Infrastruktur Dana Bom Serpong - ftp.unpad.ac.id filebom buku Utan Kayu dan bom jalur pipa gas...

1
J ARINGAN pelaku teror bom buku Utan Kayu dan bom jalur pipa gas ne- gara, 100 meter dari Gereja Christ Cathedral, Serpong, untuk sementara belum ada in- dikasi terkait dengan kelompok teroris lama. Sumber pendanaan untuk merakit bom pun dikumpulkan sendiri dari hasil iuran 20 ang- gota kelompok yang ditangkap pada Kamis (21/4) hingga Ju- mat (22/4) itu. Temuan sementara itu di- simpulkan dari pengakuan Pepi Fernando, 32, salah seorang yang diduga menjadi otak teror bom buku dan Serpong. Saat ini, kata Kabag Penum Polri Kombes Boy Ray Amar, polisi masih mendalami kebenaran pengakuan tersebut. Selain itu, ada indikasi pemimpin jaringan membayar pelaku lain sehingga bisa cepat merekrut anggota. “Bisa jadi yang lain dibayar,” ungkap Boy Ray, kemarin. Meski belum menemukan keterkaitan dengan jaringan lama, penyidik Polri tetap men- INDONESIA Corruption Watch (ICW) menilai revisi Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi penuh jebakan. Revisi yang sudah disiapkan DPR itu, menurut ICW, meru- pakan sebuah serangan legis- lasi yang langsung ditujukan ke jantung KPK. ICW menduga suasana politik di DPR meng- hendaki KPK lumpuh. Koordinator Divisi Hukum ICW Febri Diansyah di Jakarta, kemarin, menjelaskan bahwa pada 13 April silam ICW di- undang DPR untuk membahas revisi UU KPK. Pada saat itu dewan menyodorkan 10 poin yang hendak dimasukkan ke revisi tersebut. INFRASTRUKTUR di negeri ini ibarat sudah siaga satu. Masalahnya bukan saja telah menyandera berbagai kepentingan nasional, tetapi juga sudah menghajar daya saing industri di tingkat global. Namun, hampir tidak ada langkah konkret un- tuk menyelesaikannya. Kecuali membicarakannya dari rapat ke rapat, dari Istana Tampak Siring, Bali, hingga ke Istana Bogor, Jawa Barat, soal implemen- tasi nol besar. Pemerintah seperti terus berputar-putar di ting- kat wacana ketimbang langsung menyelesaikan akar permasalahannya. Mereka miskin terobosan sehingga penyelesaian persoalan infrastruktur ibarat labirin yang berliku-liku dan simpang siur. Misalnya, soal keterbatasan anggaran negara untuk membangun in- frastruktur. Pemerintah hanya bisa menyediakan 30% dari total kebu- tuhan pembangunan infrastruktur yang hingga 2014 mencapai Rp1.429 triliun. Peme- rintah buntu kreativitas untuk meningkatkan- nya, umpamanya, de- ngan mencari pendana- an lewat pasar modal atau surat utang yang kini tengah kebanjiran dana asing. Pemerintah lebih suka main gampang dan meng- ulang-ulang ajakannya, yakni melempar langsung kepada swasta. Padahal, cara itu telah teruji tidak ampuh. Sudah berkali-kali ditawarkan kepada swasta, hanya sedikit yang laku. Dari proyek yang laku itu pun, saat ini setidaknya ada 24 yang mangkrak. Penyebabnya adalah perkara lama, yaitu sulitnya pembebasan lahan, regulasi tumpang-tindih, dan juga tidak ramah investasi. Karena itu, banyak yang pesimistis, keinginan untuk kembali melibatkan swasta membangun infrastruktur sebagaimana dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada rapat di Istana Bogor, pekan lalu, bakal terwujud. Bahkan lebih ba- nyak yang percaya semua itu hanya akan menjadi pepesan kosong. Pasalnya, belum ada langkah nyata dari peme- rintah untuk memperbaiki iklim investasi, yang memudahkan swasta masuk ke proyek-proyek infrastruktur. Contohnya, RUU tentang pengadaan lahan bagi kepentingan umum yang kini tidak jelas lagi juntrun- gannya. Padahal, undang-undang tersebut sudah ditunggu karena diharapkan bisa menyederhana- kan proses akuisisi tanah yang kompleks. Investor mana yang mau mengambil risiko mengembangkan proyek infrastruktur dengan nilai miliaran sampai triliunan rupiah kalau tidak ada kepastian soal peng- adaan lahan? Bukan cerita baru soal proyek macet akibat perselisihan dengan pemilik tanah. Kalau ingin benar-benar melibatkan swasta dalam pendanaan pembangunan infrastruktur, seharusnya pemerintah bersegera membabat semua hambatan itu. Jangan lagi berputar-putar, atau mengulang- ulang apa yang sebenarnya sudah pernah dilon- tarkan. Sebab, infrastruktur yang ada sekarang ini juga tengah berpacu dengan kerusakan. Jadi jangan hanya bicara, lakukanlah aksi. Infrastruktur yang ada tengah berpacu dengan kerusakan. Jadi jangan hanya bicara, lakukanlah aksi.” EDITORIAL Labirin Infrastruktur TEKANAN darah tinggi atau hipertensi sering dikaitkan dengan penyakit jantung, stroke, dan harapan hidup yang pendek. Selama ini, kafein yang terkandung di dalam kopi dituding menjadi salah satu pemicunya. Dalam studi terbaru di AS yang melibatkan sekitar 170 ribu orang, se- jumlah peneliti mencoba mencari tahu berapa banyak seseorang meminum kopi se- tiap harinya, mulai dari satu cangkir sampai lebih dari lima cangkir. Perkembangan mereka diikuti selama 33 tahun. Diketahui, satu dari lima orang menderita hipertensi. “Saya tidak berpikir kopi sebagai faktor risiko tekanan darah tinggi. Namun, jika orang minum 12 cangkir sehari dan tidak tidur, saya berasumsi itu masalah serius,” ujar peneliti Dr Lawrence Krakoff. Peneliti lainnya, dr Liwei Chen, mengatakan sangat sulit untuk mengetahui korelasi antara minum kopi dan tekanan darah karena efek sampingnya berbeda. (Reuters/*/X-5) Kopi dan Hipertensi PAUSE Pemasangan Iklan & Customer Service No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: [email protected] Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim) DUA SISI PEMUKUL DRUM Lebih akrab dikenal sebagai model dan aktris, tahun ini Titi Sjuman bersiap menampilkan diri sejatinya, sebagai drummer. Sosok, Hlm 11 EL NINO AKHIRI 15 JAM PUASA GOL Ancelotti mengisyaratkan untuk menduetkan Drogba dan Torres pada laga berikutnya. Olahraga, Hlm 23 AP/AKIRA SUEMORI MI/ANGGA YUNIAR SENIN, 25 APRIL 2011 | NO.11007 | TAHUN XLII | 32 HALAMAN Silakan tanggapi Editorial ini melalui: mediaindonesia.com Ada indikasi otak teror bom membayar tersangka lainnya sehingga bisa cepat merekrut anggota. ANINDITYO WICAKSONO Dana Bom Serpong Hasil Patungan Serangan Legislasi Langsung ke Jantung KPK KPK Berkukuh Wafid Langgar UU Tipikor KOMISI Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) tetap menyatakan Sekretaris Kemenpora (Sesmen- pora) Wad Muharam melang- gar UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara itu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault akan menjadi kuasa hu- kum bagi Wad karena menilai penangkapan itu merupakan jebakan. “Belum ada pemeriksaan lagi, nanti Senin (hari ini) akan di- jelaskan detail perkembangan- nya. Yang jelas Wad melanggar Pasal 12 huruf a dan atau Pasal 5 ayat 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” ujar juru bicara KPK Johan Budi, kemarin. Terkait dengan Adhyaksa akan menjadi pengacara Wad, Johan mengatakan tidak ada masalah. Saat dihubungi secara ter- pisah, Adhyaksa melihat kasus penangkapan Wad oleh KPK merupakan jebakan. “Makanya saya bersedia mendampingi dia (jadi pengacara Wad).” Menurut Adhyaksa, ada tiga hal yang membuatnya memu- tuskan membela mantan bawa- hannya itu. Pertama, keganjilan kasus yang menimpa Wafid. Kedua, pribadi Wafid yang dikenalnya, dan ketiga, KPK tidak menjunjung asas praduga tak bersalah. “Jangan disebut tertangkap menerima uang. Menurut saya, itu percobaan penyuapan,” ia menambahkan. Menurutnya, ada sebuah pertanyaan besar atas peristiwa penangkapan Wafid. “Bagai- mana mungkin, orang mene- rima suap di kantor dengan sejumlah saksi. Sampai pakai tanda terima segala. Itu yang meragukan kita. Saya khawatir ada permainan di belakang ini,” tambah Adhyaksa. Sabtu (23/4) Adhyaksa ber- sama beberapa pekerja di ling- kungan Kemenpora mengun- jungi Wad yang ditahan di LP Cipinang, Jakarta Timur. “Kita mendukung upaya KPK memberantas korupsi, tetapi kita juga minta KPK jangan sa- lah sasaran.” Mengenai pengganti Wad, staf Menpora Ivana Lie menga- takan sampai saat ini belum ada. Wad ditangkap KPK Kamis malam lalu, di ruang kantornya di lantai III Kemenpora ter- kait dengan kasus suap pem- bangunan Wisma Atlet SEA Games XXVI di Palembang. (*/Rin/X-8) GELEDAH RUMAH MERTUA PEPI: Petugas kepolisian membawa barang bukti dari rumah mertua Pepi Fernando, orang yang diduga otak rencana pengeboman di Serpong dan bom buku, di Perumahan Harapan Indah, Bekasi, kemarin. dalami keterkaitan para tersang- ka bom buku dan bom pipa gas Serpong dengan jaringan lain. “Sejauh ini dia (Pepi) mengaku merasa terinspirasi saja, lalu memutuskan untuk bersikap radikal.” Hingga Jumat (22/4), anggota kelompok pelaku teror bom buku dan bom jalur pipa gas Serpong yang sudah ditangkap berjumlah 20 orang. Mereka direkrut dalam jangka waktu 1-2 tahun terakhir, tapi ada juga yang mengaku sekadar orang bayaran untuk mengerjakan tugas tertentu. Tim Densus 88 Anti Teror menangkap mereka di tujuh tempat, yakni Rawamangun, Kramat Jati, dan Pondok Kopi, Jakarta Timur; Aceh; Gunung Sindur, Bogor; Bekasi; dan Tangerang. Bisnis di Aceh Penyidik Polri juga masih mengorek keterangan soal ke- beradaan Pepi Fernando di Aceh. Pepi yang seorang pekerja rumah produksi diketahui se- ring pergi ke Aceh. “Dia meng- aku ada urusan bisnis di sana,” sambung Boy Ray. Pepi adalah alumnus Jurusan Kependidikan Islam, Fakul- tas Tarbiyah, IAIN Syarif Hi- dayatullah (kini UIN), Jakarta, angkatan 2001. Rektor UIN Komarudin Hidayat mengata- kan, berdasarkan pengakuan beberapa dosen dan mahasiswa, semasa kuliah Pepi tidak terlihat ‘agamais’. Radikalisasi sikap, kata Ko- marudin, mulai muncul sejak sering bepergian ke Aceh mulai akhir 2004. Peneliti terorisme Al Chaidar menduga ancaman bom Gereja Christ Cathedral Serpong diran- cang kelompok Negara Islam Indonesia (NII), bukan Jemaah Islamiah (JI). “NII konteks dan lingkupnya lebih kecil daripada JI yang mencakup Asia Teng- gara. Karena konteksnya kecil, bom yang dibuat pun tidak ter- lalu canggih,” paparnya, Sabtu. Indikasi itu ia peroleh dari cara mereka belajar merakit bom yang dari internet sehingga mereka tidak terlalu ahli. “Rang- kaian bom yang dibuat juga rangkaian biasa.” (AO/*/X-7) [email protected] Sepuluh poin itu di antaranya tumpang-tindih dan terkait de- ngan rebutan perkara korupsi antarinstitusi penegak hukum, prose- dur KPK melaku- kan penya- dapan, kemung- kinan KPK mempunyai penyidik sendiri, dan perwakilan KPK di daerah. Poin itu juga menyangkut kewenangan menerbitkan SP3, efek- tivitas pe- laksanaan tugas KPK dan kemungkinan peninjauan ulang kewenangan KPK (lihat gras). “Memang disebutkan bebera- pa poin menarik dan seolah-olah ingin memperkuat KPK, seperti kemungkinan KPK jadi penyidik tunggal korupsi dan rekrutmen penyidik sendiri,” kata Febri. Namun, ia melanjutkan, de- lapan poin lainnya bisa me- lemahkan KPK dengan sangat telak. “Kami menilai poin-poin tersebut adalah upaya menye- rang jantung KPK,” Febri me- nambahkan. Febri mengatakan usulan re- visi UU KPK bermula dari surat Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang ditujukan kepada Ketua Komisi III DPR Benny K Harman. Dalam surat bernomor PW01/0054/DPR-RI/1/2011 tanggal 24 Januari 2011 itu, Priyo meminta Komisi III me- nyusun draf naskah akademis dan RUU KPK. “KPK kelak hanya men- jadi lembaga basa-basi. Kami meminta DPR menghentikan revisi tersebut,” pinta Febri. (Wta/*/X-3) MI/TRI HANDIYATNO EBET

Transcript of Infrastruktur Dana Bom Serpong - ftp.unpad.ac.id filebom buku Utan Kayu dan bom jalur pipa gas...

JARINGAN pelaku teror bom buku Utan Kayu dan bom jalur pipa gas ne-gara, 100 meter dari Gereja

Christ Cathedral, Serpong, untuk sementara belum ada in-dikasi terkait dengan kelompok teroris lama.

Sumber pendanaan untuk merakit bom pun dikumpulkan sendiri dari hasil iuran 20 ang-gota kelompok yang ditangkap pada Kamis (21/4) hingga Ju-mat (22/4) itu.

Temuan sementara itu di-simpulkan dari pengakuan Pepi Fernando, 32, salah seorang yang diduga menjadi otak teror bom buku dan Serpong. Saat ini, kata Kabag Penum Polri Kombes Boy Rafl y Amar, polisi masih mendalami kebenaran pengakuan tersebut.

Selain itu, ada indikasi pemimpin jaringan membayar pelaku lain sehingga bisa cepat merekrut anggota. “Bisa jadi yang lain dibayar,” ungkap Boy Rafl y, kemarin.

Meski belum menemukan keterkaitan dengan jaringan lama, penyidik Polri tetap men-

INDONESIA Corruption Watch (ICW) menilai revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi penuh jebakan.

Revisi yang sudah disiapkan DPR itu, menurut ICW, meru-pakan sebuah serangan legis-lasi yang langsung ditujukan ke jantung KPK. ICW menduga suasana politik di DPR meng-hendaki KPK lumpuh.

Koordinator Divisi Hukum ICW Febri Diansyah di Jakarta, kemarin, menjelaskan bahwa pada 13 April silam ICW di-undang DPR untuk membahas revisi UU KPK. Pada saat itu dewan menyodorkan 10 poin yang hendak dimasukkan ke revisi tersebut.

INFRASTRUKTUR di negeri ini ibarat sudah siaga satu. Masalahnya bukan saja telah menyandera berbagai kepentingan nasional, tetapi juga sudah menghajar daya saing industri di tingkat global.

Namun, hampir tidak ada langkah konkret un-tuk menyelesaikannya. Kecuali membicarakannya dari rapat ke rapat, dari Istana Tampak Siring, Bali, hingga ke Istana Bogor, Jawa Barat, soal implemen-tasi nol besar.

Pemerintah seperti terus berputar-putar di ting-kat wacana ketimbang langsung menyelesaikan akar permasalahannya. Mereka miskin terobosan sehingga penyelesaian persoalan infrastruktur ibarat labirin yang berliku-liku dan simpang siur.

Misalnya, soal keter batasan anggaran negara untuk membangun in-frastruktur.

Pemerintah hanya b isa menyediakan 30% dari total kebu-tuhan pembangunan infrastruktur yang hingga 2014 mencapai Rp1.429 triliun. Peme-rintah buntu kreativitas untuk meningkatkan-nya, umpamanya, de-ngan mencari pendana-an lewat pasar modal atau surat utang yang kini tengah kebanjiran dana asing.

Pemerintah lebih suka main gampang dan me ng-ulang-ulang ajakannya, yakni melempar langsung kepada swasta. Padahal, cara itu telah teruji tidak ampuh. Sudah berkali-kali ditawarkan kepada swasta, hanya sedikit yang laku.

Dari proyek yang laku itu pun, saat ini setidaknya ada 24 yang mangkrak. Penyebabnya adalah perkara lama, yaitu sulitnya pembebasan lahan, regulasi tumpang-tindih, dan juga tidak ramah investasi.

Karena itu, banyak yang pesimistis, keinginan untuk kembali melibatkan swasta membangun infrastruktur sebagaimana dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada rapat di Istana Bogor, pekan lalu, bakal terwujud. Bahkan lebih ba-nyak yang percaya semua itu hanya akan menjadi pepesan kosong.

Pasalnya, belum ada langkah nyata dari peme-rintah untuk memperbaiki iklim investasi, yang memudahkan swasta masuk ke proyek-proyek infrastruktur.

Contohnya, RUU tentang pengadaan lahan bagi kepentingan umum yang kini tidak jelas lagi juntrun-gannya. Padahal, undang-undang tersebut sudah ditunggu karena diharapkan bisa menyederhana-kan proses akuisisi tanah yang kompleks. Investor mana yang mau mengambil risiko mengembangkan proyek infrastruktur dengan nilai miliaran sampai triliunan rupiah kalau tidak ada kepastian soal peng-adaan lahan?

Bukan cerita baru soal proyek macet akibat perselisihan dengan pemilik tanah.

Kalau ingin benar-benar melibatkan swasta dalam pendanaan pembangunan infrastruktur, seharusnya pemerintah bersegera membabat semua hambatan itu. Jangan lagi berputar-putar, atau mengulang-ulang apa yang sebenarnya sudah pernah dilon-tarkan.

Sebab, infrastruktur yang ada sekarang ini juga tengah berpacu dengan kerusakan. Jadi jangan hanya bicara, lakukanlah aksi.

Infrastruktur yang ada

tengah berpacu dengan kerusakan. Jadi jangan hanya bicara, lakukanlah aksi.”

EDITORIAL

Labirin Infrastruktur

TEKANAN darah tinggi atau hipertensi sering dikaitkan dengan penyakit jantung, stroke, dan harapan hidup yang pendek. Selama ini, kafein yang terkandung di dalam kopi dituding menjadi salah satu pemicunya.

Dalam studi terbaru di AS yang melibatkan sekitar 170 ribu orang, se-jumlah peneliti mencoba mencari tahu

berapa banyak seseorang meminum kopi se-tiap harinya, mulai dari satu cangkir sampai lebih dari lima cangkir. Perkembangan mereka diikuti selama 33 tahun. Diketahui, satu dari lima orang menderita hipertensi.

“Saya tidak berpikir kopi sebagai faktor risiko tekanan darah tinggi. Namun, jika orang minum 12 cangkir sehari dan tidak tidur, saya berasumsi itu masalah serius,” ujar peneliti Dr Lawrence Krakoff.

Peneliti lainnya, dr Liwei Chen, mengatakan sangat sulit untuk mengetahui korelasi antara minum kopi dan tekanan darah karena efek sampingnya berbeda. (Reuters/*/X-5)

Kopi dan HipertensiPAUSE

Pemasangan Iklan & Customer

ServiceNo Bebas Pulsa:

08001990990 e-mail:

[email protected]

Rp2.900/eks(di luar P. Jawa Rp3.100/eks)

Rp67.000/bulan(di luar P.Jawa

+ ongkos kirim)

DUA SISI PEMUKUL DRUMLebih akrab dikenal sebagai model dan aktris, tahun ini Titi Sjuman bersiap menampilkan diri sejatinya, sebagai drummer.Sosok, Hlm 11

EL NINO AKHIRI 15 JAMPUASA GOLAncelotti mengisyaratkan untuk menduetkan Drogba dan Torres pada laga berikutnya.

Olahraga, Hlm 23

AP/AKIRA SUEMORIMI/ANGGA YUNIAR

SENIN , 25 APRIL 2011 | NO.11007 | TAHUN XLI I | 32 HALAMAN

Silakan tanggapiEditorial ini melalui:mediaindonesia.com Ada indikasi otak

teror bom membayar tersangka lainnya sehingga bisa cepat merekrut anggota.

ANINDITYO WICAKSONO

Dana Bom SerpongHasil Patungan

Serangan Legislasi Langsung ke Jantung KPK

KPK Berkukuh Wafi d Langgar UU TipikorKOMISI Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) tetap menyatakan Sekretaris Kemenpora (Sesmen-pora) Wafi d Muharam melang-gar UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara itu, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault akan menjadi kuasa hu-kum bagi Wafi d karena menilai penangkapan itu merupakan jebakan.

“Belum ada pemeriksaan lagi, nanti Senin (hari ini) akan di-jelaskan detail perkembangan-nya. Yang jelas Wafi d melanggar Pasal 12 huruf a dan atau Pasal 5 ayat 2 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” ujar juru bicara KPK Johan Budi, kemarin.

Terkait dengan Adhyaksa akan menjadi pengacara Wafi d, Johan mengatakan tidak ada masalah.

Saat dihubungi secara ter-pisah, Adhyaksa melihat kasus penangkapan Wafi d oleh KPK merupakan jebakan. “Makanya saya bersedia mendampingi dia (jadi pengacara Wafi d).”

Menurut Adhyaksa, ada tiga hal yang membuatnya memu-tuskan membela mantan bawa-hannya itu. Pertama, keganjilan kasus yang menimpa Wafid. Kedua, pribadi Wafid yang dikenalnya, dan ketiga, KPK tidak menjunjung asas praduga tak bersalah.

“Jangan disebut tertangkap menerima uang. Menurut saya, itu percobaan penyuapan,” ia menambahkan.

Menurutnya, ada sebuah pertanyaan besar atas peristiwa penangkapan Wafid. “Bagai-mana mungkin, orang mene-rima suap di kantor dengan sejumlah saksi. Sampai pakai tanda terima segala. Itu yang meragukan kita. Saya khawatir ada permainan di belakang ini,” tambah Adhyaksa.

Sabtu (23/4) Adhyaksa ber-sama beberapa pekerja di ling-kungan Kemenpora mengun-jungi Wafi d yang ditahan di LP Cipinang, Jakarta Timur.

“Kita mendukung upaya KPK memberantas korupsi, tetapi kita juga minta KPK jangan sa-lah sasaran.”

Mengenai pengganti Wafi d, staf Menpora Ivana Lie menga-takan sampai saat ini belum ada.

Wafi d ditangkap KPK Kamis malam lalu, di ruang kantornya di lantai III Kemenpora ter-kait dengan kasus suap pem-bangunan Wisma Atlet SEA Games XXVI di Palembang.(*/Rin/X-8)

GELEDAH RUMAH MERTUA PEPI: Petugas kepolisian membawa barang bukti dari rumah mertua Pepi Fernando, orang yang diduga otak rencana pengeboman di Serpong dan bom buku, di Perumahan Harapan Indah, Bekasi, kemarin.

dalami keterkaitan para tersang-ka bom buku dan bom pipa gas Serpong dengan jaringan lain. “Sejauh ini dia (Pepi) mengaku merasa terinspirasi saja, lalu memutuskan untuk bersikap radikal.”

Hingga Jumat (22/4), anggota kelompok pelaku teror bom buku dan bom jalur pipa gas Serpong yang sudah ditangkap berjumlah 20 orang. Mereka

direkrut dalam jangka waktu 1-2 tahun terakhir, tapi ada juga yang mengaku sekadar orang bayaran untuk mengerjakan tugas tertentu.

Tim Densus 88 Anti Teror menangkap mereka di tujuh tempat, yakni Rawamangun, Kramat Jati, dan Pondok Kopi, Jakarta Timur; Aceh; Gunung Sindur, Bogor; Bekasi; dan Tangerang.

Bisnis di AcehPenyidik Polri juga masih

mengorek keterangan soal ke-beradaan Pepi Fernando di Aceh. Pepi yang seorang pekerja rumah produksi diketahui se-ring pergi ke Aceh. “Dia meng-aku ada urusan bisnis di sana,” sambung Boy Rafl y.

Pepi adalah alumnus Jurusan Kependidikan Islam, Fakul-tas Tarbiyah, IAIN Syarif Hi-dayatullah (kini UIN), Jakarta, angkatan 2001. Rektor UIN Komarudin Hidayat mengata-kan, berdasarkan pengakuan beberapa dosen dan mahasiswa, semasa kuliah Pepi tidak terlihat ‘agamais’.

Radikalisasi sikap, kata Ko-marudin, mulai muncul sejak sering bepergian ke Aceh mulai akhir 2004.

Peneliti terorisme Al Chaidar menduga ancaman bom Gereja Christ Cathedral Serpong diran-cang kelompok Negara Islam Indonesia (NII), bukan Jemaah Islamiah (JI). “NII konteks dan lingkupnya lebih kecil daripada JI yang mencakup Asia Teng-gara. Karena konteksnya kecil, bom yang dibuat pun tidak ter-lalu canggih,” paparnya, Sabtu.

Indikasi itu ia peroleh dari cara mereka belajar merakit bom yang dari internet sehingga mereka tidak terlalu ahli. “Rang-kaian bom yang dibuat juga rangkaian biasa.” (AO/*/X-7)

[email protected]

Sepuluh poin itu di antaranya tumpang-tindih dan terkait de-ngan rebut an perkara korupsi antarinstitusi penegak hukum,

prose-dur KPK m e l a k u -kan penya-d a p a n , k e m u n g -kinan KPK

mempunyai penyidik sendiri, dan perwakilan KPK di daerah.

Poin itu juga menyangkut kewenangan menerbitkan SP3,

e f e k -tivitas pe-laksanaan tugas KPK dan kemungkinan peninjauan

ulang kewenangan KPK (lihat grafi s).

“Memang disebutkan bebera-pa poin menarik dan seolah-olah ingin memperkuat KPK, seperti kemungkinan KPK jadi penyidik tunggal korupsi dan rekrutmen penyidik sendiri,” kata Febri.

Namun, ia melanjutkan, de-lapan poin lainnya bisa me-lemahkan KPK dengan sangat

telak. “Kami menilai poin-poin tersebut adalah upaya menye-rang jantung KPK,” Febri me-nambahkan.

Febri mengatakan usulan re-visi UU KPK bermula dari surat Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang ditujukan kepada Ketua Komisi III DPR Benny K Harman.

Dalam surat bernomor PW01/0054/DPR-RI/1/2011 tanggal 24 Januari 2011 itu, Priyo meminta Komisi III me-nyusun draf naskah akademis dan RUU KPK.

“KPK kelak hanya men-jadi lembaga basa-basi. Kami meminta DPR menghentikan revisi tersebut,” pinta Febri. (Wta/*/X-3)

MI/TRI HANDIYATNO

EBET