Inovasi Lintas Program Puskesmas
-
Upload
mevita-dewi -
Category
Documents
-
view
455 -
download
46
description
Transcript of Inovasi Lintas Program Puskesmas
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Geografis
Puskesmas Tanjung Bingkung resmi berdiri menjadi puskesmas pada tanggal 23 Juli
1992 dengan luas 945 M2 . Puskesmas Tanjung Bingkung merupakan salah satu puskesmas yang terdapat
di Kabupaten Solok dengan topografi perbukitan terdiri dari empat Nagari yaitu Tanjung Bingkung, Saok
Laweh, Panyakalan, Gaung dan 16 Jorong. Lokasi Puskesmas berada pada ketinggian ± 1500 meter diatas
permukaan laut. Wilayah kerja Puskesmas dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat,
dengan jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten (Arosuka) ± 36 km waktu tempuh ± 1 jam.
1
Gambar 1.1 Suasana Puskesmas Tanjung
Bingkung
Puskesmas Tanjung Bingkung terletak di Kecamatan Kubung Kabupaten Solok, dimana jarak
puskesmas dengan Kota Solok sekitar enam kilometer.
Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Tanjung Bingkung adalah :
1. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan X Koto Singkarak
2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kota Solok, Bukit Sundi
3. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Padang
4. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kota Sungai Lasi.
2
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bingkung
1.1.2 Demografi
Adapun kondisi demografi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bingkung adalah :
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bingkung Tahun 2015
No Nagari LuasWilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
JumlahRumahTangga
Rata-RataJiwa/Rumah
Tangga
KepadatanPenduduk
per km2
1 Tanjung
Bingkung
37.04 3619 933 3.89 97.71
2 Saok Laweh 20.40 5135 1441 3.56 251.7
3 Gaung 7.07 1772 462 3.84 250.6
4 Panyakalan 15.63 5003 1222 4.09 320.1
Jumlah 80.14 15529 4058 15.38 920.10
3
Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Bingkung Tahun 2015
Tabel 1.2 Kategori Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bingkung Tahun 2015
No Kategori Penduduk Jumlah
1 Kepala Keluarga 4058
2 Bayi 229
3 Balita 1437
4 Wanita usia subur (WUS) 3593
5 Pasangan usia subur (PUS) 2337
6 Ibu hamil (BUMIL) 82
7 Ibu bersalin (BULIN) 330
8 Ibu nifas (BUFAS) 307
9 Lanjut usia (LANSIA) 2793
Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Bingkung Tahun 2015
Sebagai Petugas Promkes mempunyai Tupoksi sebagai berikut :
a. Uraian Tugas Promosi Kesehatan
1. Menysun rencana kegiatan promosi kesehatan berdasarkan data program Puskesmas dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.
2. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan meliputi Penyuluhan kesehatan, pembinaan
PSM/UKBM, pembinaan PHBS dan fasilitator desa siaga serta koordinasi lintas program terkait
sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan promosi kesehatan secara keseluruhan
4. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai bahan informasi dan
pertanggung jawaban kepada atasan
4
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
Gambar 1.3 Tampilan dinding dan ruangan Promkes
b. Fungsi Promosi Kesehatan
1. Perumusan kebijakan tertentu,rencana dan program dibidang pemberdayaan masyarakat dan
promosi kesehatan
2. Pelaksanaan tugas dibidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan
3. Pemantauan,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat
dan promosi kesehatan
5
4. Pembinaan advokasi dan kemitraan kesehatan
5. Pembinaan pemberdayaan dan peran serta masyarakat dibidang kesehatan
6. Pengembangan metode dan teknologi kesehatan
7. Pelaksanaan administrasi
Gambar 1.4 Beberapa Kegiatan Promkes
Sehubungan dengan tupoksi sebagai petugas promkes diatas penting sekali dipikirkan
program inovatif untuk menunjang keberhasilan program kesehatan lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai bahan pembelajaran untuk membuat program inovasi yang berkoordinasi dengan
program kesehatan lainnya juga sebagai Kontributor serta referensi untuk pelaksanaan program inovasi
di Puskesmas.
6
1.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai bahan dalam pemilihan tenaga kesehatan teladan kategori tenaga promkes tahun
2016
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan program inovatif di Puskesmas
1.3.2 Bagi Puskesmas
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan program kesehatan di Puskesmas agar lebih
tekoordinir,terpadu dan terarah.
1.3.3 Bagi Promkes
Sebagai motivasi untuk lebih meningkatkan kinerja lewat program inovatif
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengalaman Sebagai Petugas Kesehatan di Puskesmas
Saya mulai bekerja tahun 1987,sejak tamat dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), telah
bertugas di 3 Puskesmas,dan tahun 1992 sampai sekarang saya bertugas di Puskesmas Tanjung Bingkung
dengan masa tugas di Puskesmas Tanjung Bingkung selama 24 tahun. Selama saya bertugas di
7
Puskesmas ini banyak sudah pengalaman dan hampir semua program Puskesmas sudah pernah saya
kelola. Tapi semua masih belum teratur dan sistematis.
Semenjak saya menyelesaikan S1 Sarjana Kesehatan Masyarakat di Stikes FDK tahun 2009,
kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas menjadi semakin terstruktur dan sistematis. Pada tahun 2011
atas usulan saya kepada Kepala Puskesmas dibentuklah Tim Perumus Puskesmas yang membantu
mengatur dana perjalanan dinas staf Puskesmas ke lapangan. Sebagai ketua Tim Perumus Puskesmas,
saya bisa belajar mengeksplor ide saya untuk membuat suatu program lebih menarik dan lebih punya
daya ungkit dan dilaksanakan dalam bentuk Tim Work. Saya mengutamakan pada program yang menjadi
prioritas masalah kesehatan pada saat itu.
Pada tahun yang sama sebagai pengelola program KIA, saya membuat inovasi untuk
meningkatkan pencapaian K4 yaitu Surat Undangan untuk ibu ibu hamil agar datang ke kelas ibu,
sepertinya hanya hal kecil dan sepele tapi ini mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi, karena dengan
menerima surat undangan ibu hamil menjadi merasa dihargai dan mereka jadi mengerti untuk apa
mereka harus datang ke kelas ibu, karena selama ini untuk memberitahukan ibu hamil agar datang ke
kelas ibu hanya di serahkan kepada bidan jorong yang tanpa menjelaskan lebih dahulu tentang apa itu
kelas ibu hamil kepada mereka, jadi biasanya tidak semua sasaran yang datang.Dengan adanya Surat
8
Gambar 2.1 Pengelola Program Promkes Gambar 2.2 SK Penunjukan Tim Perumus Kegiatan (2011)
Undangan untuk ibu hamil ini, hampir semua sasaran datang ke kelas ibu,dan pencapaian k4 jadi
meningkat, diakhir tahun 2010 K4 hanya 72 % meningkat menjadi 87 % di akhir tahun 2011.
Awal tahun 2013 setelah meninggalkan tugas sebagai pengelola KIA, saya pindah tugas
sebagai pengelola Program Promkes.Sebagai manusia saya termasuk mempunyai sifat mudah merasa
bosan dan jenuh dengan rutinitas yang sudah ditentukan yang harus dilakukan setiap hari.Karena itu
berhubungan dengan pekerjaan sebagai PNS, saya berusaha menimbulkan sendiri motivasi kerja
dengan menciptakan ide-ide atau inovasi pada program dengan tidak keluar dari Tupoksi Program itu
sendiri.
Pada tahun 2013 prioritas masalah kesehatan adalah rendahnya cakupan BTA +, maka saya
membentuk inovasi sebagai berikut :
1. Program Inovasi Mata TB. Yaitu setiap program atau petugas kesehatan yang ke lapangan
harus “mematai” gejala batuk > 15 hari sebagai gejala TB paru. Penderita yang terjaring
akan dilaporkan ke pengelola Program TB paru untuk ditindak lanjuti.
2. TB Online
9
Gambar 2.3 Surat Undangan Kelas Ibu Hamil dan Balita
Sebagai Lanjutan dari inovasi mata TB juga diciptakan inovasi Tb online, dimana semua
lapisan masyarakat dapat langsung melaporkan setiap gejala TB yang ad ke nomor yang
sudah ditetapkan. TB online ini sudah diajukan juga sebagai bahan untuk lomba Dokter
Teladan se-Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013.
Cakupan BTA + sebelum inovasi :tahun 2013 penderita dengan BTA positif sebanyak 5
orang. Cakupan setelah Inovasi ;tahun 2014 total makan obat 11 orang, 2015 total makan obat 12 orang
Tahun 2015, kembali dibentuk Tim Perencana/Planner untuk membantu mengatur
manajemen keuangan Puskesmas yang berhubungan dgan pelaksanaan semua program kesehatan. Saya
berfikir bahwa semua kegiatan di Puskesmas harus diatur segala sesuatunya agar dana yang dapat
digunakan seefisien dan seefektif mungking dan hasil yang memuaskan.
10
Gambar 2.4 Kunjungan Pasien TB dari hasil Mata TB dan TB online
Sebagai petugas Promkes harus mempunyai kompetensi inti yang salah satunya mampu
mengelola,merencanakan dan mengevaluasi sumber promosi kesehatan,termasuk uang,bahan dan
individu. Sehubungan dengan itu,maka saya ikut terlibat dalam perencanaan Puskesmas.
Disamping itu, tugas untuk meningkatkan pengetahuan individu dan masyarakat tetap
dilaksanakan. Kami tetap memberikan penyuluhan dalam dan luar gedung, membagikan leaflet dan
brosur, Pemasangan poster, halo-halo dengan mobil Puskesmas Keliling sesuai dengan isu-isu terkini
atau penyakit yang sedang mewabah di wilayah kerja .
11
Gambar 2.5 SK Penunjukan Tim Perumus Renja bulanan (2015)
Gambar 2.6 Penyuluhan luar gedung melalui mobil Puskel dan kelompok masyarakat
Kami juga menumbuhkan dan mendorong timbulnya kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan kesehatan sebagai upaya terwujudnya pemberdayaan ditengah masyarakat, dengan
mengadakan refresing kader,dokter Kecil,PKPR dan lain-lain. Singkat cerita sebagai petugas promkes
saya ikut terlibat dengan semua program Puskesmas dalam upaya promotif dan preventifnya.
Ditahun yang sama(2015) saya juga ditunjuk sebagai Koordinator pelaksanaan
ORI(Outbreak Rensponce Immunization) yaitu pemberian imunisasi DPT 1,2,3 untuk mencegah penyakit
Difteri yang sudah menjadi KLB dan ORI kami termasuk sukses dengan adanya kerjasama yang solid dari
sesame staf Puskesmas kami “mengejar” sasaran dengan membuat pos ORI tambahan di setiap jorong.
12
Gambar 2.7 Kegiatan pelatihan dokter kecil,PKPR,Refreshing kader
Dan diakhir tahun 2015 saya dipercaya menjadi pembimbing Lapangan Mahasiswa yang
melaksanakan Praktek Belajar Lapangan (PBL). Sebenarnya sejak awal bertugas di Puskesmas Tanjung
bingkung saya sudah menjadi pembimbing lapangan Mahasiswa yang praktek lapangan tapi sekarang
saya memberikan bimbingan lebih terarah karena kebetulan sama dengan disiplin ilmu yang saya
punyai. Dan karena kebetulan lagi setiap akhir tahun Puskesmas selalu mengadakan evaluasi pencapaian
program dan melakukan proses penetapan prioritas masalah kesehatan. Hasil PBL ini sekaligus bisa
digunakan oleh Puskesmas sebagai bahan untuk membuat perencanaan kegiatan pada tahun depan.
Maka ditetapkanlah prioritas masalah kesehatan tahun 2015 adalah penyakit DBD.
Pada awal tahun 2016 saya ditunjuk lagi sebagai koordinator Kegiatan Eridikasi Polio di
Puskesmas Tanjung Bingkung.
13
Gambar 2.8 SK Penunjukan Koordinator ORI 2015
Gambar 2.9 Pembimbing PBL Mahasiswa FKM Unand
2.2 Inovasi dalam 10 Indikator PHBS
Salah satu upaya promosi kesehatan yang dilakukan adalah agar masyarakat mampu
berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
baik masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam secara mandiri. Dan
sehubungan dengan hal tersebut diatas penting sekali diciptakan ide-ide baru sebagai inovasi untuk
mencapai 10 Indikator PHBS karena pencapaian program tidak akan maksimal kalau masih dilakukan
dengan “biasa” saja dan yang hanya dijalankan oleh satu pengelola program.
Diawal tahun 2016 saya tergerak untuk “menggarap” program dalam 10 Indikator PHBS
untuk dibuatkan inovasinya, karena cakupan program yang belum mencapai target, dan pengelola
program yang sudah ‘lelah’ dan kurang bersemangat karena kegiatan yang itu-itu saja. Motivasi yang
sudah saya ciptakan baru 4 indikator :
a) Indikator 1 Persalinan dengan Nakes
Membuat Surat Undangan untuk Ibu hamil dan ibu Balita ( sudah dijelaskan diatas )
14
Gambar 2.10 SK Penunjukan Tim kegiatan Eridaksi Polio 2016
b) Indikator 3 Timbang Balita setiap bulan
Saya merubah lirik lagu Wali band ‘’cari jodoh’’ menjadi lagu “Timbang Balita setiap Bulan”.
Lagu ini kami jadikan sebagai lagu wajib di Posyandu agar D/S atau kunjungan balita ke Posyandu dapat
meningkat yang targetnya 85% baru tercapai 65%.Inovasi ini baru dilakukan di 3 posyandu yaitu
posyandu jembatan,bulakan dan pincuran baruah. Baru dilakukan mulai bulan februari ,dan hasil D/S
sebelum ada inovasi bulan januari posyandu jembatan bulakan 33,7 %,pincuran baruah 41,32% dan
sesudah dilakukan inovasi bulan februari posyandu jembatan bulakan 82,1%,p baruah 42,8%. Bulan
maret posyandu jembatan bulakan menjadi 96% dan p baruah 87%.
15
Gambar 2.11 Hasil Kunjungan Kegiatan Kelas Ibu hamil dan Ibu Balita dengan Surat Undangan
Refrain lagu Timbang Balita Setiap Bulan ..\..\..\..\mepromkes\Timbang bayi balita.mp3
Inovasi ini bertujuan agar suasana di Posyandu menjadi meriah mirip taman kanak-kanak,
tidak tegang hingga menimbulkan rasa takut pada bayi yang diimunisasi.Semua kader posyandu dan
petugas harus bisa menyanyikan lagu ini, Selanjutnya akan kami masukan sebagai materi inti di kegiatan
latihan kader se-wilayah kerja.Agar semua posyandu diwilayah kerja mempunyai lagu wajib untuk
menarik kunjungan ke posyandu.
16
Gambar 2.12 Lagu Timbang Balita Setiap Bulan
c) Indikator 6 Rumah bebas Jentik
Berdasarkan prioritas masalah kesehatan di akhir tahun 2015 yaitu DBD saya lalu membuat
satu program inovasi “Sadar aedes Aegypti” inovasi ini untuk mencegah pertambahan kasus DBD
( Januari s.d Maret 20 Kasus DBD) dan merupakan koordinasi Program Promkes Kesling dan Surveilans.
Program ini sudah dilakukan saat konsep penanggulangan DBD dari Depkes keluar yaitu 1 R 1 J .
d) Indikator 10 Rumah Bebas Asap Rokok
Inovasi yang akan kami lakukan adalah Klinik berhenti merokok yang berkoordinasi dengan
program PTM. Tapi berhubung klinik membutuhkan anggaran khusus, kami baru membuat leaflet Stop
Merokok. Leaflet ini dibuat sedikit lain dari biasanya yaitu menggunakan tulisan tangan. Leaflet ini juga
pernah dilombakan pada HKN tahun 2014 dan sudah dibagikan pada saat PKPR di SLTP wilayah kerja
puskesmas.
17
2.13 Klinik UBM dan Leaflet
Target saya tahun ini akan membuat inovasi pada indikator PHBS lainnya agar program
kesehatan di Puskesmas dapat dilakukan dengan kerjasama antar lintas program, tidak dilakukan
sendiri-sendiri lagi, selain itu juga menimbulkan semangat baru bagi staf Puskesmas karena inovasi
dibuat semenarik mungkin dan melibatkan banyak program.
2.3 Inovasi “Sadar Aedes Aegypti”
Program inovatif sadar aedes aegypti merupakan penggabungan dari program kesehatan
lingkungan(kesling), promkes,surveilans . Kelebihan dari program inovatif sadar aedes aegypti ini adalah
dilakukannya kegiatan dari lebih proaktif,teratur dan terorganisir serta berkelanjutan dan dengan
dukungan dana yang cukup, dengan melibatkan semua petugas dan Walinagari serta perangkatnya dan
masyarakat itu sendiri diharapkan program inovatif insedentil ini dapat melambatkan lajunya
pertambahan kasus DBD, bahkan sampai ke angka nol. Dengan dasar pemikiran bahwa penyakit DBD
adalah penyakit berbasis masyarakat, dimana penyebab dan pencegahan penyakit ini terletak di dalam
masyarakat itu sendiri, maka perlunya pengambil keputusan seluruh sektor di masyarakat untuk
bersama melakukan program sadar aedes aegypti ini dengan kerja nyata menemukan dan membunuh
jentik bakal vektor penyakit DBD.
Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian program Puskesmas akhir tahun 2015 didapatkan
prioritas masalah adalah penyakit DBD dan intervensinya seperti penyuluhan survey jentik dan PSN
sudah dilaksanakan baru di Nagari Saok Laweh, bertepatan dengan adanya Mahasiswa Unand yang
melakukan Praktek Belajar Lapangan yang membantu pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dan
didapatkan evaluasinya ternyata di Nagari Saok Laweh tidak terjadi perningkatan kasus DBD dari akhir
Desember 2015 sampai akhir februari 2016 dengan jumlah kasus sebanyak 5 kasus DBD.
Dari penyebaran penyakit di 4 Nagari didapatkan kasus DBD terbanyak dengan laju
pertambahan penderita tercepat adalah Nagari Panyakalan. Maka untuk mendapatkan hasil yang lebih
18
pasti kegiatan ini lebih difokuskan ke Nagari Panyakalan agar laju penyebaran penyakit DBD dapat
diminimalisir.
2.4 Kegiatan yang Dilaksanakan
Kegiatan dilakukan bulan februari 2016, yaitu pelatihan Jumantik Cilik dari dokter kecil
yang ada di 4 Sekolah Dasar di Nagari Panyakalan. selanjutnya dilakukan pelatihan kader jumantik pada
seluruh kader posyandu di Nagari Panyakalan yaitu sebanyak 30 orang kader dan selanjutnya para
usila yang tergabung dalam kelompok Usila juga dilibatkan untuk pemantauan jentik Rumah Tangga.
Adapun materi pelatihan ini adalah tentang penyakit DBD dan cara penemuan jentik nyamuk serta
pelaporannya.
Kegiatan selanjutnya kader dan Jumantik cilik akan mengunjungi rumah binaannya untuk
memeriksa jentik dan mengisi kartu jentik yang ditempel di depan rumah, dan hasil kunjungan rumah
yang mempunyai jentik akan dilaporkan dan menjadi sasaran tindak lanjut di bulan berikutnya.
Kegiatannya pun disepakati dengan Wali Nagari Panyakalan,untuk mengeluarkan surat himbauan
kepada seluruh masyarakat Panyakalan untuk melakukan PSN dan goro bersama.
Gambar 2.14 Rangkaian Kegiatan Sadar Aedes Aegypti
19
Lintas Program
20
Lintas Sektoral
Penyuluhan dalam dan luar gedung
21
Pembentukan Jumantik Cilik
Penyegaran Kader
22
Pemantauan Jentik setiap bulan menggunakan kartu jentik
Himbauan PSN oleh Wali Nagari
PSN oleh Masyarakat
Program sadar aedes aegypti ini akan dilakukan secara proaktif dan berkelanjutan. Dengan
tetap melakukan penyuluhan dalam dan luar gedung dan penyuluhan keliling agar masyarakat
mempunyai kesadaran dan ketakutan thd aedes aegypti yang berdampak pada tindakan untuk
melakukan pencegahan 3M plus pada rumahnya masing-masing.Pada kasus yang sudah ada tetap
dilakukan penyelidikan Epidemiologi (PE) pada penderita.
Tanggal 13 April 2016 berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan wakil Bupati Solok tentang
DBD, dikeluarkanlah surat himbauan dari Bupati Solok ke seluruh lapisan masyarakat tentang
pelaksanaan PSN setiap minggu. Surat ini memperkuat pelaksanaan Sadar Aedes Aegypti secara
menyeluruh di Kabupaten Solok.
Pemetaan
23
2.13 Advokasi dengan Wabup Solok
Gambar 2.15 Advokasi dengan Wakil Bupati Solok
Kegiatan program sadar aedes aegypti juga dibuat dalam bentuk peta sasaran yang
dikunjungi, sebagai bahan untuk pelaporan dan agar sasaran yang dituju menjadi focus dan jelas.
Pelaporan
Setiap bulan kader akan melaporkan ke Bidan Jorong jumlah rumah yang mempunyai
jentik, laporan akan dilanjutkan ke pengelola program kesling sebagai bahan untuk tindak lanjut
sehingga diharapkan semua rumah tangga bebas dari jentik dengan melakukan 3M plus secara kontinyu.
BAB 3 PENUTUP
24
2.16 Pemetaan Sasaran
3.1 Kesimpulan
Inovasi Program sangat penting untuk membuat program lebih menarik, menghapus
kebosanan dari rutinitas sehingga dapat menimbulkan semangat kerja baru bagi Petugas. Inovasi juga
dapat menghilangkan ego program, yang biasanya berjalan sendiri, sekarang satu program bisa
dilakukan oleh koordinasi beberapa program sehingga diperkirakan cakupan program akan mencapai
hasil yang memuaskan.
Sebagai petugas Promkes harus mempunyai kompetensi dapat merencanakan, mengelola
dan mengevaluasi sumber-sumber untuk promosi kesehatan. Promkes harus bisa bekerja sama dengan
semua program Puskesmas dengan menciptakan inovasi-inovasi disetiap Program Puskesmas demi
terwujudnya Fungsi Puskesmas sebagai Penggerak Pembangunan di bidang Kesehatan.
3.2 Saran
Untuk pelaksanaan inovasi pada program Puskesmas dibutuhkan dana yang mungkin belum
teranggarkan maka disini sangat diperlukan sekali kebijaksanaan pembuat keputusan untuk
mengeluarkan atau mengalihkan dana untuk program yang diinovasi. Karena tanpa dana, inovasi pada
program tak akan terlaksana. Sehubungan dengan hal tersebut perlu disarankan pada pengambil
keputusan dalam hal ini Kepala Puskesmas untuk lebih memperhatikan dan menyeleksi inovasi program
dan dapat mendukungnya dengan kebijakan dan dana. Makin lebih baik lagi Ka Pusk yang Visioner dapat
memotivasi petugas untuk menciptakan ide dan inovasi pada programnya agar capaian Program dapat
meningkat untuk Petugas Promkes dapat lebih proaktif memasuki semua program untuk dibantu
membuat inovasi-inovasi dan mengenalnya.
25