Integrasi tan pangan

19
BAB I PENDAHULUAN Populasi ternak sapi potong di Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dimana secara nasional terjadi gejala penurunan populasi terus menerus dari tahun ketahun yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (i) peningkatan populasi dan produksi daging tidak seimbang dengan peningkatan permintaan daging, (ii) terjadinya pemotongan sapi pejantan yang berkualitas baik dan produktif yang jumlahnya cukup besar dari total sapi yang dipotong, (iii) tidak tersedianya bibit yang bermutu baik dalam jumlah yang cukup, mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Melihat kondisi dilapangan saat ini penampilan sapi potong yang umurnya cukup, tetapi secara performans tidak menggambarkan kesesuaian antara umur dan ukuran tubuh. Hal ini menunjukkan adanya penurunan genetik pada ternak yang ada. Untuk itu perlu dilakukan pemuliaan yang terarah dan kontinyu pada daerah sumber bibit. Disamping itu peningkatan produktifitas melalui pendekatan faktor genetik dapat dilakukan dengan menyediakan bibit unggul khususnya pejantan melalui uji performan yang kemudian disebarkan kedaerah-daerah yang membutuhkan Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi local yang ada di pasar ataupun sapi import yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia 1-2 tahun, dan sepasang gigi serinya sudah tanggal. Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan modal utama yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara kontinu. Kemampuan peternak memilih dan menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Pada pelatihan Pola Integrasi Sapi Potong Berbasis Tanaman Pangan angkatan ke I dalam mendukung empat sukses pembangunan pertanian di bidang peternakan salah satunya adalah kecukupan produksi daging tahun 2014. Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu mengemban tugas peningkatan SDM bagi aparatur maupun non aparatur khususnya bidang penngemukan dan pembibitan, salah upaya peningkatan SDM tersebut adalah mengikuti diklat Integrasi Sapi Potong dengan tanaman pangan di bidang pemeliharaan sapi potong pola integrasi.

Transcript of Integrasi tan pangan

BAB I

PENDAHULUAN

Populasi ternak sapi potong di Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat

memprihatinkan dimana secara nasional terjadi gejala penurunan populasi terus menerus dari

tahun ketahun yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : (i) peningkatan populasi

dan produksi daging tidak seimbang dengan peningkatan permintaan daging, (ii) terjadinya

pemotongan sapi pejantan yang berkualitas baik dan produktif yang jumlahnya cukup besar

dari total sapi yang dipotong, (iii) tidak tersedianya bibit yang bermutu baik dalam jumlah

yang cukup, mudah diperoleh dan harganya terjangkau.

Melihat kondisi dilapangan saat ini penampilan sapi potong yang umurnya cukup,

tetapi secara performans tidak menggambarkan kesesuaian antara umur dan ukuran tubuh.

Hal ini menunjukkan adanya penurunan genetik pada ternak yang ada. Untuk itu perlu

dilakukan pemuliaan yang terarah dan kontinyu pada daerah sumber bibit. Disamping itu

peningkatan produktifitas melalui pendekatan faktor genetik dapat dilakukan dengan

menyediakan bibit unggul khususnya pejantan melalui uji performan yang kemudian

disebarkan kedaerah-daerah yang membutuhkan

Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan

yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukan dengan

pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi local yang ada di pasar ataupun sapi

import yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi yang

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas utama bakalan sapi yang

dipilih yaitu kurus, berusia 1-2 tahun, dan sepasang gigi serinya sudah tanggal.

Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan modal utama yaitu tersedianya

bakalan yang memenuhi syarat secara kontinu. Kemampuan peternak memilih dan

menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat

keuntungan yang diharapkan. Pada pelatihan Pola Integrasi Sapi Potong Berbasis Tanaman

Pangan angkatan ke I dalam mendukung empat sukses pembangunan pertanian di bidang

peternakan salah satunya adalah kecukupan produksi daging tahun 2014.

Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu mengemban tugas peningkatan SDM bagi

aparatur maupun non aparatur khususnya bidang penngemukan dan pembibitan, salah upaya

peningkatan SDM tersebut adalah mengikuti diklat Integrasi Sapi Potong dengan tanaman

pangan di bidang pemeliharaan sapi potong pola integrasi.

A. Dikripsip Singkat

Bahan ajar ini berisikan unit kompetensi Mendesain Integrasi sapi potong dengan

Tanamanan Pangan yang harus dimiliki oleh widyaiswara dan peserta pelatihan yang

meliputi : Pengertian,keunggulan pertanian terintegrasi, keuntungan dan kegunaan,

menghitung bio massa tanamana pangan dan mendesain pola integrasi

B.Tujuan Pembelajaraan

1. Kompetensi Dasar

Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat

memahami dan menerapkan materi Mendesain Pola Integrasi Berbasis Tanaman

pangan.

2. Indikator keberhasilan

Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian pembelajaran ini, peserta pelatihan dapat

1. Menjelaskan pengertian integrasi ternak dan tanaman pangan ?

2. Menjelaskan Keunggulan Pertanian Terintegrasi ?

3. Menjelaskan Keuntungan dan Kegunaan Integrasi ?

4. Menjelaskan Limbah Jerami Padi ?

5. Menjelaskan Limbah Jerami Polowijo ?

6. Menghitung Potensi Biomassa Tanaman Pangan dan Palawijo ?

7. Menjelaskan Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi

8. Menjelaskan Mendesain Pola Integrasi ?

C.Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1. Pengertian,keunggulan, keutungan dan kegunaan

- Pengertian Pola integrasi ternak tanaman pangan

- Keunggulan Pertanian Terintegrasi

- Keuntungan dan kegunaan Integrasi

2. Menghitung Potensi Bio Massa Tanaman Pangan dan Polowijo

- Limbah Jerami Padi

- Limbah Jerami Polowijo

- Menghitung Potensi Bio Massa Tanaman Pangan

3. Mendesain Pola Integrasi Tanaman Pangan

- Kelompoktani dan Gapoktan sebagai wadah pola Integrasi

- Mendesain Pola Integrasi

BAB II

PENGERTIAN, KEUNGGULAN, KEUNTUNGAN DAN KEGUNAAN INTEGRASI

A. Pengertian

Integrasi ternak dalam usaha tani adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah

ternak sapi di areal tanaman tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan

keberadaan ternak sapi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus

meningkatkan produksi sapi itu sendiri. Ternak sapi yang diintegrasikan dengan tanaman

mampu memanfaatkan produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman)

untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk organik

sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sejalan dengan program pemerintah dalam

peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu melalui program-program bantuan

pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik untuk penerapan integrasi ternak sapi dalam

usaha tani tanaman.( http://sekarmadjapahit.wordpress.com)

Integrasi merupakan bentuk diversifikasi (keragaman) fungsional, dari 2 jenis

kegiatan atau lebih yang dapat berjalan saling melengkapi dalam proses produksi atau

pemanfatan biomasa, sehingga dapat meningkatkan efisiensi usaha (Altieri, 1996). Integrasi

tanaman-ternak merupakan suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat

antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah.

Hubungan sinergis yang dihasilkan memungkinkan ternak memberikan keuntungan yang

tinggi per satuan input tenaga kerja disamping memberikan pupuk bagi tanaman.

Produktivitas tanaman yang meningkat memberi peluang bagi peningkatan pendapatan

masyarakat dan mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk ternak yang pada

gilirannya mendorong munculnya kesempatan kerja di pedesaan (Pasandaran et al., 2005).

B. Keunggulan Pertanian Terintegrasi

Integrasi usaha tanaman pangan dan ternak merupakan bentuk diversifikasi fungsional

usaha tani yang membentuk satu rantai ekosistem tertutup dalam memanfaatkan bio massa.

Adanya integrasi usaha tanamana pangan dengan ternak dengan sentuhan teknologi maju

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat

1. Menjelaskan Pengertian Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan

2. Menjelaskan Keunggulan Pertanian Terintegrasi

3. Menjelaskan Keuntungan dan Kegunaan Integrasi

akan dapat meningkatkan produktivitas sehingga tingkat pendapatan akan meningkat. Pola ini

sangat membantu efisiensi di dalam usahatani, karena akan mengurangi input biaya produksi

usaha ternak maupun tanaman pangan. Pemeliharaan ternak menjadi murah karena sebagian

atau keseluruhan kebutuhan pakan dapat terpenuhi dari limbah tanaman pangan, yakni limbah

padi (jerami), gulma , serta limbah tanaman palawijo ( jerami jagung, jerami kedelai, jerami

kacang tanah, kulit ubi, daun ubi). Biaya pemupukan tanaman akan dapat ditekan karena

dihasilkan dari limbah ternak. Bahkan sebelum digunakan sebagai pupuk, kandungan bio gas

dalam limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk sumber energi. Pemanfaatan bio gas kini

makin terasa penting, dengan makin tingginya harga minyak, serta untuk menekan produksi

emisi gas rumah kaca (GRK). Dengan demikian, tidak ada lagi limbah yang terbuang

sehingga pola pertanian ini menjadi ramah lingkungan serta dapat memperluas sumber

pendapatan dengan terciptanya relung-relung baru.

C.Keuntungan dan Kegunaan Integrasi

1. Pola integrasi sapi dilahan tanaman pangan dan palawijo dapat memberika keuntungan

antara lain :

a. Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi

b. Mengurangi resiko terjadinya kegagalan produksi

c. Efisiensi penggunaan tenaga kerja

d. Efisiensi penggunaan komponen produksi

e. Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi bilogi serta masukan

sumberdaya lainnya dari luar

f. Sistem ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polasi, sehingga melindungi

lingkungan hidup

g. Meningkatkan out put dan pendapatan, serta mengembangkan rumah tangga petani

yang lebih stabil.

2.Kegunaan Integrasi

Integrasi padi dan sapi di lahan sawah dapat dipergunakan sebagai satu alternative untuk

mempercepat peningkatan produksi padi dan polowijo dengan sapi potong melalui :

a. Aplikasi teknologi dan inovasi sederhana, dengan memanfaatkan hasil samping

(limbah) pertanian pertanian tanaman pangan dan polowijo sebagai bahan pakan

ternak. Sebagai contoh, fermentasi dan amoniasi jerami padi, silase limbah jagung dan

limbah lainnya dapat digunakan sebagai pakan ternak sumber serat. Langkah ini

sekaligus akan mengamankan ketersediaan pakan sepanjang tahun.

b. Kotoran ternak dan sisa pakan serta hasil panen lainnya dapat di dekomposisi menjadi

kompos dengan cara cepat, mudah dan murah guna penyediaan unsure hara bagi lahan

sawah melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

c. Penggunaan kompos berkualitas telah terbukti akan meningkatkan efisiensi dan

produksi padi dan tanaman polowijo pada umumnya, sekaligus memberi peluang

peningkatan pendapatan petani dan menjaga kelestarian lahan persawahan/pertanian.

d. Upaya memadukan ternak dengan usaha pertanian akan membawa dampak pada

system budidaya, kehidupan social dan aktivitas ekonomi kearah yang positif.

Budidaya ternak akan semakin efisien, karena ketersediaan pakan secara kontinyu,

problem social yang sering terjadi akibat limbah yang menimbulkan polusi (kotoran

ternak, sisa pemen, limbah perkebunan/pertanian) dapat diatasi dan membawa

pengaruh yang baik, sedangkan secara ekonomis petani dapat melakukan efisiensi

usahatani sehingga tingkat pendapatan semakin meningkat. Akhirnya kemandirian

petani dalam berusaha dapat diwujudkan dan ketergantungan sarana produksi dari luar

dapat ditekan.

e. Pola pemeliharaan ternak system kelompok akan memberi peluang untuk

mengembangkan system dan usaha agribisnis berdaya saing. Walaupun kepemilikan

masing-masing petani masih sangat kecil, pola ini akan memudahkan dalam

penyuluhan dan pengamanan ternak dari pencurian, mengurangi dampak perusakan

lingkungan dan meningkatkan kebersihan lingkungan serta memudahkan dalam

mengembangkan system kelembagaan, terutama dalam hal permodalan dan

pemasaran produk.

D. Rangkuman

Integrasi adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak sapi di areal tanaman

tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman bahkan keberadaan ternak sapi ini

dapat meningkatkan produktivitas tanaman sekaligus meningkatkan produksi sapi itu sendiri.

Integrasi merupakan bentuk diversifikasi (keragaman) fungsional, dari 2 jenis kegiatan atau

lebih yang dapat berjalan saling melengkapi dalam proses produksi atau pemanfatan biomasa,

sehingga dapat meningkatkan efisiensi usaha (Altieri, 1996).

Keunggulan pertanian terintegrasi antara lain : 1)Merupakan bentuk fungsional usahatani

yang membentuk satu rantai ekosistem 2) Memanfatkan bio massa 3) Adanya sentuhan

teknologi 4) Efiesien dalam usahatani 5) Biaya pakan ternak murah 6) Menekan biaya

pemupukan 6)Sebagai sumber energi (biogas) 7) Ramah lingkungan.

Keuntungan Pola Integrasi antara lain : 1) Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi 2)

Mengurangi resiko terjadinya kegagalan produksi 3) Efisiensi penggunaan tenaga kerja 4)

Efisiensi penggunaan komponen produksi 5) Mengurangi ketergantungan energi kimia dan

energi bilogi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar 6) Sistem ekologi lebih lestari dan

tidak menimbulkan polasi, sehingga melindungi lingkungan hidup 7) Meningkatkan out put

dan pendapatan, serta mengembangkan rumah tangga petani yang lebih stabil.

Kegunaan Pola Integrasi antara Lain : 1) Aplikasi teknologi dan inovasi sederhana, dengan

memanfaatkan hasil samping (limbah) pertanian pertanian tanaman pangan dan polowijo

sebagai bahan pakan ternak. 2) Kotoran ternak dan sisa pakan serta hasil panen lainnya dapat

di dekomposisi menjadi kompos dengan cara cepat, mudah dan murah 3) Penggunaan

kompos berkualitas telah terbukti akan meningkatkan efisiensi dan produksi padi dan

tanaman polowijo pada umumnya, sekaligus memberi peluang peningkatan pendapatan

petani dan menjaga kelestarian lahan persawahan/pertanian. 4) Upaya memadukan ternak

dengan usaha pertanian akan membawa dampak pada system budidaya, kehidupan social dan

aktivitas ekonomi kearah yang positif. 5) Pola pemeliharaan ternak system kelompok akan

memberi peluang untuk mengembangkan system dan usaha agribisnis berdaya saing.

E.Latihan

1.Jelaskan Pengertian Pola Integrasi ternak dan tanaman ?

2. Jelaskan keunggulan Pertanian Terintegrasi ?

3.Jelaskan Keuntungan dan kegunaan pola integrasi ?

BAB II

MENGHITUNG POTENSI BIOMASSA TANAMAN PANGAN DAN POLOWIJO

A) Limbah Jerami padi

Jerami padi sebagai produk samping tanaman padi tersedia dalam jumlah yang besar

namun demikian pemanfaatannya belum optimal. Hal ini disebabkan karena bahan ini

memiliki nilai nutrisi dan biologis yang rendah. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal

maka sebelum diberikan ke ternak, perlu diberi perlakuan agar lebih disukai ternak dan

mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dari bahan dasarnya. Perlakuan umum yang telah

banyak diterapkan antara lain melalui pencacahan, fermentasi ataupun amoniasi.

Selanjutnya jerami yang telah mendapat perlakuan fermentasi sebaiknya disimpan pada

tempat yang teduh dan terhindar dari terik matahari maupun dari terpaan air hujan. Hal ini

penting dilakukan untuk menghindari kerusakan yang diakibatkan oleh sengatan matahari

maupun terpaan air hujan. Jerami padi yang telah melewati proses fermentasi siap untuk

digunakan sebagai bahan pakan dasar untuk ternak. Agar memberi dampak yang baik

untuk ternak, maka pemberian sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan bahan pakan

lainnya, seperti hijauan leguminosa (lamtoro, kaliandra, glirisidia ataupun turi).

Kandungan Zat nutrien jerami Padi :

Bahan pakan BK(%) PK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)

Jerami Padi 60 2,40 59,0 0,21 0,08

Sumber : Uum Umiyasih, Yenny Nur Anggraeny, 2007

Tabel Kandungan Gizi Dedak Padi

Zat Gizi Kandungan %) Kandungan dalam 1 kg segar (g)

Bahan kering 87,00 240,00

Protein 13,00 113,00

Energi (TDN) 68,00 592,00

Kalsium (Ca) 0,86 7,50

Fosfor (P) 1,39 12,10

Air 13,00 760,00

Sumber : Kukuh Budi Satoto, 1991

Indikator Pembelajaran :Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat

1. Menjelaskan Limbah Jerami Padi ?

2. Menjelaskan Limbah Jerami Polowijo ?

3. Menghitung Potensi Bimassa Tanaman Pangan dan Palawijo ?

B) Limbah Palawijo (Jagung, Kedelai, Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian)

1. Limbah Jagung

Setelah produk utamanya dipanen, tanaman jagung dapat menyediakan material yang

dapat dipergunakan sebagai bahan baku pakan pengganti hijauan. Oleh karena itu,

masuknya komponen ternak dalam usahatani tanaman jagung cukup menjanjikan.

Beberapa bahan dari tanaman jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan

pakan alternatif baik sebelum maupun setelah melalui suatu perlakuan/proses

pengolahan adalah daun, batang jagung dan tongkol. Produk ikutan tanaman jagung

sebelum dipergunakan sebagai bahan baku pakan sumber serat dapat diolah menjadi

hay dan/atau silase, baik dengan ataupun tanpa aplikasi teknologi bio-proses

(fermentasi, amoniasi atau kombinasi perlakuan). Perlakuan khusus dilakukan, selain

untuk tujuan dapat dipergunakan dalam satuan waktu yang cukup lama ditujukan pula

untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan kandungan nutrisi produk ikutan

tersebut. Untuk memudahkan dalam pembuatan hay ataupun silase, sebaiknya produk

ikutan tersebut di potong-potong/cacah terlebih dahulu. Demikian pula apabila

diberikan dalam bentuk segar, disarankan agar di potong-potong terlebih dahulu agar

lebih memudahkan ternak mengkonsumsinya dan lebih disukai. Pemberian produk

ikutan dengan penambahan molases ataupun air garam (garam dapur) merupakan salah

satu cara agar bahan tersebut lebih disukai, terutama untuk ternak yang belum terbiasa

dengan produk ikutan tersebut. Teknologi pembuatan silase dan bio-proses diuraikan

pada sub-bab selanjutnya. Penambahan urea dalam proses pembuatan silase, dapat

meningkatkan kandungan protein kasar hasil olahan produk ikutan.

Kandungan nutrisi jerami jagung sebagai berikut :

No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)

BK PK LK SK TDN

I. LIMBAH PERTANIAN

1 Jerami Jagung Segar 21.69 9.66 2.21 26.30 60.24

2 Klobot Jagung 42.56 3.40 2.55 23.32 66.41

3 Tongkol Jagung 76.61 5.62 1.58 25.55 53.08

4 Tumpi jagung 87.385 8.657 0,532 21.297 48,475

4 Tepung Jagung 89,1 10,8 4,7 3,1 90

5 Dedak Jagung 84,9 8,5 9,0 1,5 82

6 Brangkasan Jagung 28 8,2 29,8

b. Jerami ketela pohon

Jerami ketela pohon penting artinya dalam pengadaan hijauan pakan. Jerami ketela

pohon berupa daun, kulit, ranting dan batang ketela pohon Kandungan nilai gizi

jerami ketela pohon lebih baik dibanding jerami padi.

Kandungan nutrisi jerami ubi kayu/ketala pohon sebagai berikut :

No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)

BK PK LK SK TDN

I. LIMBAH PERTANIAN

1 Onggok kering 90,170 2,839 0,676 8,264 77,249

2 Tepung gaplek 87,024 2,412 0,792 8,930 73,489

3 Singkong 32,3 3,3 3,3 4,2 81,8

c. Jerami Ketela Rambat/Ubi Jalar.

Jerami ketela rambat merupakan tanaman yang belum layak dimanfaatkan sebagai

pakan secara maksimal, karena belum dibiasakan pemberiannya kepada ternak. Jerami

ketela rambat dapat dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia, dan ternak monogastrik.

d. Jerami Kacang - kacangan

Jerami kacang tanah merupakan tanaman pangan yang memiliki kandungan air yang

cukup tinggi (± 80%), sehingga jerami kacang tanah tidak dapat dimanfaatkan untuk

waktu yang cukup lama karena rusaknya hijauan tersebut. Jerami kacang tanah lebih

baik diberikan untuk ternak herbivora.

Jumlah produksi hasil samping pertanian berdasarkan bahan kering adalah : bahwa

dalam 1 ha tanah dapat dihasil 3,8 ton BK pucuk tebu, atau 0,9 ton BK pucuk ketela

pohon, atau 2,1 ton BK jerami kacang tanah, atau 2,9 ton BK jerami jagung, atau 2,6

ton jerami shorghum, atau 4,1 ton BK jerami padi

Kandungan Nutrisi Limbah Tanaman Pangan

No JENIS BAHAN Kandungan Nutrisi (%)

BK PK LK SK TDN

I. LIMBAH PERTANIAN

3. Jerami Kac.Tanah 29.08 11.31 3.32 16.62 64.50

4. Jerami Kac.Hijau 21.93 15.32 3.59 26.90 55.52

5. Jerami Kac.Panjang 28.40 6.94 3.33 33.49 55.28

6. Jerami Kac.Tunggak 15.52 16.06 3.93 38.08 48.31

7. Jerami kulit kedele 61.93 7.99 5.07 38.67 56.13

9. Kulit Kedele 90.37 18.96 1.25 22.83 62.72

10. Kulit Kac.Tanah 87.38 5.77 2.51 73.37 31.70

Sumber: WAHYONO et al.(2003).dalam Hardianto, R.(2007)

C. Menghitung Potensi Bimassa Tanaman Pangan dan Palawijo

1. Metoda Rank

Metoda ini digunakan untuk menghitung potensi jerami pertanian dalam satu tahun,

dengan pendekatan membandingkan produksi bahan kering dari jerami pertanian dan

kebutuhan untuk ternak melalui data primer (monografi) desa, kecamatan kota/kabupaten

atau provinsi. Metoda Rank akan diperoleh informasi sebagai berikut :

a. Estimasi produksi bahan kering jerami pertanian.

b. Data populasi ternak.

c. Data daya dukung suatu wilayah (surplus atau minus).

d. Rekomendasi tindak lanjut.

Contoh perhitungan sederhana :

Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :

a. Luas tanam padi sawah = 200 Ha

b. Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha

c. Luas tanam jagung = 12 Ha

d. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha

e. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor dengan bobot badan rata-rata 600 kg.

Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung produksi bahan kering jerami dan jumlah

konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak.

1. Untuk menghitung produksi bahan kering jerami dapat menggunakan rumus sebagi

berikut :

Produksi BK jerami = Luas Panen X Produksi BK X Angka Manfaat

a. Produksi BK jerami padi sawah

= 200 X 2,5 X 70% = 350 ton/thn

b. Produksi BK jerami padi gogo

= 60 X 2,5 X 70% = 105 ton/thn

c. Produksi BK jerami jagung

= 12 X 6,0 X 75% = 54 ton/thn

d. Produksi BK jerami kacang tanah

= 8 X 2,5 X 60% = 12 ton/thn

Jumlah total = 521 ton/thn = 521.000 kg/thn

2. Untuk menghitung konsumsi/kebutuhan bahan kering ternak

= 60 ekor X 1,5% X 600 kg X 365 hari = 197.100 kg.

(Konsumsi BK suatu ternak yaitu 2%untuk jerami tidak lebih dari 2% )

Jadi: kesimpulannya bahwa produksi bahan kering jerami dalam satu tahun melebihi

kebutuhan ternak (surplus) sebesar 323.900 kg. Sehingga dapat direkomendasikan

untuk dijual ke desa tetangga.

Data acuan dalam perhitungan (dengan metoda Rank) untuk produksi BK/Ha/Thn

berbagai jerami adalah sebagai berikut :

1. Jerami padi sawah 2,5 ton

2. Jerami padi gogo 2,5 ton

3. Jerami jagung 6,0 ton

4. Jerami ketela pohon 1,0 ton

5. Jerami kacang tanah 2,5 ton

Sumber : Tillman, 1991

Sedangkan Angka Manfaat berbagai jerami adalah sebagai berikut :

1. Jerami padi sawah 70 %

2. Jerami padi gogo 70 %

3. Jerami jagng 75 %

4. Jerami ketela pohon 30 %

5. Jerami kacang tanah 60 %

Sumber : Tillman, 1991

Kedelai

Ubi Jalar

3. Rangkuman

Jerami padi merupakan produk samping dari tanaman padi antara lain : dedak, sekam,

dan menir

Kandungan Zat nutrien jerami Padi :

Bahan pakan BK(%) PK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)

Jerami Padi 60 2,40 59,0 0,21 0,08

Sumber : Uum Umiyasih, Yenny Nur Anggraeny, 2007

4. Tabel Kandungan Gizi Dedak Padi

Zat Gizi Kandungan %) Kandungan dalam 1 kg segar (g)

Bahan kering 87,00 240,00

Protein 13,00 113,00

Energi (TDN) 68,00 592,00

Kalsium (Ca) 0,86 7,50

Fosfor (P) 1,39 12,10

Air 13,00 760,00

Sumber : Kukuh Budi Satoto, 1991

Jerami Limbah polowijo antara lain : Jerami jagung, tongkol jagung, tumpi jagung,

Jerami ubijalar, kulit ubi jalar, Jerami singkong, Kulit singkong, Jerami kedelai

Metoda Rank digunakan untuk menghitung potensi jerami pertanian dalam satu tahun,

dengan pendekatan membandingkan produksi bahan kering dari jerami pertanian dan

kebutuhan untuk ternak melalui data primer (monografi) desa, kecamatan kota/kabupaten

atau provinsi.

Metoda Rank akan diperoleh informasi sebagai berikut :

a. Estimasi produksi bahan kering jerami pertanian.

b. Data populasi ternak.

c. Data daya dukung suatu wilayah (surplus atau minus).

d. Rekomendasi tindak lanjut.

Contoh perhitungan sederhana :

Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :

f. Luas tanam padi sawah = 200 Ha

g. Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha

h. Luas tanam jagung = 12 Ha

i. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha

j. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor dengan bobot badan rata-rata 600 kg.

Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung produksi bahan kering jerami dan jumlah

konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak.

5. Untuk menghitung produksi bahan kering jerami dapat menggunakan rumus sebagi

berikut :

Produksi BK jerami = Luas Panen X Produksi BK X Angka Manfaat

e. Produksi BK jerami padi sawah

= 200 X 2,5 X 70% = 350 ton/thn

f. Produksi BK jerami padi gogo

= 60 X 2,5 X 70% = 105 ton/thn

g. Produksi BK jerami jagung

= 12 X 6,0 X 75% = 54 ton/thn

h. Produksi BK jerami kacang tanah

= 8 X 2,5 X 60% = 12 ton/thn

Jumlah total = 521 ton/thn = 521.000 kg/thn

6. Untuk menghitung konsumsi/kebutuhan bahan kering ternak

= 60 ekor X 1,5% X 600 kg X 365 hari = 197.100 kg.

(Konsumsi BK suatu ternak yaitu 2%untuk jerami tidak lebih dari 2% )

Jadi: kesimpulannya bahwa produksi bahan kering jerami dalam satu tahun melebihi

kebutuhan ternak (surplus) sebesar 323.900 kg. Sehingga dapat direkomendasikan

untuk dijual ke desa tetangga.

D. Latihan

Dari data monografi Desa Z diperoleh data tahun 2012 sebagai berikut :

Luas tanam padi sawah = 200 Ha, Luas tanam padi ladang/gogo = 60 Ha, Luas tanam jagung

= 12 Ha. Luas tanam kacang tanah = 8 Ha. Populasi ternak sapi potong dewasa = 60 ekor

dengan bobot badan rata-rata 600 kg. Dari data tersebut diatas, maka dapat dihitung

produksi bahan kering jerami dan jumlah konsumsi / kebutuhan bahan kering ternak?

BAB III

MENDESAIN POLA INTEGRASI TERNAK DAN TANAMAN PANGAN

A. Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi

Menurut Mardikanto (1993) pengertian kelompok tani adalah sekumpulan orang-

orang tani atau petani yang terdiri petani dewasa (pria/wanita maupun petani taruna yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan dipimpin oleh seorang kontak tani,

menurut KEMTAN (2007) kelompok tani adalah sekumpulan petani/ peternak/pekebun yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi,

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengem bangkan usahanya.

Gapoktan terdiri dari kelompok tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa

atau berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier (Deptan, 1980).

Sedangkan menurut Kemtan (2007) mengemukakan bahwa Gapoktan adalah kumpulan

beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha.

Tugas dan Funsi Kelompok Tani dan Gapoktan adalah :

a. Sebagai wadah proses pembelajaran : meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktifitas

dan pendapatan bertambah.

b. Wahana kerjasama, untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani di dalam dan

antar kelompoktani serta dengan pihak lain (dinas, Bank, BUMN, dll) sehingga

usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,

hambatan dan ganguan.

c. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan

pemasaran, adalah usaha tani yang dilaksanakan secara keseluruhan harus dipandang

sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi

baik dari kualitas maupun kuantitas.

d. Serta unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai lembaga lain

guna memajukan kegian kelompok.

Indikator Keberhasilan : Setelah mengikuti pembelajaran peserta dapat

1. Menjelaskan Kelompok Tani dan Gapoktan Sebagai Wadah Pola Integrasi

2. Menjelaskan Mendesain Pola Integrasi ?

B. Mendeasin Pola Integrasi

Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan atas dasar hasil kesepakatan dalam

pertemuan kelompok tani maupun gapoktan. Pemilihan dan pengadaan bibit dilakukan sesuai

hasil kesepakatan pada kegiatan penyuluhan. Bibit maupun bakalan sesuai dengan kriteria

yang menjadi kesepakatan. Pakan disusun bersama pendamping/penyuluh berdasarkan bahan

pakan yang ada di wilayah khususnya jerami padi dan limbah polowijo serta bahan lain.

Bahan pakan diusahakan yang murah, mudah, berkualitas dan kontiyuitas. Konsentrat dapat

menyusun bersama kelompok berdasarakan kesepakan pada saat penyuluhan

Reproduksi dan pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai jadwal pada saat pertemuan

kelompok/gapoktan serta pemanfaatan limbah ternak. Limbah ternak diolah dijadikan pupuk

dan biogas. Pupuk kandang digunakan sebagai pupuk tanaman yang ada usahataninya serta

sebagai bahan usahatani lain. Sedang biogas dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk

kegiatan masak di dapur dan lampu serta slurry dari biogas sebagai pupuk tanaman.

Langkah – Langkah Pola Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan :

1. Mengidentifikasi Potensi Biomassa Tanaman pangan

2. Menetapkan Jumlah Ternak Sapi Potong yang mampu di pelihara

3. Menetapkan bahan pakan yang akan di gunakan

4. Menyusun Ransum dan mengolah limbah sebagai pakan (Fermentasi, Amoniasi, Hay, dll)

5. Menyiapkan kandang sesuai persyaratan teknis

4. Memilih bibit dan bakalan sesuai persyaratan teknis

7. Melakukan pemeriksaan kesehatan bibit dan bakalan

8. Melakukan pemeliharaan secara intensif

9. Mengolah limbah ternak sebagai kompos dan biogas

10. Memanfaatkan limbah sluryy sebagai pupuk tanaman dan biogas sebagai energi

11. Melakukan pemasaran sesuai kesepakatan

12. Melakukan pengembalian modal pinjaman/bunga pinjaman

C.Rangkuman

Kelompok tani adalah sekumpulan petani/ peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (social, ekonomi, sumber daya) dan

keakraban untuk meningkatkan dan mengem bangkan usahanya.

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

Tugas dan Fungsi Kelompok Tani dan Gapoktan adalah :

1. Sebagai Wahana Pembelajaran

2. Wahana Kerjasama

3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan

pemasaran.

4. Unit jasa penunjang

Langkah – Langkah Pola Integrasi Ternak dan Tanaman Pangan :

1. Mengidentifikasi Potensi Biomassa Tanaman pangan

2. Menetapkan Jumlah Ternak Sapi Potong yang mampu di pelihara

3. Menetapkan bahan pakan yang akan di gunakan

4. Menyusun Ransum & mengolah limbah sebagai pakan (Fermentasi, Amoniasi, Hay, dll)

5. Menyiapkan kandang sesuai persyaratan teknis

4. Memilih bibit dan bakalan sesuai persyaratan teknis

7. Melakukan pemeriksaan kesehatan bibit dan bakalan

8. Melakukan pemeliharaan secara intensif

9. Mengolah limbah ternak sebagai kompos dan biogas

10. Memanfaatkan limbah sluryy sebagai pupuk tanaman dan biogas sebagai energi

11. Melakukan pemasaran sesuai kesepakatan

12. Melakukan pengembalian modal pinjaman/bunga pinjaman

D.Evaluasi

1. Jelaskan tupoksi kelompoktani dan gapoktan ?

2. Jelaskan Langkah-langkah Pola Integrasi ?

DAFTAR PUSTAKA

Anomius, 2010. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Ternak Sapi dan Tanaman

Altieri. M. A. 1996. Agroecology : The Science of Sustainability Agriculture. West View

Press Colorado

http://sekarmadjapahit.wordpress.com/2011/12/22/integrasi-ternak-sapi-dengan-tanaman-

pangan

Hardianto, R. 2007. Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Model Zero

Waste. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian – Jatim.

Pasandaran, E., A. Djajanegara., K. Kariyasa dan F Kasryno. 2005. Kerangka Konseptual

Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia. Dalam Integrasi Tanaman-Ternak di

Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Deptan-Jakarta.

Syamsu,J.A,; L.A. Sofyan,; K. Mudikdjo,; E.G. Said, 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian

Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia, Wartazoa. Vol 10 (1) p. 20 –

26. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Umiyasih, U., dan Anggraeny, Y. N., (2007) Ransum Seimbang, Strategi Pakan pada Sapi

Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan