Insect Bite Reaction

19
INSECT BITE REACTION I. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien :Tn. J Umur : 21 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Buruh Alamat : Cipedes II. Anamnesis a. Keluhan utama : Gatal b. Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke Puskesmas Cipedes dengan keluhan badan terasa gatal - gatal sejak 6 jam yang lalu. Os juga mengeluhkan bahwa gatal dirasakan terus – menerus. Gatal disertai rasa panas dan perih serta ketika ter ketika sinar matahari terasa seperti terbakar. Os mengatakan sebelumnya ada hewan kecil yang hinggap di tangannya lalu tidak lama kemudian os merasakan gatal dan rasa panas yang semakin lama semakin parah.Os sudah mencoba membasuh dengan air mengalir selama 5 menit, namun tidak memberikan efek yang berarti. Kemudian os membawa ke puskesmas cipedes. Os juga mengatakan mual

description

angga

Transcript of Insect Bite Reaction

Page 1: Insect Bite Reaction

INSECT BITE REACTION

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien :Tn. J

Umur : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Cipedes

II. Anamnesis

a. Keluhan utama : Gatal

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang ke Puskesmas Cipedes dengan keluhan badan terasa gatal -

gatal sejak 6 jam yang lalu. Os juga mengeluhkan bahwa gatal dirasakan

terus – menerus. Gatal disertai rasa panas dan perih serta ketika ter ketika

sinar matahari terasa seperti terbakar. Os mengatakan sebelumnya ada

hewan kecil yang hinggap di tangannya lalu tidak lama kemudian os

merasakan gatal dan rasa panas yang semakin lama semakin parah.Os

sudah mencoba membasuh dengan air mengalir selama 5 menit, namun

tidak memberikan efek yang berarti. Kemudian os membawa ke

puskesmas cipedes. Os juga mengatakan mual disangkal, demam

disangkal, Buang air besar dan buang air kecil normal.

c. Riwayat Pengobatan :

Tidak ada

d. Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada

e. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada

f. Riawayat Alergi :

Os tidak mempunyai riwayat alergi.

Page 2: Insect Bite Reaction

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 64 x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

Berat badan : 62 Kg

Status generalis

Kepala

Kepala : Bentuk normal.

Mata : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak ikterik, palpebral superior et inferior tidak

edema, pupil bulat, reflek cahaya (+), mata cekung

(-)

OS : Bentuk normal, Konjungtiva tidak anemis,

skelra tidak ikterik, palpebral superior et inferior

tidak edema, pupil bulat, reflek cahaya (+), mata

cekung (-)

Telinga : Bentuk normal

Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum nasi,

tidak ada sekret

Mulut : Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir

lembab

Leher : Pembesaran KGB -/-

Page 3: Insect Bite Reaction

Thorax

Inspeksi :

Bentuk dan ukuran : Bentuk dada kiri dan kanan simetris,

Palpasi

Trakea : Tidak ada deviasi trakea

Gerakan dinding dada : Simetris kiri dan kanan

Fremitus vocal : Simetris kiri dan kanan

Perkusi

Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

Cor : S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).

Pulmo :

Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru

Rhonki (-/-)

Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : Simetris

Auskultasi

Bising usus (+) normal

Perkusi

Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)

Palpasi

Nyeri tekan epigastrium (-)

Page 4: Insect Bite Reaction

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dievaluasi

V. Diagnosis Kerja

Insect bite reaction

VI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit

a. Promotif : Menjelaskan tentang penyakit Insect bite reaction

b. Preventif : Jangan digaruk

c. Kuratif :

Terapi Medikamentosa :

- Salep kulit Betametasone 3x1

- Dexametasone 0,5 mg 2x1

- Asamefenamat 3x1

VII. Prognosis : Dubia at bonam

DEFINISI

Insect bite reaction atau reaksi gigitan serangga adalah reaksi inflamasi

dan atau reaksi alergi, berupa erupsi pruritik pada tempat dimana serangga

menggigit yang timbul beberapa jam atau hari setelah gigitan.1

Manifestasi klinis dapat berupa papula urtikaria soliter atau grup,

papulovesikel dan atau bula yang dapat bertahan beberapa hari sampai minggu.1

ETIOLOGI

Secara sederhana gigitan dan sengatan serangga dibagi menjadi dua grup

yaitu Venomous ( beracun ) dan Non Venomous ( tidak beracun ). Serangga yang

beracun biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah,

ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan

racun atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak

Page 5: Insect Bite Reaction

beracun menggigit dan menembus kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya

yang menimbulkan rasa gatal. (2,3)

Insect berasal dari bahasa latin ‘insecta’ bermaksud serangga adalah

hewan dengan ciri khusus mempunyai enam kaki (tiga pasang). Serangga

mempunyai tiga bagian tubuh yaitu caput, toraks dan abdomen. Kelas

Insectaterbagi kepada beberapa ordo yaitu:

a) ordo anoplura (kutu);

b) ordo coleoptera (kumbang);

c) ordo diptera (nyamuk, lalat hitam);

d) ordo hemiptera (kutu busuk);

e) ordo hymenoptera (semut, lebah, tawon);

f) ordo Lepidoptera (belalang, kupu-kupu. moths); dan

g) ordo siphonaptera (pinjal manusia, pinjal tikus).(1,2)

PATOGENESIS

Reaksi cepat dari kutaneus akibat gigitan serangga disebabkan karena

adanya induksi antisaliva IgE Immediate akibat injeksi dari saliva serangga.

Saliva pada serangga dapat membantu dalam pencernaannya, menghambat

koagulasi, meningkatkan aliran darah pada tempat gigitan, atau menganestesi

daerah gigitan. Banyak lesi yang terjadi biasanya merupakan akibat dari respon

imun terhadap sekret insekta ini. Kebanyakan gigitan serangga bentuknya kecil

dan hanya menghasilkan luka tusuk superficial(3,5)

Gigitan serangga dan saliva sangat kompleks. Reaksi yang cepat biasanya

berhubungan dengan histamin, serotonin, asam format atau kinin. Reaksi yang

lambat biasanya menyerupai manifestasi dari host respon imun ke protein alergen.

Infeksi sekunder biasanya terjadi.6

Kira-kiraseperempat darikasus yang dilaporkan dari anafilaksis yang terkait

dengan sengatan serangga, khususnya sengatan hymenopterid.

Urutan Hymenoptera beris ilebah, tawon, dan semut. Serangga inimemiliki

sayap membran dan sengatan kompleks yangdapat berisiasam format, kinindan

Page 6: Insect Bite Reaction

alergenprotein. Seranggadengan sengatan hipersensitivitaslebih sering terjadi pada

mereka yang memiliki diatesis atopik dan juga dapat menjadi indikasi

mastositosis. 6

DIAGNOSIS

Anamnesis

Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitans erangga ketik aterjadi

reaksi atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui kecuali

terjadi reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Reaksi akibat gigitan muncul

beberapa menit hingga beberapa hari setelah gigitan.Durasi lesi beragam mulai

dari beberapa hari,minggu, hingga beberapa bulan. Gejala yang timbul berupa

pruritus, nyeri pada daerah yang digigit, serta gejala sistemik, misalnya demam

dan malaise.4

GEJALA KLINIS

Pada reaksi lokal, pasien mungkin akan mengeluh tidak nyaman, gatal,

nyeri sedang maupun berat, eritema, panas, dan edema pada jaringan sekitar

gigitan.(2,4) Pada reaksi lokal berat,keluhan terdiri dari eritemay ang luas, urtikaria,

dan edema pruritis.Reaksi local yang berat dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya reaksi sistemik serius pada paparan berikutnya.2

Pada reaks isistemik atau anafilaktik, pasien bias mengeluhkan adanya

gejala local sebagaimana gejala yang tidak terkait dengan lokasi gigitan. Gejala

dapat bervariasi dari ringan sampai fatal. Keluhan awal biasanya termasuk ruam

yang luas, urtikaria, pruritus,dan angio edema. Gejala ini dapat berkembang dan

pasien dapat mengalami ansietas, disorientasi, kelemahan,gangguan

gastrointestinal, kram perut pada wanita, inkontinensia urin ataualvi,pusing,

pingsan, hipotensi, stridor, sesak, atau batuk. Seiring berkembangnyareaksi,

pasien dapat mengalami kegagalan napas dankolaps kardiovaskuler.7

LABORATORIUM

Page 7: Insect Bite Reaction

Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium

yang sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat dan

membutuhkan penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami kegagalan

organ akhir atau membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti

sellulitis.2Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada

diagnosis skabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan

serangga.2

Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi yang

diakibatkan oleh vector serangga, namun jarang tersedia dan membutuhkan waktu

yang lama untuk mendapatkan hasilnya.2

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding insectbitereaction didasarkan oleh reaksi pada tempat

gigitan (papula eritema, vesikel), organisme yang menggigit serta nekrosis

kutaneus yang menyebabkan timbulnyalesi yang berbeda.

a. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi merupakan tipe delayed dari perangsangan alergi

yang berasal dari kontak antara kulit dengan alergen spesifik dimana pasien

memiliki sensitivitas tertentu. Reaksi alergi ini menyebabkan radangkulit yang

bermanifestasi dalam berbagai bentuk eritema, edema, dan vesikulasi.Diagnosis

didasarkan pada riwayat dan ditambah dengan pengetahuan tentang penyebab

alergi umum dan iritan di lingkungan.8

Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak

eritematosa yang berbatas jelas kemudian di ikuti edema, papulo vesikel,vesikel

atau bula. 8

Page 8: Insect Bite Reaction

Gambar 2.Dermatitis kontak alergi akut pada pasien yang alergi terhadap

Akrilat yang digunakan dalam industri percetakan. (10)

b. Skabies

Skabies adalah infeksi parasit yang umum terjadi didunia. Arthropoda

Sarcoptes scabiei varhominis menyebabkan pruritus berat dan merupakan

penyakit kulit yang sangat menular, dapat menyerang pria dan wanita dari semua

tingkat status sosioekonomi dan etnik. (13, 14)

Gejala dan tanda hipersensitif pada tungau biasanya berkembang perlahan

sekitar 4-6 minggu sejak terpapar. Skabies muncul dalam bentuk kluster, pada

individu terlihat sebagai ruam yang gatal dan papul.(13) Diagnosis scabies dapat

dipertimbangkan apabila ada riwayat banyak anggota keluarga yang

mengalaminya. Pruritusnokturnal yaitu gatal pada malam hari merupakan

keluhan utama yang khas pada skabies. Lesi primer scabies berbentuk liang,

pustul, nodul, biasanya papul dan plak urtikaria yang bertempat disela-selajari,

areaf leksor pergelangan tangan, axilla, area antecubiti, umbilicus, areagenital dan

gluteal, sertakaki. Lesi sekunder skabies berbentuk urtikaria, impetigo, dan plak

eksematous.( 14, 15, 16)

Page 9: Insect Bite Reaction

Gambar 3. Memperlihatkan lesi tipikal khas scabies liang linier

Dengan vesike lkecil diujungnya. (14)

c. Reaksi Obat yang merugikan Kulit (Adverse Cutaneous Drug

Reactions)16

Adverse Cutaneous Drug Reactions merupakan kasus rawat inap yang

tersering begitu pula pada pasien rawat jalan. Reaksi yang sering timbul adalah

reaksi ringan disertai dengan pruritus dan akan membaik ketika penggunaan obat

dihentikan. Erupsi obat dapat timbul seperti hamper semua ekspresimorfologi di

dermatologi dan harus menjadi pertimbangan pertama dalam diagnosis

banding dari suatu lesi yang muncul secara tiba-tiba. Erupsiobat disebabkan oleh

kekebalan atau mekanisme nonimmunologi dan diprovokasi oleh pemberian

sistemik atau obat topikal.

Page 10: Insect Bite Reaction

Gambar4.Urtikaria yang disebabkan acetylsalicylic acid (10)

PENATALAKSANAAN

Champora dan mentol lotion dan gel formulasi mungkin berguna dalam

pengendalian pruritus. Topikal anestesi akan sangat membantu, dan obat tersebut

mengandung pramoxine sudah tersedia dan saat ini risiko rendah untuk terjadinya

dermatitis kontak. Untuk reaksi gigitan persisten, persiapan kortikosteroid topikal

sering diperlukan. Pada anak-anak, ringan sampai pertengahan kekuatan persiapan

kortikosteroid seringkali cukup, sedangkan pada orang dewasa, biasanya

direkomendasikan kortikosteroid golongan 1 (mis. Betamethasone, Diflorasone)

atau golongan 2 (mis. Desoximetasone, Halcinonide, dan Amcinonide).16

Ketika agen topikal gagal, injeksi intralesi dari eksisi (misalnya

triamsinolon 10 mg / ml) kortikosteroid atau bintil pruritus mungkin diperlukan.

Kadang-kadang, nodul pseudolymphomatous mungkin memerlukan konsentrasi

triamcinolone setinggi 40 mg / ml. Atrofi cutaneous adalah risiko yang signifikan,

terutama jika kortikosteroid disuntikkan dangkal. Atrophy dapat dicatat dalam

distribusi sesuai dengan drainase limfatik.16

Diagnosis reaksi lokal biasanya terlihat dari riwayat gejala klinis dan

temuan pada pemeriksaan fisik.Reaksi yang normal tidak memerlukan

pengobatan, tetapi analgesik atau kompres dingindapat digunakan jika

dibutuhkan. Jika penyengat masih di kulit, maka harus dikeluarkan, sebaiknya

Page 11: Insect Bite Reaction

dengan cara dikorek, karena dengan meremas bisa menyebabkan kantung racun

dalam beberapa detik pertama setelah sengatanbisa menyuntikkan racun

tambahan. Infeksi dari sengatan serangga adalahkomplikasi langka padahost yang

memiliki imunokompeten, dan antibiotik tidak diindikasikan bila tidak ada

infeksi. Jika sengatan dari semut api, pustul harus dibiarkan utuh. Reaksi lokal

besar biasanya merupakan konsekuensi kecil dan biasanyadikelola seperti reaksi

normal, namun, pada beberapa kondisi bisa menjadi parah, gatal-gatal dan

pembengkakan lokal yang luas.4

Meskipun tidak ada studi yang telah menegaskan efektivitasnya, banyak

dokter memiliki pengalaman bahwa kortikosteroid topikal atau oral ampuh untuk

mengurangi keparahan dari reaksi ini. Karena pasien dengan reaksi lokal besar

memiliki peningkatan risiko anafilaksis dari sengatan berikutnya di masa depan.

Merupakan pilihan tetapi biasanya tidak diperlukan untukmeresepkan injeksi

epinefrin untuk pasien. Imunoterapi ditemukan tidak efektif dalam mencegah

reaksi lokal besar di masa depandalam suatu studi, tetapi laporan kasus baru-baru

ini menjelaskan efektifits penggunaan imunoterapi untuk mencegah keparahan

akibat sengatan dalam satu pasien.4

Pencegahan gigitan paling baik dilakukan melalui penggunaan pakaian

pelindung dan penolak. DEET (N, N-dietil-3-methylbenzamide, sebelumnya

disebut N, N-dietil-m-toluamide) tetap penolak paling banyak digunakan untuk

pencegahan gigitan nyamuk serta kebanyakan gigitan serangga lainnya. DEET

diterapkan pada kulit yang terkena dan juga dapat diterapkan untuk pakaian.

Sementara nyamuk yang membawa virus dengue cenderung menggigit pada siang

hari, vektor nyamuk yang membawa malaria cenderung menggigit pada malam

hari, dan piretroid-diresapi kelambu dan kemoprofilaksis adalah langkah-langkah

pencegahan tambahan.16

Durasi kemanjuran DEET tidak hanya tergantung pada dosis yang

diterapkan, tetapi juga pada jenis kelamin individu (betina menunjukkan

perlindungan kurang, dan pengamatan ini tampaknya menjadi independen dari

kadar estradiol serum). Khasiat juga dapat dikurangi dengan adanya lecet kulit.

Reaksi toksik jarang termasuk anafilaksis dan ensefalopati toksik, dan konsentrasi

Page 12: Insect Bite Reaction

tinggi DEET sesekali dapat menghasilkan letusan bulosa dramatis.16

Manajemen anafilaksis sengatan serangga akut tidak berbeda dari

anafilaksis dari penyebab lain. Strategi manajemen pencegahan yang dirancang

untuk mengurangi risiko pasien mengalami reaksi di masa depan dan morbiditas

dan mortalitas yang terkait,dan mencakup langkah-langkah untuk mengurangi

penghindaran kemungkinan pasien tersengat, penyediaan perawatan darurat,dan

evaluasi pasien sebagai calon potensial untuk imunoterapi. Banyak pasien alergi-

serangga tidak menerima pencegahan manajemen yang optimal dan imunoterapi

kurang dimanfaatkan. Pengembangan strategi pencegahan didasarkan pada

riwayat alami dari alergi sengatan serangga, konfirmasi diagnosis, dan

penggunaan imunoterapi racun untuk mempengaruhi perjalanan penyakit.

PROGNOSIS

Prognosis dari insect bite reaction bergantung pada jenis insekta yang

terlibat dan seberapa besar reaksi yang terjadi. Pemberian topical berbagai jenis

analgetik, antibiotik, dan pemberian oral antihistamin cukup

membantu, begitupun dengan kortikosteroid oral (mis. Metilprednisolone)

maupun topikal (mis. Betamethasone). Pemberian insektisida, mencegah pajanan

ulang, dan menjaga higienitas lingkungan juga perlu diperhatikan.Sedangkan

untuk reaksi sistemik berat,penanganan medis darurat yang tepat memberikan

prognosis baik.(9, 10)

DAFTARPUSTAKA

1. Wolff K., Johnson A. R., et al. Insect Bites And Infestations. Fitzpatrick’s

Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 5th ed. 2007.USA:

McGrawHill.p. 1-9

2. Steen J . Christoper. Anthropoda Bites and Stings. In :In Freedberg IM,

Page 13: Insect Bite Reaction

Eisen AZ, Wolff K et all editors. Fitzpattrick’s Dermatology in General

Medicine, 7th edition. New York; Mc Graw-Hill, 2008.p.2059-2063.

3. Dofitas L.B. Insect Bites and Stings. In: Williams H., Bigby M., et al

editors. Evidence Based Dermatology. 2008. UK: Blackwell

Publishing.p.478-486

4. Moffitt, JohnE. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on

SouthernMedical Journal,November2003,Volume96, Issue11.p.1073-79.

5. Weller R., Hunter J., Savin J., et al editors. Clinical Dermatology 3rd

edition.UK: Blackwell Science Ltd. p 224-225

6. Elston D. Bites and Stings. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP

Editors. Dermatology 2nd Volume 1. Philadelphia: Elsevier Inc, 2008;

12(81)

7. Bouxton, K. Paul. Infestation. In: Bouxton, K. Paul, eds. ABC of

Dermatology 4th edition.UK: BMJ Publishing Group Ltd. 2003 .p.42,

105-6

8. El

stonD.ParasiticInfestations,Stings,andBitesin:Andrews'DiseasesOfTheSkin

Clinical Dermatology11thEdition:JameW,BergerT,ElstonD. Philadelphia:

Elsevier; 2006. p.444-51

9. Beck, M.H., Wilkinson, S.M.. Contact Dermatitis: Allergic. In: Burns T,

BreathnachS, CoxN,GriffithsC.RooksTextbookofDermatology.Vol.2.

EightEdition.USA: Blackwellpublishing; 2010. p. 26.13-14.

10. El

stonD.ParasiticInfestations,Stings,andBitesin:Andrews'DiseasesOfTheSkin

Clinical Dermatology11thEdition:JameW,BergerT,ElstonD. Philadelphia:

Elsevier; 2006. p.444-51

11. SularsitoSA,DjuandaS. Dermatitis. Dalam:DjuandaA,HamzahM,Aisah

S,dkk,editor.IlmuPenyakitKulitdanKelamin.Ed.5.Jakarta:FKUI;2005.p.

135

12. AmiruddinMD.Skabies.Dalam:IlmuPenyakitKulitdanKelamin.Ed.1.

Makassar:Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ;2003.p. 5-10.

13. Chosidow O.Scabies. New England JMed. 2006.1718-27

Page 14: Insect Bite Reaction

14. Handoko, R P. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Boediarja SA,

editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Cetakan 2 edisi VI. Jakarta:

FKUI, 2011. p.122-125

15. Anonim. Infestations. In: Gawkrodger D J, eds. Dermatology, An

Illustrated Color Text. 3rd Edition. Hancourt Publisher Limited. 2001

p.58-59

16. Anonim. Drug Reactions. In: James WD, Berger TG, Elston DM Editors.

Andrews Disease of the Skin – Clinical Dermatology 10th. Philadelphia:

Elsevier Inc, 2006:p.115-117