Intervensi Keperawatan baruvftvtfvtffytfbfyfyufgyugnyugyugyuguyg
-
Upload
rany-kurnia-ardianto -
Category
Documents
-
view
253 -
download
0
description
Transcript of Intervensi Keperawatan baruvftvtfvtffytfbfyfyufgyugnyugyugyuguyg
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan ( Hasil yang
diharapkan dan kriteria
evaluasi)
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Nyeri akut b/d
tekanan kepala
pada servik, partus
lama, kontraksi
tidak efektif
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan Kebutuhan
rasa nyaman terpenuhi/
nyeri berkurang.
KH :
a. Klien tidak merasakan
nyeri lagi
b. Klien tampak rilek
c. Kontraksi uterus efektif
d. Kemajuan persalinan
baik
e. TTV dalam rentang
normal :
TD : 120/80 mmHg
Tindakan Observasi :
a. Tentukan sifat, lokasi dan
durasi nyeri, kaji kontraksi
uterus, hemiragic dan nyeri
tekan abdomen
b. Kaji intensitas nyeri klien
dengan skala nyeri.
c. Kaji stress psikologis/
pasangan dan respon
emosional terhadap
a. Membantu dalam
mendiagnosa dan memilih
tindakan, penekanan kepala
pada servik yang
berlangsung lama akan
menyebabkan nyeri.
b. Setiap individu mempunyai
tingkat ambang nyeri yang
berbeda, denga skala dapat
diketahui intensitas nyeri
klien.
c. Ansietas sebagai respon
terhadap situasi darurat
dapat memperberat derajat
28
N : 60-100 x/menit
RR :16-24 x/menit
S : 36,5-37,5 0C
kejadian
Tindakan Mandiri :
d. Berikan lingkungan yang
nyaman, tenang dan
aktivitas untuk
mengalihkan nyeri, Bantu
klien dalam menggunakan
metode relaksasi dan
jelaskan prosedur
e. Anjurkan dukungan social/
dukungan keluarga
Tindakan Kolaborasi :
ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan takut
nyeri
d. Teknik relaksasi dapat
mengalihkan perhatian
dan mengurangi rasa nyeri.
e. Dengan kehadiran keluarga
akan membuat klien
nyaman, dan dapat
mengurangi tingkat
kecemasan dalam melewati
persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian
terhadap nyeri akan
terhindari
29
f. Berikan narkotik atau
sedative sesuai instruksi
dokter
f. Pemberian narkotik atau
sedative dapat mengurangi
nyeri hebat.
2. Resiko tinggi
cedera terhadap
maternal (ibu) b/d
penurunan tonus
otot/poa kontraksi
otot, obstruksi
mekanis pada
penurunan janin,
keletihan maternal
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam tidak terjadi cedera
pada ibu.
KH :
a. Tidak ada laserasi derajat 3 atau 4.
b. Tidak ada ruptur
c. TTV dalam rentang
normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100 x/menit
RR :16-24 x/menit
S : 36,5-37,5 0C
Tindakan Observasi :
a. Tinjau ulang riwayat
persalinan, awitan dan
durasi
b. Kaji tingkat keletihan yang
menyertai,serta aktifitas
dan istirahat,sebelum
awitan persalinan
c. Kaji pola kontraksi uterus
secara manual atau secara
a. Membantu dalam
mengidentifikasi
kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan
diagnostik dan
intervensi yang tepat.
b. Kelelahan ibu yang
berlebihan
menimbulkan disfungsi
sekunder, atau mungkin
akibat dari persalinan
lama
30
elektronik.
Tindakan Mandiri :
d. Catat kondisi
serviks.pantau tanda
amnionitis.catat
peningkatan suhu atau
jumlah sel darah
putih;catat bau dan rabas
vagina
e. Catat penonjolan,posisi
janin dan presentase janin
c. Disfungsi kontraksi
dapat memperlama
persalinan,meningkakan
resiko komplikasi
maternal/janin
d. Serviks kaku atau tidak
siap tidak akan dilatasi,
menghambat penurunan
janin/kemajuan
persalinan. terjadi
amniositis secara
langsung dihubungkan
dengan lamanya
persalinan sehingga
melahirkan harus terjadi
dalam 24 jam setelah
pecah ketuban
e. Digunakan sebagai
31
f. Anjurkan klien berkemih
setiap1-2 jam.kaji terhadap
penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis
g. Tempatkan klien pada
posisi rekumben lateral dan
anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi
h. Bantu dengan persiapan
seksio sesaria sesuai
indikasi untuk malposisi,
CPD atau cincin bandl.
Tindakan Kolaborasi :
indikator dalam
mengidentifikasi
persalinan yang lama
f. Kandung kemih dapat
menghambat aktifitas
uterus dan
mempengaruhi
penurunan janin
g. Ambulasi dapat
membantu kekuatan
gravitasi dalam
merangsang pola
persalinan normal dan
dilatasi serviks
h. Melahirkan seksio sesari
segera diindifikasikan
untuk cincin bandl
untuk distres janin
karena CPD.
32
i. Siapkan untuk melahirkan
dengan forsep, bila perlu.
j. Gunakan rangsangan
outing untuk menghasilkan
oksitosin endogen,
ataumemulai infus
oksitosineksogen atau
prostaglandin.
k. Berikan narkotik atau
sedatif seperti morfin,
fenobarbnital,atau
sekobarbital, untuk tidur,
sesuai indikasi
i. Pada persalinan tahap II,
memerlukan penggunaan
forsep.
j. Dapat membantu
membedakan antara
persalinan sejati dan palsu.
Pada persalinan palsu,
kontraksi berhenti, pada
persalianan sejati, pola lebih
efektif dapat terjadi
mengikuti istrahat.
k. Morfin
membantumenigkatkan
sedasi berat dan
menghilangkan pola
kontraksi hipertonik
33
3. Risiko tinggi
cedera tehadap
janin
berhubungan
dengan
persalinan yang
lama,malpresentasi
janin, hipoksia,
asidosis jaringan,
abnormalitas pelvis
ibu, CPD
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam Cedera pada janin
dapat dihindari.
KH:
a. DJJ dalam batas normal
b. Kemajuan persalinan
baik
Tindakan Observasi :
a. Dapatkan data dasar DJJ
secara manual dan atau
elektronik, pantau dengan
sering perhatikan variasi
DJJ dan perubahan periodic
pada respon terhadap
kontraksi uterus.
Tindakan Mandiri :
b. Melakukan manuver
Leopold untuk menentukan
posis janin dan presentasi
a. DJJ harus direntang dari
120-160 dengan variasi rata-
rata percepatan dengan
variasi rata-rata, percepatan
dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerakan
janin dan kontraksi uterus.
b. Berbaring tranfersal atau
presensasi bokong
memerlukan kelahiran
sesarea. Abnormalitas lain
seperti presentasi wajah,
dagu, dan posterior juga
dapat memerlukan
intervensi khusus untuk
mencegah persalinan yang
34
c. Catat kemajuan persalinan
d. Catat DJJ bila ketuban
pecah setiap 15 menit
lama
c. Persalinan lama/
disfungsional dengan
perpanjangan fase laten
dapat menimbulkan masalah
kelelahan ibu, stress berat,
infeksi berat, haemoragi
karena atonia/ rupture
uterus. Menempatkan janin
pada resiko lebih tinggi
terhadap hipoksia dan
cedera
d. Perubahan pada tekanan
caitan amnion dengan
rupture atau variasi
deselerasi DJJ setelah robek
dapat menunjukkan
kompresi tali pusat yang
menurunkan transfer
35
e. Posisi klien pada posisi
punggung janin
oksigen kejanin
e. Meningkatkan perfusi
plasenta/ mencegah sindrom
hipotensif telentang
36