Integrasi Sistem Informasi Geografis
-
Upload
rusma-prima-rokhmaningtyas -
Category
Documents
-
view
243 -
download
8
description
Transcript of Integrasi Sistem Informasi Geografis
INTEGRASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN SUMBERDAYA LAHAN UNTUK PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN DAERAH ALIRAN SUNGAI NGALANG KABUPATEN GUNUNG KIDUL
PENDAHULUANDAS merupakan pusat terjadinya interaksi antarkomponen makhluk hidup dalam suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan sehingga menyebabkan berkurangnya daya tampung dan daya dukung. DAS Ngalang merupakan salah satu DAS di Kabupaten Gunung Kidul yang perlu perhatian khusus dalam pengelolaan lingkungan.
Dinamika alam dan sosial memicu peningkatan kekritisan DAS Ngalang. Untuk itu diperlukan upaya penelitian ilmiah evaluasi sumberdaya lahan yang dapat memberikan informasi tentang kemampuan dan kesesuaian lahan untuk menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan dan sebagai masukan kebijakan perencanaan tataguna lahan di wilayah tersebut.
Daerah Kajian 2.1 AdministratifDAS Ngalang berada di Kecamatan Gedangsari yaitu Desa Hargomulyo, Mertelu dan Ngalang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
2.2 GeologisDaerah aliran sungai Ngalang tersusun atas empat formasi batuan yaitu: formasi Sambipitu, formasi Nglanggeran, formasi Semilir, dan formasi Kebobutak.• Fisiografi DAS Juwet/Ngalang terdiri dari:• elevasi 200–700 mdpal• kemiringan lereng >30%• batuan volkanik tua, perselingan batu
lempung dan pasir• Potensi bencana : tanah longsor, erosi,
banjir, dan gempa
Daerah Kajian Penelitian
METODE PENELITIAN
• 3.1. Data
Alat Bahan
Software arcGIS 10.1
Data Sekunder Data Primer
Citra Satelit sebagian wilayah Kabupaten Gunungkidul
Data Pengamatan Lapangan:- Kondisi lahan dan sosial penduduk
Data digital (*.shp) :-batas administratif, -garis kontur, dan-penggunaan lahan
Microsoft office 2007
data curah hujan
data kebutuhan air total wilayah kajian
Data ketersediaan air permukaan selama satu tahun
3.2. Metode3.2.1. Pemetaan Satuan Lahan
Garis Kontur
Digital Elevation
Model
Morfologi
Kondisi Geologi
Material Lahan
Citra Satelit
Deliniasi satuan lahan wilayah DAS Ngalang
Pengamatan
lapangan
Satuan lahan DAS Ngalang
Penggunaan Lahan dan
Proses
3.2.2. Analisis kemampuan lahan
Satuan lahan Pengamatan Lapangan
Deskripsi kondisi lahan di DAS Ngalang
Penilaian kondisi lahan berdasar parameter kemampuan lahan
Metode matching dengan subjective
factor
Kemampuan lahan DAS Ngalang
3.2.3. Analisa Ketimpangan LahanPenggunaan
Lahan Kemampuan
Lahan
Metode Tumpang Susun
Penilaian pada penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kemampuan lahan
Ketimpangan lahan DAS Ngalang
Arahan penggunaan lahan untuk yang tidak sesuai
Rekomendasi pengunaan lahan DAS Ngalang
4. Hasil & Pembahasan4.1. Evaluasi Sumberdaya Lahan4.1.1 Satuan Lahan • Satuan lahan merupakan satuan luasan wilayah
yang memiliki karakter lahan dan air tertentu. • Dasar deliniasi satuan lahan yang digunakan
adalah dasar morfologi. Satuan lahan menunjukkan interaksi antara kondisi morfologi, material, dan proses geomorfik.
• Satuan lahan yang teridentifikasi di DAS Ngalang terdiri atas Perbukitan Struktural dengan komposisi batuan yang bervariasi dari kombinasi batuan vulkanik antara breksi, pasir, tuff, dan lempung.
• Jenis penggunaan lahan yang dominan adalah tegalan dengan sedikit permukiman yang terkonsentrasi pada perbukitan dengan morfologi bergelombang.
Penggunaan Lahan DAS Ngalang
Kenampakan Struktur Geologi dan
Perselingan Batuan
• Dilakukan dengan menggunakan sistem matching
(mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan
(Land Qualities/Land Characteritics) dengan
kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun
berdasarkan persyaratan tumbuh komoditas
pertanian yang berbasis lahan
• Rating kelas kualitas kemampuan lahan mengacu
pada klasifikasi kemampuan lahan Arsyad, (2010).
• Hasil evaluasi kemampuan lahan menggunakan
metode subyektif dengan faktor pembatas berupa
lereng permukaan, serta proses -proses
geomorfologi yang terjadi.,
• Daerah penelitian terbagi menjadi 11 bentuklahan
dengan 4 kelas lahan yaitu kelas kemampuan
lahan kelas I, II, III, IV
4.1.2. Evaluasi kemampuan lahan
4.1.3 Ketimpangan Lahan dan Arahan Penggunaaan Lahan4.1.3.1 Ketimpangan lahan Ketimpangan lahan pada DAS Juwet hanya terjadi pada penggunaan lahan yang membutuhkan garapan atau pengelolaan yang cukup intensif yaitu pada penggunaan lahan sawah tadah hujan yang terletak pada kemampuan lahan IV.
4.1.3.2 Arahan Penggunaan Lahan
4.2 Kekritisan dan Kerentanan DAS4.2.1 Kekritisan DAS• Kekritisan dan kerentanan DAS tidak dapat dipisahkan
oleh ketersediaan air.• Ketersediaan air ini dilakukan dengan menghitung Direct
Run Off (DRO) yang dipengaruhi oleh curah hujan, jenis tanah dan tutupan lahan.
• Angka probabilitas yang digunakan adalah 60% dan 80% estimasi cadangan ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan.
• Kekritisan DAS ditentukan dengan
• Kekritisan DAS menunjukkan bahwa air yang ada di DAS tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan air bagi kegiatan di dalamnya.
• Hasil perhitungan pada curah hujan 60% dan 80% menunjukkan bahwa DAS Juwet/Ngalang tidak kritis bahkan jauh dari kata kritis.
• Dipengaruhi oleh ketersediaan air di daerah structural melimpah dan kebutuhan penduduknya tidak banyak (pertanian bukan irigasi)
Kekritisan DAS = Kebutuhan Air Total x 100% DRO Total 1 Tahun
Probabilitas 60% 80%
Total Kebutuhan Air 755799.58 755799.58
Jumlah Dro 78868882.5612380345.5
5
Kekritisan Das 0.96 6.10
4.2.2 Kerentanan DAS
Lereng Skor Kriteria
56—100 2 Bergunung
21—55 4 Berbukit
14—20 6 Bergelombang
8—13 8 Berombak
3—7 9 Landai0—2 10 Datar
No Parameter Bobot
1 Lereng 1
2 Curah Hujan 2
3 Penggunaan Lahan
3
CH 60% Skor CH 80% Sk
or625--650 3 1025--1050 3
650--675 2 1050--1075 2
675--700 1 1075--1100 1
PL Skor PL SkorTubuh Air 1 Kebun 5
Lahan Kosong 2 Hutan Rawa 6
Hutan 3 Tegalan/Sawah
7
Semak Belukar 4 Permukiman/
Bangunan8
Overlay dilakukan dengan tiga parameter yaitu lereng, curah hujan dan penggunaan lahan
Range hasil overlay adalah 7—40 dengan pembagian kerentanan sedang, rendah dan tinggi
Hasil skoring dan pembobotan didapat nilai dan secara spasial dapat diketahui bahwa di daerah dataran, banyak penduduk cenderung lebih rendan terhadap terjadinya pencemaran.
Hasil probabilitas 60% dan 80% hampr sama dan hanya sedikit perbedaan daerah yang kerentanan tinggi dengan kerentanan sedang
Kesimpulan• Analisis sumberdaya lahan dan air merupakan usaha penilaian kuantitatif dan
kualitas unsur-unsur lingkungan yang mendukung kehidupan manusia. Satuan lahan di DAS Ngalang
berjumlah 14 satuan lahan dengan penciri batuan permukaan, proses geomorfik, dan morfologi.
• Evaluasi sumberdaya lahan di daerah aliran sungai Ngalang dilakukan dengan memperhatikan kemampuan lahan,
penggunaan lahan, serta karakteristik lahan.
• Tindakan-tindakan konservatif perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi lahan. Metode konservatif lahan sudah
dilakukan di beberapa tempat, seperti teras bangku dengan penguat batuan, sistem irigasi permanen dari mata air,
dan penanaman vegetasi buffer.
• Nilai ketersediaan air di DAS Ngalang masih cukup baik, hal ini ditunjukkan masih tersedianya
sejumlah air pada bulan desember-mei.
• Tingkat kekritisan daerah aliran sungai masih rendah, sedangkan kerentanan daerah aliran sungai terkonsentrasi
pada wilayah-wilayah datar yang menjadi pusat permukiman.
• Pengembalian fungsi lingkungan yang telah rusak sangat sulit untuk dilakukan. Oleh sebab itu, analisis sumberdaya
lahan dan air menjadi acuan awal dalam penentuan kebijakan pemanfaatan lahan.