Inhibitor Korosi Pada Baja Karbon API 5l Grade b
-
Upload
bramantyo-warih-pamungkas -
Category
Documents
-
view
246 -
download
0
description
Transcript of Inhibitor Korosi Pada Baja Karbon API 5l Grade b
INHIBITOR KOROSI PADA BAJA KARBON API 5L GRADE B
Lapangan Tunu yang terletak di Delta Mahakam merupakan penghasil gas alam dan
kondensat dengan produksi gas alam sekitar 1,3milyar kaki kubik standar per hari dan 26.000
barel kondensat per hari. Lapangan Tunu yang mulai diproduksi tahun 1990 oleh Total E&P
Indonesie memiliki 289 sumur aktif yang tersebar di area seluas 400 kilometer persegi. Fluida
multifase (gas, kondensat dan air) yang dihasilkan oleh sumur-sumur tersebut dialirkan menuju
GTS (Gathering and Testing Sattelite) yang berjumlah 29 buah. Dari GTS yang berada di
wilayah selatan, fluida dialirkan ke anjungan manifold yang berjumlah dua buah dan kemudian
dialirkan menuju CPU (CentralProcessing Unit ). Sedangkan dari GTS yang berada di wilayah
utara, fluida dialirkan keanjungan manifold yang juga berjumlah duabuah dan kemudian
dialirkan menuju NPU( North Processing Unit ). Di CPU dan NPU,fluida dari sumur dipisahkan
menjadi gas,kondensat dan air. Gas hasil pemisahan dikompresi dan dikurangi kandungan airnya
menggunakan tri etilena glikol sebelum dikirimke Bontang. Kondensat yang diperoleh dikirim ke
Terminal Senipah untuk distabilkan sebelum dimuat ke kapal tanker. Sedangkan air sebagai hasil
ikutan dari sumur diproses di Oily Water Treatment Unit untuk memisahkan kandunganminyak
sebelum dibuang ke badan sungai (Total, 2007). Pengoperasian jaringan pipa yang mengalirkan
fluida multifase dari sumur sampai menuju CPU dan NPU secara aman dan efesien sangat
diperlukan untuk memastikan kelancaran produksi. Beberapa masalah yang dihadapi dalam
mengoperasikan jaringan pipa antara lain adalah pengendapan padatan (seperti hidrat dankerak),
erosi dan korosi. Pengendapan padatan seperti hidrat dan kerak mengakibatkan berkurangnya
volume efektif dari pipa. Erosidan korosi yang timbul dapat mengakibatkan berkurangnya
ketebalan pipa, sehingga kemampuan menahan tekanan akan berkurang pula dan memperpendek
masa pakai pipatersebut (Schmitt, 2003). Penggunaan teknik pengendalian korosi yang tepat
dapat mengurangi kerugian akibat korosi. Beberapa cara yang digunakan untuk menekan laju
korosi pada pipa antara lain adalah proteksi katodik dan pemasangan lapisan pelindung untuk
mencegah korosi pada bagian luar pipa, penggunaan inhibitor korosi untuk mencegah korosi
pada bagian dalam pipa, dan penggunaan material pipa yang tahan terhadap lingkungan korosif
(Fontana, 1987). Akibat yang ditimbulkan korosi sangat bervariasi, dan efek korosi terhadap
keamanan, kemampuan, dan efesiensi dari operasi suatuperalatan atau struktur seringkali lebih
serius dibandingkan dengan sekedar hilangnya logam itu sendiri. Kegagalan fungsi peralatan dan
biaya penggantian yang mahal dapat terjadi walaupun logam yang rusak hanya dalam jumlah
kecil. Penggunaan inhibitor korosi untuk mengendalikan korosi internal pipa merupakan cara
yang umum digunakan. Inhibitor dengan senyawa aktif dari nitrogen banyak digunakan di
industri minyak dan gas bumi, pasangan elektron bebas nitrogen dapat terjerap pada permukaan
logam dan rantai hidrokarbon membentuk lapisan hidrofobik sehingga memberikan inhibisi
(Huey dkk, 2000). Akan tetapi terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan agar inhibitor
bekerja efektif, antara lain struktur molekul inhibitor korosi, temperatur, pH dan komposisi
logam (Tantawy,2006). Skema dari proses korosi dapat dilihat pada gambar 1 a dan 1b.
Proses inhibisi merupakan hasil penjerapan inhibitor organik pada permuka anlogam. Hampir
semua senyawa aktif yang digunakan di industri minyak dan gas bumi terbuat dari senyawa
nitrogen seperti aminakuaterner. Senyawa tersebut merupakan inhibitor yang baik karena
pasangan elektron bebas atom nitrogen akan terjerap pada permukaan logam dan rantai
hidrokarbon membentuk lapisan film hidrofobik sehingga memberikan inhibisi dengan
memisahkan permukaan logam dengan lingkungannya (Hueydkk, 2000).Agar inhibitor korosi
dapat bekerja secara maksimal, penggunaan inhibitor dengan konsentrasi yang cukup harus
diperhatikan (Fontana, 1987). Penggunaan inihibtor dengan konsentrasi yang terlalu kecil
menyebabkan inhibitor tidak dapat bekerja secara maksimal.Akan tetapi penggunaan inhibitor
yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan masalah,antara lain adalah terjadinya emulsi dan
pembuihan akibat sifat inhibitor sebagai surfaktan (Widharto, 2001). Hal ini menyebabkan
penurunan efesiensi dari pengolah air buangan di industri minyak dangas bumi yang berfungsi
memisahkan kandungan minyak dari air sebelum dibuang. Selain itu penggunaan inhibitor secara
berlebihan juga memboroskan biaya.
Penggunaan inhibitor korosi 1,3-diaminpropana oleh Siddique dkk (2005) dalamlarutan H2
SO41 N pada temperatur 298 Kdengan konsentrasi 0,1 M dan 10-7M diperolehefesiensi inhibisi
90,58% dan 56,10%. Padatemperatur 328K efesiensi inhibisi menjadi60,54% dan 23,42%.
Penggunaan larutan HNO3 1 N sebagai larutan uji pada temperatur 298K memberikan efisiensi
inhibisi 87,7% dan 75,7%pada konsentrasi inhibitor 0,1 M dan 10-7M, dengan menaikkan
temperatur menjadi 328K efisiensi menurun menjadi 60,0% dan 20,0%.Tantawy (2006)
melakukan penelitian denganmenggunakan inhibitor korosiDidesilbenziltrietil amonium klorida
dalamlarutan H2SO41 M pada temperatur 30 C diperoleh efisiensi inhibisi 50,9% dan 76,7%
pada konsentrasi inhibitor 10 ppm dan 75 ppm. Penggunaan inhibitor Nonil fenol etoksilat
memberikan efisiensi inhibisi 49,6% dan 74,7% pada konsentrasi yang sama. Penggunaan
inhibitor korosi N-sikloheksilbenzotiazolsulfen oleh Patru dan Preda (2005) untuk
melindungibaja karbon dalam larutan NH4Cl 0,1 M dengankonsentrasi 50 ppm - 200 ppm pada
temperatur25 oC - 55oC menunjukkan penurunan lajukorosi seiring dengan peningkatan
konsentrasi inhibitor dan penurunan temperatur. Dalam Smallman dan Bishop (1999),
berdasarkan banyaknya kadar karbon yang dikandung, baja diklasifikasikan menjadi :
1.Baja karbon rendah, dengan kandungankarbon sampai 0,3%. Baja karbon rendah memiliki
kekuatan sedang dengan keuletan yang baik. Baja dengan kandungan karbon sampai0,10% dan
kandungan mangan 0,4% biasanya digunakan sebagai badan mobil, dan kabel. Untuk
penggunaan konstruksi, kadar karbon dapat dinaikkan menjadi sekitar 0,3% dengan kandungan
Mn yang lebih tinggi sampai 1,5%. Material ini biasanya digunakan sebagai baja tempa, pipa
tanpa sambungan dan boiler.
2. Baja karbon sedang, dengankandungan karbon 0,3% sampai 0,7%.Baja karbon sedang
umumnyadipergunakan sebagai material as roda,poros, roda gigi dan rel.
3. Baja karbon tinggi, dengan kandungankarbon 0,7% sampai 1,7%. Bajakarbon tinggi umumnya
dikeraskandengan kuens dan ditemper ringanpada 250C untuk menghasilkan kekuatan dan
keuletan yang memadai untuk per dan perkakas potong. Standar yang umum digunakan adalah
ASME SA106 Grade B (Seamless carbon steelpipe for high temperature service) dan
ASTMA312 (Seamless and welded austenitic stainlesssteel pipe) . Selain itu juga terdapat API
5LGrade B yang mencantumkan syarat komposisi dari pipa tanpa sambungan.
Seperti pada Tabel1.
Dalam larutan brine, laju korosi bajakarbon pada temperatur 150 oF dan 300 Of adalah 41,6 mpy
dan 242,0 mpy pada pemaparan selama 72 jam. Penggunaan inhibitor korosi senyawa imidazolin
100 ppm dan senyawa amida 100 ppm pada temperatur150oF memberikan efesiensi inhibisi
95,9% dan96,7%, pada temperatur 300oF efesiensi inhibisi menurun menjadi 37,9% dan 72,3%
(Huey dkk,2000). Dalam penelitian ini akan ditelitikonsentrasi optimal dari inhibitor korosi pada
temperatur yang berbeda untuk mengendalikan korosi pada jaringan pipa di Lapangan Tunuyang
memiliki temperatur operasi bervariasi dan menggunakan material baja karbon dengan standar
API 5L Grade B. Inhibitor korosi adalah inhibitor korosi yang digunakan di jaringan pipa
Lapangan Tunudengan senyawa aktif amina kuaterner.