INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang...

13
Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-1 Bab 4 INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN SEBAGAI TINJAUAN PEMBELAJARAN Pada dasarnya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu : 1. Input control adalah masukan dari kegiatan perikanan yang dapat dikendalikan. Masukan yang dapat dikendalikan tersebut berupa jumlah armada penangkapan yang diperbolehkan untuk beroperasi. 2. Output control adalah keluaran dari kegiatan perikanan yang dapat dikontrol. Keluaran yang dapat dikontrol tersebut adalah jumlah tangkapan atau kuota tangkapan yang dipernolehkan. 3. Technical measures adalah ukuran teknis yang diperbolehkan dalam usaha penangkapan ikan. Sebagai contoh adalah jenis dan ukuran alat tangkap yang diperbolehkan, musim penangkapan yang diperbolehkan yang dianggap sesuai dengan sumberdaya ikan yang ada dan agar tetap berjalan berkelanjutan. 4. Ecosystem base management adalah pengelolaan perikanan yang berbasis pada ekosistem atau dikenal dengan istilah Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM). Pengelolaan perikanan harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan konektivitas antara ekosistem, hasil tangkapan, upaya penangkapan, dan permintaan konsumen. Keempat aspek tersebut harus terkoneksi dengan baik satu sama lainnya dan berjalan sinergis, sehingga tidak dapat dipungkiri pentingnya pengelolaan berbasis ekosistem untuk menjaga keberlanjutan sistem perikanan tersebut (Gambar 4.1).

Transcript of INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang...

Page 1: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-1

Bab 4

INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN

SEBAGAI TINJAUAN PEMBELAJARAN

Pada dasarnya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dapat dikelompokkan

menjadi lima, yaitu :

1. Input control adalah masukan dari kegiatan perikanan yang dapat dikendalikan.

Masukan yang dapat dikendalikan tersebut berupa jumlah armada penangkapan

yang diperbolehkan untuk beroperasi.

2. Output control adalah keluaran dari kegiatan perikanan yang dapat dikontrol.

Keluaran yang dapat dikontrol tersebut adalah jumlah tangkapan atau kuota

tangkapan yang dipernolehkan.

3. Technical measures adalah ukuran teknis yang diperbolehkan dalam usaha

penangkapan ikan. Sebagai contoh adalah jenis dan ukuran alat tangkap yang

diperbolehkan, musim penangkapan yang diperbolehkan yang dianggap sesuai

dengan sumberdaya ikan yang ada dan agar tetap berjalan berkelanjutan.

4. Ecosystem base management adalah pengelolaan perikanan yang berbasis

pada ekosistem atau dikenal dengan istilah Ecosystem Approach to Fisheries

Management (EAFM). Pengelolaan perikanan harus dilakukan secara komprehensif

dengan melibatkan konektivitas antara ekosistem, hasil tangkapan, upaya

penangkapan, dan permintaan konsumen. Keempat aspek tersebut harus

terkoneksi dengan baik satu sama lainnya dan berjalan sinergis, sehingga tidak

dapat dipungkiri pentingnya pengelolaan berbasis ekosistem untuk menjaga

keberlanjutan sistem perikanan tersebut (Gambar 4.1).

Page 2: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-2

Gambar 4.1 Keterkaitan Ekosistem dalam Pengelolaan Sistem Perikanan (sumber: http://worldoceanreview.com/en/wor-1/fisheries/causes-of-overfishing/)

5. Indirect economic instruments adalah alat pengontrol yang tidak secara

langsung dipergunakan namun merupakan hal penting yang sangat berpengaruh

pada kegiatan perikanan, sebagai contoh adalah pajak/retribusi ataupun subsidi.

Negara-negara maju di dunia pada umumnya telah melakukan 5 (lima) bentuk

pengelolaan perikanan seperti tersebut di atas, guna menjaga dan menjamin kegiatan

perikanannya dapat berlangsung secara berkelanjutan. Berikut ini adalah uraian

singkat bentuk international practices dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dari

beberapa negara (seperti: Jepang, Australia, dan United Kingdom untuk pengelolaan

perikanan tangkap berkelanjutan, dan Vietnam, China, dan Norwegia untuk

pengelolaan perikanan budidaya berkelanjutan) yang dapat dijadikan sebagai tinjauan

pembelajaran bagi Indonesia dan juga jika dimungkinkan dapat diadopsi yang

tentunya dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai karakteristik geografis

dan sosial-budaya Indonesia, yakni sebagai berikut:

4.1 Perikanan Tangkap

4.1.1 Jepang

Manajemen perikanan tangkap yang dilakukan oleh Jepang memfokuskan pada

jumlah alat tangkap dan jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan. Sebagai langkah

Page 3: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-3

manajemen yang dilakukan adalah dengan menetapkan input terkontrol dan output

terkontrol.

Input terkontrol yang dilakukan oleh Jepang adalah :

1. Ijin penangkapan : tidak sembarang orang boleh menangkap ikan, hanya nelayan

yang telah memiliki ijin yang boleh melakukan penangkapan ikan

2. Registrasi kapal penangkap ikan : kapal yang digunakan untuk menangkap ikan

adalah kapal yang sudah teregistrasi dan memiliki ijin untuk menangkap ikan di

laut.

Sedangkan untuk output terkontrol, pemerintah Jepang menetapkan jumlah

tangkapan ikan yang diperbolehkan untuk nelayan. Jumlah tersebut dihitung

berdasarkan :

1. Total Allowable Catch (TAC) : jumlah ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap,

jumlahnya dihitung dan ditentukan oleh pemerintah

2. Allowable Biological Catch (ABC) : jumlah tangkapan yang diperbolehkan

berdasarkan kondisi biologi ikan yang ditangkap

Sebagai penggerak dan untuk mempermudah kegiatan pengelolaan perikanan,

pemerintah Jepang membentuk beberapa organisasi yang berkonsentrasi pada

manajemen perikanan tangkap. Organisasi tersebut antara lain :

1. Fishery Agency (FA) yang merupakan bagian dari pemerintah nasional

2. Fisheries Research Agency (FRA) yang merupakan lembaga penelitian di bawah FA

3. Fisheries Experimental Centre yang bergerak dalam penelitian di tingkat

pemerintah daerah

4. Fishery Cooperative Association (FCA) adalah asosiasi/koperasi para pelaku usaha

perikanan, utamanya nelayan. Hampir semua nelayan terdaftar sebagai anggota

FCA. FCA memiliki beberapa fungsi diantaranya:

a. Sebagai pelelang atau pemasar ikan

b. Perbankan

c. Sarana pendidikan dan perkembangan teknologi

d. Pengelola perikanan

Lesson learning dari praktek pengelolaan usaha perikanan tangkap di Jepang,

antara lain adalah: (1) Sistem perijinan benar-benar dijadikan sebagai input control

bukan dikaitkan dengan besarnya penerimaan pajak atau non-pajak yang akan

Page 4: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-4

diterima, (2) Sistem kelembagaan organisasi pengelola pelaku usaha perikanan

tangkap yang terstruktur dan sistematis, dimana tidak ada pelaku usaha perikanan

tangkap yang berdiri sendiri atau individual, tetapi setiap pelaku usaha wajib menjadi

bagian atau anggota koperasi atau asosiasi, tergantung pada besarnya skala usaha.

4.1.2 Australia

Pemerintah negara bagian memiliki tanggung jawab untuk mengelola perikanan

Australia dalam 3 mil laut dari garis pantai. Sama halnya dengan Jepang, Australia juga

menerapkan input control dan output control.

Di bawah Manajemen Perikanan Act 1991, The Australian Fisheries Management

Authority (AFMA) dapat mengalokasikan empat jenis izin:

hak konsesi penangkapan ikan,

izin penangkapan ikan,

izin riset ilmiah, dan

izin penangkapan untuk kapal ikan asing.

Gambar 4.2 Peta Tata Cara Pengelolaan Perikanan Otoritas Australia (sumber: The Australian Fisheries Management Authority - AFMA, 2008)

(http://www.afma.gov.au/wp-content/uploads/2010/08/afz_map_20071213.pdf)

Page 5: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-5

Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa Australia telah memplotkan setiap

wilayah perairannya. Setiap wilayah perairan memiliki fungsi sebagai lokasi

penangkapan dari jenis ikan yang telah ditentukan sehingga armada dan alat tangkap

yang beroperasi juga terbatas sesuai dengan jenis ikan yang menjadi tujuan

tangkapan. Hal ini dilakukan untuk menghindari tumpang tindih antar para nelayan

serta mempermudah kontrol dari pemerintah.

Perikanan udang lebih dipusatkan di bagian utara Australia (Gambar 5.3).

Perikanan pelagis terutama tuna dan cakalang dipusatkan di bagian barat, selatan dan

timur Australia dengan penggunaan alat tangkap trawl. Sedangkan di bagian tenggara

dipusatkan untuk perikanan skala kecil yang menggunakan alat tangkap gillnet,

pancing dan perangkap dengan tujuan penangkapan kerang-kerangan, cumi-cumi dan

ikan pelagis kecil.

Gambar 4.3 Pengelolaan Perikanan Udang di Utara Wilayah Australia (sumber: The Australian Fisheries Management Authority - AFMA, 2005)

(http://www.afma.gov.au/fisheries/northern-prawn-fishery/)

Pemerintah Australia melalui lembaga risetnya, yakni Commonwealth Scientific

and Industrial Research Organisation (CSIRO) menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan

udang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan tiga aspek utamanya, yaitu:

aspek sumber daya, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi (Gambar 5.4).

1. Pada aspek sumberdaya dilakukan pengkajian stok udang untuk menetapkan

output terkontrol. Kemudian dibuat pemetaan untuk memudahkan nelayan untuk

memprediksi lokasi penangkapan. Selanjutnya kegiatan penangkapan udang

Page 6: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-6

diarahkan pada maximum economic yield agar kegiatan penangkapan berlangsung

efektif, efisien dan memberikan keuntungan yang optimal.

2. Pada aspek lingkungan/ekosistem yang pertama dilakukan adalah menjaga dan

melindungi daerah pemijahan dan nursery ground ikan yang terdiri dari daerah

padang lamun dan mangrove dari kegiatan penangkpan ikan. Kemudian dilakukan

penetapan pelolosan pada jaring trawl untuk membebaskan penyu dan hasil

tangkapan sampingan lainnya. Selanjutnya dilakukan pengawasan terhadap

sumberdaya ikan yang terancam punah maupun dilindungi.

3. Pada aspek ekonomi ditetapkan input terkontrol berupa jumlah, ukuran armada

penangkapan dan musim penangkapan yang diperbolehkan yang sesuai dengan

stok udang. Kegiatan penangkapan juga mempertimbangkan keefektifan dan

efisiensi kegiatan penangkapan ikan agar terdapat keuntungan dalam

pelaksanaannya.

Gambar 4.4 Pengelolaan Udang Berkelanjutan (sumber: CSIRO – Australian, 2009)

(http://csironewsblog.com/tag/northern-prawn-fishery/)

Lesson learning dari praktek pengelolaan usaha perikanan tangkap di

Australia, antara lain adalah adanya: (1) Pemetaan setiap wilayah perairannya untuk

lokasi penangkapan dari jenis ikan yang telah ditentukan sehingga armada dan alat

tangkap yang beroperasi juga terbatas sesuai dengan jenis ikan yang menjadi tujuan

tangkapan. Hal ini dilakukan untuk menghindari tumpang tindih pemanfaatan wilayah

Page 7: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-7

perairan antar para pelaku usaha penangkapan ikan atau para nelayan, sehingga

mempermudah Pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikannya, (2) Pelibatan

lembaga riset untuk mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan pada spesies

atau komoditas utama, mulai dari hulu hingga hilir.

4.1.3 United Kingdom (UK)

Pengelolaan perikanan di United Kingdom dilakukan dengan melakukan kontrol

terhadap input, output dan technical measures. Pengaturan input terkontrol dilakukan

dengan cara kapal ikan harus berlisensi, dan dalam aktivitas penangkapannya juga

menggunakan output kontrol berupa sistem kuota penangkapan yang diperbolehkan.

Selain itu untuk konservasi, tindakan teknisnya berdasarkan undang-undang Uni Eropa

yang meliputi ukuran minimum ikan, ukuran minimum mesh size, pembatasan area,

dan pembatasan pada beberapa jenis alat tangkap (technical measures).

Gambar 4.5 Cara Kerja Sistem Kuota di United Kingdom (sumber: Office for National Statistic/ONS, United Kingdom, 2010)

Page 8: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-8

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui cara kerja sistem kuota di Inggris.

Penentuan kuota dilakukan oleh Uni Eropa. Kemudian kuota tersebut dibagi

berdasarkan besarnya laut kepada negara-negara Eropa seperti New South Wales,

Irlandia Utara, Inggris dan Scotlandia. Dari kuota yang ditentukan Uni Eropa, Inggris

memperoleh kuota ikan pelagis 77,3%, ikan demersal 59% dan kerang-kerangan

47,5%. Pengaturan di Inngris dilakukan oleh Fish Producer Organisation (FPOs). FPOs

bertanggung jawab dalam mengelola kuota yang dialokasikan kepada mereka oleh

Pemerintah dan lebih dari 70% dari spesies kuota harus didaratkan oleh armada

Inggris. Anggota dari FPO yang memiliki armada berlebih dapat menjual kuotanya

pada nelayan yang lain.

Lesson learning dari praktek pengelolaan usaha perikanan tangkap di United

Kingdom, antara lain adalah adanya: (1) Sistem pengaturan input control yang

dikombinasikan dengan output control, yakni dengan cara kapal ikan harus berlisensi

dan diberi jatah kuota penangkapan yang diperbolehkan, (2) Sistem pengaturan

technical measures untuk kepentingan konservasi melalui regulasi yang mengatur

ukuran minimum ikan yang boleh dipasarkan, ukuran minimum mesh size (mata

jaring) yang digunakan, pembatasan area penangkapan, dan pembatasan beberapa

jenis alat tangkap yang diperbolehkan beroperasi di wilayah perairan tertentu.

4.2 Perikanan Budidaya

4.2.1 Vietnam

Vietnam sekarang dikenal sebagai salah satu negara terkemuka dalam bidang

akuakultur. Keberhasilan Vietnam menguasai pasar dunia ikan patin (Pangasianodon

hypophthalmus) adalah salah satu contoh dari pengelolaan usaha budidaya terpadu

yang berkelanjutan. Usaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai

tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil diterapkan.

Sekarang Vietnam adalah pengekspor produk ikan patin utama dunia dengan produksi

stabil sekitar 1.200.000 ton per tahun senilai sekitar USD 1 Milyar per tahun (FAO,

2014).

Pengelolaan usaha budidaya patin di Vietnam dilakukan dengan melakukan

kontrol terhadap: (1) input terutama standar prosedur operasi produksi benih patin

dan teknik pembesaran sehingga memenuhi persyaratan Best Aquaculture Practices,

Page 9: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-9

(2) output terutama kualitas produk primer serta produk turunannya sehingga dapat

memenuhi persyaratan standar Eropa dan Amerika Serikat untuk produk perikanan.

Pengaturan input terkontrol dilakukan dengan cara benih ikan harus berlisensi,

dan dalam aktivitas budidaya juga menggunakan output kontrol berupa sistem

budidaya perikanan yang ramah lingkungan serta memenuhi persyaratan Best

Aquaculture Practices. Selain itu, pada kontrol untuk end product, tindakan teknisnya

adalah zero waste product dimana semua bagian dari ikan patin dimanfaatkan (fillet,

kepala, kulit, jeroan ikan dan lain-lain semua dimanfaatkan dan tidak ada yang

terbuang menjadi limbah yang mencemari lingkungan.

Pada pengelolaan usaha budidaya patin di Vietnam terdapat tiga aspek yang

diperhatikan yaitu aspek sumberdaya, aspek lingkungan dan aspek ekonomi.

1. Pada aspek sumberdaya dilakukan pengkajian daya dukung lingkungan untuk

menetapkan besarnya biomassa ikan yang akan diproduksi. Kemudian dibuat

pemetaan untuk memudahkan pembudidaya untuk memprediksi lokasi usaha

budidaya. Selanjutnya kegiatan usaha budidaya diarahkan pada optimal economic

yield agar kegiatan budidaya berlangsung efektif, efisien dan memberikan

keuntungan yang optimal.

2. Pada aspek lingkungan/ekosistem yang pertama dilakukan adalah menjaga dan

melindungi agar limbah dari kegiatan budidaya tidak mencemari lingkungan

sekitarnya dengan penerapan Best Aquaculture Practices. Selanjutnya dilakukan

pengawasan terhadap kegiatan budidaya secara berkala dalam penerapan Best

Aquaculture Practices oleh lembaga yang ditunjuk Pemerintah Vietnam. Tujuan

dari aspek ini adalah agar usaha budidaya ikan patin di Vietnam dapat

berkelanjutan (sustainable).

3. Pada aspek ekonomi ditetapkan input terkontrol berupa persyaratan benih, pakan,

pupuk dan sarana produksi lainnya sesuai standar yang diperbolehkan yang sesuai

dengan teknologi budidaya yang diterapkan. Tujuan dari penetapan input

terkontrol tersebut adalah untuk menjamin keberhasilan usaha budidaya dengan

mempertimbangkan keefektifan dan efisiensi kegiatan budidaya ikan agar terdapat

keuntungan dalam pelaksanaannya.

Lesson learning dari praktek pengelolaan usaha budidaya patin di Vietnam

antara lain adalah: (1) produksi akuakultur menggunakan sistem intensif dapat

Page 10: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-10

dilakukan secara sustainable dengan penerapan pengawasan input, proses serta

output agar sesuai dengan standar Best Aquaculture Practices. Limbah budidaya dan

limbah end product diolah dan dimanfaatkan kembali sehingga meningkatkan efisiensi

usaha budidaya. (2) ada jaminan akses pembudidaya terhadap sumberdaya alam,

teknologi, sistem perbankan serta pasar, (3) ada dukungan kebijakan dari pemerintah

(supportive policies government) antara lain berupa peraturan tata ruang dan

peraturan perundangan yang jelas.

4.2.2 China

Negara China merupakan produsen akuakultur terbesar di dunia dengan total

produksi akuakultur di luar produksi rumput laut sebesar 41.108.306 ton pada tahun

2012, menyumbangkan 61,7% produk akuakultur dunia (FAO, 2014). Salah satu

usaha budidaya ikan yang berkembang dengan baik dan berkelanjutan (sustainable) di

China adalah sistem budidaya perikanan mina padi (rice field-fish culture). Sistem

budidaya mina padi di China sekarang merupakan salah satu sistem budidaya utama di

China. Disamping berkontribusi signifikan untuk ketahanan pangan dan sumber

penghasilan masyarakat pedalaman di China, pengembangan usaha sistem mina padi

berdasarkan keseimbangan ekosistem merupakan pendekatan penting dalam

pembangunan masyarakat pedalaman di China.

Pengelolaan usaha budidaya mina padi di China dilakukan dengan melakukan

kontrol terhadap (1) input terutama standar prosedur operasi (SOP) mina padi

berdasarkan prinsip rice–fish eco-culture systems and models, (2) output terutama

kualitas produk primer serta produk turunannya sehingga dapat memenuhi

persyaratan organic food production systems untuk produk perikanan.

Pengaturan input terkontrol dilakukan antara lain dengan cara mewajibkan

penggunaan bio-fertilizer serta penggunaan pupuk dan obat ramah lingkungan.

Manajemen budidaya dilakukan secara ramah lingkungan meliputi pemberian pakan,

pemupukan, kontrol hama dan penyakit dan manajemen kualitas air. Selain itu

pemerintah China juga menetapkan pola tanam mina disesuaikan dengan pola tanam

padi. Pada beberapa lokasi secara gradual sistem budidaya mina padi bertransformasi

menjadi sistem budidaya padi organik dan ikan organik. Label organik pada sistem

mina padi tersebut tidak hanya memberikan pendapatan tambahan bagi para pelaku

Page 11: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-11

usaha tetapi juga secara keseluruhan berkontribusi terhadap pengembangan

masyarakat pedesaan di China.

Pada pengelolaan usaha budidaya ikan sistem mina padi di China terdapat tiga

aspek yang diperhatikan yaitu aspek sumberdaya, aspek lingkungan dan aspek

ekonomi.

1. Pada aspek sumberdaya dilakukan pengkajian lokasi yang sesuai untuk usaha

mina padi. Kemudian dibuat peraturan untuk menjamin keberlangsungan usaha

mina padi seperti penetapan tata ruang dan peraturan terkait lainnya. Selanjutnya

kegiatan usaha budidaya mina padi diarahkan pada rice–fish eco-culture systems

and models agar kegiatan budidaya berlangsung secara berkelanjutan.

2. Pada aspek lingkungan/ekosistem yang pertama dilakukan adalah menjaga dan

melindungi agar ekosistem kegiatan budidaya mina padi tetap terjaga kualitas

lingkungannya serta tidak ada pencemaran baik yang berasal dari lingkungan luar

ataupun yang berasal dari kegiatan budidaya.. Selanjutnya dilakukan pengawasan

terhadap kegiatan budidaya secara berkala dalam penerapan manajemen

budidaya ramah lingkungan meliputi pengawasan pemberian pakan, pemupukan,

kontrol hama dan penyakit dan manajemen kualitas air.

3. Pada aspek ekonomi ditetapkan input terkontrol berupa diversifikasi jenis ikan

sesuai dengan teknologi yang dipakai serta permintaan pasar, penggunaan pakan

sefisien mungkin, pupuk untuk padi dikurangi dosisnya karena sebagian kebutuhan

nutrisi padi sudah didapatkan dari kotoran ikan dan sisa pakan. Tujuan dari

penetapan input terkontrol tersebut adalah untuk menjamin efisiensi kegiatan

budidaya ikan agar terdapat keuntungan dalam pelaksanaannya.

Lesson learning dari praktek pengelolaan usaha budidaya mina di China antara

lain adalah: (1) produksi akuakultur menggunakan sistem mina dapat dilakukan secara

sustainable dengan penerapan pengawasan input, proses serta output agar sesuai

dengan standar rice–fish eco-culture systems and models. Resiko kerusakan

lingkungan ditekan melalui minimalisasi penggunaan bahan kimia dan obat-obatan.

Sistem budidaya mina padi ini dapat diitingkatkan statusnya menjadi budidaya ikan

dan padi organik pada lokasi yang memenuhi persyaratan. (2) Sistem mina padi

merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan

pemakaian bersama sumberdaya alam untuk produksi ikan dan padi., (3) Dukungan

Page 12: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-12

dari pemerintah (supportive policies government) sangat penting terutama dalam

penentuan lokasi, pengaturan pola tanam serta penentuan tata ruang.

4.2.3 Norwegia

Negara Norwegia merupakan negara terkemuka di bidang budidaya laut

(mariculture) dengan komoditi utama ikan salmon dan ikan barramundi. Total

produksi budidaya laut Norwegia pada tahun 2012 mencapai angka 1.319.033 ton

(FAO, 2014). Salah satu usaha budidaya ikan yang berkembang dengan baik dan

berkelanjutan (sustainable) di Norwegia adalah sistem budidaya keramba jaring apung

(KJA) ikan barramundi di laut lepas (offshore).

Pengelolaan usaha budidaya ikan barramundi di laut lepas (offshore).dilakukan

dengan melakukan kontrol terhadap (1) input terutama kualitas dan ukuran (size)

benih ikan, kualitas pakan, pemakaian vaksin dan obat-obatan dan lain-lain harus

memenuhi standar Eropa untuk Best Aquaculture Practices (2) output terutama

kualitas produk harus dapat memenuhi persyaratan standar makanan Eropa dan

Amerika.

Pengaturan input terkontrol dilakukan antara lain dengan cara mewajibkan

penggunaan input produksi yang ramah lingkungan. Pemerintah Norwegia menerapkan

secara ketat ijin lokasi, pola tanam, serta SOP proses budidaya dan proses pengolahan

end product. Pada pengelolaan usaha budidaya markultur di Norwegia terdapat tiga

aspek yang diperhatikan yaitu aspek sumberdaya, aspek lingkungan dan aspek

ekonomi.

4. Pada aspek sumberdaya dilakukan pelaksanaan peraturan yang ketat untuk

menjamin kelestarian sumberdaya serta menjamin keberlangsungan usaha seperti

pembatasan ijin usaha, pembatasan konsesi ruang budidaya, penetapan tata

ruang dan peraturan terkait lainnya.

5. Pada aspek lingkungan/ekosistem dilakukan pengawasan yang ketat terhadap

kegiatan budidaya secara berkala meliputi pengawasan proses produksi budidaya

dan proses pengolahan hasil.

6. Pada aspek ekonomi pemerintah Norwegia menetapkan kebijakan yang

mendorong efisiensi kegiatan budidaya, penyediaan infrastruktur serta kebijakan

pro pasar untuk mendukung pemasaran produk marikultur Norwegia.

Page 13: INTERNATIONAL PRACTICES DALAM PENGELOLAAN · PDF fileUsaha budidaya ikan patin berkembang pesat di Vietnam mulai tahun 2000 pada saat teknik pemijahan buatan untuk ikan patin berhasil

Bab 4 International Practices dalam Pengelolaan Perikanan sebagai Tinjauan Pembelajaran Page 4-13

Lesson learning dari praktek pengelolaan akuakultur di Norwegia antara lain

adalah: (1) pengembangan infrastruktur pendukung usaha budidaya laut oleh

pemerintah sangat diperlukan untuk dapat mendukung pengembangan usaha

budidaya laut yang berdaya saing dan berkelanjutan (2) Dukungan dari pemerintah

(supportive policies government) sangat penting terutama dalam penentuan ijin

usaha/konsesi wilayah laut serta kejelasan penentuan tata ruang.