INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap...

24
KESEHATAN INFOBPJS MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 78 Berikan Kepastian Pelayanan Peserta FINGER PRINT

Transcript of INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap...

Page 1: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

K E S E H A T A NI N F O B P J S

MEDIA BPJS KESEHATAN EDISI 78

Berikan Kepastian Pelayanan PesertaFINGER PRINT

Page 2: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada
Page 3: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

Ceo Note

Seperti diketahui, kini kita telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang telah memberikan perubahan mendasar pada seluruh lini proses bisnis di setiap organisasi. Revolusi industri 4.0 yang terjadi diawali dengan perubahan teknologi yang telah berkembang dan menciptakan sistem digitalisasi serta otomasi. Lahirnya era ini ditandai dengan kemunculan berbagai teknologi seperti artifivial intelligence, internet of things (IoT), big data analysis, robotics, augmented reality, cloud computing, black chain dan sebagainya.

Kemajuan teknologi digital dan otomasi dalam setiap sistem di organisasi tentu juga mulai kami aplikasikan dalam proses bisnis di organisasi. Sebagai single payer institution yang mengemban amanat penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dengan jumlah peserta 222.044.088 per 6 September 2019, proses otomasi dan digitalisasi dalam sistem di organisasi ini menjadi hal yang mutlak dilakukan. Bukan sekedar mengikuti tren yang ada, setiap upaya dan inovasi yang kami lakukan untuk mengotomasi berbagai sistem, terutama sistem yang berhubungan dengan pelayanan kepada peserta bertujuan untuk mewujudkan salah satu misi BPJS Kesehatan Tahun 2016-2021 yaitu memberikan layanan yang terbaik kepada peserta dan masyarakat.

Salah satu pemanfaatan teknologi digital untuk memberikan layanan terbaik kepada peserta, kami terapkan dalam wujud teknologi biometric melalui teknologi finger print atau rekam sidik jari. Pemberlakuan rekam sidik jari ini pertama kali diimplementasikan pada tahun 2017, khusus untuk layanan hemodialisis. Ke depannya, kami menargetkan penerapan finger print dapat dilakukan secara bertahap yaitu pelayanan poli rawat jalan untuk mata, rehabilitasi, jantung. Kemudian akan dilanjutkan ke rawat inap dan poli rawat jalan secara keseluruhan.Penerapan rekam sidik jari ini tentu bukan tanpa alasan, bahkan memberikan manfaat, baik bagi peserta maupun fasilitas kesehatan. Penerapan sistem biometric ini dilaksanakan untuk memberikan kepastian layanan bagi peserta sesuai haknya. Bagi rumah sakit, penerapan finger print memberikan jaminan kualitas klaim layanan kepada BPJS Kesehatan serta mencegah potensi pemberian layanan kesehatan kepada peserta yang tidak berhak. Implementasi sidik jari ini bahkan dapat membantu negara terutama

dalam pelaksanaan program pemerintah dalam rangka percepatan kepemilikan Nomor Induk Kependudukan (NIK), KTP elektronik (e-KTP) dan identitas tunggal masyarakat.

Implementasi ini tentu menimbulkan pro dan kontra serta akan terdapat kendala yang akan dihadapi di lapangan. Kami menyadari bahwa tidak ada sistem yang sempurna di dunia ini. Kendala dan permasalahan tentu akan terjadi dalam proses implementasi. Namun begitu, kami terbuka terhadap setiap masukan yang diberikan untuk memperbaiki sistem yang kami implementasikan tersebut.

Mengakhiri CEO Message ini, rasa terima kasih tentu kami ucapkan kepada seluruh rumah sakit yang telah bersinergi untuk mewujudkan implementasi finger print ini. Kami berharap dengan adanya digitalisasi dan otomasi sistem pelayanan melalui finger print ini, maka proses layanan kepada peserta yang sebelumnya manual dapat terotomasi secara digital karena kami memiliki keyakinan bahwa the more digital, the more professional. Semakin terotomasinya proses secara digital, maka diharapkan kami mampu memberikan kepastian layanan dan pelayanan yang prima serta profesional kepada seluruh peserta.

Direktur Utama Fachmi Idris

Implementasi Finger Print, Kepastian Layanan Terjamin

Page 4: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

KILAS & PERISTIWA 5

FOKUS 6

PELANGGAN

12

finger print cegah potensi fraud dan kepastian layanan

14

BENEFIT

18INSPIRASI

19

SEHAT & GAYA HIDUP

SALAM REDAKSI

PERSEPSI

DAFTAR ISI

BINCANG

10 20

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

TESTIMONI 16

rehabilitasi medik dijamin sesuai indikasi medis

finger print berikan kepastian pelayanan untuk peserta

terapi mandiri bantu percepat proses pemulihan

PENGARAH Fachmi Idris PENANGGUNG JAWAB Mira Anggraini PEMIMPIN UMUM Kisworowati PENASIHAT Nasihin Masha PEMIMPIN REDAKSI M.Iqbal Anas Ma’ruf SEKRETARIAT Rini Rahmitasari, Paramita Suciani REDAKTUR Elsa Novelia, Widianti Utami, Sri Wahyuningsih, Deded Chandra S, Upik Handayani, Angela Dian, Tati Haryati Denawati, Juliana Ramdhani, Diah Ismawardani, Ranggi Larissa Izzati, Darusman Tohir, Alhafiz DISTRIBUSI & PERCETAKAN Gusti Ngurah Catur Wiguna, Erry Endri, Muhammad Arsyad, Imam Rahmat Muhtadin, Eko Yulianto

mobile jkn punya fitur antrian online

katanya jkn gratis, tapi kok bayar lagi ?

yuk terapi mandiri dirumah

Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan

Untuk mempermudah serta memastikan keabsahan peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dalam memperoleh pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit, diterapkan validasi dengan rekaman sidik jari (finger print). Penerapan penggunaan finger print dilakukan dalam rangka simplifikasi administrasi. Tidak perlu banyak fotokopi dokumen atau penggunaan kertas, sekarang dengan hanya menekan sidik jari pada alat pemindai, peserta dapat mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

Implementasi ini juga akan memberikan manfaat bagi rumah sakit dalam kecepatan pemberian layanan bagi peserta karena meminimalkan jenis inputan pada penerbitan Surat Eligibilitas Peserta (SEP), sehingga menggurangi antrian serta memberikan kepastian klaim yang akan dibayarkan karena terhindar dari penggunaan kartu oleh peserta yang tidak berhak.

Dalam Media Info BPJS Kesehatan kali ini akan dibahas lebih lanjut terkait implementasi finger print di fasilitas kesehatan. Diharapkan implementasi ini, mendapat dukungan oleh semua pihak termasuk fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan juga mempunyai kewajiban meneliti kebenaran identitas peserta dan penggunaannya.

Seiring dengan penerbitan Media Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas terbitnya media ini. Diharapkan melalui penerbitan media ini informasi yang berkualias, baik, akurat dapat terus kami sajikan dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan seluruh stakeholder. Selamat beraktivitas.

Redaksi

Makin Mudah, Validasi Peserta di RS Gunakan Finger Print

PROGRAM SCF KINI HADIR DI BANK SULSELBAR

Mengawal Akses Perempuan Terhadap Layanan Kesehatan di Era JKN-KIS

Page 5: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 5

KILAS & PERISTIWA

Makassar - Agar likuiditas rumah sakit berjalan lancar, sejumlah perbankan baik nasional maupun swasta siap memberikan manfaat pembiayaan tagihan pelayanan kesehatan melalui SCF (Supply Chain Financing). Salah satu Bank BUMD PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat atau Bank Sulselbar kini juga telah siap memberikan fasilitas SCF tersebut.

Menurut A. Muhammad Rahmat selaku Direktur Bank Sulselbar bahwa kerjasama yang dilakukan antara BPJS Kesehatan dengan Bank Sulselbar terkait program SCF merupakan salah satu bentuk dukungan Bank Sulselbar terkait Sustainabilitas Program JKN.

"Ini sekaligus menjadi komitmen Bank Sulselbar dalam mendukung program pemerintah. Kontribusi kami untuk ikut memastikan kualitas pelayanan kesehatan tetap terjaga, di samping melalui SCF ini akan membiayai tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat.

Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada tagihan dari rumah sakit, dan dinyatakan terverifikasi oleh BPJS Kesehatan, bank

akan melakukan pencairan sesuai dengan tagihan dan akan memberikan bunga yang kompetitif.

Skema pembiayaan ini sudah dijalankan di sejumlah rumah sakit, di antaranya RS Islam Faisal dan RS di Kabupaten Bantaeng. Ke depannya tak hanya rumah sakit, tapi juga akan memberikan biaya talangan serupa untuk klinik yang bermitra dengan BPJS Kesehatan.

PROGRAM SCF KINI HADIR DI BANK SULSELBAR

Basel, Swiss – Sesuai dengan perundangan BPJS Kesehatan diberi kewenangan untuk mengembangkan model pembiayaan dan sistem pembayaran kepada fasilitas kesehatan. Implementasinya dituangkan dalam kontrak kerjasama dengan fasilitas kesehatan dengan harapan fasilitas kesehatan akan memberikan pelayanan yang lebih efektif, efisien namun mutu kualitas layanan kesehatan tetap terjaga. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris, memberikan paparan dalam acara International Health Economics Assosiation (IHEA) Congress, di Basel Swiss, Selasa (16/07).

“Salah satu tantangan dalam penyelengaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) saat ini adalah bagaimana menyelaraskan antara anggaran (biaya) yang terbatas dengan tingginya angka pemberian pelayanan kesehatan. Pengembangan model dan sistem pembiayaan menjadi salah satu alternatif mengatasi tantangan tersebut. Saat ini metode pembiayaan yang digunakan dengan kapitasi dan INA CBG’s dikembangkan ke model pembiayaan yang lebih efektif. BPJS Kesehatan diharapkan dapat lebih agile dan memiliki posisi tawar sebagai active strategic purchaser (belanja strategis),” ujar Fachmi.

Saat ini, tengah dilakukan improvement model dan sistem pembiayaan diantaranya Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP), hospital-value base, dan global budget.

Dalam kongres tersebut, hadir sejumlah pakar dan pemerhati pembiayaan kesehatan dari universitas

dan institusi dunia, seperti Profesor Peter Bermann, pemerhati ekonomi kesehatan dari Harvard University dan dari Indonesia seperti Profesor Budi Hidayat, Profesor Hasbullah Tabrany, Dr Pratiwi Soewondo.

BPJS KESEHATAN BAHAS MODEL DAN SISTEM PEMBIAYAAN FASKES DI IHEA CONGRESS

Page 6: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 786

F O K U S

Meningkatkan kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) adalah salah satu visi utama BPJS Kesehatan. Untuk mencapai itu, berbagai

inovasi dan terobosan terus menerus dilakukan agar semakin memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan. Salah satu terobosan yang sudah dan terus dikembangkan adalah finger print atau rekam sidik jari khusus untuk layanan di rumah sakit. Pemberlakuan sidik jari didasarkan pada amanah Undang-Undang (UU) tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang memberi kesempatan BPJS Kesehatan mengembangkan sistem pelayanan kesehatan.

Rekam sidik jari berguna mempermudah peserta dalam proses pendaftaran pelayanan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) atau rumah sakit. Untuk

melakukan pendaftaran di rumah sakit, kini peserta BPJS Kesehatan dapat menggunakan e-KTP yang divalidasi dengan finger print.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, mengungkapkan, inovasi ini dibuat agar masyarakat semakin mudah melakukan pendaftaran maupun memperoleh pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Keberadaan finger print tidak lepas dari kerja sama yang telah dibangun dengan Kementerian Dalam Negeri. Selain untuk menghindari penyalahgunaan kartu, tujuan layanan finger print juga diharapkan dapat membantu program pemerintah dalam percepatan kepemilikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan KTP elektronik (e-KTP). Ke depan diharapkan adanya identitas tunggal untuk setiap kepentingan nasional, termasuk JKN-KIS.

Berikan Kepastian Pelayanan Untuk Peserta

Finger Print

Page 7: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 7

FOKUSDeputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan, Budi Mohamad Arief, menambahkan, penerapan rekam sidik jari membawa banyak manfaat baik itu untuk peserta, rumah sakit maupun BPJS Kesehatan. Bagi peserta, rekam sidik jari lebih memberikan kepastian jaminan pelayanan kesehatan sesuai haknya. Selain itu mencegah potensi pemalsuan data peserta. Temuan auditor baik eksternal maupun internal menemukan adanya pemanfaatan layanan kesehatan oleh peserta yang tidak eligible atau tidak berhak memperoleh manfaat.

Tak hanya itu. Penerapan sidik jari juga memudahkan peserta dalam mendapatkan pelayanan. Ini sejalan dengan visi BPJS Kesehatan ke depan untuk memberikan kemudahan kepada peserta dapat berobat meskipun tanpa membawa kartu JKN-KIS. Peserta yang lupa membawa kartu JKN-KIS atau kartu tersebut hilang, tidak perlu khawatir. Peserta cukup datang di rumah sakit lalu lakukan pendaftaran di mesin finger print yang disiapkan di tiap poli lalu selanjutnya mendapat layanan.

Bagi rumah sakit, penerapan sidik jari menjamin kualitas data klaim layanan ke BPJS Kesehatan. Rekam sidik jari mampu mencegah potensi pemberian layanan kesehatan kepada orang yang tidak berhak dan mencegah penggunaan layanan rumah sakit yang tidak sesuai manfaat yang dijamin dalam program JKN-KIS. Sedangkan untuk BPJS Kesehatan sendiri, penerapan sidik jari mencegah penjaminan layanan kesehatan pada peserta yang tidak berhak. Ini bagian dari upaya BPJS Kesehatan untuk mencegah tindakan kecurangan, dan tindak lanjut dari audit program JKN-KIS.

Menurut Budi, peserta yang eligible adalah peserta yang ada dalam data base kepesertaan BPJS Kesehatan dan status kepesertaannya aktif serta berhak mendapatkan pelayanan. Peserta yang datang berobat akan direkam data biometrik-nya atau proses enrollment, sehingga pada kedatangan berikutnya ketika peserta tersebut dipindai sidik jarinya maka data kepesertaan akan mengenalinya sesuai dengan data kepesertaan yang bersangkutan.

“Bila yang datang berobat adalah orang yang berbeda dengan enrollment, maka rekam sidik jari tidak akan mengenali yang bersangkutan, sehingga dinyatakan tidak berhak untuk mendapat pelayanan,” ujar Budi.

Keuntungan lain dari rekam sidik jari adalah terciptanya simplifikasi administrasi, mengurangi fotokopi atau penggunaan kertas. Sejak 2017, BPJS Kesehatan mulai melakukan uji coba finger print khusus untuk layanan hemodialisis atau cuci darah di seluruh rumah sakit yang mempunyai fasilitas hemodialisis. Ini didasarkan adanya temuan pemanfaatan JKN-KIS oleh orang yang tidak berhak. Rekam sidik jari didahulukan untuk layanan hemodialisis karena merupakan pelayanan katastropik yang bersifat terus menerus sehingga memerlukan mekanisme dalam memastikan bahwa layanan yang diberikan dilakukan pada peserta yang berhak.

Lalu pada Mei 2019, BPJS Kesehatan telah mewajibkan seluruh rumah sakit yang jumlahnya kini telah mencapai 2.453 per 1 Agustus untuk memberlakukan finger print. Untuk saat ini rekam sidik jari didahulukan untuk rumah

sakit yang siap alat rekam sidik jari. Tetapi di akhir 2019 nanti BPJS Kesehatan menargetkan semua rumah sakit sudah harus menggunakan rekam sidik jari.

Kini, finger print tak hanya dikhususkan untuk layanan hemodialisis tetapi juga dikembangkan untuk beberapa pelayanan rawat jalan di poli jantung, poli mata dan poli rehabilitasi medik. Selanjutnya akan diberlakukan pada pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Awal diberlakukan 2017, finger print hanya dilaksanakan oleh 753 rumah sakit khusus layanan hemodialisis. Jumlah ini terus berkembang, dan hingga saat tercatat sudah 77 persen dari total rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan telah memiliki alat finger print. BPJS Kesehatan menargetkan semua jenis pelayanan dan semua fasilitas kesehatan sudah bisa memberlakukan finger print pada akhir tahun 2019.

“Pemberlakukan finger print akan dilaksanakan secara bertahap sesuai lingkup pelayanan setelah pelaksanaan pada unit hemodialisis, lalu dilanjutkan ke layanan poli rawat jalan untuk mata, rehabilitasi, jantung. Kemudian lanjut lagi ke rawat inap lanjut, dan poli rawat jalan keseluruhan,” kata Budi.

Dalam praktiknya di lapangan, masih ada beberapa rumah sakit yang mengeluhkan pemberlakukan finger print. Kebijakan ini dianggap memberatkan karena rumah sakit harus mengeluarkan biaya untuk pengadaan mesin finger print. Keluhan lainnya bahwa finger print menambah antrian panjang pasien. Karena untuk perekaman sidik jari satu pasien membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Sementara pasien yang berobat banyak.

Terkait itu, Budi menjelaskan, penyediaan perangkat keras (hardware) mesin finger print dilakukan oleh fasilitas kesehatan. Ini sesuai dengan isi perjanjian kerja sama antara BPJS Kesehatan dengan FKRTL pada pasal 4 ayat (2) huruf l. Pasal ini menyebutkan BPJS Kesehatan mempunyai kewajiban menyediakan aplikasi yang akan dipergunakan oleh FKRTL untuk kepentingan proses pendaftaran pelayanan Peserta di FKRTL. Lalu pada pasal 4 ayat (4) huruf c disebutkan FKRTL mempunyai kewajiban untuk menyediakan perangkat keras (hardware) dan jaringan komunikasi data dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.

Pada awalnya memang diperlukan waktu untuk proses perekaman sidik jari pasien yang diambil beberapa jari untuk direkam. Namun setelah terekam maka pasien hanya perlu waktu singkat menempelkan jarinya sebagai bukti validasi egibilitas peserta.

Tidak Lagi Ditolak

Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar, mengatakan, penggunaan sidik jari untuk layanan di rumah sakit punya semangat dan tujuan yang baik. Ini untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau pemalsuan kartu peserta, dan juga memudahkan pasien saat tidak membawa kartu atau lupa nomor kepesertaannya. Pasien tidak lagi ditolak mendapat pelayanan di rumah sakit lantaran lupa membawa kartu peserta.

Page 8: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 788

F O K U SAkan tetapi, dengan kondisi antrian panjang dalam proses pendaftaran di sejumlah rumah sakit, maka penggunaan sidik jari menyulitkan pasien dengan kondisi tertentu, misalnya sedang menderita sakit berat, lanjut usia dan anak. Meski dalam kondisi sakit mereka harus ikut dalam proses pendaftaran untuk perekaman sidik jari. Pasien tidak bisa diwakili oleh keluarga atau wali, karena penggunaan sidik jari harus dari pemilik kartu JKN-KIS tersebut.

“Dalam konteks finger print kebijakan ini sangat bagus, kita harus mendukungnya. Tetapi untuk beberapa fasilitas kesehatan dengan antrian yang masih panjang perlu dilakukan pembenahan,” kata Timboel.

Ia menyarankan sidik jari mungkin lebih tepatnya digunakan saat pasien akan mendapatkan pemeriksaan oleh dokter, bukan di saat pendaftaran. Sedangkan saat pendaftaran bisa diwakili oleh keluarganya. Ini untuk memudahkan pasien yang dalam kondisi sakit harus ikut mengantri saat mendaftar.

Pelaksanaan sidik jari juga belum ditunjang dengan kondisi di sejumlah rumah sakit. Karena itu, pelaksanaan sidik jari perlu didahului dengan pembenahan proses pendaftaran hingga pemeriksaan. Agar pasien tidak harus menunggu lama karena rentan waktu dari pendaftaran ke pemeriksaan cukup memakan waktu. Demikian pun untuk pasien rujukan. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) harus memastikan pasien yang dirujuknya tidak perlu mengantri sejak pagi hari.

“Kita dukung kebijakan sidik jari, karena ini inovasi BPJS Kesehatan yang tujuannya bagus. Tetapi masalah

antrian dalam proses pendaftaran sampai menunggu pemeriksaan oleh dokter juga harus diperbaiki,” ujar Timboel.

Sejumlah rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta menyambut baik dan mendukung kebijakan finger print. RS EMC Tangerang misalnya merasa sangat terbantu sejak melaksanakan finger print sekitar bulan Juni 2019 lalu.

Saat ditemui Media Info BPJS Kesehatan dalam sebuah seminar mengenai Jaminan Kesehatan Nasional di kawasan Serpong, Banten, baru-baru ini, Direktur RS EMC Tangerang, Felix Kasim, mengungkapkan keuntungan memberlakukan finger print. Salah satunya, proses cross check dengan BPJS Kesehatan soal klaim layanan menjadi lebih baik. Finger print juga bagian dari upaya kontrol terhadap rumah sakit oleh BPJS Kesehatan. Bagi peserta, finger print membantu pasien menggunakan utilitas sesuai haknya.

“Apapun kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan BPJS Kesehatan dan pemerintah pusat tentu kami dukung. Keuntungannya itu saling cross check dengan BPJS Kesehatan pada saat verifikasi dengan BPJS Kesehatan jadi lebih baik,” ujar Felix.

RSUD Nunukan, Kalimantan Utara, pun menyatakan dukungannya terhadap kebijakan finger print. Bahkan RSUD yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia ini sudah memulai sejak 2017 khusus untuk layanan hemodialisis. Kemudian sekarang diberlakukan pula untuk pelayanan mata, dan secara bertahap akan dikembangkan untuk semua jenis layanan. Karena jumlah

Page 9: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 9

FOKUS

pasien hemodialisis dan mata di rumah sakit ini sedikit kira-kira hanya 40-50 orang per hari, sehingga tidak ada antrian dalam pendaftaran dengan finger print.

Demikian pun Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo, Jawa Timur. Finger print sangat membantu dalam mengidentifikasi identitas peserta sehingga meminimalisir potensi kecurangan atau penyalahgunaan kartu oleh pasien JKN-KIS. Bagi rumah sakit, implementasi finger print sangat penting untuk memperkuat eligibilitas peserta.

Awalnya finger print hanya diberlakukan untuk pasien hemodialisis karena terbatasnya jumlah alat. Baru-baru ini RSU Aisyiyah melengkapinya dengan tiga alat finger print baru. Tiga mesin ini adalah hadiah dari BPJS Kesehatan kepada RSU Aisyiyah. Rumah sakit swasta yang memiliki kunjungan rawat jalan rata-rata 500-600 pasien per hari tersebut meraih penghargaan BPJS Kesehatan Award 2019 sebagai RS tipe C terbaik nasional tahun ini. Tiga mesin ini diperuntukkan di layanan penyakit mata, jantung, dan rehabilitasi medik. Secara bertahap semua jenis pelayanan akan menggunakan finger print.

Identifikasi Awal

Wakil Direktur Medis RSU Aisyiyah Ponorogo, drg Yudi Wiyono, menjelaskan, awal implementasi finger print memang agak rumit. Terutama untuk pasien tertentu, seperti lansia, disabilitas, stroke, dan jantung. Sulit dilakukan identifikasi awal saat perekaman sidik jari ketika pasien mendaftar untuk mendapat layanan. “Sebelum berobat pasien harus mendatangi tempat mesin untuk perekaman sidik jari, itu kadang sulitnya di situ. Kadang keluarganya yang datang, tetapi kan tidak bisa diwakilkan,” ujar Yudi.

Dalam implementasinya di RSU Aisyiyah tidak terjadi antrian panjang sebagaimana dikeluhkan selama ini. Sebab, RSU Aisyiyah menerapkan sistem online untuk semua tahapan pelayanan mulai dari anjungan pendaftaran mendiri hingga antrian online. Setelah dari anjungan pendaftaran mandiri, pasien datang ke tempat mesin finger print untuk absen lalu mendapat pelayanan dokter. Hanya masalahnya, finger print di RSU Aisyiyah belum terkoneksi dengan V-Claim BPJS Kesehatan. Diharapkan ke depan sudah ada link sistem di BPJS Kesehatan dengan lebih memudahkan rumah sakit. Yudi berharap finger print bisa diakses oleh semua pasien untuk semua jenis pelayanan.

Untuk diketahui, saat ini jumlah peserta JKN-KIS telah mencapai 223,3 juta jiwa atau lebih dari 83,5% dari total penduduk Indonesia per 1 Agustus 2019. Program ini telah dirasakan manfaatnya oleh peserta. Jumlah kunjungan pasien yang menggunakan kartu JKN-KIS meningkat tiap tahun. Total pemanfaatan per tahunnya mencapai 233,9 juta kunjungan di 2018 atau per harinya sebanyak 640,822 pemanfaatan.

Untuk memperluas akses peserta terhadap layanan kesehatan, BPJS Kesehatan telah bekerja sama dengan hampir semua faskes baik milik pemerintah maupun swasta. Jumlah FTKP yang bekerja sama mencapai 23.298 faskes. Jumlah ini terdiri Puskesmas, dokter praktek perorangan, dokter gigi, klinik pratama, dan rumah sakit tipe D pratama. Sedangkan untuk faskes rujukan atau rumah sakit yang bekerja sama BPJS Kesehatan sudah mencapai 2.486.

Page 10: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7810

B I N C A N G

Finger Print Cegah Potensi Fraud dan Kepastian Layanan

YLKI

Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi

Page 11: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 11

BINCANG

Dalam pelaksanaan JKN-KIS, kecurangan berpotensi besar terjadi baik itu dilakukan oleh

pemberi layanan (fasilitas kesehatan, penyedia obat dan alat kesehatan), peserta maupun BPJS Kesehatan sendiri. Untuk mencegah potensi fraud, Kementerian Kesehatan menerbitkan Permenkes 36/2015 tentang pencegahan kecurangan dalam pelaksanaan JKN-KIS. Yang dimaksudnya fraud menurut Permenkes ini, ialah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program JKN-KIS melalui perbuatan curang yang tidak sesuai ketentuan. Dari peserta, potensi kecurangan tersebut bisa berupa pemalsuan kartu atau identitas, dan menggunakan kartu milik orang lain.

Untuk mengurangi potensi itu, BPJS Kesehatan juga membuat terobosan dengan memberlakukan finger print atau rekam sidik jari khusus untuk pelayanan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) atau rumah sakit.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merupakan lembaga yang sangat mendukung inovasi BPJS Kesehatan tersebut. YLKI berharap agar pelaksanaan inovasi ini tidak menyulitkan peserta sebagai konsumen layanan kesehatan. Karena di satu sisi pelaksanaan finger print sangat bermanfaat, tetapi dalam prakteknya di lapangan masih ditemui banyak hal yang perlu diperbaiki. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dukungan dan masukan dari YLKI, berikut ini adalah kutipan hasil wawancara Media Info BPJS Kesehatan dengan Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi, di ruang kerjanya, Jakarta, baru-baru ini.

Pemberlakuan finger print menurut bapak bagaimana ?

Ya, ini sebagai modernisasi untuk masalah pendataan dan kepastian. Kepastian bahwa tidak ada pemalsuan data bahkan potensi fraud dalam pelayanan kesehatan kepada konsumen. Selama ini kita dengar adanya penyalahgunaan, seperti dalam proses klaim atau tindakan tertentu. Finger print ini untuk memastikan, sehingga tidak ada fraud di dalam transaksi antara

konsumen dengan pihak rumah sakit, dan rumah sakit tidak memanfaatkan itu untuk kepentingan tertentu. Karena selama ini kita tahu bahwa BPJS Kesehatan masih terlilit defisit, yang juga dikarenakan adanya inefisiensi, salah satunya adanya fraud dalam pelayanan. Nah, finger print ini untuk menekan inefisiensi seperti itu. Bukan berarti dengan cara ini akan menutupi defisit, karena memang persoalan utama defisit bukan di inefisiensi, tetapi karena iuran pesertanya masih kecil. Paling tidak dengan finger print bisa menekan praktik-praktik inefiensi.

Tadi bapak menyebutkan potensi fraud, seperti apa ?

Bisa saja pemalsuan identitas seperti KTP atau kartu peserta. Pernah kan ada kasusnya. Dengan finger print dengan mudah terdeteksi. Tetapi sebetulnya fraud di sini bukan soal itu, tetapi lebih kepada kecurangan di pelayanan. Tujuannya supaya rumah sakit diuntungkan dengan transaksi berlebih, atau yang dilakukan oknum dokter. Misalnya saja tindakan fisioterapi, seharusnya cukup 12 kali tetapi ada pasien yang bahkan hampir tiap hari lakukan fisioterapi. Ini tidak masuk akal. Atau misalnya orang sakit mata, harusnya tidak perlu diberikan lensa kontak, tetapi pasien mendesak untuk mendapatkannya. Contoh lainnya, operasi caesar. Misalnya seorang ibu hamil sebetulnya tidak membutuhkan operasi caesar, tetapi oleh oknum ditawarkan untuk operasi. Jadi potensi fraud di layanan JKN-KIS ini banyak sekali.

Bagaimana menurut YLKI mengenai pelaksanaan finger print di lapangan ?

Finger print sekali lagi menurut saya sebuah terobosan yang bagus dari BPJS Kesehatan. Tetapi, jangan sampai implementasinya jadi menyulitkan pasien. Dalam kondisi sedang sakit, tidak stabil fisik maupun psikologis, jangan sampai prosedur pelayanan finger print makin membebani pasien dan keluarganya. Sampai saat ini memang tidak ada pengaduan dari konsumen ke YLKI soal rumitnya prosedur finger print. Tetapi menurut pantauan kami di awal-awal masa transisi banyak pasien belum terbiasa, sehingga

merasa pelayanan di rumah sakit makin rumit. Ini seperti penerapan e-toll, awal-awalnya gagap, tapi kalau sudah terbiasa jadinya lancar. Demikian pula dengan pasien. Mungkin awal-awal masa transisi mereka merasa sulit, tetapi lama-lama juga jadi biasa.

Dari pantauan YLKI, perbaikan apa yang perlu dilakukan agar penerapan finger print lebih maksimal ?

Kalau dari konsumen mungkin kendalanya hanya di masalah belum terbiasa. Kemudian untuk pasien-pasien dengan penyakit berat, orang lanjut usia, dan disabilitas mungkin perlu dimudahkan lagi, sehingga mereka tidak perlu ikut-ikutan menunggu lama untuk rekam sidik jari. Tetapi, sebetulnya ada hal lain yang perlu diantisipasi oleh BPJS Kesehatan, misalnya soal ketersediaan mesin finger print. Secara aturan memang fasilitas kesehatan yang harus menyediakan alatnya.

BPJS Kesehatan tidak boleh karena bukan kewenangannya, dan kalau dia yang menyediakan malah nanti kena audit. Pertanyaannya, apakah penyediaan alat ini tidak membebani rumah sakit. Karena alat finger print kan nantinya tidak hanya satu tapi ada banyak yang disediakan di setiap poli. Rumah sakit harus keluar ongkos tambahan, sementara harga alatnya juga tidak murah. Ini mungkin membebani rumah sakit kecil. Mungkin untuk rumah sakit di daerah terpencil perlu ada kebijakan khusus soal pengadaan alat ini, misalnya lewat subsidi dan insentif. Dari sisi konsumennya, data-data pasien harus dijaga karena ini sifatnya rahasia. Jangan sampai data pribadi pasien disalahgunakan.

Page 12: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7812

B E N E F I T

12

Sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), pelayanan yang diberikan BPJS Kesehatan kepada pesertanya sangatlah

komprehensif. Tidak terkecuali untuk peserta yang mengalami gangguan fisik dan fungsional dengan menyediakan pelayanan rehabilitasi medik.

Pelayanan rehabilitasi medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medis, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

Bagi pasien, manfaat layanan rehabilitasi medik antara lain bisa mendapatkan rehabilitasi medik yang optimal, memperoleh kemandirian fungsional, hidup lebih berkualitas dan mencegah perburukan akibat komplikasi. Sedangkan bagi keluarga dan masyarakat, pasien yang mengalami gangguan fisik dan fungsional dapat hidup lebih mandiri sehingga tidak memberatkan keluarga dari sisi waktu, tenaga, dan biaya. Penyandang disabilitas juga dapat kembali berpartisipasi dalam komunitas masyarakat maupun kembali bekerja.

Pelayanan rehabilitas medik ini diberikan oleh tim rehabilitasi medik yang terdiri dari Dokter Spesialis

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR) sebagai dokter penanggung jawab pasien (DPJP) rehabilitasi medik, fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, psikolog, perawat rehabilitasi medis, orthotic prosthetic, hingga petugas sosial medik.

Jenis Terapi Rehabilitasi Medik

Ada berbagai macam terapi pengobatan yang diberikan oleh tim rehabilitasi medik dalam upaya memulihkan kondisi pasien yang mengalami gangguan fisik dan fungsional. Regimen terapi mengacu pada hasil assessment kebutuhan rehabilitasi medik sesuai indikasi medis dari dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.

Jenis pelayanan rehabilitasi medik yang pertama adalah fisioterapi untuk mengatasi keterbatasan gerak dan fungsi tubuh, sehingga kemampuan pasien untuk bergerak, berdiri, berjalan, atau melakukan pekerjaan harian lainnya bisa menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Layanan fisioterapi ini biasanya diberikan untuk pasien yang mengalami cedera, gangguan fisik, baru menjalani amputasi anggota tubuh tertentu, hingga penderita stroke. Tindakan fisioterapi penting dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya kecacatan yang permanen atau bisa mengurangi masalah yang berkaitan dengan fungsi organ tubuh.

Sesuai Indikasi MedisRehabilitasi Medik Dijamin

Page 13: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 13

BENEFIT

13

Selain fisioterapi, jenis pelayanan rehabilitasi medik lainnya yaitu terapi wicara, terapi okupasi, hingga layanan ortosis-prostesis. Pelayanan rehabilitasi medis ini dilaksanakan melalui pendekatan sistem pelayanan satu pintu (one gate system). Artinya setiap pasien yang memerlukan pelayanan rehabilitasi medik harus mendapatkan pengkajian, penegakan diagnosis medis dan fungsional, prognosis, penetapan goal atau tujuan, serta penetapan tatalaksana rehabilitasi medik oleh SpKFR.

Pendekatan ini sangat penting, sebab pelayanan rehabilitasi medik merupakan tindakan yang membutuhkan waktu yang cukup panjang. Sehingga apabila tidak dilakukan dengan tepat akan membuat pasien menghabiskan waktu yang lama tanpa hasil terapi yang jelas. Di sisi lain tentu ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga pengelolaan tindakan rehabilitasi medik yang tepat dapat memberikan kemanfaatan yang besar bagi pasien dan menjaga keberlangsungan Program JKN-KIS.

Terapi Mandiri

Sebagaimana dicantumkan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, peserta JKN-KIS bisa mendapatkan pelayanan rehabilitasi medik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) seperti rumah sakit melalui sistem rujukan berjenjang. Di FKTP, pasien bisa mendapatkan pelayanan rehabilitasi medik dasar yang mencakup aspek promotif dan preventif primer maupun sekunder, dan akan dirujuk ke rumah sakit apabila kondisinya memang harus dirujuk ke Sp.KFR sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (Perdosri), dr. Sudarsono SpKFR menyampaikan, pelayanan rehabilitasi ini umumnya dilakukan dalam beberapa tahap dengan pengawasan tim rehabilitasi medik. Namun jenis dan lama waktu tindakan rehabilitasi medik pada masing-masing pasien sangat bervariasi. Peran terapis fisioterapi, terapis wicara dan terapis okupasi sebagai bagian dari tim rehabilitasi medik menjadi sangat penting untuk melakukan aktivitas tindakan terapi berdasarkan permintaan pelaksanaan tindakan rehabilitasi medik dari hasil assessment SpKFR.

“Kemandirian pasien merupakan salah satu target dari program rehabilitasi medik. Ada beberapa kasus yang bisa tercapai 100 persen sehingga tidak perlu lagi bergantung pada faskes, tetapi ada juga yang masih harus bergantung. Misalnya penderita stroke yang harus menjalani beberapa kali program terapi,” ujar dr. Sudarsono.

Selain di fasilitas kesehatan, pada kasus-kasus tertentu program rehabilitasi medik juga bisa dilakukan secara mandiri di rumah atau lingkungan masyarakat, terutama apabila kondisi pasien sudah stabil dan tidak berisiko. Namun ditegaskan dr. Sudarsono, tindakan ini juga harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tim rehabilitasi medik untuk menghindari risiko yang bisa terjadi.

“Ada kasus-kasus yang bisa diserahkan kepada lingkungan rumah atau program rehabilitasi mandiri, tetapi ini ada

syaratnya. Artinya kondisi pasien atau penyakitnya itu tidak menimbulkan risiko apabila melakukan rehabilitasi mandiri di rumah atau lingkungan. Tetapi apabila timbul risiko ganguan lain yang menyebabkan penyakit ulangan atau kondisi yang lebih berat, kita tidak akan merekomendasikan latihan mandiri dan harus tetap dalam pengawasan atau panduan tim rehabilitasi medik,” ujar dr. Sudarsono.

Pada kondisi pasien yang sudah stabil dan tidak berisiko, setelah dilakukan evalusasi, bentuk-bentuk program rehabilitasi mandiri akan diberikan untuk bisa dilakukan di rumah dengan bimbingan keluarga. “Untuk melakukan program rehabilitasi mandiri, biasanya dari faskes lanjutan akan kita kembalikan ke faskes primer. Nantinya faskes primer yang akan memberikan bentukan latihan dan pengawasan. Bila sudah bisa dibentuk, misalnya pendamping yang mengerti program ini, baru diserahkan ke rumah. Sehingga proses rehabilitasinya bisa berkelanjutan atau berkesinambungan, dan kondisinya tidak sampai menurun lagi,” paparnya.

Di beberapa tempat dan wilayah, saat ini juga sudah dikembangkan program Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM). Pengembangan RBM ini merupakan upaya terobosan dalam menyelesaikan masalah pelayanan rehabilitasi medik yang belum terjangkau oleh pelayanan rumah sakit, ataupun yang sudah dilayani, tetapi masih memerlukan kelanjutan yang bisa ditangani oleh keluarga dan masyarakat. Secara operasional, RBM adalah upaya rehabilitasi sederhana dan pencegahan kecacatan yang dilakukan di dalam keluarga dan masyarakat melalui perubahan perilaku individu difabel, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif secara optimal dalam memandirikan individu difabel dengan menggunakan sumber daya dan sumber dana yang ada di masyarakat. Pembinaan program RBM ini dilakukan oleh FKTP.

Sama halnya dengan pelayanan kesehatan lainnya dalam Program JKN-KIS, pelayanan rehabilitasi medik juga tidak dikenakan iur biaya selama mengikuti ketentuan dan prosedur yang berlaku.

Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (SpKFR) dr Sudarsono

Page 14: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7814

P E L A N G G A N

Punya Fitur Antrian OnlineMobile JKN

Page 15: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 15

PELANGGAN

15

BPJS Kesehatan terus melakukan inovasi dan terobosan melalui berbagai cara dalam rangka memberi kemudahan kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat

(JKN-KIS) untuk mengakses layanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan yakni meluncurkan Mobile JKN yang dapat diunduh melalui telepon pintar.

Mobile JKN memuat banyak fitur yang membantu peserta untuk mendapatkan layanan seperti pindah fasilitas kesehatan (faskes), mengubah data kepesertaan, pendaftaran peserta, dan skrining kesehatan. Sekarang, Mobile JKN dilengkapi dengan fitur antrian online (daring) yang ada dalam menu Pendaftaran Pelayanan.

Sistem antrian online melalui aplikasi Mobile JKN ini merupakan solusi untuk mengatasi antrian peserta yang menumpuk pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Selama ini peserta yang datang ke FKTP tidak mendapat kepastian waktu kapan akan dilayani sehingga waktu peserta terbuang sia-sia untuk menunggu.

Dengan adanya sistem antrian online ini diharapkan peserta dapat mengetahui perkiraan waktu pelayanan di FKTP, sehingga peserta dapat datang ke FKTP tepat waktu tanpa harus menunggu terlalu lama.

Tak hanya memberi kemudahan dan kepastian waktu untuk peserta, fitur antrian online ini juga membantu faskes dan tenaga kesehatan. Melalui fitur ini faskes terbantu karena dapat memangkas penumpukan antrian. Begitu pula tenaga kesehatan, dapat mengetahui apa saja pengaduan peserta yang sudah mengantri secara online.

Antrian online ini juga berkaitan dengan sistem rujukan online. Sehingga FKTP dapat merujuk secara online peserta yang membutuhkan penanganan tingkat lanjut ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) seperti di RS.

Tapi perlu diingat, untuk menggunakan sistem antrian online tersebut peserta harus mengunduh aplikasi Mobile JKN terlebih dahulu dan melalukan registrasi. Setelah masuk aplikasi Mobile JKN peserta dapat memilih Menu Pelayanan pada tampilan utama. Dalam menu pelayanan tersebut terdapat beberapa pilihan fitur yang terdiri dari Fitur Riwayat Pelayanan, Fitur Pendaftaran Pelayanan, dan Fitur Skrining.

Kemudian peserta dapat memilih Fitur Pendaftaran Pelayanan pada FKTP terdaftar. Setelah melakukan pendaftaran pelayanan, peserta akan mendapat nomor antrian dengan estimasi waktu pelayanan. Untuk sementara fitur ini bisa digunakan apabila FKTP tempat peserta terdaftar sudah menerapkan sistem antrian online.

Aplikasi Mobile JKN

Untuk menggunakan aplikasi Mobile JKN syaratnya sangat mudah, peserta hanya perlu mengunduh aplikasi melalui Google Play Store dan Apple Store. Aplikasi ini direkomendasikan untuk telepon pintar yang

menggunakan sistem android versi 4.0 ke atas dan sistem iOS 10.

Setelah aplikasi itu terpasang, peserta harus melakukan registrasi pada menu yang tersedia di aplikasi Mobile JKN. Setelah berhasil, peserta bisa masuk dalam aplikasi dan memanfaatkan semua fitur yang tersedia. Aplikasi yang dapat dioperasikan melalui telepon pintar itu berisi banyak fitur yang berguna bagi peserta JKN-KIS.

Setelah mengunduh aplikasi Mobile JKN dan terpasang di telepon pintar, hal pertama yang perlu dilakukan yakni melakukan registrasi atau pendaftaran. Pilih menu registrasi, kemudian isi setiap kolom yang tersedia sesuai dengan data anda. Pastikan pengguna punya satu surel (email) aktif karena setelah semua kolom diisi, sistem secara otomatis akan mengirim nomor verifikasi ke email tersebut.

Setelah menerima nomor verifikasi melalui surel, aplikasi akan meminta pengguna menulis nomor verifikasi tersebut. Kemudian, akan muncul keterangan apakah berhasil atau tidak dalam melakukan verifikasi. Jika tidak berhasil, peserta bisa meminta aplikasi untuk mengirim kembali nomor verifikasi. Jika berhasil, hanya perlu mengisi alamat surel atau nomor kartu BPJS Kesehatan dan kata sandi setiap kali masuk ke aplikasi.

Page 16: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7816

T E S T I M O N I

Stroke merupakan salah satu penyakit berbahaya yang membunuh secara diam-diam atau sering disebut silent killer. Penyakit ini bisa menyebabkan kecacatan pada penderitanya dan

kerap terjadi secara mendadak, meskipun sebetulnya gejala awal dari penyakit ini bisa dikenali.

Seperti pengalaman Maid Prana (68 tahun), peserta Mandiri Program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) asal Cimanggis, Depok. Di tahun 2016 saat baru selesai memberikan pakan ternak ayam perliharaannya, Maid bercerita kalau tubuhnya tiba-tiba saja terasa kaku. Untuk bicara pun sulit karena mulutnya seperti terkunci.

“Kejadiannya mendadak, tiba-tiba saja tubuh saya terasa kaku. Waktu itu saya hanya bisa duduk saja di kursi. Padahal sehari sebelumnya tidak merasakan keluhan fisik apa pun,” cerita Maid Prana kepada Info BPJS Kesehatan.

Melihat keluhan yang dialami Maid, anak-anaknya curiga kalau ayah mereka baru saja terserang stroke. Saat itu juga Maid langsung dibawa ke rumah sakit untuk memastikan dugaan tersebut. Benar saja, hasil pemeriksaan dokter di rumah sakit menyatakan kalau Maid memang terkena stroke dan harus dirawat di rumah sakit.

Bantu Percepat Proses PemulihanTerapi Mandiri

Page 17: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 17

TESTIMONI

“Waktu itu saat diminta dokter untuk minum air pakai sedotan, saya masih bisa melakukan. Tetapi untuk hal-hal lain sudah tidak bisa lagi, misalnya bersalaman,” ungkapnya.

Kondisi Maid semakin parah setelah terjatuh di lantai rumah sakit ketika dipapah istrinya saat hendak ke kamar kecil. Tubuh istrinya yang kecil tak mampu memapah Maid yang bertubuh besar, hingga akhirnya terjatuh. “Habis jatuh itu, saya sudah tidak bisa berdiri. Duduk bersandar di dinding pun lemah, hanya bisa tidur-tiduran saja,” kenang Maid.

Setelah keluar dari rumah sakit, serangan stroke yang pernah dialaminya itu kembali terulang di tahun 2017. Maid harus kembali menjalani serangkaian pengobatan yang panjang. "Stroke itu tidak enak sekali. Hidup kita jadi bergantung pada orang lain. Mungkin ini karena kesalahan saya di masa lalu yang tidak menjaga kesehatan. Makanya saya selalu berpesan kepada anak-anak untuk jaga kesehatan supaya tidak kena stroke seperti saya," ujar Maid.

Terapi Mandiri

Untuk membantu proses pemulihan penyakitnya itu, selain minum obat secara rutin yang diresepkan dokter, Maid juga melakukan fisioterapi di rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan geraknya, supaya nanti Maid bisa hidup lebih mandiri dan tidak mengalami gangguan gerak pasca stroke.

Sejak kejadian yang tiba-tiba itu, sebagian fungsi tubuh Maid memang menurun. Tak bisa lagi berjalan dan menggerakkan lengannya dengan leluasa seperti dulu. Beruntung Maid dikelilingi keluarga yang selalu menguatkannya dalam menghadapi masa-masa sulit itu.

Selain melakukan fisioterapi di rumah sakit, Maid dibantu istri dan anak-anaknya juga rajin melakukan fisioterapi secara mandiri di rumah dengan mengulang latihan-latihan yang diberikan fisioterapis. Dengan disiplin melakukan terapi mandiri, Maid merasakan progres kesembuhan yang lebih cepat. Kemampuan geraknya semakin baik mendekati kondisi sebelum terserang stroke.

“Layanan fisioterapi di rumah sakit sudah bagus, tapi kadang antrenya lama sekali karena memang banyak pasien yang juga membutuhkan terapi. Dengan kondisi fisik yang waktu itu masih terbatas, sebetulnya lelah juga karena harus bolak balik ke rumah sakit. Jadi setelah kondisi saya sudah lebih stabil, saya mulai rutin terapi mandiri di rumah dengan bimbingan keluarga supaya tidak sering bolak-bailk rumah sakit,” ujar Maid.

Tentunya Maid juga berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga tim rehabilitasi medik di rumah sakit mengenai latihan yang aman dilakukan sendiri di rumah dan bisa membantu mempercepat proses pemulihan. Dalam proses ini, Maid banyak dibantu oleh istri dan anak-anaknya. Beberapa alat kesehatan juga dibelinya untuk mendukung kelancaran program terapi.

“Keinginan saya untuk sembuh dan tidak lagi merepotkan keluarga sangat besar. Setiap pagi dan sore hari, saya pun rutin latihan berjalan di depan rumah. Mulai dari pakai bantuan alat, sampai benar-benar bisa jalan sendiri. Intinya tidak boleh malas dan menyerah dengan keadaan. Alhamdulillah, sekarang saya sudah bisa melakukan kegiatan sehari-hari, sudah bisa berjalan normal, meskipun tidak bisa secepat dulu. Bulan Ramadan kemarin, saya juga sudah bisa shalat tarawih sebulan penuh,” ujar Maid.

Menghadapi kenyataan dirinya terkena stroke diakui Maid memang cukup berat. Namun, di sisi lain, Maid merasa bersyukur karena sudah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS, sehingga bisa langsung mendapatkan penanganan medis di rumah sakit tanpa dipusingkan oleh masalah biaya.

“Kalau dulu, untuk berobat saja kita harus jual-jual barang. Kadang ya sakitnya ditahan-tahan saja sampai sembuh sendiri karena memang tidak punya uang untuk berobat. Alhamdulillah, waktu terserang stroke kemarin, saya sudah jadi peserta BPJS Kesehatan, jadi bisa langsung ditangani dengan baik dan tidak lagi pusing mikirin biaya,” ujar Maid.

Peserta JKN-KIS Maid Prana

Page 18: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7818

I N S P I R A S I

Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan Zumrotin K Susilo

Perempuan perlu mendapat perhatian yang lebih dalam mengakses layanan kesehatan. Peran perempuan sangat penting karena terkait kualitas generasi penerus di masa depan. Oleh

karenanya perempuan perlu memahami tentang layanan kesehatan terutama di era Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Pemerintah dan BPJS Kesehatan tidak bisa sendirian dalam menyelenggarakan layanan kesehatan untuk kaum perempuan. Butuh peran serta banyak pihak mulai dari penyedia layanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan masyarakat secara luas. Salah satu organisasi masyarakat sipil yang fokus membidangi isu kesehatan untuk perempuan yakni Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP). Yayasan yang didirikan tahun 2001 ini dipimpin mantan komisioner Komnas HAM, Zumrotin K. Susilo.

YKP menilai tingkat kesadaran terhadap kesehatan reproduksi di Indonesia masih rendah. Tercatat setiap satu jam ada 6 orang yang meninggal. Selaras itu angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, data Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015 menunjukkan angka kematian ibu sebanyak 305 per 100 ribu kelahiran hidup. Menurut Zumrotin, akses perempuan terhadap layanan kesehatan menjadi salah satu kunci untuk mengatasi berbagai persoalan kesehatan yang dihadapi perempuan.

Bergulirnya JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan sejak tahun 2014 membuka peluang besar bagi masyarakat Indonesia, khususnya perempuan untuk mengakses layanan kesehatan. Sayangnya, sebagian masyarakat belum mendapat informasi yang memadai terkait layanan kesehatan di era JKN-KIS terutama terkait reproduksi perempuan. Pemerintah, BPJS Kesehatan, tenaga kesehatan, penyedia layanan kesehatan dan semua pihak harus aktif untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat luas.

“Masyarakat sangat merasakan kehadiran program JKN-KIS. Program ini sudah bagus tapi harus terus disempurnakan,” kata Zumrotin kepada Media Info BPJS Kesehatan.

Zumrotin mengatakan saat ini masyarakat secara umum telah merasakan manfaat program JKN-KIS. Program ini diakui juga sangat membantu perempuan, misalnya menjamin persalinan dan layanan kesehatan lainnya sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tapi masih banyak yang harus dibenahi, misalnya penjaminan untuk KB baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan lanjutan (RS).

“Selain itu pemerintah dan BPJS Kesehatan harus mengedepankan program promotif dan preventif agar pembiayaan program JKN-KIS tidak kebobolan terus,”

ungkapnya.

Menurut Zumrotin, hal paling penting yang harus dilakukan saat ini yakni menginformasikan secara luas layanan kesehatan apa saja yang dijamin JKN-KIS khususnya terkait kesehatan perempuan. Jika menginginkan generasi yang bagus, sejak awal perempuan harus mendapat layanan kesehatan yang baik. “Kesehatan perempuan menentukan kualitas generasi mendatang. Anak akan lahir dengan baik jika ibunya sejak masa kehamilan mendapat layanan kesehatan yang baik,” urainya.

Sampai saat ini YKP terus aktif melakukan pendampingan, advokasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan perempuan. Sekaligus menekankan pentingnya program JKN-KIS bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama untuk kaum perempuan.

terhadap Layanan Kesehatan di Era JKN-KISMengawal Akses Perempuan

Page 19: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 19

P E R S E P S I

Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan terus mengalami perkembangan. Tercatat jumlah peserta JKN-KIS

per September 2019 sebanyak 222.044.088 jiwa. Jumlah peserta terbesar yakni kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibiayai APBN 96.714.233 jiwa dan dibiayai APBD 37.004.496 jiwa.

Sebagian orang berpendapat peserta JKN-KIS kategori PBI tidak perlu membayar iuran rutin setiap bulan alias “gratis.” Selain itu ada yang mengeluhkan kenapa PBI yang katanya “gratis” itu tapi masih harus membayar pelayanan kesehatan tertentu. Begitu pula kategori peserta lain yang bukan PBI, ada yang berpandangan kenapa peserta harus membayar ongkos biaya tertentu atas pelayanan kesehatan yang diterimanya, padahal setiap bulan sudah membayar iuran JKN-KIS.

Pada prinsipnya, setiap peserta JKN-KIS wajib membayar iuran. Yang mampu membayar sendiri iurannya, yang tidak mampu dibayarkan oleh Pemerintah. Untuk peserta kategori Pekerja Penerima Upah (PPU), iuran ditanggung pekerja dan pemberi kerja. Peserta kategori mandiri seperti Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) menanggung sendiri iurannya. Sedangkan bagi peserta PBI iurannya ditanggung pemerintah melalui APBN atau APBD, sehingga peserta yang bersangkutan tidak perlu merogoh kocek pribadi untuk membayar iuran setiap bulan.

BPJS Kesehatan menanggung semua biaya pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas kesehatan kepada peserta mengacu ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan yang dijamin program JKN-KIS meliputi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai kebutuhan medis.

Penting untuk diingat, Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, Pasal 52 khusus memuat ketentuan tentang Manfaat yang Tidak Dijamin oleh BPJS Kesehatan, antara lain tidak menjamin pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Misalnya, pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan (faskes) yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat. Jika peserta mendapat pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan, maka peserta harus menanggung sendiri biayanya.

Peserta juga harus menanggung sendiri biaya akibat peningkatan perawatan yang lebih tinggi dari haknya. Misalnya, hak peserta yakni di ruang rawat inap kelas 2, tapi peserta minta naik menjadi ruang rawat inap kelas 1. Pembayaran selisih ini bisa dilakukan melalui tiga mekanisme. Pertama, peserta membayar sendiri selisihnya. Kedua, selisih ditanggung pemberi kerja. Ketiga, peserta ikut asuransi kesehatan tambahan. Selisih yang dibayar besarannya yakni selisih biaya yang dijamin BPJS Kesehatan dengan biaya akibat peningkatan pelayanan. Tapi perlu diingat, ketentuan selisih biaya ini dikecualikan untuk peserta PBI dan peserta PPU yang baru saja mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pengaturan mengenai peningkatan perawatan tersebut diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.51 Tahun 2018 tentang Pengenaan Urun Biaya dan Selisih Biaya Dalam Program Jaminan Kesehatan. Regulasi ini sebagai acuan dalam pengenaan urun biaya dan selisih biaya sebagai bagian upaya kendali mutu dan kendali biaya serta pencegahan penyalahgunaan pelayanan di faskes. Sekaligus untuk meningkatkan kualitas dan kesinambungan program jaminan kesehatan.

Katanya JKN Gratis, Tapi Kok Bayar Lagi?

Page 20: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7820

S E H A T & G A Y A H I D U P

Untuk mengembalikan fungsi dan gerakan tubuh seseorang akibat hilangnya kemampuan tubuh, sakit atau luka, perawatan yang diberikan dokter spesialis kedokteran fisik

dan rehabilitasi salah satunya adalah fisioterapi. Dengan melakukan terapi ini, pasien akan dilatih untuk mengatasi keterbatasan gerak yang dialami, terutama pada pasien yang baru mengalami cedera, gangguan fisik, baru menjalani amputasi anggota tubuh tertentu, hingga penderita stroke.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (Perdosri), dr. Sudarsono SpKFR menyampaikan, sebelum menjalani program terapi yang dibantu oleh fisioterapis sebagai bagian dari tim rehabilitasi medik, pasien harus menjalani pemeriksaan

dan penilaian untuk dapat ditentukan program fisioterapi yang dibutuhkan. Sebab pada masing-masing kasus membutuhkan penanganan yang berbeda.

Setiap program fisioterapi akan dilakukan dalam beberapa sesi yang dipandu oleh fisioterapis. Tidak harus di rumah sakit, pada kasus-kasus tertentu fisioterapi juga bisa dilakukan di rumah dengan bimbingan anggota keluarga, terutama untuk yang kondisinya sudah stabil dan tidak berisiko. Tentunya hal ini juga harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada tim rehabilitasi medik untuk menghindari risiko yang bisa terjadi.

“Untuk fisioterapi, memang ada beberapa kasus yang bisa diserahkan ke lingkungan rumah atau program rehabilitasi mandiri. Tetapi sebelumnya harus dilakukan

Yuk, Terapi Mandiri di Rumah

Page 21: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATANEDISI 78 21

SEHAT & GAYA HIDUP

penilaian apakah kondisi pasien atau penyakitnya itu tidak memberikan risiko apabila bentuk rehabilitasinya dilakukan mandiri di rumah dengan bimbingan keluarga,” ujar dr. Sudarsono.

Ada banyak faktor yang biasanya dijadikan penilaian untuk memberikan rekomendasi program rehabilitas mandiri. Misalnya untuk kasus-kasus yang berhubungan dengan jantung, perlu diperhatikan apakah terapi yang dilakukan tersebut bisa meningkatkan tekanan darah atau nadi yang berisiko pada fungsi jantungnya. Jika iya, terapi harus tetap dalam pengawasan tenaga tim rehabilitasi medik. Namun apabila kondisinya sudah stabil dan tidak ada lagi risiko yang berat, tim rehabilitasi medik akan memberikan bentuk-bentuk latihan atau terapi yang bisa dilakukan secara mandiri dengan bimbingan keluarga.

“Risiko lainnya apabila latihan yang dilakukan tersebut bisa mengganggu alat gerak dan membuat cedera. Kondisi ini tentunya harus dalam pengawasan. Tetapi apabila dinilai sudah tidak lagi berisiko, latihan mandiri di rumah bisa dilakukan. Jadi memang setiap kasus berbeda-beda dan harus ditentukan oleh tim rehabilitasi medik,” ungkap dr. Sudarsono.

Gerakan Dasar Terapi Mandiri

Pada prinsipnya, program fisioterapi secara mandiri di rumah apabila dilakukan dengan cara-cara yang benar memang bisa membantu mempercepat proses pemulihan. Apalagi untuk pasien yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan dalam jangka waktu lama dan sering karena misalkan lokasinya yang jauh, terapi mandiri bisa menjadi pilihan. Beberapa latihan sederhana yang aman dilakukan misalnya knee extensions untuk melatih otot tungkai. Jenis latihan ini dapat dilakukan dengan cara duduk di

atas kursi, kemudian luruskan kaki sesuai kemampuan, lalu turunkan kaki secara perlahan ke lantai. Ulangi gerakan tersebut pada kaki yang sebelah, atau bila memungkinkan bisa juga dilakukan berbarengan. Pada tahap pertama, gerakan ini bisa dilakukan lima sampai 10 kali hitungan, kemudian istirahat, lalu ulangi lagi sampai tiga sesi.

“Latihan ini relatif aman dan simple untuk menguatkan otot. Bila sudah tahap lanjut, bisa ditambahkan dengan beban di kaki mulai dari yang ringan terlebih dahulu dan makin lama semakin berat,” kata dr. Sudarsono.

Saat berbaring pun pasien juga bisa tetap melakukan terapi mandiri. Misalnya dengan menggerakakan punggung kaki ke arah depan dan belakang. Apabila kondisi pasien memungkinkan untuk melakukan latihan yang lebih berat, bisa dengan cara melakukan gerakan duduk-berdiri. Awali latihan ini dalam posisi duduk di atas kursi dengan posisi tangan memegang sisi kursi sebagai tumpuan saat berdiri. Latihan untuk melatih sendi dan otot serta keseimbangan ini bisa dilakukan sampai 10 kali hitungan dalam tiga sesi yang diselingi dengan istirahat. “Kalau masih bisa berjalan tanpa ada keluhan, silahkan latihan berjalan. Awalnya mungkin dari jarak yang dekat, tetapi harapannya makin lama bisa semakin jauh. Untuk yang sudah berusia lanjut, jalannya tidak perlu terburu-buru. Yang penting bergerak saja dan tidak sampai menimbulkan gangguan pernafasan atau jantung. Intinya jangan sampai terjadi imobilisasi dan harapannya tidak ada lagi gangguan fungsi dan bisa lebih mandiri,” pesan dr. Sudarsono.

Page 22: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada

INFO BPJS KESEHATAN EDISI 7822

KO N S U LTA S I

J A W A B :

J A W A B :

01

02

Benarkah ada peserta BPJS yang sudah mengalami kenaikan iuran pada bulan September 2019? Kenapa naiknya tinggi sekali? IG: @mimiXXXX

Saat ini keputusan penyesuaian iuran JKN-KIS masih menunggu regulasi resmi yang ditetapkan dan diterbitkan oleh pemerintah. Faktanya, besaran iuran yang baru bagi peserta mandiri kelas 3, sebenarnya tidak sampai Rp. 2.000 per hari. Hampir sama seperti bayar parkir motor per jam di mall. Sama juga seperti ke kamar kecil di tempat-tempat umum. Bahkan, untuk peserta mandiri kelas 1, iurannya kurang lebih Rp 5.000 per hari. Bandingkan dengan buat beli rokok per hari yang bisa menghabiskan lebih dari Rp5.000. Beli kopi di kafe sudah pasti lebih dari Rp 5.000. Besaran iuran yang akan disesuaikan tersebut, tidak sebanding dengan besarnya manfaat yang diberikan Program JKN-KIS ketika ada peserta yang sakit atau membutuhkan layanan kesehatan.

Katanya BPJS tidak menanggung biaya untuk persalinan ibu melahirkan lagi ya? Ini hoax atau benar? IG: @azzam.XXXX

BPJS Kesehatan menjamin semua jenis persalinan, baik persalinan normal (baik dengan penyulit maupun tanpa penyulit), maupun tindakan bedah caesar. Penjaminan biaya oleh BPJS Kesehatan ini termasuk pelayanan untuk bayi baru lahir yang dapat ditagihkan fasilitas kesehatan dalam satu paket persalinan dengan ibunya. Namun apabila sang bayi membutuhkan pelayanan kesehatan khusus, maka fasilitas kesehatan dapat menagihkan klaim ke BPJS Kesehatan di luar paket persalinan.

Selama peserta JKN-KIS mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku, serta tindakan medis yang diperoleh peserta berdasarkan indikasi medis yang jelas, maka fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik iur biaya apapun kepada peserta yang bersangkutan.

Page 23: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada
Page 24: INFOBPJS · tagihan rumah sakit dulu, sehingga likuiditas rumah sakit tetap stabil,” ungkap Rahmat. Rahmat juga menambahkan bahwa skema penyaluran yang diterapkan yaitu ketika ada