International Civil Law-4

32
HUKUM PERDATA HUKUM PERDATA INTERNASIONAL INTERNASIONAL Perkembangan Teori Statuta Perkembangan Teori Statuta Perancis Perancis Teori Statuta Belanda Teori Statuta Belanda Teori HPI Universal Teori HPI Universal

Transcript of International Civil Law-4

Page 1: International Civil Law-4

HUKUM PERDATA HUKUM PERDATA INTERNASIONALINTERNASIONAL

Perkembangan Teori Statuta PerancisPerkembangan Teori Statuta PerancisTeori Statuta BelandaTeori Statuta BelandaTeori HPI UniversalTeori HPI Universal

Page 2: International Civil Law-4

PERKEMBANGAN TEORI STATUTA DI PERKEMBANGAN TEORI STATUTA DI PRANCISPRANCIS

(Abad ke-16)(Abad ke-16)

Kota-kota di Perancis secara Kota-kota di Perancis secara de factode facto merupakan wilayah- merupakan wilayah-wilayah yang berkembang menjadi pusat-pusat wilayah yang berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan.perdagangan.

Kenyataan menunjukkan bahwa :Kenyataan menunjukkan bahwa :

- - Masing-masing propinsi memiliki sistem hukum lokalnya Masing-masing propinsi memiliki sistem hukum lokalnya sendiri (sendiri (CoutumeCoutume). Statuta = hukum lokal provinsi-provinsi.). Statuta = hukum lokal provinsi-provinsi.

- - Meningkatnya aktivitas perdagangan antar provinsi di Meningkatnya aktivitas perdagangan antar provinsi di Perancis mengakibatkan bertemunya kaidah-kaidah hukum Perancis mengakibatkan bertemunya kaidah-kaidah hukum pelbagai provinsi dalam konflik-konflik hukum antara pelbagai provinsi dalam konflik-konflik hukum antara provinsi.provinsi.

Page 3: International Civil Law-4

Para ahli hukum Perancis mendalami dan Para ahli hukum Perancis mendalami dan memodifikasi Statuta Italia.memodifikasi Statuta Italia.

Tokoh Statuta Perancis :Tokoh Statuta Perancis :

a. Dumoulin a. Dumoulin

b. D’Argentreb. D’Argentre

Page 4: International Civil Law-4

Pendapat DumoulinPendapat Dumoulin

Membicarakan mengenai Perjanjian / Kontrak yang menurut Membicarakan mengenai Perjanjian / Kontrak yang menurut Bartolus (Statuta Italia) dikategorikan sebagai Statuta Realia Bartolus (Statuta Italia) dikategorikan sebagai Statuta Realia (atau mixta menurut Post Glassator).(atau mixta menurut Post Glassator).

Pendapat Dumoulin :Pendapat Dumoulin :a. a. Pihak-pihak dalam perjanjian pada dasarnya memiliki Pihak-pihak dalam perjanjian pada dasarnya memiliki kebebasan berkontrak.kebebasan berkontrak.

b. b. Kebebasan berkontrak diwujudkan dalam kebebasan Kebebasan berkontrak diwujudkan dalam kebebasan memilih hukum yang hendak diberlakukan dalam kontrak.memilih hukum yang hendak diberlakukan dalam kontrak.

Page 5: International Civil Law-4

c. c. Kebebasan untuk memilih hukum mirip dengan Kebebasan untuk memilih hukum mirip dengan persoalan Status Personal seseorang.persoalan Status Personal seseorang.

d. d. Sebagai status personal, maka kebebasan ini Sebagai status personal, maka kebebasan ini melekat terus pada diri orang yang akan menjadi melekat terus pada diri orang yang akan menjadi pihak dalam perjanjian manapun ia berada dan pihak dalam perjanjian manapun ia berada dan membuat perjanjian.membuat perjanjian.

e. e. Karena itu, perjanjian seyogianya masuk dalam Karena itu, perjanjian seyogianya masuk dalam Statuta Personalia dan memiliki sifat ekstra Statuta Personalia dan memiliki sifat ekstra teritorial.teritorial.

Page 6: International Civil Law-4

Kesimpulan :Kesimpulan :

Dumoulin ingin memperluas ruang lingkup Dumoulin ingin memperluas ruang lingkup Statuta Personalia Bartolus dan Statuta Personalia Bartolus dan

memasukkan Perjanjian sebagai Statuta memasukkan Perjanjian sebagai Statuta Personalia.Personalia.

Page 7: International Civil Law-4

Pendapat D’ArgentrePendapat D’Argentre

D’Argentre berpendapat bahwa :D’Argentre berpendapat bahwa :

a.a. Banyak statuta yang mengatur kedudukan Banyak statuta yang mengatur kedudukan orang (personalia) tetapi dalam kaitannya orang (personalia) tetapi dalam kaitannya dengan hak milik atas suatu benda (realia);dengan hak milik atas suatu benda (realia);

b.b. Banyak statuta yang mengatur perbuatan-Banyak statuta yang mengatur perbuatan-perbuatan hukum (realia atau mixta) tetapi perbuatan hukum (realia atau mixta) tetapi dilakukan di wilayah provinsi tertentu.dilakukan di wilayah provinsi tertentu.

Page 8: International Civil Law-4

c. Statuta a & b harus dikategorikan sebagai c. Statuta a & b harus dikategorikan sebagai Statuta Realia karena isinya berkaitan erat Statuta Realia karena isinya berkaitan erat dengan wilayah propisi dari penguasa yang dengan wilayah propisi dari penguasa yang memberlakukan statuta itu.memberlakukan statuta itu.

d. Dalam kaitan itu yang harus diutamakan d. Dalam kaitan itu yang harus diutamakan adalah otonomi dari provinsi-provinsi, dan adalah otonomi dari provinsi-provinsi, dan bukan otonomi subjek hukum.bukan otonomi subjek hukum.

Page 9: International Civil Law-4

Kesimpulan :Kesimpulan :

D’Argentre memperluas ruang lingkup D’Argentre memperluas ruang lingkup Statuta Realia, dan memasukkan Statuta Realia, dan memasukkan

perjanjian-perjanjian dan perbuatan perjanjian-perjanjian dan perbuatan melawan hukum lainnya ke dalam melawan hukum lainnya ke dalam

lingkup Statuta Realia.lingkup Statuta Realia.

Page 10: International Civil Law-4

TEORI STATUTA BELANDATEORI STATUTA BELANDA

Prinsip dasar :Prinsip dasar :

Kedaulatan Eksklusif Negara. Jadi statuta yang Kedaulatan Eksklusif Negara. Jadi statuta yang dimaksud adalah Hukum Suatu Negara yang dimaksud adalah Hukum Suatu Negara yang berlaku di dalam teritorial suatu Negara.berlaku di dalam teritorial suatu Negara.

Tokoh Statuta Belanda :Tokoh Statuta Belanda :

a. Ulrik Huber (1636 – 1694)a. Ulrik Huber (1636 – 1694)

b. Jonannes Voet (1647 – 1714)b. Jonannes Voet (1647 – 1714)

Page 11: International Civil Law-4

Pandangan Ulrik HuberPandangan Ulrik Huber

Untuk menyelesaikan Perkara HPI, harus bertitik tolak Untuk menyelesaikan Perkara HPI, harus bertitik tolak pada 3 prinsip dasar :pada 3 prinsip dasar :

a. a. Hukum Negara hanya berlaku pada batas-batas Hukum Negara hanya berlaku pada batas-batas teritorial negara itu.teritorial negara itu.

b. b. Semua orang yang secara tetap atau sementara Semua orang yang secara tetap atau sementara berada dalam teritorial suatu negara berdaulat :berada dalam teritorial suatu negara berdaulat :

- Merupakan subjek hukum dari negara tersebut;Merupakan subjek hukum dari negara tersebut;- Tunduk serta terikat pada hukum negara tersebut.Tunduk serta terikat pada hukum negara tersebut.

Page 12: International Civil Law-4

c.c. Namun demikian berdasarkan prinsip Sopan Namun demikian berdasarkan prinsip Sopan Santun Antara Negara (Santun Antara Negara (comitas gentiumcomitas gentium), hukum ), hukum yang harus berlaku di negara asalnya tetap yang harus berlaku di negara asalnya tetap memiliki kekuatan berlaku dimana-mana, memiliki kekuatan berlaku dimana-mana, sepanjang tidak bertentangan dengan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan subjek hukum dari negara pemberi kepentingan subjek hukum dari negara pemberi pengakuan.pengakuan.

Page 13: International Civil Law-4

Suatu perbuatan hukum yang dilakukan di suatu tempat Suatu perbuatan hukum yang dilakukan di suatu tempat tertentu :tertentu :

- - Dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah menurut Dianggap sebagai perbuatan hukum yang sah menurut hukum setempat, harus diakui / dianggap sah juga di hukum setempat, harus diakui / dianggap sah juga di negara-negara lain, (termasuk di negara forum) meskipun negara-negara lain, (termasuk di negara forum) meskipun hukum negara lain itu mengganggap perbuatan semacam hukum negara lain itu mengganggap perbuatan semacam itu batal; atauitu batal; atau

- - Dianggap sebagai perbuatan melawan hukum menurut Dianggap sebagai perbuatan melawan hukum menurut hukum setempat, akan dianggap batal di manapun juga hukum setempat, akan dianggap batal di manapun juga termasuk di dalam wilayah negara forum.termasuk di dalam wilayah negara forum.

Page 14: International Civil Law-4

Kesimpulan :Kesimpulan :

- Setiap negara memiliki kedaulatan, sehingga Setiap negara memiliki kedaulatan, sehingga negara memiliki kewenangan penuh untuk negara memiliki kewenangan penuh untuk menetapkan kaidah-kaidah HPI-nya; tetapimenetapkan kaidah-kaidah HPI-nya; tetapi

- Dalam kenyataan, negara-negara itu tidak dapat Dalam kenyataan, negara-negara itu tidak dapat bertindak secara bebas, dalam arti bahwa bertindak secara bebas, dalam arti bahwa berdasarkan asas berdasarkan asas Comitas Gentium Comitas Gentium negara itu negara itu harus mengakui pelaksanaan suatu hak yang harus mengakui pelaksanaan suatu hak yang telah diperoleh secara sah di negara lain itu.telah diperoleh secara sah di negara lain itu.

Page 15: International Civil Law-4

Pandangan Johannes VoetPandangan Johannes Voet

Pemberlakuan hukum asing di suatu negara Pemberlakuan hukum asing di suatu negara bukan merupakan kewajiban Hukum bukan merupakan kewajiban Hukum Internasional (Publik) atau karena sifat Internasional (Publik) atau karena sifat hubungan HPI-nya.hubungan HPI-nya.

Suatu negara asing tidak dapat menuntut Suatu negara asing tidak dapat menuntut pengakuan / pemberlakuan kaidah hukumnya pengakuan / pemberlakuan kaidah hukumnya di dalam wilayah hukum suatu negara lain.di dalam wilayah hukum suatu negara lain.

Page 16: International Civil Law-4

Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum Karena itu, pengakuan atas berlakunya suatu hukum asing hanya dilakukan demi sopan santun asing hanya dilakukan demi sopan santun pergaulan antarnegara (pergaulan antarnegara (Comitas GentiumComitas Gentium).).

Namun demikian, asas Namun demikian, asas Comitas Gentium Comitas Gentium ini harus ini harus ditaati oleh setiap negara, dan asas ini harus ditaati oleh setiap negara, dan asas ini harus dianggap sebagai bagian dari sistem hukum dianggap sebagai bagian dari sistem hukum nasional negara itu.nasional negara itu.

Salah satu asas yang berkembang dari Statuta Salah satu asas yang berkembang dari Statuta Belanda adalah asas Belanda adalah asas Locus Regit ActumLocus Regit Actum, yaitu , yaitu ““tempat dimana perbuatan dilakukan akan tempat dimana perbuatan dilakukan akan menentukan bentuk hukum dari perbuatan itumenentukan bentuk hukum dari perbuatan itu”.”.

Page 17: International Civil Law-4

TEORI HPI UNIVERSALTEORI HPI UNIVERSAL(Abad XIX)(Abad XIX)

Pencetus Teori HPI Universal adalah Freidrich Pencetus Teori HPI Universal adalah Freidrich Carl v. Savigny di Jerman, didahului oleh Carl v. Savigny di Jerman, didahului oleh pemikir ahli hukum Jerman lain, C.G. von pemikir ahli hukum Jerman lain, C.G. von

Wachter.Wachter.

Page 18: International Civil Law-4

Pandangan C.G. Von WachterPandangan C.G. Von Wachter

Mengkritik Statuta Italia, karena dianggap Mengkritik Statuta Italia, karena dianggap menimbulkan ketidakpastian hukum, dan ia menolak menimbulkan ketidakpastian hukum, dan ia menolak sifat ekstrateritorial karena akan menyebabkan sifat ekstrateritorial karena akan menyebabkan timbulkan kewajiban hukum di negara asing.timbulkan kewajiban hukum di negara asing.

Asumsi Wachter :Asumsi Wachter :Hukum intern forum hanya dapat diterapkan pada Hukum intern forum hanya dapat diterapkan pada kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu, dalam kasus-kasus hukum lokal saja. Karena itu, dalam perkara-perkara HPI, forumlah yang harus perkara-perkara HPI, forumlah yang harus menyediakan kaidah-kaidah HPI atau yang menyediakan kaidah-kaidah HPI atau yang menentukan hukum apa yang harus berlaku.menentukan hukum apa yang harus berlaku.

Page 19: International Civil Law-4

Wachter berusaha meninggalkan klasifikasi ala teori Wachter berusaha meninggalkan klasifikasi ala teori Statuta, dan memusatkan perhatiannya pada Statuta, dan memusatkan perhatiannya pada penetapan hukum yang seharusnya berlaku penetapan hukum yang seharusnya berlaku terhadap hubungan hukum tertentu.terhadap hubungan hukum tertentu.

Titik tolak penentuan hukum yang seharusnya Titik tolak penentuan hukum yang seharusnya diberlakukan adalah hukum dari tempat yang diberlakukan adalah hukum dari tempat yang merupakan merupakan LEGAL SEATLEGAL SEAT (tempat kedudukan) (tempat kedudukan) dari dimulainya suatu hubungan hukum tertentu.dari dimulainya suatu hubungan hukum tertentu.

Page 20: International Civil Law-4

Perkara HPI sebagai suatu hubungan hukum mulai Perkara HPI sebagai suatu hubungan hukum mulai ada sejak perkara itu diajukan di suatu forum ada sejak perkara itu diajukan di suatu forum tertentu.tertentu.

Karena itu forum pengadilan itulah yang harus Karena itu forum pengadilan itulah yang harus dianggap sebagai tempat kedudukan hukum (dianggap sebagai tempat kedudukan hukum (Legal Legal SeatSeat) perkara yang bersangkutan.) perkara yang bersangkutan.

Karena forum merupakan “Karena forum merupakan “legal seatlegal seat”, maka ”, maka Lex Lex ForiFori-lah yang harus diberlakukan sebagai hukum -lah yang harus diberlakukan sebagai hukum yang berwenang menentukan hukum apa yang yang berwenang menentukan hukum apa yang dapat berlaku dalam perkara HPI.dapat berlaku dalam perkara HPI.

Page 21: International Civil Law-4

PANDANGAN F.C VON SAVIGNYPANDANGAN F.C VON SAVIGNY

Menggunakan konsepsi “Menggunakan konsepsi “Legal SeatLegal Seat” dengan ” dengan asumsi bahwa untuk setiap jenis hubungan asumsi bahwa untuk setiap jenis hubungan hukum, dapat ditentukan hukum, dapat ditentukan Legal SeatLegal Seat / Tempat / Tempat Kedudukan Hukum, dengan melihat pada Kedudukan Hukum, dengan melihat pada hakikat hubungan itu.hakikat hubungan itu.

Bila hendak menentukan aturan hukum yang Bila hendak menentukan aturan hukum yang seharusnya diberlakukan, Hakim wajib seharusnya diberlakukan, Hakim wajib menentukan tempat kedudukan hukum / menentukan tempat kedudukan hukum / legal legal seatseat dari hubungan itu. dari hubungan itu.

Page 22: International Civil Law-4

Caranya : dengan melokalisasi tempat Caranya : dengan melokalisasi tempat kedudukan hukum dan hubungan hukum itu kedudukan hukum dan hubungan hukum itu dengan bantuan titik-titik taut.dengan bantuan titik-titik taut.

Bila tempat kedudukan hukum dari suatu jenis Bila tempat kedudukan hukum dari suatu jenis hubungan hukum telah dapat ditentukan, hubungan hukum telah dapat ditentukan, maka Sistem Hukum dari Tempat itulah yang maka Sistem Hukum dari Tempat itulah yang digunakan sebagai digunakan sebagai Lex CauseLex Cause..

Page 23: International Civil Law-4

Setelah tempat kedudukan hukum itu dilokalisasi, Setelah tempat kedudukan hukum itu dilokalisasi, maka dibentuklah asas hukum yang bersifat maka dibentuklah asas hukum yang bersifat universal yang dapat digunakan untuk menentukan universal yang dapat digunakan untuk menentukan hukum yang berlaku.hukum yang berlaku.

Terpusatnya titik-titik taut pada suatu tempat tertentu Terpusatnya titik-titik taut pada suatu tempat tertentu akan menunjukkan bahwa tempat tersebutlah yang akan menunjukkan bahwa tempat tersebutlah yang menjadi menjadi centre of gravity centre of gravity (pusat gaya berat).(pusat gaya berat).

Page 24: International Civil Law-4

Perlu disadari bahwa sebuah kaidah HPI Perlu disadari bahwa sebuah kaidah HPI berdasarkan pendekatan ini sebenarnya berdasarkan pendekatan ini sebenarnya digunakan untuk menunjuk ke arah sistem hukum digunakan untuk menunjuk ke arah sistem hukum suatu negara yang akan menjadi suatu negara yang akan menjadi Lex CauseLex Cause, atau , atau yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan hukum. persoalan hukum.

Lex Cause Lex Cause ini yang harus diberlakuan untuk ini yang harus diberlakuan untuk menjawab semua menjawab semua legal issues legal issues dari perkara yang dari perkara yang dihadapi.dihadapi.

Page 25: International Civil Law-4

Contoh :Contoh :

Sarah, merupakan seorang pengusaha berkewarganegaraan Sarah, merupakan seorang pengusaha berkewarganegaraan Inggris dan keturunan India. Sarah mengadakan perjanjian Inggris dan keturunan India. Sarah mengadakan perjanjian jual beli mobil dengan Beni, seorang pelajar jual beli mobil dengan Beni, seorang pelajar berkewarganegaraan Indonesia yang sedang menjalankan berkewarganegaraan Indonesia yang sedang menjalankan studinya di Belanda. Perjanjian jual beli mobil tersebut studinya di Belanda. Perjanjian jual beli mobil tersebut dibuat di Indonesia dengan menggunakan bahasa Inggris. dibuat di Indonesia dengan menggunakan bahasa Inggris. Setelah perjanjian ditandatangani, Sarah kemudian secara Setelah perjanjian ditandatangani, Sarah kemudian secara sepihak membatalkan perjanjian dan menjual mobil sepihak membatalkan perjanjian dan menjual mobil tersebut kepada orang lain. Beni yang tidak menerima tersebut kepada orang lain. Beni yang tidak menerima perbuatan Sarah tersebut kemudian mengajukan gugatan perbuatan Sarah tersebut kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Indonesia.ke Pengadilan Indonesia.

Page 26: International Civil Law-4

Statuta Italia :Statuta Italia :

Perkara dikualifikasikan sebagai Statuta Perkara dikualifikasikan sebagai Statuta MixtaMixta..

Lex CauseLex Cause : Indonesia (tempat perbuatan : Indonesia (tempat perbuatan dilakukan)dilakukan)

Page 27: International Civil Law-4

Statuta Perancis (Dumolin) :Statuta Perancis (Dumolin) :

Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Personalia.Personalia.

Lex Cause : Inggris (tempat kewarganegaraan Lex Cause : Inggris (tempat kewarganegaraan Sarah)Sarah)

Page 28: International Civil Law-4

Statuta Perancis (D’Argentre):Statuta Perancis (D’Argentre):

Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Perkara dikualifikasikan sebagai statuta Realia.Realia.

Lex Cause Lex Cause : Indonesia : Indonesia

Page 29: International Civil Law-4

HPI Universal :HPI Universal :

Titik Taut :Titik Taut :

- Kewarganegaraan Tergugat (Ing)Kewarganegaraan Tergugat (Ing)

- Kewarganegaraan Penggugat (Ind)Kewarganegaraan Penggugat (Ind)

- Tempat Pembuatan Perjanjian (Ind)Tempat Pembuatan Perjanjian (Ind)

Legal Seat = Lex Cause = IndonesiaLegal Seat = Lex Cause = Indonesia

Page 30: International Civil Law-4

Contoh :Contoh :

A merupakan warga negara Indonesia yang menikah A merupakan warga negara Indonesia yang menikah dengan B, warga negara Inggris. Setelah menikah, A dengan B, warga negara Inggris. Setelah menikah, A menjual tanahnya yang terletak di India kepada B. menjual tanahnya yang terletak di India kepada B. Perjanjian dibuat di Indonesia. 1 tahun kemudian, A Perjanjian dibuat di Indonesia. 1 tahun kemudian, A hendak membatalkan perjanjian jual beli tersebut, hendak membatalkan perjanjian jual beli tersebut, karena berdasarkan hukum Indonesia perjanjian karena berdasarkan hukum Indonesia perjanjian antara suami istri adalah dilarang. A mengajukan antara suami istri adalah dilarang. A mengajukan pembatalan di pengadilan India.pembatalan di pengadilan India.

Page 31: International Civil Law-4

Statuta Belanda (Ulrik Hubert) :Statuta Belanda (Ulrik Hubert) :

Perjanjian dianggap tidak sah, karena Perjanjian dianggap tidak sah, karena berdasarkan hukum Indonesia perjanjian berdasarkan hukum Indonesia perjanjian tersebut adalah tidak sah (tersebut adalah tidak sah (Commitas Commitas GentiumGentium).).

Page 32: International Civil Law-4

Bila perkara diajukan di Pengadilan Inggris, Bila perkara diajukan di Pengadilan Inggris, dan Hukum Inggris menyatakan perjanjian jual dan Hukum Inggris menyatakan perjanjian jual beli antara suami istri adalah sah, maka :beli antara suami istri adalah sah, maka :

Perjanjian akan dianggap sebagai perjanjian Perjanjian akan dianggap sebagai perjanjian yang sah, karena terdapat kepentingan subjek yang sah, karena terdapat kepentingan subjek hukum Inggris sehingga hukum Inggris sehingga commitas gentiumcommitas gentium tidak belaku.tidak belaku.