intubasi

20
PENDAHULUAN 12,14 Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja sendirian dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi. Dibutuhkan keberadaan seorang dokter anestesi untuk mengusahakan, menangani dan memelihara keadaan anestesi pasien. Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan napas menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan napas berjalan dengan baik. Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan melakukan tindakan intubasi endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke dalam saluran pernapasan bagian atas. Karena syarat utama yang harus diperhatikan dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas dan napas dapat berjalan dengan lancar serta teratur INTUBASI | 1

description

asd

Transcript of intubasi

Page 1: intubasi

PENDAHULUAN12,14

Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja

sendirian dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi.

Dibutuhkan keberadaan seorang dokter anestesi untuk mengusahakan, menangani dan

memelihara keadaan anestesi pasien. Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan

oleh seorang dokter ahli anestesi adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien

secara normal, tanpa pengaruh yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Salah

satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi adalah

menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh yang

berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan napas menjadi salah satu

bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari obat-

obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan napas

berjalan dengan baik. Salah satu usaha untuk menjaga jalan napas pasien adalah dengan

melakukan tindakan intubasi endotrakheal, yakni dengan memasukkan suatu pipa ke

dalam saluran pernapasan bagian atas. Karena syarat utama yang harus diperhatikan

dalam anestesi umum adalah menjaga agar jalan napas selalu bebas dan napas dapat

berjalan dengan lancar serta teratur

INTUBASI | 1

Page 2: intubasi

JENIS DAN PENGERTIAN12

INTUBASI

Intubasi dapat berupa intubasi farings dan intubasi trakea.

Intubasi farings adalah tindakan memasukkan pipa naso/orofaring ke dalam

faring sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah dibantu atau

dikendalikan. Dapat menggunakan :

• Pipa nasofarings

• Pipa orofarings

• Pipa S.

1. Pipa nasofarings : Terbuat dari karet atau plastik yang sangat lunak. Pada waktu

memasang alat ini, sebaiknya pipa nasofarings diberi pelicin (KYJelly) dan lubang hidung

disemprot dengan ”xylocain spray”, lebih-lebih pada penderita sadar atau stupor, atau

memasukkan pipa terlalu dalam. Tujuan ”xylocain spray” untuk menghindari

laringospasme.

2. Pipa Orofarings : Sering kita sebut Guedel.

3. Pipa S

INTUBASI TRAKEA

Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea

sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah dibantu atau dikendalikan.

Ekstubasi trakea adalah tindakan pengeluaran pipa endotrakeal.

- Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika :

a. Intubasi kembali akan menimbulkan kesulitan

INTUBASI | 2

Page 3: intubasi

b. Pasca ekstubasi ada resiko aspirasi

- Ekstubasi dilakukan umumnya pada anesthesia sudah ringan dengan catatan

tak akan terjadi spasme laring.

- Sebelum ekstubasi bersihkan rongga mulut laring faring dari sekret dan

cairan lainnya

Intubasi Endotrakeal tergantung dari penilaian, pengalaman dan kemampuan ada 2

macam :

Intubasi Orotrakeal

Intubasi Nasotrakeal

TUJUAN12

Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakeal adalah untuk membersihkan

saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah

aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi.

Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakeal :

a. Mempermudah pemberian anestesia.

b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran

pernafasan.

c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar,

lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).

d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.

e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.

f. Mengatasi obstruksi laring akut

PERLENGKAPAN1.Laringoskop

Laringoskop ada dua macam :

INTUBASI | 3

Page 4: intubasi

Laringoskop Magill, yaitu daun laringoskop lurus.

Laringoskop Macintosh, yaitu daun laringoskop bengkok.

Daun laringoskop yang lurus digunakan untuk mengangkat epiglottis secara

langsung, sedangkan daun yang bengkok yang dimasukkan kedalam valekula tepat

diatas epiglottis, mengangkat epiglottis tidak langsung dengan menarik frenulum

glosoepiglotis. Daun laringoskop yang bengkok tidak menyentuh larings dan karena itu

mungkin kurang traumatik dan kurang merangsang refleks, juga memberi ruangan lebih

luas untuk melihat dan memasukkan pipa. Intubasi pada anak memerlukan daun

laringoskop pediatri khusus.

2.Pipa endotrakea

Sebaiknya kita memilih pipa endotrakea dengan balon lunak volume besar

dengan tekanan rendah (high volome low pressure). Untuk anak kecil dan bayi pipa

endotrakea tanpa balon. Pipa sebaiknya dibuat dari plastik yang tidak iritatif. Pipa

Endotrakea terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2,5, sampai 10. Pada penderita gawat

nafas dan tidak sadar, intubasi trakea merupakan pilihan terakhir, karena cara ini agak

sukar dan harus berpengalaman.

Sebelum mengerjakan Intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS :

S: Scope, laringoskop dan stetoskop

T: Tubes, pipa endotrakeal

A: Airway tubes, pipa orofaring/nasofaring

T: Tape, plester

I: Introducer, stilet, mandren

C: Connector, sambungan-sambungan

S: Suction, penghisap lendir

INTUBASI | 4

Page 5: intubasi

CARA INTUBASI OROTRAKEA8

Untuk belajar intubasi orotrakea harus latihan dibawah supervisi sampai

sempurna. Sudah barang tentu pertama-tama harus dengan manekin intubasi dewasa

dan anak, kemudian pada penderita tetapi dalam keadaan teranestesi.

Urutan yang perlu diperhatikan :

1. Mintalah asisten jika mungkin.

2. Pilih, siapkan dan periksa perlengkapan :

a. Pilih ukuran pipa trakea yang tepat dan satu pipa cadangan dengan ukuran

lebih kecil.

b. Pilih ukuran dan jenis laringoskop yang tepat

c. Beri pelicin analgetika yang mudah larut dalam air pada pipa trakea.

d.Periksa balon dengan mengembangkan balon tersebut dan setelah itu

kempiskan lagi.

3. Letakkan penderita pada posisi telentang, dengan oksiput ditinggikan dan kepala

diekstensi sehingga trakea dan daun laringoskop berada dalam satu garis lurus.

4. Oksigenasi penderita, sebaiknya dengan oksigen 100% selama dua sampai tiga menit

(jika keadaan memungkinkan).

5. Memasukkan pipa endotrakea :

a. Mula-mula buka mulut penderita dengan tangan kanan penolong (gerak jari

menyilang).

INTUBASI | 5

Page 6: intubasi

b. Pegang gagang laringoskop erat-erat dengan tangan kiri dan masukkan daun

dari sudut kanan mulut penderita, dorong lidahnya ke kiri sehingga lapang pandangan

tidak dihalangi oleh lidah yang menyembur melewati sisi terbuka daun laringoskop.

Lindungi bibir dari cedera antara gigi dan laringoskop.

c. Masukkan pipa trakea dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut

penderita sambil melihat melalui daun laringoskop. Perhatikan ujung pipa dan balon

sewaktu melewati larings dan masukkan pipa lebih lanjut sehingga balon berada tepat di

bawah larings.

d. Mintalah asisten memegang pipa pada sudut bibir penderita.

e. Segera kembangkan balon untuk mencegah aspirasi.

f. Keluarkan daun laringoskop dan masukkan pipa orofarings atau penahan

gigitan.

g. Lakukan auskultasi kedua paru untuk menyingkirkan kemungkinan intubasi

bronkus (biasanya bronkus kanan).

6. Plesterlah pipa endotrakea dengan baik pada muka penderita.

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI 8,12,14:

Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal antara lain :

a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri

dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui

masker nasal.

INTUBASI | 6

Page 7: intubasi

b. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di

arteri.

c. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai

bronchial toilet.

d. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien

dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

e. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.

f. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan, karena pada

kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa

mengganggu pekerjaan ahli bedah.

g. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tidak

ada ketegangan.

h. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan mudah,

memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra

pulmonal.

i. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal.

j. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.

k. Tracheostomni.

l. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.

Indikasi intubasi nasal antara lain :

a. Bila oral tube menghalangi pekerjaan dokter bedah, misalnya tonsilektomi,

pencabutan gigi, operasi pada lidah.

b. Pemakaian laringoskop sulit karena keadaan anatomi pasien.

c. Bila direct vision pada intubasi gagal.

d. Pasien-pasien yang tidak sadar untuk memperbaiki jalan nafas.

Selain intubasi endotrakheal diindikasikan pada kasus-kasus di ruang bedah, ada

beberapa indikasi intubasi endotrakheal pada beberapa kasus nonsurgical, antara lain:

INTUBASI | 7

Page 8: intubasi

a. Asfiksia neonatorum yang berat.

b. Untuk melakukan resusitasi pada pasien yang tersumbat pernafasannya, depresi atau

abcent dan sering menimbulkan aspirasi.

c. Obstruksi laryngeal berat karena eksudat inflamatoir.

d. Pasien dengan atelektasis dan tanda eksudasi dalam paru-paru.

e. Pada pasien-pasien yang diperkirakan tidak sadar untuk waktu yang lebih lama dari 24

jam seharusnya diintubasi.

f. Pada post operative respiratory insufficiency.

Ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi endotrakheal antara lain :

a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk

dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada

beberapa kasus.

b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,

sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.

c. Henti napas

d. Fraktur basis cranii

e. Cedera wajah yang luas

KEMUNGKINAN TERJADI KESULITAN INTUBASI PADA :

Mandibula yang dalam

Orang gemuk

Leher pendek

Rahang atas lebih kedepan/prominent incisor

Rahang bawah kecil

Susah membuka mulut/mulut kecil

Kontraktur jaringan leher sebagai akibat combusio yang

menyebabkan flexi leher

Lidah besar

INTUBASI | 8

Page 9: intubasi

Tremor pada mulut,pharyng dan laryng

Perdarahan di daerah mulut

Abnormalitas pada servical spine termasuk achondroplasia karena

fleksi kepala pada leher di sendi atlantooccipital

Kesukaran membuka rahang, seperti multiple arthritis yang

menyerang sendi temporomandibuler, spondilitis, servical spine.

KEUNTUNGAN MEMAKAI PIPA ENDOTRAKEAL :

Dapat menghindarkan obstruksi jalan napas

Mencegah terjadinya spasme laring

Pemakaian artificial ventilator

Lambung penuh

Dead space dapat dikurangi seminimal mungkin

KERUGIAN MEMAKAI PIPA ENDOTRAKEAL :

Trauma pada : bibir, lidah, hidung, laring, faring

Diperlukan anestesi yang dalam

KOMPLIKASI

Komplikasi tindakan intubasi trakea dapat terjadi saat dilakukannya tindakan

laringoskopi dan intubasi, selama pipa endotrakeal dimasukkan dan setelah ekstubasi.

A. Komplikasi tindakan laringoskopi dan intubasi

1. Malposisi : Intubasi esofagus, intubasi endobronkial, malposisi laryngeal

Cuff.

2. Trauma jalan napas : kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa

mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula, dan

diseksi retrofaringeal.

3. Gangguan Refleks : Hipertensi, takikardi, tekanan intrakranial

INTUBASI | 9

Page 10: intubasi

meningkat, tekanan intraokular meningkat dan

spasme laring.

4. Malfungsi tuba : Perforasi cuff.

B. Komplikasi pemasukan pipa endotrakeal :

1. Malposisi : ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial,

malposisi laryngeal cuff.

2. Trauma jalan napas : inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit

hidung.

3. Malfungsi tuba : obstruksi.

C. Komplikasi setelah ekstubasi :

1. Trauma jalan napas : edema dan stenosis (glotis, subglotis, atau trakea),

suara serak/ parau (granuloma atau paralisis pita

suara), malfungsi dan aspirasi laring.

2. Gangguan Refleks : spasme laring.

INTUBASI PADA ANAK

Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan

dewasa , sehingga intubasi pada anak dan dewasa agaknya berbeda

1. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga lebih besar

2.Laring yang letaknya lebih anterior

3. epiglottis yang lebih panjang

4. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa

5. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway

Anestesi sebelum intubasi tidak penting bagi anakanak dengan berat badan

kurang dari 5 kg, dan dapat berbahaya.Risiko stridor meningkat karena pembengkakan

mukosa pada saluran pernapasan kecil akibat iritasi laring oleh pipa, peralatan atau

INTUBASI | 10

Page 11: intubasi

uap. Pipa tak bertutup yang cukup kecil untuk pengeluaran gas dapat dipakai. Suatu

bungkus tenggorokan akan menghentikan cairan melalui pipa yang masuk ke paru-paru.

Bayi kecil yang berat badannya kurang dari 5 kg tidak dapat mempertahankan

pemapasan spontan dengan pipa trakea yang sempit, sehingga harus diberikan

ventilasi.

Para ahli anestesi harus memutuskan antara penggunaan masker anestesi dan

intubasi. Penggunaan intubasi dapat dicapai dengan atau tanpa bantuan relaksan otot.

Pada anak yang kecil, atau jika terdapat kelainan saluran pernapasan, paling aman

untuk memperdalam anestesi sampai pipa dapat disisipkan sementara pernapasan

spontan berlangsung. Jika terdapat keraguan tentang kemampuan saluran pernapasan

untuk dilalui pipa, seorang ahli anestesi harus memperlihatkan bahwa ia dapat

memberikan ventilasi pada paru menggunakan kantong, dan masker sebelum membuat

penderita menjadi lumpuh dengan relaksan otot

Laringoskopi pada bayi dan anak tidak membutuhkan bantal kepala. Kepala bayi

terutama neonatus oksiputnya menonjol. Dengan adanya perbedaan anatomis pada

jalan nafas bagian atas, lebih mudah menggunakan laringoskop dengan bilah lurus

pada bayi.

Blade laringkoskop yang lebih kecil digunakan untuk anak, jenisnya tergantung

pada pilihan ahli anestesi dan adanya gangguan saluran pernapasan. Pipa trakea dipilih

berdasarkan prinsip babwa pipa yang dapat dibengkokkan tidak digunakan di bawab

nomor 7, dan dua nomor lebih rendah harus disiapkan bila diperlukan. Daerah aliran

udara paling sempit pada anak kecil adalah di bawah pita suara

Intubasi dalam keadaan sadar dikerjakan pada keadaan gawat atau diperkirakan

akan menjumpai kesulitan. Beberapa penulis menganjurkan intubasi sadar pada

neonatus usia kurang dari 10-14 hari . Hati-hati terhadap hipertensi dan meningginya

tekanan intrakranial yang mungkin dapat menyebabkan perdarahan dalam otak akibat

laringoskopi dan intubasi.

Lebih digemari intubasi sesudah tidur dengan atau tanpa pelumpuh otot. Kalau

tidak menggunakan pelumpuh otot, bayi atau anak ditidurkan sampai dalam lalu

INTUBASI | 11

Page 12: intubasi

diberikan analgesia topikal barn dikerjakan intubasi. Dengan pelumpuh otot digunakan

suksinil-kolin dosis 2 mg/kgBB secara intravena setelah bayi/anak tidur.

Pipa trakea pada bayi dan anak dipakai yang tembus pandang tanpa cuff. Untuk

usia diatas 5-6 tahun boleh dengan cuff pada kasus-kasus laparotomi atau jika

ditakutkan akan terjadi aspirasi. Secara kasar ukuran besarnya pipa trakea .sama

dengan besarnya jari kelingking atau besarnya lubang hidung.

Bayi prematur menggunakan pipa bergaris tengah 2.0-3.0 mm, bayi cukup

bulan 2.5-3.0 mm. Sampai 6 bulan 4.0 mm dan sam pail tahun 4.5 mm. Untuk usia

diatas 1 tahun digunakan minus sebagai berikut: Garis tengah bagian dalam pipa

trakea ialah : umur dalam tahun /4+ 4. 5 mm. Pilihlah pipa trakea yang paling besar

yang dapat masuk dengan sedikit longgar dan pada tekanan inspirasi 20-25 em H20

terjadi sedikit kebocoran. Dianjurkan menggunakan pipa mulut faring untuk fiksasi

pipa trakea supaya tidak terlipat.

Intubasi hidung tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan trauma,

perdarahan adenoid dan infeksi.

Peralatan dengan ruang rugi minimal, dan resistensi rendah seperti model T-Jackson

Rees harus digunakan. Neonatus harus dijaga agar tetap hangat, karena daerah

permukaan kulit yang luas dibandingkan massa tubuhnya, perkembangan system

pengaturan suhu yang belum berkembang, dan lemaknya masih merupakan penyekat

tubuh yang buruk. Suhu ruang bedah sekurang-kurangnya 22°C (75°F), selimut, dan

kasur hangat digunakan7.

INTUBASI PADA OPERASI DARURAT12

Pada operasi darurat dilakukan induksi cepat (crush induction) untuk mencegah

aspirasi selama tindakan intubasi. Diindikasikan terutama pada pasien dengan lambung

penuh. Selain peralatan intubasi dipersiapkan pula alat penghisap dan pipa

lambung.Pasien dipersiapkan dalam posisi setengah duduk atau terlentang dengan

posisi kepala lebih rendah.

INTUBASI | 12

Page 13: intubasi

Awali dengan pemberian O2 100% (praoksigenasi) selama 3-5 menit kemudian

obat pelumpuh otot nondepolarisasi ¼ dosis (prekurarisasi). Suntikan obat induksi cepat

diberikan sampai reflek bulu mata hilang.Tulang krikoid ditekan ke arah posterior

(Sellick manouver) dan kemudian obat pelumpuh otot depolarisasi diberikan dengan

dosis 1,5-2 kali dosis normal. Setelah itu baru dilakukan tindakan laringoskopi dan

intubasi. Bila pipa endotrakeal telah masuk, balon pipa (cuff) segera dikembangkan.

INTUBASI | 13

Page 14: intubasi

KESIMPULAN12,14

Sejak dilakukannya tindakan bedah, sebenarnya kalangan medis telah berusaha

untuk melakukan tindakan anestesi yang bertujuan untuk mengurangi dan

menghilangkan rasa nyeri atau rasa sakit. Pada prinsipnya, seorang penderita akan

dibuat tidak sadarkan diri dengan melakukan tindakan-tindakan yang sering dilakukan

secara fisik seperti memukul, mencekik dan lain sebagainya. Hal tersebut terpaksa

dilakukan agar pasien tidak merasa kesakitan dan akhirnya meloncat dari meja operasi

yang mengakibatkan terganggunya jalannya acara operasi.

Dalam suatu tindakan operasi, seorang dokter bedah tidak dapat bekerja

sendirian dalam membedah pasien sekaligus menciptakan keadaan anestesi.

Dibutuhkan keberadaan seorang dokter anestesi untuk mengusahakan, menangani dan

memelihara keadaan anestesi pasien. Tugas seorang dokter anestesi dalam suatu acara

operasi antara lain :

1. Menghilangkan rasa nyeri dan stress emosi selama dilakukannya proses pembedahan

atau prosedur medik lain.

2. Melakukan pengelolaan tindakan medik umum kepada pasien yang dioperasi,

menjaga fungsi organ-organ tubuh berjalan dalam batas normal sehingga keselamatan

pasien tetap terjaga.

3. Menciptakan kondisi operasi dengan sebaik mungkin agar dokter bedah dapat

melakukan tugasnya dengan mudah dan efektif.

Salah satu usaha yang mutlak harus dilakukan oleh seorang dokter ahli anestesi

adalah menjaga berjalannya fungsi organ tubuh pasien secara normal, tanpa pengaruh

yang berarti akibat proses pembedahan tersebut. Pengelolaan jalan napas menjadi salah

satu bagian yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi. Karena beberapa efek dari

obat-obatan yang dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi keadaan jalan

napas berjalan dengan baik.

INTUBASI | 14