Instrumen elektronika 2 kel 6

31
i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan, kepada: 1. Ibu Misbah, M.Pd selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Fisika Instrumentasi 2. Semua pihak yang telah membantu baik sengaja atau tidak selama penyusunan makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan masukan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca. Amin. Banjarmasin, Maret 2013 Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

description

tugas kelompok Fisika Instrumentasi bersama Ita dan Kak Rifdah

Transcript of Instrumen elektronika 2 kel 6

Page 1: Instrumen elektronika 2 kel 6

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini sesuai waktunya.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala

bantuan yang telah diberikan, kepada:

1. Ibu Misbah, M.Pd selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Fisika

Instrumentasi

2. Semua pihak yang telah membantu baik sengaja atau tidak selama

penyusunan makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan,

sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan

masukan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri dan para pembaca. Amin.

Banjarmasin, Maret 2013

Penulis

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 2: Instrumen elektronika 2 kel 6

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR………………………………………………...……..………i

DAFTAR ISI………………………………………………………..…………..…...ii

Bab I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………..……..….1

2. Rumusan Masalah………………………………………………………...…1

3. Tujuan Penulisan…………………………………………………….………1

4. Batasan Masalah……………………………………………….……….........2

Bab II PEMBAHASAN

1. Ohmmeter……………………………………………………………….........3

2. Osiloskop……………………………………………………………………..6

3. Magnetic Stirrer…………………………………………………………..…12

4. Densitometer………………………………………………………………..15

Bab III PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………………....18

2. Saran ………………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....19

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 3: Instrumen elektronika 2 kel 6

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam dunia kelistrikan untuk mengetahui besaran-besaran dalam listrik

seperti besaran arus, resistansi dan daya dapat menggunakan alat ukur listrik.

Pada awalnya digunakan alat ukur yang berbentuk analog dengan menggunakan

jarum sebagai pembacaan skala. Namun pada saat ini sudah digunakan alat ukur

yang lebih praktis yaitu alat ukur digital yang hasilnya sudah otomatis tertera

pada layar. Alat ukur digital lebih mudah digunakan dari pada analog karena alat

ukur digital lebih efisien dalam pengukuran.

Selain dalam hal pengukuran, instrumen elektronika semakin berkembang

seiring perkembangan zaman, hingga instrumen tersebut dapat dimanfaatkan

untuk bidang keilmuan yang lain. Demi mewujudkan itu semua, maka perlu

adanya proses pengenalan terhadap semua instrumen elektronika yang dimaksud.

Pengenalan di sini diharapkan nantinya agar mahasiswa sebagai calon guru

nantinya di sekolah tidak lagi gagap untuk mengiringi kemajuan teknologi

dewasa ini.

2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dapat diketahui dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer, dan

densitometer.

b. Bagaimana menjelaskan fungsi dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer,

dan densitometer sebagai instrumen elektronika.

c. Bagaimana menjelaskan prinsip kerja dari ohmmeter, osiloskop, magnetic

stirrer, dan densitometer.

3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui, mengenali, dan dapat menentukan bagian-bagian dari ohmmeter,

osiloskop, magnetic stirrer, dan densitometer.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 4: Instrumen elektronika 2 kel 6

iv

b. Menjelaskan bagaimana fungsi dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer,

dan densitometer sebagai instrumen elektronika.

c. Menjelaskan bagaimana prinsip kerja dari ohmmeter, osiloskop, magnetic

stirrer, dan densitometer.

4. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam

makalah ini hanyalah akan membahas tentang pengenalan bentuk dan bagian-

bagian dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer, dan densitometer, serta fungsi

dan prinsip kerja dari keempat instrumen tersebut.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 5: Instrumen elektronika 2 kel 6

v

BAB II

PEMBAHASAN

1. Ohmmeter

a. Pengertian Ohmmeter

Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik

yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor.

Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam Ohm. Alat

Ohmmeter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik

yang lewat pada suatu hambatan listrik (R) kemudian dikalibrasi ke satuan Ohm.

b. Bagian-bagian Ohmmeter

Ohmmeter terbagi dua jenis yaitu Ohmmeter analog dan Ohmmeter

digital. Contoh Ohmmeter analog dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Pada umumnya ohmmeter tidak berdiri

sendiri. Amperemeter untuk mengukur ampere

(kuat arus listrik), voltmeter untuk mengukur volt

(besar tegangan listrik) dan ohm meter untuk

mengukur ohm (hambatan listrik)

menggabungkan fungsi mejadi satu kesatuan

yang disebut Avometer (ampere volt meter) atau

disebut juga Multimeter. Multimeter ada dua jenis

yaitu multimeter analog dan multimeter digital.

Bagian-bagian multimeter analog dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Gambar 1. Ohmmeter analog

Page 6: Instrumen elektronika 2 kel 6

vi

Gambar 2. Multimeter Analog

Keterangan gambar:

1. Papan skala

2. Jarum penunjuk skala

3. Pengatur jarum skala

4. Knop pengatur nol ohm

5. Batas ukur ohmmeter

6. Batas ukur DC Volt (dcv)

7. Batas ukur AC Volt (acv)

8. Batas ukur amperemeter DC

9. Saklar pemilih (dcv,

acv, Ohm, Ampere dc)

10. Test pin positif (+)

11. Test pin negatif (-)

Contoh multimeter digital:

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 7: Instrumen elektronika 2 kel 6

vii

Gambar 3. Multimeter Digital 1 Gambar 4. Multimeter Digital 2

Gambar 5. Multimeter digital 3

c. Prinsip Kerja Ohmmeter

Telah diketahui bahwa tahanan arus listrik suatu benda baru dapat diukur

bila dialirkan arus listrik ke benda tersebut. Pada Ohmmeter prinsipnya adalah

benda dialiri listrik dan diukur tahanan listriknya. Sedangkan pada Amperemeter,

yang digunakan untuk mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan sumber arus

listrik karena sumbernya adalah benda yang diukur tersebut.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 8: Instrumen elektronika 2 kel 6

viii

Langkah-langkah pengujian resistor dengan multimeter analog adalah

sebagai berikut:

1) Putar saklar pemilih pada posisi Ohmmeter.

2) Tempelkan probe masing-masing pada kawat resistor. Pengukuran jangan

sampai tangan menyentuh kawat (salah satu kawat boleh tersentuh asal tidak

keduanya).

3) Perhatikan jarum pada papan skala. Jika bergerak berarti resistor baik, jika

diam berarti resistor putus.

Pada prinsipnya, cara tersebut di atas juga dapat digunakan pada

multimeter digital.

2. Osiloskop

a. Pengertian Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur yang digunakan untuk memetakan atau

membaca sinyal listrik maupun frekuensi. Secara sederhana osiloskop dapat

menunjukkan bentuk dari suatu sinyal listrik dan  sinyal listrik ini dinamakan

dengan bentuk gelombang sinyal. Osiloskop digunakan dalam pengukuran

rangkaian elektronik seperti stasiun pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan

memonitor frekuensi elektronik seperti di rumah sakit dan untuk kegunaan-

kegunaan lainnya.

Osiloskop memiliki sebuah layar serupa dengan sebuah layar televisi dan

hanya jauh lebih kecil. Osiloskop tersebut menampilkan suatu garis yang terang

yang menunjukkan perubahan-perubahan tegangan untuk  perioda  waktu garis 

yang terletak pada layar. Contoh-contoh tipe tampilan ini terlihat pada setiap

televisi  rumah sakit yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas denyut

jantung.

Layar osiloskop memiliki suatu garis-garis kisi horizontal dan vertical

yang diberi spasi 1 cm dan  garis kisi-kisi ini mengizinkan kepada kita untuk

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 9: Instrumen elektronika 2 kel 6

ix

melakukan pembacaan tegangan dan waktu. Garis-garis tersebut dinamakan

garis-garis graticule.

Nama lengkap dari osiloskop adalah Osiloskop Sinar Katoda (Cathode

Ray Oscilloscope) dan singkatan umumnya adalah CRO. Para teknisi sering

menyebutnya dengan perkataan “ telah melihat bentuk gelombang pada CRO”.

Istilah sinar katoda muncul dari nama  lengkap layar yang disebut Cathode Ray

Tube atau CRT. Jadi CRT adalah bagian dari CRO. Tabung gambar televisi juga

dinamakan CRT.

b. Bagian-bagian Osiloskop

Gambar 6. Skema Tampilan Osiloskop

Beberapa tombol pengatur yang penting:

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 10: Instrumen elektronika 2 kel 6

x

1) Intensitas digunakan untuk mengatur intensitas (“keterangan”) cahaya pada

layar. Sebaiknya dijaga agar tombol intensitas ini tidak pada kedudukan

maksimum.

2) Focus digunakan untuk mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar.

3) Horizontal dan vertikal digunakan untuk mengatur kedudukan gambar dalam

arah horizontal dan vertikal.

4) Volt/ Div (atau Volts/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol

ditempatkan pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum

jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran.

Kedudukan tombol di luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada

layar per kotak (per cm) dalam arah vertikal.

5) Time/Div (atau Time/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol di tengah

pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam)

menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran.

Kedudukan tombol diluar menyatakan faktor pengali untuk waktu dari

gambar pada layar dalam arah horizontal.

6) Sinkronisasi digunakan untuk mengatur supaya pada layar diperoleh gambar

yang tidak bergerak.

7) Slope digunakan untuk mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu

sinyal naik (+) atau pada waktu sinyal turun (-).

8) Kopling digunakan untuk menunjukan hubungan dengan sinyal searah atau

bolak-balik.

9) Trigger “Ext” atau “Int”: “Exit” adalah Trigger yang dikendalikan oleh

rangkaian di luar osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol

“sinkronisasi”, “slope” dan “kopling” tidak dapat dipergunakan. “Int” adalah

Trigger yang dikendalikan oleh rangkaian di dalam osiloskop. Pada

kedudukan ini fungsi tombol “simkronisasi”, “slope” dan “kopling” dapat

dipergunakan.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 11: Instrumen elektronika 2 kel 6

xi

c. Fungsi Osiloskop

Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:

1) Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.

2) Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.

3) Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.

4) Membedakan arus AC dengan arus DC.

5) Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.

Berikut gambar-gambar dari osiloskop:

Gambar 7. Osiloskop 1 Gambar 8. Osiloskop 2

d. Prinsip Kerja Osiloskop Analog

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Gambar 9. Analog Oscilloscope Block diagram

Page 12: Instrumen elektronika 2 kel 6

xii

1) Saat mengkoneksikan probe ke sebuah rangkaian, Sinyal tegangan mengalir

dari probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop

[Vertical System] (Lihat Skema). Sebuah Attenuator akan melemahkan sinyal

tegangan masukan sedangkan Amplifier akan menguatkan sinyal tegangan

masukan. Pengaturan ini ditentukan saat menggerakkan kenop "Volt/Div"

pada user interface Osiloskop.

2) Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju Pelat

Defleksi vertikal pada sebuah CRT [Catode Ray Tube], sinyal tegangan yang

dimasukkan ke pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk

menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas atau

ke bawah). Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa Vertical System pada

osiloskop analog adalah untuk mengatur penampakan amplitudo dari sinyal

yang diamati. 

3) Lalu sinyal masuk ke dalam Pelat Defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang

teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan

positif mengakibatkan berkas elektron bergerak keatas, sedangkan tegangan

negatif menyebabkan elektron terdorong kebawah.

4) Sinyal yang keluar dari Vertikal Sytem tadi juga diarahkan ke Trigger System

untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan

"Horizontal Sweep" [pergerakan elektron secara sweep dalam dimensi

horizontal, atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang

menyebabkan elektron untuk bergerak menyebrangi layar dalam suatu interval

waktu tertentu, pergerakan yang super cepat dari elektron yang dapat

mencapai 500.000 kali per detik inilah yang menyebabkan elektron tampak

seperti garis pada layar].

5) Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat

kita anggap sebagai pengaturan periode/ frekuensi yang tampak pada layar,

bentuk konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/ Div pada

Osiloskop. Bersama, pengaturan bidang vertikal dan horizontal ahirnya dapat

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 13: Instrumen elektronika 2 kel 6

xiii

merepresentasikan sinyal tegangan yang diamati kedalam bentuk grafik yang

dikenal sampai saat ini. 

e. Cara Penggunaan Osiloskop

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop

perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah

awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar

adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel

adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan

menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka dapat

dilakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa

dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1

KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal

tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang

dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak

vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke

puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal

mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika

masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-

tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop

diatas berupa potensio dengan label "var".

Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

1) Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan),

disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi

radio atau jala-jala.

2) Memastikan probe dalam keadaan baik.

3) Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 14: Instrumen elektronika 2 kel 6

xiv

4) Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div

pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar,

gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya

tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau

skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.

5) Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.

6) Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran

yang stabil.

7) Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.

8) Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

3. Magnetic Stirrer

a. Pengertian Magnetic Stirrer

Pengaduk magnetik atau Magnetic

stirrers (nama lainnya adalah Magnetic

mixer) merupakan salah satu perangkat

laboratorium yang menggunakan putaran

medan magnet untuk memutar stir bars

(juga disebut "flea") yang direndam dalam

cairan yang juga berputar, dengan kata lain

stirrer adalah alat pengaduk beberapa

cairan didalam sebuah bejana (cuvet).

b. Bagian-bagian Magnetic Stirrer

Sistem ini terdiri dari sebuah sensor temperatur, sebuah

microcontroller sebagai pengolah data, actuator berupa motor sebagai

pemutar pengaduk, magnet sebagai pengaduk, dan heater yang dirancang

berbentuk hot plate sebagai pemanas, dan display hasil dari pendeteksian

tersebut.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Gambar 10. Magnetic stirrer

Page 15: Instrumen elektronika 2 kel 6

xv

c. Fungsi Magnetic Stirrer

Dalam bidang Kimia dan

Biologi perangkat ini biasa digunakan

untuk mencampur (menghomogenkan)

larutan-larutan yang ingin diteliti,

yaitu dengan cara mengaduk larutan

tersebut.

d. Prinsip Kerja Magnetic Stirrer

Medan perputaran dapat dihasilkan oleh perputaran magnet atau satu

set elektromagnet stasioner, yang diletakkan di bawah bejana cairan. Sejak

kaca diketahui tidak mempengaruhi medan magnetik, serta kebanyakan dari

reaksi kimia menggunakan tempat yang terbuat dari tempat kaca, maka

diketahui bahwa magnetik stir bar sangat baik bekerja di bejana kaca tersebut.

Prinsip kerja stirrer ini menggunakan sebuah batang berputar yang berfungsi

untuk mengaduk cairan, perputaran batang tersebut digerakan oleh sebuah

motor DC dengan kecepatan putaran konstan 2400rpm. Waktu pengadukan

ditetapkan selama 15 detik yang dibangkitkan oleh sebuah monostabil

multivibrator. Dua buah cuvet disediakan untuk menampung cairan yang akan

diaduk secara bergantian sehingga diperoleh kapasitas hasil yang lebih besar.

Hasil percobaan menunjukan bahwa campuran menjadi homogen setelah

diaduk 5 kali dengan masing-masing 15 detik.

Pada tahun 2001 telah dilakukan kegiatan aplikasi magnet permanen

buatan P3IB pada sebuahmotor dc sebagai komponen penggerak instrumen

pendukung litbang yang dikenal dengan magnetic stirrer. Sepasang kutub

magnet yang dibuat di P3IB dipasang sebagai medan stator pada sebuah motor

dc, kemudian motor tersebut digunakan sebagai komponen penggerak pada

pembuatan alat magnetic stirrer yang juga dilengkapi dengan sistem pemanas.

Untuk mengetahui karakteristik motor dan tegangan masukan atau putaran

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Gambar 11. Stir bars atau batang pengaduk

Page 16: Instrumen elektronika 2 kel 6

xvi

optimumnya telah dilakukan pengukuran kecepatan putar motor pada

tegangan masukan yang bervariasi dan pengamatan putaran kapsul magnet di

dalam larutan garam dengan kadar garam yang berbeda-beda. Sedangkan

untuk mengetahui suhu maksimum yang dapat dicapai oleh alat, juga telah

dilakukan pengukuran suhu pada dudukan gelas dan pada larutan untuk harga

setting suhu yang bervariasi.

e. Kelebihan dan Kekurangan dari Magnetic Stirrer

1) Kelebihan

Dalam bidang Kimia dan Biologi, alat ini lebih banyak dipilih

dibandingkan pengaduk mesin (motorized stirrers) karena hal-hal berikut,

antara lain: a) lebih tenang, lebih efisien, dan memiliki bagian luar yang

tidak mudah rusak atau berubah jadi aus (selain magnet batang itu

sendiri); b) karena ukurannya kecil, batang pengaduk ini lebih mudah

dibersihkan dan disterilkan daripada pengaduk jenis lainnya; c) ia tidak

membutuhkan pelumas yang dapat mencemari bejana reaksi dan produk;

d) dapat digunakan dalam tempat atau sistem yang kedap udara tanpa

memerlukan segel yang rumit; dan e) magnetic stirrer dapat juga

menyertakan hot plate atau perangkat lainnya untuk memanaskan cairan.

2) Kekurangan

Berdasarkan percobaan, batas ukuran magnetik stirrer untuk mengaduk

hanya dapat digunakan untuk eksperimen yang relative kecil (di bawah 4

liter). Alat ini sulit digunakan pada cairan yang kental atau pada suspense

yang kental. Jadi untuk volume yang besar dan cairan yang kental

dibutuhkan beberapa macam pengaduk magnetik.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 17: Instrumen elektronika 2 kel 6

xvii

4. Densitometer

a. Pengertian Densitometer

Densitometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur Density suatu

benda yang memantulkan cahaya (reflection densitometer) atau yang

meneruskan cahaya (transmission densitometer); di dalam industri grafika

densitometer digunakan antara lain:

1) Mengukur kepekatan film separasi

2) Mengukur kepekatan tinta cetakan, nilai density ini memiliki korelasi

dengan ketebalan tinta tetapi tidak sepenuhnya porposional 

Nilai-nilai dibawah ini merupakan contoh anjuran status T salah

satu pabrik tinta

 Bahan Cetakan / Methode Cetak Cyan Magenta Yellow BlackKertas Coated /

Offset Lithography Lembaran1,40 1,50 1,10 1,70

Kertas Coated /

Offset Lithography Gulungan (heatset)1,30 1,40 1,00 1,55

Kertas Koran /

Offset Lithography Gulungan (non-heatset)0,90 0,90 0,85 1,05

Densitometer tidak dapat dipakai untuk mengukur warna, karena nilai

yang dipresentasikan berdasarkan panjang gelombang cahaya tertentu (lihat

fungsi diagram kepekatan); Sekarang ini pengukuran kepekatan warna

(density) digunakan alat pengukur warna seperti Spectrophotometer yang

mengukur data spektral warna, nilai density merupakan hasil perhitungan dari

data spektral tersebut.

b. Prinsip Pengukuran dengan Densitometer

Status T atau Status E

Dalam praktek sehari-hari status pengukuran di percetakan dikenal 2

macam status pengukuran yaitu Status T dan Status E. Status T banyak

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 18: Instrumen elektronika 2 kel 6

xviii

dipergunakan di Amerika sedangkan Status E dipergunakan di sebagian besar

negara di Eropa.

Gambar 12.

Gambar 13.

Perbedaan kedua status pengukuran hanya pada filter biru yang

dipergunakan untuk pengukuran density Yellow; pada status puncak T

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 19: Instrumen elektronika 2 kel 6

xix

pemindaian warna Yellow (filter biru) ada di panjang gelombang 460 nm dan

berakhir pada panjang gelombang

560 nm sedangkan pada status puncak E pemindaian tersebut berada di

panjang gelombang 440 nm dan berakhir pada 540 nm. Oleh karena itu

apabila kita mengukur density dengan status T atau status E, perbedaan yang

signifikan hanya pada warna Yellow saja. Sedangkan baik filter hijau yang

mengukur density Magenta maupun filter merah yang mengukur density Cyan

sama atau sangat mirip.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 20: Instrumen elektronika 2 kel 6

xx

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah disampaikan di bab sebelumnya ada

beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain:

a. Ohmmter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang

merupakan besarnya suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada

konduktor.

b. Osiloskop adalah adalah alat ukur yang digunakan untuk memetakan atau

membaca sinyal listrik maupun frekuensi. Secara sederhana osiloskop dapat

menunjukkan bentuk dari suatu sinyal listrik dan  sinyal listrik ini dinamakan

dengan bentuk gelombang sinyal.

c. Magnetic Stirrer adalah salah satu perangkat laboratorium yang menggunakan

putaran medan magnet untuk memutar stir bars yang direndam dalam cairan

yang berputar, dengan kata lain stirrer adalah alat pengaduk beberapa cairan

didalam sebuah bejana (cuvet).

d. Densitometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur Density suatu benda

yang memantulkan cahaya (reflection densitometer) atau yang meneruskan

cahaya (transmission densitometer)

2. SARAN

Diharapkan, untuk terus menambah referensi dengan mencari artikel

terkait di internet terutama bagaimana perkembangan dari instrumen-instrumen

ini yang tentunya terus mengalami penyempurnaan seiring berkembangnya

teknologi pada setiap waktunya.

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2

Page 21: Instrumen elektronika 2 kel 6

xxi

DAFTAR PUSTAKA

http://elektronikaindustri.com/pengertian-osiloskop/ (diakses pada tanggal 3 Maret

2013 pukul 00.08)

http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic_stirrer (diakses pada tanggal 3 Maret 2013

pukul 00.20)

http://kelompok8tekniklab.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2013 pukul

00.13)

http://komputerizam.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-fungsi-amperemeter.html

diakses pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 04.28)

http://osiloskop-vivie.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 03.57)

http://www.sisilain.net/2010/10/pengertian-osiloskop.html (diakses pada tanggal 3

Maret 2013 pukul 04.47)

www.gunadarma.ac.id/library/.../Artikel_11400127.pdf (diakses pada tanggal 15

Maret 2013 pukul 02.43)

Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2