Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

32
INTELEGENSI BERAGAMA, SIKAP BERAGAMA, DAN TINGKAH LAKU BERAGAMA AI SITI NURHASANAH SRI HARDIATI PURNAMASARI L.

Transcript of Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Page 1: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

INTELEGENSI BERAGAMA, SIKAP BERAGAMA, DAN TINGKAH LAKU BERAGAMA

AI SITI NURHASANAHSRI HARDIATI PURNAMASARI L.

Page 2: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Intelegensi Beragama Intelegensi ( kecerdasan ) dalam bahasa Inggris

disebut inttelligence dan dalam bahasa Arab disebut al- dzaka, menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti kemampuan ( al- qudrah ) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.

Crow dan Crow : inteligensi berarti kapasitas umum dari seorang individu yg dapat dilihat pd kesanggupan pikirannya dlm mengatasi tuntutan kebutuhan- kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum yg dapat disesuaikan dg problem- problem dan kondisi- kondisi yg baru di dalam kehidupan.

Page 3: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Pada mulanya, kecerdasan hanya berkaitan dg kemampuan struktur akal ( intellect ) dlm menangkap suatu gejala, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dg aspek- aspek kognitif ( al- majal al- ma’rifi ). Namun pada perkembangan berikutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata- mata memenuhi struktur kalby yg perlu mendapat tempat tersendiri u/ menumbuhkan aspek- aspek afektif ( al- infi’ali ), seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan agama.

Page 4: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Macam- Macam IntelegensiA. Kecerdasan Intelektual ( IQ )

Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yg berhubungan dg proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Atau kecerdasan yg berhubungan dg strategi pemecahan masalah dg menggunakan logika.

Kecerdasan intelektual ini dari segi kuantitas tidak bisa dikembangkan karena merupakan pembawaan sejak lahir, namun kualitasnya dpt dikembangkan.

Page 5: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Menurut Kohnstam kualitas kecerdasan intelektual dpt dikembangkan dg beberapa syarat :1) Pengembangan tsb hanya

sampai batas kemampuan, dan tidak dpt melebihinya. Setiap orang mempunyai batas kemampuan yg berbeda.

2) Pengembangan tsb tergantung kepada cara berpikir yg metodis.

Page 6: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Tinggi rendahnya kecerdasan intelektual sso dipengaruhi oleh beberapa faktor :1) Pembawaan, yaitu kesanggupan yg

dibawa semenjak lahir dan setiap orang tdk ada yg sama.

2) Kematangan, yaitu saat munculnya daya intelek yg siap u/ dikembangkan mencapai puncaknya ( masa peka ).

3) Lingkungan, yaitu faktor luar yg mempengaruhi intelegensi pd masa perkembangannya.

4) Minat, yaitu motor penggerak dlm perkembangan intelegensi.

Page 7: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Klasifikasi IQ menurut Woodwort & Marquis

NO IQ Tafsiran

1 140 keatas Genius

2 120 – 139 Very superior

3 110 – 119 Superior

4 90 – 109 Average

5 80 – 89 Dull average

6 70 – 79 Borderline

7 50 – 69 Debil/ morou

8 30 – 49 Ambicile

9 Dibawah 30 Idiot

Page 8: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

B. Kecerdasan Emosional ( EQ ) Kecerdasan emosional mrp sebuah istilah baru yg

pertama kali ditemukan oleh Salovey, psikolog dari Universitas Yale, dan Mayer dari Universitas New Hampeshire pada tahun 1990. namun istilah tsb menjadi populer ditengah- tengah masyarakat setelah Goleman menulis buku yg berjudul Emotional Intelegence.

Salovey dan Mayer menggunakan istilah kecerdasan emosi u/ menggambarkan sejumlah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dg tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dg orang lain.

Page 9: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Fungsi dan Peranan Kedua belah Otak menurut De Porter dan Hernacke :

Otak kiri ( left hemishphere )

Otak kanan ( right hemisphere )

Matematika, sejarah, bahasa Persepsi, intuisi, imajinasi

Konvergen ( runtut ), sistematis

Divergen

Analitis Perasaan

Perbandingan Terpadu, holistic

Hubungan Perasaan

Linier Non linier

Logis Mistic, spiritual

Scientific Kreatif

Fragment Rasa, seniEQ : hasil kerja dari otak kananIQ : hasil kerja dari otak kiri

Page 10: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Ari Ginanjar Agustian mengemukakan bahwa banyak orang yg memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yg tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan.

Mahmud al- Zaky mengemukakan bahwa kecerdasan emosional pd dasarnya mempunyai hub. Yang erat dg kecerdasan uluhiyah ( ketuhanan ). Jika sso tingkat pemahaman dan pengamalan nilai- nilai ketuhanan yg tinggi dlm hidupnya makaia telah memiliki kecerdasan emosional yg tinggi pula.

Abdul Rahman al- Aisu mengatakan bahwa terdapat hubungan yg erat antara kecerdasan emosional dg kecerdasan ketuhanan.

Page 11: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional Ari Ginanjar mengemukakan aspek-aspek

yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dan spiritual, seperti :a) Konsistensi ( istiqamah )b) Kerendahan hati ( tawadhu’ )c) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)d) Ketulusan ( ikhlas ), dan totalitas (kaffah

)e) Keseimbangan ( tawazun )f) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)

Page 12: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Sedangkan Jalaluddin Rahmat mengemukakan bahwa untuk memperoleh kecerdasan emosional yang tinggi (matang), harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :a) Musyarathah, berjanji pd diri sendiri u/

membiasakan perbuatan baik dan membuang perbuatan buruk.

b) Muraqabah, memonitor reaksi dan perilaku sehari- hari.

c) Muhasabah, melakukan perhitungan baik dan buruk yg pernah dilakukan

d) Mu’atabah dan mu’aqabah, mengecam keburukan yg dikerjakan dan menghukum diri sendiri (sbg hakim sekaligus terdakwa)

Page 13: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Sementara itu Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya memiliki 5 aspek kemampuan, yaitu :a) Kemampuan mengenali emosi dirib) Kemampuan menguasai emosi diric) Kemampuan memotivasi dirid) Kemampuan mengenali emosi orang

laine) Kemampuan mengembangkan

hubungan dg orang lain

Page 14: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

C. Kecerdasan Moral Kecerdasan moral ialah kemampuan untuk

merenungkan mana yg benar dan mana yg salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia.

Indikator kecerdasan moral adalah bagaimana sso memiliki pengetahuan ttg moral yg benar dan yg buruk, kemudian ia mampu menginternalisasi moral yg benar ke dalam kehidupan nyata dan menghindarkan diri dari moral yg buruk.

Menurut Abdul Mujib kecerdasan moral tdk bisa dicapai dg menghafal atau mengingat kaedah atau aturan yg dipelajari di dalam kelas melainkan membutuhkan interaksi dg lingkungan luar.

Page 15: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

D. Kecerdasan Spiritual ( SQ )Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin

agama yg mengajak manusia u/ cerdas memilih salah satu agama, ia mrp sebuah konsep yg berhubungan bagaimana sso mempunyai kecerdasan dlm mengelola makna- makna, nilai- nilai dan kualitas kehidupan spiritualnya.

Kehidupan spiritual ini meliputi : hasrat untuk hidup bermakna, motivasi mencari makna hidup, dan mendambakan hidup bermakna.

Page 16: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Danah Zohar dan Ian Marshall : kecerdasan spiritual adalah kecerdasan u/ menghadapi persoalan makna atau valua, yaitu kecerdasan u/ menempatkan perilaku dan hidup kita dlm konteks makna yg lebih luas & kaya, kecerdasan u/ menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sso lebih bermakna dibandingkan dg yg lain.

SQ ( Spiritual Quotient ) adalah landasan diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

SQ mrp suatu kecerdasan yg memberi kita makna, yg melakukan kontekstualisasi, dan bersifat transformatif.

Page 17: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

E. Kecerdasan Qalbiah Kecerdasan Qalbiyah adalah sejumlah

kemampuan diri secara cepat & sempurna, u/ mengenal kalbu dan aktivitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenis- jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu u/ membina hub. Moralitas dg orang lain dan hub. Ubudiyah dg Tuhan.

Menurut Toro Tasmara, Qalbu adalah hati nurani yg menerima limpahan cahaya kebenaran Ilahiyah yaitu ruh. Dengan kalbu inilah Allah memanusiakan manusia & memuliakannya dari makhluk yg lain.

Qalbu mrp suatu tempat di dalam wahana jiwa dan mrp titik sentral atau awal yg menggerakkan segala perbuatan manusia yg memiliki kecenderungan baik kepada kebenaran maupun pada keburukan.

Page 18: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Allah menjadikan kalbu manusia sbg titik sentral kesadaran manusia. Allah akan menghukum orang yg mengingkari-Nya dg kesadaran hati menerima bisikan syetan dan memaafkan jika kesalahan itu tdk disengaja disuarakan suara hati. Hal ini dinyatakan dlm firman Allah SWT :

Panggilah mereka ( anak- anak angkat itu ) dengan ( memakai ) nama bapak- bapak mereka. Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak- bapak mereka maka ( panggilah mereka sebagai ) saudara- saudaramu seagama dan maula- maulamu dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi ( yang ada dosanya ) apa yang disengaja oleh hatimu dan adalah Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. ( Q.S Al- Ahzab: 5 )

Page 19: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Kalbu juga mempunyai potensi qalbiyah yg mampu melihat apa yg tidak dapat dilihat oleh mata kepala, sebab didalamnya terdapat ‘ayn al- bashirah ( mata batin ).

Sayyid Mujtaba Musawi Hari menamakan kalbu dengan “ hati nurani “. Qalbu ( hati nurani ) selain memiliki fungsi indrawi juga memiliki nilai moral dan etika yg hanif. Nilai- nilai mrp hal yg inheren dengan yg tercerahkan.

Firman Allah SWT :Kemudian Ia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya ruh ( ciptaan )- Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, ( tetapi ) kamu sedikit sekali yg bersyukur. ( Q.S as- Sajadah: 9 )

Page 20: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Kecerdasan kalbu menurut Abdul Mujib tumbuh melalui aktualisasi potensi- potensinya, sehingga menimbulkan perilaku qalbiah ( al- ahwal al- qalbiyah ) yg pada puncaknya memiliki beberapa kecerdasan pula. Kecerdasan kalbu yg dikembangkan tdk terbatas pada kecerdasan intelektual, emosi, moral, dan kecerdasan spiritual namun terdapat kecerdasan yg lebih esensial yaitu kecerdasan beragama atau bertuhan.

Kecerdasan beragama yg memberi makna ibadah pd setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yg bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya ( hanif ) dan memiliki pola pemikiran tauhid ( integralistik ) serta berprinsip hanya karena Allah.

Page 21: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Jenis Kecerdasan Qalbiyah menurut Abdul Mujib :

1. Kecerdasan intelektual ( intuitif ), yaitu kecerdasan kalbu yg berkaitan dengan penerimaan & pembenaran pengetahuan yg bersifat intuitif- ilahiah seperti wahyu ( u/ para rasul dan nabi ) dan ilham atau firasat ( u/ manusia biasa yg shaleh ).

2. Kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan kalbu yg berkaitan dg pengendalian nafsu- nafsu impulsif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan sso u/ bertindak secara hati- hati, waspada, tenang, sabar dan tabah ketika mendapat musibah, serta berterima kasih ketika mendapat kenikmatan.

3. Kecerdasan moral, yaitu kecerdasan kalbu yg berkaitan dg hubungan kpd sesama manusia dan alam semesta.

Page 22: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

3. Kecerdasan spiritual, adalah kecerdasan kalbu yg berhubungan dengan kualitas batin sso. Kecerdasan ini mengarahkan orang u/ berbuat lebih manusiawi, sehingga dpt menjangkau nilai- nilai luhur yg mungkin belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.

4. Kecerdasan beragama, adalah kecerdasan kalbu yg berkaitan dg kualitas beragama dan bertuhan. Kecerdasan ini mengarahkan sso u/ berperilaku secara benar, yg puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam, dg dilandasi oleh enam kompetensi keimanan, lima kompetensi keislaman dan multi kompetensi keihsanan.

Page 23: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Kecerdasan beragama lebih tinggi hirarkinya daripada kecerdasan kalbu yg lain. Sso yg memiliki kecerdasan beragama seharusnya telah melampaui kecerdasan spiritual, moral, emosional,dan kecerdasan intelektual ( intuitif ), karena keempat kecerdasan yg terakhir mrp bagian dari kecerdasan beragama. Keberartian kecerdasan spiritual dan kecerdasan moral menopang pada kecerdasan beragama, sebab keduanya mrp dimensi esoteris dari agama.

Page 24: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Sikap Keagamaan Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan

yg ada dalam diri seseorang yg mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Sikap keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sbg komponen kognitif perasaan terhadap agama sbg komponen afektif dan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognatif. Ketiga komponen tsb berintegrasi secara kompleks.

Page 25: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Dari mana sikap keagamaan ini muncul? Mc. Nair & Brown ( 1983 ) dalam

penelitiannya menemukan bahwa dukungan orang tua berhubungan scr signifikan dengan sikap siswa.

Zakiah Daradjat ( 1988 ) mengatakan bahwa sikap keagamaan mrp perolehan dan bukan bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman langsung yg terjadi dalam hubungannya dg unsur – unsur lingkungan materi dan sosial, misal: kondisi rumah, teman, orang tua, dsb.

Page 26: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

FAKTOR YANG MEMBENTUK SIKAP KEAGAMAAN

Berdasarkan buku Psikologi Agama karangan Prof. Dr. H. Jalaluddin, sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu : 1) Faktor Intern, dimana manusia adalah makhluk

homo religius karena sudah memiliki potensi untuk beragama. Potensi ini bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, perasaan, akal, maupun kehendak dan sebagainya.

2) Faktor Ekstern, dimana manusia terdorong untuk beragama karena pengaruh faktor luar dirinya, seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah

Page 27: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Menurut Sri Partini pembentukan & perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor :1) Faktor internal, berupa kemampuan

menyeleksi dan mengelola atau menganalisis pengaruh yg datang dari luar, termasuk disini minat dan perhatian.

2) Faktor eksternal, berupa faktor dari luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yg diterima.

Page 28: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Dengan demikian, meskipun sikap keagamaan bukan mrp bawaan akan tetapi dlm pembentukan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal individu.

Pembentukan sikap keagamaan ini sangat erat kaitannya dg perkembangan agama. Sikap fanatis, toleran, pesimis, optimis, tradisional, modern, fatalisme, dan sikap free will dlm beragama banyak menimbulkan dampak positif maupun negatif dlm meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat dlm beragama.

Page 29: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Kaitan antara intelegensi beragama dengan sikap beragama

Jika orang yang memiliki intelegensi beragama tinggi maka sikap beragamanya baik dan menerima agama dan sebaliknya.

Page 30: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Tingkah Laku Keagamaan Dalam Kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa

tingkah laku sama artinya dg perangai, kelakuan atau perbuatan.

Menurut J.P. Chaplin ( dalam Dictionary of Psychology ) tingkah laku mrp sembarang respon yg mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau balasan yg dilakukan oleh organisme.

Menurut Budiarjo tingkah laku mrp tanggapan atau rangkaian tanggapan yg dibuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikutsertakan tanggapan pd suatu organisme, termasuk yg ada di otak, bahasa, pemikiran, impian- impian, harapan- harapan, dsb, tetapi ia juga menyangkut mental sampai pd aktivitas fisik.

Page 31: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Tingkah laku keagamaan adalah segala aktivitas manusia dlm kehidupan didasarkan atas nilai- nilai agama yg diyakininya. Tingkah laku keagamaan tsb mrp perwujudan dari rasa dan jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran & pengalaman beragama pd masing- masing individu.

Tingkah laku keagamaan pd umumnya didorong oleh adanya suatu sikap keagamaan yg mrp keadaan yg ada pd diri sso. Dengan sikap itulah akhirnya lahir tingkah laku keagamaan sesuai dg kadar ketaatan sso terhadap agama yg diyakininya.

Page 32: Intelegensi, sikap dan tingkah laku beragama

Referensi Ramayulis. 2009. Psikologi Agama.

Radar Jaya Offset : Jakarta Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Raja

grafindo Persada : Jakarta