interaksi obat dan makanan

38
Farmakologi Interaksi Obat dan Makanan Nila Krisnasari Nisrina Harnesh Nur Nida Fitroh Nurul Nazahah Pundra Dara Avindarin Priskilla Esadianti Rizka Maulidya Sekar Ayu Fadhilah Siti Aulia Susilawati Tasya Khaerunisa Vemby Viagrahati DosenPembimbing : Ivans Panduwiguna, S.Si., M.Farm., Apt Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

description

farmakologi

Transcript of interaksi obat dan makanan

Page 1: interaksi obat dan makanan

FarmakologiInteraksi Obat dan Makanan

Nila Krisnasari

Nisrina Harnesh

Nur Nida Fitroh

Nurul Nazahah

Pundra Dara Avindarin

Priskilla Esadianti

Rizka Maulidya

Sekar Ayu Fadhilah

Siti Aulia

Susilawati

Tasya Khaerunisa

Vemby Viagrahati

DosenPembimbing :

Ivans Panduwiguna, S.Si., M.Farm., Apt

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

Jurusan Gizi 2015

Page 2: interaksi obat dan makanan

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.atas segala rahmat-Nya, sehingga tim

penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Farmakologi dengan materi Interaksi Obat dan

Makanan.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam matakuliah

Farmakologi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa akan mengerti lebih dalam

tentang Interaksi Obat dan Makanan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen

mata kuliah Farmakologi yang telah membimbing dan terimakasih kepada teman-teman yang

telah mendukung sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari makalah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu tim penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas

makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 25 November 2015

Penulis

Page 3: interaksi obat dan makanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu

meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan

atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta

obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil

yang buruk atau tidak terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat. Namun juga

dapat terjadi antar obat dengan makanan. Banyak orang yang menganggap remah terhadap

hal ini padahal, hal ini sangat perlu diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika

berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan kinerja obat namun ada jugajenis obat

yang jika bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan kerja obat dalam tubuh,

bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh. Dalam dunia veteriner ataupun

peternakan, tentu ilmu farmakologi dan ilmu pakan hewan sangat berkaitan dan penting

karena kedua ilmu ini mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan

kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan akan

sangat berbahaya jika kedua bidang ilmu ini tidak berjalan seimbang atau berat sebelah.

Karena akan menetukan kelanjutan hidup dari hewan tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu

diketahui dan dipahami dengan benar hal tentang interaksi obat dengan makanan agar dapat

terwujudkan keserasian antara pakan dan kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas hidup

hewan serta kesehatan masyarakat veteriner untuk kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai

berikut:

1. Apa itu interaksi obat beserta mekanismenya?

2. Apa itu interaksi obat dengan makanan?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi interaksi obat dengan makanan?

Page 4: interaksi obat dan makanan

4. Fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan?

5. Obat apa sajakah yang memberikan efek positif bagi tubuh?

6. Obat apa sajakah yang dapat menurunkan kinerja tubuh?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari interaksi obat beserta mekanismenya.

2. Mengetahui dan memahani apa itu interaksi obat dengan makanan.

3. Mengetahui fase apa saja yang terjadi dalam interaksi obat dengan makanan.

4. Mengetahui dan memahami jenis-jenis obat yang memberikan efek positif bagi tubuh.

5. Mengetahui dan memahami jeni-jenis obat yang dapat menurunkan kinerja tubuh.

Page 5: interaksi obat dan makanan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi

obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang

signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas atau

pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan

batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,

antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa

digunakan bersama-sama.

Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :

a. Dokumentasinya masih sangat kurang

b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme

dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa

peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,

sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah

parahnya penyakit pasien

c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana

populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa

juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor

penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor

lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

2.2 Mekanisme Interaksi ObatInteraksi diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan dalam proses farmakokinetik

maupun farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma

obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Interaksi farmakokinetik

diakibatkan oleh perubahan laju atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan

Page 6: interaksi obat dan makanan

ekskresi. Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat

untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi

farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya =

2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek

B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi

A+B = 0). Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah perubahan efek

pada jaringan atau reseptor.

Mekanisme interaksi obat:

1. Interaksi Farmakokinetika

Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme,

atau ekskresi.

a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah.

Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan

kelarutan obat dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah

dalam organ pencernaan (meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan

lambung). Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan

mengalami proses –proses sebagai berikut :

1. Obat disimpan dalam depo jaringan.

2. Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin.

3. Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor

sel khas dan menimbulkan respon biologis.

4. Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur

kemungkinan yaitu : 

Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami

metabolisme akan menghasilkan senyawa aktif, kemudian

berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon

biologis ( bioaktivasi).

Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang

lebih polar dan tidak aktif, kemudian diekskresikan

(bioinaktivasi).

Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit

yang bersifat toksik (biotoksifikasi).

5. Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan.

Page 7: interaksi obat dan makanan

b. Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas atau aktif

dan obat terikat atau tidak aktif.

c.Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat)

dan inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat).

d. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi

obat) dan penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat).

Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus

fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang dapat

berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional

khas, menghasilkan respon biologis tertentu.

2. Interaksi Farmakodinamik

Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor

tidak langsung, gangguan cairan dan elektrolit.

Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :

a. Individu usia lanjut

b. Minum lebih dari 1 macam obat

c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati

d. Mempunyai penyakit akut

e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil

f. Memiliki karakteristik genetik tertentu

g. Ditangani lebih dari 1 dokter.

2.3 Interaksi Obat dan MakananKetika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut

dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua

obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-

makanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan,

obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin

berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan

umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.

Page 8: interaksi obat dan makanan

Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat dengan

makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung

dari saat masuknya makanan

2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu

3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna

4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks

5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan

6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan.Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain:

a). Pengosongan Lambung

Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan preparat

retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar. Karena besarnya

peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan

amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga

berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40%

karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai

terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam.

Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya proses-

proses sekresi.

Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada

kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat

dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan

pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang lebih lambat daripada

pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut, juga obat-obat seperti

antikolinergika (missal atropin, propantelin), antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin,

imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung.

Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah

besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,)

atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa

Page 9: interaksi obat dan makanan

makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada

absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan.

b). Komponen Makanan

Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan :

1. Protein (daging, dan produk susu)

Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada

penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan

baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss,

1989).

2. Lemak

Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa

saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin

mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan

fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung

meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat

meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin

sebaiknya dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue,

selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989).

3. Karbohidrat

Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun

banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan

dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga

mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah aktivitas

bifenil-4-hidroksilase (Gibson, 1991). Sumber karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan

lain-lain (Harkness, 1989).

4. Vitamin

Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis

protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang

memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level

Page 10: interaksi obat dan makanan

vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi

obat. Contohnya :

a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang.

b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat.

c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang.

d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989)

5. Mineral

Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga

kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat

ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan

yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan

lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas

memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat juga menghambat

metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi

tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal.

Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara

metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991).

c). Ketersediaan Hayati

Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan

absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati obat

bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam menangani

reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil

dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat

adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991).

2.5 Fase-Fase Dalam Interaksi Obat dengan MakananAda beberapa fase dalam interaksi obat dengan makanan yaitu:

a. Fase farmasetis

Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan terdisolusinya obat.  Beberapa

makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan larutnya obat.  Maka dari itu, keasaman

makanan dapat mengubah efektifitas dan solubilitas obat-obat tertentu. Salah satu obat yang

Page 11: interaksi obat dan makanan

dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada perawatan HIV.

Ketersediaan hayatinya meningkat akibat solubilisasi yang diinduksi oleh perubahan pH

lambung. Makanan dapat meningkatkan pH lambung, disisi lain juga dapat mencegah

disolusi beberapa obat seperti isoniazid (INH).

b. Fase farmakokinetik

Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi, metabolisme dan

ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan terlibat dalam proses absorbsi.

Usus halus, organ penyerapan primer, berperan penting dalam absorbsi obat. Fungsi usus

halus seperti motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem karier usus halus, dapat

mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan

dapat meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati obat.

Tabel 1: Contoh interaksi makanan yang dapat meningkatkan interaksi obat.

No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum

1 Carbamazepin Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

Diminum bersama

makanan

2 Diazepam Meningkatkan enterohepatik, disolusi

sekunder pada sekresi asam lambung.

Tidak ada

3 Erythromycin Tidak diketahui Diminum saat makan

4 Griseofulvin Obat mudah larut dalam lemak,

meningkatkan absorbsi.

Diberikan dengan

makanan tinggi

lemak

atau disuspensi

minyak jagung

rendah

kontraindikasi.

5 Hydrochlorothiazid

(HCT)

Menunda pengosongan lambung,

meningkatkan absorbsi usus halus.

Diberikan bersama

makanan.

6 Phenytoin Menunda pengosongan lambung, Diberikan pada saat

Page 12: interaksi obat dan makanan

Meningkatkan produksi empedu,

meningkatkan disolusi & absorbsi.

makan pagi, siang

dan malam.

Tabel 2: Contoh interaksi makanan yang dapat menurunkan absorbsi obat .

 No Nama obat Mekanisme solusi Aturan minum

1 Acetaminophen Terutama makanan mengandung pektin

bersifat absorben dan pelindung.

Diminum saat perut

kosong

2 Ampicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

3 Amoxicillin Mengurangi volume cairan lambung. Diminum dengan air

4 Acetosal Mengubah pH lambung. Diminum saat perut

kosong

5 Captopril Tidak diketahui (ACE inhibitor). Diminum sebelum

makan

6 Digoxin Obat terikat makanan tinggi serat Diminum saat makan

Tabel 3: Beberapa obat beserta efek dan mekanisme dalam tubuh.

No Nama obat Mekanisme solusi Keterangan

1 Isoniazid (INH) Makanan akan meningkatkan

pH lambung mencegah disolusi

& absorbsi.

Diminum saat perut kosong

pagi sebelum makan

2 Lincomycin Tidak diketahui. Diminum saat perut kosong,

karena makanan menghambat

absorbsi.

Menghindari pemberian

Page 13: interaksi obat dan makanan

bersama makanan yang

mengandung protein tinggi.

3 Methyldopa Absorbsi kompetitif. Menghindari pemberian

bersama makanan kaya besi atau

suplemen.

4 Penicillamine Dapat membentuk khelat

dengan

kalsium atau besi.

Diminum saat perut kosong

5 Penicillin G Menunda pengosongan

lambung;

degradasi asam lambung;

menghambat disolusi.

Diminum 1 jam sebelum

atau 2 jam setelah makan

6 Tetracycline

lemak.

Berikatan dengan garam besi

atau ion kalsium membentuk

senyawa khelat yang tidak larut.

tidak boleh diminum bersama

susu

Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau

reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya pada

reaksi pembentukan khelat pada :

a. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau antasida.

Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.

b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik fluoroquinolon,

ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari itu, ketersediaan hayati

ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.

c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga menurunkan

absorbsi obat (b). 

Kecepatan pengosongan lambung secara signifikan mempengaruhi komposisi

makanan yang dicerna. Kecepatan pengosongan lambung ini dapat mengubah ketersediaan

Page 14: interaksi obat dan makanan

hayati obat. Makanan yang mengandung serat dan lemak tinggi diketahui secara normal

menunda waktu pengosongan lambung. Beberapa obat seperti nitrofurantoin dan hidralazin

lebih baik diserap saat pengosongan lambung tertunda karena tekanan pH rendah di lambung.

Obat lain seperti L-dopa,Penicillin G dan digoxin, mengalami degradasi dan menjadi inaktif

saat tertekan oleh pH rendah di lambung dalam waktu lama. Obat dieliminasi dari tubuh

tanpa diubah atau sebagai metabolit primer oleh ginjal, paru-paru, atau saluran

gastrointestinal melalui empedu. Ekskresi obat juga dapat dipengaruhi oleh diet nutrien

seperti protein dan serat, atau nutrien yang mempengaruhi pH urin. 

c. Fase farmakodinamik

Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis terhadap obat.

Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau antagonis, yang mana akan

meningkatkan atau menghambat metabolisme normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh

manusia. Obat dapat memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat

menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki

struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.

Tabel 4: Beberapa interaksi penting antara obat dan makanan.

No Nama obat Tipe nutrien Efek dari interaksi Rekomendasi

1 Azithromycin

(Zithromax)

Makanan Absorbsi Azithromycin

berkurang, ketersediaan

hayatinya berkurang

43%, konsentrasi maksimal

52%.

berselang 2 jam

Diminum saat perut

kosong / konsisten

pada saat yang sama

setiap hari.

2 Captopril

(Capoten)

Makanan Absorbsi Captopril

berkurang.

3 Erythromycin Makanan Absorbsi Erythromycin base

atau obat dengan makanan.

Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk beberapa obat

karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran oesophagus. Petunjuk pada

pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada oesophagus, tablet atau kapsul obat harus

Page 15: interaksi obat dan makanan

ditelan dengan segelas air oleh pasien dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat obat

seperti analgesik (contohnya aspirin), NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone,

indometacin), kloralhidrat, emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin

(terutamaDoxycyclin).

Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran

gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan dapat

berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;

makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah first-

pass metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran

empedu yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.

Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat

dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin

(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin, penicillamin,

pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi semua penisilin

oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air. Pivampicillin harus

diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut. Tetracyclin kadang

kalamenyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut kosong.

Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada doxycyclin

dan minocyclin.

Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa

mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak

memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa

obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin

dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl

(dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).

Tabel 5: Beberapa obat yang diminum bersama makanan.

Asam nalidiksat Carbamazepin Ethambutol Indometacin 

Metformin Nitrofurantoin Pivampicillin Teofilin dan

turunannya

Asam nikotinat

& turunannya

Cinnarizin Garam kalium Garam besi (Fe)

Metoprolol Oxyphenbutazone Propranolol Tolbutamid

Page 16: interaksi obat dan makanan

Asetosal Cotrimoxazole Glibenclamide Isoxsuprin

Metronidazol Phenylbutazone Reserpin Triamteren

Allopurinol Doxycyclin Gliclazide Levodopa

Minocyclin Pankreatin Riboflavin Na-valproat

Amiodaron Na-diklofenak Ibuprofen

Naproxen Phenytoin-Na Spironolakton

2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem

Pencernaan.Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat

meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan

mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.

A.  Obat dan penurunan nafsu makan

Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu

makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang

berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk

makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat

badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.

B. Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman

Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/

dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala tersebut

dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui

menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral

ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin.

C. Obat dan gangguan gastrointestinal

Page 17: interaksi obat dan makanan

Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat

berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan

morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak

pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi.

D. Absorbsi

Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obat-

obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral,

NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan

absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding)

contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik;  mengubah

keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu

penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme

atau perpindahan saat masuk ke dinding usus.

   E.  Metabolisme

Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan

hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk

memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada pengobatan kanker

menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek

samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat.

F. Ekskresi

Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan

mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan  menyebabkan diare atau muntah.

2.7 Interaksi Obat dengan Mikronutrien.Kadar serum dari elektrolit, mikromineral dan vitamin bisa berubah oleh obat-obat

tertentu dan dokter harus mewaspadai hal ini bila ada kelainan.

Berikut Obat yang Menyebabkan Kelainan mikronutrien:

1. Kalsium

Page 18: interaksi obat dan makanan

Menurun :

aminoglycosides, bisphosphonates, corticosteroids, H2 receptor antagonists, loop diuretics ;

amphotericin B, antacids, carbamazepine, cholestyramine, cisplatin, colchicines, digoxin,

doxycycline, ethosuximide, foscarnet, Mg oxide/sulfate, minocycline, oxcarbazepine,

oxytetracycline, pentamidine, phenobarbital, phenytoin, primidone, Na phosphate, sucralfate,

zelodronic acid, zonisamide.

Meningkat :

antiestrogens, estrogens, thiazide diuretics ; aluminium intoxication, aminoiphylline, Ca

carbonate, lithium.

2. Magnesium

Menurun :

aminoglycosides, corticosteroids, estrogens, loop diuretics, oral contraceptives,

tetracyclines,thiazide diuretics; amphotericin B, cholestyramine, cisplatin, cyclosporine,

digoxin, foscarnet, hydralazine, methsuximide, pamidronate, penicillamine, raloxifene, Na

phosphate, tacrolimus, zoledronic acid.

Meningkat

Usually associated with intake > 6g/day, Mg-containing antacids/enemas.

3. Fosfor

Menurun:

Thiazide diuretics; alendronate, antacids (Al & Mg-containing), cholestyramine, digoxin,

foscarnet, Mg oxide/sulfate, ,pamidronate, sucralfate, theophylline, zoledronic acid.

Meningkat:

Etidronate, foscarnet, Na phosphate laxatives & enema.

4. Kalium

Menurun:

Aminoglycosides, loop diuretics, penicillins, salicylates, thiazide diuretics, acetazolamide,

amphotericin B, bisacodyl, cisplatin, colchicine, cyclosporine, enoxacin, foscarnet,

hydralazine, levodopa, mannitol, pamidronate, Na bicarbonate & phosphates.

Meningkat:

Page 19: interaksi obat dan makanan

ACE inhibitors, angiotensin, receptor blockers, beta-adrenergic blochers, NSAIDs, Kalium

sparing diuretics ; cyclosporine, heparin, hypertonic solutions, lithium, pentamidine,

succinylcholine.

5. Natrium

Menurun:

Aminoglicosides, loop diuretics, Kalium sparing diuretics, thiazide diuretics, salicylates ;

acetazolamide, amphotericin B, bisacodyl, captopril, colchicine, foscarnet.

Meningkat:

Hypertonic IV solution, mannitol, Na penicillin G, Na phosphate laxative & enemas.

6. Zink

Menurun:

ACE inhibitors, corticosteroids, diuretics, estrogens, oral contraceptives, H2 receptor

antagonists, reverse transcriptase inhibitors ; cholestyramine, ethambutol, hydralazine,

penicillamine.

Page 20: interaksi obat dan makanan

Meningkat:

Thiazide diuretics, loop diuretics.

7. Klorida

Meningkat:

Spironolactone, triamterene

Tabel 6:  Interaksi Obat-Makanan yang bermakna klinis.

No Obat Interaksi Akibat klinis yang mungkin

1 Tetrasiklin Penurunan ketersediaanhayati

dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

2 Siprofloksasin Penurunan ketersediaanhayati

dengan susu dan produk susu

Gagal terapi

3 Azitromisin Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Gagal terapi

4 Itrakonazol Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Mungkin Gagal terapi

5 Penisilamin Penurunan ketersediaanhayati

dg makanan

Gagal terapi

6 Didanosin Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

7 Indinavir Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

8 Saquinavir Garlic (allicin) mengurangi

ketersediaanhayati

Aktivitas antiviral berkurang

9 Atiovaquone Makanan meningkatkan Khasiat bertambah bila bersama

Page 21: interaksi obat dan makanan

ketersediaanhayati makan

10 Lovodopa Protein mengurangi transpor

ke otak

Menurunkan khasiat

11 Teofilin Makanan lemak meningkatkan

penyerapan

Kemungkinan toksisitas

12 Warfarin Makanan kaya Vitamin K

melawan efek antikoagulans

menurunkan efek antikoagulasi

13 Siklosporin Makanan dan sari grapefruit

meningkatkan kadar plasma

mungkin toksisitas

14 Alendronate Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

Penghambat MAO

Meningkatkan kadar tiramin

Krisis hipertensi

15 Terfanadin Sari Grapefruit meningkatkan

ketersediaanhayati

Kadar plasma bertahan lebih lama

16 Felodipin Makanan meningkatkan

ketersediaanhayati

Efek samping lebih besar

17 Diuretik Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Gagal terapi

18 Spironolakton Makanan mengurangi

ketersediaanhayati

Khasiat bertambah bila bersama

makan

Page 22: interaksi obat dan makanan

19 Propranolol Makanan menambah

ketersediaanhayati

Efek samping bertambah

Untuk mencegah inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimana obat bisa

berinteraksi di dalam atau di luar tubuh. Jika anda harus mencampur suatu obat, selalu ikuti

petunjuk pabrik seperti volume dan jenis diluen yang tepat; mana larutan yang bisa

ditambahkan ke pemberian “piggy back”; dan larutan “bilas” apa yang harus digunakan di

antara pemberian suatu produk dan produk lain untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti

pengendapan di dalam selang infus (sebagai contoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke

dalam infus jaga yang mengandung dekstrosa, atau jangan campur amphotericin B dengan

normal saline). Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal.

kalium klorida) yang dicampur ke infus kontinyu, misal pada sistem piggyback. Jika ingin

mencampur obat dalam spuit untuk pemberian bolus, pastikan obat-obat ini kompatibel di

dalam spuit. Jika tidak mendapat informasi dari referensi obat, kontak apoteker. Umumnya

apoteker memiliki akses untuk informasi kompatibilitas ini.

Waspada dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak

dengan obat lain. Contoh-contoh furosemide (Lasix), phenytoin (Dilantin), heparin,

midazolam (Versed), dan diazepam (Valium) bila digunakan dalam campuran IV.

Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida). Di samping kompatibilitas obat-obat

IV, klinisi perlu mengetahui bahwa beberapa masalah bisa timbul bila menggunakan PVC

sebagai wadah untuk larutan infus. Plasticized polyvinyl Klorida (PVC) merupakan bahan

polimer yang digunakan secara luas di bidang kedokteran dan yang terkait. Di bidang

kedokteran, PVC yang lentur digunakan untuk kantong penyimpan darah, selang transfusi,

hemodialisis, pipa endotrakea, infuse set, serta kemasan obat. Ester asam ftalat, terutama di-

(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP), merupakan pelentur yang paling disukai di bidang

kedokteran. Karena zat aditif ini tidak berikatan kovalen dengan polimerm ada kemungkinan

memisah dari matriks. Lepasnya DEHP dari kantong PVC ke dalam larutan sudah bertahun-

tahun menimbulkan kekhawatiran. Toksisitas DEHP dan PVC telah mencetuskan pertanyaan

serius mengapa produk ini masih digunakan. Pemisahan DEHP dari PVC disebut leaching.

Leaching terjadi bila beberapa obat seperti paclitaxel atau tamoxifen diberikan dalam kantong

PVC.

Kekhawatiran lain dari penggunaan kantong PVC adalah penyerapan atau

“hilang”nya obat dari kantong PVC:

Page 23: interaksi obat dan makanan

1. Kowaluk dkk. memeriksa interaksi antara 46 obat suntik dengan kantong infus

Viaflex (PVC). Kajian memperlihatkan bahwa derajat penyerapan obat berbanding

lurus dengan konsentrasi obat.

2. Migrasi obat ke dalam kantong plastik bisa mengarah ke penurunan kadar obat di

bawah kadar terapi dari insulin, vit A, asetat, diazepam dan nitrogliserin.

Reaksi Maillard. Walaupun bukan merupakan interaksi obat-obat, masalah ini perlu

dikemukakan. Reaksi Maillard adalah reaksi kimia antara asam amino dengan gula pereduksi.

Biasanya reaksi memerlukan panas. Seperti halnya karamelisasi, ini merupakan bentuk

diskolorasi coklat yang bersifat non-enzimatik. Gugus karbonil yang reaktif dari gula

bereaksi dengan gugus amino nukleofilik dari asam amino, untuk membentuk berbagai

molekul yang menimbulkan berbagai warna dan aroma. Reaksi Maillard terjadi bila asam

amino dan glukosa dikandung dalam satu wadah. Karena asam amino dan glukosa intravena

perlu diberikan sekaligus, suatu pendekatan yang pintar adalah menghasilkan kantong dengan

dua kamar di mana glukosa dan asam amino dipisah. Asam amino dan glukosa dicampur dulu

sebelum diberikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

1.     Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase

farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum akan

hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi,

transport, distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik),

setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan

psikologis (merupakan fase farmakodinamik).

2.    Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI

(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan,

turunnya nafsu makan,  mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan,

nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat

memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang

panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.

Page 24: interaksi obat dan makanan

3.      Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan

PVC (polivinilklorida),Reaksi Maillard.

3.2 Saran

Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya

1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan

dengan dokter yang meresepkan.

2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum

dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan

pakai yang disarankan.

3. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk

dokter.

4. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum bersamaan dengan

obat karna terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat

berinteraksi dengan obat.

5. Jangan pernah memberi obat bersamaan dengan makanan yang mengandung

alcohol.

Sebelum mengkonsumsi obat, sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter atau

apoteker untuk mengetahui aturan pakai yang tepat. Dan juga saat konsultasi dengan dokter,

beritahukan semua obat atau vitamin yang sedang dikonsumsi saat ini untuk mencegah

terjadinya interaksi.

Page 25: interaksi obat dan makanan

DAFTAR PUSTAKA

Erza,Febri Laila.2 November 2011.Interaksi Obat dan Makanan.Google. http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto.(1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB.

http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 2 Juni 2013.

http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.

http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.

http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/ diakses tanggal 7 April 2013.

http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 2 Juni 2013.

Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB: Bandung.

Page 26: interaksi obat dan makanan

Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier.