INSTABILITAS SENDI TUMIT

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pergelangan kaki merupakan persendian yang sangat kompleks karena disekitar pergelangan kaki Sendi pergelangan kaki bertindak seperti engsel. Tapi jauh lebih dari sendi engsel sederhana. Pergelangan kaki sebenarnya terdiri dari beberapa struktur pentingSendi pergelangan kaki terdiri dari bagian bawah tulang tibia, tulang fibula dan tulang talus yang berbentuk kubah, sering disebut ankle mortis. Dan juga terdapat banyak tendon yang tersusun mulai dari kaki bagian atas hingga kaki badian bawah. Ini juga dapat menyebabkan "instabilitas pergelangan kaki". Sendi pergelangan kaki sering mengalami cedera. Padahal, persendian ini harus dapat berfungsi dengan baik karena sangat diperlukan waktu kita berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang lain. Sendi pergelangan kaki harus mendapat perhatian yang cukup agar tidak mudah mengalami cedera. Salah satu usaha untuk menguatkannya adalah dengan melatih yang terlibat secara aktif dalam menggerakkan sendi pergelangan kaki. 1.2 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sendi tumit Page | 1

Transcript of INSTABILITAS SENDI TUMIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pergelangan kaki merupakan persendian yang sangat kompleks karena disekitar

pergelangan kaki Sendi pergelangan kaki bertindak seperti engsel. Tapi jauh lebih dari

sendi engsel sederhana. Pergelangan kaki sebenarnya terdiri dari beberapa struktur

pentingSendi pergelangan kaki terdiri dari bagian bawah tulang tibia, tulang fibula dan

tulang talus yang berbentuk kubah, sering disebut ankle mortis. Dan juga terdapat banyak

tendon yang tersusun mulai dari kaki bagian atas hingga kaki badian bawah. Ini juga

dapat menyebabkan "instabilitas pergelangan kaki". Sendi pergelangan kaki sering

mengalami cedera. Padahal, persendian ini harus dapat berfungsi dengan baik karena

sangat diperlukan waktu kita berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang lain. Sendi

pergelangan kaki harus mendapat perhatian yang cukup agar tidak mudah mengalami

cedera. Salah satu usaha untuk menguatkannya adalah dengan melatih yang terlibat

secara aktif dalam menggerakkan sendi pergelangan kaki.

1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sendi tumit

2. Mahasiswa mampu memahami penyebab terjadinya instabilitas sendi tumit.

3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi instabilitas sendi tumit

4. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi instabilitas sendi tumit.

5. Mahasiswa mampu memahami factor pemicu instabilitas sendi tumit

6. Mahasiswa mampu memahami penegakan diagnosis instabilitas sendi tumit.

7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan instabilitas sendi tumit.

8. Mahasiswa mampu memahami pencegahan instabilitas sendi tumit

9. Mahasiswa mampu memahami komplikasi instabilitas sendi tumit.

Page | 1

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 ANATOMI

Permukaan artikular. Ujung-ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah sosok

(lekuk dalam) yang mencakup talus. Permukaan medial malleoluslateralis bersendi dengan

permukaan lateral talus. Tibia bersendi dengan talus di dua tempat :

Permukaan inferior tibia membentuk atap sosok tadi

Malleolus medialis tibia bersendi dengan permukaan media talus(1)

Kedua melleolus memegang talus erat-erat sewaktu tulang ini berumbang-ambing ke

depan dan belakang pada gerak sendi pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki bersifat

amat stabil pada dorsofleksi karena pada posisi ini permukaan artikular superior talus

(trochlea), mengisi penuh sosok yang dibentuk oleh kedua malleolus. Cengkeraman kedua

malleolus pada talus adalah paling kuat jika kaki berada dalam sikap dorsofleksi, karena

Page | 2

gerak demikian mendorong bagian anterior trochlea ke belakang, dan sedikit memencarkan

tibia dan fibula. Pemencaran demikian dibatasi oleh ligamentum interosseum yang kuat oleh

ligamentum tibiofibulare inferior anterius dan ligamentum tibiofibulare inferior posterior

yang mempersatukan tulang-tulang tungkai bawah. Pada fleksi plantar kaki sendi

pergelangan kaki relative kurang stabil karena permukaan artikular progsimal pada talus

lebih sempit di sebelah posterior dan menempati sosok tibiofibular hanya untuk sebagian.(1)

Simpai sendi. Capsula fibrosabersifat tipis di sebelah depan dan belakang, tetapi

pada kedua sisi di perkuat oleh ligamentum collaterale yang kuat. Proksimal simpai melekat

pada tepi permukaanartikular tibia dan kedua malleolus dan distal pada talus.(1)

Ligamentum. Di sebelah medial capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum mediale

(deltoideum) yang kuat yang proksimal melekat pada malleolus medialis dan memancar

untuk melekat pada talus, calcaneus dan os naviculare (ligamentum tibionaviculare,

ligamentum tibiotalare anterius dan ligamentum tibiotalare posterius. Dan ligamentum

tibiocalcaneum disebelah distal.(1)

Di sebelah lateral capsul fibrosa diperkuat oleh ligamentum lateral yang terdiri dari

tiga bagiaan :

Ligamentum talofibulare anterius yang lemah, carik yang pipih dan meluas ke

anteromedial dari malleolus lateralis ke collum tali.

Ligamentum talofibulare posterius, berkas yang tebal dan cukup kuat, melintas

horizontal dalam arah medial, sedikt posterior terhadap fossa malleoli ke

tuberkulumlaterale tali

Ligamentum calcaneofibulare, seutas tali yang bulat, melintas dalam arah

posteriorinferior dari ujung maleolus lateralis kepermukaan lateral calcaneus.(1)

Membrana synovialis adalah longgar dan ke arah proksimal meluas antara tibia dan fibula.

Gerak. Gerak pada sendi pergelangan kaki adlah dorsofleksi dan plantar fleksi.

Kaki yang berada dalam plantar fleksi, memungkinkan dapat melakukan sedikit rotasi,

abduksi, dan aduksi pada pergelangan kaki.

Pendarahan. Arteri-arteri berasal darirami malleolares arteriae fibularis dan

arteria tibialis posterior dan anterior.

Persarafan. Saraf-saraf berasal dari nervus tibialis dan nervus fibularis profunda,

cabang nervus fibularis communis.(1)

Page | 3

Page | 4

1.2 EPIDEMIOLOGI

Cedera keseleo pergelangan kaki adalah cedera yang paling umum terjadi ketika

melakukan olahraga. Kira-kira 40% dari semua atlet dan paling banyak terjadi pada atlet bola

basket, sepak bola, pelari, balet atau penari. 53% dari cedera bola basket, dan 29% dari sepak

bola. Pasien yang mengalami keseleo pergelangan kaki terdiri atas 10% dari kasus daruratdi

Amerika dengan kejadian 30.000/hari.

1.3 INSTABILITAS SENDI TUMIT

Keseleo pergelangan kaki (instabilitas sendi tumit) adalah keadaan dimana terjadi

ketidakstabilitasan fungsional dan mekanis. Sehingga mengganggu fungsi fisiologis dari kaki

Page | 5

itu sendiri. Instabilitas sendi tumit atau Ankle Instability terbagi menjadi 2 yaitu akut dan

kronis.

1. Instabilitas pergelangan kaki akut, gambaran klinis : seorang pasien biasanya

mengatakan bahwa pergelangan kakinya serasa berputar yang berhubungan

dengan kombinasi dari inverse, plantarfleksi, atau rotasi internal. Pasien akan

melaporkan adanya nyeri pergelangan kaki akut pada bagian lateral dan dokter

biasanya mengembangkan kemungkinannya kepada cedera ligament dengan

melihat adanya pembengkakan ekimosis dan kemampuan untuk menahan berat.

Terdapat dua tes yang digunakan untuk memeriksa instabilitas pergelangan kaki

yaitu : Test Anterior Drawer dan Test Talar Tilt.(2)

Test Anterior Drawer menilai integritas dari ATFL (Anterior Talo Fibula

Ligament) sejalan dengan hal itu maka ATFL mencegah translasi anterior dari

talus dengan mengindakan Tibia. Tes dilakukan setelah posisi engkel netral yaitu

10 plantarfleksi dengan pasien duduk dan lututnya di fleksikan. Pemeriksa

memegang calcaneusnya dengan satu tangan sambil menstabilkan tibia distal dan

Page | 6

selanjutnya calcaneus di translasikan kedepan. Peningkatan translasi sejauh 3mm

di bangdingkan dengan bagian yang tidak cedera atau sebuah nilai absolute yaitu

10mm berhubungan dengan incompeten ATFL.

Tes Talar Tilt di gambarkan dengan pembentukan sudut oleh kubah talar

dan plavon tibia ketika dilakukan inverse kaki belakang secara paksa dengan

posisi sendi tibia talar pada posisi netral. Nilai normal dari talar tilt sangat

bervariasi mulai dari 5-23.(2)

2. Instabilitas pergelangan kaki kronis, gambaran klinis : pasien biasanya

mengeluhkan takut dan kesulitan saat menginjakan kaki pada permukaan yang

tidak rata. Bahkan sebuah eksaserbasi ringan dapat mengarahkan pada disfungsi

jangka pendek. Bagaimanapun pasien ini kadang-kadang normal tanpa nyeri atau

disfungsi. Penggunaan penahan pergelangan kaki dapat mendukung hanya secara

parsial. Pada pemeriksaan fisik ektremitas bawah di inspeksi dan palpasi dengan

memperhatikan ada atau tidak adanya varus kaki belakang. Pergerakan kaki

belakang seharusnya di rekam dan kekuatan musculus peronius harus di uji.

Tanda dari kelemahan ligamentum harus diperhatikan juga. Propriosepsi pada

pasien ini sangat sering abnormal sekitar 86%.(2)

3. Patofisiologi instabilitas sendi tumitSprain biasanya terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam. Keseleo

atau sprain jika difiksasi dapat sembuh dalam dua hingga tiga minggu tanpa

tindakan bedah korektif. Sesudah itu secara berangsur-angsur pasien dapat

kembali melakukan aktivitas normal. Keseleo atau sprain pada pergelangan kaki

merupakan cedera sendi yang paling sering dijumpai dan kemudian diikuti oleh

keseleo pada pergelangan tangan, siku, serta lutut. 

Jika sebuah ligamen mengalami ruptur maka eksudasi inflamatori akan terjadi

dalam hematoma diantara kedua ujung potongan ligamen yang putus. Jaringan

granulasi tumbuh kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya.

Pembentukan kolagen dimulai empat hingga lima hari sesudah cedera dan pada

akhirnya akan mengatur serabut-serabut tersebut sejajar dengan garis

tekanan/stres. Dengan bantuan jaringan fibrosa yang vaskular, akhirnya jaringan

yang baru tersebut menyatu dengan jaringan disekitarnya. Ketika reorganisasi ini

Page | 7

berlanjut, ligamen yang baru akan terpisah dari jaringan sekitarnya dan akhirnya

menjadi cukup kuat untuk menahan tegangan otot normal.

Dan adanya tekanan eksternal yang berlebih juga menyebabkan suatu masalah

yang disebut dengan sprain (instabilitas sendi tumit )yang terutama terjadi pada

ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang

ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan

kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah

akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi

terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai

3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka

menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain atau instabilitas sendi tumit.

Penegakan Diagnosis instabilitas akut

Radiografis standar dapat dilakukan setalah terjadi cedera akut untuk

mengetahui adanya fraktur atau tidak. Dalam penelitiannya digunakan USG untuk

mengevaluasi cedera akut ligament karena ia bersifat menginvasi dan dinamis.

Bagaimana pun USG tergantung pada perlengkapan dan kemampuan dari

operator. Keakuratan untuk mengetahui robekan ATFL sekitar 95% dan CFL

(calcaneo fibular ligament) dan robekan CFL dalah 90%. CT Scan dan MRI tidak

secara khusus diindikasikan untuk keseleo pergelangan kaki akut. Bagaimanapun

bila ada kemungkinan cedera lain, MRI dapat berguna untuk melihat kondisi yang

berhubungan dengan hal itu. Diagnosis banding dari cedera pergelangan kaki

sangat bervariasi mulai dari fraktur sampai ke cedera ligament.

.

Klasifikasi dari keseleo pergelangan kaki lateral di bagi menjadi tiga kelas

berdasarkan keparahan dan kerusakan ligamennya

Page | 8

Lateral Ankle Ligamen

ATFL o sebelumnya tumit-fibula ligameno ini adalah ligamen yang paling penting yang terluka dalam keseleo

pergelangan kaki inversi

CFL o Calcaneo-fibula ligamen

PTFL o Posterior tumit-fibula ligamen

The Ligamen Talofibular anterior (ATFL) adalah penentu utama apakah

seseorang akan mendapatkan keseleo inversi berulang di masa depan. The Ligamen

Calcaneofibular (CFL) adalah struktur penting 2 yang memberikan stabilitas pergelangan

kaki.

Page | 9

Sebuah kelas I keseleo adalah ketika ATFL dan CFL yang membentang tapi tidak

robek. Jenis keseleo biasanya tidak terlihat di klinik.

A grade II keseleo adalah ketika ATFL dan CFL yang sebagian robek. Ini adalah

masalah umum yang hadir dalam klinik kami.

Sebuah kelas III keseleo adalah ketika ATFL dan CFL benar-benar pecah.

Keparahan Terkilir Inversi Ankle

Klasifikasi ini sangat penting secara klinis dalam diagnosis dan perencanaan

penatalaksanaan yang tepat.

Penatalaksanaan

Sebagian besar penyakit, penatalaksanaan yang terbaik adalah pencegahan

cedera itu sendiri. Berbagai macam investigator telah meneliti tentang

penggunaan dari alas kaki dan untuk mencegah keseleo pergelangan kaki.

Bagaimanapun tetap controversial sebagai metode terbaik untuk pencegahan.

Penatalaksanaan dari keseleo pergelangan kaki grade 1 dan 2 adalah dengan cara

Page | 10

managemen konservatif. Balduini dan koleganya menentukan managemen yaitu

istirahat sejenak, kompres es dan elevasi dengan penggunaan elastic bandage dan

rehabilitasi fungsional. Ketidakmampuan (keseleo) yang terjadi untuk grade 1

biasanya 8 hari dan untuk grade 2 biasanya 15 hari. Penatalaksanaan untuk

rehabilitasi fungsional didasarkan pada empat tahapan penyembuhan biologis.

Tahap 1) protokol RICE (Rest, Ice, Compresion, Elevesion) digunakan untuk

mengurangi inflamasi dan pembengkakan untuk meningkatkan kondisi bagi

penyembuhan. 2) ligament di lindungi selama 1-3 minggu ketika memasuki fase

proliferasi atau penyembuhan. Fibroblast menginvasi jaringan yang rusak dan

membentuk serat-serat kolagen. 3) Kira-kira 3 minggu setalah ceder, serat-serat

kolagen matang dan menjadi jaringan parut pada masa pematangan. Dengan

melakukan peregangan yang terkendali, serat-serat kolagen akan berorientasi

kembali dan membantu mencegah kekakuan. Setelah 6-8 minggu pasca cedera. 4)

tahap terakhir dari penyembuhan akan membawa pasien mendekati seperti normal

dan dapat kembali ke aktifitas sehari-hari. Tapi bagaimanapun pasien harus selalu

memeriksakan sekitar 6-12 bulan untuk pematangan yang optimal dan remodeling

dari ligament yang cedera. Sepeda stasioner dan berenang dapat digunakan untuk

mengembangkan ROM pergelangn kakinya.terapi yang lain seperti krio terapi dan

pemberian obat NSID hanya menguntungkan dalam waktu yang pendek. Untuk

keseleo pergelangan kaki grade 3, terapinya kurang dibakukan. Hasil yang baik

telah dilaporkan untuk cedera ini dengan cara perbaikan akut, imobilisasi dan

rehabilitasi fungsional. Kanus dan Renstrom menerangkan dua belas penelitian

dan melaporkan bahwa pasien yang di obati secara fungsional lebih cepat sembuh

dari perbaikan akut atau pembedahan. Dari penelitian lainnya di dapatkan hasil

yang baik dari sekitar 87% pasien yang diobati menggunakan rehabilitasi

fungsional di bandingkan dengan 60% pasien yang di operasi bedah. Tambahan,

pasien yang telah melakukan pembedahan memiliki ROM yang buruk.(2)

Penegakan diagnosis instabilitas sendi tumit kronis

Foto polos seharusnya dilakukan dan dapat berguna untuk melihat ada

atau tidak adanya cedera tulang atau perubahan degeneratif. MRI lebih berguna

Page | 11

untuk memeriksa instabilitas kaki kronis di bandingkan yang akut. Cedera

ligament dapat di lihat dengan MRI sebagai pembengkakan, serat-seratnya putus

dan ligamentnya lemah atau bergelombang.

Penatalaksanaan non operatif

Rehabilitasi fungsional memiliki kemungkinan besar untuk sukses dalam

menangani instabilitas pergelangan kaki. Bagaimanapun tingkat keberhasilan

dapat menurun dengan adanya instabilitas mekanik, kelemahan musculus

peronius atau defisit proprioseptif. Enam minggu terapi sangat direkomendasikan.

Ortotik sangat berguna ketika proses rehabilitasi yang bisa menggunakan penjepit

atau pengangkat tumit. Penggunaan elastic bandage juga dapat berguna untuk

mendukung pergelangan kaki kronis.

Penatalaksanaan operatif

Indikasi untuk pembedaan rekonstruksi ligamentum lateral adalah

instabilitas mekanik dengan gejala yang terus menerus dan kegagalan dari

rehabilitasi fungsional.(3)

PENCEGAHAN INSTABILITAS SENDI TUMIT

Saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.

Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.

Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.4

Komplikasi

Untungnya, komplikasi berbahaya seperti thrombosis vena profunda,

emboli pulmonal, distrofi reflek simpatis dan osteomielitis sangat jarang terjadi

pada pengobatan operatif untuk instabilitas pergelangan kaki yang kronis.

Bagaimanapun masalah yang biasa terjadi biasanya seperti luka dan masalah

saraf, kekakuan dan instabilitas yang berlanjut. Komplikasi luka terjadi pada

sekitar 1,6% pasien yang melakukan operasi, kejadian dari masalah saraf biasanya

Page | 12

dari 3,8%. Awal dari instabilitas yang berlanjut biasanya terjadi setelah cedera

lagi.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keseleo pergelangan kaki (instabilitas sendi tumit) adalah keadaan dimana terjadi

ketidakstabilitasan fungsional dan mekanis. Sehingga mengganggu fungsi fisiologis dari kaki itu

Page | 13

sendiri. Instabilitas sendi tumit atau Ankle Instability terbagi menjadi 2 yaitu akut dan kronis.

Dimana untuk mengetahui adanya fraktur atau tidak, dapat dilakukan Radiografis standar

setelah terjadi cedera akut. Berdasarkan keparahan dan kerusakan ligamennya keseleo

pergelangan kaki lateral di bagi menjadi tiga kelas yaitu : Grade 1, Grade 2, dan Grade 3.

Penatalaksanaan dari keseleo pergelangan kaki grade 1 dan 2 adalah dengan cara managemen

konservatif. Balduini dan koleganya menentukan managemen yaitu istirahat sejenak, kompres es

dan elevasi dengan penggunaan elastic bandage dan rehabilitasi fungsional.

DAFTAR PUSTAKA

1) Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

2) Keith W. Chan, M.D. dkk. (2011). “Acute and Chronic Lateral Ankle Instability in the

Athlete”. Bulletin of the NYU Hospital for Joint Diseases 2011;69(1):17-26

3) Moore L Keith, Anne M. (2003). Anatomi klinis Dasar.Jakarta: Hipocrates

Page | 14

4) Sjamsuhidayat, De Jong. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Page | 15