Kunth
(Chaniago, 2011:4)
2
Mantangan (Merremia peltata)
Kingdom : Plantae
Divisi : Eukaryota
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Merremia
Spesies : Merremia peltata
(Chaniago, 2011:44)
3
Sirih (Piper betle)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle
(Chaniago, 2011:24)
4
Cincau rambat (Cyclea barbata)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Family : Menispermaceae
Genus : Cyclea
Spesies : Cyclea barbata
(Chaniago, 2011:34)
5
Brotowali (Tinospora crispa. L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Family : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora crispa (L).
(Chaniago, 2011:53)
6
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fahales
Family : Fabaceae
Genus : Psophocarpus
Spesies : Psophocarpus tetragonolobus
(Chaniago, 2011:27)
7
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Waluh atau Labu kuning (Cucurbita
moschata)
Genus : Cucurbita L.
Spesies : Cucurbita moschata
duchesne
(Chaniago, 2011:19)
8
Sembukan (Paederia scandens)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Paederia
Spesies : Paederia scandens
(Chaniago, 2011:15)
9
Rotan (Calamus rotang L)
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Calamus L.
Spesies : Calamus rotang L.
(Chaniago, 2011:12)
10
Uwi (Dioscorea hispida deenst)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Dioscoreales
Famili : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : D.hispida
(Chaniago, 2011:5)
11
Daun galing (Cayratia trifolia)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Vitales
Famili : Vitaceae
Genus : Cayratia
Spesies : Cayratia trifolia
(Restiani, 2013:5)
Tabel 4.1 Faktor Lingkungan Abiotik Pada Lokasi Penelitian A
Lokasi
Penelitian
pH
Tanah
Suhu
Udara ˚C Kelembaban
Udara % Kelembaban
Tanah %
A
7 29 72 2,5
7 31 75 1
7 30 77 1,5
7 29 77 1,4
B
6 27 73 2,1
6 28 73 1,4
6 28 75 1,8
6 27 80 1
C
5,5 27 71 1
5,5 28 71 1,5
5,5 27 72 1,5
Dari Tabel 4.5 Jenis tumbuhan liana yang dijumpai diberbagai
lingkungan terdapat lingkungan abiotik yang ikut mempengaruhinya.
Faktor abiotik yang terjadi pada lokasi penelitian C mempengaruhi
berlangsungnya kehidupan jenis tumbuhan liana di wilayah tersebut. Pada
lokasi penelitian C ini hanya ditemukan 5 jenis tumbuhan liana. pH pada
wilayah lokasi penelitian C adalah 5,5. Alat yang digunakan untuk
mengukur pH adalah Soil tester, suhu udara menggunakan Thermometer
dan kelembaban udara menggunakan Hygrometer. Suhu udara yang ada di
lokasi penelitian C 27˚C-28˚C, kelembaban udara 71%-72%, sedangkan
kelembaban tanah 1-1,5.
Perbandingan jenis tumbuhan liana yang terdapat pada setiap
lokasi yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Perbandingan tumbuhan liana pada setiap plot penelitian
No
Devisi
Ordo
Genus
Plot Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Magnoliophyta Asterales Mikania + + + + + + + + - - +
Ranunculales Tinospora - - - - - - - + + + +
Rubiales Paederia + - + + + + - + - + +
Dioscoreales Discorea - - + + + - - - - - -
Vitales Cayratia - - - - - - - - - + +
2 Eukaryota Solanales Merremia + + + + + + + + - + +
3 Tracheophyta Piperales Piper - - + + + - - - - - -
Ranunculales Cyclea + - - + - - - - - + +
Fahales Psophocarpus + + + + - + + - - - +
Cucurbitales Cucurbita L - + + + - - - - - - -
Arecales Calamus L - - - + + - - - + + +
Jumlah Genus Yang Ditemukan 6 5 8 10 7 5 4 4 2 6 8
Ket:
- = Tidak ditemukan
+ = Ditemukan
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa inventaris tumbuhan
liana di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau 3 Divisi, 11 Genus, dan 11 Spesies. Jenis
tumbuhan liana dari Divisi Magnoliophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Asterales,
Ranunculales, Rubiales, Dioscoreales, Vitales. Jenis tumbuhan liana dari Divisi
Eukaryota terdiri dari 1 Ordo yaitu: Solanales. Jenis tumbuhan liana dari Divisi
Tracheophyta terdiri dari 5 Ordo yaitu: Piperales, Ranunculales, Fahales,
Cucurbitales, Arecales, Fabales.
PEMBAHASAN
Liana tumbuhan memanjat, merambat, dan melilit pada batang, cabang,
dan tajuk pohon untuk mendapatkan sinar matahari. Menurut Indriyanto
(2008:117), menjelaskan pengertian liana merupakan tumbuhan yang akarnya
melekat pada tanah, tetapi batang dan daunnya menjulang pada tumbuhan lain
untuk memperoleh sumber cahaya matahari, liana merupakan spesies tumbuhan
merambat, memiliki batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga tidak
mampu mendukung tajuknya.
Tumbuhan liana sembung rambat (Mikania micrantha) merupakan liana
yang sering ditemukan lokasi ini dengan pH tanah 7 sedangkan suhu udara yang
diukur peneliti berkisar 29°C -31°C sedangkan kelembaban berkisar 72-77%.
Menurut Daru (2014:96) jenis-jenis tanaman ini biasanya tumbuh baik pada
intensitas penyinaran sebesar 40-60%. Sapi pada umumnya merenggut tanaman
ini, bahkan beberapa diantaranya memiliki kandungan zat makanan yang
berkualitas. hal ini disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara
langsung mendapatkan sinar matahari sehingga tumbuhan sembung rambat mudah
menyebar sangat cepat (Kholifah, 2016:14).
Tumbuhan liana yang sedikit ditemukan pada lokasi A ini adalah sirih
(Piper Betle) di bandingkan liana yang lain. Jenis Piper betle akan tumbuh baik
dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi faktor ekologi yang
mempengaruhi pertumbuhan dari sirih antara lain adalah ketinggian tempat dan
jenis tanah. Umumnya sirih ini tumbuh baik didaerah yang tanahnya berpasir dan
dengan kondisi hutan yang tidak terlalu rapat (Hamidun, 2015:4).
Tumbuhan mantangan hidup dengan baik pada kondisi area terbuka, maka
semakin luas lahan yang terbuka di sekitar area pertumbuhan mantangan, spesies
ini kemungkinan akan semakin mendominasi (Yansen, 2013:21). Menurut
(Pengembara, 2014:137) bahwa salah satu faktor abiotik mantangan adalah
rendahnya tutupan kanopi hutan dan tingginya sinar matahari.
Pada umumnya tumbuhan rotan dapat tumbuh pada daerah berawa, tanah
kering, hingga tanah pegunungan dengan ketinggian 2900 meter di atas
permukaan laut. Curah hujan tumbuhan rotan antara 2000 mm - 4000 mm
pertahun dengan suhu udara berkisar 240°C –330°C ketinggian 101-150 mdpl
merupakan ketinggian yang paling banyak ditemukan spesies tumbuhan rotan
(Umar 2014:6).
Faktor lingkungan tersebut antara lain suhu, kelembaban udara, intensitas
cahaya, pH tanah. Suhu yang diukur pada masing-masing ketinggian berkisar
antara 27°C-28°C menyatakan bahwa di dataran rendah khatulistiwa, suhu
biasanya berada pada kisaran 25°C sampai 30°C. Kisaran suhu di setiap habitat
rotan tersebut merupakan suhu optimum bagi rotan sehingga dapat mendukung
fotosintesis. Kisaran suhu optimal untuk fotosintesis bervariasi dengan spesies dan
ekotipe tetapi biasanya antara 18 dan 25°C untuk daerah sedang, dan kisaran
ekstrim antara -5 sampai 40°C bahwa kawasan dekat khatulistiwa terdapat variasi
musiman yang kecil dalam tekanan uap dan kelembaban udara rata - rata 80%.
Selain itu, pH tanah yang diukur oleh peneliti berkisar antara 5,5 C.
Hanafiah (2007) menyatakan bahwa tanaman tertentu menyukai kisaran
pH ideal tertentu pula. Pada kondisi pH 6,0-7,0 hampir semua jenis unsur hara
yang diperlukan tanaman berada dalam keadaan tersedia (available). Umar
(2014:8) menyatakan bahwa umumnya diperlukan pH optimum (antara pH 6
sampai pH 8) agar suatu enzim dapat berfungsi maksimum, selain itu aktifitas
enzim akan menurun pada pH yang lebih tinggi atau lebih rendah (ekstrim).
Sedangkan pada umumnya tumbuhan liana dapat hidup pada suhu udara
15°C-32 °C, pH 5,6-7, kelembaban udara 70-80%, serta intensitas cahaya 70-1500
lux, kelembaban dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan
keadaan lingkungan optimal bagi tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman
meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun, demikian pula
sebaliknya (Mukti, 2016:13).
Beberapa faktor abiotik yang sangat berperan penting dalam struktur dan
keragaman jenis tumbuhan liana misalnya faktor tipe hutan menurut Sirami
(2016:87) tipe hutan merupakan variabel yang menentukan penyebaran liana
berdasarkan cara hidup seperti memanjat, melilit, dan kepadatan jenis liana.
Kelembaban pada lingkungan hutan hujan tropis sangat diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan liana. Menurut Mohmamad (2014:53) salah satu faktor
yang mempengaruhi hidup tumbuhan liana adalah intensitas cahaya yang tinggi.
Intensitas cahaya yang tinggi dihutan karena rendah tutupan kanopi pada hutan
tersebut. Selain itu intensitas cahaya juga dipengaruhi oleh daerah liana yang
tumbuh seperti pada puncak atau lereng gunung.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis tumbuhan liana yang terdapat di bukit sulap kota lubuklinggau
yaitu: tumbuhan sembung rambat (Mikania micrantha), mantangan
(Merremia peltata), cincau rambat (Cyclea barbata), kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus), sembukan (Paederia scandens), sirih
(Piper betle), waluh/labu kuning (Curcubita moschata), rotan (Calamus
Sp), brotowali (Tinospora Crispa L.), uwi (Dioscorea hispida), daun
galing (Cayratia trifolia)
2. Faktor lingkungan abiotik yang baik untuk tumbuhan liana secara umum
seperti pH tanah 5,6-7, kelembaban 70%-86%, dan suhu udara 15°C-32°
yang mempengaruhi jenis tumbuhan liana yang berada di kawasan Bukit
Sulap.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Asrianny, M. & Oka, N.P. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Liana
(Tumbuhan Memanjat) pada Hutan Alam di Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin. Jurnal Perennial. Vol.5 No.1. 23-30.
Astari, R. 2013. Manajemen Pengelolaan Inventarisasi Guna Menunjang
Aktivitas Perbekalan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri
Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
Chaniago, Y. 2011. Mengenal Flora Dan Fauna Nusantara. Jakarta: CV. Rama
Edukasitama.
Daru, P. T. dkk. 2013. Potensi Hijauan Di Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai
Pakan Sapi Potong Di Kabupaten Kutai Kartanegara. Pastura. Vol. 3
No. 2 , 94 – 98.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
Faiha, A. 2015. Apotek Hidup. Jakarta: Genius Publisher.
Fitriana, R. 2008. Mengenal Hutan. Bandung: CV. Putra Setia.
Hamidun, S. M. 2015. Keanekaragaman Jenis Liana Dan Lichen Di Dataran
Rendah Suaka Margasatwa Nantu. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo
Iji, S. 2015. Keanekaragaman Jenis Liana di Dataran Rendah Suaka Margasatwa
Nantu Kabupaten Gorontalo. Skripsi tidak diterbitkan. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo.
Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. Bandar Lampung: PT. Bumi Aksara.
Irawati, H. 2014. Analisis Vegetasi Strata Pohon di Sepanjang Sempadan Sungai
Code Yogyakarta. Jurnal Bioedukatika. Vol.2 No.1. 11-15.
Islawati, 2016. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Kecamatan Lubuklinggau Timur
I. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: STKP-PGRI Lubuklinggau.
Kasimin, I. 2014. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jeni Liana di Kawasan
Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Skripsi
tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Kausar, 2010. Konflik Kepentingan Dibalik Konservasi Studi di Taman Nasional
Kerinci Sebelat (TNKS) Provinsi Jambi. Indonesia Journal of
Agricultural Economics (IJAE). Vol.2 No.1. Hlm 133-134.
Kholifah, S. 2013. Asosiasi Antara Gulma Dengan Serangga Diperkebunan The
Ptpn Xii Bantaran Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Lalu, S, 2007. Tumbuhan Menjalar Di Sekitar Kita. Bandung: CV. Geger Sunten.
Leksono, S. A. 2010. Ekologi. Bandung: Bayu Media.
Margono, S. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mohammad, W., dkk. 2014. Keanekaragaman Jenis Liana Berkayu di Hutan
Dataran Rendah Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah
Indonesia. Jurnal Biocelebes. Vol.8 No.2, 48-56.
Morissan, A.M. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Ningsih, H. 2009. Struktur Komunitas Pohon pada Tipe Lahan yang Dominan di
Desa Lubuk Beringin Kabupaten Bungo Jambi. Skripsi tidak diterbitkan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Pengembara, T. dkk. 2014. Laju Pertumbuhan Mantangan (Merremia Peltata L.
Merr.) Yang Tumbuh Melalui Regenerasi Vegetatif. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela. Vol.1 No.3,
133-139.
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, 2011. Malangnya
Hutanku. Jakarta: CV. Citraunggul Laksana.
Safitri, E. 2009. Identifikasi dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat di
Kecamatan Biru-Biru. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Setia, M.T. 2009. Peran Liana dalam Kehidupan Orang utan. Jurnal Vis Vitalis.
Vol.2 No.1. 78-13.
Simamora, H.T.T. dkk., 2013. Identifikasi Jenis Liana dan Tumbuhan
Penopangnya di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. Jurnal Sylva Lestari. Vol.3 No.2. 31-42.
Sirami, V.E., dkk. 2016. Struktur Keragaman dan Asosiasi Komunitas Tumbuhan
Pemanjat Dengan Populasi Alam Merbau di Taman Wisata Alam
Gunung Meja Manokwari-Papua Barat. Jurnal J. Manusia dan
Lingkungan. Vol.23 No.1. 82-91.
Siregar, D. 2004. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Steenis, V., dkk. 2013. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
TNKS, 2013. Desain Tapak Pengelolaan pariwisata Alam Zona Pemanfaatan
Bukit Sulap Taman Nasional Kerinci Seblat: Sungai Penuh Balai TNKS.
Umar, B.M. 2014. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Rotan (Calamus Sp) Di
Kawasan Cagar Alam Pulau Raja Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi
tidak diterbitkan. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Wardono, S. 2010. Lingkungan Hidup. Jakarta: Pilar Bambu Kuning.
Wiryono, 2012. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu: Badan Penerbitan
Fakultas Pertanian.