NAMA: SEPTIANA SAMSUL NPM: 21208459 JURUSAN: AKUNTANSI PEMBIMBING: MUJIYANI, SE.,MM
Inovasi Sektor Publik - Septiana Dwiputrianti - 31 Oktober 2013
description
Transcript of Inovasi Sektor Publik - Septiana Dwiputrianti - 31 Oktober 2013
INOVASI SEKTOR PUBLIK
Septiana Dwiputrianti, SE, M. Com, (Hons), PhD.
Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan dan Dosen STIA
Lembaga Admnistrasi Negara Republik Indonesia
Psaca Sarjana STIA LAN Jakarta
Jakarta, 31 Oktober 2013
KONSEP INOVASI( A G U S D W I Y A N T O )
Inovasi adalah “segala sesuatu yang berkenaan dengan gagasan dan
pengetahuan baru dan transformasinya kedalam hasil (outcome) yang
dapat menciptakan nilai tambah pada praktik dan proses, barang dan jasa,
adopsi teknik dan pendekatan baru dalam pengelolaan satu organisasi.
Dalam bidang administrasi publik, inovasi adalah setiap bentuk
transformasi gagasan dan pengetahuan baru yang mampu menciptakan
nilai tambah dalam satu atau lebih aspek dan atau proses administrasi
publik.
JENIS INOVASI
Inovasi pelayanan; pelayanan yang lebih baik atau pelayanan baru: (revolusi KIA di
NTT, pelayanan maternal di fasilitas kesehatan yang memadai)
Inovasi dalam proses: perubahan dalam cara mengelola pelayanan publik (kontrak
pelayanan yang dilakukan di berbagai daerah)
Inovasi sistim: perubahan dalam sistim, misalnya melalui penerapan TIK, e-
learning, e-government, dst.
Inovasi konsepsual: perubahan dalam konsep atau mindset, konsep penguasa sebagai
pelayanan warga, kepala pelayanan
INOVASI ME MBUT UHKAN KOMPE T E N SI
DAN BUDAYA KR E AT IF
Tidak ada inovasi tanpa budaya kreatif dan tidak ada kreativitas tanpa
kompetensi
Inovasi dalam pelayanan publik hanya dapat dikembangkan kalau kita
mampu membangun kompetensi dan mengembangkan budaya kreatif
Semua kendala untuk pengembangan kompetensi dan kreativitas harus
dihilangkan dan insentif untuk pengembangan kompetensi harus
diberikan
KE N DALA PE NGE MBANGAN
KR E AT IVITAS & KOMPE T E NSI PE GAWAI
Orientasi pada legalitas yang berlebihan. Pengaturan dibuat terlalu rinci
untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Peraturan ditempatkan diatas misi
dan tujuan dari birokrasi.
Pengaturan rinci hanya diperlukan untuk hal terkait dengan basic right,
risiko kesalahan besar, dan ketika kompetensi pegawai rendah. Jika tidak
termasuk hal tersebut sebaiknya ada diskresi.
Struktur hirarkhis dan pemusatan kekuasaan ditangan pimpinan
puncak. Ada jarak yang panjang antara pemegang kekuasaan untuk
memutuskan (pimpinan) dengan petugas di garis depan yang langsung
berhubungan warga (frontline officers).
KENDALA….
Budaya kerja rutin. Tidak ada tradisi untuk secara rutin meninjau
kembali praktik dan cara kerja untuk mencari yang lebih baik.
Keengganan mengambil risiko dan mengambil keputusan.
Pegawai tidak terlatih untuk mengambil risiko
Sistim pengawasan yang terlalu rigid dan hanya membedakan
antara praktik dengan peraturan dan prosedur (compliance auditing).
Penghargaan terhadap kinerja dan kompetensi rendah. Promosi
belum berdasar pada prinsip merit yang menghargai kompetensi dan
kinerja.
BAGAIMANA ME NGHILANGKAN
KE NDALA ? “KE SE IMBANGAN ANTAR A
TRUST VS KONTROL”
Keseimbangan antara trust dan kontrol, tergantung pada konteks dan
lingkungan. Keseimbangan antara mencegah kesalahan dengan memberi
ruang untuk berkreasi.
Semakin tinggi kompetensi, kematangan, dan wawasan maka sebaiknya
semakin besar ruang untuk mengambil diskresi.
Revisi UU 32/2004 dan RUU administrasi pemerintahan memberi ruang
bagi aparatur untuk mengambil diskresi dan melindungi penggunaan diskresi
untuk pengembangan inovasi.
BAGAIMANA PE NGE MBANGAN
BUDAYA DAN OR IE NTASI PADA
KEBARUAN DAN KUALITAS
Tradisi untuk melakukan review secara periodik cara kerja perlu
dikembangkan. Total quality manajemen (TQM). Pertanyaan tentang
“apakah ada cara kerja yang lebih baik” perlu dilembagakan.
Pengakuan dan penghargaan terhadap kinerja individual dan kelompok
Kegagalan terhadap upaya untuk melakukan pembaharuan dan inovasi
tidak boleh dijadikan sebagai instrumen untuk menggembosi semangat
pembaharuan tetapi justru menjadi alat untuk mempromosikan tradisi dan
perilaku inovatif.
BAGAIMANA “PEMBERDAYAAN
PETUGAS DI GARIS DEPAN ?”
Petugas garis depan harus dijadikan sebagai sumber informasi tentang
problema dan gagasan inovatif
FGD dan curah pendapat dengan petugas garis depan perlu dilakukan
secara rutin untuk mengenali apa yang menjadi kendala warga untuk
mengakses pelayanan dan kendala mereka melayani warga
Beri ruang untuk mengambil diskresi untuk mengambil solusi terhadap
problema yang terjadi kepada mereka yang langsung berhubungan dengan
warga
SIAPA YANG POTENSIAL
MELAKUKAN INOVASI?
Survei yang dilakukan oleh Kennedy School: front-line official dan
pimpinan tingkat menengah;
• Frontline official: mereka yang langsung berhubungan dengan rakyat, tahu kebutuhan dan kesulitan dalam melayanan warga
• Pimpinan menengah: pengalaman dan kematangan, idealisme
• Pimpinan di hirakhi yang tinggi: comfort zone, risiko perubahanterlalu besar, usia tidak lagi progresif
Di Indonesia karena budaya yang paternalistik, pimpinan tertinggi
sangat strategis perannya; pimpinan K/L dan Daerah.
MENGAPA PENTING?
“Innovation in government has been major areas of study as a
possible venue for performance improvement” (Kim dan Chang,
2009:294)
“innovation is becoming a reality in government. The failure to
innovate in public services creates imbalances in societies and
additional fiscal restraints” (P¨arnaa and Tunzelmann,2007:1)
“Without policies and administrative innovation, governance fall
into decay and effectiveness, loses capacity to govern, and
becomes a target of criticism and failure”. (Farazmand, 2004:19)
BAGAIMANA MEMULAI?
Mengapa perlu inovasi?
Tujuan Pemerintah Daerah
(UU 32/2004, psl 2 ayat 3)
Kesepakatan bersama untuk mendahulukan
kepentingan masyarakat di atas segalanya
PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI PEMERINTAHAN DAERAH
P E N G E M B AN G A N S I S T E M I N O VAS I P E M E R I N TAH A N D AE R A H
TA H A PA N
P E N G E M B A N G A N
S I S T E M I N O VA S I
Tahap pertama adalah sharing atau sosialisasi inovasi
Tahapan kedua adalah inspiration atau peningkatan kemampuan untuk
berinovasi
Tahapan ketiga adalah creation yakni sebuah tahapan yang menandai kesiapan
berbagai elemen untuk menjalankan inovasi sembari terus menerus
mengembangkan pengetahuan baru.
Tahapan keempat adalah accumulation yang berarti adanya akumulasi
pengetahuan baru dan berbagai ragam inovasi yang telah terjadi dalam
mengatasi berbagai persoalan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
LEVEL INOVASI
Inovasi pada level top-down lebih banyak mengarah pada
inovasi yang bersifat efesiensi (They may be oriented towards
achieving greater efficiency in the supply of existing services),
sedangkan inovasi bottom-up may be more focused on an expansion of
the quality of supplied services or the development of a new service.
WHY ISN'T THE GOVERNMENT
GENERALLY MORE AGILE?
Public sector agencies often have no clear mission
Politics often intervenes
Agencies’ core competence: survival
The public sector is afflicted by management fads
Top managers don’t stay for long
Staff are often demoralized
Forbes, 3/06/2012
Perilaku Dinamis Inovasi melalui intervensi Politik
T I P E / J E N I S I N OVA S I D I
S E K T O R P U B L I K
15 KUNCI SUKSES INOVASI1. Adanya tuntutan perubahan yang didukung oleh Pemerintah dan Pimpinan Aparatur;
2. Sikap dan budaya para Pemimpin yang mendorong kreativitas dan inovasi;
3. Kelembagaan Pemerintahan mendorong, mengakui, dan menghargai inovasi;
4. Proses Inovasi perlu dikembangkan dalam suatu “Siklus” sistem tertentu;
5. Inovasi mengandung resiko dan membutuhkan Pemimpin dan Aparatur yang berani mengambil resiko
yang telah diperhitungkan, bukan mereka yang takut resiko atau sekedar mempertahankan status
quo;
6. Pilot Proyek dan Pengujicobaan dapat memperkecil resiko dampak Inovasi;
7. Jaringan kerjasama domestik dan internasional akan mendorong sukses Inovasi;
8. Kapasitas dan kapabilitas SDM dan organisasi pemerintahan adalah prakondisi keberhasilan Inovasi;
9. Isu Strategis harus dirumuskan untuk mengantisipasi tingkat kesulitan, tekanan pekerjaan, kecepatan
kerja, dan waktu yang terbatas dalam mengembangkan Inovasi;
10. Tantangan yang harus diantisipasi dalam inovasi adalah sikap legislatif, sistem pelaporan kinerja dan
jaringannya; sikap penolakan terhadap resiko, dan sikap kelompok orang yang memandang rendah
inovasi;
11. Penerapan teknologi canggih akan memperkuat dorongan dan kreativitas inovasi;
12. Inovasi di sektor publik biasanya mendorong berkembangnya inovasi dalam masyarakat maupun
swasta;
13. Keberhasilan Inovasi menuntut ketersediaan sumber daya (Man, Money, Materials, Methods, Times,
Environment), harus dijamin ketersediaannya (Ingat: No-one wants to pay – Risk aversion behavior));
14. Aparatur sektor publik sesungguhnya memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan, sangat
termotivasi untuk bekerja, berorientasi hasil dan mendahulukan kepentingan masyarakat (Di samping
para oknum aparatur yang merusak sistem untuk kepentingan pribadi atau golongannya);
15. Pemerintah harus mendorong inovasi, namun juga harus memiliki reservasi bahwa capaian kinerja
akan bervariasi, dan harus memberi ruang untuk perbaikan.
KERANGKA PEDOMAN PROSES
MENGELOLA INOVASI
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT INOVASI
MENOLAK
MENGHENTIKAN
PROGRAM ATAU
MEMBUBARKAN
ORGANISASI YG GAGAL
SANGAT TERGANTUNG
KEPADA “HIGH
PERFORMERS” BAHKAN
“TOP LEADER”SEBAGAI
SUMBER INOVASI
TEKNOLOGI TERSEDIA,
TETAPI STRUKTUR
ORGANISASI DAN
BUDAYA KERJA
MENGHAMBAT
TIDAK ADA REWARDS
ATAU INSENTIF UNTUK
MELAKUKAN INOVASI
ATAU UNTUK
MENGADOPSI INOVASI
LEMAH DALAM
KECAKAPAN (SKILLS)
UNTUK MENGELOLA
RESIKO ATAU
MENGELOLA PERUBAHAN
ALOKASI ANGGARAN
YANG TERBATAS DALAM
SISTEM PERENCANAAN
JANGKA PENDEK
TUNTUTAN
PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PUBLIK VS
BEBAN TUGAS
ADMINISTRATIF
BUDAYA “CARI AMAN”,
STATUS QUO, DAN
TAKUT RESIKO DALAM
BIROKRASI MASIH
TERLALU KUAT
MASIH BANYAK LAGI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
INOVASI DALAM PEMERINTAHAN
NIHIL INOVASI
1. PROGRAM-PROGRAM PENYELAMATAN
2. PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN
3. PROGRAM-PROGRAM PENGUATAN
1. PROGRAM BANTUAN KESEHATAN
2. PROGRAM BANTUAN EKONOMI
3. PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN
4. PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
5. PROGRAM PEMBANGUNAN LINGKUNGAN
GERDU KEMPLING
GERDU KEMPLING
( PERCEPATAN PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN KOTA SEMARANG )
Gerakan Terpadu bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
Infrastruktur dan Lingkungan
SINGKATAN :
DEFINISI :
Gerakan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan yang
mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang yaitu
Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan
Lingkungan.
Gerdu : Pos atau tempat
Kempling : Bersinar atau mengkilat
FILOSOFI
:1. Dengan hati & pikiran bersih dalam melaksanakan program pembangunan, khususnya
dalam melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang
2. Cemerlang, menuangkan ide-ide yg kreatif & inovatif dalam program penanggulangan
kemiskinan, baik dalam konsep maupun aplikasinya.
• Tingginya angka kemiskinan Kota Semarang sejumlah 128.647
KK, 448.398 jiwa atau 26,44 % (Keputusan Walikota Semarang
Nomor 400/451 Tahun 2011 tentang Penetapan Warga Miskin Kota
Semarang Tahun 2011) menjadi perhatian utama Pemerintah Kota
Semarang maka program pertama dari Sapta Program adalah
Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran;
• Untuk itu diperlukan pengembangan strategi dan kebijakan
penanggulangan kemiskinan yang tepat program, tepat sasaran
dan tepat guna sesuai dengan profil, kebutuhan, karakteristik, dan
potensi warga miskin;
• Pemerintah tidak mampu menangani sendiri tanpa dukungan dan
peran serta semua pihak yaitu Swasta, Pelaku Usaha, Perguruan
Tinggi, LSM dan Masyarakat.
PENDUDUK MISKIN KOTA SEMARANGH A S I L I D E N T I F I K A S I D A N V E R I F I K A S I WA R G A M I S K I N
TA H U N 2 0 11
( B Y N A M E B Y A D D R E S S )
Keputusan Walikota Semarang Nomor 400/451 Tahun 2011 Tentang Penetapan Warga
Miskin Kota Semarang Tahun 2011.
Jumlah Warga Miskin di Kota Semarang Tahun 2011 ditetapkan sebesar 128.647 KK,
448.398 Jiwa, yang tersebar di 16 Wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan, terdiri dari:
a. Penduduk Rawan Miskin sejumlah 80.328 KK 286.193 Jiwa
b. Penduduk Miskin sejumlah 48.257 KK 162.037 Jiwa
c. Penduduk Sangat Miskin sejumlah 62 KK 168 JiwaMELALUI GERDU KEMPLING, JUMLAH WARGA MISKIN DAPAT TERTANGANI MINIMAL 2 % PER TAHUN atau TURUN
± 2.573 KK / ± 8.968 jiwa pada tahun 2012 (AMANAH RPJMD KOTA SMG 2010 - 2015)
Ngaliyan
8.027 KK
Mijen
5.927 KK
Gajah
mungkur
4.630 KK Candisari
7.770 KK
Smg Slt
6.368 KK
Smg
Tmr
7.710 KK
Gayamsari
7.004 KK
Pedurungan
6.073 KK
Genuk
7.892 KK
Smg Utr
15.628 KK
Smg Tgh
5.877 KK
Smg Brt
15.174 KK
Tugu
4.443 KK
Gunungpati
7.138 KK
Banyumanik
5.888 KK
Tembalang
13.098 KK
PERSEBARAN WARGA MISKIN DI KOTA
SEMARANG
TOTAL WARGA MISKIN : 128.647 KK ATAU 448.398 JIWA
5 Bidang
Kemiskinan :
1.Kesehatan
2.Ekonomi
3.Pendidikan
4.Infrastruktur
5.Lingkungan
ALUR PIKIR UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT untuk
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Gerdu Kempling)
Kondisi &
Permasalahan
yang Dihadapi
Dalam
Penanggulangan
Kemiskinan di
Kota Semarang
• Kurang Sistematis
• Dana Kurang Terfokus
• Person yang Terlibat
Kurang
• Masyarakat Sasaran
Kurang Tersentuh
& Tidak Tepat Sasaran
• Kurangnya
Stakeholder yang
Terlibat
•Perda Kota
Semarang
No. 4 Tahun
2008
•Keputusan
Walikota
Semarang
No. 465/
032/2010
•Instruksi
Walikota
Semarang
No. 054/
2/2011
Sinergikan
Kepedulian
Entaskan
kemiskinan
Gerdu
Kempling
Inovas
i
1. Terciptanya Sinergi
Seluruh Stakeholder
dan Program
Penanggulangan
Kemiskinan yang Ada
Dengan Baik.
2. Keterpaduan Seluruh
Stakeholder Dalam
Pelaksanaan
Penanggulangan
Kemiskinan (Sistematik)
3. Pelaksanaan yang Tepat
Sasaran, Karena
Didukung Database
Warga Miskin By Name
By Address dan Data
Potensi / Kebutuhan
Warga Miskin yang
Akan Diberi Bantuan
4. Termonitornya Seluruh
Pelaksanaan Program
Gerdu Kempling
Output
Penurunan Jumlah Warga Miskin di
Kota Semarang Sebesar
2% Per Tahun ( Amanah RPJMD )
Sinergitas
Stakeholder :
1. Pemerintah
Kota Semarang
2. CSR
3. KPPC
4. PTN/PTS
5. LSM
KELURAHAN SASARAN
FOKUS / TUJUAN
PEMBANGUNAN
KELURAHAN
PROGRAM SKPD
MASYARAKAT
USULAN
KELURAHAN
USULAN
KELURAHAN
SEMARANG
SETARA
STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN
TRI BINA :
1. BINA MANUSIA
2. BINA USAHA
3. BINA
LINGKUNGAN
USULAN
KELURAHAN
PERAN DUNIA USAHA
PERGURUAN TINGGI
USULAN
KELURAHAN
T
R
I
B
I
N
A
BINA
MANUSIA
BINA
LINGKUNGAN
BINA
USAHA
PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR, PENINGKATAN
PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN SERTA
PERUBAHAN POLA PIKIR (
MINDSET )
MENDORONG DAN MEMFASILITASI
PERBAIKAN LINGKUNGAN
MASYARAKAT MISKIN AGAR DAPAT
MENJALANKAN KEHIDUPAN DAN
USAHANYA DENGAN AMAN,
SEHAT DAN NYAMAN
MENCIPTAKAN WIRAUSAHA-2 BARU
SEHINGGA DAPAT MEMBUKA
KESEMPATAN KERJA DAN
MENDORONG PERBAIKAN
PENDAPATAN KELUARGA
POLA TRIBINA
JAMKESMASKOT
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
BEA SISWA
RASKIN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI
PENANGANAN GIZI BURUK
MANDIRI PANGAN
PELATIHAN KETRAMPILAN DAN BANTUAN
SARANA / PERALATAN USAHA
PELATIHAN WIRA USAHA BARU &
BANTUAN MODAL
PADAT KARYA PRODUKTIF
KELURAHAN VOKASI
SANTUNAN KEMATIAN GAKIN
PROGRAM
PENGENTAS
AN
KEMISKINAN
DI KOTA
SEMARANG
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 2010 tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2010
tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten /
Kota;
Perda Kota Semarang Nomor : 4 Tahun 2008 tentang Penanggulangan
Kemiskinan di Kota Semarang;
Perda No. 12 Tahun 2011 tentang RPJMD Kota Semarang Tahun 2010 – 2015;
Keputusan Walikota Semarang Nomor: 465/ 032/ 2010 tentang Pembentukan
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota Semarang
dan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Semarang
yang dirubah dengan Keputusan Walikota Semarang Nomor 400/52 Tahun 2012 ;
Instruksi Walikota Semarang Nomor : 054 / 2 / 2011 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang melalui Program Gerakan Terpadu
Penanggulangan Kemiskinan Di Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan,
Infrastruktur dan Lingkungan (Gerdu Kempling) Tahun 2011, yang dilanjutkan
dengan Instruksi Walikota Semarang Nomor : 400 / 1 / 2012 ;
MAKSUD DAN TUJUAN
SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA
SEMARANG DENGAN MENSINERGIKAN PROGRAM PEMERINTAH KOTA DENGAN
STAKEHOLDER YANG ADA YAITU PTN DAN PTS, LSM, PERBANKAN, BUMN, TOKOH
MASYARAKAT, DAN PARA KONGLOMERAT / PENGUSAHA ;
UNTUK MEWUJUDKAN KETERPADUAN PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH
KOTA SEMARANG DENGAN SELURUH STAKEHOLDERS KHUSUSNYA DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG ;
GUNA MENGOPTIMALKAN SELURUH POTENSI YANG ADA DI KOTA SEMARANG
DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SEHINGGA TUJUAN DAN
SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAPAT TERCAPAI
SECARA EFISIEN DAN EFEKTIF ;
BAGAN MEKANISME PEMBIAYAAN GERDU
KEMPLING PEMERINT
AH
CSR
• APBN
(PANDU GERBANG
KAMPUNG, PAMSIMAS, BOS,
JAMKESMAS,
PNPM)
• APBD PROVINSI
(VOKASI, JAMKESDA, BOS)
• APBD KOTA
(PELATIHAN,
PERMODALAN,
KEWIRAUSAHAAN,DLL)
• KPPC
• PERBANKAN
• BUMN/BUMD
LAIN-LAIN
• SWADAYA MASYARAKAT
SKPD
KELOMPOK
SASARAN WARGA
MISKIN
PTN/PTS
DIDAMPINGI
LSM/ORMAS
MEMBANTU ADVOKASIPEMERINTAH SEBAGAI
FASILITATOR
KERJASAMA SINERGITAS
GERDU KEMPLING
PEMKOT SEMARANG
PTN/PTS
PERBANKAN/CSR
LSMPENGUSAHA/CSR
BUMN/CSR
MEKANISME PELAKSANAAN CSR
WARGA MISKIN
TKPKD
PERGURUAN
TINGGI
/LSM
KECAMATAN/
KEL. SASARAN ORGANISATOR
PERENCANAAN &
PELAKSANAAN
PENGUSAHA/BUMN/D /
PERBANKAN
BANTUAN MODAL, BARANG, KETRAMPILAN
ANALISIS KEBUTUHAN
FASILTASI, MONEV DAN WASDAL
MOU
DIKETAHUI
PROGRAM DAN KEGIATAN
TAHAPAN GERDU KEMPLING
TAHUN SASARAN TARGET 2 % PER TAHUN
I (2011) 32 KELURAHAN ± 2.316 KK / ± 8.071 jiwa
II (2012) 48 KELURAHAN ± 3.473 KK / ± 12.106 jiwa
III (2013) 48 KELURAHAN ± 3.473 KK / ± 12.106 jiwa
IV (2014) 32 KELURAHAN ± 2.316 KK / ± 8.071 jiwa
V (2015) 17 KELURAHAN ± 1.287 KK / ± 4.485 jiwa
JUMLAH 177 KELURAHAN ± 12.864 KK / ± 44.839 jiwa
TARGET PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI
PENDEKATAN KEWILAYAHAN
GERDU KEMPLING ADALAH PROGRAM
YANG BERTAHAP DAN BERKESINAMBUNGAN,
PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN MENSINERGIKAN PROGRAM PEMERINTAH
KOTA DENGAN STAKEHOLDER YANG ADA YAITU PTN DAN PTS, LSM, PERBANKAN, BUMN, TOKOH MASYARAKAT, DAN PARA
PENGUSAHA UNTUK BERSAMA-SAMA MENURUNKAN JUMLAH WARGA MISKIN DI KOTA SEMARANG MINIMAL 2 % PER TAHUN;
KETERPADUAN PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN SELURUH STAKEHOLDERS DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG ;
OPTIMALNYA SELURUH POTENSI YANG ADA DI KOTA SEMARANG DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
SEHINGGA TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAPAT TERCAPAI SECARA EFISIEN DAN
EFEKTIF ;
OUTPUT PROGRAM
TERSINERGINYA DENGAN BAIK SELURUH STAKEHOLDER DAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM PROGRAM GERDU KEMPLING.
ADA KETERPADUAN SELURUH STAKEHOLDER DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN PROGRAM GERDU KEMPLING.
PELAKSANAN PROGRAM GERDU KEMPLING TEPAT SASARAN KARENA DIDUKUNG
DATABASE WARGA MISKIN BY NAME BY ADDRESS DAN DATA POTENSI /KEBUTUHAN
WARGA MISKIN YANG AKAN DIBERI BANTUAN.
OUTCOME PROGRAM