INSEKTISIDA (tugas)

download INSEKTISIDA (tugas)

of 14

Transcript of INSEKTISIDA (tugas)

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    1/14

    A. PENGERTIAN INSEKTISIDA

    Insektisida merupakan pestisida atau bagian dari pestisida yang berfungsi untuk

    mengendalikan dan mengontrol hama serangga (Soemirat (2003)). Insektisida pun

    bermacam macam berdasarakan cara penggunaannya. ada yang di semprotkan ( dengan

    alat penyemprot atau dengan kaleng penyemprot Aerosol), di bakar (fumigant untuk

    ruang tertutup), di oleskan (repellant, penolak serangga Attractant (penarik serangga

    seperti kertas lalat untuk membunuhnya). Insektisida di perkenalkan ke publik pertama

    kali di jerman Tahun 1945 dengan senyawa kimia Organoposphates dan di prancis 1941

    yaitu dalam bentuk insektisida aerosol (Hexachlorocylohexane). Pestisida dengan jenis

    insektisida memiliki angka presentase tertinggi di Indonesia. Hal ini dikarenakan

    pemakaiannya untuk lahan pertanian. Pestisida dengan jenis insektisida ini dapat

    diklasifikasikan atas dasar rumus kimia, mekanisme kerja dan jenis racun.

    Departemen Kesehatan (1998), menyatakan bahwa persentase penggunaan pestisida di

    Indonesia adalah sebagai berikut:

    1. Insektisida 55,42 %.

    2. Herbisida 12,25 %.

    3. Fungisida 12,05%.

    4. Repelen 3,61%.

    5. Bahan pengawet kayu 3,61%.6. Zat pengatur pertumbuhan 3,21%.

    7. Rodentisida 2,81%.

    8. Bahan perata/ perekat 2,41%.

    9. Akarisida 1,4%.

    10. Moluskisida 0,4%.

    11. Nematisida 0,44%.

    12. Ajuvan serta lain-lain berjumlah 1,41%.

    1

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    2/14

    Tabel 1. Jenis-Jenis Pestisida dan Kegunaannya

    Jenis Pestisida Fungsi dan kegunaannya

    Insektisida

    HerbisidaFungisida

    NematodaRodentisidaBakterisida

    Akarisida

    Algisida

    MitisidaMolusisida

    Avisida

    PiscisidaOvisida

    Desinfektant

    Growth regulatorDefoliant

    Desiccant

    RepellentAtractant

    Chemosterilant

    Mengontrol and mngendalikan serangga

    Membunuh rumput (gulma)Membunuh jamur

    Membunuh nematodaMembunuh tikusMembunuh bakteri

    Membunuh laba-laba

    Membunuh alga

    Membunuh miteMembunuh moluska

    Mengusir burung

    Mengendalikan ikanMenghancurkan telur

    Menghancurkan atau menginaktifkan mikroorganisme yang

    berbahayaMerangsang/menghambat pertumbuhan

    Penggugur daun

    Mempercepat pengeringan tanamanMengusir serangga, rayap, anjing dan kucing

    Menraik serangga

    Mensterilisasi serangga

    B. CARA INSEKTISIDA MEMBUNUH HAMA SERANGGA

    1.Fisis

    Memblokade proses metabolisme, bukan dengan reaksi biokemis atau

    neurologis,tetapi dengan cara mekanis. Penggunaan boric acid, silica gel dan

    aerosolica gel dapat membunuh serangga karena proses dehidrasi yaitu

    penyerapan air dari tubuh serangga. Sehingga serangga akan kehilangan

    kandungan air, selanjutnya mengering dan mati.

    2. Merusak enzim

    Merusak garam garamnya, semua asam kuat dan beberapa logam berat

    termasuk cadmium dan timah hitam Akan berpengaruh merusak semua enzim

    dalam sistem kehidupan serangga.

    3. Merusak Syaraf

    Jenis jenis insektisida yang merusak syaraf adalah methyl bromide,

    ethylene dibromide, hidrogen cyanide, chloropicrin. Insektisida ini bersifat fisis

    2

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    3/14

    dari pada biokemis. Golongan organochlorine dan chlorinated, pyrethroid bersifat

    mempengaruhi akson pada sel syaraf neuron yang berfungsi dalam transmisi

    impuls syaraf dari sel satu ke sel syaraf yang lain.

    4. Menghambat Metabolisme

    Insektisida yang menghambat transport elektron mitokondria contohnya

    rotenone, HCN, dinetrophenols dan organotins. Sedangkan golongan lain yang

    menghambat metabolisme namun dengan cara yang berbeda adalah komponen

    fluorine dan arsenical.

    5. Meracun Otot

    Insektisida yang meracun otot yaitu karena berhubungan terhadap jaringan

    otot adalah ryania yang mengandung alkaloid dan ryanodine. Kemudian sabadilla

    yang mengandung alkaloid, cepadine dan veratridine.

    C. JENIS JENIS INSEKTISIDA

    Menurut Ecobichon, dalam Ruchirawat (1996), klasifikasi insektisida

    berdasarkan rumus kimianya:

    1. Insektisida Organochlorines

    Terdiri atas carbon, chlorines, dan hidrogen,. Jenis ini sering di sebut

    chlorinated hydrocarbons, chlorinated organics, chlorinated insecticides atau

    synthetics. gejala keracunan yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia yang

    mengandung organochlorines dapat berupa mual, sakit kepala dan tak dapat

    berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat

    terjadi hambatan pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik

    mempengaruhi susunan syaraf pusat terutama otak.

    a. DDT (Dichloro Dihenyl Trichloroethane)

    Merupakan insektisida yang sangat ampuh membunuh berbagai

    serangga hama yang menyerang sayur sayuran, palawija dan juga tanaman

    perkebunan. Di sampinng itu juga sangat ampuh untuk membunuh nyamuk

    penyebab malaria. Insektisida ini harganya relatif murah, maka tidak

    mengherankan kalau banyak di gunakan orang secara meluas. Namun tahun

    1973 di ketahui DDT ini ternyata membahayakan bagi kehidupan maupun

    lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat

    3

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    4/14

    terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik

    di air maupun di tanah dan dalam jaringan tanaman dan hewan. DDT tidak

    mudah terurai oleh mikroorganisme,enzim,panas atau sinar ultra violet. Yang

    masih ada hubungannya dengan DDT adalah TDE (DDD),mthoxchylor,

    ethylan (perthane), dicofol (kelthane) dan chlorobenzilate. Untuk di cofol dan

    cholobenzilate adalah insektisida, melainkan akarisida yaitu yang dapat di

    gunakan untuk membunuh tungau.

    b. Hexachlorocyclohexane (HCH)

    HCH dulunya di kenal dengan nama benzene hexachloride (BCH),

    untuk pertama kalinya ditemukan pada tahun 1825. Karena sifatnya

    menyerupai DDT maka HCH penggunaanya juga dilarang.

    c. Cylodienes

    Cylodienes juga dikenal diene organochlorines insecticides, di

    kembangkan sesudah perang dunia II. Yang tergolong dalam cylodienes

    adalah chlordane, heptachlor, aldrin, endosulfan (thiodan), mirex, chlordecone

    (kepone), dieldrin dan endrin. Cylodienes lain yang juga di kembangkan,

    namun kurang begitu penting adalah isodrin, alodan, bromodan, dan telodrin.

    Cylodienes merupakan insektisida yang persisten dan sangat stabil di tanah,

    untuk itu Environmental Protection Agency (EPA) pernah melarang

    penggunaan Cylodienes antara tahun 1975 dan 1980.

    d. Polychloroterpene

    Ada dua bahan dari polychloroterpene, yaitu taxophene dan stobane.

    Taxophene pada mulanya di gunakan dengan cara di kombinasikan dengan

    DDT untuk mengendalikan hama kapas. Namun pada tahun 1965 di ketahui

    beberapa serangga hama kapas resisten terhadap DDT, selanjutnya taxophene

    penggunaannya di kombinasikan methyl parathion yaitu senyawa

    organophospate.

    Klasifikasi insektisida berdasarkan mekanisme kerjanya:

    Organoklorin dan piretroid

    Organofosfat dan karbamat. Jenis insektisida ini sering disebut sebagai

    insektisida antikolinesterase, karena keduanya memiliki efek yang

    4

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    5/14

    sama dalam sistem syaraf (perifer dan pusat), walaupun masing-

    masing memiliki ikatan dan struktur kimia yang berbeda. Gejala

    keracunan insektisida jenis organofosfat

    Sedangkan klasifikasi insektisida berdasarkan jenis racunnya yaitu:

    Racun sistemik yaitu racun yang dapat menimbulkan keracunan di

    seluruh tubuh.

    Racun kontak yaitu racun yang dapat diserap bila ada kontak kulit

    dengan insektisida.

    2. Insektisida Organophospates

    Golongan ini di sebut organic phospates, phosphorus inseticidies,

    phosphates, phosphates insectidies phosphorus esters atau phosphorus acid esters.

    Mereka itu adalah derivat phosphoric caid dan biasanya sangat toksik untuk

    hewan bertulang belakang. Golongan organophosphates struktur kimianya dan

    cara kerjanya berhubungan erat dengan gas syaraf. Organophosphates selain

    toksik terhadap hewan bertulang belakang ternyata tidak stabil dan nonpersisten,

    sehingga golongan ini dapat menggantikan organochlorines, khususnya untuk

    5

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    6/14

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    7/14

    Mevinphos adalah sangat toksik dipergunakan secara komersial pada

    sayuran, karena mudah terurai. Bahkan dapat dipergunakan beberapa hari

    sebelum panen, karena tidak meninggalkan residu.

    Methamidophos (Monitor) dan Acephate (Orthene) adalah adalah juga

    derivat aliphatic organophosphate, keduanya bisa digunakan secara meluas

    dalam bidang pertanian, terutama untuk mengendalikan serangga hama pada

    sayuran.

    b. Derivat Phenyl

    Parathion merupakan phenyl oraganosphosphates yang paling di kenal

    pada 1946. Ethyl parathion merupakan derivat phenyl yang pertama

    dikenalkan secara komersial. Karena sifatnya yang sangat toksik tidak

    digunakan di rumah. Methyl parathion dikenal pada 1949 dan lebih banyak

    digunakan daripada ethyl parathion karena methyl parathion kurang toksik

    untuk manusia dan hewan piaraan.

    Insektisida sistemik juga ditemukan dalam phenyl organosphosphates, seperti

    ronnel dan cruformate sebagai insektisida sistemik pada hewan atau ternak.

    Profenophos dan sulprofos, keduanya mempunyai spektrum yang luas.

    Isofrenphos sering digunakan sebagai insektisida tanah pada berbagai jenis

    tanaman, sepeti pada sayuran untuk membunuh lalat dan juga uret.

    c. Derivat Heterocyclic

    Insektisida diazinon merupakan yang pertama dikenalkan pada 1952. diazinon

    dapat digunakan di rumah, kebun dan tanaman hias. Azinphosmethyl di

    kenalkan pada 1945 dan digunakan terutama untuk insektisida dan akarasida

    pada tanaman kapas. Chlorpyrifos sering digunakan di rumah rumah untuk

    melindungi gangguan serangga. Dialifor pertama kali dikenalkan pada tahun

    1960 ntuk mengendalikan serangga hama pada buah buahan. Contoh

    lainnnya yang termasuk derivat heterocyclic adalah methidathion dan

    phosmet.

    7

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    8/14

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    9/14

    7 500 paralysys (0,5 -1 jam)

    20 000 kematian (5 - 10 menit)

    Toluena (ppm):

    200 pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam.

    600 gangguan syaraf, dapat diikuti kematian jika waktu kontak lama.

    D. RESISTENSI INSEKTISIDA

    Resisten, dimana insektisida meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan.

    Insektisida organochlorine, termasuk insektisida yang resisten pada lingkungan danmeninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui

    rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.

    Penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi pada serangga.

    Insektisida yang tidak mampu membuat serangga mati dapat menyebabkan serangga itu

    menjadi lebih kuat dan sel sel nya dapat berevolusi menjadi serangga yang kebal

    terhadap insektisida itu. Selain itu bisa menyebakan matinya hewan hewan pemangsa

    hama. Akibatnya keseimbangan ekosistem terganggu dan terjadi eksploitasi hama.

    1. Masuknya insektisida ke Dalam Tubuh Manusia Pestisida dapat

    masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara :

    Melalui saluran makanan.

    Melalui saluran pernafasan.

    Melalui kulit..

    9

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    10/14

    2. Residu Insektisida dalam Tanah

    Penyemprotan insektisida akan berada di udara yang lama kelamaan akan jatuh ke

    tanah. Untuk jenis insektisida yang tidak mudah menguap akan berada di dalam

    tanah terutama dari golongan organoklorin karena sifatnya yang persisten.

    Walaupun insektisida di dalam tanah dapat diuraikan atau didegradasi oleh

    mikroorganisme. Seperti fenitrothion dapat terdegradasi oleh Bacillus subtilis

    menjadi aminofenitrothion. Sedangkan Falvobacterium sp. ATCC 27551 dan

    Trichoderma viride dapat mendegradasi menjadi 3-Methyl-4nitrophenol

    (Soemirat, 2003). Tanah di daerah Lembang dan di Gambung-Bandung

    mengandung residu jenis insektisidaKlorpirifos dengan konsentrasi antara 0,136

    ppm dalam tanah Lembang dan 0,699 ppm dalam tanah B gambung ( Rosliana,

    2001 ).

    3. Residu Insektisida dalam Air

    Insektisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat

    terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima,

    berupa sungai dan sumur. Beberapa penelitian mengenai kualitas air yang

    menekankan pada aspek insektisida ditemukan residu pestisida di irigasi daerah

    Sukapura Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, insektisida golongan

    organofosfat jenis metamidofos, fenitrotion, dan satu jenis dari golongan

    organoklorin yaitu alpha BHC ( Mulyatna, 1993). Hal ini tentunya berbahaya

    karena residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tanaman pertanian

    misalnya padi yang menggunakan air irigasi tersebut. Dan di samping itu juga

    dapat merusak ekosistem perairan. Dalam air baku air minum juga ditemukan

    residu organofosfat jenis klorpirifos di Surabaya Intake Kali Surabaya : 3,15 ppm,

    di Bandung Intake Cikapundung : 0,29 ppm, di Jakarta Intake Ciliwung : 0,73

    ppm dan di Tangerang Intake Cisadane : 0,36 ppm. Air dari Intake PDAM ini

    tentunya akan diolah kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Yang

    dikhawatirkan adalah apabila unit pengolahan di PDAM tidak dapat

    mendegradasi insektisida, dan air tersebut akan digunakan sebagai air minum,

    yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia.

    4. Residu Insektisida di Udara

    10

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    11/14

    Insektisida dapat berada di udara setelah disemprotkan dalam bentuk partikel air

    (droplet) atau partikel yang terformulasi jatauh pada tujuannya. Kebanyakan

    penggunaan pestisida ini dilarutkan dengan air. Partikel insektisida berukuran 200

    mm, dalam waktu 56 detik akan jatuh pada 21 m, sedangkan partikel dengan

    ukuran 50 mm jatuh 3 cm dalam waktu 3,5 detik (Soemirat, 2003). Di samping itu

    partikel / aerosol pestisida tersebut juga dapat jatuh pada tanaman, pada tanah,

    dan air.

    5. Residu Insektisida pada Tanaman

    Insektisida yang disemprotkan pada tanaman tentu akan meninggalkan residu.

    Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah,

    dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun

    daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci , atau dimasak residu pestisida

    ini masih terdapat pada bahan makanan. Sebagai contoh residu insektisida

    golongan organofosfat pada berbagai jenis sayuran seperti bawang merah 1,167

    0,565 ppm, kentang 0,125 4,333 ppm, cabe dan wortel mengandung :

    profenofos 6,11 mg/kg, detalmetrin 7,73 mg/kg, klopirifos 2,18 mg/kg,

    telubenzuron 2,89 mg/kg, permetrin 1,80 mg/kg (Soemirat, 2003). Tomat yang

    tidak dicuci mengandung profenofos rata rata 0,096 mg/kg, sedangkan tomat

    yang dicuci masih mengandung 0,059 mg/kg. Insektisida karbofuran, klorpirifos

    dan lindan didistribusikan ke daun, batang, pada dan beras dan residu insektisida

    lindan merupakan residu yang tertinggi. Dengan demikian bahan pangan yang

    masih mengandung residu insektisida ini akan termakan oleh manusia dan

    tentunya dapat menimbulkan efek dan berbahaya terhadap kesehatan manusia.

    6. Residu insektisida di Lingkungan Kerja

    Insektisida kebanyakan digunakan di pertanian, sehingga perlu sedikit diketahui

    bahwa insektisida ini dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja di pertanian

    atau petani termasuk juga pencampur pestisida. Kebanyakan petani di Indonesia

    mengetahui bahaya pestisida, namun mereka tidak peduli dengan akibatnya.

    Banyak sekali petani yang bekerja menggunakan pestisida tidak menggunakan

    pengaman seperti masker, topi, pakaian yang menutupi seluruh tubuh dan lain

    lain. Apabila alat pengaman tersebut tidak digunakan, pestisida ini dapat masuk

    11

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    12/14

    ke dalam tubuh melaui kulit, saluran pernafasan. Hasil penelitian yang pernah

    dilakukan untuk menguji tingkat kesehatan penduduk akibat paparan organofosfat

    dan karbamat di daerah sentra produksi padi, sayuran, dan bawang merah

    menunjukkan bahwa aktivitas asetilkolinesterase kurang dari 4500 UI pada daerah

    petani di Kabupaten Brebes sebanyak 32,53% petani, di Cianjur 43,75% dan di

    Indramayu 40%. Aktivitas kolinesterase kurang dari 4500 UI ini merupakan

    indicator adanya keracunan kronis (Soemirat, 2003). Penelitian lain menunjukkan

    bahwa luas kulit yang terbuka akan mempengaruhi residu pestisida yang masuk

    kedalam tubuh melalui kulit. Bukan hanya petani, masyarakat yang tinggal di

    sekitar pertanian juga dapat terpapar oleh pestisida organofosfat. Eksposur

    insektisida ini dapat juga terjadi pada pekerja di industri insektisida, di

    Bangladesh 33,7% pekerja dari 265 pekerja yang terpapar insektisida memiliki

    aktivitas enzim asetilkolinesterase di bawah standar dan 12,5% dalam kondisi

    bahaya.

    7. Tingkat Keracunan Pestisida jenis Insektisida

    Menurut Pandit (2006), tingkat keracunan pestisida jenis insektisida dapat

    dibedakan menjadi 3, yaitu:

    Acute poisoning, yaitu keracunan yang terjadi akibat masuknya sejumlah

    besar pestisida sekaligus ke dalam tubuh, missal kasus salah makan ataupunbunuh diri. Gejala dari keracunan akut, mual, muntah-muntah, sakit kepala,

    pusing, kebingungan/ panik, kejang otot, lemah otot, sawan.

    Sub-acute poisoning, merupakan keracunan yang ditimbulkan oleh

    sejumlah kecil pestisida yang masuk ke dalam tubuh,namun terjadinya secara

    berulang-ulang.

    Chronic poisoning, yaitu keracunan akibat masuknya sejumlah kecil

    pestisida dalam waktu yang lama dan pestisida mempunyai kecenderungan

    untuk terakumulasi dalam tubuh.

    Gejala Keracunan Dan Petunjuk Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita

    12

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    13/14

    Golongan Pestisida Cara bekerjanyaGejala keracunan yang

    timbul

    Klor organik: endrin,

    aldrin,

    endosulfan(thiodan),

    dieldrin, lindane(gammaBHC), DDT

    Fosfat organik: mevinfos

    (fosdrin), paration, gution,monokrotofos (azodrin),

    dikrotofos, fosfamidon,

    diklorvos (DDVP), etion,efntion, diazinon.

    Karbamat :

    aldikarb(temik),

    carbofuran (furadan),

    metomil (lannate),propoksur (baygon),

    karbaril (sevin)

    Mempengaruhi susunan

    syaraf pusat terutama

    otak

    Menghambat aktivitas

    enzim kholinnestrase

    Menghambat aktivitas

    enzim kholinestarse,

    tetapi reaksinya

    reversible dan lebihbanyak bekerja pada

    jaringan, bukan dalam

    darah/plasma.

    Mual, sakit kepala, tak

    dapat berkonsentrasi. Pada

    dosis tinggi dapat terjadi

    kejang-kejang muntah dandapat terjadi hambatan

    pernafasan

    Sakit kepala, pusing-

    pusing, lemah, pupilmengecil, gangguan

    penglihatan dan sesak

    nafas, mual, muntah,kejang pada perut dan

    diare, sesak pada dada dandetak jantung menurun.

    Tanda-tanda keracunan

    umunya lambat sekali baru

    terlihat

    DAFTAR PUSTAKA

    13

  • 8/9/2019 INSEKTISIDA (tugas)

    14/14

    Jurnal GooglePENCEMARAN PESTIDA,DAMPAK DAN UPAYA

    PENCEGAHANNYA.Oleh : Adistya Prameswari., S.Pi (Dizzproperty.com)

    Anonim. 1984. Pestisida Untuk Pertanian danKehutanan.Direktorat Perlindungan

    Tanaman Pangan. Direktotarat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.Jakarta. 1984

    Cooke, A.S. 1970. The effect of p.p-DDT on Ted Poles of Common Frog Rana

    temporaria. Env. Poll.1:57-71

    Coutney, W. R., Jr., and M. H. Robert, Jr. 1973. Environmental Effect on Toxaphene

    Toxicity to Selected Fishes and Crustaceans. Ecol. Res. series. EPA-R3-73035.

    United Stated Environmental Protection Agency, Wasihington D.C.20460

    Duursma, E.K. & M. Marchand. 1974. Aspects of Organic Marine Pollution. Ann. Rev.

    Oceanogr. Mar. Biol.12:315-431

    Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida; Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak

    Penggunaannya. UKRIDA Press. 250p.

    Jurnal dari contoh-askep.blogspot.com.

    14