ingkar sunnah

download ingkar sunnah

of 23

description

pembahasan bantahan ingkar sunnah

Transcript of ingkar sunnah

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Inkar Sunnah adalah paham atau pendapat perorangan atau paham kelompok, yang

    bukan gerakan aliran, ada kemungkinan paham ini dapat menerima Sunnah selain

    sebagai sumber hukum islam, misalnya sebagai fakta sejarah, budaya, tradisi, dan lain-

    lainya. Sunnah yang di inkari adalah Sunnah yang shahih baik secara substansial dan

    yakin Sunnah praktis pengamalan Al-Quran (sunnah amaliyah). Tapi juga bisa jadi

    mereka menerima Sunnah secara substansial tetapi menolak Sunnah formal atau

    menolak seluruhnya, paham pakar inkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan Sunnah

    mutawatirah dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja. Demikian

    juga penolakan sunnah tidak di dasari alasan yang kuat.

    Ajaran ingkar sunnah dia Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah saw.

    Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan islam dari dalam.

    Dasar hukum islam hanya al-quran. Syahadat mereka: Isyhadu bi anna muslimin Shalat

    mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada yang

    shalat karena ingat. Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram, Rajab,

    Zulqaidah, dan Zulhijjah dan lain-lain. Ingkar sunnah klasik lahir di Irak (kurang lebih

    abad 2 H/ 7 M), Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Al-

    Quran saja yang dapat dijadikan hujah. Tidak menerima sunnah yang tidak semakan

    dengan Al-Quran. Hanya menerima sunnah mutawatir saja dan menolak sunnah selain

    mutawatir. Dan ingkar sunnah moderen ini lahir di India yang kurang lebiah (adab 13H/

    19M), Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar sunnah ini adalah akibat pengaruh

    konolisme yang semakin dahsyat berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk

    pendangkalan ilmu agama dan umum.

    1.2. Rumusan Masalah

    a) Apa saja kontradiksi inkar Sunnah?

    b) Bagaimana bantahan-bantahan terhadap kelompok inkar Sunnah?

    1.3. Tujuan

    a) Mengetahui kontradiksi inkar Sunnah

    b) Mengetahui bantahan-bantahan terhadap inkar Sunnah

  • 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Inkar Sunnah dan Kontradiksinya

    a) Al Quran sudah lengkap, terperinci dan menjelaskan segalanya

    Kelompok inkar sunnah mengatakan bahwa Al-Quran sudah lengkap,

    terperinci dan menjelaskan segalanya. Oleh karena itu Al-Quran tidak perlu

    membutuhkan penjelasan lagi. Namun anehnya di dalam membahas suatu masalah,

    mereka masih mencari penafsiran Al-Quran kepada buku-buku lain selain Al-

    Quran. Misalnya di dalam masalah penentuan shalat. Di situs www.allah-

    semata.org diterangkan tentang cara penentuan shalat. Di artikel tersebut mereka

    menggunakan Kamus Arab-Inggris Hans Wehr untuk menerjemahkan kata duluk

    dalam surat Al-Isra:78. Bukankah hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka

    sendiri yang mengatakan bahwa Al-Quran sudah lengkap, terperinci dan

    menjelaskan segalanya? Lalu mengapa mereka masih menggunakan kamus tersebut

    untuk menerjemahkan kata duluk tersebut? Mengapa mereka tidak mencari tahu

    kepada orang yang paling paham dan mengerti Al-Quran yaitu Rasulullah tentang

    kata duluk tersebut alias mencarinya di dalam sunnah? Mengapa mereka tidak

    mencarinya pada perkataan para sahabat, para tabi'in, para tabiut tabi'in serta para

    ulama yang membahas tentang masalah tersebut padahal pemahaman mereka

    terhadap islam dan Al-Quran jauh lebih mendalam dibandingkan dengan hanya

    sekedar kamus atau Rashad Khalifah dan sebagainya? Tidakkah mereka membaca

    ayat Allah:

    "Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu

    tidak mengetahui." (An-Nahl:43)

    Ayat ini dengan tegas menyuruh orang yang tidak tahu untuk bertanya kepada

    orang lain yang lebih tahu. Kalau mereka mengatakan bahwa Al-Quran sudah

    menjelaskan segalanya maka akan bertentangan dengan ayat ini karena kata yang

    digunakan disini adalah Ahludz-Dzikr dan bukan Al-Quran. Ahludz-Dzikr adalah

    kata ganti dan bukan kata benda. Dan orang yang paling paham dan mengerti

    tentang Al-Quran adalah Rasulullah. Lalu mengapa mereka menolak sunnah

    sedangkan sunnah berasal dari Rasulullah?

  • 3

    b) Mengaku cinta Al Quran tetapi tidak tahu atau tidak mau tahu tentang

    pelaku kejadian

    Mereka mengaku bahwa mereka mengetahui dan mencintai Al-Quran, namun

    anehnya mereka sama sekali tidak mengetahui tentang pelaku atau orang-orang

    yang dimaksudkan dalam Al-Quran. Mereka tidak mengetahui siapa sahabat yang

    menemani Nabi dalam gua yang diceritakan dalam surat At-Taubah:40, mereka

    tidak mau tahu siapa itu Zaid yang diceritakan dalam surat Al-Ahzab ayat 37,

    Mereka tidak mengetahui siapa tokoh-tokoh yang tertera dalam surat An-Nur:11-25

    dalam peristiwa haditsul ifki, mereka juga tidak mau tahu siapa istri Nabi yang

    dimaksud dalam surat Al-Ahzab dan At-Tahrim, bahkan mereka tidak mau tahu

    siapa yang dimaksud dengan as-sabiqunal awwalun dari muhajirin dan Anshar

    dalam surat At-Taubah:100. Timbul pertanyaan dari kita, bagaimana mungkin

    seseorang yang mengaku cinta kepada Al-Quran tetapi tidak mengenal orang-orang

    yang dimaksudkan dalam Al-Quran?

    c) Mengaku mengamalkan Al Quran tetapi caranya kacau sekali

    Al-Qur'an diturunkan adalah untuk dibaca, dipahami, direnungkan, dan diamalkan.

    Akan tetapi, jika tidak ada petunjuk pelaksanaannya (baca: Sunnah), tentu akan

    sulit mengamalkannya, terutama untuk hal-hal yang memang membutuhkan

    penjelasan lebih lanjut dan rinci. Barangkali demikianlah yang terjadi pada orang-

    orang inkar Sunnah. Mereka mengaku membaca dan mengamalkan Al-Qur`an,

    tetapi sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsunya dan tidak

    mendapatkan petunjuk dari Allah sedikit pun dalam mengamalkan Al-Qur`an.

    Allah SWT berfirman,

    Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa

    nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sesungguhnya

    Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (Al-Qashash: 50)

    Coba bayangkan bagaimana mereka shalat. Itu baru satu perkara yaitu shalat.

    Lalu bagaimana dengan perkara-perkara yang lain?

  • 4

    d) Menyatakan Al Quran sempurna tetapi mengurangi kesempurnaan Al Quran

    Inkar Sunnah percaya dan mengakui bahwa Al-Quran adalah kitab yang

    sempurna. Namun pernyataan itu adalah kedustaan yang nyata. Karena perbuatan

    mereka yang justru mengurangi kesempurnaan Al-Quran baik disadari atau pun

    tidak. Mereka meyakini bahwa tidak boleh mengucapkan kata Qul seperti yang ada

    dalam surat Al-Ikhlas dan berbagai ayat di dalam Al-Quran. Hal ini menurut

    mereka sama saja dengan menyuruh Allah dengan ucapan katakanlah dan hal itu

    tidak pantas dan tidak logis. Hal ini merupakan logika yang sangat buruk sekali.

    Selain akan menghilangkan banyak kata Qul dalam Al-Quran, logika ini juga akan

    menyebabkan banyak kata-kata perintah lain dalam Al-Quran yang akan mereka

    lenyapkan. Misalnya dalam ayat:

    Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba

    Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia orang yang sangat taat.

    (Shaad:17)

    Apakah pantas kita menyuruh Allah Azza wa Jalla untuk bersabar dan mengingat-

    ingat Nabi Daud? Sungguh, rancu sekali logika pemahaman mereka. Dan juga

    misalnya ayat:

    "Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu

    cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap

    satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka,

    niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Dan ketahuilah bahwa Allah

    Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Baqarah:260)

    Apakah pantas kita menyuruh Allah untuk mengambil dan mencincang

    burung? Kalau kita menggunakan logika mereka maka ayat-ayat perintah seperti di

    atas akan dihilangkan karena tidak pantas untuk menyuruh Allah untuk berbuat

    demikian. Dan logika ini juga semakin membuka kebodohan mereka karena pada

    hakikatnya kata-kata Qul bukan perintah untuk Allah, tetapi sebagai perintah

    kepada Rasulullah di dalam menjawab pertanyaan kaum kafir. Misalnya kata Qul

  • 5

    dalam surat Al-Ikhlas. Kata-kata Qul tersebut memberikan perintah kepada

    Rasulullah untuk menjawab pertanyaan orang kafir ketika mereka menanyakan

    tentang sifat-sifat Allah. Dan begitu juga kata-kata Qul yang lain. Adalah dusta

    apabila mereka mengaku beriman kepada Al-Qur`an. Bagaimana mungkin

    seseorang dikatakan beriman kepada Al-Qur`an sementara dia dengan seenaknya

    menghilangkan sebagian dari Al-Qur`an?

    e) Meyakini bahwa ayat Al Quran semuanya sudah jelas dan mudah dipahami

    Orang inkar Sunnah selalu mendengung-dengungkan bahwa Al-Qur`an itu

    sudah jelas dan mudah dipahami. Apa yang mereka katakan adalah benar, namun

    maksud di balik perkataan mereka ini benar-benar batil. Mereka ingin mengatakan

    bahwa Al-Qur`an tidak perlu lagi dijelaskan lagi oleh Sunnah Nabi karena sudah

    jelas dan mudah dipahami. Padahal, sebagaimana sudah kami singgung pada

    pembahasan yang lalu, bahwasanya kejelasan dan kemudahan Al-Qur`an itu

    bersifat umum. Maksudnya, secara umum Al-Qur`an memang mudah dipahami

    karena Al-Qur`an turun dengan Bahasa Arab yang jelas. Sebab, sekiranya semua

    ayat-ayat Al-Qur`an ini sudah jelas, mudah dipahami, dan tidak perlu penjelas lagi,

    niscaya Allah tidak akan menyuruh kita untuk bertanya kepada mereka yang lebih

    tahu dalam masalah agama dan Al-Qur`an. Namun demikian, benarkah semua ayat-

    ayat Al-Qur`an sudah jelas dengan sendirinya dan mudah dipahami? Ternyata

    tidak. Tidak semua ayat-ayat dalam Al-Qur`an sudah jelas dengan sendirinya dan

    mudah dipahami begitu saja, karena Allah SWT berfirman:

    Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepadamu. Di antara

    (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur`an, dan yang

    lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong

    kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat

  • 6

    untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang

    mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya

    berkata; Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari

    sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan

    orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 7)

    Dari ayat di atas dapat dipahami, sesungguhnya Allah pun mengatakan bahwa

    dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat muhkamat yaitu ayat-ayat yang sudah jelas dan

    mudah dipahami dan juga ada ayat-ayat mutasyabiht yaitu ayat-ayat yang masih

    samar maknanya, dan hanya Allah saja yang mengetahuinya secara pasti. Jadi,

    sekiranya orang-orang inkar Sunnah mengatakan bahwa semua ayat-ayat dalam Al-

    Qur`an secara mutlak adalah sudah jelas dan mudah dipahami sehingga tidak

    memerlukan perangkat apa pun atau bertanya kepada siapa pun dalam

    memahaminya; maka itu adalah suatu dusta yang nyata. Nyata-nyata menyalahi Al-

    Qur`an sendiri. Ibnu Hazm berkata,"Dapat kiranya kita mengajukan berbagai

    pertanyaan kepada orang yang rusak pendiriannya, yang tidak mau menggunakan

    hadits sebagai hujjah. Dibagian manakah dalam Al-Quran ia dapat menemukan

    bahwa shalat dzuhur 4 rakaat, shalat maghrib 3 rakaat, cara ruku, cara sujud, bacaan

    shalat dan cara salam? Adakah penjelasan tentang berbagai larangan bagi orang

    yang berpuasa, nishab zakat emas, perak, kambing, unta, dan sapi? Adakah aturan

    rinci tentang pelaksanaan ibadah haji, waktu wuquf di arafah, cara melaksanakan

    shalat di muzdalifah, cara melempar jumrah, tata cara ihram dan lainnya? Adakah

    ketentuan tegas tentang batasan-batasan potong tangan bagi pencuri? Adakah

    hukum yang menjelaskan tentang larangan kawin dengan saudara sepersusuan?

    Adakah hukum yang menjelaskan tentang makan dan sembelihan yang diharamkan,

    sifat sembelihan, dan binatang kurban? Adakah rincian hukum pidana, hukum

    cerai, hukum jual beli, riba, hukum perdata, sumpah, dan hukum tahanan, infaq,

    shadaqah, dan semua ketentuan fiqih lainnya? Di dalam Al-Quran terdapat

    keterangan yang menyeluruh yang apabila rinciannya kita abaikan, kita tidak

    mungkin dapat melaksanakan isi Al-Quran. Untuk itu, kita harus kembalikan

    semuanya kepada apa yang telah dijelaskan Rasulullah dari hadits-hadits beliau.

    Sekalipun kesepakatan ulama yang berkenaan dengan persoalan yang sederhana,

    haruslah didasarkan pada hadits Rasulullah. Sekiranya masih ada orang yang

    berpendirian bahwa hanya yang terdapat dalam Al-Quran saja yang dijadikan

    pegangan maka menurut ijma ulama orang tersebut telah kafir. Karena orang yang

  • 7

    berpendirian seperti itu, niscaya dia akan merasa cukup shalat satu rakaat dari

    waktu terbit fajar hingga larut malam, dia tidak akan menemukan dalam Al-Quran

    melainkan hanya lebih dari sekedar perintah shalat. Orang yang inkar Sunnah

    adalah kafir, musyrik, halal darah dan hartanya. Mereka sama halnya dengan tokoh

    rafidhah yang telah dihukumi kafir menurut ijma umat islam. Selain itu, jika ada

    orang yang hanya berpegang pada pendapat yang disepakati para ahli ilmu saja, dan

    meninggalkan setiap yang dijelaskan padahal nash-nashnya sudah ada dan jelas,

    maka mereka menurut ijma ulama termasuk orang fasik. Atas dasar kedua dasar

    itulah, Hadits Rasulullah wajib dijadikan pegangan."

    2.2. Bantahan Terhadap Inkar Sunnah

    Quraniyyun atau inkar Sunnah banyak mengemukakan alasan untuk menolak

    Sunnah menjadi sumber hukum Islam yang kedua. Di bawah ini merupakan alasan-

    alasan yang biasa dikemukakan oleh Quraniyyun untuk menolak sunnah Nabi dan juga

    disertai dengan bantahan-bantahan terhadap alasan-alasan tersebut:

    a) Yang dijamin Allah hanya Al-Quran, bukan Sunnah

    Hal ini berdasarkan ayat:

    "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan Sesungguhnya

    Kami benar-benar memeliharanya." (Al-Hijr:9)

    Mereka memahami bahwa Adz-Dzikr itu hanyalah al-Quran sehingga mereka

    berpendapat bahwa jika Allah menghendaki akan menjaga islam ini dengan al-

    Quran dan Sunnah, pasti Dia akan memberikan jaminan tersebut dalam kitab-Nya.

    Tetapi, Allah hanya menghendaki bahwa hanya Al-Quran yang Dia jamin, maka

    Allah tidak memberikan jaminan kepada selain Al-Quran.

    Bantahan:

    Kita melihat bahwa Quraniyyun menafsirkan ayat ini dengan hawa nafsunya

    saja. Kalau saja mereka mau berfikir jernih dan melihat dengan cermat, tentu

    mereka tidak akan berfikir demikian. Sebab kata yang dipakai adalah Adz-Dzikr

    dan bukan Al-Quran. Sekiranya Allah hanya menjaga Al-Quran saja, niscaya Dia

    akan mengatakannya secara tegas dengan menyebutkan kata Al-Quran bukan Adz-

    Dzikr. Seperti misalnya ayat:

  • 8

    "dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan

    perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (Al-A'raf:204)

    Allah menetapkan arti zikr itu lebih umum dari hanya al-Quran saja seperti

    firmannya:

    "Maka bertanyalah kepada Ahlu Dzikr jika kamu tidak mengetahui." (An-

    Nahl:43)

    Yang dimaksud Ahlu Dzikr dalam ayat ini adalah orang yang memahami

    Dinullah (Agama Allah) dan syariat-Nya. Dan lafazh Adz-Dzikr ini mempunyai

    makna dan hikmah tersendiri karena bisa bermakna al-Quran dan Sunnah sekaligus.

    Ibnu hazm menolak penafsiran lafazh dzikr dalam surat Al-Hijr:9 yang hanya

    diartikan sebagai al-Quran saja. Ia berkata,"Pandangan tersebut hanyalah dusta

    yang jauh dari pembuktian, dan bermaksud mempersempit arti dzikr tanpa suatu

    dalil pun. Lafzh dzikr dalam ayat tersebut ialah suatu nama yang berkaitan dengan

    segala yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya, baik itu Al-Quran maupun As-

    Sunnah dan As-Sunnah merupakan wahyu sebagai penjelasan Al-Quran."

    Bagaimana bisa dikatakan bahwa Allah menjaga sesuatu yang dijelaskan (Al-

    Quran), dan meninggalkan sesuatu yang menjelaskan (As-Sunnah) Sementara kita

    sebagai umat islam tidak mungkin bisa memahami al-Quran dan mengamalkan

    ajaran-Nya tanpa bantuan As-Sunnah?

    b) Nabi sendiri melarang penulisan Hadits

    Faham inkar sunnah mengemukakan alasan bahwa Nabi sendiri melarang penulisan

    hadits dengan mengambil dari hadits: "Janganlah kalian menulis sesuatu pun

    dariku selain al-Quran. Barangsiapa yang menulis sesuatu dariku selain Al-Quran,

    maka hendaklah dia menghapusnya." (Ahmad)

    Bantahan:

    Kita lihat bahwa sebenarnya Quraniyyun itu juga menggunakan hadits namun

    sayangnya hadits tersebut mereka pilih untuk membenarkan pemahaman mereka

    yang sesat dan menyesatkan. Mereka tidak mau melihat tentang penjelasan para

    ulama mengenai hadits tersebut. Adapun mengenai hadits pelarangan penulisan

  • 9

    hadits, para ulama telah menjelaskan hal tersebut di dalam kitab-kitab mereka.

    Imam Nawawi berkata,"Hadits-hadits tentang larangan menulis hadits telah dihapus

    (mansukh) dengan hadits-hadits yang membolehkan penulisan hadits. Sebab, ketika

    itu Nabi melarang menulis hadits karena khawatir hadits-hadits tersebut akan

    tercampur dengan al-Quran. Kemudian ketika kekhawatiran itu hilang dikarenakan

    para sahabat sudah matang al-Qurannya, maka nabi pun mengizikan para sahabat

    untuk menulis hadits. Ada juga yang mengatakan bahwa yang dilarang adalah

    menulis hadits dalam satu tempat yang sama dengan Al-Quran. Sebab

    dikhawatirkan seseorang akan bingung ketika membacanya, mana yang Al-Quran

    dan mana yang hadits Nabi? Atau ada juga yang menyatakan bahwa larangan yang

    dimaksud khusus bagi orang yang kuat hafalannya supaya tidak mengandalkan

    tulisan. Adapun orang yang tidak kuat hafalannya, maka ia menulis."

    Banyak hadits yang membolehkan penulisan hadits, salah satu diantaranya

    adalah: "Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma berkata,"Aku pernah

    menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam

    karena aku ingin menghafalnya (memeliharanya). Kemudian orang-orang Quraisy

    melarangku sambil berkata,"Apakah engkau tulis semua yang engkau dengar dari

    rasulullah sedangkan Rasulullah adalah manusia yang bersabda di saat senang dan

    di saat marah?" Lalu aku berhenti menulis kemudian menceritakan hal itu kepada

    Rasulullah, kemudian beliau berisyarat ke mulut beliau seraya bersabda,"Tulislah!

    Demi (Allah) yang diriku berada di tangan-Nya, tidaklah keluar darinya (lisanku

    ini) kecuali al-haq (kebenaran)." (Ahmad)

    Jika ada hadits-hadits yang sepertinya bertentangan antara satu dengan

    lainnya, maka para ulama menggabungkan antara hadits-hadits yang melarang dan

    membolehkan menulis hadits, yaitu:

    Hadits-hadits yang membolehkan menulis hadits telah menghapus hadits-

    hadits yang melarang. Dan hal ini terjadi pada masa awal-awal islam ketika

    masih dikhawatirkan terjadi kerancuan atau campur aduk antara al-Quran dan

    Hadits.

    Larangan menulis hadits adalah bagi orang yang hafalannya kuat agar dia

    tidak tergantung pada tulisan. Adapun orang yang hafalannya lemah, maka

    dia boleh menulisnya.

  • 10

    Larangan menulis hadits hadits khusus bagi yang menuliskannya dalam satu

    tempat yang sama dengan tulisan Al-Quran, sebab dikhatirkan akan

    bercampur

    Nabi hanya melarang menulis hadits pada saat turunnya wahyu dan ditulisnya

    ayat yang baru saja turun

    Larangan menulis hadits hanya bagi yang belum pandai menulis karena

    dikhawatirkan salah. Adapun yang sudah mahir menulis, maka dia boleh

    menulis hadits

    Larangan hanya berlaku bagi para penulis wahyu yang bertugas menulis

    setiap wahyu yang terun. Adapun selain mereka, diperbolehkan untuk

    menulis hadits.

    Dan dibolehkannya menulis hadits ini adalah masalah yang sudah disepakati

    oleh para ulama.

    c) Hadits baru dibukukan pada abad II Hijriah

    Orang-orang inkar sunnah mengatakan bahwa hadits-hadits Rasulullah yang

    terdapat dalam kitab hadits banyak bohongnya dan mengada-ada karena baru

    dibukukan ratusan tahun setelah Nabi wafat. Apabila memang benar bahwa hadits-

    hadits itu bersumber dari Nabi, semestinya sudah dibukukan sejak masa Nabi hidup

    bukan dua abad setelah Nabi wafat.

    Bantahan:

    Sebenarnya, alasan ini membuka kedok kebodohan mereka tentang sejarah

    Islam pada umumnya dan sejarah hadits pada khususnya. Mereka menjadikan

    patokan kitab shahih Bukhari dan shahih Muslim dan kitab-kitab hadits lainnya

    yang memang ditulis pada dan setelah abad kedua hijriah. Sebenarnya pembukuan

    hadits-hadits Nabi sudah dimulai sejak jauh sebelum itu. Tentu ada perbedaan

    antara penulisan dan pembukuan. Tulisan-tulisan seseorang tidak akan menjadi

    sebuah buku jika tidak dibukukan sebanyak apa pun tulisannya. Sedangkan

    pembukuan merupakan pengumpulan dari tulisan-tulisan yang telah disusun secara

    rapi. Pada bantahan kedua, kita mengetahui bahwa banyak para sahabat Nabi

    menulis hadits Nabi sejak beliau masih hidup. Akan tetapi dikarenakan sejumlah

    faktor, tulisan-tulisan hadits tersebut belum dikumpulkan di satu tempat dalam satu

    buku. Pembukuan hadits dimulai pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz atas

  • 11

    perintahnya yang memerintahkan semua gubernurnya di seluruh wilayah islam

    untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi dan hal ini terjadi pada masa Tabi'in.

    Kemudian Abu bakar Muhammad bin Amru bin hazm memerintahkan az-Zuhri -

    seorang ulama Tabi'in- untuk mengumpulkan hadits Nabi secara resmi. Az-Zuhri

    pun menyambut baik perintah itu dan mengumpulkannya dalam satu buku dan ini

    adalah awal dari aktivitas dan penyusunan hadits, sehingga para ulama

    mengatakan,"Kalau bukan karena Az-Zuhri, sungguh akan banyak sunnah yang

    hilang." Kemudian penulisan hadits dilanjutkan oleh berbagai ulama Tabiut Tabiin

    seperti Ibnu Juraij di Makkah, Al-'Auza'i di Syam, Ats-Tsauri di Kufah, Malik bin

    Anas di Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh Bukhari, Muslim, Abu dawud dan

    lain sebagainya.

    Ringkas kata, apa yang Quraniyyun katakan bahwa sunnah baru dibukukan

    pada abad kedua tidaklah benar sebab sebelum abad kedua banyak ulama umat ini

    yang membukukan Sunnah. Dan jika mereka mengatakan bahwa kitab-kitab sunnah

    adalah bohong dan tidak bisa dianggap sunnah Nabi, ini juga tidak benar. Sebab,

    justru isi dari kitab-kitab Sunnah itulah yang sudah diketahui, dihafal, dan

    diamalkan sejak masa Rasulullah. Bagaimana pun juga, tidak selalu setiap masalah

    atau peristiwa harus dibukukan saat itu juga. Betapa banyak biografi atau

    perkataan-perkataan seseorang baru dilakukan bertahun-tahun setelah yang

    bersangkutan tiada. Dan bukankah al-Quran juga dibukukan bukan pada saat

    Rasulullah hidup tapi pada saat Abu bakar menjadi Khalifah?

    d) Banyak pertentangan di antara Hadits

    Alasan mereka lagi adalah banyak hadits yang bertentangan antara satu hadits

    dengan hadits yang lain. Kalau memang hadits berasal dari satu sumber yang sama

    yaitu dari Nabi, tentu hadits-hadits tersebut tidak akan saling bertentangan.

    Bantahan:

    Begitulah Orang-orang inkar Sunnah. Mereka mengatakan bahwa mereka

    hanya berpegang hanya al-Quran saja tetapi mereka sebenarnya mereka juga

    mempelajari Hadits, Namun sayangnya niat mereka seperti para orientalis yaitu

    bermaksud menghancurkan islam. Dan alasan ini sekali lagi menunjukkan

    kebodohan pemahaman mereka terhadap agama khususnya di bidang hadits.

    Sesungguhnya apa yang terdapat dalam sunnah Nabi bukanlah pertentangan tetapi

    perbedaan. Kalaupun memang benar ada hadits-hadits yang bertentangan satu sama

  • 12

    lain, maka di sana sudah ada patokan untuk memilah, memilih, dan mennetukan

    mana hadits yang harus dikedepankan. Diantara standar yang biasa dipakai oleh

    para ulama dalam menghadapi masalah ini, adalah dengan cara:

    Melihat mana hadits yang lebih kuat dan mana yang lemah

    Melihat mana haits yang muncul lebih dulu dan mana yang belakangan

    Melihat siapa yang meriwayatkan dan dalam masalah apa

    Melihat kepada siapa hadits tersebut ditujukan dan dalam kasus apa

    Menyatukan dua atau lebih hadits yang berbeda jika sama-sama kuat tidak

    ada pertentangan dan memungkinkan

    Melihat mana yang lebih utama untuk diamalkan dan bahwa hadits yang lain

    juga boleh diamalkan

    Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa dalam

    sunnah nabi terdapat hadits-hadits yang bertentangan. Imam Abu Bakar bin Abu

    Khuzaimah berkata "Tidak ada dua hadits yang bertentangan dari segi apa pun.

    Barang siapa yang mendapatkan sesuatu dalam masalah ini, silahkan datang

    kepadaku, akan aku gabungkan dua hadits itu."

    e) Hadits adalah buatan manusia

    Orang inkar sunnah selalu mendengung-dengungkan bahwa yang diturunkan

    Allah Ta'ala hanyalah Al-Quran dan selain Al-Quran bukan dari Allah. Salah

    seorang tokoh mereka yang bernama DR. Muhammad Khalafallah berkata,"Selain

    Al-Quran adalah pemikiran manusia, dimana kita berinteraksi dengannya sesuai

    dengan akal kita,"

    Bantahan:

    Perkataan mereka yang mengatakan bahwa hadits adalah buatan manusia

    adalah perkataan yang penuh dengan kedustaan. Sebab hadits-hadits tersebut adalah

    benar dari Rasulullah yang diriwayatkan secara bersambung dari orang yang

    dipercaya dan dari orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi. Para ulama

    hadits meletakkan standar baku yang sangat ekstra ketat dalam menerima hadits.

    Mereka selalu memilah dan memilih dengan penuh hati-hati sehingga bisa

    diketahui mana yang benar-benar hadiits Nabi dan mana yang merupakan hadits

    Palsu sehingga lahirlah berbagai macam disiplin ilmu hadits seperti ilmu Musthalah

    hadits, ilmu jarh wa ta'dil dan lain sebagainya. Dengan ilmu-ilmu tersebut para

  • 13

    ulama menyeleksi mana orang yang bisa dipercaya dan diterima haditsnya dan

    mana orang yang dianggap lemah atau tidak bisa dipercaya atau pendusta sehingga

    haditsnya layak ditolak. Dengan demikian, hadits Nabi benar-benar terjaga dari

    zaman ke zaman. Kita pun mengakui bahwa banyak hadits palsu yang dibuat oleh

    orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang disandarkan kepada Nabi. Namun

    hadits-hadits palsu itu sudah diketahui oleh para ulama ahli hadits dan sudah

    dijelaskan kepada umat bahwa hadits-hadits tersebut adalah palsu dan tidak layak

    untuk diamalkan. Sehingga ada yang berkata bahwa tidak seorang pun juga yang

    berdusta atas Nama Nabi shallalhu alaihi wa sallam di timur bumi melainkan akan

    diketahui oleh orang (ulama ahli hadits) yang berada di barat bumi dan tidak

    seorang pun juga yang berdusta atas Nama Nabi shallalhu alaihi wa sallam di barat

    bumi melainkan akan diketahui oleh orang (ulama ahli hadits) yang berada di timur

    bumi. Hal ini karena Allah telah membangkitkan sebagian manusia yang

    menghabiskan umurnya dengan penuh ikhlas dan amanah untuk berkhidmat dan

    melayani hadits-hadits Rasulullah, membedakan hadits-hadits mana yang sah dan

    mana yang tidak. Dan setiap muslim hendaklah selalu mengingat sabda Nabi:

    "Barangsiapa yang mendustakan aku dengan sengaja, maka hendaklah dia siapkan

    tempat duduk nnya di neraka." (Muttafaq 'Alaihi)

    f) Hadits bertentangan dengan al-Quran

    Orang inkar sunnah mengatakan bahwa banyak hadits yang bertentangan

    dengan Al-Quran. Misalnya dalam masalah ketentuan zakat 2,5%. Rasulullah

    bersabda: "Sesungguhnya aku telah memaafkan kalian dari zakat kuda dan budak.

    Tetapi berikanlah dua setengah persen, dari setiap empat puluh dirham satu

    dirham." (Ibnu Majah)

    Hadits ini bertentangan dengan ayat:

    "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan menyucika mereka." (At-Taubah:103)

    Bantahan:

    Demikianlah apa yang dikatakan orang-orang inkar sunnah tentnag sunnah

    Nabi. Alasan dan sarana apa pun yang kira-kira bisa dipakai untuk menyerang

    sunnah akan mereka lakukan. Bagaimanapun juga, dengan segala keterbatasannya,

  • 14

    manusia tidak mungkin mampu menerapkan ajaran agama ini tanpa bimbingan dan

    petunjuk dari Rasulullah. Termasuk dalam memahami Al-Quran pun manusia

    membutuhkan penjelasan dan contoh konkrit dari utusan-Nya, apa maksud ayat ini

    dan bagaimana aplikasinya. Semudah-mudahnya Al-Quran dipahami, tetap saja

    masih banyak ayat-ayat yang butuh keterangan lebih lanjut dan perincian yang

    lebih detail. Allah tidak mungkin meninggalkan begitu saja kepada manusia untuk

    menerjemahkan sesuka hatinya dalam berinteraksi dengan Al-Quran. Ibarat

    Undang-Undang, Al-Quran perlu Juklak (Petunjuk Pelaksanaan) dalam

    penerapannya yang tak lain adalah Sunah Rasul-Nya. Ibnul Qayyim

    erkata:"Adapun sunnah, ia memiliki tiga peran pokok di sisi Al-Quran. Yang

    pertama yaitu membenarkan Al-Quran dari segala segi. Dengan demikian Al-Quran

    dan Sunnah sama-sama berada di atas satu koridor hukum yang saling menguatkan

    ketika dijadikan sebagai dalil dalam berbagai permasalahan. Kedua, Sunnah

    menjadi penjelas sekaligus menasirkan apa yang dimaksud oleh Al-Quran. Dan

    ketiga, Sunnah dalam posisi mewajibkan sesuatu dimana Al-Quran mendiamkan

    kewajibannya dan mengharamkan sesuatu yang mana dalam Al-Quran belum

    disebutkan keharamannya." Untuk lebih jelasnya, silahkan baca artikel ini.

    g) Hadits merupakan saduran dari umat lain

    Mereka beralasan lagi bahwa hadits merupakan saduran dari umat lain yakni

    Bibel. misalnya perintah khitan. Dikatakan bahwa perintah khitan merupakan

    ajaran dari bibel karena di dalam bibel juga tertera perintah khitan:

    [Kej 17:14] Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit

    khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya:

    ia telah mengingkari perjanjian-Ku. [Kej 17:24] Abraham berumur sembilan

    puluh sembilan tahun ketika dikerat kulit khatannya. Begitu juga dengan perintah

    memelihara jenggot, menggunakan kerudung penutup kepala, mengucapkan amin

    dan sebagainya.

    Bantahan:

    Sebenarnya kalau difikir secara mendalam, alasan itu adalah sebodoh-bodoh

    alasam yang dikemukakan oleh inkar Sunnah untuk menghujat sunnah. Hal ini

    dikarenakan jika memang benar hadits merupakan saduran dari injil, bukankah di

    dalam al-Quran sendiri ada ayat-ayat yang isinya menyerupai injil. Misalnya ayat:

  • 15

    "dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka." (Al-Hajj:29)

    itu menyerupai injil yang berbunyi: "Apabila engkau bernadzar kepada Tuhan,

    Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya." (Ulangan 23:21)

    Dan juga ayat Al-Quran :

    "Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,

    padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." (Ali-Imran:47)

    menyerupai ayat: "Kata Maria kepada Malaikat itu:Bagaimana hal itu mungkin

    terjadi, karena aku belum bersuami." (Lukas 1:34)

    Dan masih banyak lagi ayat al-Quran yang menyerupai Injil. Lalu apakah

    dengan demikian mereka berani mengatakan bahwa Al-Quran merupakan saduran

    dari umat lain? Tentu saja, tidak ada seorang umat islam pun yang berani

    mengatakan hal seperti itu.

    Seorang muslim pasti mengetahui bahwa kitab Taurat dan Injil merupakan

    kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Isa

    'alaihimushshalatu wa sallam. Namun pada perkembangan selanjutnya, kitab-kitab

    tersebut mengalamai perubahan karena sudah dirubah oleh tangan-tangan kotor

    manusia walaupun pada kitab-kitab tersebut masih ada firman-firman Allah yang

    masih asli namun kita sudah tidak mengetahuinya lagi yang mana yang benar-benar

    firman Allah dan yang mana yang sudah dirubah oleh tangan-tangan kotor manusia.

    Kitab Al-Quran yang merupakan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah

    merupakan kitab yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Jadi sangat wajar,

    jika Al-Quran mengandung kisah-kisah dan perintah untuk melakukan kebaikan

    dan menjauhi keburukan sebagaimana pada kitab-kitab sebelumnya. As-Sunnah

    yang merupakan penjelasan dari Al-Quran juga berisi kisah-kisah,memerintahkan

    kebaikan dan menjauhi larangan sehingga amat sangat wajar jika di dalam as-

    Sunnah juga ada dengan apa yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya

    sebagaimana kitab Al-Quran juga seperti itu.

  • 16

    h) Hadits Membuat Islam Terpecah belah

    Sunnah menyebabkan umat islam terpecah belah menjadi Ahlus Sunnah,

    Syiah, Khawarij, dan sebagainya. Dan di dalam ahlus sunnah sendiri pun terpecah

    menjadi beberapa madzhab seperti Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, dan

    sebagainya. Inkar sunnah selalu mendengung-dengungkan istilah, Satu Kitab, Satu

    Tuhan, dan Satu Umat" seperti ada di dalam situs e-bacaan.com. Mereka

    mengatakan, bahwa dengan hanya berpegang teguh pada Al-Qur`an sajalah umat

    Islam bisa bersatu dan tidak berpecah belah.

    Bantahan:

    Perlu diketahui bahwa kaum muslimin bisa saja berbeda pendapat di dalam

    mengapresiasi sunnah Nabi dalam masalah-masalah tertentu. Akan tetapi para

    ulama kaum muslimin tidak berbeda pendapat bahwa orang yang menolak sunnah

    adalah kafir dan murtad. Menyikapi perbedaan, perpecahan dan bahkan peperangan

    yang terjadi sesama kaum muslimin baik pada masa sahabat atau pun sesudahnya

    pemicunya tidak lepas dari faktor politis, atau pun kesalahpahaman, kekuasaan,

    fanatisme kesukuan dan golongan serta perbedaan dalam menyikapi suatu masalah.

    Di dalam sejarah pun tercatat bahwa semua pertikaian itu bukan dikarenakan

    sunnah akan tetapi seperti apa yang sudah disebutkan di atas tadi. Adapun

    mengenai khawarij, syiah dan sebagainya, golongan-golongan tersebut muncul

    dilatarbelakangi oleh politik pada saat itu dan bukan karena sunnah. Namun, pada

    perkembangan selanjutnya, golongan-golongan tersebut pun menolak sunnah baik

    secara keseluruhan maupun sebagiannya saja. Dan tingkah laku mereka pun diikuti

    oleh inkar sunnah di dalam menolak sunnah Nabi. Adapun mengenai madzhab-

    madzhab dalam Islam bisa dijelaskan bahwa sebenarnya hal itu bukanlah sebuah

    perpecahan dalam islam, tetapi madzhab-madzhab itu berbeda dikarenakan:

    Perbedaan dalam masalah menentukan kepastian suatu hadits, apakah benar-

    benar bersambung ke Nabi atau tidak

    Perbedaan dalam memahami Nash

    Perbedaan dalam cara menggabungkan dan menguatkan sejumlah hadits yang

    berbeda dalam satu masalah

    Perbedaan dalam masalah kaidah ushul fiqih yang dipergunakan untuk

    beristimbath (mengambil hukum)

  • 17

    Jadi adanya perbedaan tersebut adalah sesuatu yang memang terjadi

    dikarenakan suatu sebab yang jelas dan masalah yang diperdebatkan bukan

    termasuk pokok-pokok agama tetapi merupakan cabang dari agama. Bahkan para

    imam madzhab pun menyuruh kepada pengikutnya agar selalu mengikuti sunnah.

    Imam Malik berkata,"Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah terkadang

    benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan al-Quran dan

    Sunnah ambillah dan bila tidak sesuai dengan al-quran dan as-sunnah tingalkanlah."

    Imam Syafi'i berkata,"Bila kalian menemukan dari kitabku sesuatu yang berlainan

    dengan hadits Rasulullah peganglah hadits Rasulullah itu dan tinggalkan

    pendapatku." Imam Ahmad berkata," Janganlah engkau taklid kepadaku, atau

    kepada Malik, Syafi'i, Auza'i atau Tsauri, tapi ambillah dari sumber mereka

    mengambil." Abu Hanifah berkata,"Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan

    kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya." Kalau inkar sunnah

    mengatakan bahwa dengan hanya berpegang teguh pada Al-Qur`an sajalah umat

    Islam bisa bersatu dan tidak berpecah belah, hal itu adalah kedustaan yang nyata.

    Kenyataannya, mereka juga berbeda pendapat bahkan dalam masalah-masalah

    pokok agama. Ahlus sunnah tidak berbeda pendapat dalam menyatakan bahwa

    shalat dalam sehari itu 5x, tetapi di dalam inkar sunnah terjadi perbedaan. Ada yang

    mengatakan bahwa shalat itu 2x sehari, ada yang 3x sehari dan ada yang

    mengatakan 5x sehari. Lalu kalau itu bukan sebuah keadaan yang terpecah belah,

    harus memakai istilah apa lagi?

    i) Hadits membuat umat islam mundur dan terbelakang

    Menurut orang-orang inkar Sunnah, sesungguhnya hadits-hadits tentang

    mukjizat Nabi, takdir, adzab kubur, pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, kisah-

    kisah yang bagaikan dongeng, cerita-cerita tentang akhir zaman, syafaat Nabi di

    akhirat, dan hal-hal ghaib lainnya, membuat kaum muslimin mundur dan

    terbelakang sehingga tidak bisa maju berkembang bersaing dengan umat-umat lain.

    Bantahan:

    Orang-orang inkar sunnah selalu mencari-cari alasan untuk menolak sunnah

    karena pada dasarnya mereka memang mengingkari sunnah. Adapun tentang

    hadits-hadits yang berbicara tentang yang gaib, mu'jizat Nabi dan yang sulit

    diterima oleh akal, maka sebetulnya al-Quran pun banyak menyinggung masalah

    ini. Misalnya tentang mu'jizat Nabi, al-Quran menyatakan bahwa diantaranya

  • 18

    adalah terbelahnya bulan (Al-Qamar:1), Turunnya tiga ribu malaikat (Ali-

    Imran:126), dan lain sebagainya. Begitu juga dengan adzab kubur, syafaat Nabi dan

    lain sebagainya, Al-Quran sudah menyinggungnya baik secara detail maupun

    global. Jadi mengapa heran? Kalaupun kemudian ada sebagian kaum muslimin

    yang keliru dalam memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits Nabi dalam

    masalah ini (masalah takdir, misalnya), sehingga membuatnya mundur dan

    terbelakang, maka itu berpulang kepada orang yang bersangkutan. Sama sekali

    bukan dikarenakan Sunnahnya. Sunnah justru sangat mendorong umatnya untuk

    senantiasa maju dan terus berkembang. Sekadar contoh, bagaimana mungkin

    Sunnah membuat umat Islam mundur, sementara Sunnah mengatakan bahwa

    menuntut ilmu adalah wajib? Dalam hadits disebutkan, "Menuntut ilmu itu wajib

    atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah dari Anas bin Malik)

    Selain itu, dalam Sunnah juga terdapat hadits-hadits tentang pemeliharaan

    lingkungan dan kebersihan, perhatian terhadap masalah kesehatan dan kedokteran,

    ilmu kejiwaan, pendidikan ekonomi, pendidikan politik, strategi dan etika perang,

    peradaban, ajaran mendidik keluarga dengan baik, hubungan antarsesama manusia,

    dan lain-lain. Jadi, bagaimana mungkin Sunnah membuat kaum muslimin mundur

    dan terbelakang?

    j) Al-Quran merupakan kitab yang terperinci

    Dalam Al-Quran surat Yusuf:111 dan An-Nahl 89 disebutkan bahwa al-

    Quran merupakan kitab yang sudah terperinci. Oleh karena itu, kita tidak perlu

    hadits lagi.

    Bantahan:

    Tidaklah disangkal kalau Al Quran meliputi seluruh pokok-pokok syariat

    dan menyebutkan sebagian perkara rinci-meskipun jumlahnya sedikit. Adapun

    tuduhan mereka bahwa Al Quran menyebutkan seluruh perkara kecil mapun besar,

    maka itu merupakan kedustaan terhadap Al Quran yang tidak bisa diterima dalam

    kenyataan didalam Al Quran. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak

    menyebutkan dalam Al Quran bagian-bagian terperinci dari syariat, tetapi Allah

    Azza wa Jalla menjelaskan dalam kitabNya prinsip-prinsip, sember-sumber

    (pokok), kaidah-kaidah, dan dasar-dasar yang bersifat umum. Dan diantara prinsip-

    prinsip yang Allah Azza wa Jalla jelaskan adalah (kewajiban) mengamalkan

    Sunnah Rasululloh Shallallahu Alaihi Wassalam, sebagaimana dalam firmanNya,

  • 19

    Apa yang diberikan Rasulullah kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang

    dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. [QS Al Hasyr 7].

    Adapun dalil yang dikemukakan yaitu pada surat Yusuf:111, Allah berfirman:

    "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-

    orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan

    tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala

    sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Yusuf:111)

    Para Ahli tafsir menjelaskan bahwa makna tafshiil kulli syaiin pada ayat

    diatas bermakna (berisi) penjelasan dan penyebutan pokok-pokok syariat Berkata

    Imam Ath Thabari rahimahullah,Ia juga (berarti) penjelasan segala yang

    dibutuhkan oleh hamba berupa penjelasan tentang perintah Alloh Azza wa Jalla ,

    larangan-Nya, halal dan haram serta ketaatan dan ketundukan." Imam Asy

    Syaukani rahimahullah berkata, yang dimaksud ayat tersebut bukanlah perkara-

    perkara umum, akan tetapi maksudnya adalah pokok-pokok dan undang-undang

    dasar (hukum agama)

    Sedangkan dalil pada surat An-Nahl:89, Allah berfirman:

    "Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan

    segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang

    yang berserah diri." (An-Nahl:89)

    Imam syafi'i berkata,"Istilah Al-Bayan(Tibyan) yang disebut dalam al-Quran

    mengandung berbagai makna yang mencakup pengertian pokok sebagai sumber

    yang dijabarkan dalam berbagai cabang hukum (furu')."

  • 20

    k) Makna Adz-Dzikr dan Al-Hikmah

    Orang inkar sunnah mengatakan bahwa Adz-Dzikru pada surat An-Nahl:44

    dan al-Hikmah pada surat Al-Jumuah ayat 2 mengandung makna Al-Quran

    Bantahan:

    Memang benar, dalam sejumlah ayat dalam al-Quran yang menyebutkan kata

    Adz-Dzikru hampir semua ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud

    dengannya adalah al-Quran. Akan tetapi dalam waktu yang sama, akan sulit

    dijumpai ulama tafsir yang memisahkan antara al-Quran dan Sunnah. Dalam arti

    kata para ulama tafsir ahlus sunnah pun sepakat bahwa selain Al-Quran, Allah juga

    menurunkan wahyu-Nya dalam bentuk sunnah yang tidak terdapat dalam Al-Quran.

    Sesungguhnya Sunnah yang shahih juga dijaga oleh Allah sebagaimana Allah

    menjaga kitab-Nya. Dr. Muhammad Musa Nashr mengatakan bahwa yang

    dimaksud Adz-Dzikru dalam ayat di atas adalah al-Quran dan Sunnah. Sebab ayat-

    ayat al-Quran itu saling menafsirkan satu sama lain. Dan ayat tersebut ditafsirkan

    oleh ayat lain yang berbunyi:

    "maka bertanyalah kepada Ahludz-dzikru jika kamu tidak mengetahui," (An-

    Nahl:43)

    Mereka yang dimaksud dengan ahlu Dzikru dalam ayat ini adalah para ulama.

    Dan seseorang tidak disebut ulama jika dia tidak mengetahui al-Quran dan Sunnah.

    Dikarenakan Sunnah merupakan bagian dari wahyu inilah, maka Allah

    memudahkan para ulama untuk menyeleksi dan memilah Sunnah; mana yang

    benar-benar Sunnah dan mana yang bukan Sunnah. Sebab, Allah pun menjaga

    Sunnah Nabi-Nya sebagaimana Dia menjaga Kitab-Nya.

    Adapun mengenai kata al-Hikmah, terdapat sekitar dua puluh kata al-Hikmah

    dalam Al-Qur`an, maka kira-kira separuhnya adalah bermakna Sunnah. Misalnya,

    dalam surat Al-Baqarah ayat 129 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

  • 21

    "Wahai Tuhan kami, utuslah seorang Rasul di tengah-tengah mereka yang

    membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajari mereka Al-Kitab serta

    al-hikmah, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi

    Maha Bijaksana. (Al-Baqarah:129)

    Imam Abdullah An-Nasafi berkata, Yang dimaksud membacakan kepada

    mereka ayat-ayat-Mu yaitu membacakan dan menyampaikan kepada mereka bukti-

    bukti keesaan Allah dan kebenaran para nabi yang diutus berdasarkan wahyu yang

    diturunkan. Dan, yang dimaksud mengajari mereka Al-Kitab yaitu mengajarkan

    Al-Qur`an kepada mereka. Sedangkan yang maksud 'al-hikmah' yaitu Sunnah Nabi

    dan pemahaman Al-Qur`an. Adapun maksud menyucikan mereka adalah

    membersihkan mereka dari perbuatan syirik dan segala najis. Jadi, makna al-

    hikmah dalam ayat ini adalah Sunnah.

    Setelah membaca bantahan dan kontradiksi dalam inkar Sunnah, mungkin sesuai

    dengan pepatah arab: "Setiap orang mengaku menjadi kekasih laila, hanya saja laila

    tidak mengakui mereka sebagai kekasih". Quraniyyun atau inkar sunnah menganggap

    bahwa mereka menjadi pengikut Al-Quran, akan tetapi Al-Quran sendiri tidak

    mengakui mereka sebagai pengikut bahkan melaknati mereka.

    Ya Allah, berikanlah kami petunjuk agar kami selalu berada diatas jalan-Mu dan

    berada di atas Sunnah rasul-Mu yang mulia serta kami mohon kepadamu ya Allah,

    matikanlah kami di atas Islam dan Sunnah.

  • 22

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Kontradiksi inkar Sunnah :

    a) Al Quran sudah lengkap, terperinci dan menjelaskan segalanya

    b) Mengaku cinta Al Quran tetapi tidak tahu atau tidak mau tahu tentang pelaku

    kejadian

    c) Mengaku mengamalkan Al Quran tetapi caranya kacau sekali

    d) Menyatakan Al Quran sempurna tetapi mengurangi kesempurnaan Al Quran

    e) Meyakini bahwa ayat Al Quran semuanya sudah jelas dan mudah dipahami

    Banyak juga bantahan-bantahan terhadap kelompok inkar Sunnah, karena memang

    mengingkari sunnah itu merupakan kesalahan.

    3.2. Saran

    Bisa jadi orang yang mengingkari sunah sebagai hujah di kalangan orang yang tidak

    banyak pengetahuannya tentang ulum hadits, sehingga saran Penyusun lebih tingkatkan

    lagi ulum hadits di masyarakat.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku Debat Terbuka Ahlu Sunnah vs Inkar Sunnah, Abduh Zulfidar Akaha

    http://abduhzulfidar.multiply.com/

    Buku Kedudukan As-Sunnah Dalam Syariat Islam, Yazid bin Abdul Qadir Jawas

    http://www.catatanlepas.com/lain-lain/wajib-diketahui/425-bantahan-terhadap-inkar-

    sunnah