injeksi

17
HANDOUT Nama Dosen : Rati Purwani, Amd. Keb NIM : R1113063 Fakultas : Kedokteran Program Studi : DIII KEBIDANAN Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) Kode Mata Kuliah : bd.208 Bobot : 3 sks (1T,2P) Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 10 menit Pokok Bahasan : Injeksi Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian dan tujuan injeksi 2. Indikasi dan kontra indikasi injeksi 3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan injeksi 4. Syarat-syarat injeksi 5. Proses injeksi 6. Rute-rute injeksi 7. Keuntungan dan kerugian injeksi Referensi : Buku Utama Taylor, Johnson. 2000. Skill for Midwifery. Dueell, S.S. 1985. Clinical Nursing Skill. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury: England

description

injeksi

Transcript of injeksi

Page 1: injeksi

HANDOUT

Nama Dosen : Rati Purwani, Amd. Keb

NIM : R1113063

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : DIII KEBIDANAN

Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik)

Kode Mata Kuliah : bd.208

Bobot : 3 sks (1T,2P)

Pertemuan : 1

Alokasi Waktu : 10 menit

Pokok Bahasan : Injeksi

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian dan tujuan injeksi

2. Indikasi dan kontra indikasi injeksi

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan injeksi

4. Syarat-syarat injeksi

5. Proses injeksi

6. Rute-rute injeksi

7. Keuntungan dan kerugian injeksi

Referensi :

Buku Utama

Taylor, Johnson. 2000. Skill for Midwifery.

Dueell, S.S. 1985. Clinical Nursing Skill.

Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury:

England

Buku Penunjang

Hotma, R., dkk. 2000. Pemeriksaan Fisik

Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Klinik Kebidananan. Jakarta : Salemba Medika

Page 2: injeksi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang

aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien

yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang

bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat

menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang

berbahaya bila tidak tepat diberikan. Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam

memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan

tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan

berdasarkan pengetahuan. Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah

sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau

disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek

jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh

dengan menggunakan alat suntik.

Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan

atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang

paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi

tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari

kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang

dapat diterima.

Page 3: injeksi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Injeksi

Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi,

suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum

digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui

kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran

mukosa menggunakan alat suntik.

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang

harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan

dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

Pada umumnya injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses

penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

2.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Injeksi

Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama

karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar

atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah

lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan dengan

pemberian obat secara injeksi.

Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM,

dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko

kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya

cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien, khususnya anak-

anak.

Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena ada

beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak

direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.

2.3 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi

Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita

harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :

1. Jenis spuit dan jarum yang digunakan

Page 4: injeksi

Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit

dan jarum yang tersedia dan masing-masing didesain untuk menyalurkan volume obat

tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan

spuit dan jarum mana yang paling efektif.

(a) Spuit

Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip)

di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger)

yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai

Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.

Adapun tipe-tipe spuit yaitu:

1. Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh

2. Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang

dari 1 ml

3. Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)

4. Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50) spuit terdiri dari berbagai ukuran,

dari 0,5 sampai 60 ml.

Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi

SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa yang tidak

nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV. Perawat mengisi spuit

dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap

terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar

badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat

menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam

tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.

(b) Jarum

Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibungkus

secara individual. Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar.

Kebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali.

Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit;

batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni

bagian ujung yang miring.

Setiap memiliki tiga karakteristik utama:

a. Kemiringan bevel,

b. Panjang batang jarum, dan

Page 5: injeksi

c. Ukuran atau diameter jarum.

Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak

nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci.

Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe

jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat. Semakin kecil ukuran jarum, semakin

besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan

yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

2. Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan

3. Tempat injeksi

4. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi

Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah

dapat menimbulkan infeksi.

Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama

injeksi dilakukan yaitu :

a. Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat.

Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka Untuk mencegah kontaminasi

jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar

ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas

wadah obat, permukaan meja)

b. Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger)

atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertutup

penutup atau jarum.

c. Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau

feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan

melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari

tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.

5. Kondisi/penyakit klien.

2.4 Syarat-syarat Injeksi

a. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah

kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).

b. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

c. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

d. Sterilitas

Page 6: injeksi

e. Bebas dari bahan partikulat

f. Bebas dari Pirogen

g. Kestabilan

h. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah

2.5 Proses Injeksi

Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan

menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi.

Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe

injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi

yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat,

bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan

ketat. Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat.

Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum

menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan,

karakteristik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah

tempat injeksi. Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara

tepat. Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda

anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi

jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebuah obat, obat

dapat tanpa sengaja langsung diinjeksi ke dalam arteri atau vena.

Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat

menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak. Banyak

klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius

atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya

meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:

a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling

kecil, tetapi sesuai.

b) Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot

c) Pilih tempat injeksi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis tubuh

d) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum

diinsersi

e) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap

f) Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan

Page 7: injeksi

g) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan

h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali

dikontraindikasikan

2.6 Rute-Rute Injeksi

(a) Parenteral Volume Kecil

1. Intra Muskular

Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute

intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada

rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan. Rute IM

memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena

pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan

berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati

ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di

dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna

memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja obat,

seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya

suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih

pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf. Tempat

injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal,

otot Dorsogluteus, otot Deltoid.

2. Intra Vena

Istilah intra vena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi,

puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang

diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap. Injeksi dalam pembuluh darah

menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran

darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat

biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang

tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk

obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau

butiran darah. Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan

terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini

“benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan

darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi

Page 8: injeksi

dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat

terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat

perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

3. Sub Kutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral

diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan

absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.

Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak

merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat

injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya

insulin pada penyakit gula. Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi

subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen

dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat

yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen.

Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral

atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi

kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.

Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam

air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi

dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat

menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras

dan nyeri di bawah kulit.

4. Intra Kutan (IC)

Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam

air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi

dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat

menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras

dan nyeri di bawah kulit. Intra kutan (=di dalam kulit) Perawat biasanya

memberi injeksi intra kutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intra kutan

disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi

lambat. Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan

tepat supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya

harus bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah

lengan bawah dalam dan punggung bagian atas. Perawat biasanya memberi

Page 9: injeksi

injeksi intra kutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal disuntikkan

ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat. Pada uji

kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat

melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka

dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan

punggung bagian atas.

(b) Parenteral Volume Besar

Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang

secara normal digunakan.

1. Intra vena

Keuntungan rute ini adalah

a. Jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan

tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC

b. Cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat;

c. Efek sistemik dapat segera dicapai;

d. Level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan

e. Kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat

rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.

Kerugiannya adalah meliputi :

a. Gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan

dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam

jumlah besar;

b. Perkembangan potensial trombophlebitis;

c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau

teknik injeksi septik, dan

d. Pembatasan cairan berair.

2. Sub kutan

Penyuntikan sub kutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika

rute intra vena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat

digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan

rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan,

jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan

isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.

Page 10: injeksi

2.7 Keuntungan dan Kerugian Injeksi

Keuntungan Injeksi :

a. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi

pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, syok.

b. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang

dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.

c. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan

secara injeksi.

d. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena

pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus,

pasien tidak dapat menerima obat secara oral.

e. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan

seperti pada gigi dan anestesi.

f. Dalam kasus di mana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral

tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan

penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.

g. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan

dan elektrolit.

h. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat

dipenuhi melalui rute parenteral.

i. Aksi obat biasanya lebih cepat.

j. Seluruh dosis obat digunakan.

k. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika

diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.

l. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi

ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.

m. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau syok, pemberian intravena dapat

menyelamatkan hidupnya.

Kerugian Injeksi :

1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu

yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.

2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan

secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.

Page 11: injeksi

3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek

fisiologisnya.

4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral

lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.

5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila

sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.

6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.

7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien

hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit

untuk dikembalikan lagi.

8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau

mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi

phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.