Inkontinensia Urine Kel 4
-
Upload
murdiyani-nina-agustina -
Category
Documents
-
view
521 -
download
76
Transcript of Inkontinensia Urine Kel 4
Inkontinensia Urin
KELOMPOK 4 :
Arisca Dewi SafitriEnggar SusantiGalih Setiyo AdiNur KhasanahRizqa Sabrina
Tia Marina
PENGERTIAN
• Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan atau sosial.
• Salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien geriatri.
Patofisiologi
Pembagian Inkontinensia Urin
a. Stress Urinary Incontinence
urine secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut.
b. Urge Incontinence keadaan otot detrusor yang tidak stabil, dimana otot ini bereaksi secara berlebihan.
c. Total Inkontinensia
kencing mengalir ke luar sepanjang waktu dan pada segala posisi tubuh
d. Overflow Incontinence / Luapan
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung kemih yang berlebihan.
Etiologi
a. Komplikasi dari penyakit misal ISK.
b. Perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebisaan mengejan yang salah tidak bisa menahan kencing.
c. Faktor resiko : jumlah persalinan per vagina dan menopause (pada wanita), pembedahan urogenital, penyakit kronis dan penggunaan berbagai obat.
Manifestasi Klinik
• Perkemihan di luar keinginan atau inkonteninsia sebelum atau selama usaha mencapai toilet.
• Kontraksi kandung kemih yang tidak di hambat.
• Tidak mempunyai kontrol yang tinggi untuk mengeluarkan urin.
• Peningkatan tekanan intra abdomen berhubungan dengan inkonteninsia urine.
• Nokturia lebih dari 2x selama tidur
Penatalaksaaan Medis
a. Terapi non farmakologi• Melakukan latihan menahan kemih• Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
• Promted voiding.• Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.
b. Kateterisasi secara berkala atau menetap Kateterisasi Luar Kateterisasi Intermiten Kateterisasi secara Menetap
c. Terapi pembedahan
Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic
d. Terapi farmakologik
untuk merelaksasikan otot-otot kandung kemih, bersifat anti kolinergik.
PENGKAJIAN
DS :
• Mengalami ketidakmampuan menunda berkemih.
• Ada tidaknya : penggunaan obat-obatan pada klien
• Riwayat ISK.• Obstruksi saluran kemih.• Trauma atau cedera genitourinarius
• Riwayat kebocoran sejumlah kecil urin.• Durasi saat berkemih. • Frekuensi berkemih dan jumlah urine dalam sehari.
• Frekuensi inkontinensia dalam sehari.• Ada tidaknya urine yang menetes di antara waktu miksi, jika ada berapa banyak?
• Ada tidaknya nyeri saat berkemih
DO :
• Intake dan output cairan.• Nokturia lebih dari 2x selama tidur• Kaji banyaknya residu urin setelah berkemih
• Kaji warna urin
Pemeriksaan fisik (fokus)
• Inspeksi– kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
– benjolan atau tumor spinal cord– obesitas atau kurang gerak, edema
• Palpasi– Distensi kandung kemih atau nyeri tekan, teraba benjolan tumor daerah spinal cord
– Kaji turgor kulit, Skibala, Distensi pada vena di leher dan tangan
• Perkusi– suara redup pada daerah kandung kemih.
Pemeriksaan Diagnosa
• Pemeriksaan diagnosis harus mencakup evaluasi faal ginjal.
Dapat dilakukan melalui :– Urinarisasi – Kultur urine– Elektrolit urine.– Urea nitrogen darah– Kreatin serum– Kreatin elearance.
• Pengkajian fungsi otot destrusor.• Radiologi dan pemeriksaan fisik (mengetahui tingkat keparahan / kelainan dasar panggul).
• Cystometrogram dan elektromyogram.
DIAGNOSA KEPERAWATAN yang mungkin muncul :
• Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.
• Gangguan harga diri berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urin.
• Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.
• Resiko kerusakan integitas kulit berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.
• Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.
Identifikasi pola berkemih dan
kembangkan jadwal berkemih sering
Berkemih yang sering dapat mengurangi
dorongan dari distensi kandung kemih
yang berlebih
Ajarkan untuk membatasi masukan cairan
selama malam hari
Pembatasan cairan pada malam hari dapat
membantu mencegah enuresis.
Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks
berkemih
Teknik mencetuskan refleks melatih dan
membantu pengosongan kandung kemih
Bila masih terjadi inkontinensia,
kurangi waktu antara berkemih pada
jadwal yang telah direncanakan
Kapasitas kandung kemih mungkin tidak
cukup untuk menampung volume urine
sehingga memerlukan untuk lebih sering
berkemih.
Berikan penjelasan tentang pentingnya
hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per
hari bila tidak ada kontraindikasi)
Hidrasi optimal diperlukan untuk
mencegah infeksi saluran perkemihan dan
batu ginjal
Gangguan harga diri berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat mengompol di depan orang lain atau takut bau urin.
Kaji tingkat pengetahuan tentang
kondisi pengobatan dan ansietas
sehubungan dengan situasi.
Mengidentifikasi luasnya masalah dan
perlunya intervensi.
Diskusikan arti perubahan pada pasien. Beberapa pasien memandang situasi
sebagai tantangan, beberapa sulit
menerima perubahan hidup atau
penampilan peran dan kehilangan
kemampuan kontrol tubuh sendiri.
Tentukan peran pasien dalam keluarga
dan persepsi pasien akan harapan diri
dan orang lain.
Penyakit lama atau permanen dan
ketidakmampuan untuk memenuhi peran
dalam keluarga.
Anjurkan orang terdekat memperlakukan
pasien secara normal dan bukan sebagai
orang sakit.
Menyampaikan harapan bahwa pasien mampu
untuk mempertahankan perasaan.
Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
Ambulasi mencegah stasis urine
Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama.
Berikan perawatan perineal dengan air
sabun 3 kali sehari.
Perawatan perineal mencegah kontaminasi
pada uretra.
Jika dipasang kateter, berikan perawatan
kateter 2 kali sehari dan setelah buang
air besar.
Kateter memberikan jalan pada bakteri
untuk memasuki kandung kemih dan naik
ke saluran perkemihan.
Ajarkan cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak langsung pada pasien dan
keluarga.
Cuci tangan mencegah kontaminasi silang
Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
Ambulasi mencegah stasis urine.
Lakukan tindakan kolaborasi untuk
memelihara asam urine, misal: tingkatkan
masukan sari buah beri atau berikan
obat-obat, untuk meningkatkan asam
urine.
Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.
Karena jumlah sari buah berri
diperlukan untuk mencapai dan
memelihara keasaman urine. Peningkatan
masukan cairan sari buah dapat
berpengaruh dalam pengobatan infeksi
saluran kemih.
Resiko kerusakan integitas kulit berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine.
Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor,
vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan.
Menandakan area sirkulasi buruk/ kerusakan yg
dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan
membran mukosa.
Mendeteksi adanya hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.
Ubah posisi sesering mungkin Menurunkan tekanan pada edema , jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
Berikan perawatan kulit Mengurangi pengeringan , robekan kulit
Pertahankan linen kering Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan
kulit
Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan
dingin u/ memberikan tekanan pada area pruritis.
Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan
risiko cedera.
Anjurkan memakai pakaian katun longgar. Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
Kaji tingkat pengetahuan dan
kesiapan untuk belajar dari klien.
Keinginan untuk belajar tergantung
pada kondisi fisik pasien, tingkat
ansietas dan kesiapan mental.
Ajarkan informasi yang diperlukan :
1)Gunakan kata-kata sesuai tingkat
pengetahuan klien.
2)Pilih waktu kapan klien paling
nyaman dan berminat.
3)Batasi sesi penyuluhan sampai 30
menit atau kurang
Individualisasi rencana penyuluhan
meningkatkan pembelajaran.
Dorong dan berikan kesempatan untuk
bertanya.
Meningkatkan proses belajar,
meningkatkan pengambilan keputusan
dan menurunkan ansietas sehubungan
dengan ketidaktahuan.
Istilah :
• Otot detrusor : lapisan yang ketiga dari dinding kandung kencing.
• Sfingter adalah sebuah cincin serat otot yang terletak di sekitar pembukaan dalam tubuh yang mengatur perjalanan zat.
• Divertikulum adalah kantong atau sakus yang menonjol dari dinding suatu organ berongga atau saluran.
• Prolaps : penurunan; turunnya suatu struktur.
• Stasis : berhentinya gerakan.