Inovasi MODEL Pembelajaran Barudocx

download Inovasi MODEL Pembelajaran Barudocx

of 9

Transcript of Inovasi MODEL Pembelajaran Barudocx

Merancang model pembelajaran kooperatif yang diadopsi dari kebudayaan Indonesia a. Pembelajaran Kooperatif model Taplak (Hopscotch) Pembelajaran kooperatif model taplak, diadopsi dari permainan anak tradisional engklek (bahasa Jawa), Taplak Gunung, Engklek, Danda (sebutan di Makasar), Teng-teng (Singapore). Ternyata kalau diluar negeri Hopscotch. Rancangan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Taplak Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Taplak ada beberapa tahapan dan aturan permainan: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang siswa. Guru menyiapkan taplak yang telah berisikan pertanyaan dan bintang. Guru menjelaskan pola permainan taplak kepada siswa. Pertanyaan yang disiapkan bervariasi dengan tingkat kesulitan berbeda. Pada setiap step terdapat bintang yang dapat di ambil sebagai penghargaan bagi kelompok yang bisa menjawab pertanyaan step taplak. Setiap anggota kelompok harus bisa menjawab pertanyaan yang ada pada setiap step taplak. Diberikan waktu untuk bisa memecahkan masalah dari pertanyaan yang didapat. Kelompok dapat mengajukan diri dengan cepat untuk menyatakan selesai kepada Guru pembimbing. Bila kelompok telah menyatakan siap untuk diuji jawabannya maka kelompok lain menunjuk secara acak anggota kelompok yg telah menyatakan siap menjawab soal tersebut. Guru menjadi juri atas jawaban kelompok, bila benar maka kelompok akan berhak mendapatkan bintang step 1 dengan cara melemparkan uang logam pada taplak sehingga tepat di step bintang yang diinginkan, bila tidak masuk kotak step disebut

atau melewati garis maka bintang batal diambil dan akan diberikan kesempatan pada kelompok yang lain. Kelompok yang telah melewati step 1 dapat naik step 2 dengan mengambil pertanyaan dari kantung step 2 yang juga berisi bintang yang akan diambil bila kelompok itu mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Sementara kelompok yang lain harus bisa menyelesaikan pertanyaan step 1, sehingga juga punya kesempatan untuk menyelesaikan step 2 dan mengambil bintang di step2. Setiap step harus dilalui sampai pada pertanyaan di step 8. Kelompok yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Taplak Permainan anak ini memiliki kelebihan mengembangkan kecerdasan intelektual anak dan kecerdasan emosi anak karena hampir semua permainan tradisional anak yang melibatkan kelompok sehingga bisa memupuk rasa

kebersamaan.Mampu mengasah emosi yang menimbulkan sikap toleransi dan merasa nyaman dalam kelompok. Menumbuhkan sikap kesabaran dan keuletan untuk mencapai suatu keinginan dan memupuk rasa kesetikawanan dalam berinteraksi dengan teman-teman. Nilai kesehatan mental yang ditimbulkan dari model taplak ini adalah sikap gotong royong antara kelompok, rasa toleransi antar teman, kesabaran dalam menunggu dan membimbing teman untuk bisa menguasai jawaban dari soal. Sikap kompetisi sehat dan keuletan dan kehati-hatian dalam mencapai keinginan karena bila tidak hati-hati dan tepat maka impian dapat saja lenyap. Kemenangan tergantung dari sikap kekompakan dan sikap saling percaya terhadap sesama. Berjiwa besar juga sangat terasah dari sikap siswa yang harus berjiwa besar menerima kekalahan bila bintang tidak dapt diraih oleh kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe taplak ini dapat diterapkan dan dimodifikasi dalam tiap satuan pendidikan. Misalnya di SD dapat diterapkan langsung siswa bermain taplak dan melempar uang logam untuk mendapatkan

bintang, tingkat SMP dan SMA bisa dimodifikasi tidak melibatkan langsung bermain tapi langsung dengan lemparan uang logam untuk mendapatkan bintang. dan berbagai mata pelajaran. Untuk mata pelajaran biologi juga bisa efektif. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Taplak Pembelajaran kooperatif tipe Taplak ini memerlukan persiapan yang matang untuk bisa dilakukan. Pada masa sekarang siswa banyak yang tidak mengenal permainan tradisional anak ini, kebanyakan siswa mengenal permainan dengan teknologi yang mengandalkan kemampuan kognitif saja, kemampuan motorik dan fisiknya jadi kurang terasah. Sehingga untuk mengenal permainan ini memerlukan waktu untuk menjelaskan aturan permainan. Dalam pembelajarannya guru harus bisa menyiapkan bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan indikator dan tujuan materi yang akan dicapai. Kemampuan guru dituntut untuk bisa membuat pertanyaan dengan pola bertingkat berdasarkan tingkat kemampuan kognitif berdasarkan tingkat step yang akan di lalui siswa dalam permainan. Kadang memunculkan kesulitan mencari soal paralel untuk setiap jumlah kelompok. Pembagian kelompok juga harus bisa terdistribusi secara merata berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Siswa yang pintar disebar secara merata disetiap kelompok agar dapat menjadi mentor dalam menguasai dan memecahkan pertanyaan pada setiap step taplak nanti. Proses permainan/pembelajaran setiap kelompok harus bisa menguasai dan menyelesaikan setiap step akan memerlukan waktu yang lama. Karena kemampuan siswa tidak semua yang sama. Kemampuan ada yang lebih cepat menguasai materi dan ada yang perlu waktu untuk itu. Jadi dituntut waktu yang relatif lama untuk penerapan model pembelajaran ini. Solusi sederhana adalah dengan mengelolaan kelas dan persiapan yang matang.

b. Model Pembelajaran Kooperative tipe Sabilulungan Dalam tata kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan yang kita anut, kebersamaan menjadi kekuatan yang dapat menggikis ketidakadilan. Dalam

Sunda dikenal budaya sabilulungan, yang memiliki arti sareundek, saigel, sabobot, sapihanean, rempug jukung sauyunan, rampak gawe babarengan. Sabilulungan, kata tersebut mengandung arti seia sekata, selagu seirama dan seayun selangkah, bekerja sama bahu membahu dalam mengemban tugas pembangunan. Sabilulungan memiliki makna positif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran, karena di dalamnya terkandung makna kooperatif yang sinergis dalam mengemban tugas untuk mencapai tujuan bersama. Rancangan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Sabilulungan 1. Tahap I: Deukuetkeun Kegiatan yang dilakukan oleh guru: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok tang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen. Menginformasikan langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan dalam kerja kooperatif, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, baik kognitif, psikomotorik, ataupun afektifnya. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan yang berhubungan dengan kompetensi yang akan dicapai. Guru memberikan pretest pada siswanya.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa: Siswa mendapatkan pretest. Siswa bergabung dalam kelompoknya, lebih mendekatkan diri secara emosional untuk bekerja sama mencapai tujuan, walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda. Siswa melakukan pembagian tugas agar tugas yang diberikan dapat selesai pada waktunya dengan hasil seoptimal mungkin.

-

Siswa mengeksplor kemampuan dirinya masing-masing untuk kemudian hasilnya akan didiskusikan pada tahap selanjutnya.

2. Tahap 2: Layeutkeun Kegiatan yang dilakukan oleh guru: Guru memfasilitasi kegiatan diskusi kelompok serta memotivasi siswa agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Guru memantau kegiatan kelompok.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa: Masing-masing siswa dalam kelompok menyampaikan gagasan/ jawaban dari hasil kegiatan berfikirnya kepada anggota kelompok lainnya. Siswa menampung jawaban, melakukan mengidentifikasi, menganalisis, menggabungkan jawaban, menguranginya, atau kegiatan berfikir lainnya, agar semakin selaras dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. 3. Fase 3: Paheutkeun Kegiatan yang dilakukan oleh guru: Guru memfasilitasi kegiatan diskusi kelompok serta memotivasi siswa agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Guru memantau kegiatan kelompok.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa: Siswa berembug untuk menyetujui jawaban yang akan disampaikan sebagai hasil terbaik kegiatan kelompoknya. Siswa membuat kesepakan diantara temannya agar apapun hasil yang diperoleh menjadi tanggung jawab bersama, tidak saling menyalahkan bila ada kekurangan, bahu membahu untuk memperbaikinya, namun bila hasilnya baik maka keberhasilan tersebut menjadi milik mereka bersama. 4. Fase 4: Tepikeun dan Silih Wangikeun Kegiatan yang dilakukan oleh guru:

-

Guru memfasilitasi kegiatan diskusi kelompok serta memotivasi siswa agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan terfokus pada tujuan yang ingin dicapai.

-

Guru memantau kegiatan kelompok. Guru memberikan penguatan dan konfirmasi dari kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan yang dilakukan oleh siswa: Siswa yang mendapatkan giliran tugas untuk presentasi,

mempresentasikan hasil kegiatan diskusinya di dalam kelas. Tiap-tiap anggota kelompok bekerjasama, membagi tugas dengan adil, agar kegiatan diskusi kelas berjalan dengan baik. Sementara itu kelompok lainnya yang tidak mendapatkan giliran presentasi memperhatikan temannya, memberi tanggapan, pertanyaan, atau masukan. Masing-masing siswa memperhatikan cara yang baik dalam

menyampaikan ide, pertanyaan, tanggapan, sanggahan, agar setelah kegiatan pembelajaran keadaan semakin wangi. 5. Fase 5: Panen Kegiatan yang dilakukan oleh guru: Guru melakukan pengukuran kemampuan afektif, psikomotorik, serta kognitif siswa selama kegiatan pembelajaran untuk kemudian

menginformasikannya pada siswa, baik bagi kelompok presenter ataupun yang bukan. Guru memberikan penghargaan kepada siswanya, misalnya berupa pujian atau bentuk yang lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh : Siswa memanen hasil kerja kerasnya, mendapatkan penghargaan, serta merayakannya dengan cara positif.

Rancangan Cara Penghitungan Skor: KOGNITIF:NO NAMA KELOMPOK NAMA SISWA SKOR AWAL SKOR AKHIR KEMAJUAN PRESTASI KELOMPOK KETERANGAN

1 2 3 4JUMLAH RATA-RATA

Keterangan: Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Peningkatan Individu NILAI TES Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 - 1 poin di bawah skor awal Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) Sumber : Slavin, 2008 Tabel 2. Kriteria dan Penghargaan terhadap Nilai Rata-rata Kelompok KRITERIA Kelompok dengan rata-rata PENGHARGAAN Good Team 30 30 POIN KEMAJUAN 5 10 20

skor kelompok 15 Kelompok dengan rata-rata Great Team

skor kelompok 20 Kelompok dengan rata-rata Super Team

skor kelompok 25-30 ( Diadaptasi dari Slavin, 1995:80)

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK:NO NAMA KELOMPO K NAMA SISWA PENILAIAN SESAMA S. 1 1 S 2 S 3 S 4 JUMLA H RATARATA PENILAIAN GURU NILAI (30% RATARATA DARI SISWA + 70% DARI GURU

2 3 4 5

Kelemahan: Kemungkinan membutuhkan waktu yang banyak dalam pelaksanakannya. Kelebihan: Model kooperatif tipe Sabilulungan dapat dapat digunakan sebagai model

pembelajaran yang memberikan kontribusi pada penanaman dan peningkatan karakter budaya bangsa. Modifikasi: 1. Mengatasi keterbatasan waktu, maka efektivitas dan efisiensi waktu yang tersedia dapat dilakukan dengan cara memindahkan fase I pada kegiatan preclass, sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan untuk kegiatan Fase II dan selanjutnya. Kegiatan preclass ini juga berfungsi untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mengeksplor dan mengelaborasi

kemampuannya, serta memperlancar kegiatan di fase selanjutnya. 2. Untuk meningkatkan efektifitas kegiatan preclass di atas, maka diberikan sistem reward, yaitu siswa dalam satu kelompok yang dapat menyelesaikan

tugas satu hari sebelumnya diberikan penghargaan 1% dari total penilaian raport.