Initial Assessment

13
INITIAL ASSESSMENT Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multiple merupakan tindakan yang penting dalam hidup atau mati. Tujuan initial assessment adalah untuk menstabilkanpasien, mengidentifikasi cedera/ kelaianan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitive atau transfer ke fasilitas yang tepat. Initial Assessment terdiri dari: 1. Persiapan a. Fase pertama= fase pra-rumah sakit (pre-hospital)è seluruh kejadian berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit b. Fase kedua= fase rumah sakit (in-hospital)è dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat. 2. Triase Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABC (airway dengan control vertebra cervical, breathing, circulation dengan kontrol pendarahan) Diambil dari bahasa Perancis yang berarti pengelompokkan/ sorting, merupakan skrining pasien untuk menentukan prioritas penanganan

Transcript of Initial Assessment

Page 1: Initial Assessment

INITIAL ASSESSMENT

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multiple merupakan tindakan yang

penting dalam hidup atau mati. Tujuan initial assessment adalah untuk menstabilkanpasien,

mengidentifikasi cedera/ kelaianan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta

untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitive atau transfer ke fasilitas yang tepat.

Initial Assessment terdiri dari:

1. Persiapan

a. Fase pertama= fase pra-rumah sakit (pre-hospital)è seluruh kejadian berlangsung

dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit

b. Fase kedua= fase rumah sakit (in-hospital)è dilakukan persiapan untuk

menerima penderita sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.

2. Triase

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya

yang tersedia. Terapi didasarkan pada kebutuhan ABC (airway dengan control vertebra

cervical, breathing, circulation dengan kontrol pendarahan)

Diambil dari bahasa Perancis yang berarti pengelompokkan/ sorting, merupakan skrining

pasien untuk menentukan prioritas penanganan

didasarkan pada:

Keadaan ABCDE (survey primer)

Ketersediaan sumber daya

Serta banyaknya korban bencana

Saat ini tidak ada standar nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan

dapat secara METTAG (Triage Tagging System) atau system triase penuntun Lapangan

START (Simple Triage and Rapid Transportation).

Triase system METTAG merupakan pendekatan yang dianjurkan untuk

memprioritaskan tindakan atas korban. Resuisitasi di tempat. Sementara itu triase system

penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 dt dengan mengamati ventilasi,

perfusi, dan status mental (RPM: R= Respirasi; P= Perfusi; Mental) untuk memastikan

Page 2: Initial Assessment

kelompok korban yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak

miungkin diselamatkan atau mati.

3. Primary Survey

Primary survey merupakan deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang

mengancam. Primary survey bertujuan untuk mengetahui kondisi pasien yang

mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life saving.

Cara Pelaksanaan

Survei ini dikerjakan secara serentak dan harus selesai dalam 2-5 menit.

Airway (Jalan Napas)

- Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)

Page 3: Initial Assessment

- Buka jalan nafas, yakinkan adekuat

- Periksa :

o Apakah pasien sulit bernapas?

o Apakah terdapat fraktur mandibula yang bisa menghalangi jalan napas?

o Apakah terdapat pendarahan?

- Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan

teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma

- Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut

- Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut

- Suctioning bila perlu

Breathing (Pernapasan)

- Apakah pertukaran udara pernapasan adekuat? Lalu evaluasi :

o Jika pertukaran udara tidak adekuat, beri oksigen

o Frekuensi napas

o Kualitas napas

o Keteraturan napas

- Nilai warna membran mukosa

- Apakah distres pernapasan semakin memburuk dengan perubahan posisi?

- Apakah terdapat penetrasi toraks?

Circulation (Perdarahan)

- Jika jantung pasien berhenti, darah dan oksigen tidak bisa bersirkulasi ke otak maka

akan terjadi perubahan ireversibel pada otak yang mulai dalam 4-6 menit; kematian

sel biasanya terjadi dalam 10 menit. Periksa sirkulasi, jika dibutuhkan lakukan

resusitasi kardiopulmoner.

- Apakah terdapat perdarahan?

o Jika terdapat perdarahan eksternal, maka hentikan segera dengan cara:

Bebat tekan pada luka

Page 4: Initial Assessment

Elevasi

Kompres es

Torniquet hanya pada luka/trauma khusus

o Segera pasang dua jalur infus dgn jarum besar (14-16G)

o Beri infus cairan

- Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi, seperti :

o Apakah membran mukosa sianosis?

o Apakah nadi lemah dan cepat?

o Apakah ekstrimitas dingin?

o Apakah capillary refill time lama?

Disability (Susunan saraf pusat)

Trauma kepala yang serius bisa menyebabkan kematian. Maka nilai kesadaran

pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama

sekali tidak sadar. Jika diduga terdapat trauma kepala atau leher, pasang neck collar.

Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale, maka gunakan sistem yang cepat

menggunakan :

A = Awake

V = Verbal response

P = Painful response

U = Unresponsive

- Apakah terdapat cedera kepala?

- Perhatikan pergerakan dari pasien

- Apakah pasien sadar penuh dan responsif?

- Apakah pasien berespon terhadap stimulus nyeri?

- Apakah pupil berdilatasi, konstriksi, bentuknya sama dan berespon terhadap cahaya?

- Apakah terdapat cedera leher?

- Perhatikan cedera pada tulang belakang

Page 5: Initial Assessment
Page 6: Initial Assessment
Page 7: Initial Assessment

4. Resuisitasi

Dilakukuan untuk pengelolaan syok, jalur infus, RL yang dihangatkan. Meneruskan

pengelolaan masalah yang mengancam nyawa yang dikenali pada saat primary survey.

Bertujuan untuk oksigenasi dan ventilasi

5. Tambahan pada primary survey dan resuisitasi

Monitoring

o BGA dan laju pernafasan

o Kapnograf (end tidal CO2 monitoring)

o EKG

o Pulse oxymeter

o BP

Page 8: Initial Assessment

Kateter folley dan NGT

Pemeriksaan Foto Rontgen dan Pemeriksaan Tambahan

o Thorax

o Pelvis

o Cervical

o DPL/USG abdomen

6. Secondary survey

Formalnya dimulai setelah melengkapi survey primer dan setelah memulai fase

resuisitasi. Secondary survey terdiri dari:

- Anamnesa: -

Allergi

Medikasi

Past Medical History

Last Oral Intake

Event leading up to incidence/environmental

- Pemeriksaan head to toe

KEPALA dan LEHER

Rambut dan Kulit Kepala

o Perdarahan, Pengelupasan, Perlukaan, Penekanan cedera

tulang belakang

Telinga

Perlukaan, darah, cairan

Mata

Perlukaan, Pembengkakan, Perdarahan

Reflek pupil, kondisi kelopak, kemerahan perdarahan, benda asing

Hidung

Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomis

Mulut

Perlukaan, darah, muntah, benda asing, gigi, dapat buka mulut atau

tidak

Bibir

Page 9: Initial Assessment

/Perlukaan, perdarahan, sianosis, kering

Rahang

Perlukaan, stabilitas, krepitasi

Kulit

Perlukaan, basah/kering, darah, warna goresan, suhu

Leher

Perlukaan, bendungan vena, deviasi trakhea, spasme otot

DADA

Flailchest, nafas diafragma, kelainan bentuk, retraksi interkostal,

nyeri tekan, perlukaan, suara ketuk, suara nafas.

Suara jantung paru, batas jantung paru

PERUT

Perlukaan, distensi, tegang, nyeri tekan, undulasi, pekak pindah,

pekak samping

TULANG BELAKANG

Kelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

PELVIC dan GENETALIA

Perlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkonentinensia

EKSTREMITAS

Perlukaan, gangguan pergerakan, bengkak, denyut nadi, warna

kulit dan luka.

7. Tambahan pada secondary survey

Dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika pasien dalam keadaan stabil

a. CT-SCAN

b. Pemeriksaan Rontgen dengan kontras

c. Foto ekstrimitas

d. Endoskopi dan USG

8. Terapi Definitif

Dimulai setelah primary survey dan secondary selesai

9. Rujukan

Page 10: Initial Assessment

Bila cedera penderita terlalu sulit untuk dapat ditangani, penderita harus dirujuk. Proses

rujukan harus dimulai saat alasan untuk merujuk ditemukan, karena menunda rujukan

akan meninggikan morbiditas dan mortalitas penderita

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2003

2. Stone, Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.

2008

3. Schwartz. Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 2005

4. ATLS

5. http://www.steinergraphics.com/surgica l

6. http://www.tpub.com/content/medical

7. http://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/survei-primer

Page 11: Initial Assessment

8. www.angelfire.com/nc/neurosurgery