Inter Professional...

30
PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG Buku Panduan Materi Praktek Kerja Nyata Inter Professional Collaboration (PKN IPC) Tim Penyusun : Panitia PKN(Kuliah Kerja Nyata) IPC Tim DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) PKN IPC Kaprodi dan Kajur Peserta PKN IPC Diterbitkan oleh: Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Sekretariat: Kantor UPPM Poltekkes Semarang, GedungDirektorat Lt. III JalanTirtoAgung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7460274, Fax (024) 7460274 i

Transcript of Inter Professional...

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG

Buku Panduan Materi

Praktek Kerja Nyata

Inter Professional Collaboration

(PKN IPC)

Tim Penyusun :

Panitia PKN(Kuliah Kerja Nyata) IPC

Tim DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) PKN IPC

Kaprodi dan Kajur Peserta PKN IPC

Diterbitkan oleh:

Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Sekretariat:

Kantor UPPM Poltekkes Semarang, GedungDirektorat Lt. III

JalanTirtoAgung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang

Telp. (024) 7460274, Fax (024) 7460274

i

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG

ii

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah

memampukan tersusunnya Buku Panduan Materi Program Kuliah Kerja Nyata Inter

Profesional Collaboration (PKN IPC). Buku Panduan ini disusun sebagai

pendamping dari Buku Petunjuk Teknis penyelenggaraan Program PKN IPC di

Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Buku Panduan ini merupakan pedoman bagi Pengelola Program PKN IPC,

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan mahasiswa peserta PKN IPC dalam

menjalankan perannya guna memperoleh kejelasan dan kesamaan pemahaman

mengenai rencana maupun proses kegiatan PKN IPC. Buku panduan ini juga

memberikan arahan bagi mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi Program Pemberdayaan Kesehatan masyarakat secara kolaboratif

dan terintegrasi dalam komitmen untuk mewujudkan visi dan misi Poltekkes

Kemenkes Semarang.

Program PKN IPC ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi proses

pembelajaran mahasiswa maupun masyarakat sehingga pembangunan kesehatan

menuju masyarakat sejahtera dapat diwujudkan dengan baik. Kekurangan dalam

penyusunan Buku Panduan ini patutlah dimaklumi dan dapat digunakan sebagai

dasar untuk memperbaiki diri dalam penyusunan Buku Panduan selanjutnya.

Segala pihak yang telah turut memberikan bantuan dan dukungan dalam

penyusunan buku Panduan ini patut diapresiasi dalam ucapan terimakasih yang

mendalam.

Semarang, Mei 2016

Penyusun

iii

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Praktek Kerja Nyata Inter Professional Collaboration (PKN IPC) 1

A. Batasan dan Ruang Lingkup

B. Tujuan

C. Peran Profesi

D. Kolaborasi Antar Profesi

E. Komunikasi Antar Profesi

F. Manajemen Konflik

G. Etika Profesi

H. Instrumen Penilaian

BAB II Surveilans 13

A. Batasan dan Ruang Lingkup

B. Tujuan

C. Prinsip

D. Manajemen Surveilans

BAB III Rencana Program Kolaborasi 18

A. Analisis Data

B. Masalah Kesehatan

C. Prioritas Masalah Kesehatan

D. Plan of Action (PoA)

E. Musyawarah Masyarakat Desa

F. Kegiatan Interkolaboratif

BAB IV Penutup 25

iv

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 1

BAB - 1

Praktek Kerja Nyata (PKN)

INTER

PROFESSIONAL

COLLABORATION DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN JABATAN

1 Susi Tursilowati, SKM, M.Sc.PH. Ka Prodi D IV Gizi

2 Esti Handayani MMid Ka Prodi D IV Kebidanan Magelang

3 Hari Rudijanto IW,ST,MKes Ka Prodi D IV Kesehatan Lingkungan

4 Kurniati Puji Lestari,SKp,MKes Ka Prodi D IV Keperawatan Semarang

5 Wiwin Renny Rahmawati,SST,SPd., MKes Ka Prodi Keperawatan Magelang

6 Siti Masrochah, S.Si, M.Kes. Ka Prodi D IV TRR Semarang

7 Salikun, S.Pd., M.Kes. Ka Prodi D IV Keperawatan Gigi

8 Triana Sri Hardjanti,M.Mid Ka Prodi Kebidanan Semarang

9 Rini Indrati, S.Si, M.Kes Ka Jurusan TRR Semarang

11 Drg. Irma HY Siregar,MHKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 2

A. BATASAN DAN RUANG LINGKUP

Inter Professional Colaboration (IPC) merupakan proses kolaborasi yang

terdiri dari dua atau lebih tenaga kesehatan berfokus pada belajar dengan, dari, dan

tentang masing-masing profesi sehingga dapat mengembangkan kerjasama demi

terwujudnya pelayanan pasien yang lebih optimal. Dasar dari IPC ini adalah Inter

Professional Education (IPE). IPE ini merupakan proses pembelajaran di tingkat

akademis tentang berusaha saling mengerti dan saling menghargai antar profesi

kesehatan didalam interaksi diantara profesi yang berbeda. Hal ini nantinya

merupakan kondisi yang biasa akan ditemui dalam kehidupan profesional sehari-

hari.

Menurut Buring et al (2009), proses IPE terjadi di sebuah kelas yang sama

dengan materi yang sama dan saling belajar dalam bentuk interaksi antar masing-

masing profesi. Interaksi masing-masing profesi dalam proses pembelajaran

merupakan hal yang mutlak dan tidak dapat ditawat lagi. Dalam proses

pembelajaran kolaboratif, perawatan terhadap pasien walaupun dipimpin oleh

seseorang dari profesi yang berbeda namun tetap harus ada pembagian tanggung

jawab dalam proses pengambilan keputusan terhadap pasien tersebut.

Proses kolaborasi ini diperlukan dan lebih ditingkatkan dalam pelayanan

kesehatan di masa sekarang ini karena di iklim global sekarang ini sudah tidak

cukup bagi tenaga kesehatan untuk bekerja secara profesional saja namun tenaga

kesehatan perlu juga mengembangkan upaya antar profesional dalam menangani

pasien. Beberapa bukti menunjukkan bahwa perawatan pasien dengan kolaborasi

lintas profesi dapat meningkatkan keberhasilan perawatan.

Kompetensi dasar yang diperlukan dalam berkolaborasi lintas profesi ini

adalah :

1. Menjelaskan peran dan tanggung jawabnya terhadap profesi lain

2. Mengenali dan mengboservasi batasan, tanggung jawab, dan kompetensi,

namun juga sadar akan kebutuhan sudut pandang yang lebih besar

3. Mengenali dan menghormati peran, kewajiban, dan kompetensi dari profesi lain

yang berhubungan dengan kompetensinya

4. Bekerja dengan profesi lain untuk menyelesaikan konflik dalam hal perawatan

dan tatalaksana

5. Menoleransi perbedaaan, kesalahpahaman, dan kegagalan pada profesi lain

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 3

6. Memfasilitasi konferensi, rapat tim, atau yang sejenis dalam kasus antar

profesional

7. Masuk ke dalam hubungan interdependent dengan profesi lain.

Proses kolaborasi calon tenaga kesehatan di tingkat akademis dapat

dilaksanakan dalam bentuk Praktek Kerja Nyata (PKN). PKN merupakan kegiatan

kurikuler yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa program Diploma IV yang ada

dilingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dan dilaksanakan dalam

masyarakat di luar kampus dengan meningkatkan relevansi pendidikan inggi

dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta seni (IPTEKS) dalam pembangunan.

PKN Inter Professional Collaboration (IPC) Keluarga Sehat adalah suatu

kegiatan intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi

(Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) yang dilakukan

melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu kesehatan dalam menciptakan

keluarga cinta sehat dengan cara memberikan kepada mahasiswa pengalaman

belajar dan bekerja dalam kegiatan pembangunan masyarakat bidang kesehatan

sebagai wahana penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar

kampus dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu.

B. TUJUAN

1. Memberi pengalaman belajar yang berharga kepada mahasiswa melalui

keterlibatan secara langsung di masyarakat untuk menemukan, merumuskan,

mempelajari, mengenal potensi masyarakat sasaran, mengorganisasi

masyarakat, memecahkan, dan menanggulangi permasalahan pembangunan

masyarakat secara rasional dengan membangun kerjasama kolaboratif lintas

profesi

2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran

berdasarkan Ilmu Pengetahuan,Teknologi, dan Seni (Ipteks) secara kolaboratif

dan inter disiplin dalam upaya menumbuhkan, mempercepat gerak serta

mempersiapkan kader kader pembangunan bidang kesehatan dalam

mewujudkan keluarga cinta sehat

3. Meningkatkan empati dan kepedulian mahasiswa kepada permasalahan yang

dihadapi oleh masyarakat. Meningkatkan kedewasaan dan kepribadian yakni :

a. Nasionalisme dan jiwa Pancasila,

b. Keuletan, etos kerja, dan tanggung jawab, dan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 4

c. Kemandirian, kepemimpinan, dan kewirausahaan serta memperluas

wawasan mahasiswa dalam berkolaboratif secara interdisipliner.

4. Meningkatkan daya saing dalam membangun jiwa penelititerutama hal

eksplorasi data dan analisis serta mendorong learning community dan learning

society

5. Memelihara dan meningkatkan hubungan dan kerja sama bukan hanya secara

lintas profesi tetapi juga secara lintas sektoral dengan Pemerintah

Kabupaten/Daerah setempat serta masyarakat dengan pendekatan inter

disipliner sehingga Poltekkes Kemenkes Semarang dapat memberikan tuntutan

nyata masyarakat yang sedang membangun pola hidup sehat

C. PERAN PROFESI

Peran profesi dalam pelayanan kesehatan keluarga di masyarakat antara lain :

1. Sebagai Pendidik : menyuluh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

keluarga

2. Advokasi : berperan sebagai sebagai penghubung antara tim kesehatan yang

lain dan pemangku kebijakan.

3. Pemberi Asuhan pada Individu, keluarga dan masyarakat dalam lingkup

Kesehatan Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, PTM dan penyakit berbasis

lingkungan , membuat dan menggunakan media komunikasi yang efektif.

4. Sebagai agent of change: dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan

keluarga

5. Mediator dalam peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam memahami

permasalahan kesehatan dan pemecahan masalahnya.

6. Konselor dalam bidang kesehatan berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak,

Kesehatan Gigi, Gizi,Penyakit Tidak Menular dan Penyakit Berbasis

Lingkungan.

7. Sebagai peneliti dalam bidang Kesehatan

Peran profesi ini dilaksanakan dalam memberikan suatu pelayanan

komprehensif yang diberikan oleh dua dua atau lebih tenaga kesehatan dari

latar belakang profesi yang berbeda melalui kerja sama dengan pasien,

keluarga, pengasuh, dan komunitas untuk menyediakan kualitas pelayanan

yang tertinggi di berbagai situasi.

Melalui kegiatan PKN IPC ini mahasiswa diharapkan dapat:

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 5

1. mengenal konsep praktik kolaborasi dan pendidikan antar profesi

2. memahami pentingnya praktik kolaborasi dan pendidikan antar profesi

3. mengerti hambatan dan tantangan pelaksanaan praktik kolaborasi dan

pendidikan antar profesi

4. terinspirasi untuk mengadakan advokasi atau kegiatan lain yang

dapatmendorong kolaborasi antar profesi, lewat jejaring organisasi

kemahasiswaan atauprofesi di daerah masing-masing

5. merasakan proses diskusi dan kolaborasi bersama profesi kesehatan lain

D. KOLABORASI ANTAR PROFESI

Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, di antaranya adalah kerjasama,

koordinasi, saling berbagi, kompromi, rekanan, saling ketergantungan dan

kebersamaan. Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus

memenuhi 3 kriteria berikut ini:

1. harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda yang dapat

bekerjasama timbal balik secara mulus,

2. anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama,

3. kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari

kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim

tersebut

Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif dipengaruhi oleh

faktor anteseden, proses dan hasil. Input yang diperlukan dalam kerjasama tim

adalah faktor intrapersonal, sosial, lingkungan, organisasi dan institusi. Sedangkan

didalam proses faktor yang berperan adalah prilaku, afektif, hubungan interpersonal

dan intelektual. Untuk meningkatkan faktor-faktor yang berperan dalam proses

kolaboratif perlu diaplikasikan ide-ide yang aktual, model-model pembelajaran yang

terintegrasi, perubahan dalam kurikulum institusi dan kebijakan-kebijakan yang

inofatif serta didukung oleh program-program pelatihan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 6

Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi

merupakan kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan

keselamatan keluarga/masyarakat (Burtscher, 2012). Fakta yang terjadi saat ini,

bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut kedalam

sebuah tim antar profesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan tenaga

kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya keterampilan

komunikasi antar profesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi lain

dalam menentukan keputusan klinis keluarga/masyarakat. Untuk itulah diperlukan

adanya kurikulum yang dapat melatih mahasiswa tenaga kesehatan untuk

berkolaborasi sejak masa akademik agar mereka terbiasa berkolaborasi dengan

profesi lain bahkan sampai ketika mereka berada di dunia kerja (Reeves, 2011).

Tim antar profesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan dan tim ini

dapat diterapkan pada berbagai macam tatanan pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam penerapan kolaborasi antar profesi, anggota tim antar profesi mungkin saja

mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu

dibutuhkan pemahaman tentang pelayanan yang berfokus pada komunikasi dan

sikap yang mengacu pada keselamatan keluarga/masyarakat yang merupakan

prioritas utama. Selain itu dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi dalam

menciptakan pelayanan yang optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap profesi dan

peran tim antar profesi secara keseluruhan.

E. KOMUNIKASI ANTAR PROFESI

Komunikasi antar profesi yang sehat menimbulkan terjadinya pemecahan

masalah, berbagai ide, dan pengambilan keputusan bersama (Potter & Perry,

2005). Bila komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi kesehatan, keselamatan

pasien menjadi taruhannya. Beberapa alasan yang dapat terjadi yaitu kurangnya

informasi yang kritis, salah mempersepsikan informasi, perintah yang tidak jelas

melalui telepon, dan melewatkan perubahan status atau informasi (O‟Daniel and

Rosenstein, 2008).

Menurut Potter dan Perry (2005) keefektifan komunikasi antar profesi

dipengaruhi oleh :

1. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi

terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar

profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi;

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 7

2. Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat berkomunikasi

dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat membuat

kebingunan, ketegangan atau ketidaknyamanan;

3. Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi antar profesi

dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki tingkat pengetahuan yang

berbeda. Keadaan seperti ini akan menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan

menjadi akan tidak jelas jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh

pendengar.

Berikut ini adalah karakter dalam komunikasi antar profesi kesehatan yang

kami temukan melalui erangkaian penelitian ilmiah bersama dengan profesi dokter,

perawat, apoteker dan gizi kesehatan dan telah menendapatkan validasi oleh pakar

komunikasi dari Indonesia maupun Eropa (Claramita, et.al, 2012):

1. Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung jawab profesi

kesehatan lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing pihak bahwa

setiap profesi kesehatan dibutuhkan untuk saling bekerjasama demi

keselamatan pasien (Patient-safety) dan keselamatan petugas kesehatan

(Provider-safety).

2. Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar profesi

kesehatan.

3. Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar petugas

kesehatanyang berbeda profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan.

4. Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan lain.

5. Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan pasien

bisa dilakukanantar individu ataupun antar kelompok profesi kesehatan yang

berbeda.

6. Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan

yang lain.

7. Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai proses

pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)

8. Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan untuk

berbagi informasi yang appropriate dengan petugas kesehatan dari profesi yang

berbeda (baik tertulis di medical record, verbal maupun non-verbal).

9. Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan

sesuai dengan tugas, peran dan fungsi profesi masing-masing.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 8

10. Negosiasi merupakan kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar

profesi mengenai masalah kesehatan pasien.

11. Kolaborasi merupakan kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan

dari profesi yang lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

F. MANAJEMEN KONFLIK

Konflik merupakan ketidaksesuaian (perbedaan sesuatu) antara 2 orang atau

lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi. Secara bahasa artinya

saling bertabrakan, ketidaksesuaian, perseteruan, perkelahian, interaksi yang

antagonis/ bertentangan. Penyebab konflik beda pemahaman, beda latar belakang,

beda kepentingan, beda sudut pandang, beda kemampuan.

Konflik diperlukan dalam suatu organisasi untuk mengadakan perubahan atau

inovasi dan menghasilkan pemecahan persoalan yang lebih baik. Konflik juga

menunjukkan dinamika organisasi. Hal yang penting diketahui adalah mengetahui

konflik seawal mungkin dengan cara menciptakan komunikasi timbal balik,

menggunakan informasi yang ada dan meminta penjelasan dari pihak ketiga. Konflik

ini dapat memberikan dampak yang positif berupa kemampuan koreksi diri sendiri,

meningkatkan prestasi & motivasi, pendekatan yang lebih baik , mengembangkan

alternatif & lebih baik

Dalam upaya mencegah terjadinya konflik, perlu dilakukan rancangan

rekayasa guna memperkecil konflik sebagai berikut :

1. Pengikutsertaan dalam latihan dan tujuan

2. Pemisahan dua kelompok yang berkonflik & membuat daftar persepsi

3. Membahas daftar persepsi yang dibuat

4. Perundingan untuk mencerna dan analisis kepincangan citra diri dan kelompok:

5. Membahas kepincangan yang ditemukan

6. Penjajagan bersama & tujuan bersama

7. Manajemen tata hubungan & mengurangi konflik

G. ETIKA PROFESI

Kata etika berfungsi untuk mengingatkan dan mengatur atau sebagai batasan

dalam proses bersosialisasi tersebut. Etika kesehatan merupakan hal yang harus

dilakukan dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan. Etika profesi

merupakan prinsip-prinsip moral yang digunakan untuk menjalankan profesi.

Dengan adanya etika profesi ini diharapkan anggota profesi dapat bertindak dengan

kapasitas profesional. Etika berasal dari bahasa yunani ethikos yang berarti adat

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 9

istiadat atau kebiasaan. Etika dapat diartikan sebagai sistem dari prinsip-prinsip

moral atau aturan-aturan perilaku. Sedangkan moral berarti prinsip-prinsip yang

berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk.

Etika kesehatan adalah suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap

bidang pemeliharaan/pelayanan kesehatan (Leenen). Etika kesehatan merupakan

penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui dan juga mencakup terhadap

rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam bidang kesehatan

(Soekanto). Adapun prinsip-prinsip etika kesehatan adalah :

1. Otonomi:

prinsip yang menghormati hak-hak otonomi orang lain. Prinsip ini didasarkan

pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat

keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

harus dihargai oleh orang lain.

2. Beneficience (Berbuat baik)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.

3. Non Maleficience (Tidak merugikan)

Prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang

tindakan yang memperburuk keadaan orang lain.

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Menjaga kerahasiaan informasi yang bisa merugikan seseorang atau

masyarakat. Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi harus

menjaga privasi.

5. Fidelity (Menepati janji)

Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya

terhadap orang lain.

6. Fiduciarity (Kepercayaan)

adalah hukum hubungan atau etika kepercayaan antara dua atau lebih

pihak.

g. Justice (Keadilan)

prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap

maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau pendistribusian dari

keuntungan, biaya dan risiko secara adil.

h. Veracity (Kejujuran)

Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi

pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 10

H. INSTRUMEN PENILAIAN

Penilaian kegiatan PKN IPC mencakup 5 (lima ) aspek, yaitu :

1. Penilaian Pembekalan

Penilaian didasarkan pada kehadiran mahsiswa dalam mengikuti pembekalan

dan nilai pre test .

2. Penilaian Implementasi Program

a. Program kerja yang disusun oleh kelompok

b. Pendekatan sosial , meliputi :

1) hubungan mahasiswa dengan aparat desa, baik secara vertikal maupun

horizontal

2) hubungan mahasiswa dengan anggota masyarakat

3) kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri

4) mahasiswa menghargai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat

c. Inisiatif dan kreativitas:

1) mahasiswa terampil mengidentifikasi permasalahan yang ada di desa

2) mahasiswa terampil menyusun alternatif pemecahan masalah yang

dihadapi

3) mahasiswa terampil memotivasi masyarakat dalam meningkatkan sikap

kemandirian untuk menjadi penggerak pemberdayaan masyarakat.

d. Kepemimpinan

1) mahasiswa dapat menumbuhkan kedewasaan dalam berpikir dan

bertindak

2) mahasiswa tanggap mengambil tindakan dan keputusan dalam situasi

kritis

3) mahasiswa berjiwa besar dalam menghargai pendapat orang lain

4) mahasiswa mampu mengkaderkan potensi masyarakat

e. Kerjasama kelompok

1) mahasiswa mampu mewujudkan kerjasama yang baik dan harmonis

sesama peserta PKN IPC

2) mahasiswa mampu bekerjasama dengan aparat desa, tokoh masyarakat,

dan semua lapisan masyarakat secara baik dan konsekuen dalam segala

hal yang positif.

3. Penilaian Laporan

a. Laporan Rencana Program IPC (LRP), dengan penilaian :

1) Ketepatan waktu pengumpulan laporan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 11

2) Kerapian laporan

3) Memuat unsur-unsur POA (Planning of Action ) terdiri dari : Prioritas

Masalah, Nama Kegiatan , Tempat, Waktu Pelaksanaan, Tujuan,

Sasaran, Metode yang digunakan, Media , Indikator Keberhasilan,

Penanggung Jawab, dan Biaya .

b. Laporan Pelaksanaan Program IPC ( LPP- IPC), dengan penilaian :

1) Isi (inti pembahasan, problem, logika, sistematika, relevansi masalah

dengan intervensi )

2) Bahasa (ejaan, struktur kalimat, penalaran)

3) Sistematika (lay out, paragraf, sistem simbol)

4. Penilaian prestasi atau kemampuan Personal mahasiswa, meliputi:

a. Kehadiran dalam latihan / pembekalan

b. Ketrampilan dan prestasi selama di lapangan

1) Jumlah hari tinggal di Desa/Dusun/lokasi (presensi mahasiswa )

2) Perilaku selama di desa/Dusun

3) Inisiatif dan kreativitas

4) Pendekatan sosial

5) Kepemimpinan dan keterampilan dalam mengambil keputusan situasi

6) Keterampilan menyusun program/laporan

7) Kerjasama kelompok

8) Pencapaian hasil

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 12

DAFTAR PUSTAKA

Barnsteiner, J.H., Disch, J.M., 2007. Promoting interprofessional education. Nursing outlook,55(3),pp.144-50.Availableat: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17524802 [Accessed September 5, 2011].

Benedict, L., Robinson, K., Holder, C., 2006. Clinical Nurse Specialist Practice Within The Acute Care For Elders: Interdisciplinary Team Model. Clin Nurse Specialist.

Claramita M, Sedyowinarso M, Huriyati E, Wahyuningsih MS. 2012. Interprofessional

Communication Guideline using principle of “Greet-Invite-Discuss” CIHC. 2007. Interprofessional Education and Core Competencies, Literature

Review. Canada. DeChurch, L.A., Mesmer-Magnus, J.R., 2010. The cognitive underpinnings of effectiveteamwork: ameta-analysis. Journal of Applied Psychology 95 (1), 32–53.

Fox, E., 2000. An audit of inter-professional communication within a trauma and orthopaedicdirectorate. Journal of Advanced Nursing, pp.160-169.

Hall, P., Weaver, L., 2001. Interdisiplinary Education and Teamwork: a Long and Winding Road.

Medical Eduction, 35 : 867-875, Blackwell Science Ltd. Kagan, S.H., 2010. Revisiting interdisciplinary teamwork in geriatric acute care.

Geriatric nursing (New York, N.Y.), 31(2), pp.133-6. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20381716 [Accessed April 6, 2012].

Mitchell, M., Groves, M., Mitchell, C., & Batkin, J., 2010. Innovation in learning – An inter-professional approach to improving communication. Nurse education in practice, 10(6), pp.379-84. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20561823 [Accessed March 25, 2012].

Reeves, S., Lewin, S., Espin, S., Zwarenstein, M., & Ed, H. B., 2011. Interprofessional Teamwork for Health and Social Care. , pp.32-33.

Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011. Developing interprofessional communication skills.

Teaching and Learning in Nursing, 6(3), pp.97-101. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1557308710001149 [Accessed March 25, 2012].

Weaver, T.E., 2008. Enhancing multiple disciplinary teamwork. Nursing outlook, 56(3), pp.108-114.e2. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18501748 [Accessed April 6, 2012].

World Health Organisation., 2010. Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice.

Zwarenstein, M., Reeves, S., Russell, A., Kenaszchuk, C., Conn, L.G., Miller, K.L., Lingard, L., Thorpe, K.E., 2007. Structuring Communication Relationships for InterprofessionalTeamwork(SCRIPT):cluster randomized controlled trial. Journal of Nursing Education, 8, p.23. Available at:http://www. pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=2045094&tool=pmcentrez&rendertype=abstract [Accessed August 15, 2011].

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 13

BAB - 2

SURVEILANS

DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL)

1 Iis Sriningsih,SST,MKes Prodi D IV Keperawatan Semarang

2 DR. Bedjo Santoso, SSiT., MKes Koordinator lapangan

3 Emi Murniati,SST,MKes Prodi D IV TRR Semarang

4 Herlina Tri Damailia,SKM,MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang

5 Sunarto,SKM,MKes Prodi D IV Gizi

6 Lagiono,SKM,MKes Prodi D IV Kesehatan Lingkungan

7 Drs. Moh. Hanafi, M.Kes. Prodi D IV Keperawatan Magelang

8 drg. Ani Subekti, MDSc. Prodi D IV Keperawatan Gigi

9 Arum Lusiana, S.SiT. M.Keb. Prodi D IV Kebidanan Magelang

10 Putrono,SKp,Ns,M.Kes Ketua Jurusan Keperawatan

11 Runjati,M.Mid Ketua Jurusan Kebidanan

12 DR.Kun Aristiati Susiloretni,SKM,MKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 14

A. BATASAN DAN RUANG LINGKUP

Menurut WHO surveilans adalah Suatu proses pengumpulan, pengolahan,

analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan

penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan suatu kegiatan pengumpulan,

analisis, dan analisis data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian

didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab

dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,

mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis

pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan

informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-

langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang

digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan

masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab

menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk

mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal

sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).

B. TUJUAN

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah

kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan

dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan

khusus surveilans:

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;

2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini

outbreak; Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, RS, Dokter

praktik), Komunitas Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Provinsi, Pusat

Peristiwa penyakit, kesehatan populasi Intervensi Keputusan Pelaporan

Informasi (Umpan Balik)

3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease

burden) pada populasi;

4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 15

5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;

6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

C. PRINSIP SURVEILANS

Prinsip surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut (Budiarto, 2003) :

1. Pengumpulan data

Pencatatan insidensi terhadap populasi. Pencatatan insidensi berdasarkan

laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain,

laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas

kesehatan lain; survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko

terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan.

Tujuan pengumpulan data adalah:

a. menentukan kelompok resiko tinggi;

b. Menentukan jenis dan karakteristik(penyebabnya);

c. Menentukan reservoir; Transmisi;

d. Pencatatan kejadian penyakit; danKLB

2. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data)

yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data

yangterkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun

bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut

harus dapat memberikan keterangan yang berarti

3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan

interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi

yangada dalam masyarakat.

4. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang

cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dap

atdisebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi

ini dapatdimanfaatkan sebagai mana mestinya.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 16

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan

untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya,

untuk kegiatantindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan

perbaikan - perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk

kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan

D. MANAJEMEN SURVEILANS

Surveilans mencakup dua fungsi manajemen:

1. Fungsi Inti

Fungsi inti (core activities) mencakup kegiatan surveilans dan langkah-

langkah intervensi kesehatan 5 masyarakat. Kegiatan surveilans mencakup

deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi epidemiologis

maupun laboratoris, umpan-balik (feedback). Langkah intervensi kesehatan

masyarakat mencakup respons segera (epidemic type response) dan

respons terencana (management type response).

2. Fungsi Pendukung.

Fungsi pendukung (support activities) mencakup pelatihan, supervisi,

penyediaan sumber daya manusia dan laboratorium, manajemen sumber

daya, dan komunikasi (WHO, 2001; McNabb et al., 2002).

5. Evaluasi

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 17

DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.

Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-surveillance.pdf Bensimon CM, Upshur REG (2007). Evidence and effectiveness in decisionmaking

for quarantine. Am J Public Health;97:S44-48. Budiarto, Eko. 2003.Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar

Jakarta:EGC Erme MA, Quade TC (2010). Epidemiologic surveillance. Enote.

www.enotes.com/public-health.../ epidemiologic-surveillance. Diakses 21 Agustus 2010.

Giesecke J (2002). Modern infectious disease epidemiology. London: Arnold. JHU (=Johns Hopkins University) (2006). Disaster epidemiology. Baltimore, MD:

The Johns Hopkins and IFRC Public Health Guide for Emergencies. Last, JM (2001). A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press, Inc.

Mandl KD, Overhage M, Wagner MM, Lober WB, Sebastiani P, Mostahari F, Pavlin JA, Gesteland PH, Treadwell T, Koski E, Hutwagner L, Buckeridge DL , Aller RD, Grannis S (2004). Implementing syndromic surveillance: A practical guide informed by the early experience. J Am Med Inform Assoc., 11:141–150.

Pavlin JA (2003). Investigation of disease outbreaks detected by “syndromic” surveillance systems. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80 (Suppl 1): i107- i114(1).

Sloan PD, MacFarqubar JK, Sickbert-Bennett E, Mitchell CM, Akers R, Weber DJ, Howard K (2006). Syndromic surveillance for emerging infections in office practice using billing data. Ann Fam Med 2006;4:351-358.

WHO (2001). An integrated approach to communicable disease surveillance. Weekly epidemiological record, 75: 1-8. http://www.who.int/wer _____ (2002). Surveillance: slides. http://www.who.int

DAFTAR PUSTAKA

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 18

BAB - 3

RENCANA

PROGRAM

KOLABORASI

DISUSUN OLEH :

NO NAMA PENYUSUN DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN (DPL)

1 Arwani,SKM.MN Prodi D IV Keperawatan Semarang

2 Sugih wijayati,SKp.Ns.MKes(Epid) Koordinator Lapangan

3 Elisa Ulfiana,Ssit MKes Koordinator Lapangan

4 Arum Lusiana,SSit.MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang

5 Suyanta,MKes Prodi D IV Keperawatan Magelang

6 Erna Widiastuti,SSit.MKes Prodi D IV Kebidanan Magelang

7 Astidio Noviardhi, S.P., M.Kes(Epid). Prodi D IV Gizi

8 Nur Hilal,SKM.MKes Prodi D IV Kesehatan Lingkungan

9 Bambang Sutomo,SsiT,MKes Prodi D IV Keperawatan Gigi

10 Mohamad Irwan Katili,SPd,MKes Prodi D IV TRR Semarang

11 Wiwik Wijaningsih,STP.MKes Ketua Jurusan Gizi

12 Tri Wiyatini, SKM, M.Kes (Epid) Ketua Jurusan Gigi

13 DR. M. Choiroel Anwar, SKM., MKes Fasilitator

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2016

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 19

A. ANALISIS DATA

Anailsis data merupakan langkah yang harus dilakukan setelah data hasil

pengkajian ditabulasi secara paripurna (komplit). Analisis data dilakukan untuk

mempelajari & menguji data dalam rangka untuk menetapkan masalah

kesehatan. Analisis data umumnya dilakukan untuk menentukan kebutuhan

kesehatan komunitas, kekuatan komunitas, pola respon kesehatan, dan tren

pemanfaatan pelayanan kessehatan.

Langkah-langkah pengkajian dilakukan dengan tahapan berikut:

1. Langkah 1: mengkatogorikan data (categorize the data)

Kategori data dapat didasarkan pada komponen data dasar (umum)

mencakup data demografik (family size, age, sex, ethnic, racial groupings)

Data geografik (area boundaries, number & size of neighborhoods, public

spaces, roads), data sosioekonomik (occupation & income categories,

educational attainment, rental or home-ownership patters), data

pelayanan kesehatan (hospitals, clinics, mental health centers, dll.); dan

data khusus yang mengarah pada pola kesehatan berdasarkan 12

indikator kesehatan menurut Kemenkes RI tahun 2010.

2. Langkah 2: meringkas data (summarize the data) per kategori

3. Langkah 3: mengidentifikasi perbedaan data (data gaps, incongruence),

penghapusan data (omission)

4. Langkah 4: membuat simpulan (inference)

Analisis data menggunakan format sebagai berikut:

DATA MASALAH KESEHATAN

DATA SUBJEKTIF

(hasil wawancara, dll)

DATA OBJEKTIF

(hasil pengukuran, dll)

B. MASALAH KESEHATAN

Masalah kesehatan mengacu pada hasil analisis dan dapat bersifat

masalah kesehatan AKTUAL dan/atau masalah kesesehatan RESIKO. Masalah

kesehatan actual merujuk pada data-data pendukung yang sudah ada

berdasarkan hasil pengukuran, observasi, dan wawancara. Sedangkan

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 20

masalah kesehatan resiko merupakan masalah yang belum ada dukungan data

secara nyata, namun jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi masalah

actual.

Contoh masalah aktual adalah anemi pada ibu hamil yang didukung data

80% ibu hamil yang dikaji memiliki Hb < 11 gr/dL, dan klinis sclera anemis.

Contoh masalah resiko adalah resiko terjadi penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi pada balita dengan dukungan data cakupan imunisasi kurang

dari 80%.

C. PRIORITAS MASALAH KESEHATAN

Prioritas masalah dilakukan untuk menetapkan masalah kesehatan mana

yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu. Prioritas masalah dilakukan ketika

ditemukan masalah kesehatan ≥ 2 (dua) masalah kesehatan.

Prioritas masalah kesehatan menggunakan metoda Bryant yang dimodifikasi

mencakup 4 kriteria yaitu :

1. Community Concern, yakni sejauh mana masyarakat menganggap

masalah kesehatan tersebut penting;

2. Prevalence, yakni berapa banyak penduduk yang terkena masalah

kesehatan tersebut;

3. Seriousness, yakni sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari masalah

kesehatan tersebut atau tingginya angka morbiditas atau mortalitas

serta kecenderungannya; dan

4. Manageability, yakni sejauh mana kita memiliki kemampuan

untukmengatasinya dengan ketersediaan sumber daya (tenaga, dana,

saranadan metode/cara).

Menurut cara ini masing-masing kriteria tersebut dilakukan scoring, kemudian

masing-masing skor dikalikan. Hasil perkalian ini dibandingkan antar masalah-

masalah yang dinilai. Masalah-masalah dengan skor tertinggi akan mendapat

prioritas yang tinggi pula.

Skor yang digunakan adalah 1 sampai dengan 4 dengan kriteria berikut:

1. Untuk aspek C (Community concern) kriteria skornya adalah sebagai berikut:

1 = tidak mendapat perhatian masyarakat

2 = kurang mendapat perhatian masyarakat

3 = cukup mendapat perhatian masyarakat

4 = sangat mendapat perhatian masyarakat

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 21

2. Untuk aspek P (Prevalence) atau frekuensi, kriteria skornya sebagai berikut:

1 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat sedikit;

2 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sedikit

3 = jumlah individu/masyarakat yang terkena cukup besar

4 = jumlah individu/masyarakat yang terkena sangat besar

3. Untuk aspek S (Seriousness) menggunakan kriteria skor berikut:

1 = masalah yang ditimbulkan tidak berat

2 = masalah yang ditimbulkan cukup berat

3 = masalah yang ditimbulkan berat

4 = masalah yang ditimbulkan sangat berat

4. Untuk aspek M (Manageability), menggunakan kriteria skor sebagai berikut:

1 = tidak dapat dikelola dan diatasi

2 = cukup dikelola dan diatasi

3 = dapat dikelola dan diatasi

4 = sangat dapat dikelola dan diatasi

Penetapan besarnya skor pada masing-masing kriteria (Community concern,

Prevalence, Seriousness, dan Manageability) dilakukan dengan cara diskusi

dengan peer (antar mahasiswa), dan dengan masyarakat.

Berikut adalah contoh penetapan prioritas masalah pada kasus PHBS, dimana

ditemukan dua masalah yaitu penggunaan sumber air yang kurang baik, dan

perilaku mencuci tangan yang kurang baik.

No Pemasalahan C P S M TOTAL PRIORITAS

1 Penggunaan sumber air yang kurang baik 2 4 3 1 24 2

2 Prilaku mencuci tangan yang kurang baik 4 3 3 3 108 1

D. PLAN OF ACTION

Plan of Action (PoA) merupakan rencana aksi yang disusun oleh mahasiswa

bersama masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ditemukan

berdasarkan urutan prioritas masalah yang disampaikan saat MMD

(Musyawarah Masyarakat Desa).

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 22

PoA disusun menggunakan matrik sebagai berikut:

N

o

Masalah

Kesehatan

Tujuan Sasaran Rencana

tindakan

Waktu Tempat Penanggung

jawab

Ket

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penjelasan:

Kolom 1: Nomor urut prioritas masalah kesehatan

Kolom 2: diisi masalah kesehatan yang ditemukan sesuai prioritas

Kolom 3: diisi tujuan dengan mengacu SMART

Kolom 4: diisi sasaran implementasi misalnya ibu hamil di RT… RW… Desa …

Kolom 5: diisi rencana tindakan mencakup upaya promotif, preventif, kuratif,

atau Rehabilitative sesuai tujuan yang akan dicapai.

Kolom 6: diisi waktu meliputi hari, tanggal, bulan, tahun dan jam.

Kolom 7: diisi tempat dimana kegiatan akan dilakukan.

Kolom 8: diisi penanggungjawab baik dari unsur mahasiswa maupun

masyarakat

Kolom 9: diisi informasi tambahan jika memang ada seperti dana,target, dll.

E. MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

MMD dilakukan setelah kelompok mahasiswa berhasil mengidentifikasi

masalah kesehatan dan menyusun strategi atau rencana pemecahan masalah

kesehatan. MMD dilakukan pada minggu pertama PKN dengan melibatkan

berbagai unsur / pihak terkait dalam proses pemecahan masalah (pemerintah

daerah / kades dan perangkat terkait, TOMA, TOGA, bidan desa, kepala

puskesmas, coordinator perkesmas di puskesmas, karangtaruna, dan pihak lain

yang relevan).

MMD dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pra MMD

Mahasiswa mentabulasi data, menganalisis data, merumuskan masalah

kesehatan, memprioritaskan masalah kesehatan, dan menyusun PoA untuk

pemecahan masalah kesehatan.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 23

Jika memungkinkan mahasiswa melakukan simulasi MMD dibawah bimbingan

DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) untuk menyempurnakan kegiatan MMD.

Mahasiswa merencanakan kegiatan MMD mencakup:

a. Kapan MMD dilakukan;

b. Dimana MMD dilakukan (tempat beserta sarana prasarana pendukung

seperti kursi, LCD, layar, soudsystem, dll);

c. Siapa saja yang diundang dalam MMD;

d. Apa saja yang harus disampaikan dalam MMD;

e. Siapa yang menyampaikan materi MMD (presentan);

f. Siapa yang memandu MMD (moderator);

g. Siapa yang menjadi pembawa acara;

h. Siapa yang mencatat seluruh kegiatan / hasil MMD;

i. Berita acara MMD (format terlampir)

2. MMD

Pelaksanaan MMD dilakukan dengan tahapan berikut:

a. MC membuka acara

b. Presentan menyampaikan hasil pengkajian dan masalah kesehatan

c. Moderator memimpin jalannya MMD dengan memaparkan masalah

kesehatan untuk mendapatkan persetujuan masyarakat dalam menyusun

prioritas masalah; dilanjutkan dengan pemaparan PoA dengan matrik

yang disepakati.

d. Hasil kesepakatan MMD dituangkan dalam berita acara kegiatan MMD

yang ditandatangani oleh kades, ketua RW / RT, TOMA / TOGA, DPL,

dan perwakilan mahasiswa.

e. MC menutup acara.

f. Pasca MMD

1) Mahasiswa membagikan berita acara MMD kepada pihak-pihak terkait

(Kades, RT/RW, bidan desa) sebagai pedoman pelaksanaan

kegiatan.

2) Mahasiswa menuliskan progess report kegiatan implementasi

pemecahan masalah kesehatan yang dapat dibaca oleh seluruh

mahasiswa dan DPL (ditempelkan di POSKO).

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 24

F. KEGIATAN INTERKOLLABORATIF

Kegiatan interkolaboratif dilakukan pada saat melakukan implementasi.

Kegiatan ini dilakukan setelah mahasiswa bersama masyarakat menentukan

POA untuk selanjutnya melakukan kegiatan implementasi atau pelaksanaan

rencana kegiatan yang sudah disusun bersama dengan masyarakat. Pada

kegiatan intercolaboratif ini mahasiswa melakukan kerjasama dari berbagai

disiplin profesi baik Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Keperawatan

Gigi,Kesehatan Lingkungan maupun Radiodiagnostik & Radiotherapi.

Dalam kegiatan Interkolaboratif hendaknya mempertimbangkan aspek :

1. People Empowerment

2. Health Promotion

3. Partnership/ inter-collaboration.

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 25

BAB - 4

PENUTUP

PANDUAN MATERI PKN IPC POLTEKKES SEMARANG 26

Buku Panduan Materi ini disusun sebagai pendamping Buku Petunjuk

Teknis dalam pelaksanaan PKN IPC Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

pada periode pelaksanaan Tahun 2016. Program PKN IPC ini merupakan wahana

penerapan dan pengembangan pembelajaran kolaboratif civitas akademika secara

integratif dan lintas disiplin keilmuan tenaga kesehatan. Pelaksanaan Program ini

juga menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi – khususnya Pengabdian Masyarakat

– melalui perwujudan visi dan misi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Pemberdayaan kesehatan masyarakat khususnya dalam unit keluarga

merupakan tema sentral dari PKN IPC 2016 dengan memperhatikan potensi

kearifan lokal sesuai dengan daerah pengabdian. Pembentukan Keluarga Cinta

Sehat diharapkan dapat menjadi tulang punggung pembangunan kesehatan

masyarakat demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Perlu disadari bahwa panduan materi ini sebagai sarana pembelajaran bagi

mahasiswa untuk lebih mendalami implementasi program PKN IPC. Mahasiswa

duduk bersama dan mendengarkan kuliah yang sama atau membaca buku yang

sama dengan tujuan agar memiliki kemampuan kolaborasi dan bekerja dalam tim

healthcare secara efektif. Persamaan persepsi dalam memainkan peran profesi

dalam sebuah tim kesehatan sangat diperlukan agar upaya kesehatan yang

dilakukan dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Pengembangan Program PKN IPC ini perlu ditingkatkan di masa mendatang

karena komunitas ataupun masyarakat memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan

kesehatan secara kompleks dan tim kesehatan yang bekerja dalam tim

Interprofesional dapat memenuhi tantangan kebutuhan yang kompleks ini. Usaha ini

akan melibatkan sharing expertise (kompetensi) dan perspectives. Jika rasa

kemitraan dibangun sejak masa kuliah antar profesi, maka mereka akan lebih siap

untuk mengaplikasikan model terintegrasi collaborative care saat memasuki dunia

kerja