Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

10
1. Terangkan mengapa gelombang P dan T selalu dalam frekuensi lemah! Gelombang T Setelah terjadi depolarisasi yang menyebabkan timbulnya gelombang QRS kompleks, repolarisasi ventrikel berlanjut di seluruh otot ventrikel sampai berakhir dalam waktu kira- kira 0,35 detik sesudah mulainya kompleks QRS. Proses repolarisasi ini yang menyebabkan timbulnya gelombang T. Bagian terbesar dari otot ventrikel yang mula-mula terepolarisasi terletak di seluruh permukaan luar ventrikel terutama dekat dengan daerah apeks jantung. Sebaliknya, daerah endokardial mengalami repolarisasi paling akhir. Karena permukaan luar dan permukaan apikal dari ventrikel terepolarisasi sebelum permukaan dalam dan basal jantung, maka ujung positif vektor jantung selama repolarisasi akan menuju ke bagian apeks jantung. Arah utama vektor yang melalui jantung selama repolarisasi ventrikel adalah dari bagian basis ke apeks, dimana arah ini juga merupakan arah utama proses depolarisasi. Sebagai akibatnya, gelombang T yang timbul dalam sadapan anggota bipolar yang normal adalah positif.

Transcript of Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

Page 1: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

1. Terangkan mengapa gelombang P dan T selalu dalam frekuensi lemah!

Gelombang T

Setelah terjadi depolarisasi yang menyebabkan timbulnya gelombang QRS kompleks,

repolarisasi ventrikel berlanjut di seluruh otot ventrikel sampai berakhir dalam waktu

kira-kira 0,35 detik sesudah mulainya kompleks QRS. Proses repolarisasi ini yang

menyebabkan timbulnya gelombang T. Bagian terbesar dari otot ventrikel yang mula-

mula terepolarisasi terletak di seluruh permukaan luar ventrikel terutama dekat dengan

daerah apeks jantung. Sebaliknya, daerah endokardial mengalami repolarisasi paling

akhir. Karena permukaan luar dan permukaan apikal dari ventrikel terepolarisasi sebelum

permukaan dalam dan basal jantung, maka ujung positif vektor jantung selama

repolarisasi akan menuju ke bagian apeks jantung. Arah utama vektor yang melalui

jantung selama repolarisasi ventrikel adalah dari bagian basis ke apeks, dimana arah ini

juga merupakan arah utama proses depolarisasi. Sebagai akibatnya, gelombang T yang

timbul dalam sadapan anggota bipolar yang normal adalah positif.

Gambar 1. Timbulnya gelombang T selama proses repolarisasi ventrikel, menunjukan suatu analisis vektor

pada stadium pertama repolarisasi. Durasinya sekitar 0,15 detik

Gambar 1 menjelaskan stadium terjadinya repolarisasi ventrikel yang ditunjukkan

dengan semakin luasnya daerah berwarna putih, yakni daerah repolarisasi. Pada setiap

stadium, vektor bergerak dari basis menuju apeks sampai akhirnya menghilang pada

stadium terakhir. Pada permulaan, vektor tersebut relatif kecil sebab daerah yang

mengalami repolarisasi juga kecil. Kemudian, vektor sedikit bertambah kuat karena

Page 2: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

semakin besarnya daerah repolarisasi. Akhirnya, vektor akan menjadi kecil kembali

karena daerah depolarisasi yang masih berlangsung menjadi sedikit sehingga jumlah

keseluruhan aliran listrik sedikit. Besarnya potensial listrik ketika repolarisasi attau pada

gelombang T sebesar 0,2 hingga 0,3 milivolt. Perubahan ini memperlihatkan bahwa

vektor terbesar bila kira-kira setengah bagian jantung berada dalam keadaan polarisasi,

dan kira-kira setengahnya berada dalam kondisi depolarisasi.

Gelombang P

Proses depolarisasi dalam atrium dimulai dari nodus sinus dan menyebar ke semua

jurusan di dalam atrium. Karena itu, tempat asal mula timbulnya muatan elektronegatif di

dalam atrium kira-kira terletak pada tempat masuknya vena cava superior yang

merupakan tempat nodus sinus. Gambar 2 menjelaskan arah potensial listrik di dalam

atrium pada permulaan depolarisasi.

Gambar 2. Proses depolarisasi pada atrium dan timbulnya gelombang P, tampak vektor melewati atrium

dan vektor resultan pada ketiga sadapan standar.

Arah vektor arus listrik selama berlangsungnya proses depolarisasi atrium hampir sama

dengan arah vektor di dalam ventrikel. Arah ini sama dengan arah sumbu sadapan

anggota badan bipolar standar I, II, dan III. Gambaran elektrokardiogram yang terekam

dalam proses depolarisasi atrium adalah positif pada ketiga sadapan. Rekaman ini disebut

sebagai gelombang P dalam elektrokardiogram. Karena hanya terjadi pada atrium yang

pompaannya lebih lemah dari ventrikel, dan penjalaran sinyal listrik dari nodus sinus

dalam atrium memiliki potensial listrik yang kecil, sekitar 0,1 hingga 0,3 milivolt, maka

Page 3: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

gelombang P yang dihasilkan relatif kecil. Tidak seperti kompleks QRS yang memiliki

potensial listrik lebih besar, sekitar 3 – 4 milivolt

2. Mengapa QRS kompleks banyak terjadinya penyakit jantung?

Gelombang QRS menunjukkan awal kontraksi ventrikel. Proses terjadinya gelombang

QRS kompleks ditunjukkan pada gambar 3. Sumbu listrik rata-rata ventrikel berkisar

kira-kira 59 derajat, dan pada jantug yang normal sumbu ini dapat menyimpang ke kiri

sebesar 20 derajat. Penyebab tim penyimpangan ini adalah perbedaan anatomi pada

distribusi sistem Purkinje atau pada muskular jantung-jantung yang berbeda. Walaupun

begitu, beberapa kondisi dalam ventrikel menyebabkan abnormalitas pada QRS

kompleks. Ventrikel bekerja paling keras dibandingkan dengan atrium, karena tugasnya

memompa darah keluar tubuh, sehingga rawan terjadi penyakit pada otot ventrikel.

Gambar 3. Pola penjalaran kompleks QRS

Pola aneh kompleks QRS seringkali disebabkan oleh dua keadaan: pertama, kerusaka

otot jantung pada beberapa daerah di seluruh sistem ventrikuler disertai penggantian otot

dengan jaringan parut, dan kedua, adanya blok setempat penjalaran impuls oleh sistem

Purkinje. Kadang-kadang blok setempat ini terjadi pada banyak tempat baik di ventrikel

kanan maupun ventrikel kiri. Sebagai akibatnya, kondisi impuls menjadi tidak teratur,

Page 4: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

menyebabkan pergeseran tegangan yang cepat dan penyimpangan sumbu. Kondisi

abnormal tersebut antara lain:

1. Hipertrofi salah satu ventrikel

Bila salah satu ventrikel menjadi sangat hipertrofi, maka sumbu jantung akan

bergeser menuju ke ventrikel yang hipertrofi. Hal ini dikarenakan jumlah otot pada

jantung yang hipertrofi lebih banyak dari sisi lainnya, dan waktu yang dibutuhkan

oleh gelombang depolarisasi untuk menjalar melewato ventrikel yang hipertrofi lebih

lama daripada ventrikel normal. Akibatnya, ventrikel normal akan terdepolarisasi,

yaitu menjadi lebih negatif, jauh sebelum ventrikel yang hipertrofi, dan keadaan ini

menyebabkan timbulnya vektor yang besar dari sisi normal jantung menuju yang

hipertrofi.

Gambar 4. Penyimpangan sumbu kiri pada penyakit jantung hipertensi, terjadi sedikit perpanjangan

sedikit kompleks QRS pada ventrikel kiri

Gambar 5. Gambaran EKG tegangan tinggi pada stenosis katup pulmonalis disertai dengan hipertrofi

ventrikel kanan. Penyimpangan sumbu kanan, kompleks QRS memanjang

2. Penyimpangan pada Bundle Branch Block

Page 5: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

Umumnya, kedua dinding lateral ventrikel terdepolarisasi pada saat hampir

bersamaan, sebab kedua cabang Purkinje kanan dan kiri menjalarkan impuls jantung

menuju permukaan endokardial dinding kedua ventrikel pada saat hampir bersamaan.

Namun, bila salah satu cabang utama terblok, maka impuls jantung yang menyebar

pada ventrikel yang normal akan berlangsung lebih lama sebelum impuls itu kemudia

menyebar ke ventrikel yang lain. Karena itu, depolarisasi kedua ventrikel tidak bisa

terjadi secara bersamaan, dan potensial depolarisasi tidak akan saling mentralkan

sehingga terjadi penyimpangan sumbu.

Gambar 6. Penyimpangan sumbu ke kiri akibat dari blok pada cabang kiri berkas

Gambar 7. Penyimpangan sumbu ke kanan akibat dari blok pada cabang kanan berkas

3. Penurunan tegangan pada kompleks QRS

Ada tiga penyebab utama yang dapat menyebabkan penurunan tegangan pada

elektrokardiogram. Penyebab-penyebab teresebut adalah pertama, kelainan pada otot

jantung sendiri yang akan menghambat timbulnya arus bertambah besar; kedua,

kondisi-kondisi abnormal sekeliling jantung tidak dapat dengan mudah dihantarkan

ke permukaan tubuh; dan ketiga, rotasi apeks jantung menuju ke dinding anterior

dada sehingga arus jantung mengalir ke anteroposterior dada daripada ke bidang

frontal.

Page 6: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

Gambar 8. Gambaran elektrokardiogram dengan tegangan rendah serta tanda-tanda kerusakan

setempat di seluruh ventrikel yang disebabkan oleh adanya infark miokardial.

3. Perbedaan irama ECG dan EEG

Gelombang Otak – EEG

Perekaman listrik dari permukaan otak atau dari permukaan luar kepala dapat

menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak. Intemsitas

dan pola aktivitas listrik sangat ditentukan oleh besarnta derajat eksitasi otak. Intensitas

gelombang otak pada permukaan kulit berkisar antara 0 sampai 200 mikrovolt, dan

frekuensinya berkisar dari sekali selama beberapa detik sampai 50 kali atau kebih per

detiknya. Sifat gelombang ini sangat bergantung pada besarnya aktivitas korteks serebri,

dan gelombang otak jelas mengalami perubahan pada keadaan siaga dan tidur atau koma.

Sebagian besar gelombang otak bersifat irreguler, dan tidak mempunyai pola umum yang

dapat terlihat dengan jelas dalam gambaran EEG.

Gambar 9. Bermacam tipe gelombang EEG

Sinyal Jantung – EKG

Page 7: Insbio_Priyanka Kusuma Wardhani 081117029_Tugas 4 ECG Dan EEG

Elektrokardiogram normal terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T.

kompleks QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Gelombang P

disebabkan oleh potensial listrik sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi.

Kompleks QRS disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan sewaktu ventrikel

berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sewaktu gelombang depolarisasi menyebar

melewati ventrikel. Gelombang T disebabkan oleh potensial listrik yang ditimbulkan

sewaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi. Jadi gelombang elektrokardiogram

terdiri atas gelombang depolarisasi dan gelombang repolarisasi

Gambar 10. Elektrokardiogram normal

Pustaka

Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Editor: Irawati Setiawan. Jakarta:EGC.